PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS CERPEN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI SMA NEGERI LANGSA.

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS CERPEN BERBASIS KEARI FAN LO KAL

DI S MA NE GE RI 1 LANGS A

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

PRIMA NUCIFERA NIM 8146191018

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Prima Nucifera. Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal di SMA Negeri Langsa. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) kelayakan bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan lokal, (2) hasil belajar siswa kelas XII SMA Negeri 1 Langsa pada materi menulis cerpen dengan pengembangan bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan lokal, (3) keefektifan bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan lokal Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan berdasarkan model pengembangan Borg and Gall yang dikombinasikan dengan model pengembangan Dick dan Carrey. Subjek uji coba terdiri dari ahli materi, ahli desain, guru bahasa Indonesia, siswa SMA Negeri 1 Langsa pada uji coba perorangan terdiri dari 3 siswa, 9 siswa pada uji coba kelompok kecil, dan 32 siswa pada uji coba kelompok lapangan terbatas. Data tentang kualitas produk pengembangan ini dikumpulkan melalui angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) validasi ahli materi meliputi kelayakan isi dengan rata-rata 86,02 pada kriteria sangat baik, kelayakan penyajian dengan rata-rata 83,65% pada kriteria sangat baik, aspek bahasa dengan rata-rata 81,73% pada kriteria sangat baik, (2) validasi ahli desain dengan rata-rata 81,11% pada kriteria sangat baik, (3) uji coba perorangan dengan rata-rata 83,33% dengan kriteria sangat baik, (4) uji coba kelompok kecil dengan rata-rata 91,19% dengan kriteria sangat baik, dan (5) uji kelompok lapangan terbatas dengan rata-rata 94,40% dengan kriteria sangat baik, (6) hasil belajar rata-rata siswa sebelum menggunakan bahan ajar 68,71 dan hasil belajar rata-rata siswa setelah menggunakan bahan ajar 77,72, dan (7) keefektifan bahan ajar dengan persentase 77,72% dengan kriteria baik. Dengan demikian, bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan lokal yang telah dikembangkan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran sebagai sumber belajar.


(6)

ii ABSTRACT

Prima Nucifera. Teaching Material Development of Writing Short Story Based on Local Wisdom in SMA Negeri 1 Langsa. Thesis. Postgraduate

Program of State University of Medan. 2016.

This research aimed to describe (1) the eligibility of teaching materials to write short stories based on local wisdom, (2) the learning result of twelfth grade students of SMA Negeri 1 Langsa on the material short stories writing with the development of teaching materials to write short stories based on local wisdom, (3) the effectiveness of teaching materials to write short stories based on local wisdom. This study was a research and development based on Borg and Gall development model which was combined with Dick and Carrey development model. Subject of the test consisted of material and design experts, Bahasa Indonesia teachers, SMA Negeri 1 Langsa students on individual test consisted of 3 students, 9 students were in small group test, and 32 students were in the confined field group test. The data on this quality of development product was collected through questionnaires. The results showed that: (1) material experts validaty included the content eligibility with an average of 86.02 on very good criteria, eligibility presentation with an average of 83.65% on very good criteria, language aspects with an average of 81.73% on very good criteria, (2 ) design experts validity with an average of 81.11% on very good criteria, (3) individual test with an average of 83.33% on very good criteria, (4) small group test with an average of 91.19 % on very good criteria, and (5) the confined field group test with an average of 94.40% on very good criteria, (6) the average of students’ learning outcome before using teaching materials 68.71 and the average of students’ learning outcome after using teaching materials 77.72, (7) the effectiveness of teaching materials with presentations 77.72% on good criteria. Thus, the teaching materials to write short stories based on local wisdom that has been developed eligible to be used in the learning process as a learning resource.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. Atas

berkah dan karunia-Nya sehingga tesis saya yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar

Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Bapak Dr.

Abdurrahman Adisaputera, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I dan kepada

Bapak Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan

terima kasih juga kepada Bapak Dr.Wisman Hadi, M.hum., Bapak Dr. M. Oky

Fardian Gafary, S.Sos, M.Hu., dan Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.,

selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran-saran demi

penyempurnaan tesis ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri

Medan beserta pada pejabat di jajaran civitas akademika Unimed.

2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd., selaku direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan beserta para Asisten Direktur, beserta semua staf


(8)

iv

3. Ibu Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd., selaku ketua Prodi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Bapak Dr. Abdurrahman Adisahputra, M.Hum.,

selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan seluruh

Bapak Ibu dosen yang telah memberikan motivasi serta membekali penulis

dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

5. Ibu Dra. Irmawati, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Langsa yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA

Negeri 1 Langsa.

6. Bapak Prof. Dr. Khairil Ansyari, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Paningkat Siburian,

M.Pd., Bapak Dr. Wildan, M.Pd., dan Ibu Aisyah, S.Pd., selaku validator

yang telah mengoreksi, menilai, dan memberikan saran perbaikan terhadap

bahan ajar yang penulis susun.

