:Pengetahuan dan Sikap ibu tentang Kejadian Diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG KEJADIAN DIARE

PADA BALITA DI PUSKESMAS TELADAN MEDAN

TAHUN 2014

INDAH MURNI CAHYANI

135102142

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Kejadian Diare pada Balita Di Puskesmas Teladan Medan

Tahun 2014

ABSTRAK Indah Murni Cahyani

Latar belakang : Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian balita di Indonesia yang komplikasinya dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan penanganan awal yang baik dan segera khususnya adalah bagaimana penanganan awal diare di rumah oleh ibu yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi diawal diare.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan serta sikap ibu tentang kejadian diare pada balita di puskesmas Teladan Medan Tahun 2014.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 48 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan consecutive sampling. Penelitian ini menggunakan lembar kuisioner berupa pertanyaan pengetahuan serta pernyataan sikap yang dibagikan kepada responden. Penelitian ini dilakukan di Poli KIA Puskesmas Teladan Medan. Analisa data yang digunakan yaitu univariat.

Hasil: Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan baik sebanyak 22 responden (45,8%), cukup sebanyak 23 responden (47,9 %), serta kurang sebanyak 3 responden (6,3%) serta untuk tingkat sikap yaitu sikap negative sebanyak 38 responden (79,2 %), dan sikap positif sebanyak 10 orang (20,8 %).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian diare adalah mayoritas berpengetahuan cukup dan tingkat sikapnya adalah mayoritas negatif. Saran untuk ibu balita khususnya yaitu agar meningkatkan pengetahuan serta sikap supaya memiliki bekal untuk memberikan penanganan awal balita diare di rumah sehingga penyebab utama kematian balita akibat diare dapat berkurang.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “:Pengetahuan dan Sikap ibu tentang Kejadian Diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penyusunan, maupun penulisan. Namun besar harapan peneliti kiranya dalam tulisan yang sederhana ini dapat berguna untuk menambah wawasan bagi para pembaca.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menghadapi kesulitan tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, maka pada kesempatan ini dengan kesungguhan hati dan rasa tulus ikhlas peneliti ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan arahan dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah Ini

2. Nur Asnah Sitohang. S.Kep,Ns, M.Kep selaku ketua program studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Febrina Oktavinola Kaban, SST. M.Keb selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


(6)

4. Juliani, SST, MARS selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan selama perbaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Seluruh staf dosen dan pegawai program studi DIV Bidan Pendidik dan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Kepala puskesmas Teladan Medan yang telah banyak membantu dalam memberikan data pendahuluan bagi peneliti.

7. Teristimewa kepada kedua orang tuaku yang telah memberikan cinta dan kasih sayang serta dukungan moril, materil, dan spritual bagi peneliti selama menempuh pendidikan di Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

8. Buat adik kandungku Mega Apriliani dan Agie Dharmawan yang selalu memberikan dukungan bagi peneliti.

9. Rekan rekan mahasiswa program studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

10.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan selama perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata peneliti ucapkan banyak terima kasih Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi semua pembaca, dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan Rahmat dan karuniaNya kepada Kita.

Medan, Juni 2014

NIM : 135102142


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ... 7

1. Definisi Pengetahuan ... 7

2. Tingkatan Pengetahuan ... 7

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 8

B. Sikap ... 9

1. Definisi Sikap ... 9

2. Komponen Pokok Sikap ... 10

3. Tingkatan Sikap ... 11

4. Fungsi Sikap ... 12

5. Cara pembentukan dan Perubahan Sikap ... 13

C. Ibu ... 14

1. Definisi Ibu ... 14

D. Diare ... 14

1. Definisi Diare ... 14

2. Klasifikasi diare, tanda, dan gejala ... 16

3. Etiologi diare ... 17

4. Patofisiologi diare ... 19

5. Prinsip tata laksana balita diare ... 21

6. Faktor-faktor resiko diare ... 23

7. Tata laksana balita diare di rumah ... 24

E. Balita ... 27

1.Definisi Balita ... 27

2. Perkembangan Anak Balita ... 27

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN A. Kerangka konsep penelitian ... 29

B. Definisi operasional variable ... 29 BAB IV METODE PENELITIAN


(8)

B. Populasi dan sampel ... 31

1. Populasi ... 31

2. Sampel ... 31

C. Kriteria Penelitian ... 32

D. Tempat dan waktu penelitian ... 32

1. Tempat penelitian ... 32

2. Waktu penelitian ... 33

E. Etika penelitian ... 33

F. Instrument penelitian ... 34

G. Alat pengumpulan data ... 34

1. Data Pengetahuan ... 34

2. Data Sikap ... 36

H. Uji validitas dan Reliabilitas ... 37

1. Validitas ... 37

2. Reliabilitas ... 38

I. Teknik pengumpulan Data ... 39

J. Pengolahan data ... 40

K. Rencana analisa data ... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Gegrafis dan Demografis ... 41

2. Letak ... 41

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Karakteristik Responden... 42

2. Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Diare ... 43

3. Sikap Ibu tentang Kejadian Diare ... 45

B. Pembahasan ... 47

1. Interpretasi Diskusi Hasil ... 47

a. Pengetahuan ... 47

b. Sikap ... 49

2. Keterbatasan Penelitian ... 52

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah oralit yang diberikan untuk diare tanpa dehidrasi… ... 28

Tabel 2.2 Jumlah oralit dehidrasi ringan atau sedang……… ... 28

Tabel 3.1 Definisi Operasional variabel………...… ... 31

Tabel 4.1 Kriteria Jawaban Pengetahuan………. ... 36

Tabel 4.2 Interval Skor Pengetahuan... 37

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Ibu Balita Di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014 ... 43

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuisioner Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014……… ……… ... 45

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Teladam Medan Tahun 2014 ... 46

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuisioner Sikap tentang Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014 ……… ... 47

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu tentang Kejadian Diare pada Balita Di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014 … ... 48


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Ilmiah Lampiran 5 : Master Data Penelitian

Lampiran 6 : Hasil output Data Penelitian

Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 8 : Surat Izin dari Dinas Kesehatan Kota Medan

Lampiran 9 : Surat Selesai Melaksanakan Penelitian dari Puskesmas Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup


(12)

Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Kejadian Diare pada Balita Di Puskesmas Teladan Medan

Tahun 2014

ABSTRAK Indah Murni Cahyani

Latar belakang : Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian balita di Indonesia yang komplikasinya dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan penanganan awal yang baik dan segera khususnya adalah bagaimana penanganan awal diare di rumah oleh ibu yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi diawal diare.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan serta sikap ibu tentang kejadian diare pada balita di puskesmas Teladan Medan Tahun 2014.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 48 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan consecutive sampling. Penelitian ini menggunakan lembar kuisioner berupa pertanyaan pengetahuan serta pernyataan sikap yang dibagikan kepada responden. Penelitian ini dilakukan di Poli KIA Puskesmas Teladan Medan. Analisa data yang digunakan yaitu univariat.

Hasil: Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan baik sebanyak 22 responden (45,8%), cukup sebanyak 23 responden (47,9 %), serta kurang sebanyak 3 responden (6,3%) serta untuk tingkat sikap yaitu sikap negative sebanyak 38 responden (79,2 %), dan sikap positif sebanyak 10 orang (20,8 %).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian diare adalah mayoritas berpengetahuan cukup dan tingkat sikapnya adalah mayoritas negatif. Saran untuk ibu balita khususnya yaitu agar meningkatkan pengetahuan serta sikap supaya memiliki bekal untuk memberikan penanganan awal balita diare di rumah sehingga penyebab utama kematian balita akibat diare dapat berkurang.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Ibu dan Anak sebagai bagian dari tujuan MDG’s dikarenakan masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator kesehatan umum dan kesejahteraan masyarakat. Anak-anak, terutama bayi lebih rentan terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Itulah sebabnya, tujuan keempat MDG’s adalah mengurangi jumlah kematian balita sebesar dua pertiganya antara tahun 1990 sampai dengan 2015 (Prasetyawati, 2012, hal.2).

