Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan tentang Inisiasi Menyusui Dini Diwilayah kerja Puskesmas pancur batu kabupaten deli serdang Tahun 2015

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DI WILAYAHKERJA PUSKESMAS

PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

OLEH:

JUNIKA TAMPUBOLON 145102230

KARYA TULIS ILMIAH

FAKULTAS KEPERAWATAN PRODI DIV PENDIDIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

(5)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015 Abstrak

JunikaTampubolon

Latar Belakang : Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan di mana bayi yangbaru saja lahir secara naluri melakukan aktifitas-aktifitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibunya dan menyusui darinya. Inisiasi menyusu dini dipercaya akan membantu. meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit -penyakit yang beresiko kematian tinggi seperti kanker saraf, leukemia, dan beberapa penyakit lainnya.

Tujuan Penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu kabupaten Deli Serdang.

Metode Penelitian : Desain penelitian yang digunakan adalah analitic corelasional dengan pendekatan cross sectional. Dengan menggunakan Fisher’s Exact untuk pengetahuan bidan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini, Continuity Correction untuk sikap bidan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusui dini, besar sampel sebanyak 35 orang dengan metode pengambilan total sampling.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari 35 responden bahwa bidan yang berpengetahuan baik mayoritas sebanyak 28 orang (77,8%) dan berpengetahuan cukup minoritas 7 orang (19,4%). Mayoritas responden yang bersikap negatif sebanyak 12 orang (63,9%) dan responden yang bersifat positif sebanyak 23 orang (63,9%). Hasil uji satistik diperoleh nilai p=0,002 sehingga dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini dan diperoleh nilai OR= 13,33 yang artinya proporsi bidan yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik berpeluang 13,33 kali lebih tinggi untuk tercapainya pelaksanaan inisiasi menyusui dini.

Kesimpulan Dan Saran : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pengetahuan dan sikap yang baik dapat meningkatkan untuk tercapainya pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Dari hasi penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan, baik yang bekerja di dalam Puskesmas maupun yang berada di wilayah kerja Puskesmas, lebih menerapkan program Inisiasi Menyusui Dini kepada ibu-ibu yang baru selesai melahirkan serta memberi informasi-informasi penting kepada ibu-ibu tentang manfaat Inisiasi Menyusui dini untuk ibu dan bayinya.


(6)

KNOWLEDGE AND ATTITUDES MIDWIVES RELATIONSHIP OF IMPLEMENTATION EARLY INITIATION OF BREASTFEEDING IN

PUSKESMAS PANCUR STONE DELI SERDANG 2015 Abstract

JunikaTampubolon

Background: Early breastfeeding initiation (IMD) is a series of activities in which the baby is just born instinctively yangbaru doing activities that ended with finding the nipple and breast of it. Early initiation of breastfeeding is believed to be helpful. increases the body's resistance to disease -penyakit high mortality risk as nerve cancer,leukemia,andseveral other diseases.

Objective: This study aims to determine the relationship Midwives Knowledge and Attitudes of Implementation Early Initiation of Breastfeeding In Puskesmas Pancur Stone Deli Serdang. Methods: The study design used is Analytical corelasional with cross sectional approach. By using Fisher's Exact knowledge of a midwife for the implementation of Early Initiation of Breastfeeding, Continuity Correction to the attitude of a midwife to the implementation of early initiation of breastfeeding, a large sample of 35 people with a method of making a total sampling.

Results: Based on the results obtained from the 35 respondents that midwives were knowledgeable both majority as many as 28 people (77.8%) and knowledgeable enough minority 7 (19.4%). The majority of respondents were negative attitude many as 12 people (63.9%) and respondents who are positive as many as 23 people (63.9%). Statistic test results obtained by value p = 0,002 so stated no significant relationship between knowledge and attitude of midwife with the implementation of early initiation of breastfeeding and the obtained value OR = 13.33, which means the proportion of midwives who have the knowledge and attitude of a good chance of 13.33 times higher to implement the early initiation of breastfeeding.

Conclusions and Recommendations: the results of this study can be proved that the knowledge and attitudes that can increase to implement the early initiation of breastfeeding. From this study are expected hasi health workers, especially midwives, both working at the health center or health center in the working area, better implement the program Early Initiation of Breastfeeding mothers who had just finished giving birth and provide important information to mothers about the benefits Early initiation of breastfeeding for mother and baby.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberi segala berkatnya dapat menyelesaikan Karya Tulus Ilmiah dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan tentang Inisiasi Menyusui Dini Diwilayah kerja Puskesmas pancur batu kabupaten deli serdang Tahun 2015.

Adapun tujuan dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan D.IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan di Universitas Sumatera Utara. Keberhasilan penulisan dalam penulisan ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata M.Kes, Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang telah menyediakan fasilitas pendidikan, baik sarana maupun prasarana untuk kegiatan proses belajar mengajar.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Pendidikan D.IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Penguji I yang telah memberika masukan dan arahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

3. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku sekretaris program D.IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Dr.dr.Sarma Lumbanraja Sp.OG (K), selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, tenaga, serta pikirannya dalam membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Febrina Oktavinola Kaban SST, M.Keb. selaku dosen penguji II yang telah memberikan nasehat, arahan, dan masukan pada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


(8)

6. Seluruh staff pengajar D.IV Bidan Pendidik Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan mendidik penulis selama menjalani pendidikan di D.IV Bidan Pendidik Fakultas keperawatan Universitas Sumatera

7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta M.Tampubolon dan O.Simanjuntak yang telah banyak memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materil sampai pada akhir penulisan karya tulis ilmiah ini.

8. Buat saudara penulis Dimpu. Tampubolon,Monalisa Tapubolon dan adikku Bobi.R.Tampubolon, Jhonlenon Tampubolon,Toni Tampubolon yang memberikan dukungan dan semangatnya sampai pada akhir penulisan karya tulis ilmiah ini.

9. Teman-teman di kelas B D.IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu per satu dan semua pihak yang sudah membantu saya dalam penyelesaian atau penyusunan karya tulis ilmiah ini.

10.Semua pihak yang mendukung, membantu, dan mendoakan peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun susunan bahasanya, untuk itu peneliti mengharapkan saran dan bimbingan dari pembaca yang dapat membangun kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi peneliti khususnya. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2015 Peneliti


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.... ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR SKEMA ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I : PENDAHULUHAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ... 8

1. Defenisi ... 8

2. Tingkat Pengetahuan ... 8

3. Cara Memperoleh Pengetahuan ………. 10

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan... 12

B. Sikap. ... 13

1. Defenisi.. ... 13

2. Proses Terbentuk Sikap... 14

3. Komponen Pokok Sikap ... 14

4. Ciri-ciri Sikap... 14

5. Tingkatan Sikap ... 15

C. Inisiasi Menyusui Dini ... ... 16

1. Defenisi... ... 16

D. ASI Eksklusif ... 16

1. Pengertian Inisiasi Menyusi Dini... ... 16

2. Manfaat Pemberian Inisiasi Menyusui Dini... ... 17

3. Proses Inisiasi Menyusi dini... ... 22


(10)

5. Pelaksanaan Inisiasi menyusui Dini... 25

BAB III : KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 27

B. Hipotesa Penelitian ... 28

C. Defenisi Operasional ... 29

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 30

1. Populasi ... 30

2. Sampel ... 30

C. Tempat Penelitian ... 31

D. Waktu Penelitian ... 31

E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Uji Validitas dan Reabilitas ... 33

H. Prosedur Pengambilan Data ... 34

I. Analisa Data` ... 35

1. Pengolahan Data ... 35

2. Analisis Data ... 35 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR SKEMA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional……….……….. 26 Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik Bidan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi

Menyusui Dini di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 ………...34 Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan pertanyaan pengetahuan Bidan Tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 ...35 Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan Bidan Tentang Tentang Pelaksanaan

Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015……….……….. 37 Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan pernyataan sikap Bidan Tentang Pelaksanaan

Inisiasi Menyusui Dini Di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015………..………...38 Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini

di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015……….……39 Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Inisiasi menyusui Dini di Puskesmas

Pancur Batu kabupaten Deli serdang 2015……….………39 Tabel 5.7 Hubungan Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Pelaksanaan Inisiasi menyusui Dini di

Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli sedang 2015………...………40 Tabel 5.8 Hubungan Sikap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Pancur batu


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 : Surat Pernyataan Content Validity Lampiran 5 : Uji Validitas : Content Validity Index Lampiran 6 : Master Data Uji Validitas dan Reliabelitas Lampiran 7 : Hasil Uji Validitas dan Reliabelitas

Lampiran 8 : Master Data Penelitian

Lampiran 9 : Hasil Pengolahan Data Penelitian Lampiran 10 : Surat Izin Survei Penelitian Lampiran 11 : Surat Balasan Survei Penelitian Lampiran 12 : Surat Izin Penelitian


(14)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015 Abstrak

JunikaTampubolon

Latar Belakang : Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan di mana bayi yangbaru saja lahir secara naluri melakukan aktifitas-aktifitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibunya dan menyusui darinya. Inisiasi menyusu dini dipercaya akan membantu. meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit -penyakit yang beresiko kematian tinggi seperti kanker saraf, leukemia, dan beberapa penyakit lainnya.

Tujuan Penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu kabupaten Deli Serdang.

Metode Penelitian : Desain penelitian yang digunakan adalah analitic corelasional dengan pendekatan cross sectional. Dengan menggunakan Fisher’s Exact untuk pengetahuan bidan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini, Continuity Correction untuk sikap bidan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusui dini, besar sampel sebanyak 35 orang dengan metode pengambilan total sampling.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari 35 responden bahwa bidan yang berpengetahuan baik mayoritas sebanyak 28 orang (77,8%) dan berpengetahuan cukup minoritas 7 orang (19,4%). Mayoritas responden yang bersikap negatif sebanyak 12 orang (63,9%) dan responden yang bersifat positif sebanyak 23 orang (63,9%). Hasil uji satistik diperoleh nilai p=0,002 sehingga dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini dan diperoleh nilai OR= 13,33 yang artinya proporsi bidan yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik berpeluang 13,33 kali lebih tinggi untuk tercapainya pelaksanaan inisiasi menyusui dini.

Kesimpulan Dan Saran : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pengetahuan dan sikap yang baik dapat meningkatkan untuk tercapainya pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Dari hasi penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan, baik yang bekerja di dalam Puskesmas maupun yang berada di wilayah kerja Puskesmas, lebih menerapkan program Inisiasi Menyusui Dini kepada ibu-ibu yang baru selesai melahirkan serta memberi informasi-informasi penting kepada ibu-ibu tentang manfaat Inisiasi Menyusui dini untuk ibu dan bayinya.


(15)

KNOWLEDGE AND ATTITUDES MIDWIVES RELATIONSHIP OF IMPLEMENTATION EARLY INITIATION OF BREASTFEEDING IN

PUSKESMAS PANCUR STONE DELI SERDANG 2015 Abstract

JunikaTampubolon

Background: Early breastfeeding initiation (IMD) is a series of activities in which the baby is just born instinctively yangbaru doing activities that ended with finding the nipple and breast of it. Early initiation of breastfeeding is believed to be helpful. increases the body's resistance to disease -penyakit high mortality risk as nerve cancer,leukemia,andseveral other diseases.

Objective: This study aims to determine the relationship Midwives Knowledge and Attitudes of Implementation Early Initiation of Breastfeeding In Puskesmas Pancur Stone Deli Serdang. Methods: The study design used is Analytical corelasional with cross sectional approach. By using Fisher's Exact knowledge of a midwife for the implementation of Early Initiation of Breastfeeding, Continuity Correction to the attitude of a midwife to the implementation of early initiation of breastfeeding, a large sample of 35 people with a method of making a total sampling.

Results: Based on the results obtained from the 35 respondents that midwives were knowledgeable both majority as many as 28 people (77.8%) and knowledgeable enough minority 7 (19.4%). The majority of respondents were negative attitude many as 12 people (63.9%) and respondents who are positive as many as 23 people (63.9%). Statistic test results obtained by value p = 0,002 so stated no significant relationship between knowledge and attitude of midwife with the implementation of early initiation of breastfeeding and the obtained value OR = 13.33, which means the proportion of midwives who have the knowledge and attitude of a good chance of 13.33 times higher to implement the early initiation of breastfeeding.

Conclusions and Recommendations: the results of this study can be proved that the knowledge and attitudes that can increase to implement the early initiation of breastfeeding. From this study are expected hasi health workers, especially midwives, both working at the health center or health center in the working area, better implement the program Early Initiation of Breastfeeding mothers who had just finished giving birth and provide important information to mothers about the benefits Early initiation of breastfeeding for mother and baby.


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan di bidang Kesehatan sebagai perwujudan dari misi ketujuh yaitu mengupayakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat, maka kebijakan pembangunan bidang kesehatan diupayakan untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI, 2009).

Inisiasi menyusui dini (IMD) merupakan salah satu dalam standar asuhan persalinan normal (APN). Tidak semua bidan melakukan IMD pada setiap persalinan, padahal IMD memiliki manfaat yang begitu besar bagi ibu dan juga bagi bayi.Beberapa penelitian IMD telah dilakukan, diantaranya oleh dr. Karen Edmod dari Inggris yang melakukan penelitian di Ghana terhadap 11.000 bayi yang telah dipublikasikan di pediatrics, hasil penelitianya yaitu jika bayi diberi kesempatan menyusu pada satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) maka 22% nyawa bayi di bawah 28 hari dapat diselamatkan. Dan jika bayi mulai menyusu pertama saat bayi berusia di atas 2 jam dan di bawah 24 jam pertama, hanya 16% nyawa bayi di bawah 28 hari bisa diselamatkan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Fika dan Syafiq (2003), penelitian ini menunjukan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusui


(17)

diperkirakan program “Inisisi Menyusui Dini” bisa menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yaUng meninggal dalam bulan perta ma kelahiran (Utami,2008)

Word Health Organitation (WHO) dan United Nation Children’s Fund (UNICEF) yang

merekomendasikan Inisiasi Menyusui Dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena Inisiasi Menyusui Dini dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global. Ini merupakan hal baru bagi Indonesia dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan disemua tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas (Perdani,2008).

Berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan Angka Kematian Bayi (AKB) masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup. Menurut Departemen Kesehatan (DepKes) tahun 2007 beberapa penyebab kematian bayi dikarenakan 29% Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), 27% asfiksia, 10% tetanus, 5% infeksi, 6% masalah hematologi, 10% masalah pemberian minuman, dan lain-lain sebanyak 27%. Dalam Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mentar getkan pada tahun 2015 AKB menurun menjadi 17 bayi per 1.000 kelahiran. Menghadapi tantangan dan target MDGs tersebut maka perlu adanya program kesehatan anak yang mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak. Beberapa program terkini dalam proses pelaksanaan percepatan penurunan AKB adalah program Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI eksklusif, penyediaan konsultan ASI eksklusif di Rumah Sakit/Puskesmas, injeksi vitamin K1 pada bayi baru lahir, imunisasi hepatitis pada bayi kurang dari 7 hari,tatalaksana gizi buruk, dan programlainnya.


(18)

Menurut profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008 menunjukkan bahwa, pemberian ASI pada bayi di Sumatera Utara mencapai 96,5% tetapi hanya 30% dari mereka yang menyusui sampai 2 tahun. Sedangkan cakupan ASI Eksklusif yang ditargetkan dalam Program Pembangunan Nasiolal (PROPENAS) adalah 80% (Dinkes, 2008).