7. Teristimewa kepada orang tua tercinta Syawaluddin, M.P., dan Nurainida,

S.E. yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, menyekolah, serta

memberikan semangat dan doa kepada penulis.

8. Adik-adik Win Syaifanur dan Agri Muhammad Farhan yang memberikan

motivasi dan doa dalam menyelesaikan tesis ini serta kakanda M. Arief

Maulana dan kakanda Miswar yang telah banyak memberikan bantuan dan

motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Sahabat seperjuangan Maryska Debora Silalahi, Harry Syahputra Gultom,

Fitri Ayu Meihardian, Wita Dwi Payana, Abram Thiofilus Sitepu, Viktor

Risman Zega, Pratiwi Sartika Sari, serta seluruh rekan-rekan mahasiswa

Pascasarjana angkatan II reguler A Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra


(9)

v

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah

memberikan bantuan baik materil maupun moril kepada penulis.

Kiranya seluruh perhatian, kebaikan, dan bantuan yang telah diberikan

kepada penulis menjadi amal soleh dan semoga diberkahi oleh Allah Swt. Akhir

kata, penulis menyampaikan semoga tesis ini dapat bermanfaat dan menambah

khasanah berpikir bagi pembaca.

Medan, 28 Desember 2016

Penulis,


(10)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 7

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahan Ajar ... 10

2.1.1 Fungsi Bahan Ajar ... 11

2.1.2 Jenis Bahan Ajar ... 13

2.1.3 Sistematika Penyusunan Bahan Ajar ... 17

2.1.4 Kriteria Kelayakan Bahan Ajar ... 20

2.1.5 Pengembangan Bahan Ajar ... 21

2.2 Modul ... 24

2.2.1 Pengertian Modul ... 24

2.2.2 Pengembangan Penyusunan Modul ... 26

2.2.3 Komponen-Komponen Modul ... 28

2.2.4 Karakteristik Modul ... 29

2.2.5 Keuntungan Penggunaan Modul ... 31


(11)

vii

2.3 Hakikat Menulis ... 32

2.3.1 Prinsip Pembelajaran Menulis ... 34

2.3.2 Pembelajaran Menulis Cerpen ... 36

2.3.3 Unsur-unsur Pembangun Cerpen ... 38

2.4 Hakikat Kearifan Lokal ... 45

2.4.1 Jenis-jenis Kearifan Lokal ... 47

2.4.2 Kearifan Lokal Masyarakat Aceh ... 49

2.4.3 Pemberian Muatan Kearifan Lokal dalam Pembelajaran ... 54

2.5 Kerangka Konseptual ... 57

2.6 Penelitian Relevan ... 59

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 60

3.2 Model Pengembangan ... 60

3.3 Prosedur Pengembangan ... 61

3.4 Tahap Uji Coba Produk ... 64

3.4.1 Desain Uji Coba ... 64

3.4.2 Subjek Uji Coba ... 64

3.4.3 Pelaksanaan Uji Coba... 64

3.4.4 Jenis Data ... 65

3.5 Instrumen Pengumpulan Data ... 66

3.6 Teknik Analisis Data ... 68

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 69

3.8 Teknik Analisis Data ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 73

4.1.1 Kelayakan Bahan Ajar ... 74

4.1.1.1 Data Hasil Validasi Tim Ahli Materi... 75

4.1.1.2 Data Hasil Validasi Tim Ahli Desain ... 81

4.1.1.3 Hasil Penilaian Modul oleh Guru Bahasa Indonesia .. 84

4.1.1.4 Hasil Uji Coba Perorangan Siswa ... 86

4.1.1.5 Hasil Respon Modul Uji Coba Kelompok Kecil ... 88


(12)

viii

Lapangan Terbatas ... 91

4.1.2 Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa ... 93

4.1.2.1Deskripsi Data Pretes Hasil Belajar sebelum Menggunakan Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal ... 93

4.1.2.2Deskripsi Data Pretes Hasil Belajar sebelum Menggunakan Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal ... 95

4.1.3 Efektivitas Bahan Ajar ... 97

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 101

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 102

5.3 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Validasi dan Penilaian Ahli Materi

Pembelajaran ... 67

3.2 Kisi-kisi Angket Validasi dan Penilaian Ahli Media

Pembelajaran ... 67

3.3 Kisi-kisi Angket Tanggapan Siswa ... 68

3.4 Kriteria Jawaban Item Instrumen Validasi dengan Skala Likert

Beserta Skornya ... 68

3.5 Kriteria Persentase Kemunculan Indikator pada Bahan Ajar

Materi Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal ... 69

4.1 Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Bagi Guru dan Siswa ... 73