Laporan bersama oleh Dana Anak-anak PBB (UNICEF), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan Bank Dunia ini mendapati pada tahun 2012 sekitar 6,6 juta anak meninggal sebelum mencapai usia lima tahun dibandingkan 12 juta anak yang meninggal pada tahun 1990. Laporan itu menyebut kemajuan dalam memangkas jumlah kematian anak ini luar biasa, namun masih belum cukup dikatakan. Sebagian besar kematian anak dapat dicegah, dan bahwa dengan menerapkan sejumlah langkah-langkah sederhana yang terjangkau, lebih banyak nyawa anak-anak bisa diselamatkan

Angka tingkat kematian yang dirilis UNICEF menunjukkan bahwa secara global sekitar 2.000 anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap hari akibat penyakit diare. Dari jumlah tersebut sebagian besar - atau sekitar 1.800 anak per hari - meninggal karena penyakit diare karena kurangnya air bersih, sanitasi dan kebersihan dasar

Semua angka kematian bayi dan anak hasil SDKI 2012 lebih rendah dari hasil SDKI 2007, angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup.


(14)

Sama dengan pola SDKI 2007, lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus. Angka kematian bayi turun lebih lambat dalam tahun-tahun akhir, seperti yang biasa terjadi pada penduduk dengan angka kematian rendah. Angka kematian anak turun dari 44 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada SDKI 2007 menjadi 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada SDKI 2012 (SDKI, 2012)

Penurunan AKB dan AKBA telah menujukkan kemajuan signifikan dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015, dimana penurunan yang sudah mendekati dua pertiga angka kematian neonatal dan bayi . Hal ini menunjukkan bahwa target MDG’S dapat dicapai oleh Indonesia pada tahun 2015 nanti (Laporan Pencapaian MDG’S di Indonesia, 2011, hal.6).

Penyebab utama kematian balita di Indonesia adalah karena masalah pada neonatal (asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi), pada balita, diare dan Pneumonia serta masalah gizi kurang dan gizi buruk. Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%) (tabel 3.4.5). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah (6,2%)(Riskesdas,2013)

Angka kematian balita menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diperoleh bahwa angka kematian balita (AKABA) di Sumatera Utara sebesar 54/1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka rata-rata nasional pada tahun 2012 sebesar 43 per 1.000 kelahiran hidup. Angka nasional ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan AKABA pada tahun 2007


(15)

yang sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012).

Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumo-nia. Juga didapatkan bahwa penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%)). Demikian pula penyebab kematian anak balita (usia 12-59 bulan), terbanyak adalah diare (25,2%) . Dari hasil SDKI 2007 didapatkan 13,7% balita mengalami diare dalam waktu dua minggu sebelum survei, 3% lebih tinggi dari temuan SDKI 2002-2003 (11 persen). Prevalensi diare tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan, diikuti umur 6-11 bulan dan umur 23-45 bulan . Dengan demikian seperti yang diprediksi, diare banyak diderita oleh kelompok umur 6-35 bulan karena anak mulai aktif bermain dan berisiko terkena infeksi. Prevalensi diare sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki (14,8%) dibandingkan dengan anak perempuan (12,5%) dan lebih tinggi pada balita di perdesaan (14,9%) dibandingkan dengan perkotaan (12,0%). (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, dari 559.011 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 216.175 atau 38,67%, sehingga angka kesakitan (IR) diare per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Capaian ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini jauh di bawah target program


(16)

yaitu 220 per 1.000 penduduk , Dari 33 kabupaten/kota yang ada, penemuan dan penanganan kasus diare tertinggi di 3 (tiga) Kabupaten yang melebihi perkiraan kasus yaitu Samosir (18,33%), Nias Utara (17,66%) dan Karo (12,73). Penemuan dan penanganan kasus diare terendah di Kabupaten Sergei yaitu 0,52% dan Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu 7,61% (profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riki Nur Pratama mengenai ”hubungan antara sanitasi lingkungan dan personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita di kelurahan Sumu Rejo Kecamatan gunung pati, Semarang” menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kondisi tempat sampah, mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi anak dengan kejadian diare pada balita di kelurahan Sumu Rejo, Semarang (Nur pratama, 2013).

Berdasarkan penelitian Ade Wulandari mengenai “penanganan diare di rumah tangga” merupakan upaya menekan angka kesakitan diare pada balita menyimpulkan bahwa hanya sebesar 35 % balita yang mengalami diare diberi oralit. Pada anak usia dibawah 2 tahun hanya 22 % yang diberi larutan gula garam. Data juga menunjukkan bahwa penatalaksanaan diare dengan cairan di rumah tangga mengalami penurunan dari 50 % pada tahun 2006 menjadi 27% pada tahun 2010. Beberapa masalah menyebabkan masaih belom optimalnya penggunaan oralit dan suplemen zinc ditingkat rumah tangga diantaranya keterjangkauan masyarakat terhadap oralit dan zinc yang masih sulit karena jarak untuk mencapai pelayanan kesehatan yang jauh sehingga tidak semua rumah memiliki persediaan oralit dan zinc (Wulandari, 2009 ).

Berdasarkan data dari Puskesmas Teladan Tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah balita yang mengalami diare yakni sebanyak 822 orang dimana rinciannya yaitu, pada Bulan Januari sebanyak 79 orang,Februari 62 orang,Maret 87 orang,April


(17)

68 orang, Mei 106 orang, Juni 63 orang, Juli 68 orang, Agustus 56 orang, September 77 orang, oktober 38 orang, November 54 orang, dan Desember yaitu sebanyak 64 orang dan 2466 bungkus oralir serta 2445 Zinc sudah diberikan kepada balita penderita diare (Data Puskesmas Teladan, 2013).

Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku akan cepat. Salah satu pengetahuan ibu yang sangat penting adalah bagaimana penanganan awal diare pada anak di rumah yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi yang dapat mnyebabkan kematian balita (Notoatmodjo, 2007).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimanakah pengetahuan dan sikap ibu tentang kejadian diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang kejadian diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang kejadian diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014.


(18)

b. Untuk mengetahui sikap ibu tentang kejadian diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi bidan dan pelayanan kebidanan

Sebagai bahan masukan bagaimana tata laksana balita sakit dengan kasus diare serta sebagai sumber masukan dan informasi dalam memberikan asuhan pelayanan bayi dan balita di masyarakat

2. Bagi Responden

Untuk menambah pengetahuan dan motivasi responden dalam upaya tata laksana balita diare di rumah

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman peneliti dalam menerapkan mata kuliah metode penelitian serta menambah pengetahuan peneliti tentang diare.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam hal penelitian tentang mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang kejadian diare pada balita


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGETAHUAN

1. Definisi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2012) pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indra.

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu tentang seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoadmodjo, 2010).

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara luas

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telas dipelajari pada situasi atau kodisi nyata.


(20)

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen yang masing-masng saling terkait dan masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Mubarak, 2012).

3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yakni: a) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibanding dengan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah.

b) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. c) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis. Pada aspek psikologis taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.


(21)

d) Minat

Minat sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minta menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang telah mendalam.

e) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalamannya sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

f) Kebudayaan

Lingkungan Sekitar Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan.

g) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

B. SIKAP (attitude) 1. Definisi Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik). Campbel (1950) mendefisikan sangat


(22)

sederhana yakni:” An Individual’s attitude is syndrome of response consistency with

regard to object.”. Jadi jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau

kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan fikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Notoadmojo, 2010, hal.29).

Newcomb, salah seorang ahli psikolog sosial ,menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan reaksi terbuka atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau tindakan, atau reaksi tertutup.

2. Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoadmojo (2010) sikap itu terdiri dari 3 komponen sikap yakni:

a) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan, pendapat, atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan seseorang terhadap penyakit kusta.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya factor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti pada butir a bagaimana orang menilai menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit biasa saja atau membahayakan.

c) Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (Notoadmojo, 2010, hal. 30).


(23)

Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama – sama membentuk sikap yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

3. Tingkatan Sikap berdasarkan intensitasnya a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa bahwa orang atu subjek mau menerima stimulus yang diberikan. Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil, dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang antenatal care di lingkungannya.

b) Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya seorang ibu yang mengikuti penyuluhan mengenai antenatal tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh. Kemudian ia menanggapi atau memberikan jawaban.

c) Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk merespons.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi keyakinannya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertyentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila


(24)

ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain (Notoadmojo, 2010, hal. 30).

