dalam paliran tersebut setek-setek tebu diletakkan dengan jarak 350-500 mm bergantung pada kesuburan tanah dan varietas tebunya, sedangkan di lahan
kering penanaman tebu dilakukan di dalam coklak juringan pada alur tanam, sehingga cara reynoso memiliki alur tanam yang lebih dalam dibandingkan
dengan cara di lahan kering. Ketiga, budidaya tebu sistem reynoso tidak banyak melibatkan mesin-mesin pertanian, hal tersebut disebabkan pada
sistem reynoso umumnya memiliki struktur tanah yang berat karena bekas sawah, lahan yang sempit, dan banyak got malang sehingga lalu lintas traktor
sebagai sumber tenaga tarik pertanian banyak mengalami hambatan, sebaliknya dengan struktur tanah yang lebih ringan, lahan yang lebih luas, dan
tidak terdapat got malang, maka penerapan alat dan mesin pertanian dapat dilakukan secara penuh full mechanization di lahan kering. Keempat,
relevansinya dengan produksi, cara reynoso memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem budidaya tebu lahan kering Wijanto,
1988.
B. Drainase dan Irigasi Pada Budidaya Tanaman Tebu
Drainase pertanian didefinisikan sebagai pemindahan dan pengaturan kelebihan air dari lahan pertanian untuk menciptakan kondisi tanah yang baik
bagi pertumbuhan tanaman Ochs et al, 1983. Menurut Ochs et al 1983, sistem drainase lahan pertanian terdiri dari
dua bagian, yaitu: 1. Drainase permukaan open drains, yang didefinisikan sebagai
pembuangan kelebihan air di atas permukaan tanah untuk mencegah terjadinya kerusakan pada tanaman dan menjaga agar air tidak tergenang
dipermukaan tanah tanpa menyebabkan erosi tanah yang berlebihan. Sistem drainase permukaan terdiri dari: sistem acak random,sistem
parallel, dan sistem memotong kemiringan diversion on interceptor system. Sistem yang digunakan tergantung pada kebutuhan tempat.
2. Drainase bawah permukaan, yang didefinisikan sebagai suatu sistem saluran yang dipasang di bawah tanah untuk mengumpulkan dan
8
membuang kelebihan air tanah. Sistem drainase bawah permukaan terdiri dari: interceptor drains, relief drains, dan relief mole drains.
Schwab et al. 1981 menyatakan terdapat beberapa jenis bentuk saluran drainase permukaan yang umum yaitu bentuk trapozoidal, segi empat, segitiga
dan parabola Gambar 5.
Gambar 5. Penampang saluran drainase Schawab, 1981. Pembuatan saluran drainase alur dimulai dari pembuatan got keliling
berukuran 600 – 900 mm dengan kedalaman 1000 – 1200 mm. Kemudian got mujur yang berukuran 600 – 800 mm dengan kedalaman 500 –750 mm. Jarak
antar got mujur ini 50 – 125 m. Tegak lurus dengan got mujur dibuat got malang dengan ukuran 400 – 500 mm dengan kedalaman 300 – 400 mm.
Jarak antar got malang ini adalah 10 m Wardojo,1996. Menurut Jones 1990, terdapat beberapa macam cara pemberian air
pada tanaman tebu, yaitu: 1. Flood irrigation basin irrigation. Sistem irigasi ini digunakan pada
sebidang lahan yang relatif kecil, yang dikelilingi oleh tanggul. 2. Furrow irrigation. Saluran irigasi ini menyerupai bentuk kerangka tulang
seekor ikan, dimana alur-alur tersebar diantara kerangka tersebut. Pemberian air dilakukan dari saluran yang paling besar kemudian ke alur-
alur. 3. Sistem irigasi tetes drip trickle irrigation. Pada sistem ini, air diberikan
pada tanaman dengan pipa-pipa kecil secara tetes di dekat daerah perakaran dengan tekanan buatan pompa atau secara gravitasi.
4. Sistem irigasi curah springkler irrigation. Sistem irigasi ini merupakan sistem irigasi yang diusahakan menyerupai keadaan hujan. Sistem ini
terdiri dari pompa sebagai penyedia tekanan air, jaringan pipa, serta nozzle sebagai alat penyemprot.
9
C. Ditcher