Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN PRAKTEK SWASTA TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA

MARDIANA DEWI SARI 105102098

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

(5)

PROGRAM DIV BIDANG PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Talis Ilmiah, Juni 2011 Mardiana Dewi Sari

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini

di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Merawa Kecamatan Tanjung Merawa ix + 47 Hal + 4 label + 1 Skema + 9 Lampiran

Abstrak

Inisiasi menyusu dini (IMD) adaiah rangkaian kegiatan di mana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan aktifitas-aktifitas yang diakhiri dengan menemukan puling susu ibunya dan menyusu darinya. Inisiasi menyusu dini dipercaya akan raembantu. meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit - penyakit yang beresiko kematian tinggi seperti kanker saraf, leukemia, dan beberapa penyakit lainnya, sehingga ASI

sebagai sumber gizi terbaik yang dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan - bulan

pertama yang rawan atau pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah kematian. Adapun tujuan penelitian adaiah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusui dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa. Desain penelitian yang digunakan

adaiah deskriptif korelasional dan sampel sebanyak 52 orang dengan teknik total

sampling. Penelitian ini dilakukan pada Februari sampai Juni 2011. Hasil penelitian ini

menunjukkan babwa mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 34 orang

(65,4%), diikuti dengan responden yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 18 orang

(34,6%). Mayoritas responden yang bersikap negatif sebanyak 27 orang (51,9%) dan

responden yang bersifat positif sebanyak 25 orang (48,1%). Hasil penelitian ini dianalisis dengan uji chi square dengan taraf signifikan a = 0,05 (p < 0,05). Hasil uji chi square diperoleh p=0,06 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusui dini. Diharapkan tenaga

kesehatan khususnya bidan, baik yang bekerja di dalam Puskesmas maupun yang berada

di wilayah kerja Puskesmas, lebih menerapkan program inisiasi menyusu dini kepada ibu-ibu yang baru selelsai melahirkan serta memberi informasi-informasi penting kepada ibu-ibu tentang manfaat inisiasi menyusu dini untuk ibu dan bayinya.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Bidan Praktek Swasta, Inisiasi Menyusui Dini Daftar Pustaka : 15 (1999 - 2010)


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanju Morawa Kecamatan Tanjung Morawa’’ yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, SKp, Mkep, selaku Ketua Program D- IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, NS, M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah

4. Kepala Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatn Tanjung Morawa.

5. Seluruh staf dan Dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(7)

6. Orang Tua, Kakak, dan Adik yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Rekan-rekan mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilimiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhirnya Penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis.

Medan, Juni 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Peneliti ... 5

1. Bagi Pelayanan Kebidanan ... 5

2. Bagi Penelitian Kebidanan ... 5


(9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pengetahuan ... 7

1. Pengertian ... 7

2. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif ... 7

B. Sikap ... 9

1. Pengertian Sikap ... 9

2. Kategori Sikap ... 10

C. Pengertian Bidan ... 11

D. Inisiasi Meyusu Dini ... 12

1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini ... 12

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ... 12

3. Manfaat Kontak Kulit antara Ibu dan Bayi ... 13

4. Kandungan Gizi dalam ASI ... 15

5. Faktor Pelindung ASI ... 18

6. Tahap – Tahap Inisiasi Menyusu Dini ... 19

7. Langkah – langkah Inisiasi Menyusu Dini ... 21

8. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini pada Operasi Ceasar ... 22


(10)

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ... 27

A. Kerangka Konsep ... 27

B. Definisi Operasional ... 28

C. Hipotesis ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ... 29

A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Lokasi Penelitian ... 30

D. Waktu Penelitian... 30

E. Etika Penelitian ... 30

F. Alat Pengumpulan Data ... 31

G. Validitas Instrumen ... 33

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 33

I. Analisis Data ... 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 45


(11)

DAFTAR SKEMA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ... 37

Tabel 5.2 Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan

Tanjung Morawa ... 38

Tabel 5.3. Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan

Tanjung Morawa ... 38

Tabel 5.4. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar CVI

Lampiran 2 : Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Instrumen Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5 : Master Data Penelitian

Lampiran 6 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 8 : Surat Balasan dari Dinas Kesehatan Lubuk Pakam