Selain faktor ibu dan faktor tenaga kesehatan, sosialisasi serta dukungan politis pemerintah baik pusat maupun daerah sangatlah penting dalam keberhasilan program Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dukungan itu antara lain dicanangkannya GNPP-ASI (Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu),ditetapkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi Indonesia yang memuat 10 langkah keberhasilan menyusui bahkaN Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dalam program APN (Asuhan Persalinan Normal) telah menetapkan 59 langkah dominan inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur bidan dalam melakukan pertolongan pesalinan namun cakupan penatalaksanaan IMD dan ASI eksklusif pun masih rendah. (Anggrita K.2012).

Menurut hasil penelitian Monica, menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 23 orang (44,23%), diikuti dengan responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 6 orang (30,77%) dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 13 orang (25%). Mayoritas responden yang bersikap negative sebanyak 32 orang (61,54%) dan responden yang bersifat positif sebanyak 20 orang (38,46%). Dari hasil penelitian ini terlihat pengetahuan yang baik tidak didukung oleh sikap yang negatife kerena kurangnya pemahaan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini dan kurangnya percaya diri ibu hamil untuk melakukan inisiasi menyusu dini.

Faktor lain yang mendukung penetalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini adalah Pengetahuan dan Sikap Bidan, Pengetahuan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan


(19)

terhadap suatu objek tertentu sedangkan sikap dapat diartikan sebagai suatu predisposisi tingkah laku yang akan tampak actual apabila kesempatan untuk mengatakan terbuka luas, pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh bidan dapat diterapkan dalam penatalaksanaan IMD ( Yessie 2012 ).

Dari data tersebut di atas, menmbulkan minat peneliti untuk mengkaji masalah ini melalui suatu penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas maka dirumuskan pertanyaan :

1. “Apakah ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Dengan Pelaksanaan Terhadap Inisiasi Menyusui Dini di puskesmas pancur batu kabupaten deli serdang 2015”.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Pelaksaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan Bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. b. Mengidentifikasi sikap bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas


(20)

c. Mengidentifikasi Pelaksanaan tentang Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

c. Manfaat Penelitian

1. .Bagi Puskesmas Pancur Batu

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermamfaat sebagai motivasi bidan untuk meningkatkan pelaksanaan Program Inisiasi Menyusui Dini. Dan memberikan gambaran objektif sejauh mana mamfaat Inisiasi Menyusui Dini terhadap daya tahan tubuh pada balita.

2. Bagi Instansi Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu dan mata kuliah asuhan kebidanan pada persalinan (ASKEB II) dan sumber informasi bagi mahasiswa pendidik dalam pelaksanaan program pendidikan.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini, pengalaman langsung dalam melaksanakan penelitian dan menyajikan hasilnya dalam tulisan ilmiah dengan mengaplikasikan ilmu yang pernah diperoleh selama mengikuti pendidikan di perkuliahan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Inisiasi Menyusu Dini 1. Pengertian

a. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Pada keadaan ini IMD merupakan proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu (Depkes RI, 2008).

b. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.

c. Inisiasi Menyusu Dini (early initiaton) atau permulaan Menyusu Dini adalah bayi mulai Menyusu sendiri segera setelah lahir dengan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan The breast crawl atau merangkak mencari payudara.

d. Pada tahun 1992 WHO/UNICEF mengeluarkan protocol tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai salah satu dari Evidence for the te steps to succesfull breastfeeding yang


(22)

harus diketahui oleh setiap tenaga kesehatan. Segera setelah dilahirkan,bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan putting ibunya .

Sejak di sadari bayi baru lahir dapat merangkak kearah payudara, putting susu, kemudian menyusu sendiri, kita semua orang tua, ibu, ayah bahkan tenaga kesehatan sangat terpesona menyaksikan keajaiban ini. Bayangkan selama berpuluh-puluh tahun, baik tenaga kesehatan maupun orang tua berpendapat bahwa bayi baru lahir tidal mungkin dapat menyusu sendiri. Kita berfikir untuk mendapat ASI yang pertama kalinya, kita harus membantu bayi dengan memasukkan putting kemulut bayi atau menyusuinya. Padahal, bayi baru lahir belum siap menyusu sehingga jika ibu menyusui bayi untuk pertama kali, kadang ia hanya melihat dan menjiat puting susu, bahkan kadang menolak tindakan yang mengganggunya ini. Sebenarnya, saat dilahirkan, bayi mungkin lebih mengerti akan hal ini dari pada ibu dan kita .

Setelah lahir bayi hanya perlu dibersihkan secukupnya dan tidak perlu membersihkan vernik atau tangan bayi karena bau cairan amnion pada tangan bayi akan membantu bayi mencari puting ibu. Dengan waktu yang diberikan, bayi akan mulai menendang dan bergerak menuju puting. Bayi yang siap menyusu akan menunjukkan gejala refleks seperti membuka mulut dan mulai mengulum puting. Refles menghisap yang pertama ini timbul 20-30 menit setelah lahir dan menghilang cepat. Dengan protokol IMD ini, bayi dapat langsung menyusu dan mendapat kolostrum yang kadarnya maksimal pada 12 jam pasca persalinan.

Dalam beberapa menit pertama setelah proses melahirkan, biarkan ibu dan bayi berinteraksi. Ajari ibu untuk mendekap bayi agar bayi merasakan kehangatan tubuh ibu


(23)

dan menjaga agar tidak tidak terjadi hipotermi pada bayi. Selain itu, ibu bisa menelus halus punggung bayi dan mengajaknya berbicara. Inisiasi menyusu dini tidak memaksakan anda untuk meletakkan mulut bayi kepayudara ataupun hanya sekedar mendekatkan. Dalam beberapa menit, bayi akan berusaha untuk merangkak kearah payudara dan mencari-cari sendiri putting payudara ibu. Beberapa saat kemudian, bayi akan mengangkat kepalanya serta menoleh ke kiri dan kekanan. Kemudian, dalam waktu kurang dari 25 menit, bayi akan berusaha mencari putting susu ibunya.

Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Di antaranya, obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai kejanin melalui ari-ari dan mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan, seperti operasi Caesar, vakum, forcep, bahkan perasaan sakit di daerah yang digunting saat episiotomi dapat pula mengganggu kemampuan alamiah ini. Penting untuk menyampaikan informasi tentang IMD pada tenaga kesehatan yang belum menerima informasi ini. Juga dianjurkan untuk menciptakan suasana yang tenang, nyaman, dan penuh kesabaran untuk memberi kesempatan bayi merangkak mencari payudara ibu atau ‘the breast crawl’ .

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

b. Ketika proses menyusu berlansung, terjadi pelepasan hormon oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang menyebabkan kontraksi. Kontraksi inilah yang membantu Rahim untuk kembali kebentuk dan ukuran semula seperti saat belum hamil. Selain itu kontraksi ini


(24)

dapat mengurangi jumlah perdarahan pasca melahirkan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu.

c. Refleks hisap bayi paling kuat terjadi pada 30 menit pertama setelah dilahirkan. Isapan bayi pada putting ibu akan merangsang pengeluaran hormon prolactin (yang merangsang produksi ASI) dan hormon oksitosin (yang merangsang pengeluaran ASI). Kerja kedua hormon tersebut akan membuat kolostrum cepat keluar.

d. Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat mengurangi tingkat stress pada bayi. Bayi akan merasa hangat karena kulit ibu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan suhu dengan suhu yang dibutuhkan.

e. Kedekatan antara ibu dengan bayi membuat bayi tampak lebih tenang sehingga denyut jantungnya pun stabil.

f. Pemberian ASI pada jam-jam pertama dapat menekan angka kematian bayi pada beberapa bulan pertama kehidupannya.

g. Kontak kulit dalam proses menyusu dini sangat penting karena alasan-alasan berikut : 1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat sehingga akan menurunkan angka kenatia

bayi akibat Hipotermi (penurunan suhu tubuh).

