B. Konstruksi Mekanisme Pengeruk Tanah
8 7
1 9
10
6 13
11 3
Gambar 26. Rancangan ditcher drainase dengan mekanisme pengeruk tanah II ditcher berpengeruk II.
.
Gambar 27. Rancangan ditcher drainase dengan mekanisme pengeruk tanah I ditcher berpengeruk I.
Ditcher berpengeruk II memiliki dua bagian utama yaitu bagian ditcher dan bagian pengeruk tanah. Komponen-komponen dari bagian pengeruk tanah
adalah rangka mekanisme, roda mekanisme, pemegang roda, lengan ayun 2
2 4
5 12
12 7
8 9
1
2 6
3 4
5 10
11
38
depan roda, pipa poros penggerak pengeruk, lengan ayun belakang pengeruk, dan pengeruk tanah Gambar 26. Perbandingan konstruksi antara
ditcher berpengeruk I dan ditcher berpengeruk II ditampilkan pada Gambar 26, 27, 28.
a b
Gambar 28. Perbandingan: ditcher drainase dengan mekanisme pengeruk II ditcher berpengeruk II a dan ditcher berpengeruk I b.
1. Rangka Mekanisme
Rangka mekanisme terdiri dari tiga bagian utama yaitu rangka mekanisme depan, rangka mekanisme belakang dan rangka kuping.
Masing-masing dibuat sepasang yaitu bagian kanan dan kiri. Seluruh rangka mekanisme disambung dan dilas mati dengan rangka ditcher.
Fungsi utama rangka mekanisme adalah menahan beban dan momen yang dihasilkan oleh roda mekanisme dan menghubungkan sistem mekanisme
lengan ayun dengan rangka utama ditcher. Rangka ditcher merupakan dudukan keseluruhan sistem mekanisme four bar parallel linkage pada
bagian pengeruk tanah. Rangka mekanisme depan terdiri dari rangka utama, boss dudukan
pin yang dilas dengan batang lengan ayun depan roda bawah, dan plat besi penguat. Rangka utama mekanisme terbuat dari bahan besi kanal UNP
ukuran 100 mm x 50 mm dengan ketebalan 3 mm dan panjang 300 mm. Rangka mekanisme depan ditcher berpengeruk II Gambar 29 dan
30.a dirancang berbeda dengan rangka mekanisme ditcher berpengeruk I Gambar 30.b. Namun, tetap memiliki fungsi yang sama. Rangka
mekanisme depan pada ditcher berpengeruk I yang terbuat dari besi siku ukuran 100x100x3 mm diganti dengan besi kanal UNP ukuran 100x50x3
39
mm pada ditcher berpengeruk II. Penggantian besi siku menjadi besi UNP ini dimaksudkan agar rangka lebih kokoh dalam menahan momen
sambungan yang terjadi akibat tahanan gelinding roda, gesekan tanah pada pengeruk serta mudahnya bahan diperoleh.
Besi penguat Kuping pemegang
boss Rangka utama
mekanisme depan Boss dudukan pin
Gambar 29. Rancangan rangka mekanisme depan ditcher berpengeruk II.
a b
Gambar 30. Rangka mekanisme depan ditcher berpengeruk II a, rangka mekanisme depan pada ditcher berpengeruk I b.
Rangka mekanisme depan dibuat dengan memotong besi UNP sepanjang 300 mm dari bahan yang telah dipersiapkan bahan besi UNP
mengambil dari bahan rangka ditcher. Ujung atas rangka dilas dengan rangka depan ditcher, sedang ujung bawah disatukan dengan kuping
pemegang boss dudukan pin Gambar 29.
40
Boss
Poros boss Bearing
Gambar 31. Rancangan boss dudukan pin pada ditcher berpengeruk II.