(14)

PROGRAM DIV BIDANG PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Talis Ilmiah, Juni 2011 Mardiana Dewi Sari

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini

di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Merawa Kecamatan Tanjung Merawa ix + 47 Hal + 4 label + 1 Skema + 9 Lampiran

Abstrak

Inisiasi menyusu dini (IMD) adaiah rangkaian kegiatan di mana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan aktifitas-aktifitas yang diakhiri dengan menemukan puling susu ibunya dan menyusu darinya. Inisiasi menyusu dini dipercaya akan raembantu. meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit - penyakit yang beresiko kematian tinggi seperti kanker saraf, leukemia, dan beberapa penyakit lainnya, sehingga ASI

sebagai sumber gizi terbaik yang dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan - bulan

pertama yang rawan atau pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah kematian. Adapun tujuan penelitian adaiah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusui dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa. Desain penelitian yang digunakan

adaiah deskriptif korelasional dan sampel sebanyak 52 orang dengan teknik total

sampling. Penelitian ini dilakukan pada Februari sampai Juni 2011. Hasil penelitian ini

menunjukkan babwa mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 34 orang

(65,4%), diikuti dengan responden yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 18 orang

(34,6%). Mayoritas responden yang bersikap negatif sebanyak 27 orang (51,9%) dan

responden yang bersifat positif sebanyak 25 orang (48,1%). Hasil penelitian ini dianalisis dengan uji chi square dengan taraf signifikan a = 0,05 (p < 0,05). Hasil uji chi square diperoleh p=0,06 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusui dini. Diharapkan tenaga

kesehatan khususnya bidan, baik yang bekerja di dalam Puskesmas maupun yang berada

di wilayah kerja Puskesmas, lebih menerapkan program inisiasi menyusu dini kepada ibu-ibu yang baru selelsai melahirkan serta memberi informasi-informasi penting kepada ibu-ibu tentang manfaat inisiasi menyusu dini untuk ibu dan bayinya.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Bidan Praktek Swasta, Inisiasi Menyusui Dini Daftar Pustaka : 15 (1999 - 2010)


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan di mana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan aktifitas-aktifitas yang diakiri dengan menemukan puting susu ibunya dan menyusu darinya (Roesli, 2008).

Inisiasi menyusu dini dipercaya akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit – penyakit yang beresiko kematian tinggi seperti kanker syaraf, leukemia, dan beberapa penyakit lainnya, sehingga ASI sebagai sumber gizi terbaik yang dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan – bulan pertama yang rawan atau pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah kematian sekitar 1,3 juta bayi diseluruh dunia tiap tahun (Roesli, 2008).

Setiap 1000 kelahiran, 35 bayi diantaranya meninggal. Jika dikalikan dalam setahun, sedikitnya 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai satu tahun. Hal serupa dilaporkan oleh World Healt Report tahun 2005 (Roesli, 2008).

Bila melihat jumlah angka kematian bayi di Asia Tenggara, ternyata Indonesia merupakan negara yang memiliki angka kematian bayi tertinggi, yakni mencapai 20 bayi per 1000 bayi yang hidup satu bulan pertama. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi adalah 20 per 1.000 kelahiran hidup, berarti setiap hari 246 bayi di Indonesia meninggal atau setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal dan setiap 6 menit 1 bayi Indonesia meninggal kerena tidak memperoleh air susu dari ibunya pada satu jam pertama kelahiran (Roesli, 2008).


(16)

Di Indonesia dengan inisiasi menyusu dini lebih dari 20.000 bayi akan bisa diselamatkan. Menunda inisiasi menyusu dini berarti juga meningkatkan kematian pada bayi. Inisiasi menyusu dini juga akan membantu pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) karena pemberian ASI eksklusif akan mencegah malnutrisi dan mengurangi kemiskinan (Roesli, 2008).