4.2 Penilaian Ahli Materi Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis

Kearifan Lokal untuk Kelayakan Isi ... 76

4.3 Persentase Penilaian dari Ahli Materi terhadap Aspek

Kelayakan Isi ... 77

4.4 Penilaian Ahli Materi Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis

Kearifan Lokal untuk Kelayakan Penyajian ... 77

4.5 Penilaian dari Ahli Materi terhadap Aspek Kelayakan

Penyajian ... 78

4.6 Penilaian Ahli Materi Modul Menulis Cerpen Berbasis

Kearifan Lokal untuk Aspek Bahasa ... 79

4.7 Persentase Penilaian dari Ahli Materi terhadap Aspek

Kelayakan Bahasa ... 80

4.8 Saran dari Validator Ahli Materi ... 81

4.9 Penilaian Ahli Media Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis

Kearifan Lokal... 81

4.10 Penilaian dari Ahli Desain ... 83

4.11 Saran dari Validator Ahli Desain ... 84

4.12 Data Tanggapan Guru Bahasa Indonesia terhadap Modul


(14)

x

4.13 Data Respon Siswa dari Uji Coba Perorangan (3 siswa)

terhadap Modul Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal ... 86

4.14 Persentase Perolehan Skor Uji Coba Perorangan terhadap

Modul Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal ... 88

4.15 Data Respon Siswa dari Uji Coba Kelompok Kecil (9 siswa)

terhadap Modul Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal ... 89

4.16 Persentase Perolehan Skor Uji Coba Kelompok Kecil terhadap

Modul Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal ... 90

4.17 Data Respon Siswa dari Uji Coba Kelompok Lapangan Terbatas (32 siswa) terhadap Modul Menulis Cerpen Berbasis

Kearifan Lokal... 91

4.18 Persentase Perolehan Skor Uji Coba Lapangan Terbatas

terhadap Modul Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal ... 93

4.19 Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Hasil Belajar Menulis Cerpen

Sebelum Menggunakan Bahan Ajar ... 94

4.20 Distribusi Frekuensi Nilai Postes Hasil Belajar Menulis Cerpen

Berbasis Kearifan Lokal ... 95

4.21 Data Hasil Belajar Pretes dan Postes pada Materi Menulis


(15)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Langkah Pengembangan Bahan Ajar ... 63

4.1. Frekuensi Nilai Pretes Hasil Belajar Menulis Cerpen Berbasis

Kearifan Lokal ... 95

4.2. Frekuensi Nilai Postes Hasil Belajar Menulis Cerpen Sesudah


(16)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Validasi Oleh Ahli Materi ... 106

2 Lembar Validasi Oleh Ahli Desain ... 112

3 Lembar Tanggapan Guru Terhadap Modul ... 117

4 Angket Respon Siswa ... 119

5 Hasil Validasi Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal Oleh Ahli Materi ... 121

6 Hasil Validasi Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal Oleh Ahli Desain ... 124

7 Hasil Penilaian Modul Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal Oleh Guru ... 126

8 Data Hasil Respon Uji Perorangan (3 Siswa) Terhadap Modul Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal ... 128

9 Data Hasil Respon Siswa Terhadap Modul Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal Uji Kelompok Kecil (9 Siswa) ... 130

10 Data Hasil Respon Siswa Terhadap Modul Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal Uji Coba Lapangan Terbatas (32 Siswa) ... 132


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Pendidikan

berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan

zaman yang akan datang. Pendidikan dapat membentuk manusia yang mampu

menggunakan teknologi (technology literacy) dan mampu menggunakan daya

pikir (thinking literacy) tanpa meninggalkan nilai-nilai kepribadian bangsa, norma

kemanusiaan yang hakiki, norma tradisi, budaya, dan norma agama yang dianut.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu

peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan

analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa

dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia yang dipelajari secara lisan

maupun tertulis. Ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa,

yaitu keterampilan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan

menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang selayaknya dapat


(18)

2

pada kenyataannya, masih banyak siswa di Indonesia yang tidak dapat menulis

dengan baik dan benar. Abidin (2012: 190) menyatakan bahwa pembelajaran

menulis sampai saat ini masih menjadi bahan penelitian yang digemari. Kondisi

ini sejalan dengan kenyataan bahwa pembelajaran menulis masih menyisakan

sejumlah masalah serius. Salah satu masalah serius tersebut adalah rendahnya

kemampuan siswa dalam menulis. Rata-rata siswa sekolah dasar sampai kelas

enam belum mampu menulis secara mandiri dengan hasil yang memuaskan.