Mekanisme pin biasa pada ditcher berpengeruk I, yang digunakan sebagai penyambung antara lengan ayun depan roda bagian bawah
dengan rangka mekanisme depan yang diasumsikan sebagai joint pada mekanisme four bar parallel linkage diganti dengan mekanisme pin yang
dilengkapi dengan boss bantalan sebagai dudukan mekanisme pin tersebut Gambar 31 dan 32. penggantian ini bertujuan agar pergerakan lengan
ayun lebih presisi dibanding dengan mekanisme pin biasa.
a b
Gambar 32. Boss dudukan a dan bearing pada rumah dudukan mekanisme pin b.
Boss dudukan mekanisme pin terbuat dari besi poros pejal diameter 70 mm dan panjang 150 mm. Boss dilubangi dengan mesin bubut untuk
bearing dan poros gerak pin. Diameter poros bearing adalah 25 mm
41
dengan merk NTN. Boss yang telah disatukan dengan bearing dilas dengan ujung lengan ayun roda depan bagian bawah dan dipasang pada
kuping pemegang boss dudukan pin. Pin yang digunakan adalah besi poros pejal berdiameter 25 mm yang ujungnya dibuat ulir. Kuping ini berbentuk
menyerupai huruf u dan dibuat dari plat besi dengan tebal 10 mm. Boss dan
kuping pemegang boss dikencangkan dengan menggunakan baut pin dan mur Gambar 32.
Rangka mekanisme belakang ditcher berpengeruk II tetap menggunakan rangka belakang pada ditcher berpengeruk I Gambar 33
karena bahan yang digunakan sudah cukup kuat dalam menahan beban dan momen pengeruk, serta posisi penempatan flange bearing sebagai
sambungan antara poros penggerak pengeruk dengan rangka belakang sudah tepat. Rangka mekanisme bagian belakang terbuat dari besi siku L
ukuran 100 mm x 100 mm dengan ketebalan 8 mm. Ujung atas rangka dilas mati dengan rangka belakang ditcher. Untuk pemasangan poros penggerak
pengeruk pada rangka mekanisme, maka dipasangkan flange FYH- UCFS205 pada bagian bawah rangka mekanisme belakang Gambar 33.
a b
Gambar 33. Rangka belakang ditcher berpengeruk II: rancangan a, hasil pembuatan b.
Pada ditcher berpengeruk II, penempatan sambungan pin antara lengan ayun belakang pengeruk bagian atas dengan rangka
belakang dan flange bearing untuk pemegang poros penggerak pengeruk tidak disatukan pada rangka mekanisme belakang. Pin
42
tersebut ditempatkan pada rangka kuping Gambar 34. Hal ini disebakan karena diagram kinematik ditcher berpengeruk II lebih
dibanding dengan diagram kinematik ditcher berpengeruk I. Rangka kuping terbuat dari dua buah plat besi dengan tebal 10 mm yang dilas
pada rangka utama ditcher bagian belakang. Boss dudukan pin yang telah dilas dengan ujung batang lengan ayun belakang, ditempatkan di
antara kedua plat ini. Boss tersebut terbuat dari besi poros pejal dengan diameter 70 mm dan panjang 150 mm. Boss dibuat sama seperti pada
rangka mekanisme depan. Untuk menambah nilai estetika maka ditambahkan plat besi dengan tebal 4 mm sebagai penutup Gambar
34.a.
Rangka kuping
a b
Gambar 34. Rangka kuping ditcher berpengeruk II: rancangan a, hasil pembuatan b.
2. Roda Mekanisme
Roda mekanisme merupakan sumber tenaga awal pada mekanisme pengeruk. Gerakan roda diharapkan mengikuti profil guludan dengan
menggelinding bebas, sehingga roda mekanisme akan menghasilkan gaya angkat dan gerakan naik turun.
Roda mekanisme pada ditcher berpengeruk I berada di belakang roda belakang traktor Gambar 35. Hal ini menyebabkan mekanisme pengeruk
tidak bekerja semestinya, di mana guludan yang dilewati roda telah dilintasi roda traktor dan profil guludan awal berubah sehingga pengeruk tidak naik
dan turun seperti yang telah direncanakan.