2) Ibu dan bayi merasakan ketenangan. Ibu merasa tenang karena bayi terlahir dengan selamat, bayi pun merasa tenang karena merasakan kehangatan dalam dekapan ibu. 3) Saat berada diatas dada, bayi akan menjilati dada ibu. Ketika proses ini terjadi,

sebenarnya bayi sedang menelan bakteri yang ada didada ibu. Bakteri ini berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

4) Bayi yang terjaga dalam 1-2 jam pertama setelah kelahiran yang mengeratkan jalinan kasih saying antara ibu dan bayi dengan lebih baik.


(25)

5) Saat bayi berhasil menemukan putting susu ibu dan menyusu untuk yang pertama kalinya, saat itulah ia mendapatkan kolostrum. Kolostrum sudah diketahui mempunyai banyak manfaat, salah satunya kaya akan zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi tubuh bayi dari berbagai jenis infeksi.

6) Saat bayi berhasil menyusu dini, ini akan mempengaruhi keberhasilannya dalam menyusu secara eksklusif berikutnya.

7) Segala aktivitas yang dilakukan bayi diatas dada dan perut ibu, seperti menyentuh, menghisap, dan menjilati dada maupun putting susu, akan merangsang pelepasan hormon oksitosin, yang berperan dalam pencegahan perdarahan pascapersalinan dengan meningkatkan kontraksi Rahim dan berperan penting pula dalam refleks pengeluaran ASI.

8) Menyempurnakan fungsi neurologis. Koordinasi syaraf untuk menelan, menghisap. Dan bernapas, pada bayi yang baru lahir bisa jadi belum sempurna. Dengan sesegera mungkin memberikan kesempatan kepada bayi untuk menghisap ASI dari putting payudara ibu, fungsi koordinasi saraf-saraf tersebut jadi lebih cepat sempurna (Riskana R, 2012).

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebh baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosocomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat meurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan bayi cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat mengoptimalkan


(26)

pengeluaran hormon oksitosin, prolactin dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.

3. Proses Inisiasi Menyusu Dini

a. Segera setelah lahir, badan dikeringkan seperlunya, kecuali kedua tangannya.

b. Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Ibu dan bayi dapat diselimuti agar tetap hangat. Bila perlu, pakaikan topi pada kepala bayi.

c. Bayi dibiarkan mencari sendiri putting susu ibunya.

d. Ibu didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sbelum menyusu.

e. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersetuhan dengan kulit ibu sampai minimal satu jam atau lebih sampai kegiatan menyusui pertama selesai.

f. Setelah selesai menyusu, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang berat badannya, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.

g. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung. 4. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat bersalin.

b. Disarankan untuk mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing. c. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan misalnya melahirkan normal,

di dalam air, atau dengan jongkok.

d. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.


(27)

e. Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kontak kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya dselimuti. Jika perlu gunakan topi bayi.

f. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut tapi tidak memaksa bayi ke putting susu.

g. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam. Jika belum menemukan putting payudara ibunya dalam waktu satu jam,biarkan kulit bayi tetap bersentuhan denga kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

h. Di anjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan misalya operasi Caesar.

i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat dtunda.

j. Rawat gabung ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.

4. Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini pada Operasi Caesar

Apabila menjalani operasi Caesar dengan pembiusan secara spinal (pembiusan lokal) dan ibu tetap sadar selama proses operasi berlangsung, bayi yang lahir segera dikeringkan tanpa menghilangkan lemak yang menempel ditubuhnya (jika ada).


(28)

Kemudian bayi akan ditengkurapkan diperut atau dada ibu. Bayipun dibiarkan untuk berusaha mencari sendiri putting susu ibu, dengan tidak memaksakan meletakkan bayi diputing susu ibu. Apabila dilakukan pembiusan (anastesi) umum, sang ayah dapat melakukan kontak kulit dengan kult bayi saat menunggu ibu selesai operasi. Bila kontak ditunda, bayi dapat dimasukkan kedalam inkubator. Inisiasi menyusu dini dapat dilakukan setelah kondisi ibu dan bayi stabil.

Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan Caesar, berikut ini tatalaksananya :

a. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.

b. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20º-25ºC. Disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu. Disiapkan juga topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.

c. Jika inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan didada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan dikamar perawatan ibu atau kamar pulih.

B. Tinjauan Tentang Bidan 1. Pengertian

a. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010, Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:


(29)

1) Pelayanan kesehatan ibu 2) Pelayanan kesehatan anak

3) Pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga

b. Bidan menurut IBI adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat diberi izin secara syah untuk menjalankan praktik (Simatupang, 2008).

c.Bidan menurut WHO adalah seseorang yang telah berhasil sukses menyelesaikan pendidikan bidan yang terakreditasi dan diakui Negara, telah memperoleh kualifikasi yang dibutuhkan untuk didaftarkan mendapat sertifikat dan/atau resmi diberikan lisensi untuk melakukan praktik kebidanan.

2. Kebidanan

Kebidanan adalah ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu atau multi disiplin yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum dan bayi baru lahir serta melaksanankan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat .

3. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan ibu meliputi : a. Pelayanan konseling pada masa hamil b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c. Pelayanan persalinan normal


(30)

e. Pelayanan ibu menyusui

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

C. Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti 1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia, yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budidaya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007)

Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

b. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (bentuk pertanyaan tertulis) yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subjek


(31)

penelitian responden. Tes yang digunakan adalah pilihan ganda (multiple choice) terdiri dari suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap.

Untuk melengkapinya harus memilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban atau alternative (options) yang telah disediakan). Options ini terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci jawaban benar dan beberapa pengecoh (distractor)

c. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitive mempunyai 6 tingkatan.

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya penggunaan rumus static dalam perhitungan hasil penelitian.


(32)

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,s eperti dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justification atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut ber-KB, tidak mau memeriksakan kehamilan dan sebagainya.

2. SIKAP 1) Pengertian

a) Sikap adalah evaluasi umum dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau issue (Wawan, 2010)

b) Sikap adalah sebuah kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu dalam situasi social. Sikap merujuk pada evaluasi individu terhadap beragai aspek dunia social serta


(33)

bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka individu terhadap issu, ide, ada orang lain, kelompok social dan objek ( Anonim, 2011).

2) Komponen sikap (Wawan, 2010)

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :

a) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

b) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif yang disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan beperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/beraksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu, dan berkaitan dengan objek yang dihadapi adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

3) Tingkatan sikap ( Wawan, 2010) a) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-ceramah.


(34)

b) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah terindikasi sikap tingkat tiga. Misalnya :seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangga, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu atau mendiskusikan tentang status gizi anaknya, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut mempunyai sikap positif terhadap anaknya.

d) Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab terhadap sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi misalnya : seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau dari orang tuanya sendiri. Sikap mungkin terarah terhadap benda, orang tetapi juga peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan nilai.

4) Cara pengukuran sikap (Wawan, 2010)

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan melihat pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin beriksi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap yaitu kalimatnya mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut pernyataan yang Favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontak terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak Favourabel. Suatu skala sedapat mungkin diusahakan agar terdiri dari pernyataan yang


(35)

mendukung dan tidak mendukung dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaiman pendapat/pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner.

Pada penelitian ini pengukuran sikap akan menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 point (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju) selanjutnya jawaban responden akan dikonfirmasi menjadi skala nominal yaitu sikap baik dengan sikap kurang baik.