4. Fungsi Sikap

Fungsi sikap diantaranya, yaitu:

a) Utilitarian Function

Sikap memungkinkan seseorang untuk memperoleh atau memaksimalkan ganjaran atau reward atau persetujuan dan meminimalkan hukuman. Dengan kata lain, sikap dapat berfungsi sebagai penyesuaian social, missal seseorang dapat memperbaiki ekspresi dari sikapnya terhadap sesuatu objek tertentu untuk mendapatkan persetujuan atau dukungan.

b) Knowledge Function

Sikap membantu dalam memahami lingkungan dengan melengkapi ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok obyek atau segala sesuatu yang yang dijumpai di dunia ini.

c) Value Expressive Function

Sikap kadang-kadang mengkomunikasikan nilai dan identitas yang dimiliki seseorang terhadap orang lain.

d) Ego Defensive Function

Sikap melindungi diri, menutupi kesalahan, agresi, dan sebagain dalam rangka mempertahankan diri. Sikap ini mencerminkan kepribadian individu yang bersangkutan dan masalah-masalah yang belum mendapatkan penyelesaian secara tuntas (Dayakisnih dan Hudaniah, 2009,hal.91).


(25)

5. Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap Ada beberapa cara, diantaranya:

a) Adopsi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan terus-menerus dan berulang secara bertahap mempengaruhi terbentuknya sikap. b) Diferensiasi adalah dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya usia,

maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis , sekarang dipandang tersendiri lepas dari sejenisnya.

c) Intelegensi terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

d) Trauma terjadi dari pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa seseorang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga meyebabkan terbentuknya sikap.

C. IBU

1. Definisi Ibu

Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya ibu memiliki peranan penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu dapat diberikan untuk perempuan yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini (Wikipedia, 2012).

Ibu atau wanita adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat secara jasmani maupun rohaninya serta social sangat diperlukan. Wanita atau ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan dan kondisi seorang wanita atau


(26)

ibu dalam keluarga. Para wanita di masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga (Soepardan, 2007,hal.28).

D. DIARE

1 . Definisi Diare

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair , bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Kemenkes RI, 2011).

Diare adalah pengeluaran kotoran atau tinja dengan frekuensi yang meningkat (tiga kali dalam 24 jam) disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lembek atau cair, dengan darah atau tanpa darah/lender dalam tinja( Wijoyo dalam Banister,dkk, 2006)

Resiko terbesar diare adalah dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi, seseorang dapat kehilangan lima liter air setiap harinya beserta elektrolit utama, yaitu natrium dan kalium yang berada didalamnya. Keduanya sangat penting untuk proses fisiologis normal. Kehilangan dua elektrolit utama ini dapat menyebabkan bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. Kondisi dehidrasi ini lebih berat terjadi pada balita dan anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa (Wijoyo, 2013, hal. 8).

Jika anak mengalami diare, tinjanya encer dan lebih sering buang air besar daripada biasanya. Kadang-kadang diare disertai muntah, nyeri lambung, atau demam. Penyebab umumnya adalah virus, pemberian antibiotic(yang mengganggu keseimbangan bakteri normal di dalam usus,atau diet(bias jenis atau jumlah makanan). Penyebab yang jarang terjadi adalah beberapa penyakit tertentu dan infeksi bakteri atau parasit. Kebanyakan diare sembuh tanpa perawatan dalam


(27)

beberapa hari. Perawatan diare termasuk mengistirahatkan usus untuk sementara waktu sambil memastikan anak mendapatkan cukup cairan yang keluar melaui tinjanya. Anak yang mengalami diare infeksi atau diare yang tidak dapat dikendalikan harus tinggal di rumah sampai perawatan selesai dan mendapatkan hasil yang negative dari pemeriksaannya (Satyanegara, 2006).

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah atau lender dalam feses, sedangkan diare akut sendiri didefisikan dengan diare yang terjadi secara mendadak pada anak yang sebelumnya sehat. Diare terbagi menjadi diare akut, disentri, dan diare persisten (Sodikin, 2011, hal.225).

Diare adalah buang air besar yang lebih sering, lebih banyak dan dengan konsistensi yang lebih lembek atau encer dari biasanya. Pada bayi atau anak yang lebih besar yang normal bisa lebih dari tiga kali dalam sehari dan hal ini masih dikatakan normal. Pola buang air besar pada anak terutama pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Pada orang dewasa, buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi cair sudah bias dianggap diare, sedangkan pada bayi yang baru lahir hal tersebut dapat dikatakn normal. Orang tua memiliki peranan yang penting dalam menilai pola buang air besar anak sehari-hari. Bayi dan anak dikatakan diare jika buang air besar lebih sering, lebih encer, dan lebih banyak dari biasanya. Selain itu juga, perlu diperhatikan bau dan warnanya untuk mengetahui adanya infeksi atau sebab yang lainnya (Sofwan, 2010,hal 3).

Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis, karena seolah-olah memberikan kesan penyakit ini disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan , diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan lebih sering dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare apabila frekuensi buang air


(28)

besarnya sudah lebih dari empat kali, sedangkan untuk bayi yang berumur lebih dari satu bulan dan anak apabila frekuensi buang air besarnya lebih dari tiga kali (Rukiyah dan Yulianti, 2010, hal.151).

2. Klasifikasi diare , tanda, dan gejalanya a. Berdasarkan lama diare:

1). Diare akut

Pada umunya diare akut yang terjadi kurang dari 14 hari, karena infeksi yang notabene adalah penyebab yang paling umum disertai dengan sakit perut dan demam.perasaan kembung,mual,muntah dan begah juga dapat dirasakan oleh anak bila sedang menderita diare. Diare dapat terjadi dalam rentang waktu beberapa jam hingga beberapa hari, dan dalam satu hari anak dapat mengalami belasan kali untuk buang air besar. Demam dan sakit perut dapat dijadikan pedoman sederhana untuk mengira-ngira infeksi apa yang terjadi. Umunya diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri disertai dengan sakit perut melilit dan demamyang cukup tinggi, sedangkan diare yang disebabkan oleh virus biasanya hanya berupa diare dalam bentuk cair saja, dan kalaupun demam hanya sumeng-sumeng saja.

Pada diare akut yang disebabkan oleh penyebab lainnya, misalnya keracunan makanan atau alergi tanda dan gejalany akan timbul sesaat setelah mengkonsumsi makanan tersebut,dapat muncul disertai dengan sakit perut atau muntah (Sofwan, 2010, hal.10).

2). Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi berlangsung lebih dari 14 hari, diare dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Diare jenis ini menyebabkan kehilangan berat badan yang nyata,


(29)

dengan volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga beresiko mengalami dehidrasi, diare persisten tidak disebabkan oleh penyebab mikroba tunggal, mungkin penyebab lain berperan lebih besar. Diare persisten tidak boleh dikacaukan dengan diare kronik, yaitu diare intermitten atau diare yang hilang timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab noninfeksi(Sodikin, 2011, hal 226)

b. Berdasarkan masalah

Berdasarkan masalah terdiri atas diare berdarah, kolera, dan diare kronik.Gejala diare yang umum terjadi pada anak-anak yakni, bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meninggi, tinja bayi encer, berlendir, atau berdahak, tinjanya kehijauan,anus dan sekitarnya lecet,gangguan gizi akibat intake asupan makanan yang kurang, muntah, hipoglikemia, dehidrasi serta nafsu makan berkurang ( Wijoyo, 2013,hal 10).

3. Etiologi Diare

Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya, melainkan terdapat pemicunya.secara umum, berikut ini terdapat beberapa macam penyebab diare, diantaranya: Diare karena infeksi oleh bakteri, virus, atau parasit.

a) Diare karena virus

Diare karena virus sebagai contoh traveller’s diarrhoea yang disebabkan antara lain oleh rota virus dan adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun elektrolit meningkat. Diare yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari(biasanya 3-6 hari). Sesudah itu virus lenyap dengan sendirinya. Norovirus ialah virus yang paling umum sebagai virus pathogen yang menyebabkan 70-75% viral


(30)

gastroenteritis , sedangkan rotavirus menyebabkan 12 % viral gastroenteritis.

Anak dengan usia 3-24 bulan paling banyak mengalami kasus infeksi rotavirus.gejala yang biasa timbul akibat infeksi rota virus, yaitu muntah, demam, mual, dan diare cair akut (Wijoyo, 2013,hal.14).

b) Diare karena bakteri invasif

Diare dengan bakteri invasive memiliki tingkat kejadian yang cukup sering, akan tetapi akan berkurang dengan sendirinya seiring dengan peningkatan sanitasi lingkungan di masyarakat. Mekanisme terjadinya, yaitu bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk oksitoksin. Enterotoksin ini dapat resopsi kedalam darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang.penyebab utama pembentukan enterotoksin ini adalah bakter E.Coli, Shigella sp, Salmonella sp. Dan

Campylobavter sp. (Wijoyo, 2013,hal.16)

c) Diare karena Parasit

Diare karena parasit disebabkan protozoa seperti Entamoeba

histolytica dan giardia lamblia, yang terjadi didaerah subtropics. Diare karena

infeksi parasit ini biasanya bercirikan mencret cairan yang berkala dan bertahan lama lebih dari satu minggu (Wijoyo, 2013,hal.16) Diare karena makanan atau obat tertentu . Adanya intoleransi terhadap makanan terhadap makanan dapat memicu diare. Sebagai contoh, yaitu alergi terhadap laktosa (banyak terjadi pada bayi dan balita karena tubuhnya tidak memiliki enzim lactose yang berfungsi mencerna lactose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung dalam susu sapi), makanan yang mengandung lemak tinggi, dan makanan pedas atau mengandung terlalu banyak seratdan kasar.