Kondisi ini terjadi pula di sekolah menengah bahkan perguruan tinggi. Hal

ini juga dilatarbelakangi oleh penelitian Arina dkk (2010: 2) bahwa di lembaga

pendidikan, penulisan kreatif sastra kurang mendapat perhatian khusus. Menulis

karya sastra bagi siswa merupakan kegiatan yang sangat berat. Pembelajaran

menulis sepertinya masih dianggap sebagai pembelajaran yang sangat sulit bagi

siswa karena mereka harus menemukan sebuah ide untuk dikembangkan dan

kemudian dituliskan. Selain itu, pembelajaran menulis kurang dibawakan secara

menyenangkan oleh guru. Pada pembelajaran menulis, kebanyakan guru hanya

menggunakan metode konvensional, menjelaskan sedikit materi, kemudian

menugaskan siswa untuk menulis tanpa memberikan arahan yang jelas dan

menuntun siswa untuk menemukan ide yang tepat untuk bahan tulisannya.

menurut Sultoni dan Hilmi (2015:232) selama ini pembelajaran menulis cerpen

siswa diminta menuliskan cerpen mereka masing-masing, membacanya di depan

teman-teman sekelas, kemudian menyerahkannya kepada guru. Pembelajaran

menulis cerpen seperti ini sudah sering digunakan, bahkan sejak mereka SD.


(19)

3

siswa dalam mengapresiasi karya sastra, khususnya menulis cerpen masih kurang

efektif. Cerpen adalah hasil karya yang berbentuk imajinatif yang dituangkan

dalam bentuk tulisan. Dalam menulis cerpen tentunya harus ada ide yang

dituangkan. Oleh karena menuangkan ide ke dalam cerpen dianggap sulit oleh

siswa, pembelajaran menulis masih menjadi pembelajaran yang dianggap sulit dan

membosankan bagi siswa.

Berdasarkan penelitian Sultoni dan Hilmi (2015:234), dalam pembelajaran

menulis terutama menulis sastra, guru belum menggunakan bahan ajar yang

memadai sehingga pembelajaran menulis kurang maksimal hasilnya. Buku

penunjang yang ada hanya menjelaskan tentang menulis secara garis besar yang

tidak rinci sehingga pemahaman siswa kurang baik tentang cara menulis. Buku

penunjang yang ada juga masih belum memberikan arahan yang jelas bagaimana

menulis yang baik dan benar serta bagaimana cara jitu untuk mengembangkan

gagasan secara tepat. Buku penunjang yang ada juga hanya menekankan pada

tugas menulis tanpa memberikan prosedur cara menulis yang baik dan benar agar

gagasan yang dimaksud penulis dapat sampai kepada pembaca secara tepat.

Bahan ajar atau materi ajar adalah bahan atau materi yang harus dipelajari

siswa dalam satu kesatuan waktu tertentu. Bahan ini dapat berupa konsep, teori,

dan rumus-rumus keilmuan; cara, tatacara, dan langkah-langkah untuk

mengerjakan sesuatu; dan norma-norma, kaidah-kaidah, atau nilai-nilai. Bahan

ajar untuk pembelajaran koginitif (pengetahuan) akan berwujud teori-teori atau

konsep-konsep keilmuan. Bahan ajar untuk pembelajaran psikomotorik


(20)

4

sesuatu. Sedangkan bahan ajar untuk pembelajaran afektif (sikap) akan berwujud

nilai-nilai atau norma-norma.

Survei awal berbentuk wawancara nonformal dengan guru SMAN 1

Langsa dan guru bidang studi bahasa Indonesia memperoleh data awal yang

menggambarkan nilai rata-rata ulangan harian bahasa Indonesia khususnya pada

materi menulis cerpen adalah 67 dengan ketuntasan 55%. Hal ini menunjukkan

bahwa selama ini siswa belum memperoleh hasil yang maksimal pada materi

menulis cerpen. Guru bidang studi bahasa Indonesia juga menjelaskan siswa

memang kurang memiliki minat dengan keterampilan menulis karena mereka

tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam hal menulis. Hal tersebut disebabkan

siswa juga tidak memiliki kecakapan dalam mengembangkan ide dan gagasannya

ke dalam sebuah tulisan. Guru biasanya memberikan tema secara bebas dalam

pembelajaran menulis cerpen kepada siswa dengan harapan siswa lebih bebas

dalam mengekspresikan ide ke dalam sebuah cerpen, akan tetapi siswa justru

semakin tidak terarah dalam menentukan ide cerita, tokoh dan konflik yang terjadi

dalam cerita. Selain kekurangtertarikan siswa pada materi tersebut, bahan ajar

yang digunakan guru pada materi menulis cerpen juga masih belum maksimal.

Guru hanya menyampaikan materi secara sekilas tanpa penjelasan mendalam

terutama mengenai teknik menulis dan menemukan ide untuk menulis, oleh

karena minat belajar siswa terhadap materi menulis cerpen rendah, maka hasil

belajar siswa pun dikategorikan rendah. Bahan ajar yang digunakan guru dalam

menyampaikan materi pun hanya berupa satu buah buku paket tanpa adanya


(21)