(36)

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

1. Kerangka konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu primipara tentang Inisiasi Menyusui Dini.

Variabel Independent Variabel Dependent

Skema. 3.1 kerangka konsep

2. Hipotesis

a. Ha = ada hubungan pengetahuan bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui b. Ha = ada hubungan sikap terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui

Pemberian Inisiasi Menyusui Dini

Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan pelaksanaan IInisiasi


(37)

3. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala ukur 1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan

hasil tahu dan ini terjadi setelah bidan melakukan penginderaan Terhadap Inisiasi Menyusu Dini

kuesioner Wawancara dan

observasi

1. Baik, jika responden mampu menjawab dengan skor ( 11 - 20 ) 2. Kurang, jika responden menjawab dengan skor ( 0 - 10)

Ordinal

2. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari bidan terhadap Inisiasi Menyusu Dini

Kuesioner Wawancara dan

Observasi

1. Positif, jika responden mampu menjawab dengan skor (11-20)

2. Negatif, jika responden


(38)

mampu menjawab dengan skor (0-10) 3. Inisiasi

menyusui dini

Menyusui bayi segera setelah lahir dengan kontak kulit langsung antara ibu dan bayi selama 1 jam

Kuesioner 0=Dilaksanaka n IMD

1=Tidak Dilaksanakan IMD

Nominal

Tabel 3.1 Defenisi Operasiona


(39)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Korelasi analitik dengan pendekatan Cross Sectional. B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah bidan yang diwilayah kerja Puskesmas pancur batu kabupaten deli serdang tahun 2015 berjumlah 35 orang.

2. Sampel

Teknik pengumpulan sampel adalah total populasi yaitu bidan D III kebidanan APN yang betugas di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang berjumlah 35 orang dan yang bekerja dipuskesmas sebanyak 15 orang dan 25 0rang diwilayah Kerja Puskesmas sebanyak 25 klinik bersalin.

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa pada lokasi ini belum pernah dilakukan penelitian tentang inisiasi menyusui dini dan populasi yang mencukupi untuk di jadikan responden.

D. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2014 sampai Juni 2015 dan dalam kurun waktu tersebut akan dilakukan pengumpulan data dan analisis data.


(40)

Pertimbangan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain: 1) beneficence (menguntungkan responden), yaitu tidak mencelakakan/menyakiti responden (freedom from harm) dengan tidak memaksa atau menekan pasien untuk ikut dalam penelitian dan tidak menimbulkan situasi yang merugikan responden dengan memberikan waktu yang tepat untuk pasien mengisi kuesioner (freedom from exploitation); 2) respect from human dignity (menghargai martabat manusia), yaitu hak untuk bebas menentukan apakah calon responden akan ikut berpartisipasi dalam penelitian atau tidak (the right to self dermination) dengan membuat informed consent sehingga calon responden tidak merasa terpaksa untuk dijadikan responden dalam penelitian ini, dan hak untuk mendapat informasi mengenai penelitian (the right to full disclosure) dengan memberitahukan calon responden maksud dan tujuan penelitian; 3) justice (keadilan), yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil (the right to fair treatment) dengan memberi kesempatan kepada semua pasien untuk menjadi responden, dan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan ressponden (the right to privacy), dimana pada kuesioner tidak dicantumkan nama responden, namun hanya memberikan nomor responden (Polit & Hungler, 2009). F. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang telah disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Karakteristik responden

Data demografi : umur, pendidikan ,lama bekerja 2. Data pengetahuan


(41)

Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan mengenai pelaksanaan inisiasi menyusui dini. terdiri dari 20 pertanyaan ganda dengan pilihan jawaban benar, salah yang responden anggap benar. Untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0. Nilai minimum yang mungkin didapat adalah 0 dan maksimum adalah 20. Adapun skor yang dihasilkan responden adalah responden berpengetahuan baik apabila memperoleh skor 11-20 pertanyaan, responden berpengetahuan kurang apabila memperoleh skor 0-10.

3. Data sikap

Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap ibu primipara mengenai pemberian inisiasi menyusui dini. penelitian kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan alternatif jawaban yaitu untuk jawaban pertanyaan positif maka jawaban sangat setuju (SS) = diberi nilai 4, Setuju (S) = deberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) = diberi nilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) = diberi nilai 1 (Hidayat, 2011). Maka total tertinggi adalah 40 dan terendah adalah 10.

4. Inisiasi menyusui dini

Inisiasi menyusui dini (IMD) : 0 Tidak inisiasi menyusui dini : 1 G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap bidan dengan Inisiasi Menyusui dini di puskesmas pancurbatu kabupaten deli serdang 2015”. Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:


(42)

1. Mendapat surat permohonan izin melaksanakan penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan

2. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian tersebut kepada pimpinan Puskesmas Pancur batu kabupaten Deli serdang.

3. Menggunakan imfromed consent sebagai tanda pernyataan persetujuan menjadi responden, bahwa responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian secara sukarela.

4. Menjelaskan tujuan penelitian dan cara pengisian kuesioner kepada responden.

Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner, lembar kuesioner diisi oleh responden dengan waktu 15 menit, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Dalam pengumpulan data dilakukan mulai november 2014 sampai Juni 2015

A. Uji validitas dan Reabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan cara content validity yaitu diuji oleh (Hj. Juliani, SST, MARS) sehingga instrumen yang digunakan tersebut dinyatakan valid dan mampu mengukur variabel yang akan diukur. Dimana tahap pertama ada perbaikan pertanyaan tentang Pengetahuan Inisiasi Menyusui Dini dan perbaikan pernyataan sikap Bidan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini pemberian dan tahap yang kedua dinyatakan valid dengan nilai CVI (Content Validity Indeks) pengetahuan 0,86 dan CVI (Content Validity Indeks) sikap 0,86.


(43)

Uji reliabilitas adalah ketepatan suatu alat pengukur. Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan sebagai alat ukur (Arikunto, 2006). Uji reabilitas dalam penelitian ini mengukur tingkat kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari kuesioner. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya 0,8 atau lebih dari 0,8 sudah memadai syarat reliabilitas.

Uji reliabilitas dilakukan pada 15 Bidan yang ada di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli serdang yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel pada bulan April. Data diolah menggunakan Komputerisasi untuk mencari koefisien reliabilitas Alpha Cronbach, dan hasil reabilitas untuk pertanyaan pengetahuan adalah 0,963 dan pernyataan sikap adalah 0,921.

B. Prosedur Pengambilan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui Pengetahuan dan Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU, dan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Pimpinan Puskesmas Pancur Batu, setelah mendapat izin maka meminta persetujuan responden menjadi responden secara sukarela, setelah responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent), menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan


(44)

selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan.

Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner, lembar kuesioner diisi oleh responden dengan waktu 15 menit, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Dalam pengumpulan data dilakukan mulai November sampai Juni 2015.

1. Pengolahan Data

Data yang diolah menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah sesuai seperti yang diharapkan atau tidak, yaitu: 1) Pemeriksaan dan mengamati semua jawaban yang telah ada atau belum; 2) Pemeriksaan semua jawaban dapat nilai atau tidak; dan 3) Pemeriksaan apakah ada kesalahan

b. Coding (pengkodean)

Memberikan kode pada setiap jawaban yang telah dibuat pada lembar jawaban yang tersedia data dikelompokkan atau digolongkan berdasarkan kategori yang dibuat berdasarkan justifikasi atau pertimbangan peneliti sendiri. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengolahan data.

c. Entry Data (Pemasukan Data)

Data yang telah di coding dimasukkan dalam master table menurut sifat-sifat yang di miliki sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan system komputerisasi.


(45)

d. Tabulating

Setelah dilakukan coding kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam master tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan peneliti dengan menggunakan program SPSS atau Mini Tab.

e. Cleaning Data

Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau tidak pada masing-masing variabel yang sudah diproses sehingga dapat diperbaiki dan dinilai (score) (Notoatmodjo, 2010).