(31)

4. Patofisiologi diare

Fungsi utama saluran pencernaan, yaitu menyiapkan makanan untuk keperluan hidup sel, pembatasan sekresi empedu dan hepar, dan pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak dicerna

Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran pencernaan dan penyebab diare, maka patofisiologisnya adalah:

a) Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit karena toksin

Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Factor lain yang juga cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada empat macam garam empedu yang terdapat didalam cairan empedu yang keluar dari kantong empedu. Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di jejunum dan kolon akan menghambat absorpsi cairan didalam kolon. Ini terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada permukaan mukosa usus (Wijoyo, 2013,hal.19

Diduga bakteri mikroflora usus turut berferan dalam pembentukan asam dioksikholik tersebut. Hormone-hormon saluran pencernaan juga dapat mempengaruhi absorpsi air pada mukosa, usus manusia, antara lain gastrin, sekretin, kholesistokinin, dan glucagon. Suatu perubahan Ph cairan usus juga dapat menyebabkan terjadinya diare, seperti terjadi pada sindroma Zollinger,

Ellison atau pada jejunitis.

b) Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus

Suatu proses absorpsi dapat berlangsung secara sempurna dan normal apabila bolus makan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran pencernaan dan berada dalam keadaan yang cukup tercerna. Selain itu, waktu sentuhan


(32)

yanga dekuat antara khim dan permukaan mukosa usus halu diperlukan untuk absorpsi normal. (Wijoyo, 2013,hal.16)

Kemampuan permukaan mukosa usus halus berfungsi sangat komperehansif, ini terbukti pada penderita yang dapat setelah reseksi usus, walaupun waktu lintas menjadi sangat singkat. Motilitas usus merupakan factor yang sangat berperan penting dalam ketahanan local mukosa usus, menimbulkan gangguan digesti, dan absorpsi sehingga menimbulkan diare.

Hipermotilitas dapat terjadi karena rangsangan hormone prostaglandin, gastrin, dan pankreosimin, dalam hal ini dapat menimbulkan efek langsung terhadap diare. Selain hipermotilitas dapat terjadi karena pengaruh enterotoksin staphylococcus maupun kolera atau ulkus mikro yang invasive oleh Shigella sp (Wijoyo, 2013,hal.16).

c) Kelainan tekanan osmolitik dalam lumen usus

Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi kapasitas pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. adanya malabsorpsi dari karbohidrat, lemak, dan protein akan menimbulkan kenaikan daya tekanan osmotic intraluminal sehingga akan dapat menimbulkan gangguan absorpsi air. Malabsorpsi karbohidrat pada umumnya merupakan malabsorpsi laktosa yang terjadi karena defisiensi enzim laktosa.dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam usus tidak sempurna mengalami hidrolisis dan kurang diabsorpsi oleh usus halus. Bakteri-bakteri dalam usus besar, kemudian memecah laktosa menjadi monoskarida dan terjadi fermentasi, selanjutanya menjadi gugusan asam organic dengan rantai atom karbon yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon.


(33)

molekul-molekul inilah yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon hingga terjadi diare (Wijoyo, 2013, hal.20)

Menurut (Sudarti, 2010) mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah sebagai berikut:

a) Gangguan osmotic

Akibatnya terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat terserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare

b) Gangguan sekresi

Akibatnya rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam usus halus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare.

c) Gangguan motiliti usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan tibul diare.tetapi bila terjadi keadaan sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga.

5. Prinsip Tata Laksana Balita Diare Tujuan tata laksana diare

a) Mencegah dan mengobati dehidrasi b) Mencegah gangguan gizi


(34)

c) memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat Prinsip Tata laksana Lintas Diare

1) Dehidrasi dengan menggunakan oralit dengan osmolaritas rendah

Oralit adalah campran garam elektrolit yang terdiri atas Natrium clorida, Sitrat,Kalium Clorida, dan glukosa. Oralit dengan osmolaritas rendah sudah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF . Manfaat oralit adalah sebagai pengganti cairan tubuh dan elektrolit yang terbuang saat diare. (Kemenkes, 2011).

2) Zinc diberkan selama 10 hari berturut-turut

Obat zink merupakan tablet yang mudah larut dalam waktu sekitar 30 detik.diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut: Balita usia < 6 bulan :setengah tablet (10 mg/hari) Serta Balita usia >6 bulan : satu tablet (10 mg/hari). Zink dibeikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI. Untuk anak yang lebih tua dapat dikunyah. Zink diberikan satu kal/harinya selama 10 hari berturut-turut, pemberian zink tetap dilanjutkan walaupun diare sudah berhenti agar meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan kedepan, zink meningkatkan kekebalan tubuh, mempercepat penyembuhan diare (Wijoyo, 2013,hal. 58)

3) Teruskan pemberian ASI dan makanan

Memberikan makanan kepada balita selama diare akan membantu anak tumbuh dan berkembang serta mencegah turunnya berat badan. Jika tidak diberikan makanan maupun ASI.Maka, anak akan mengalami gizi buruk dan apabila anak mengalami gizi buruk akan meningkatkan resiko diare kembali (kemenkes, 2011).


(35)

4) Antibiotic selektif

5) Nasihat kepada orangtua dan pengasuh

Nasihat diberikan kepada orangtua /pengasuh bagaimanakah pemberian makan dan akan segera kembali ke petugas kesehatan bila terdapat bahaya, seperti tanda demam, tinja berdarah, muntah berulang,makan atau minum sedikit, sangat haus dan diare makin sering (Kemenkes, 2011)

6. Faktor-Faktor Resiko Diare

Adapun faktor-faktor resiko diare diantaranya, yalni: a. Faktor pendidikan

Pendidikan merupakan factor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita apabila semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pula tingkat kesehatan yang diperoleh

b. Faktor pekerjaan

Saat ini banyak orangtua yang bekerja di luar rumah sehingga anak diasuh oleh orang lain atau pembantu, yang menyebabkan factor resiko balita lebih besar untuk terpajan diare.

c. Faktor umur balita

Sebagian besar diare terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun. Balita yang berusia 12-24 bulan memiliki resiko 2,23 kali lebih besar untuk terserang balita dibandingkan usia 25-59 bulan.

d. Faktor lingkungan

Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan apabila factor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman dan berakumulasi dengan perilaku tidak sehat maka akan menyebabkan diare pula.


(36)

e. Gizi

Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare, disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi.

f. Faktor social ekonomi

Rumah yang kumuh dan peyediaan air bersih yang kurang dapat menyebabkan diare balita.

g. Factor makanan atau minuman yang dikonsumsi

Kontaminasi alat-alat makan atau dapur yang tidak bersih. h. Faktor terhadap laktosa

Bayi yang tidak diberikan asi, resiko menderita diare lebih besar dibandingkan yang diberi ASI penuh karena ASI mengandung zat antibody yang melindungi bayi dari berbagai kuman penyebab diare (Wijoyo, 2013, Hal. 24)

7. Tata laksana balita diare di rumah

Penatalaksanaan diare akut (tanpa darah) yang dapat dilakukan di rumah tangga bertujuan mencegah dehidrasi dan malnutrisi. Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan garam untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi. Ibu atau keluarga harus diajarkan cara-cara mencegah dehidrasi di rumah dengan memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah kekurangan gizi dengan terus memberi makan anak dan mengapa tindakan-tindakan ini penting. Mereka juga harus tahu apa tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak harus dibawa ke petugas kesehatan. Pencegahan terjadinya dehidrasi pada anak diare dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk


(37)

mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam dan elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbngan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan Oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam Oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita Diare. Namun demikian, walaupun lebih dari 90% ibu mengetahui tentang paket oralit, hanya 1 dari 3 (35%) anak yang menderita diare diberi oralit dan hanya 22% yang diberi LGG (SDKI, 2007).