43
Roda mekanisme dibelakang roda
traktor
Gambar 35. Posisi roda mekanisme terhadap roda traktor pada prototipe ditcher
berpengeruk I. Roda mekanisme pada ditcher berpengeruk II dirancang berada di
luar lintasan roda belakang traktor. Jarak antar ujung dalam roda adalah 2100 mm sedangkan jarak antar ujung luar roda belakang traktor yang
digunakan pada PG Jatitujuh adalah 2000 mm. Dengan demikian, roda mekanisme tidak melewati guludan yang dilintasi oleh roda traktor dan
mencegah roda mekanisme agar tidak menabrak roda belakang traktor pada saat prototipe ini diangkat dengan tenaga hidraulik trakor pada waktu
pengangkutan. Sedangkan ukuran lebar roda mekanisme diperkecil menjadi 200 mm.
Besi behel
30
o
Boss roda
velg a
b Gambar 36. Rancangan roda penggerak mekanisme ditcher berpengeruk II.
Roda mekanisme yang baru diambil dari roda mekanisme ditcher berpengeruk I Gambar 37.c. Pemilihan tersebut dikarenakan diameter
sudah tepat, hanya dilakukan beberapa modifikasi. Pemilihan diameter roda
29
didasarkan pada pertimbangan di mana jika diameter roda terlalu besar maka roda tidak akan melintasi dasar alur, sedangkan jika terlalu kecil roda
akan menggusur tanah guludan, begitu juga jika roda terlalu berat maka roda akan menggusur tanah guludan yang ada di depannya ke depan. Hal
ini didasarkan pada pengujian yang telah dilakukan pada ditcher berpengeruk I Muharam, 2006, dengan diameter dan bobot roda tersebut
ternyata mekanisme telah dapat bekerja dengan baik.
a b
c Gambar 37. Roda mekanisme pada ditcher berpengeruk II tampak atas
a, Roda mekanisme pada ditcher berpengeruk II tampak samping b, dan roda mekanisme pada ditcher berpengeruk I
c.
Roda mekanisme memiliki diameter luar 420 mm dan diameter dalam 412 mm dan lebar 200 mm. Bahan yang digunakan adalah plat tipis dengan
tebal 8 mm yang di-roll agar berbentuk lingkaran. Agar dapat dapat menggelinding bebas maka dipasang dua bearing standar NTN 6005
sebagai bantalan gelinding pada kedua sisi boss. Velg roda dipilih besi plat dengan ketebalan 8 mm. Velg diberi 5 buah lubang disekeliling boss
dengan masing-masing diameter 100 mm. Boss terbuat dari poros baja
30
bahan diameter 70 mm yang dibubut untuk tempat bearing dan lubang poros roda. Diameter lubang poros roda yaitu 25 mm Gambar 36.
Pada permukaan roda mekanisme ditambahkan dengan besi behel diameter 15 mm dengan panjang 250 mm dan dipotong menjadi dua bagian
dengan sudut 120
o
Gambar 36 dan 37.a. Besi behel ini dipasang sebanyak 12 buah di permukaan roda dengan jarak antar behel 30
o
dari titik poros roda Gambar 37.b. Penambahan besi behel bertujuan untuk membantu
roda agar lebih mencengkram guludan. 1.
Pemegang Roda Pemegang roda terdiri dari beberapa bagian utama yaitu poros roda
mekanisme, blok baja pemegang roda, besi penguat, dan boss dudukan pin penyambung antara blok baja pemegang roda dengan lengan ayun roda.
Fungsi utama bagian ini adalah untuk meneruskan gerakan naik turun roda ke bagian lengan ayun depan roda.
Poros roda mekanisme yang digunakan mempunyai diameter yang sama dengan poros roda pada ditcher berpengeruk I. Namun, panjang poros
diperpendek dan ditambah dengan besi penguat pada atas dan belakang poros. Hal ini bertujuan agar poros roda dapat menahan beban yang
diakibatkan oleh roda mekanisme. Poros roda disatukan dengan blok baja dengan cara blok baja dilubangi pada bagian bawahnya. Selanjutnya, poros
dimasukan dan dilas tegak lurus dengan blok baja. Sebelum penyatuan, setting
dilakukan agar poros roda sejajar dengan sisi luar rangka utama ditcher
bagian depan. Sedangkan boss dudukan pin pada blok baja di- setting
agar sejajar dengan poros penggerak pengeruk. Seperti ditampilkan pada Gambar 38.