2. Analisis Data 1) Analisis Univariat

Dilakukan untuk melihat dan mendapatkan distribusi frekuensi dari variabel independent dan variabel dependent dengan menggunakan Komputerisasi.

2) Analisis Bivariat

Dilakukan untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap ibu primipara terhadap pemberian inisiasi menyusui dini dengan rumus Chi Square (X2) dengan tingkat kepercayaan 95% dan untuk mempermudah analisis (X2) di sajikan dalam bentuk table silang 2x2 dan diolah dalam computer.

Dimana hasil yang didapat sebagai berikut:

a. ( p ≤ 0,05) Ha diterima yang berarti ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu primipara terhadap pemberian inisiasi menyusui dini.


(46)

b. ( p > 0,05) Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu primipara terhadap pemberian inisiasi menyusui dini. Derajat kepercayaan 95% α = 0,05

Uji Odds Ratio

1. Bila nilai OR = 1, berarti variabel diduga merupakan faktor risiko tidak mempunyai pengaruh terhadap terjadinya efek, atau dengan kata lain bersifat netral.

2. Bila nilai OR > 1, berarti variabel diduga merupakan faktor risiko mempunyai pengaruh terhadap terjadinya efek, atau dengan kata lain merupakan faktor risiko terjadinya efek. 3. Bila nilai OR < 1, berarti variabel yang diteliti diduga dapat mengurangi terjadinya efek


(47)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah Puskesmas Pancur Batu kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai Februari s.d. Juli 2015 di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dengan jumlah responden 35 orang.

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan pelaksanaan Penelitianaan menggunakan kuesioner yang berisikan 10 pertanyaan Pengetahuan dan 10 Pernyataan Sikap. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden, pengetahuan Bidan dan sikap Bidan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Diwilayah kerja Puskesmas pancur Batu kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

1. Analisis Univariat

1.1Karakteristik responden

Pada penelitian ini karakteristik responden mencakup umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi.


(48)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Bidan Terhadap Pelaksanaaninisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 Pada penelitian ini karakteristik responden mencakup umur, pendidikan, pekerjaan .Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa bidan yang berumur 20-35 tahun merupakan responden terbanyak yaitu 21 orang (58,3 %), pendidikan terbanyak mayoritas D3 kebidanan yaitu 35 orang (100,0 %), lama bekerja terbanyak yaitu 18 orang (50,8 %)

1.2 Pengetahuan responden

a. Distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan item soal kuisioner tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut.

No Karakteristik F %

A. 1. 2. 3.

Umur <20 tahun 20-35 tahun >35 tahun - 21 14 - 58,3 38,9

Total 35 100.0

B. 1

Pendidikan

D3 bidan APN 35

97,2

Total 35 100.0

C. 1. 2. Lama bekerja <10 >10 18 17 50.0 48,6


(49)

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pertanyaan Pengetahuan Bidan Tentang pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Pancur Batu

Kabupaten Deli SerdangTahun 2015.

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Benar Salah

F % F %

1. Inisiasi menyusui dini adalah? 35 100.0 - -

2. Manfaat inisiasi menyusu dini bagi bayi adalah? 28 80.0 7 20,0 3. Inisiasi menyusu dini sebaiknya dilakukan kepada ibu

pasca bersalin dengan keadan bayi?

24 66,7 12 33,3 4. Manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu adalah? 7 20,0 12 33,3 5. Berikut merupakan manfaat dari inisiasi menyusu dini. 15 41,7 21 58,3 6. Inisiasi menyusu dini sebaiknya dilakukan selama? 17 47,2 19 52,8 7. Setelah bayi lahir tidak perlu membersikan vernik pada

tangan bayi apa manfaatnya

25 69,4 11 30,6 8. Hal yang harus segera dilakukan setelah inisiasi menyusu

dini adalah

17 47,2 19 52,8 9. 10. 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Tujuan utama meletakkan bayi diatas perut ibu adalah? Tujuan utama menutup kepala bayi dengan penutup shower cup saat melakukan inisiasi menyusu dini adalah? Hormon yang dapat membantu meningkatkan kontraksi uterus bila menjilat puting susu ibu adalah?

Berikut adalah hal yang dianjurkan selama melakukan inisiasi menyusu dini.

Saat melakukan inisiasi menyusu dini sebaiknya bayi dalam keadaan.

Saat melakukan inisiasi menyusu dini, suhu payudara ibu meningkat.0C

Bayi dapat dimandikan setelah....jam pasca persalinan Jika dilakukan anestesi umum pada ibu yang melakukan operasi ceasar, maka inisiasi menyusui dini dapat dilakukan diruang.

Salah satu penghambat inisiasi menyusu dini adalah? Salah satu penghambat inisiasi menyusu dini adalah? Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya maka bayi akan

Menurut anda, manfaat dari hormon oksitosin adalah?

15 17 9 14 10 12 37 37 10 12 10 3 41,7 47,2 25,7 40,0 28,6 34,3 37,1 28,6 34,3 28,6 8,6 8,6 21 19 26 21 25 23 22 25 23 25 32 32 58,3 52,8 74,3 60,0 71,4 65,7 62,9 71,4 65,7 71,4 91,4 91,4


(50)

Berdasarkan tabel 5.2 pilihan jawaban Pengetahuan Bidan Tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.di dapat bahwa Bidan yang banyak menjawab pertanyaan benar yaitu pada pertanyaan nomor 1 sebanyak 30 orang (100 %), sedangkan Bidan yang banyak menjawab salah pada pertanyaan nomor 6 dan 4 sebanyak 31 orang (11,4 %).

d. Distribusi frekuensi berdasarkan keseluruhan pengetahuan responden tentang pelaksanaan inisiasi menysui dini adalah sebagai berikut:

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bidan Tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Pancur Batu

Kabupatendeli serdang Tahun 2015.

Kategori Frekuensi Presentasi (%)

Baik 24 66,7

Cukup 11 30,6

Total 35 100

Berdasarkan tabel 5.3 menyatakan pengetahuan responden sebagian mayoritas menunjukkan pengetahuan baik tentang pelaksanaan inisiasi menyusui dini yaitu sebanyak 24 orang (66,7 %) dan minoritas pengetahuan cukup yaitu sebanyak 11 orang (30,6 %)

1.3 Sikap Responden

a. Distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan item soal kuisioner tingkat sikap adalah sebagai berikut.


(51)

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Sikap Bidan Tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang 2015.

No Pernyataan Pilihan Jawaban Sangat

Setuju

Setuju Sangat Tidak Setuju

F % F % F % 1. Saya tidak perlu khawatir bayi akan kedinginan

kerena bayi yang berada didada ibu akan memperoleh kehangatan

4 11,4 31 88,6 - -

2. susu formula bukan merupakan makanan yang tepat diberikan pada bayi di jam pertamanya, kerena kandungan gizi dalam susu formula tidak sama dengan ASI

13 37,1 18 51,4 4 4,4

3. bayi adalah makhluk mungil yang lemah sehingga belum mampu mencapai payudara ibunya tanpa bantuan orang lain..

4 5,6 13 36,1 18 50,0

4. inisiasi menyusu dini jam pertama sangat penting dilakukan, kerena maka bayi akan mendapatkan kolostrum, dimana kolostrum berfungsi sebagai imunisasi pertama untuk bayi.

7 20 16 45,7 12 34,3

5. Prosedur inisiasi menyusu dini baik tetapi membosankan kerena membutuhkan waktu yang lama

4 11,4 9 25,7 22 62,9

6. tidak ada perbedaan antara bayi yang menyusu sendiri dengan bayi yang disusukan yang penting bayi segera memperoleh ASI.