Berikan beberapa pertanyaan kepada ibu untuk mengetahui pemahaman ibu dan berikan penjelasan ulang kepada ibu,jika belum paham. Hindari pertaanyaan tertutup yang mengarahkan ibu. Sebagai petugas kesehatan, kita mengharapkan ibu mampu atau mengerti cara merawat balita diare di rumah. Adapun langkah- langkah mengajarkan ibu mengenai tata laksana diare, yakni sebagai berikut:

a) Memberikan informasi kepada ibu bagaimana cara memberikan zink kepada bayinya

b) Peragakan kepada ibu, cara memberikan zink pada balita ibu diminta cara memberikan zinc pada balita. Setelah itu, petugas kesehatan memeriksa pemahaman ibu dengan cara: menggunakan pertanyaan seperti: mengapa, bagaimana, kenapa ibu harus melakukan tata laksana balita diare di rumah c) Hindari pertanyaan yang mengarahkan

d) Berikan waktu ibu untuk berfikir dan menjawab pertanyaan e) Berikan pujian kepada ibu, jika jawaban ibu benar

f). Jika dibutuhkan, berikan informasi tambahan, contoh, atau praktekan kembali. Mengajarkan kepada ibu tentang cara pemberian obat oral di rumah, dengan cara meminta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita , jelaskan cara pemberian obat, dosis, serta meminta ibu untuk memberikan semua obat meskipun balita sudah membaik (Kemenkes, 2011).


(38)

Nasihati ibu untuk melakukan kunjungan segera bila berak cair lebih sering, muntah berulang, sangat haus, minum sedikit, timbul demam, berak berdarah, dan tidak membaik kurun waktu 3 hari. Untuk kunjungan lanjutan berikutnya bila balita mengalami disentri, sarankan untuk melakukan kunjungan ulang 2 hari berikutnya, serta bila balita mengalami diare persisten, sarankan untuk melakukan kunjungan ulang 5 hari berikutnya (Kemenkes, 2011).

Tabel 2.1 Jumlah oralit yang diberikan untuk diare tanpa dehidrasi

Umur Jumlah oralit yang

diberikan setiap BAB

Jumlah Oralit Yang Disediakan Di Rumah < 1 tahun 50-100 ml 400 ml/hari sebanyak 2

bungkus

1- 4 tahun 100-200ml 600-800 ml/hari

sebanyak 3-4 bungkus

Dalam tiga jam pertama, jumlah oralit yang diberikan dapat diketahui dengan cara mengalikan berat badan penderita dengan 75 ml, apabila berat badan tidak diketahui untuk memudahkan pemberian oralit dapat diberikan sesuai tabel 2

Table 2.2. Jumlah oralit yang dibutuhkan untuk dehidrasi ringan atau sedang

Umur < 1 tahun 1-4 tahun

Jumlah oralit 300 ml 600 ml


(39)

E.Balita

1. Definisi Balita

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) menjelaskan bahwa balita kependekan dari anak di bawah lima tahun yaitu dari usia 12 sampai 59 bulan.atau usia 1 – 5 tahun. Berdasarkan periode usia perkembangan, masa kanak -kanak awal (satu sampai enam tahun) terbagi menjadi dua periode . menurut Potter dan Perry (2005) yaitu todler (satu sampai tiga tahun) dan pra sekolah (tiga sampai enam tahun).Batita atau toddler adalah sekelompok penduduk berusia kurang dari tiga tahun atau penduduk yang belum merayakan ulang tahunnya yang ketiga dan menjadi sasaran pelayanan program kesehatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

2. Perkembangan Anak Balita

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) menjelaskan perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) menyebutkan aspek- aspek perkembangan yang dapat dipantau meliputi gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta s osialisasi dan kemandirian.

1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot- otot besar, seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.


(40)

3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesaibermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.


(41)

BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan telaah pustaka yang ada, maka dapat dibuat kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep adalah kelanjutan dari kerangka teori atau landasan teori yang disesuaikan dengan tujuan khusus penelitian yang akan dicapai (Machfoedz, 2010,hal.43)..

Berdasarkan hal tersebut, kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 3.1. Kerangka penelitian Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Kejadian diare pada balita

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrument alat ukur, maka variabel harus diberikan batasan atau definisi yang operasional atau “Definisi Operasional Variabel” (Notoadmojo, 2010, hal.113)

Pengetahuan

Sikap


(42)

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur jumlah yang dinilai Skala

1 Pengetahuan Ibu

Segala hal yang diketahui ibu mengenai diare pada balita meliputi definisi diare, klasifikasi, tanda dan gejalanya,patofi siologi, etiologi,tata laksana balita diare, serta factor resikonya Kuesio ner Pengisian Kuesioner Dengan menghitun g jawaban responden pada kuesioner dengan mengguna kan Item benar = 1 Salah = 0

Baik : bila benar 15-21 Cukup: bila benar 8-14 Kurang: bila benar 0-7 Ordinal

2 Sikap ibu Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari untuk bertingkah laku secara konsisten terhadap seseorang, sekelompok orang, suatu objek. Yang ingin diteliti adalah sikap responden tentang pernyataan mengenai diare pada balita yang meliputi sangat setuju, setuju,tidak setuju, serta sangat tidak setuju Kuesio ner Dengan menghitun g jawaban responden pada kuesioner

Positif = bila skornya 26-40 Negative = bila skornya 10-25


(43)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriftif, dengan memakai pendekatan cross sectional yakni penelitian yang dilakukan hanya pada suatu periode tertentu dan pengambilan sampel dilakukan dalam sekali waktu.

Penelitian ini bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara objektif, sistematis dan akurat yaitu mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang kejadian diare pada balita di Puskesmas Teladan, Medan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, subjek berupa benda, semua benda yang memiliki sifat atau ciri pada suatu subjek ( Mahfoedz, 2010). Populasi dalam penelitian ini yakni semua ibu balita usia 1 – 5 tahun yang datang memeriksakan balitanya ke poli KIA puskesmas Teladan

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti atau sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi..Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel consecutive

sampling,yakni cara pengambilan sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai

kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel dapat terpenuhi (Hidayat, 2011) dalam penelitian ini yaitu kurun waktu 14 Maret- 10 Mei 2014. Sampel dalam penelitian


(44)

ini adalah ibu yang memiliki balita berumur 1-5 tahun yang datang memeriksakan balitanya ke poli KIA Puskesmas Teladan Medan

C. Kriteria Penelitian

Kriteria Responden dalam penelitian ini adalah :

1. Ibu balita yang memiliki balita usia 1 - 5 tahun yang datang memeriksakan balitanya ke poli KIA Puskesmas Teladan

2. Ibu balita yang bersedia menjadi responden, menanda tangani informed

consent dan mau mengisi lembar kuesioner.

3. Ibu dalam keadaan sehat

D. Tempat penelitian dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Teladan yang terletak di jalan Sisingamangaraja No. 65, Kelurahan Teladan Barat, Kecamatan Medan Kota. Pelaksanaan pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada 14 Maret – 10 Mei 2014.

Adapun alasan utama mengapa peneliti memilih Puskesmas Teladan sebagai lokasi penelitian karena :

a. Ditempat ini belum pernah dilakukan penelitian yang sejenis tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang kejadian diare pada balita

b. Puskesmas Teladan memiliki data data mengenai diare pada balita

c. Merupakan salah satu puskesmas besar dan memiliki fasilitas rawat inap yang ada di Kota Medan


(45)

d. Merupakan salah satu lahan praktek mahasiswa institusi pendidikan kesehatan

2. Waktu Penelitian

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan mulai Oktober 2013 sampai dengan Juli tahun 2014. Dimulai dari pengajuan judul, penelusuran pustaka, melakukan survey awal, konsultasi dengan dosen pembimbing, pengajuan proposal, pengolahan data, dan sidang akhir. Dimana pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada 14 Maret 2014 – 10 Mei 2014.

E. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian kebidanan yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan dan diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden tersebut..

2. Anonymity

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama responden hanya mencantumkan kode berupa nomor urut responden pada lembar kuesioner penelitian yang disediakan


(46)

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua hasil yang terkumpul akan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2011).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penulisan karya tulis ilmiah ini ada 2 jenis yaitu:

1. Kuesioner data demografi ibu balita

Yang berisi mengenai data umum ibu berupa umur ibu, suku, serta pendidikan terakhir

2. Lembar kuesioner

Yang berisi pertanyaan pengetahuan dan pernyataan sikap ibu tentang kejadian diare pada balita

Dalam penelitian ini cara ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan penyebaran lembar kuesioner, dan alat ukur yang digunakan berupa kuesioner .

