ANALISIS TEKSTUAL TANGIS MILANGI PADA MASYARAKAT PAKPAK DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT.

(1)

ANALISIS TEKSTUAL TANGIS MILANGI PADA MASYARAKAT

PAKPAK DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

DOSMANDIRI BERUTU

NIM 2122210002

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

Dosmandiri Berutu. NIM. 2122210002. Analisis Tekstual Tangis Milangi pada Masyarakat Pakpak di Kabupaten Pakpak Bharat. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negri Medan. 2016

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan bentuk leksikal dan gramatikal yang terdapat pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak,(2) Mendeskripsikan makna kontekstual yang terdapat pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak, (3)Mendeskripsikan struktur tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak dan (4) Mendeskripsikan tekstur tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak. Data dalam penelitian ini berupa data primer, data diperoleh secara langsung dari masyarakat Desa Lae Langge Namuseng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk menjaring data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi data. Untuk mengelola data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis distribusional. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa teks tangis milagi terjalin dengan adanya aspek gramatikal dan leksikal, sehingga makna yang dihasilkan dari perpaduan tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Aspek gramatikal terdiri atas pengacuan (refrensi), penyulihan (substitusi), pelepasan (ellipsis), dan perangkaian (konjungsi). Aspek leksikal terdiri atas repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), dan antonimi (lawan kata). Dalam penelitian ini ditunjukkan sejimlah aspek leksikal dan gramatikal yang menghubungkan kalimat-kalimat dalam bentuk tabel. Hasil analisis kontekstual terdapat prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasional dan penafsiran temporal. Teks tangis milangi ini tidak memiliki struktur karena keseluruhan teks merupakan ini namun teks tangis milangi ini memiliki tekstur atau hubungan makna


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “ANALISIS TEKSTUAL TANGIS MILANGI PADA MASYARAKAT PAKPAK DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni 3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia 4. Trisnawati Hutagalung S.Pd., M.Pd, Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

5. Dr. Wisman Hadi, S.Pd., M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia 6. Dr. Abdulrahman A.S, M. Hum., Dosen Pembimbing Skripsi

7. Drs. Sanggup Barus, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik. 8. Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd., Dosen Pengarah

9. Arnita, S.Si., M.Si., Dosen Pengarah

10. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

11. Bapak/Ibu serta Pegawai di lokasi penelitian Desa Lae Langge Namuseng Kec. Sitellu Tali Urang Julu, Kab. Pakpak Bharat


(8)

iii

12. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Sabam Berutu dan Ibu Dorma Padang yang senantiasa mendukung dan menyemangati. Kakak Yertine Wati Berutu bersama Bethel Sembiring, Multi Berutu Bersama Desnam Sigiro, Tati Harni Berutu bersama Sakton Boangmanalu yang selalu menjadi acuan dan inspirasi penulis, Sadiah Berutu yang selalu memberi dukungan dan semangat. Adik Tukmo Berutu dan Sahat Herianto Berutu yang selalu di hati. 13. Teman yang selalu mendoakan Harsat Manik, dan orang yang selalu memberi dukungan, semangat serta doa Alex Rocky Christman Siregar

14. Teman-teman Nondik 2012 yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada penulis, Lamtiur Simaremare, Romiuli Padang, Riana Sitanggang, Wemmy Sihombing, Himen Trigen Berutu, Doni hermanto Manik, Sudiati Lumban Goal, Simon Laurensius Hutagalung, Willy Pasaribu, Natalia Sitompul dan Ginar Putri Manau