6 17,1 6 6 23 65,7

7. ibu yang dijahit kerena robekan di jalan lahir tidak perlu melakukan inisiasi menyusu dini.

7 20,0 11 31,4 17 48,6 8. Inisiasi Menyusu Dini adalah tindakan yg

menguntungkan buat ibu dan bayi.

14 40,0 15 42,9 6 17,1 9. Tidak perlu melakukan inisiasi menyusu dini

karena tanpa melakukan inisiasi menyusu dini pun bayi akan tetap sehat.

6 17,1 19 54,3 10 28,6

10. Saya akan melakukan Inisiasi Menyusui Dini pada setiap bayi baru lahir kerena

12 34,3 20 57,1 3 8,6

Berdasarkan hasil pilihan jawaban Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan inisiasi Menyusui Dini bahwa responden yang mayoritas menjawab pernyataan sangat setuju terdapat pada soal nomor 8 tentang Inisiasi Menyusu Dini adalah tindakan yang menguntungkan buat ibu


(52)

dan bayi.Ada sebanyak 14orang (40,0 %), responden yang menjawab pernyataan setuju terdapat pada soal nomor 10 tentang Saya akan melakukan Inisiasi Menyusui Dini pada setiap bayi baru lahir kerena yaitu sebanyak 20 orang (57,1 %), responden yang menjawab pernyataan tidak setuju terdapat pada soal nomor 6 tentang tidak ada perbedaan antara bayi yang menyusu sendiri dengan bayi yang disusukan yang penting bayi segera memperoleh ASI. 23 orang (65,7),

b. Distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan keseluruhan sikap sikap bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini adalah sebagai berikut

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas pancur batu Kabupaten deli serdang

Tahun 2015.

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Positif 23 65,7

Negatif 17 47,2

Total 35 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 tentang kategori sikap menunjukkan bahwa mayoritas responden bersikap negatif tentang pemberian ASI eksklusif yaitu sebanyak 12 orang (34,3%) dan minoritas bersikap positif yaitu sebanyak 17 orang (47,2 %)

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten

Deli Serdang 2015.

Menyusui Frekuensi Persentase (%) Dilaksanakan 24 66,7

Tidak dilakasanakan 11 30,6


(53)

Berdasarkan table 5.6 tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan Dilaksanakan Inisiasi Menyusui dini 24 orang (66,7 %) dan tidak Dilaksanakan yaitu berjumlah 11 orang (30,6%).

2. Analisis Bivariat

Tabel 5.7

Hubungan Pengetahuan Ibu Primipara Tentang pelaksanaan inisiasi menyusui dini di puskesmas pancur batu kabupaten

deli serdang 2015.

Pengetahan

Pelaksanaan IMD Total Nilai P OR

IMD

dilaksanakan

Tidak dilaksanaka n

F % F % F %

1 Baik 24 66,7 5 16,1 28 80,0

0.001 27.600 2 cukup 1 1,5 6 17,1 7 69,4

Total 25 71,4 11 30,6 35 100

Tabel 5.7 menunjukkan hasil penelitian yang dianalisis dengan bantuan komputerisasi. Terlihat bahwa p-value = 0.001, berarti ada hubungan pengetahuan bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Odds Ratio = 27.600 (CI 32.692 – 929,089,), artinya proporsi bidan yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 27.600 kali lebih tinggi untuk tercapainya cakupan pemberian pelaksanaan inisiasi menyusui dini dibanding pengetahuan bidan yang kurang.

Tabel 5.8

Hubungan Sikap pelaksanaan inisiasi menyusui dini di puskesmas pancur batu kabupaten

deli serdang 2015.

No Sikap

Pelaksanaan Menyusui

Total P Value (X2) OR IMD dilaksanakan Tidak dilaksanakan

F % F % F %

1 Positif 20 27,8 3 8,6 23 65,7

0.04 13.333 2 Negatif 4 2,8 8 50,0 12 52,8


(54)

Tabel 5.8 menunjukkan hasil penelitian yang di analisis dengan bantuan komputerisasi. Terlihat bahwa p-value = 0.02, berarti ada hubungan sikap bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini . Odds Ratio = 13.333 (CI 2, 24.319 – 73.483), artinya proporsi bidan yang memiliki sikap positif berpeluang 13.333 kali lebih tinggi untuk tercapainya cakupan pelaksanaan inisiasi menyusui dini yang bersikap negatif .

A. Pembahasan

1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini di puskesmas pancur batu tahun 2015 .

Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 3 bidan yang diteliti, ditemukan mayoritas yang berumur 20-35 tahun yaitu 21 orang (60,0%) dan minoritas bidan yang berumur diatas 35 tahun yaitu 1 orang (2,8 %). Sesuai pendapat Prawirohardjo (2002), bahwa usia dewasa (20-35 tahun) merupakan masa dimana seseorang secara maksimal mencapai prestasi yang memuaskan.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 35 ibu primipara yang diteliti ditemukan mayoritas Bidan Berpengetahuan cukup tentang tentang pelaksanaan ada 11orang (30,6%) dan minoritas Bidan ibu berpengetahuan baik Tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini ada 24 orang (26,7%).

1. Distribusi responden berdasarkan Sikap Bidan Berhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015 .

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 35 Bidan yang diteliti ditemukan mayoritas Bidan mempunyai sikap negatif tentang pelaksanaan Inisiasi Menyusui


(55)

Dini ada 17 orang (47,2%) dan minoritas Bidan mempunyai sikap positif Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini ada 23 orang (65,7%).

2. Distribusi responden berdasarkan pelaksanaan inisiasi menyusui dini

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 35 bidan yang diteliti ditemukan minoritas tidak melaksanakan ada 11orang (30,6%) dan mayoritas ada 24 orang (66,7%).

3. Hubungan pengetahuan bidan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Berdasarkan hasil analisis bivariat Pengetahuan Bidan dengan Pelaksanaan, didapatkan bahwa pengetahuan Bidan yang kurang berisiko lebih tinggi untuk tidak tercapainya Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan OR =27.600 (CI 32.692 – 929,089),dan secara statistik signifikan dengan nilai p-value = 0.01. Hasil uji statistik ini telah menjawab dan memperkuat hipotesis penelitian bahwa Pengetahuan Bidan yang baik akan meningkatkan tercapainya pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini .

4. Hubungan Sikap Pengetahuan Bidan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Berdasarkan hasil analisis bivariat sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini, di dapatkan bahwa Sikap Bidan yang negatif berisiko untuk tidak tercapai Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan OR =13.333 (CI 2, 24.319 – 73.483), dan secara statistik signifikan dengan nilai p-value = 0.002. Hasil uji statistik ini telah menjawab dan memperkuat hipotesis penelitian bahwa sikap bidan yang positif akan meningkatkan tercapainnya Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini .


(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Hubungan Pengetahuan Bidan Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2015.

Dari segi karakteristik Bidan Tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini berdasarkan Umur responden mayoritas umur 20-30 tahun ada 21 orang (60.0%), sedangkan berdasarkan lama bekerja <10 tahun 18 orang (50.0%).

1.Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 35 bidan yang diteliti ditemukan mayoritas bidan berpengetahuan baik tentang pelaksanaan IMD 28 orang (77,8%) dan minoritas bidan berpengetahuan cukup tentang pelaksanaan IMD ada 7 orang (19,4%).

2. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 35 bidan yang diteliti ditemukan mayoritas bidan sikap positif terhadap pelaksanaan IMD ada 23 orang (63,9%) dan minoritas negatif bidan yang tidak tercapai paelaksanaan IMD ada 12 orang (33,3%).

3. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan bidan dengan pelaksanaan IMD. Hal ini ditunjukkan dari p-value = 0.02, Odds Ratio = 13.333 (CI 2, 24.319 – 73.483), , artinya proporsi bidan yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 13.333 kali lebih tinggi untuk tercapainya pelaksanaaan inisiasi menyusui dini.