Poros roda dibuat dari baja poros bahan sepanjang 290 mm dan diameter 25 mm. Pada ujung poros roda, dibuat ulir yang digunakan untuk
mengencangkan roda. Poros roda dilas tegak lurus pada blok baja pada ketinggian 61 mm dari dasar blok baja. Agar poros lebih kokoh, maka
diperkuat dengan menambahkan dua besi plat berbentuk segitiga setebal 10 mm. Masing-masing ukurannya mengikuti bentuk posisi blok dan poros
31
roda mekanisme. Besi penguat ini dipasang di atas dan di samping poros roda Gambar 38.
Gambar 38. Rancangan pemegang roda.
a b
Gambar 39. Pemegang roda ditcher berpengeruk II dengan menggunakan blok baja a, pemegang roda ditcher berpengeruk I hanya
menggunakan sebuah besi UNP b.
Blok baja pemegang roda terbuat dari dua buah besi UNP yang disatukan saling berhadapan sehingga membentuk balok. Pada blok baja
dibuat lubang sebagai tempat boss dudukan pin Gambar 38 dan 39.a. Penggunaan blok baja ini ditujukan untuk lebih memperkuat bagian ini
yang sebelumnya ditcher berpengeruk I hanya digunakan sebuah besi UNP saja Gambar 39.b. Penggunaan blok juga berfungsi sebagai tempat
Poros roda mekanisme Blok baja pemegang
roda
Boss dudukan pin
Lubang tempat boss dudukan pin
32
bagi boss dudukan mekanisme pin yang menggantikan mekanisme pin biasa.
Blok baja dudukan dibuat dari besi kanal UNP ukuran 75 mm x 35 mm dengan ketebalan 3 mm yang disatukan berhadapan sehingga
membetuk persegi dengan dimensi 75 mm x 70 mm. Bahan blok baja diambil dari lengan ayun pada ditcher berpengeruk I ukuran 75x70x3 mm
dan dipotong sepanjang 400 mm. kedua ujung blok ditutup plat besi dengan tebal 2 mm. Posisi blok baja ini sejajar dengan poros penggerak
pengeruk agar mekanisme four bar parallel linkage dapat bekerja. Posisi tersebut adalah 62
o
dari rangka utama ditcher bagian depan. Lubang sebagai tempat boss dudukan pin pada blok baja memiliki diameter 60
mm. Lubang berjarak 220 mm antar titik pusat lubang. Titik pusat lubang atas berjarak 80 mm dari ujung atas blok baja. Sedangkan Titik pusat
lubang bawah berjarak 100 mm dari ujung bawah blok baja Gambar 38 dan 39.a.
Boss dudukan pin terbuat dari besi poros pejal dengan diameter 60
mm yang dibubut sebagai tempat bearing dan poros gerak pin. Bearing yang digunakan adalah bearing dengan merk NTN berdiameter poros 20
mm. Boss dudukan pin disatukan dengan bearing. Setelah itu, boss dimasukan dan dilas pada blok baja Gambar 38.
2. Poros Penggerak pengeruk
Poros penggerak pengeruk pada ditcher berpengeruk II tidak berbeda jauh dengan poros penggerak pengeruk pada ditcher berpengeruk I. Pada
pengoperasian ditcher berpengeruk I terjadi lentingan akibat beban puntir yang dihasilkan oleh gerakan roda yang dikonversi menjadi gerakan putar.
Hal ini mengurangi ketepatan naik pengeruk. Sehingga pada bagian ini poros penggerak pengeruk diperkuat dengan memperbesar diameter pipa
poros dari 44.4 mm pada ditcher berpengeruk I menjadi 57 mm Gambar 41.