15. Semua pihak yang ikut berperan dalam penyelesaian Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi pembacanya.

Medan, Agustus 2016 Penulis,

Dosmandiri Berutu NIM 2122210002


(9)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis ... 10

1. Teks ... 10

2. Aspek Gramatikal ... 11

a. Pengacuan (Refrensi) ... 12

b. Penyulihan (Substitusi) ... 13

c. Pelepasan (Ellipsis) ... 15

d. Perangkaian (Konjungsi) ... 15

3. Aspek Leksikal ... 16

a. Repetisi (Pengulangan) ... 17

b. Sinonimi ... 20

c. Antonimi (Lawan Kata) ... 20

d. Kolokasi (Sanding Kata) ... 22

e. Hiponimi (Hubungan Atas Bawah)... 23

f. Ekuivalensi (Kesepadanan) ... 23

4. Konteks ... 24

5. Struktur Generik (Struktur Teks) ... 25

6. Tekstur Teks ... 26

7. Upacara Kematian ... 27

8. Tangis Milangi ... 29

B. Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 32

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 32


(10)

v

D. Instrument Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknin Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Penelitian ... 42

1. Mate Ncayur Tua ... 42

2. Tangis Milangi ... 42

B. Analisis Data ... 54

1. Analisis Tekstual Tangis Milangi ... 54

1) Aspek Gramatikal yang Terapat pada Teks Tangis Milangi ... 54

2) Aspek Leksikal yang erdapat pada tangis milangi... 58

2. Kontekstual ... 59

3. Struktur Generik (Struktur Teks) pada Tangis Milangi ... 60

4. Tekstur Tangis Milangi ... 61

5. Upaya Mempertahankan Budaya Tangis Milangi pada Masyarakat Pakpak ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65


(11)

vi DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pengacuan Pesona ... 12

Tabel 2.2. Demonstratif (penunjukkan) ... 13

Tabel 3.1. Instrumen Penelitian Analisis Gramatikal Tangis Milangi

Pada Masyarakat Pakpak di Kabupaten Pakpak Bharat ... 39 Tabel 3.1. Instrumen Penelitian Analisis Leksikal Tangis Milangi

Pada Masyarakat Pakpak di Kabupaten Pakpak Bharat ... 40 Tabel 4.1. Analisis Gramatikal Tangis Milangi Pada Masyarakat Pakpak ... 46 Tabel 4.2. Analisis Leksikal Tangis Milangi pada Masyarakat Pakpak ... 52


(12)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Teks Tangis Milangi ... 68

Lampiran 2 Terjemahan Tangis Milangi ... 70


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah kemudian yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sastra berkembang sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia. Sastra menjadi salah satu unsur kebudayaan yang menopang berdirinya suatu kebudayaan. Sastra telah menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di berbagai budaya yang ada di Indonesia. Sastra telah menjadi bagian keseharian yang memiliki fungsi penting dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan media penyampaian, terdapat dua jenis sastra, yaitu sastra lisan dan sastra tulis.

Sastra lisan adalah salah satu jenis sastra yang paling lekat dengan masyarakat. Setiap masyarakat hampir memiliki sastra lisannya masing-masing. Keberadaannya di dalam masyarakat sangat penting karena sastra lisan merupakan perbendaharaan nilai-nilai yang diwariskan secara turun-temurun. Nilai-nilai yang terkandung dalam sastra lisan ini masih sangat berguna untuk kehidupan sekarang.

Sastra lisan berkembang di banyak masyarakat yang ada di Indonesia. Sastra lisan di masyarakat memiliki fungsi yang khas dalam menyimpan nilai-nilai yang ada di masyarakat tersebut. Nilai-nilai-nilai yang terdapat di dalam sastra lisan menjadi modal kekuatan budaya yang tidak ternilai. Ia menjadi ruh kultural


(14)

2

yang menjadi penggerak kehidupan di masyarakat ini. Sastra dan kebudayaan memiliki objek yang sama, yaitu

manusia dalam masyarakat, manusia sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14).

Dalam kehidupan masyarakat itu, sastra dan kebudayaan memperoleh tempat khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya. Sastra sebagai karya seni merupakan bagian integral suatu masyarakat, sedangkan masyarakat itu sendiri merupakan pemilik suatu kebudayaan. Keseluruhan permasalahan masyarakat yang dibicarakan dalam sastra, tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan yang melatarbelakanginya (Ratna, 2005:23). Sebab, meskipun bermain dalam tataran imajinasi, sesungguhnya sastra merefleksikan ruh kultural sebuah komunitas dan refleksi evaluatif terhadap kehidupan yang melingkari diri pengarangnya.