5

Penelitian pengembangan ini didasarkan pada landasan pemikiran

pengembangan bahan ajar Mbulu dan Suhartono (dalam Arina, dkk 2010: 3) yang

bertujuan sebagai (a) pembentukan kompetensi personel dan sosial; (b) kewajiban

dan kewenangan pembelajar; (c) perkembangan IPTEK yang harus selalu diikuti;

dan (d) adanya pengembangan kurikulum menuntut pula pengembangan bahan

ajar. Selanjutnya, Arina, dkk (2010: 4) menyatakan bahwa bahan ajar atau materi

pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai

standar kompetensi yang telah ditentukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar yang didasarkan

dari kearifan lokal yang terdapat di daerah penelitian. Kearifan lokal sendiri

adalah unsur bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu daerah, yaitu nilai-nilai

dari alam untuk mengajak dan mengajarkan tentang bagaimana ‘membaca’

potensi alam dan menuliskannya kembali sebagai tradisi yang diterima secara

universal oleh masyarakat. Kearifan lokal juga bisa berarti nilai tradisi untuk

menyelaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara dan

melestarikan alam lingkungan. Dapat dipahami bahwa kearifan lokal adalah

pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur secara turun temurun dalam

menyiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai

bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke

generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita,

legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum

setempat.


(22)

6

menulis cerpen bisa dilandasi oleh kearifan lokal yang terdapat di Aceh. Selain

sebagai salah satu cara untuk mengembangkan bahan ajar dalam materi penulisan

cerpen, penulis juga tertarik untuk mengangkat kearifan lokal yang penting dan

bermanfaat terlebih ketika masyarakat lokal termasuk siswa yang mewarisi sistem

pengetahuan tersebut mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari

kehidupan mereka.

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah

penelitian Masruroh (2015) yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) untuk siswa

SMP/MTs”, jurnal Rohmawati, Siswanto dan Roekhan yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen dengan Memanfaatkan Ungkapan Proses Kreatif Sastrawan”, penelitian Tsalitsah (2012) yang berjudul

“Pengembangan Bahan Ajar Apresiasi Cerpen Bermuatan Pendidikan Karakter untuk Siswa SMP”, jurnal Sultoni & Hilmi yang berjudul “Pembelajaran Sastra Berbasis Kearifan Lokal sebagai Upaya Optimalisasi Pendidikan Karakter

Kebangsaan Menuju Masyarakat Ekonomi Asean” dan jurnal Novianti, Sudjarwo

dan Pargito yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Berupa Cerita

Rakyat Sebagai Wujud Kearifan Lokal.” Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, hasil penelitian Masruroh mendapatkan data bahwa siswa masih

kesulitan dalam menulis cerpen, khususnya mencari ide dan buku teks yang

digunakan masih monoton, masih perlu adanya pengembangan materi. penelitian

yang dilakukan oleh Rohmawati, Siswanto dan Roekhan juga berhasil


(23)

7

kemenarikan bahan ajar sebesar 74,55% menjadi 77,27%.

Berdasarkan atas kelebihan yang dimiliki bahan ajar penulisan cerpen

berbasis kearifan lokal dan permasalahan yang ada, maka perlu dikembangkan

bahan ajar penulisan cerpen berbasis kearifan lokal di Aceh yang dapat

menghasilkan pembelajaran yang efektif, efisien, memiliki daya tarik, dapat

meningkatkan motivasi siswa, mudah dipahami, dan relevan dengan kebutuhan

siswa dalam mencapai kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, masalah-masalah

pembelajaran keterampilan menulis dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

(1) Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis.

(2) Bahan ajar yang digunakan guru kurang memadai dan kurang menarik bagi

siswa.

(3) Keterampilan menulis cerpen merupakan keterampilan yang dianggap sulit

oleh siswa.

(4) Siswa kurang mampu untuk menuangkan ide atau topik untuk menulis

cerita.

(5) Perlunya pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal.

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi penelitian ini pada

pengembangan bahan ajar berupa modul dengan materi pembelajaran menulis

cerita pendek yang berbasis pada kearifan lokal. Standar Kompetensi menulis,


(24)

8

cerpen dan kompetensi dasar menulis cerpen berdasarkan kehidupan diri sendiri

dan menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain.

Pembatasan pada penelitian dilakukan pada siswa kelas XII SMAN 1

Langsa. Pembatasan pada kearifan lokal adalah cerita atau topik yang berkembang

dan dibudayakan di masyarakat Aceh. Kearifan lokal masyarakat Aceh tersebut

berupa nilai-nilai yang terdapat pada tradisi turun temurun masyarakat Aceh,

misalnya pada upacara adatnya seperti peusijuek, khanduri, dan maulid.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, dapat

dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

(1) Bagaimanakah kelayakan bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan

lokal?

(2) Bagaimanakah hasil belajar siswa pada materi menulis cerpen dengan

pengembangan bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan lokal?

(3) Bagaimanakah efektivitas bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan

lokal?

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen

Berbasis Kearifan Lokal ini adalah sebagai berikut.

(1) Untuk mendeskripsikan kelayakan bahan ajar menulis cerpen berbasis


(25)

9

(2) Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa pada materi menulis cerpen

dengan pengembangan bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan lokal.

(3) Untuk mendeskripsikan keefektifan bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan lokal.