Di provinsi DKI Jakarta angka kematian bayi masih cukup tinggi. Sehingga pemerintah provinsi akan lebih serius menjalankan program inisiasi menyusu dini, dengan tujuan utama mengurangi angka kematian bayi. Angka kematian bayi sebelumnya tercatat 20 kematian per 1000 kelahiran, kemudian dengan program inisiasi menyusu dini angka kematian bisa ditekan, sehingga sampai akhir 2008 rasio perbandingan telah menjadi 18 kematian per 1000 kelahiran (Detty, 2009). Berdasarkan data dinas keshatan Sumatera Utara tahun 2008 diketahui bahwa angka kematian bayi di Sumatera Utara mencapai 37 per 1000 kelahiran (Khaeruddin, 2008).

Berdasarkan penelitian Edmond K di Ghana yang dilakukan terhadap 10.947 bayi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Pediatrics, 22% kematian bayi pada satu jam pertama kelahiran. Sedangkan menyusu pada hari pertama lahir dapat menekan angka kematian bayi hingga 16% (Roesli, 2008).

Penelitian Syafiq dan fika tahun 2003, di Jakarta diketahui bahwa bayi yang di beri kesempatan menyusu dini akan berhasil menyusui secara eksklusif delapan kali lebih besar dibandingkan bayi yang tidak di beri kesempatan untuk melakukan inisiasi menyusu dini. Ini berarti bahwa bayi selanjutnya akan lebih mungkin disusui sampai usianya mencapai dua tahun atau lebih. Disamping itu sentuhan, emutan, dan jilatan bayi pada putting ibu selama proses inisiasi menyusu dini akan merangsang keluarnya hormon oksitosin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga membantu


(17)

pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan pada ibu. Hal ini dapat menurunkan angka kematian ibu pasca persalinan. Kontak kulit membantu proses kolonisasi kulit, dimana bakteri yang menempel pada kulit ibu dan dijilat oleh bayi, berperan sebagai zat antibody untuk melindungi bayi dari kuman penyakit lingkungan luar bayi (Chalik, dkk, 1990).

Menurut hasil penelitian Monica, menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 23 orang (44,23%), diikuti dengan responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 6 orang (30,77%) dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 13 orang (25%). Mayoritas responden yang bersikap negative sebanyak 32 orang (61,54%) dan responden yang bersifat positif sebanyak 20 orang (38,46%). Dari hasil penelitian ini terlihat pengetahuan yang baik tidak didukung oleh sikap yang negative kerena kurangnya pemahaan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini dan kurangnya percaya diri ibu hamil untuk melakukan inisiasi menyusu dini.

Inisiasi menyusu dini juga memberi manfaat lain, yaitu terciptanya ikatan kasih sayang sebuah keluarga pada jam-jam pertama saat melahirkan, dimana sambil bayi mencari putting susu ibunya, ayah bisa berperan mengazankan bayi di dada ibunya. Inisiasi menyusu dini juga dapat menurunkan tingkat kematian pada bayi dibawah umur 28 hari. Dalam satu tahun, empat juga bayi berusia 28 hari meninggal, apabila semua bayi segera setelah lahir diberi kesempatan menyusu sendiri dengan member kesmpatan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama kurang lebih satu jam maka satu juta nyawa bayi dapat terselamatkan. Ini diperkuat dengan adanya penelitian da Ghana oleh dr. Karen Edmond yang melibatkan 10947 bayi yang lahir, diketagui bahwa jika bayi diberi kesempatan menyusu dan dibiarkan melakukan kontak kulit dengan kulit dalam satu jam pertama setelah dilahirkan maka 22% nyawa bayi dibawah umur 28 hari dapat diselamatkan dan apabila bayi memulai menyusu


(18)

pertamanya adalah saat bayi berusia diatas dua jam, nyawa bayi dibawah umur 28 hari dapat terselamatkan sebesar 16%, ini berate bahwa resiko kematian bayi dibawah umur 28 hari akan meningkat 6 kali lebuh besar setiap kenaikan satu jamnya (Roesli, 2008).