Manusia dalam rangka menjalani kehidupannya di dunia ini, menghasilkan dan berdasarkan kepada kebudayaan. Budaya ini menjadi identitas seseorang dan sekelompok orang yang menggunakan dan memilikinya. Kebudayaan tersebut muncul untuk memenuhi kebutuhan hidup dan dalam rangka menjaga kesinambungan generasi yang diturunkan. Kebudayaan ini memainkan peran penting terhadap perilaku manusia dan benda-benda hasil kreativitas mereka. Kebudayaan juga mengatur siklus atau daur hidup manusia sejak dari janin, lahir, anak-anak, pubertas, dewasa, tua, sampai meninggal dunia. Demikian juga yang terjadi di dalam kebudayaan masyarakat Pakpak yang wilayah kebudayaannya mencakup Provinsi Sumatera Utara.


(15)

3

Menurut Daulay (2012 : 1) manusia yang arif adalah manusia yang tidak pernah melupakan masa lalu, tetapi ia belajar dari masa lalu itu. Ia menyadari bahwa adanya masa sekarang dan akan datang tidak terlepas dari masa yang lalu. Masyarakat Pakpak adalah masyarakat yang sangat menghormati norma-norma adat yang diwariskan nenek moyangnya kepada mereka baik upacara perkawinan maupun kematian. Kesetiaan terhadap praktek adat tersebut mereka buktikan dengan pembagian energi yang besar terhadap praktek pesta adat pada masyarakat Pakpak khususnya pada adat kematian (kerja njahat)

Salah satu ekspresi kebudayaan adalah kesenian. Dalam kebudayaan masyarakat Pakpak dikenal berbagai jenis seni, seperti seni rupa, musik (genderang), tari (tatak), dan seterusnya. Mereka memiliki musik vokal yang disebut ende, yang terdiri dari beberapa jenis, seperti ende mendedah (menidurkan anak), ende markemenjen (nyanyian sambil menyadap kemenyan), nangen (nyanyian yang bertemakan dongeng), tangis milangi, dan lain-lainnya. Tangis milangi adalah nyanyian ratapan yang disajikan ketika adanya kematian di dalam masyarakat Pakpak.

Tangis milangi berupa ekspresi kesedihan kerabat dan segenap orang yang ditinggalkan orang yang telah meninggal dunia tersebut. Teks yang disajikan merupakan ungkapan perasaan dari si penyaji, yang strukturnya menggunakan unsur-unsur pantun tradisional Pakpak.

Kata-kata yang diucapkan dalam tangis milangi tidak boleh sembarangan atau tidak seperti bahasa sehari-hari tetapi ada aturan tersendiri dalam penyampaian kata-kata tersebut. Misalnya, jika yang meninggal adalah seorang


(16)

4

ibu, maka pada waktu anaknya menangisinya, maka ia tidak boleh langsung menggunakan kata ibu (bahasa Pakpak omak), tetapi diganti dengan kata inang ni beruna. Jika yang meninggal adalah seorang anak perempuan (bahasa Pakpak: berru) maka ketika ibunya menangisinya kata berru diganti dengan tendi ni inangna. Dengan demikian, ada aturan-aturan tertentu dalam penyampaian kata-kata.

Tangis Milangi ini bisa juga dikatakan sebagai sarana komunikasi untuk memberitahukan atau sebagai tanda bahwa ada orang yang meninggal dunia terhadap orang-orang di sekitarnya. Orang-orang yang biasa melakukan atau menyajikan tangis milangi adalah keluarga dan kerabat dekat dari orang yang meninggal tersebut seperti anak perempuan (berruna), istri dari anak laki-laki (purmaen), saudara (dengan sibeltek) dan kerabat dekat lainnya. Pada waktu menangisi orang yang meninggal tersebut, maka penyaji mengungkapkan segala keluh kesah didalam kehidupannya. Jadi, tangis milangi ini bisa dikatakan sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan/isi hati sipenyaji tentang penderitaan yang dialami dalam hidupnya. Semua keluh kesah diungkapkan didalam tangis milangi tersebut. Sipenyaji terus menerus menangis dihadapan jenazahnya sampai puas mengungkapkan perasaannya.