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat secara teoritik

maupun praktis, baik manfaat bagi peserta didik, guru, maupun lembaga terkait.

(1)Secara teori, pengembangan ini dapat menambah khasanah penelitian dan

pengembangan, khususnya penelitian dan pengembangan bahan ajar

menulis cerpen berbasis kearifan lokal.

(2)Secara praktis, hasil pengembangan dapat diterapkan dalam rangka

peningkatan keterampilan menulis cerpen. Selain itu, secara lebih khusus,

pengembangan ini memberikan manfaat sebagai berikut.

a. Bagi peserta didik

Manfaat pengembangan ini bagi peserta didik adalah memberikan daya

tarik pada pembelajaran menulis cerpen, meningkatkan motivasi peserta

didik untuk giat menulis cerpen, dan mempermudah pemahaman peserta

didik terhadap keterampilan menulis cerpen.

b. Bagi guru

Manfaat pengembangan ini adalah untuk memberikan masukan dalam

penggunaan bahan ajar berbasis kearifan lokal dalam pembelajaran

menulis cerpen. Selain itu, dengan adanya pengembangan ini guru

diharapkan mempunyai motivasi untuk mengembangkan bahan ajar yang


(26)

101

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam

penelitian pengembangan modul menulis cerpen berbasis kearifan lokal pada siswa

SMA Negeri 1 Langsa yang dikemukakan sebelumnya, didapatkan kesimpulan

sebagai berikut:

1) Produk bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan lokal yang

dikembangkan untuk siswa kelas XII SMA Negeri 1 Langsa memenuhi

syarat dan layak digunakan berdasarkan validasi ahli materi meliputi

kelayakan isi dengan nilai rata-rata sangat baik, kelayakan penyajian dengan

nilai rata-rata sangat baik, aspek bahasa dengan nilai rata-rata sangat baik,

dan validasi ahli desain dengan nilai rata-rata sangat baik.

2) Hasil belajar siswa yang diperoleh sebelum menggunakan modul berjumlah

dua ribu seratus sembilan puluh sembilan dengan nilai rata-rata enam puluh

delapan koma tujuh puluh satu dan hasil belajar siswa setelah menggunakan

bahan ajar modul menulis cerpen berbasis kearifan lokal berjumlah dua ribu

empat ratus delapan puluh tujuh dengan rata-rata tujuh puluh tujuh koma

tujuh puluh dua.

3) Penggunaan bahan ajar berbasis kearifan lokal lebih efektif meningkatkan

hasil belajar siswa, hal ini ditunjukkan hasil belajar siswa yang dibelajarkan

menggunakan bahan ajar yang dikembangkan lebih tinggi dari hasil belajar


(27)

102

5.2Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian pengembangan ini antara lain, studi pendahuluan

yang hanya bersumber dari satu sekolah, produk berupa modul

menulis cerpen berbasis kearifan lokal hanya divalidasi oleh dua guru dalam satu

sekolah yang sama, materi yang diangkat hanya mengenai menulis teks

cerpen untuk siswa SMA kelas XII, dan penelitian pengembangan ini hanya

bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan ajar modul yang dikembangkan.

5.3Saran

Produk hasil penelitian pengembangan berupa modul Menulis Cerpen Berbasis

Kearifan Lokal Untuk Siswa SMA Kelas XII disarankan dapat digunakan untuk

menguji keefektifan bahan ajar modul tersebut pada pembelajaran menulis cerpen

dan disarankan lebih spesifik dilakukan. Disarankan pihak dinas memproduksi

modul ini secara massal dan ada pengembangan bahan ajar modul lainnya dengan

teknik serupa maupun teknik yang lain dengan sampel yang lebih beragam dan lebih


(28)

103

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah

Dasar. Jakarta: Dikti.

Abdul Majid. 2006. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama.

Abourjilie, Charlie. 2002. Handbook I&II of Character Education. Raleich, NC: Public School of North Carolina.

Achmad Sultoni & Hubbi Saufan Hilmi. 2015. Pembelajaran Sastra Berbasis

Kearifan Lokal Sebagai Upaya Optimalisasi Pendidikan Karakter Kebangsaan Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN. Seminar Nasional

PBI 2015. ISSN: 2477-636X.

Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi. 1999. Pendidikan Bahasa Dan Sastra

Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.

Alfian, T. Ibrahim. 1978. Adat Istiadat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Aceh. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.

Ali, Faisal. 2013. Identitas Aceh dalam Perspektif Syariat & Adat. Aceh. Badan Arsip dan Perpustakaan.

Antariksa. 2004. Pendekatan Sejarah dan Konservasi Perkotaan Sebagai Dasar

Penataan Kota. Jurnal UGM. PlanNIT, 2(2): 98-112.

Arina Rohmawati, Wahyudi Siswanto, Roekhan. 2010. Pengembangan Bahan

Ajar Menulis Cerpen dengan Memanfaatkan Ungkapan Proses Kreatif Sastrawan. jurnal-online.um.ac.id.2010.