Walaupun pemerintah mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusu dinisebagai tindakan life saving, tetapi dalam penerapannya IMD itu sendiri belum tersosialisasikan dengan sempurna di beberapa rumah sakit, baik itu rumah bersalin umum, maupun di klinik praktek bidan, sehingga penerpannya masih perlu di kembangkan untuk memaksimalkan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 8 bidan praktik sewasta, 6 diantaranya mengetahui inisiasi menyusu dini dan tidak menerapkan inisiasi menyusu pada proses persalinan dan 2 diantaranya tidak mengetahui inisiasi menyusu dini dan tidak menerapkannya pada petolongan persalinan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikaps bidan praktik sewasta tentang inisiasi menyusu dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan dapat dirumuskan masalah penelitian adalah bagaimana pengetahuan bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini, bagaimana sikap bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini dan apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap bidan praktek swasta tentang inisasi menyusu dini.


(19)

C. Tujuan Peneliti 1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan sikap bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatang Tanjung Morawa.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini

b. Untuk mengidentifikasi sikap bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan kebidanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai pengetahuan dan sumber informasi untuk penelitian yang berikut yang sejenis.

3. Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pada mata kuliah asuhan kebidanan persalianan (ASKEB II)


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan engindraan tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003, hlm.121).

Pengetahuan adalah bahwa untuk mengetahui secara kualita tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang menjadi empat tingkat, yaitu tingkat pengetahuan baik, pengatahuan cukup, pengetahuan kurang dan pengetahuan buruk (Arikunto, 2006).

2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overtt behavior). Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.


(21)

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahuai dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dsb terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formalasi baru dari formalasi-formalsi yang ada.

f. Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003, hlm 122).


(22)

B. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoadmojo, 2003, hlm.124).

Howard Kendle mengemukakan, bahwa sikap merupakan kecendrungan (tandensy) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), atau melakukan sesuatu, baik secara positif maupun secara negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep.

Paul Massen, dkk., dan David Krech. Berpendapat sikap itu merupakan suatu system dari tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu kognisi (pengenalan), feeling (perasaan), dan action tandency (kecendrungan untuk bertindak) (Yusuf 2006, hlm 169).

Thustone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negative dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti: simbol, prase, slogan, orang, lembaga cita-cita dan gagasan (Zuhriah 2003, hlm 87)

Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan bahwa “sikap adalah kesiapan seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu (Azwar 2007, hlm 13).

2. Kategori Sikap

a. Menurut Azwar, sikap terdiri dari : 1. Menerima (receiving)


(23)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi atau sikap. Kerena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang tersebut menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangga, saudara, dan sebagainya) untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seseorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri (Azwar, 2007, hlm 4)


(24)

1. Sikap positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, menghadapkan objek tertentu.

2. Sikap negatif, terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu (Purwanto, 1998, hlm 64). 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi terbentuknya Sikap

a. Faktor intern yaitu: factor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsang dari luar melalui persepsi, oleh kerena itu kita harus memilih rangsangan-rangsangan mana yang akan kita teliti dan dari mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecendrungan-kecendrungan dalam diri kita. b. Faktor ekstern : yang merupakan factor diluar manusia, yaitu :

1. Sifat objek yang dijadikan sasaran sifat.

2. Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut. 3. Sifat orang/kelompok yang mendukung sifat tersebut.

4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap. 5. Situasi pada saat sikap dibentuk (Purwanto, 1998, hlm 12).

C. Pengertian Bidan

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervise, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk


(25)

tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya (Sofyan at al, hlm 16).

D. Inisiasi Menyusu Dini 1. Pengertian

Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunayai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera lahir (Roesli, 2008, hlm 1)

Sesaat setelah ibu melahirkan maka biasanya bayi kan dibiarkan atau diletakkan di atas dada si ibu agar sang anak mencari puting ibunya sendiri, ini disebut dengan inisiasi menyusu dini (IMD) (Kodrat, 2010, hlm:7).

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini a. Bagi Bayi

1. Makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

2. Memberikan Kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.

3. Meningkatkan kecerdasan

4. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas. 5. Meningkatkan jalian kasih sayang ibu dan bayi.