G. Alat pengumpulan data 1. Data pengetahuan

Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu terhadap kejadian diare pada balita. Dimana terdiri dari 21 pertanyaan tertutup menggunakan pilihan berganda dari pilihan jawaban a, b, dan c Untuk jawaban


(47)

yang benar diberi skor 1 dan apabila salah diberi skor 0, jadi kemungkinan nilai minimum yang didapat adalah 0 dan nilai maksimumnya adalah 21.

Tabel 4.1 Kriteria Jawaban Pengetahuan

Jawaban Skor

Benar Salah

1 0

Dengan rumus sebagai berikut:

P = ������� (����� ��������� −����� ������� ℎ)

��������� �����

Ket:

P = Panjang kelas interval Rentang = Nilai tertinggi-nilai terendah Banyak Kelas = jumlah Kategori (Hidayat, 2007)

P= 21−0

3

P= 21

3

P= 7

Rentang kelas sebesar 21 didapat dari nilai tertinggi-nilai terendah (21-0) =21 dan banyak kelas 3 kelas, maka didapatkan panjang kelas sebesar 7. Jika skor maksimum adalah 21, maka skor terendah adalah 0 dapat dikategorikan sebagai berikut


(48)

Tabel 4.2 Interval Skor Pengetahuan

2. Data sikap

Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap ibu terhada kejadian diare pada balita. Terdiri dari 10 pertanyaan. Aspek pengukuran sikap dilakukan berdasarkan jawaban responden dari semua pertanyaan sikap yang diberikan terdiri dari empat kategori yaitu: sangat setuju, setuju, Tidak setuju, Sangat tidak setuju

Jika pertanyaan positif(+), Maka: Sangat Setuju : 4 Setuju : 3 Tidak Setuju : 2 Sangat Tidak setuju : 1

Jika pertanyaan negative (-). Maka: Sangat Setuju : 1

Setuju : 2 Tidak Setuju : 3

Sangat Tidak setuju : 4 (Hidayat, 2009, hal.90)

Total skor diperoleh nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 40. Jadi, semakin tinggi skor maka semakin baik pula sikap ibu mengenai penanganan diare. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus menurut hidayat

Kriteria Skor

Baik Cukup Kurang

15-21 8-14

0-7

P = �������


(49)

Ket:

P = Panjang kelas interval Rentang = Nilai tertinggi-nilai terendah Banyak Kelas = jumlah Kategori( Hidayat, 2007)

Dimana diketahui skor maksimum yang diperoleh dari jumlah nilai jawaban tertinggi dikali dengan jumlah pertanyaan(4x10)=40 dan skor minimum didapatkan dari jumlah jawaban terndah yakni 1 dikalikan jumlah pernyataan (1x10)=10. Rentang kelas yakni 30 didapatkan dari 40-10=30 yakni skor nilai tertinggi-skor nilai terendah dan banyaknya kelas dibagi 2 yakni positif dan negative maka didapatkan panjang kelas sebesar 15 didapatkan dari 30 (rentang kelas) dibagi 2 kelas. Jika skor maksimal adalah 40 dan skor minimal adalah 10 dengan interval yakni 15, maka dapat dikategorikan:

1. Positif= apabila mendapat skor 26-40 2. Negative= apabila mendapat skor 10-25

H.Uji validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas memiliki arti ketepatan dan kecermatan. Secara sederhana yang dimaksud dengan valid adalah sahih. Alat ukur dikatakan sahih apabila alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur (Machfoedz, 2010). Dalam penelitian ini dilakukan pengujian validitas isi (content validity) .pengujian validitas isi instrument bersifat social seperti kuesioner dengan suatu analisis teoritik, apakah pertanyaan atau pernyataan tersebut secara logika dalam menanyakan indicator-indikator dari variabel-variabel yang akan diukur (Machfoedz, 2010). Dalam penelitian ini terdiri dari dari 21 pertanyaan pengetahuan , dan 10 pertanyaan


(50)

mengenai sikap dan dikonsulkan kepada ahlinya yakni dalam penelitian ini peneliti meminta bantuan ahli untuk memvalidasinya dan pernyataan dikatakan valid apabila CVI adalah > 0,7. Uji validitas dilakukan oleh Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns. M.Kep dengan nilai CVI diperoleh yaitu 0,77 untuk kuesioner pengetahuan dan untuk kuesioner sikap nilai CVI nya adalah 0,79

2. Reliabilitas

Reliabilitas artinya keajegan, maksudnya berkali-kali untuk mengukur hasilnya tetap atau paling sedikit berbeda amat sedikit. Bila berkali-kali untuk mengukur bedanya banyak, maka alat ukur tersebut tidak reliabel (Machfoedz, 2010). Reliabilitas dilakukan pada responden yang memiliki kriteria yang sama dengan responden yang menjadi subyek penelitian yakni sebanyak 10 orang responden . Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan uji reliabilitas uji statistic

Cronbach's Alpha SPSS 17 hasil yang didapatkan yakni nilai koefisien uji reliabilitas

untuk kuesioner pengetahuan adalah 0,80 dan kuesioner sikap adalah 0,771. Instrument dikatakan reliabel bila nilai koefisiennya > 0,600 – 0,799.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Notoatmodjo,2010)

Pengumpulan data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh sendiri dan langsung dari Responden. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner mengenai pengetahuan dan sikap ibu tentang kejadian diare pada balita.


(51)

2. Data Sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Kepala Puskesmas Teladan mengenai gambaran umum puskesmas, batas wilayah kerja dan lain-lain.

J. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan langkah – langkah:

1) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul dengan cara memeriksa data

checklist yang ada lalu diperiksa apakah data yang ada sesuai dengan jumlah

sampel.

2) Coding

Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori.

3) Tabulasi

Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam tabel kemudian membuat distribusi frekuensi. Pada tahap ini hasil observasi yang sama diteliti dan teratur, kemudian dihitung dan dijumlahkan selanjutnya, dituliskan dalam bentuk tabel-tabel (Hidayat, 2011)

4) Persentase data

Setelah data dikumpulkan kemudian dat diolah pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi SPSS Versi 17,0 dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase (%).


(52)

K. Teknik Analisa data

Teknik analisa yang digunakan adalah : 1. Teknik analisa univariat

Pada penelitian ini, analisa data dengan menggunakan teknik analisa univariat dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi responden penelitian dan proporsi dari variabel – variabel yang diamati. Data yang diperoleh dikumpulkan, pertanyaan dan pernyataan yang dijawab akan diberikan skor, kemudian disajikan kedalam bentuk tabel dengan perhitungan analisis.


(53)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan memaparkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Kejadian Diare pada Balita Di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

A. Letak Geografis dan Demografis Puskesmas Teladan 1. Letak

Puskesmas Teladan terletak di jalan Sisingamangaraja No. 65, Kelurahan Teladan Barat, Kecamatan Medan Kota. Puskesmas Teladan terdiri dari lima kelurahan dengan jumlah penduduk 37.590 jiwa.

Batas – batas wilayah kerja Puskesmas Teladan :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Teladan Timur c. Sebelah Barat berbatasan dengan Simpang Limun

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan Adapun kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas Teladan medan adalah :

1. Kelurahan Teladan Barat : 13 lingkungan 2. Kelurahan Mesjid : 9 lingkungan 3. Kelurahan Pasar Baru : 8 lingkungan 4. Kelurahan Pusat Pasar : 8 lingkungan 5. Kelurahan Pandau Hulu : 9 lingkungan


(54)

B. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Kejadian Diare pada Balita Di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014. Dengan jumlah responden yang diteliti sebanyak 48 orang. Maka, hasil penelitian akan peneliti uraikan dalam bentuk analisa univariat

Analisa univariat ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang kejadian diare pada balita. Berikut ini akan dijabarkan hasil penelitian peneliti mengenai hasil identifikasi karakteristik responden serta pengetahuan dan sikap ibu tentang kejadian diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan.