B. Suryosubroto. 1983. Sistem Pengajaran dengan Modul. Jakarta: Bina Aksara.

Borg and Gall. 1983. Educational Research, An Introduction. New York and London. Longman Inc.

Bruner, Jerome. 1999. The Culture of Education. United States of America. Harvard University Press.

Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta.

Haryadi & Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Depdikbud.


(29)

104

http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php. diakses 26 Februari 2016.

Jasmadi, dkk. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Jati, Wasisto Raharjo. 2011. “Pembangunan Gerus Kearifan Lokal” dalam Kompas, 20 April 2011, Jakarta.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran. (Pengembangan Standar

Kompetensi Guru). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Masruroh, Ana. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen

Berbasis Pengalaman (Experiental Learning) Untuk Siswa SMP/MTs.

Yogyakarta: UNY.

McCrimmon, James. M. 1984. Writing With a Purpose: Eight Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Monteith, Moira & Robert Miles. 1992. Teaching Creative Writing: Theory and

Practice. Buckingham: Open University Press.

Nana Sudjana & Ahmad Rivai. 1992. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Bandung.

Novianti, Sudjarwo, Pargito. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Berupa

Cerita Rakyat Sebagai Wujud Kearifan Lokal. Jurnal Studi Nasional Vol.

2 No. 4.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebagai Kajian Filsafati. Jurnal Filsafat UGM. 37 (2): 111-120.

Sayuti, Suminto. 2009. Modul Menulis Fiksi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.


(30)

105

Semi, Atar. 1993. Menulis Efektif. Padang: Angkasa.

Sibarani, Robert. 2012. Kearifan Lokal. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Sinaga, Herty Arnita. 2015. “Pengembangan Bahan Ajar Untuk Meningkatkan

Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Talawi”. Tesis. Universitas Negeri Medan.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumarjo, Jakob. 2007. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suriamiharja, dkk. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Sutarno. 2008. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Suwarno, Endang. 2011. Paket Pembelajaran. Id. shvoong.com. diakses 15 Juli 2016.

Tarigan, Henry Guntur & Djago Tarigan. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa

Indonesia. Bandung: Penerbit Angkasa.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Tsalitsah, Anti Aufiyatus. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Apresiasi Cerpen

Bermuatan Pendidikan Karakter Untuk Siswa SMP. Diss. Universitas

Negeri Semarang.

Wijaya, Cece. 1992. Upaya Pembaruan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Vembriarto. 1976. Pengantar Modul. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita.

Yusuf, Yusri. 2008. Peutua Beuna: Kearifan Lokal Masyarakat Aceh. Aceh. Majelis Adat Aceh.


(1)

9

(2) Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa pada materi menulis cerpen dengan pengembangan bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan lokal. (3) Untuk mendeskripsikan keefektifan bahan ajar menulis cerpen berbasis

kearifan lokal.

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat secara teoritik maupun praktis, baik manfaat bagi peserta didik, guru, maupun lembaga terkait.

(1)Secara teori, pengembangan ini dapat menambah khasanah penelitian dan pengembangan, khususnya penelitian dan pengembangan bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan lokal.

(2)Secara praktis, hasil pengembangan dapat diterapkan dalam rangka peningkatan keterampilan menulis cerpen. Selain itu, secara lebih khusus, pengembangan ini memberikan manfaat sebagai berikut.

a. Bagi peserta didik

Manfaat pengembangan ini bagi peserta didik adalah memberikan daya tarik pada pembelajaran menulis cerpen, meningkatkan motivasi peserta didik untuk giat menulis cerpen, dan mempermudah pemahaman peserta didik terhadap keterampilan menulis cerpen.

b. Bagi guru

Manfaat pengembangan ini adalah untuk memberikan masukan dalam penggunaan bahan ajar berbasis kearifan lokal dalam pembelajaran menulis cerpen. Selain itu, dengan adanya pengembangan ini guru diharapkan mempunyai motivasi untuk mengembangkan bahan ajar yang lebih baik dan inovatif.


(2)

101 BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian pengembangan modul menulis cerpen berbasis kearifan lokal pada siswa SMA Negeri 1 Langsa yang dikemukakan sebelumnya, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1) Produk bahan ajar menulis cerpen berbasis kearifan lokal yang dikembangkan untuk siswa kelas XII SMA Negeri 1 Langsa memenuhi syarat dan layak digunakan berdasarkan validasi ahli materi meliputi kelayakan isi dengan nilai rata-rata sangat baik, kelayakan penyajian dengan nilai rata-rata sangat baik, aspek bahasa dengan nilai rata-rata sangat baik, dan validasi ahli desain dengan nilai rata-rata sangat baik.