Tinggi poros pengerak mekanisme pengeruk dari ujung pisau ditcher adalah 775 mm. Tinggi ini didasarkan pada tinggi poros tersebut pada
prototipe sebelumnya tinggi poros dari pisau ditcher adalah 600 mm. Pada
33
ketinggian 600 mm, poros menghalangi tanah tumpahan dari dari kerja ditcher. Dengan demikian, maka poros dipertinggi sebesar 175 mm.
a b
Gambar 40. Rancangan pipa poros penggerak pengeruk a, Rancangan poros penyambung b.
Gambar 41. Pipa poros penggerak pengeruk. Pipa poros yang digunakan berdiameter luar 57 mm, diameter dalam
42 mm dan panjang 1250 mm. Ujung depan pipa dipasang pada pillow block
dan ujung belakang dipasang pada flange bearing Gambar 40.a. Untuk pemasangan pipa poros penggerak pengeruk pada pillow block dan
flange bearing, maka kedua ujung pipa poros penggerak pengeruk dilas
dengan besi poros penyambung dengan diameter 45 mm dan panjang total 175 mm. Poros penyambung dibubut sehingga menghasilkan poros
bertingkat dengan diameter 25 mm, 45 mm, 42 mm dengan panjang 45 mm, 10 mm, dan 120 mm Gambar 40.b. Ujung poros penyambung yang
Poros penggerak pengeruk
Poros penyambung Pillow block
34
berdiameter 25 mm dimasukan ke bearing pillow block dan flange bearing dan ujung poros penyambung lainnya dimasukan dan dilas pada pipa
poros penggerak pengeruk. Pillow block ditempatkan pada rangka depan ditcher
dan flange bearing dipasang pada rangka mekanisme belakang. Kemiringan posisi pipa poros penggerak pengeruk adalah 62
o
terhadap rangka utama depan ditcher.
3. Lengan Ayun Mekanisme
Lengan ayun ditcher berpengeruk II tidak berbeda jauh dengan lengan pada prototipe sebelumnya. Namun, terdapat modifikasi yang dilakukan
antara lain penggantian bahan konstruksi, penggunanaan potongan besi yang ditempatkan pada cekungan UNP lengan ayun, penggunaan besi
penguat pada sambungan pada lengan ayun, serta perubahan diagram kinematis lengan ayun.
a b Gambar 42. Rancangan lengan ayun depan roda ditcher berpengeruk II
tampak isometri a dan tampak depan b. Bahan konstruksi yang dipilih adalah besi UNP ukuran 100x50 mm
tebal 3 mm yang menggantikan besi UNP ukuran 75x35 mm tebal 3 mm yang digunakan pada ditcher berpengeruk I Gambar 43.b dan 45.b.
Penggunaaan UNP yang lebih besar, dimaksudkan agar lengan lebih kuat dalam menerima momen dari roda dan pengeruk karena lengan-lengan
ditcher berpengeruk I banyak yang mengalami retakan pada saat pengujian.
Retakan-retakan yang terjadi pada lengan ayun dapat menyebakan setting Lengan ayun depan
roda atas Kuping pada
pemegang roda
Boss dudukan pin
pada rangka mekanisme depan
Lengan ayun depan roda bawah
35
yang telah dilakukan pada awal pembuatan berubah dan menyebabkan kinerja alat menurun.
Lengan ayun mekanisme mempunyai dua bagian, yaitu bagian lengan ayun depan roda dan lengan ayun belakang. Lengan ayun depan roda
terbagi menjadi lengan ayun depan atas dan bawah. Lengan ayun belakang juga memiliki bagian yang sama dengan lengan ayun depan roda. Namun,
ujung lengan ayun yang dilas dengan pipa poros penggerak pengeruk adalah lengan ayun belakang bawah.
Lengan ayun depan roda harus mampu menahan momen yang terjadi akibat berat pengeruk dan tahanan gelinding roda. Panjang Lengan
ayun depan atas dan bawah adalah 350 mm dan 830 mm. Sedangkan ukuran diagram kinematisnya adalah 282 mm x 220 mm.