Teks atau lirik yang diungkapkan penyaji pada waktu menangisi orang yang meninggal tersebut tidak hanya berfokus pada kehidupan orang yang meninggal itu, misalnya kelebihan-kelebihannya, sifat-sifatnya, serta pengalaman selama bersama orang yang meninggal tersebut, tetapi teks yang diungkapkan penyaji dapat bercerita tentang pengalaman atau penderitaan yang dialami orang


(17)

5

yang menangis tersebut. Pada waktu menangisi orang yang meninggal tersebut, maka penyaji mengungkapkan segala keluh kesah di dalam kehidupannya. Dalam

hal ini ada istilah: “Pande mang ngo ko keppe memukai sindanggelku.” Artinya:

“Kamu membuka atau mengingatkan kembali tentang penderitaanku.” Jadi, melalui tangis tersebut si penyaji teringat kembali tentang pengalaman hidupnya, terutama penderitaan-penderitaan yang dialami serta diungkapkan melalui tangis tersebut.

Tangis milangi merupakan nyanyian logogenik yang mengutamakan teks daripada melodi. Disajikan secara strofik, yaitu teksnya berubah-ubah tetapi melodinya sama atau hampir sama Naiborhu (dalam Manik, 2012 : 7). Teks dari tangis milangi merupakan sebuah wacana lisan. Tarigan (1987 : 51) wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Untuk menerima, memahami, atau menikmati wacana lisan ini maka sang penerima harus menyimak atau mendengarkannya. Dengan kata lain penerima adalah penyimak.

Wacana merupakan peristiwa komunikasi yang terstruktur, dimanifestasikan dalam perilaku linguistik dan membentuk suatu keseluruhan yang padu (uniter) Edmondson (dalam Sudaryat 2011: 110). Oleh karena itu, wacana dapat disebut rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi.

Tarigan (1987:27) wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yangberkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tulisan.


(18)

6

Pendapat ini memberikan pengertian bahwa wacana adalah satuan lingual tertinggi bahasa yang di dalamnya memuat hubungan antar makna kalimat yang gramatikal dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Menurut Yule (1996 : 1) analisis wacana adalah analisis atas bahasa yang digunakan. Maka, analisis itu tidak dapat dibatasi pada deskripsi bentuk bahasa yang tidak terikat pada tujuan atau fungsi yang dirancang untuk menggunakan bentuk tersebut dalam urusan-urusan manusia. Dalam analisis wacana, segi bentuk atau struktur lahir wacana disebut aspek gramatikal wacana sedangkan segi makna atau struktur batin wacana disebut aspek leksikal wacana Sumarlam (dalam Febiyanto 2009 :2)

Kepunahan tradisi lisan disebabkan terlalu lama tidak diingat masyarakat dan tidak pernah diperdengarkan lagi dan hanya berdasarkan daya ingat penuturnya. Akibatnya, sastra lisan semakin memudar dan hanya berdasarkan daya ingat penuturnya. Hal ini tentu saja dapat merubah keaslian suatu sastra lisan. Kesan inilah yang menyebabkan peneliti tertarik untuk mengkajinya kemudian mendokumentasikannya, agar sastra lisan tersebut menjadi sastra yang hidup di masyarakat dan dapat dipertahankan keberadaanya.

Dengan melihat fakta sosial dan budaya seperti diurai di atas, maka dalam tulisan ini peneliti akan membahas tentang analisis tekstual tangis milangi pada

masyarakat Pakpak di Kabupaten Pakpak Bharat.