(57)

B. SIKAP

1. Instansi kesehatan

Diharapkan bagi instansi kesehatan hendaknya meningkatkan rasa kepedulianuntuk lebih meningkatkan program inisiasi menyusui dini pada ibu dan bayi.

2. Institusi akademi kebidanan

Sebaiknya setiap Institusi akademi kebidanan meng up-date setiap informasi pendidikan yang terbaru dan harus mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, R & Wulandari D.(2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Aritonang E. (2009). Pola Pemberian ASI dan MPASI pada Bayi di Kabupaten Nias Selatan. The Journal of Medical School, 42(2), 132-138.

Hidayat, Aziz. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisi Data. Jakarta: Salemba Medika

Nanny, Vivian. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Yogyakarta: Salemba Medika Notoadmodjo, S .(2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

.(2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurmaleni (2013). Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif terhadap

Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesma Mandiangin Bukit Tinggi Tahun 2013.

Prawirohardjo, 2011. Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT Bina Pustaka.

Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Roesli, U. (2012). Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Rukiyah, Y. (2011). Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : TIM

Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Soetjiningsih, (2012). Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC. Yanti Damai, (2011). Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Cimahi: PT Refika Aditarma.


(59)

Yulianah, dkk (2013). Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Kepercayaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif diwilayah kerja diPuskesmas Bonto Cani 2013.Available at.http:///www.lisegh.anfith.us.kes.

Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI. Yogyakarta:ANDI.

Wenas W, dkk. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Tompaso Kecamatan Tompaso. Universitas Sam Ratulangi Manado.


(60)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Junika Tampubolon, sedang menjalani pendikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang ”Hubungan Pengetahuan dan Sikap bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini di puskesmas pancur batu kabupaten deli serdang 2015”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya mohon kesediaan ibu dalam melakukan pelaksanaan tentang tujuan penelitian saya.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat suka rela, sehingga ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apa pun. Identitas pribadi ibu dan semua informasi untuk yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini. Untuk Penelitian ini Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Ibu membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :

Nama : Junika tampubolon NIM :145102230

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan


(61)

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, 2015 Peneliti


(62)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian ”Hubungan pengetahuan dan Sikap Ibu Primipara dengan Pemberian ASI Eksklusif di Klinik Bersalin Delima Belawan Tahun 2015 ”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2015

Responden


(63)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN PRAKTEK SWASTA TENTANG INISASI MENYUSU DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANG MEDAN TAHUN 2015 Kode :

Tanggal :

Petunjuk Pengisian

1. Semua pertanyaan harus diberi jawaban 2. Isi pertanyaan dengan member tanda checklist

3. Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda 4. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan kembali kepada peneliti. Kuesioner Data Demografi

Inisial Nama Bidan : Umur :

Pendidikan Terakhir : Lama Bekerja : PENGETAHUAN

1. Inisiasi menyusu dini adalah? a. Bayi diberi susu formula

b. Bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir c. bayi dipaksa menyusu


(64)

2. Manfaat inisiasi menyusu dini bagi bayi adalah? a. Mencegah hypotermi

b. Menurunkan berat badan c. Mencegah kanker payudara

3. Inisiasi menyusu dini sebaiknya dilakukan kepada ibu pasca bersalin dengan keadan bayi? a. Bayi lahir dengan SC

b. Bayi lahir tidak segera menangis c. Bayi lahir segera menangis

4. Manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu adalah? a. Mencegah hypotermi

b. Merangsang produksi oksitosin dan ptolaktin serta meningkatkan keberhasilan produksi ASI c. Memperkuat reflek hisap bayi

5. Berikut merupakan manfaat dari inisiasi menyusu dini, kecuali…. a. Mengurangi angka kematian ibu dan bayi

b. Meningkiatkan keberhasilan ASI eksklusif c. Mengurangi kecerdasan

6. Inisiasi menyusu dini sebaiknya dilakukan selama? a. 1 jam

b. 2 jam c. 45 menit


(65)

a. Bayi dengan cacat bawaan plato skizis b. Bayi baru lahir normal

c. Bayi dengan berat badan 3000 gram

8. Hal yang harus segera dilakukan setelah inisiasi menyusu dini adalah… a. Bayi dikeringkan dan dimasukkan kedalam inkubator

b. Bayi dibiarkan dalam keadaan terbuka c. Bayi segera dimandikan

9. Tujuan utama meletakkan bayi diatas perut ibu adalah? a. Menjauhkan perasaan antara ibu dan bayi

b. Mendekatkan ikatan batin antara ibu dan bayi

c. Memutuskan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi

10. Tujuan utama menutup kepala bayi dengan penutup shower cup saat melakukan inisiasi menyusu dini adalah?

a. Keinginan dari ibu

b. Menjaga kehangatan kepala

c. Menghindari penguapan suhu tubuh bayi

11. Hormon yang dapat membantu meningkatkan kontraksi uterus bila menjilat puting susu ibu adalah?

a. Oxytosin b. Progesteron c. estrogen


(66)

a. Mulut bayi dipaksa mendekati puting susu ibu.

b. Memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi hingga menutupi hidung. c. Bayi dibiarkan sendiri mencari puting susu ibu.

13. Saat melakukan inisiasi menyusu dini sebaiknya bayi dalam keadaan….. a. Basah

b. Terbuka

c. Hangat dan kering

14. Saat melakukan inisiasi menyusu dini, suhu payudara ibu meningkat……0C a. 0,5 0C

b. 0,3 0C c. 0,4 0C

15. Bayi dapat dimandikan setelah….jam pasca persalinan. a. 5 jam

b. 6 jam c. 24 jam

16. Jika dilakukan anestesi umum pada ibu yang melakukan operasi ceasar, maka inisiasi menyusu dini dapat dilakukan diruang….

a. Ruang operasi

b. Setelang pulang kerumah c. Diruang pulih


(67)

a. Bayi merasa hangat kerena bersentuhan antara kulit bayi dan bayi. b. Kamar bersalin atau kamar operasi yang nyaman dan tenang.

c. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya. 18. Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya maka bayi akan…. a. Segera menjilatnya.

b. Mengeluarkan air liurnya

c. Membuka mulutnya dengan lebar dan melekat dengan baik.

19. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk.. a. Ketahanan terhadap infeksi

b. Menghasilkan hormon oxytosin c.Mengurangi kecerdasan

20. Menurut anda, manfaat dari hormon oksitosin adalah? a. Merangsang kontraksi uterus

b. Meningkatkan produksi ASI c. Menunda ovulasi


(1)

No. Uraian kegiatan

Bulan ke

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli 2014 2014 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 1. Pengajuan

Judul 2. Pembuatan

Proposal 3. Ujian

Proposal 4. Persiapan Izin

Lokasi 5. Pengurusan

Surat Izin 6. Pengumpulan

data 7. Pengolaan

Data

8. Analisa Data 9. Ujian Hasil 10. Perbaikan KTI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. Biodata

1. Nama lengkap : Junika Tampubolon

2. Jenis kelamin : Perempuan

3. Tempat/tanggal lahir : Simarhompa,08 04 1992 4. Anak ke :3(tiga)dari6 (bersaudara) 5. Kewarganegaraan : Indonesia

6. Status : Belum kawin

7. Agama : Protestan

8. Alamat : Sipahutar

9. Nama orang tua

a. Ayah : M.Tampubolon

b. Ibu : O.Simanjuntak

1. Pekerjaan

a. Ayah : PNS

b. Ibu : PNS

2. Jumlah anak : 6 (empat) 3. Kewarganegaraan : Indonesia

4. Agama : Protestan

5. Alamat : Sipahutar

II. Riwayat pendidikan