1. Karakteristik Responden

Adapun distribusi frekuensi dari karakteristik responden adalah berdasarkan umur, pendidikan, serta pekerjaan.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Ibu Balita Di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

Karakteristik responden F %

Umur

< 20 tahun 3 6,3

20-30 tahun 37 77,1

> 30 tahun 8 16,7

Pendidikan

SD 6 12,5

SMP 19 39,6

SMA 23 47,9

Pekerjaan

IRT 31 64,6

wiraswasta 12 25,0

Karyawan 5 10,4

Total 48 100

Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa dari 48 responden mayoritas umur responden berada diantara umur 20 – 30 tahun yakni sebanyak 37


(55)

responden (77,1 %). Berdasarkan pendidikan terakhir mayoritas berpendidikan terakhir yakni SMA sebanyak 23 responden (47,9 %) dan mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga yakni sebanyak 31 orang (64,6 %). 2. Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Diare

Dari hasil penelitian distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuisioner pengetahuan ibu tentang kejadian diare, didapatkan bahwa mayoritas responden yang menjawab benar pada pertanyaan nomor 1 yakni mengenai pengertian diare pada balita yaitu sebanyak 45 responden ( 93,8%) dan mayoritas menjawab salah pada pertanyaan kuisioner pengetahuan nomor 9, yakni mengenai manfaat sebenarnya diberikannya oralit pada saat balita mengalami diare sebanyak 32 responden (66,7%). Dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut :


(56)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuisioner Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Teladan

Medan Tahun 2014.

Pertanyaan Pilihan Jawaban

No Salah Benar

1

F % F %

Definisi diare 3 6,3 45 93,8

2 Penyebab diare pada balita 25 52,1 23 47,9 3 Frekuensi diare akut 14 29,2 34 70,8 4 Frekuensi diare kronis 22 45,8 26 54,2 5 Tanda dan gejala balita diare dengan infeksi bakteri 20 41,7 28 58,3 6 Usia balita terkena diare akibat virus 18 37,5 30 62,5 7 Penyebab diare paling tinggi 24 50,0 24 50,0 8 Tujuan tatalaksana diare 19 39,6 29 60,4 9 Manfaat pemberian oralit 32 66,7 16 33,3 10 Pencegahan diare yang efektif 23 47,9 25 52,1 11 Cara membuat tablet zinc 23 47,9 25 52,1 12 Tujuan pemberian terapi cairan 24 50,0 24 50,0 13 Terapi penanganan diare 12 25,0 36 75,0 14 Bahan untuk membuat oralit 12 25,0 36 75,0 15 Frekuensi lamanya pemberian zinc pada saat diare 27 56,3 21 43,8 16 Alasan ASI sebagai obat utama pada bayi < 6 bulan 12 25,0 36 75,0 17 Tindakan ibu bila anak muntah saat diberi Zinc 7 14,6 41 85,4 18 Dosis oralit pada bayi < 1 bulan 23 47,9 25 52,1 19 Faktor resiko diare 14 29,2 34 70,8 20 Alasan makanan menjadi penyebab diare 9 18,8 39 81,3 21 Tanda bahaya balita diare 11 22,9 37 77,1


(57)

Adapun berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang telah peneliti tetapkan Maka, pengetahuan responden tentang kejadian diare pada balita dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Teladam Medan

Tahun 2014

Pengetahuan F %

Baik 22 45,8

Cukup 23 47,9

Kurang 3 6,3

Total 48 100

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian diare pada balita dengan jumlah 48 responden mayoritas berpengetahuan Cukup yakni sebanyak 23 responden ( 47,9 %).

3. Sikap Ibu tentang Kejadian Diare

Dari hasil penelitian distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuisioner sikap tentang kejadian diare, pada penyataan positif didapatkan bahwa sebagian besar responden menjawab “Sangat Setuju” pada pernyataan nomor 1 mengenai keharusan ibu untuk mampu mengetahui dan mendeteksi dini apakah balita mengalami diare atau tidak yaitu sebanyak 25 responden (52,1%). Pada pernyataan negatif sebagian besar responden menjawab “Sangat Tidak Setuju” pada penyataan nomor 5 mengenai Pemberian cairan untuk menghindari dehidrasi pada balita yang mengalami diare yakni sebanyak 24 orang (50 %). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:


(58)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuisioner Sikap tentang Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Teladan Medan

Tahun 2014.

No Pernyataan Tdk

diisi

STS TS S SS

F % F % F % F %

1 Sikap ibu tentang deteksi dini balita diare

6 12,5 8 16,7 9 18,8 25 52,1 2 Sikap ibu tentang

memberikan oralit dan Zinc pada balita diare

17 35,4 14 29,2 14 29,2 3 6,3

3 Informasi penanganan awal balita diare

22 45,8 12 25,0 9 18,8 5 10,4 4 Sikap ibu mengenai

penanganan awal balita diare di rumah

23 47,9 9 18,8 10 20,8 6 12,5

5 Pemberian cairan untuk menghindari dehidrasi

24 50,0 12 25,0 7

14,6 5 10,4 6 Sikap ibu tentang cara

sederhana mencegah diare pada balita

19 39,6 10 20,8 17 35,4 2 4,2

7 Pemberian teh kental sebagai penanganan awal balita diare selain zinc dan oralit

1 11 22,9 13 27,1 15 31,3 8 16,7

8 Konsultasi dengan tenkes merupakan salah satu tindakan tepat penanganan diare

16 33,3 12 25,0 11 22,9 9 18,8

9 Zinc satu satunya obat untuk diare pada balita

10 20,8 17 35,4 13 27,1 8 16,7 10 Lima langkah tuntaskan

diare pada balita


(59)

Berdasarkan perhitungan kategorik kuisioner sikap ibu tentang kejadian diare pada balita dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu tentang Kejadian Diare pada Balita Di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

Sikap F %

negatif 38 79,2

positif 10 20,8

Total 48 100

Berdasarkan tabel 5.5 diatas didapatkan bahwa sikap ibu tentang Kejadian Diare pada Balita Di Puskesmas Teladan Medan dari 48 responden mayoritas menyatakan sikap “Negatif” tentang kejadian diare pada balita yakni sebanyak 38 responden (79,2%).

C. Pembahasan

1. Interpretasi Diskusi Hasil

a. Pengetahuan ibu tentang Kejadian Diare pada Balita

Berdasarkan definisinya, pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan hal ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah kesan di dalam fikiran sebagai hasil penggunaan panca inderanya, pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang dialami (Mubarak, 2012).


(60)

Dari hasil penelitian peneliti mengenai pengetahuan ibu tentang Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Teladan Medan diperoleh bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan Baik sebanyak 22 responden (45,8%), Cukup sebanyak 23 responden (47,9 %), serta Buruk sebanyak 3 responden (6,3%)

Berdasarkan tabel 5.2 mengenai distribusi jawaban responden berdasarkan kuisioner pengetahuan ibu tentang kejadian diare pada balita mayoritas didapatkan 45 responden (93,8 %) menjawab benar mengenai pengertian diare. Jawaban dikatakan benar jika responden memilih jawaban “buang air besar dalam bentuk cair, lebih dari 3 kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama 2 hari atau lebih dengan konsistensi cair,tanpa darah atau lender. Disini tergambar bahwa para ibu balita sudah mengetahui tentang definisi apa itu diare. Serta didapatkan juga bahwa ibu balita mayoritas sudah mengetahui alasan makanan menjadi penyebab diare pada balita yaitu sebanyak 39 responden (81,3 %). Jawaban responden dikatakan benar bila memilih jawaban ” Kontaminasi alat-alat makan balita yang tidak bersih” hal ini dikarenakan balita rentan terkena diare, dimana balita memiliki daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah terinfeksi virus penyakit. Oleh karena itu, para ibu balita disarankan untuk selalu menjaga kebersihan makanan dan minuman balita serta tempatnya sebagai langkah sederhana mencegah diare pada balita.

Berdasarkan tabel 5.2 mengenai distribusi jawaban responden berdasarkan kuisioner pengetahuan ibu tentang kejadian diare pada balita, mayoritas didapatkan 32 responden (66,7%) menjawab salah pada pertanyaan mengenai manfaat pemberian oralit saat balita mengalami diare. Karena sebanarnya pemberian oralit pada balita diare merupakan langkah penanganan awal diare yang dapat dilakukan di rumah dengan prinsip mencegah dehidrasi, yaitu dengan memberikan cairan lebih banyak untuk menghindari kemungkinan terjadinya dehidrasi berat. Hal ini


(61)

disebabkan ada sebagian responden beranggapan bahwa balita yang diare harus dipuasakan agar asupan makanan dan minuman yang masuk ke lambung yang sedikit sebanding dengan pengeluaran feses yang dikeluarkan saat balita diare. Sebagian responden beranggapan jika banyak mengkonsumsi cairan maka pengeluaran feses akan semakin cair pula. Pandangan ini harus segera diluruskan, dengan memberikan edukasi yang baik dan benar oleh petugas kesehatan bahwa balita diare harus tetap diberikan nutrisi dan cairan untuk menghindari terjadinya dehidrasi yang berlebihan saat diare.