B. Identifikasi Masalah

Dalam suatu penelitian perlu identifikasi masalah yang akan diteliti. Tujuannya supaya masalah dapat terarah dan jelas sehingga tidak terjadi


(19)

7

kesimpang siuran dan kekaburan dalam membahas dan meneliti masalah yang ada. Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Adanya penanda aspek leksikal yang terdapat pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian Pakpak

2. Adanya penanda aspek gramatikal pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian Pakpak

3. Cara penyajian tangis milangi pada mate ncayur tua dalam upacara kematian Pakpak

4. Struktur teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian Pakpak

5. Tekstur yang terdapat pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian Pakpak

6. Adanya tanda-tanda yang terdapat pada tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian Pakpak.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang telah direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan penelitian hanya pada makna tekstual dan kontekstual yang ditinjau dari segi leksikal dan gramatikal serta struktur dan tekstur dalam Tangis Milangi pada pesta adat mate ncayur tua dalam masyarakat Pakpak .


(20)

8

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bentuk aspek leksikal dan gramatikal apa saja yang terdapat pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak?

2. Bagaiman bentuk kontekstual yang terdapat pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak?

3. Bagaimana struktur teks yang terdapat pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak?

4. Bagaimana tekstur teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yang hendak dicapai adalah: 1. Mendeskripsikan bentuk leksikal dan gramatikal yang terdapat pada teks

tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak.

2. Mendeskripsikan makna kontekstual yang terdapat pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak. 3. Mendeskripsikan struktur tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara

kematian masyarakat Pakpak.

4. Mendeskripsikan tekstur tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak.


(21)

9

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua segi , yaitu segi teoritis dan segi praktis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah (1) untuk menambah khazanah penelitian tentang budaya Pakpak khususnya pada upacara kematian mate ncayur tua, (2) diharapkan dapat dijadikan sebagai refrensi bagi peneliti khususnya yang berkaitan dengan pendekatan semantik. Manfaat praktis penelitian ini adalah memberi manfaat bagi masyarakat untuk dijadikan pedoman sebagai penunjang dalam mengenal atau mempelajari tentang budaya Pakpak.


(22)

64 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa teks tangis milagi terjalin dengan adanya aspek gramatikal dan leksikal, sehingga makna yang dihasilkan dari perpaduan tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Dalam penelitian ini ditunjukkan sejumlah aspek leksikal dan gramatikal yang menghubungkan kalimat-kalimat dalam bentuk tabel.

1. Aspek gramatikal yang terdapat dalam teks tangis milangi terdiri atas (1) Pengacuan (refrensi) yang diklasifikasikan menjadi pengacuan pesona yang direalisasikan melalui pesona pertama, kedua dan ketiga kemudian terdapat pengacuan demonstratif waktu dan tempat serta adanya pengacuan komparatif, (2) Pelesapan (ellipsis), dan (3) Perangkaian (konjungsi). Aspek leksikal terdiri atas (1) Repetisi (pengulangan) dan (2) Antonimi (lawan kata).

2. Hasil analisis yang terdapat dalam teks tangis milangi terdapat beberapa aspek kontekstual yaitu (1) Prinsip penafsiran personal, (2) Prinsip penafsiran lokasional dan (3) Penafsiran temporal. Teks tangis milangi disampaikan secara spontan dan berdasarkan isi hati si penyaji. Tidak ada pembuka, bagian tengah dan bagian akhir, atau teks yang sudah baku tetapi disampaikan sesuai dengan isi hati si penyaji. Seluruh teksnya


(23)

65

3. merupakan isi karena keseluruhan dari teks tersebut berisi ungkapan perasaan yang dirasakan sipenyaji.

4. Teks tangis milangi ini memiliki tekstur atau hubungan makna dari baris pertama dengan baris berikutnya sehingga terjalin dengan adanya hubungan makna dalam teks tersebut.

Budaya tangis milangi sudah semakin memudar dari masyarakat Pakpak sehingga pemerintah dan masyarakat pemilik kebudayaan tersebut memiliki peran masing-masing untuk mempertahankan keberadaan sastra lisan tersebut.

B. Saran

Adapun saran penulis dalam penelitian ini diharapkan kepada masyarakat menjadikan sebuah karya sastra menjadi pembelajaran bagi kehidupan serta diharapkan agar budaya tangis milangi ini dapat dibangkitkan dan dikembangkan kembali agar tdak punah. Adanya penelitian ini juga dapat menjadi masukan yang positif bagi peneliti berikutnya.