Ujung lengan ayun depan atas dilas dengan pipa poros penggerak pengeruk untuk meneruskan gaya angkat dari pemegang roda. Sedangkan
ujung lengan ayun depan bawah dilas dengan boss dudukan pin pada rangka mekanisme belakang. Hal ini ditujukan untuk menyeimbangkan
gerakan turun naik sehingga pergerakan vertikal blok baja pemegang roda akan selalu dalam posisi turun naik secara sejajar.
Ujung lain lengan ayun depan atas dan bawah dilas dengan kuping
berbentuk huruf u. Kuping ini digunakan sebagai penyambung antara
lengan ayun depan dengan bagian pemegang rodaGambar 42 dan 43.a.
a b
Gambar 43. Lengan ayun depan roda ditcher berpengeruk II a, lengan ayun depan roda ditcher berpengeruk I b.
Kuping blok baja
Besi penguat pada lengan ayun
36
Lengan ayun belakang pengeruk harus mampu menahan momen yang terjadi akibat berat pengeruk dan gaya geser tanah. Panjang total
lengan ayun atas dan lengan ayun bawah adalah 921 mm dan 939 mm. Sedangkan ukuran diagram kinematiknya adalah 704 mm x 170 mm.
Gambar 44. Rancangan lengan ayun belakang pengeruk. Ujung lengan ayun belakang bawah dilas dengan pipa poros
penggerak pengeruk untuk meneruskan putaran dari pipa poros penggerak pengeruk menjadi gaya angkat pengeruk. Ujung lengan ayun belakang atas
dilas pada boss dudukan pin rangka mekanisme kuping untuk menyeimbangkan gerakan sehingga pergerakan vertikal pengeruk akan
selalu dalam turun naik secara sejajar. Kedua ujung lengan ayun pengeruk lainnya, dilas dengan boss dudukan pin pada pengeruk Gambar 44 dan
45.a.
a b
Gambar 45. Perbandingan : lengan ayun belakang pengeruk pada ditcher berpengeruk II a dan lengan ayun belakang pengeruk pada
ditcher berpengeruk I b.
Lengan ayun belakang pengeruk atas
Boss dudukan pin
pada pengeruk Boss
dudukan pin pada rangka kuping
Lengan ayun belakang pengeruk bawah
Besi penguat pada sambungan las
37
Untuk mencegah terjadinya retakan dan untuk memperkuat lengan ayun, maka lengan ayun mekanisme ditanam besi potongan yang dilas di
dalam cekungan UNP, dan pada lasan antar lengan ayun dipasang besi-besi penguat Gambar 46.
Gambar 46. Skema potongan besi penguat pada lengan ayun bagian dalam. besi tulang dalam lengan ayun
4. Pengeruk
Pengeruk terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pengeruk dan bagian pemegang pengeruk. Pengeruk pada ditcher berpengeruk II
memiliki desain yang lebih simpel dibanding dengan pengeruk pada ditcher berpengeruk I Gambar 48. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
menempelnya tanah pada bagian pengeruk dan menggangu jalannya mekanisme. Pengeruk ditcher berpengeruk II berbentuk lurus tidak cekung
seperti pada pengeruk lama Gambar 47. Hal ini disebabkan karena bentuk cekung ini dirasa kurang efektif.
Pengeruk terbuat dari dua buah plat besi yang dilas dengan kemiringan 10
o
. Besi plat atas dipasang berdiri lurus secara vertikal. Tinggi plat besi atas dan tinggi plat besi bawah adalah 250 mm dan 100 mm
dengan panjang 700 mm, dan tebal 6 mm Gambar 47. Pada ditcher berpengeruk I, pemegang pengeruk yang berupa kuping
tempat pin disatukan antara pin pengeruk atas dan pin pengeruk bawah. Sedangkan pada ditcher berpengeruk II, pemegang pengeruk kuping
tempat pin dipisah antara pin joint atas dan pin bawah. Pemisahan tersebut dikarenakan pada ditcher berpengeruk II digunakan mekanisme
38
boss sebagai dudukan pin di mana mekanisme ini membutuhkan ruang
yang lebih besar dibanding dengan mekanisme pin biasa. Fungsi pemegang pengeruk adalah sebagai penyalur gerakan dari lengan ayun belakang
pengeruk dan sebagai penyesuai kemiringan dari pipa poros penggerak pengeruk sehingga mekanisme four bar parallel linkage dapat bekerja.