Dari hasil pengakategorian pengetahuan ibu tentang kejadian diare pada balita mayoritas responden miliki pengetahuan Cukup yakni sebanyak 23 responden (47,9 %). Hal ini dapat disebabkan karena sebagianibu balita sudah mengeahui lebih jauh tentang kejadian diare serta penanganan awal balita diare di rumah untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada balita dan kemungkinan informasi yang didapat oleh responden diterima dengan baik, baik dari media massa maupun dari petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan.

Hasil penelitian peneliti mengenai pengetahuan ibu tentang kejadian diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014 disini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endah Purbasari Mengenai “Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Dalam Penanganan Awal Diare Pada Balita Di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten Pada Bulan September Tahun 2009” menunjukan bahwa dari sebaran 68 responden mayoritas responden berpengetahuan Cukup yakni 33 responden (48%)

b. Sikap Ibu tentang Kejadian Diare pada Balita

Berdasarkan Definisinya, Sikap adalah perasaan, fikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek aspek tertentu dalam


(62)

lingkungannya. Skiap merupakan suatu respon evaluative, respon akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual ,komponen sikap terdiri dari komponen kognitif, afektif, serta perilaku (Azwar, 2013).

Berdasarkan tabel 5.4 mengenai distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuisioner sikap tentang kejadian diare pada balita, pada pernyataan positif didapatkan bahwa mayoritas responden menjawab sangat setuju pada pernyataan mengenai sikap ibu tentang deteksi dini balita yang mengalami diare yakni sebanyak 25 responden ((52,1 %). Dan pada pernyataan negative mayoritas responden menjawab sangat tidak setuju pada pernyataan mengenai memberikan makan dan minum dapat mengurangi resiko dehidrasi. Hal ini disebabkan sebagian responden beranggapan bahwa memberikan makanan dan cairan saat balita diare justru dapat memperbesar frekuensi balita untuk Buang Air Besar bukan untuk mencegah dehidrasi.

Hasil penelitian dari 48 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap negative yakni sebanyak 38 responden (79,2 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden yakni para ibu balita memiliki sikap negative tentang kejadian diare pada balita.

Menurut Azwar (2007) menyebutkan bahwa dalam sikap positif, tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sedangkan dalam sikap negative terdapat kecenderungan untuk menjauhi,menghindari, membenci serta tidak menyukai objek tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden tidak menyetujui atau tidak mnerima tentang kejadian diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan.


(63)

Hasil Penelitian peneliti mengenai sikap ibu tentang kejadian diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014 disini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dedeh Sri Rahayu mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang diare dengan terjadinya diare pada anak balita di Rumah Sakit Umum Cibabat Kota Cimahi Tahun 2006 “ menunjukkan bahwa dari 67 orang ibu balita yang menjadi responden ibu balita baik yang mengalami diare maupun tidak mengalami diare terdapat 30 responden (44,8%) yang bersikap negative terhadap diare .Sementara itu, mayoritas sebanyak 37 responden (55,2 %) yang bersikap positif terhadap diare

Sikap ibu yang negative tercermin dari sikap terhadap penanganan awal diare di rumah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh lingkungan sekitar ibu yang masih beranggapan bahwa diare merupakan penyakit yang biasa dan tidak terlalu berbahaya bagi kesehatan balita. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (2013) bahwa sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan yang lainnya serta hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun psikologis disekelilingnya.

Sementara itu, sikap positif ibu menurut Azwar (2013) dapat dipengaruhi oleh beberapa fakor seperti pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, budaya, media massa, lembaga pendidikan maupun agama serta faktor emosional dalam diri individu.


(64)

2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang memiliki kelemahan, yakni:

a. Responden tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati dan tidak dijawab, hal ini dapat diatasi dengan menggunakan metode wawancara. Namun tetap saja memiliki kelemahan, yaitu pada saat peneliti telah mewawancarai beberapa responden dalam satu waktu dan mengalami kelelahan.

b. Peneliti dapat melakukan kesalahan dalam bertanya sehingga responden tidak mengerti maksud dari pertanyaan yang diajukan. Selain itu kesalahan dapat terjadi pada saat balitanya menangis, sehingga suasananya menjadi tidak kondusif dan responden ingin segera menyelesaikan wawancara dan menjawab seadanya.

c. Banyak responden yang menolak mengisi kuesioner dengan alasan sibuk, banyak pekerjaan, tidak mengerti, tidak bisa membaca dan alasan lainnya. 3. Impikasi untuk pelayanan kebidanan serta penelitian

Hasil penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang kejadian diare pada balita dapat menjadi acuan bagi bidan dalam memberikan pelayanan serta asuhan bagi bayi dan balita serta meningkatkan pemahaman bagi bidan sehingga dapat membantu bidan dalam memberikan pelayanan yang tepat serta tanggap pada pasien balita sehingga dapat mecegah terjadinya diare pada anak dengan cara pemberian informasi pada ibu ibu balita mengenai upaya pencegahan dan penanganan balita diare di rumah sehingga orang tua dapat memberikan penanganan segera untuk dapat meminimalisirkan keparahan anak akibat diare sebelum dibawa ke pelayanan kesehatan. Hal ini diharapkan juga dapat mengurangi angka kematian balita yang


(65)

diakibatkan oleh diaare yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia sejak dulu yang juga disebabkan karena keterlambatan dalam penanganan diare dan kurangnya informasi yang diterima ibu balita sehingga masih banyak yang menganggap diare pada balita adalah hal biasa, padahal apabila tidak ditangani dengan segera diare dapat menyebabkan kematian pada balita.


(66)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan : Baik sebanyak 22 responden (45,8%), Cukup sebanyak 23 responden (47,9 %), serta Kurang sebanyak 3 responden (6,3%) 2. Tingkat Sikap : Positif sebanyak 10 responden (20,8 %) serta Negatif

sebanyak 38 responden (79,2%) B. Saran

1. Bagi tempat penelitian

Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan balita secara komperehensif, penilaian kompetensi bidan/dokter atau perawat serta Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja tenkes sehingga dapat menjadi pelayanan kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan terbaik bagi balita sakit dengan diare yang memerlukan tindakan segera untuk mencegah dehidrasi yang menjadi salah satu penyebab utama kematian balita terbesar saat ini

2. Bagi Ibu

Bagi ibu-ibu balita agar lebih menambah pengetahuannya tentang cara perawatan balita saat mengalami diare dengan benar dan tepat. Terutama dalam hal mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan efektif penderita diare, yaitu memberikan cairan secara oral pada anak di rumah segera setelah diare, bukan langsung dibawa berobat ke sarana kesehatan

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan masukan dan menambah bahan kepustakaan dan refrensi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.


(67)

4. Bagi peneliti sendiri

Sebaiknya peneliti yang ingin melakukan penelitian seperti ini memiliki kemampuan lebih dalam komunikasi. Agar lebih mudah menyampaikan maksud dan tujuan dari pertanyaan-pertanyaan kuisioner. Dan ibu juga lebih mudah dalam memahami pertanyaan yang diajukan peneliti.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang lebih mendalam lagi tentang penatalaksanaan pencegahan dehidrasi pada balita diare akut di tingkat rumah tangga


(1)

(2)

93


(3)

(4)

95


(5)

(6)

97

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Idenditas Pribadi

Nama : Indah Murni Cahyani

Tempat/tgl. Lahir : Indragiri Hulu, 4 Oktober 1992

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Nama Ayah : Sutarno Budianto Nama Ibu : Intan Murni

Alamat: : Jl. Mawar Desa Sungai Sirih Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi KKabuapaten Kuantan Singingi, Riau II. Riwayat pendidikan

1. Tahun 1998 – 2004 : SDN O15 Sungai Sirih Tamat dan Lulus Berizajah

2. Tahun 2004 – 2007 : SMPN 4 Singingi

Tamat dan Lulus Berizajah

3. Tahun 2007 – 2010 : SMAN Pintar Kabupaten Kuantan Singingi Tamat dan Lulus berizajah

4. Tahun 2010 – 2013 : Akademi Kebidanan Medistra Lubuk Pakam Pakam

5. Tahun 2013- sekarang : Program Studi D-IV Bidan Pendidik USU