Penulis juga berharap kepada masyarakat Pakpak agar kiranya tetap memelihara dan memberikan perhatian terhadap kebudayaan yang ada karena kebudayaan Pakpak sudah semakin hilang seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, sebagai masyarakat Pakpak mari kita sama-sama menunjukkan dan memberikan perhatian terhadap kebudayaan yang kita miliki sebagai identitas bangsa.


(24)

66

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta : Bina Aksara. Brown, Gollian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana. Jakarta. Gramedia. Daulay, Syahnan. 2012. Pembinaan,Pengembangan, dan Pelindungan Bahasa

Indonesia. Bandung. Cita Pustaka Media Perintis.

Darma, Yoce Aliah.2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung. Yrama Widya. Febiyanto, Indra. 2009. Aspek Gramatikal dan Leksikal pada Wacana “Tajuk

Rencana” Surat Kabar Kompas. Universitas Sebelas Maret.

Halliday dan Hasan. 1992. Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek-aspek bahasa dalam pandangan semiotic sosial. Yogyakarta: UGM Press.

Koenjaraningrat. 1987. Teori Antropologi (jilid 1). Jakarta: UI-Press. Manik, Mansehat. 2011. Seni dan Budaya Pakpak. Medan. Mitra.

Manik, Marlina. 2012. Analisis Fungsi, Tekstual dan Musikal Tangis simate Suatu Genre Nyanyian Ratapan dalam Konteks Kematian pada Kebudayaan Masyarakat Pakpak-Dairi di Desa Siompin Aceh Singkil. Universitas Sumatra Utara.

Moleong. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Ratna. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan

Fakta.Yogyakarta. Pustaka Belajar.

Santosa. 2003. Bahtera Kandas di Bukit: Kajian Semiotika Sajak-Sajak Nuh. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Sinar, Tengku Silvana. 2003. Teori dan Analisis Wacana Pendekatan Sistemik Fungsional. Medan: Mitra

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuntlitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Soimah , Ari Rahmawati. 2003. Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual dalam Novel Prawan Ngisor Kretek Karya Soetarno. Vol.03/No.04/November 2013

Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta. Pustaka Cakra


(25)

67

. 2005. Analisis Wacana. Surakarta: UNS Press

Sudaryat, Yayat. 2011. Makna Dalam Wacana. Bandung. Yrama SWidia Tarigan, Henri Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung. Angkasa


(1)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bentuk aspek leksikal dan gramatikal apa saja yang terdapat pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak?

2. Bagaiman bentuk kontekstual yang terdapat pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak?

3. Bagaimana struktur teks yang terdapat pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak?

4. Bagaimana tekstur teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yang hendak dicapai adalah: 1. Mendeskripsikan bentuk leksikal dan gramatikal yang terdapat pada teks

tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak.

2. Mendeskripsikan makna kontekstual yang terdapat pada teks tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara kematian masyarakat Pakpak. 3. Mendeskripsikan struktur tangis milangi mate ncayur tua dalam upacara


(2)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua segi , yaitu segi teoritis dan segi praktis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah (1) untuk menambah khazanah penelitian tentang budaya Pakpak khususnya pada upacara kematian mate ncayur tua, (2) diharapkan dapat dijadikan sebagai refrensi bagi peneliti khususnya yang berkaitan dengan pendekatan semantik. Manfaat praktis penelitian ini adalah memberi manfaat bagi masyarakat untuk dijadikan pedoman sebagai penunjang dalam mengenal atau mempelajari tentang budaya Pakpak.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa teks tangis milagi terjalin dengan adanya aspek gramatikal dan leksikal, sehingga makna yang dihasilkan dari perpaduan tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Dalam penelitian ini ditunjukkan sejumlah aspek leksikal dan gramatikal yang menghubungkan kalimat-kalimat dalam bentuk tabel.