Gambar 47. Rancangan pengeruk tanah.
a b
Gambar 48. Perbandingan pengeruk : pengeruk ditcher berpengeruk II a dan pengeruk ditcher berpengeruk I b.
Pemegang pengeruk terdiri dari dua bagian, yaitu: rangka kuping yang menjadi tempat untuk pemasangan boss dudukan pin dan boss
dudukan pin yang dilas dengan ujung lengan ayun pengeruk. Boss dudukan pin tersebut terbuat dari besi poros pejal dengan diameter 63 mm
dan dilubangi dengan mesin bubut untuk bearing dan poros putar pin. Bearing
yang digunakan adalah bearing dengan merk NTN berdiameter poros 20 mm. Selanjutnya, boss disatukan dengan bearing. Boss atas dan
Plat besi pengeruk atas
Pemegang pengeruk
Plat besi pengeruk bawah
Pemegang pengeruk
39
bawah mempunyai panjang 100 mm dan 60 mm. Boss bawah ini lebih kecil daripada bagian atas, yang bertujuan untuk menghindari tabrakan antara
kuping pemegang boss bawah dengan guludan yang telah dilewati pengeruk ketika pengeruk turun. Boss dilas dengan ujung lengan ayun
pengeruk. Sedangkan rangka kuping terbuat dari plat baja dengan ketebalan 10
mm yang dilas pada pengeruk. Boss dan rangka kuping disatukan menggunakan poros pejal berdiameter 20 mm dan dikencangkan dengan
sistem mur dan baut. Gambar 47. 5.
Pengunci Mekanisme Pengeruk Tanah Fungsi pengunci mekanisme adalah untuk menahan mekanisme
pengeruk tanah seluruh mekanisme pengeruk, termasuk bagian meaknisme depan dan mekanisme belakang agar tetap berada di posisi awal pada saat
dilakukan transportrasi. Ditcher berpengeruk I tidak menggunakan mekanisme ini, namun
menggunakan standar mekanisme Gambar 49. Standar ini hanya mencegah mekanisme bergerak turun, namun tidak mencegah mekanisme
bergerak naik pada saat dilakukan transportrasi.
Penempatan standar mekanisme ditcher berpengeruk I
a b
Gambar 49. Standar mekanisme pada ditcher berpengeruk I a, penempatan standar pada mekanisme pengeruk tanah b.
Besi utama pengunci mekanisme pengeruk pada ditcher berpengeruk II terbuat dari besi poros pejal dengan diameter 18 mm dan panjang 500
mm. Sedangkan dua buah besi yang dilas tegak lurus dengan besi utama
40
terbuat dari besi poros pejal dengan diameter 18 mm dan panjang 100 mm Gambar 50a.
Besi poros utama pengunci mekanisme
Penempatan pengunci mekanisme ditcher berpengeruk II
a b
c Gambar 50. Pengunci
mekanisme pengeruk
tanah pada
ditcher berpengeruk II a, penempatan pengunci pada mekanisme
pengeruk tanah b, hasil pembutan c.
Pengunci ditempatkan di antara lengan ayun pengeruk bawah kanan dan lengan ayun pengeruk bawah kiri Gambar 50b. Pada lengan ayun
pengeruk kanan dan kiri dilas dengan besi dudukan pengunci. Dengan demikian, lengan ayun kanan dan kiri akan berada di posisi awal pada saat
transportrasi.
B. Pergerakan Lengan Ayun dan Beban Angkat Pada Roda