69
8.8.2. Para pemilik, penyewa dan pengelola kapal penangkap ikan
harus menjamin bahwa kapal mereka dilengkapi peralatan untuk mengurangi emisi dari senyawa yang menipiskan ozon.
Para anak buah kapal penangkap ikan yang bertanggung jawab harus mahir dalam menjalankan dan merawat permesinan di
kapal secara benar. 8.8.3.
Otoritas yang berwenang harus membuat ketentuan bagi penghapusan penggunaan khlorofluorokarbon CFC dan
senyawa seperti hidrokhlorofluorokarbon HCFC dalam sistem refrigerasi kapal penangkap ikan dan harus menjamin
bahwa industri galangan dan mereka yang terlibat dalam industri penangkapan ikan diinformasikan mengenai dan
memenuhi ketentuan tersebut. 8.8.4.
Para pemilik atau pengelola kapal penangkap ikan harus mengambil tindakan yang tepat untuk mengisi kembali
instalasi pemadam kebakaran yang ada di kapal mereka dengan refrigeran pengganti CFC dan HCFC dan pengganti
Halon. Alternatif tersebut harus digunakan dalam spesifikasi untuk semua kapal penangkap ikan yang baru
8.8.5. Negara–negara dan para pemilik, penyewa dan pengelola kapal
penangkap ikan demikian pula para nelayan harus mematuhi pedoman internasional bagi pembuangan CFC, HCFC dan
Halon.
8.9. Pelabuhan dan Pangkalan Pendaratan Ikan
8.9.1. Negara–negara harus memperhatikan, antara lain, hal berikut
dalam rancangan dan konstruksi pelabuhan dan tempat pendaratan:
70
8.9.2. Tempat berlindung yang aman bagi kapal penangkap ikan dan
disediakan fasilitas pelayanan yang memadai bagi kapal, para pedagang dan pembeli ;
8.9.3. Pasok air tawar yang memadai dan pengaturan sanitasi harus
disediakan; 8.9.4.
Sistem pembuangan limbah, termasuk untuk pembuangan minyak, air berminyak dan alat penangkap ikan harus
diintroduksikan; 8.9.5.
Pencemaran dari kegiatan perikanan dan sumber eksternal harus diminimumkan; dan
8.9.6. Pengaturan untuk menanggulangi efek erosi dan silitasi harus
dibuat. 8.9.7.
Negara–negara harus menetapkan sebuah kerangka kelembagaan bagi seleksi atau perbaikan lokasi untuk
pelabuhan bagi kapal penangkap ikan yang memungkinkan konsultasi diantara otoritas yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan kawasan pesisir.
8.10. Penelantaran Kerangka Bangunan dan Material Lain
8.10.1. Negara–negara harus memastikan bahwa standar dan
pedoman bagi pemindahan kerangka bangunan lepas pantai yang tidak digunakan lagi yang diterbitkan oleh IMO dipatuhi.
Negara harus pula memastikan bahwa otoritas perikanan yang kompeten dimintakan pendapatnya sebelum pengambilan
keputusan tentang penelantaran kerangka bangunan dan material lain oleh otoritas yang relevan
8.11. Terumbu Buatan dan Alat Bantu Pengumpul Ikan
8.11.1. Negara–negara, jika perlu harus mengembangkan kebijakan
untuk meningkatkan populasi stok dan memperluas peluang
71
penangkapan melalui pemanfaatan kerangka buatan, yang ditempatkan
dengan mempertimbangkan
keselamatan navigasi. Pada atau di atas dasar laut atau pada permukaan
laut. Penelitian pemanfaatan kerangka tersebut, termasuk dampaknya terhadap sumber daya hayati laut dan lingkungan,
harus digiatkan 8.11.2.
Negara–negara harus memastikan bahwa, jika memilih material yang akan digunakan untuk membuat terumbu
buatan, dan jika memilih lokasi geografis terumbu buatan itu, ketentuan konvensi internasional yang relevan menyangkut
lingkungan dan keselamatan navigasi diperhatikan. 8.11.3.
Negara–negara, di dalam kerangka rencana pengelolaan kawasan pesisir, harus menetapkan sistem pengelolaan bagi
terumbu buatan dan alat bantu pengumpul ikan. Sistem pengelolaan tersebut harus mensyaratkan persetujuan bagi
konstruksi dan penempatan terumbu dan alat bantu semacam itu serta harus memperhatikan kepentingan para nelayan,
termasuk nelayan artisanal dan subsisten. 8.11.4.
Negara–negara harus memastikan agar otoritas yang bertanggung jawab atas pemeliharaan catatan dan peta
kartografi untuk keperluan navigasi, demikian pula otoritas lingkungan yang relevan, dibertitahu sebelum terumbu buatan
atau alat
bantu pengumpul
ikan ditempatkan
atau dipindahkan.
72
PASAL 9 PEMBANGUNAN AKUAKULTUR
9.1. Pengembangan Akuakultur yang Bertanggung Jawab, Termasuk