1. Aspek gramatikal yang terdapat dalam teks tangis milangi terdiri atas (1) Pengacuan (refrensi) yang diklasifikasikan menjadi pengacuan pesona yang direalisasikan melalui pesona pertama, kedua dan ketiga kemudian terdapat pengacuan demonstratif waktu dan tempat serta adanya pengacuan komparatif, (2) Pelesapan (ellipsis), dan (3) Perangkaian (konjungsi). Aspek leksikal terdiri atas (1) Repetisi (pengulangan) dan (2) Antonimi (lawan kata).

2. Hasil analisis yang terdapat dalam teks tangis milangi terdapat beberapa aspek kontekstual yaitu (1) Prinsip penafsiran personal, (2) Prinsip penafsiran lokasional dan (3) Penafsiran temporal. Teks tangis milangi disampaikan secara spontan dan berdasarkan isi hati si penyaji. Tidak ada pembuka, bagian tengah dan bagian akhir, atau teks yang sudah baku


(4)

3. merupakan isi karena keseluruhan dari teks tersebut berisi ungkapan perasaan yang dirasakan sipenyaji.

4. Teks tangis milangi ini memiliki tekstur atau hubungan makna dari baris pertama dengan baris berikutnya sehingga terjalin dengan adanya hubungan makna dalam teks tersebut.

Budaya tangis milangi sudah semakin memudar dari masyarakat Pakpak sehingga pemerintah dan masyarakat pemilik kebudayaan tersebut memiliki peran masing-masing untuk mempertahankan keberadaan sastra lisan tersebut.

B. Saran

Adapun saran penulis dalam penelitian ini diharapkan kepada masyarakat menjadikan sebuah karya sastra menjadi pembelajaran bagi kehidupan serta diharapkan agar budaya tangis milangi ini dapat dibangkitkan dan dikembangkan kembali agar tdak punah. Adanya penelitian ini juga dapat menjadi masukan yang positif bagi peneliti berikutnya.

Penulis juga berharap kepada masyarakat Pakpak agar kiranya tetap memelihara dan memberikan perhatian terhadap kebudayaan yang ada karena kebudayaan Pakpak sudah semakin hilang seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, sebagai masyarakat Pakpak mari kita sama-sama menunjukkan dan memberikan perhatian terhadap kebudayaan yang kita miliki sebagai identitas bangsa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta : Bina Aksara. Brown, Gollian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana. Jakarta. Gramedia. Daulay, Syahnan. 2012. Pembinaan,Pengembangan, dan Pelindungan Bahasa

Indonesia. Bandung. Cita Pustaka Media Perintis.

Darma, Yoce Aliah.2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung. Yrama Widya. Febiyanto, Indra. 2009. Aspek Gramatikal dan Leksikal pada Wacana “Tajuk

Rencana” Surat Kabar Kompas. Universitas Sebelas Maret.

Halliday dan Hasan. 1992. Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek-aspek bahasa dalam pandangan semiotic sosial. Yogyakarta: UGM Press.

Koenjaraningrat. 1987. Teori Antropologi (jilid 1). Jakarta: UI-Press. Manik, Mansehat. 2011. Seni dan Budaya Pakpak. Medan. Mitra.

Manik, Marlina. 2012. Analisis Fungsi, Tekstual dan Musikal Tangis simate Suatu Genre Nyanyian Ratapan dalam Konteks Kematian pada Kebudayaan Masyarakat Pakpak-Dairi di Desa Siompin Aceh Singkil. Universitas Sumatra Utara.

Moleong. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Ratna. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan

Fakta.Yogyakarta. Pustaka Belajar.

Santosa. 2003. Bahtera Kandas di Bukit: Kajian Semiotika Sajak-Sajak Nuh. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Sinar, Tengku Silvana. 2003. Teori dan Analisis Wacana Pendekatan Sistemik Fungsional. Medan: Mitra


(6)

. 2005. Analisis Wacana. Surakarta: UNS Press

Sudaryat, Yayat. 2011. Makna Dalam Wacana. Bandung. Yrama SWidia Tarigan, Henri Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung. Angkasa