2) Hasil belajar siswa yang diperoleh sebelum menggunakan modul berjumlah dua ribu seratus sembilan puluh sembilan dengan nilai rata-rata enam puluh delapan koma tujuh puluh satu dan hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar modul menulis cerpen berbasis kearifan lokal berjumlah dua ribu empat ratus delapan puluh tujuh dengan rata-rata tujuh puluh tujuh koma tujuh puluh dua.

3) Penggunaan bahan ajar berbasis kearifan lokal lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini ditunjukkan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan buku teks.


(3)

102

5.2Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian pengembangan ini antara lain, studi pendahuluan yang hanya bersumber dari satu sekolah, produk berupa modul

menulis cerpen berbasis kearifan lokal hanya divalidasi oleh dua guru dalam satu sekolah yang sama, materi yang diangkat hanya mengenai menulis teks

cerpen untuk siswa SMA kelas XII, dan penelitian pengembangan ini hanya bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan ajar modul yang dikembangkan. 5.3Saran

Produk hasil penelitian pengembangan berupa modul Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal Untuk Siswa SMA Kelas XII disarankan dapat digunakan untuk menguji keefektifan bahan ajar modul tersebut pada pembelajaran menulis cerpen dan disarankan lebih spesifik dilakukan. Disarankan pihak dinas memproduksi modul ini secara massal dan ada pengembangan bahan ajar modul lainnya dengan teknik serupa maupun teknik yang lain dengan sampel yang lebih beragam dan lebih luas.


(4)

103

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta: Dikti.

Abdul Majid. 2006. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama.

Abourjilie, Charlie. 2002. Handbook I&II of Character Education. Raleich, NC: Public School of North Carolina.

Achmad Sultoni & Hubbi Saufan Hilmi. 2015. Pembelajaran Sastra Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Upaya Optimalisasi Pendidikan Karakter Kebangsaan Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN. Seminar Nasional PBI 2015. ISSN: 2477-636X.

Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi. 1999. Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.

Alfian, T. Ibrahim. 1978. Adat Istiadat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Aceh. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.

Ali, Faisal. 2013. Identitas Aceh dalam Perspektif Syariat & Adat. Aceh. Badan Arsip dan Perpustakaan.

Antariksa. 2004. Pendekatan Sejarah dan Konservasi Perkotaan Sebagai Dasar Penataan Kota. Jurnal UGM. PlanNIT, 2(2): 98-112.

Arina Rohmawati, Wahyudi Siswanto, Roekhan. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen dengan Memanfaatkan Ungkapan Proses Kreatif Sastrawan. jurnal-online.um.ac.id.2010.

B. Suryosubroto. 1983. Sistem Pengajaran dengan Modul. Jakarta: Bina Aksara. Borg and Gall. 1983. Educational Research, An Introduction. New York and

London. Longman Inc.

Bruner, Jerome. 1999. The Culture of Education. United States of America. Harvard University Press.

Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta.

Haryadi & Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Depdikbud.


(5)

104

http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php. diakses 26 Februari 2016.

Jasmadi, dkk. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Jati, Wasisto Raharjo. 2011. “Pembangunan Gerus Kearifan Lokal” dalam Kompas, 20 April 2011, Jakarta.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran. (Pengembangan Standar

Kompetensi Guru). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Masruroh, Ana. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman (Experiental Learning) Untuk Siswa SMP/MTs. Yogyakarta: UNY.

McCrimmon, James. M. 1984. Writing With a Purpose: Eight Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Monteith, Moira & Robert Miles. 1992. Teaching Creative Writing: Theory and Practice. Buckingham: Open University Press.

Nana Sudjana & Ahmad Rivai. 1992. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Bandung.

Novianti, Sudjarwo, Pargito. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Berupa Cerita Rakyat Sebagai Wujud Kearifan Lokal. Jurnal Studi Nasional Vol. 2 No. 4.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebagai Kajian Filsafati. Jurnal Filsafat UGM. 37 (2): 111-120.

Sayuti, Suminto. 2009. Modul Menulis Fiksi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.


(6)

105

Semi, Atar. 1993. Menulis Efektif. Padang: Angkasa.

Sibarani, Robert. 2012. Kearifan Lokal. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Sinaga, Herty Arnita. 2015. “Pengembangan Bahan Ajar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Talawi”. Tesis. Universitas Negeri Medan.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumarjo, Jakob. 2007. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suriamiharja, dkk. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Sutarno. 2008. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Suwarno, Endang. 2011. Paket Pembelajaran. Id. shvoong.com. diakses 15 Juli 2016.

Tarigan, Henry Guntur & Djago Tarigan. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit Angkasa.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Tsalitsah, Anti Aufiyatus. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Apresiasi Cerpen Bermuatan Pendidikan Karakter Untuk Siswa SMP. Diss. Universitas Negeri Semarang.

Wijaya, Cece. 1992. Upaya Pembaruan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Vembriarto. 1976. Pengantar Modul. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita. Yusuf, Yusri. 2008. Peutua Beuna: Kearifan Lokal Masyarakat Aceh. Aceh.