(26)

7. Merangsang kolostrum segera keluar. b. Bagi Ibu

1. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin 2. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI

3. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Ambarwati & Wulandari, 2009, hlm:37-39)

3. Manfaat Kontak Kulit ke Kulit Antara Ibu dan Bayi

a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayimerangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian kerena kedinginan (hypothermia) b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih

stabil. Bayi akan lebih kurang menangis sehingga mengurangi pemakaian energy.

c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibunya, menelan bakteri menguntungkan dikulit ibu. Bakteri yang menguntungkan ini akan berkembang biak membentuk koloni dikulit ibu dan susu bayi, menyaingi bakteri yang merugikan.

d. Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baik kerena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu bayi akan tidur dalam waktu yang lama.

e. Makanan yang diperoleh bayi dari ASI sangat diperlukan bagi pertumbuhan bayi dan kemungkinan bayi menderita alergi dapat dihindari lebih awal.


(27)

f. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu eksklusif dan lebih lama disusui.

g. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu ibu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.

h. Bayi mendapat ASI kolostrum yang pertama kali keluar, cairan ini kaya akan memberikan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan infeksi, penting untuk pertumbuha susu, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus (Roesli. 2008, hlm13-14)

Secara psikologis pemberian ASI pada satu jam pertama akan memberikan manfaat yaitu bayi akan mendapat terapi psikologis berupa ketenangan dan kepuasan. Terpenuhinya rasa aman dan nyaman akibat kelelahan selama proses persalinan kerena kepala bayi harus melewati pintu atas panggul, panggul dalam dan dasar panggul yang buat bayi stress.

Dengan menemukan ketenanga puting susu ibu, bayi mendapatkan ketenanga kembali. Pelukan ibu membuat bayi merasa aman dan nyaman seperti dalam rahim ibu. Hal ini merupakan terapi bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis bayi kerena ia mendapat modal pertama membentuk kepercayaan diri terhadap lingkungan (Purwanti, 2004).


(28)

4. Kandungan Gizi Dalam ASI

Pemberian ASI secara dini adalah membiasakan bayi agar terbiasa menkonsumsi ASI untuk pertumbuhan dan perkembangannya, sebab untuk ASI merupakan makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi yang didalam ASI mengandung unsur-unsur gizi lengkap yang diperlukan bayi dalam pertumbuhan dan perkembangan kelak (Arisman, 2004).

ASI yang keluar pada lima menit pertama dinamakan foremilk. Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengeyangkan bayi. Beberapa komposisi yang terdapat dalam ASI adalah :

a. Karbohidrat

Karbohidrat ASI adalah laktosa (gula) yang memberikan rasa manis dan segar pada ASI. ASI mengandung banyak laktosa disbanding susu mamalia lainnya sekitar 20-30% lebih banyak dari susu sapi. Kegunaan laktosa adalah :

1. Laktosa diperlukan untuk pertumbuhan otak.

2. Salah satu produk laktosa adalah galaktosa. Galaktosa merupakan makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh. Para pakar menemukan bahwa makin tinggi kadar laktosa susu suatu jenis mamalia ukuran otaknya makin besar. ASI sendiri mengandung kadar laktosa yang paling tinggi dibandingkan dengan susu mamalia lain.

3. Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang.


(29)

4. Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik, yaitu lactobacillus bifidus.

5. Laktosa oleh permentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini memberiakan suasana asam bagi di dalam usus bayi. Dengan suasana asam didalam usus akan memberikan keuntungan, diantaranya menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.

b. Protein

Protein adalah bahan baku untuk tumbuh. Kualitas protein sangat penting selama tahun pertama kehidupan bayi, kerena pada saat ini pertumbuhan paling cepat. Air susu ibu mengandung protein khusus dirancang untuk pertumbuhan bayi manusia.

ASI mengandung dua macam protein utama yaitu whey dan kasein (casein). Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna. Kasein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal dan sukar dicerna oleh usus bayi. Protein ASI yang utama adalah whey sedangkan protein susu sapi utama adalah casein. Rasio whey dan kasein 60:80, sedangkan pada susu sapi rasionya 20:80. Hal ini tentu menguntungkan bayi, karena whey lebih mudah dicerna disbanding casein.

c. Lemak

Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-rubah kadarnya. Kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang tumbuh. Perubahan kadar lemak ini terjadi secara otomatis, dapat menyesuaikan diri dengan jumlah kalori yang dibutuhkan untuk


(30)

pertumbuhan bayi dari hari ke hari. Bahkan pada hari yang sama kadar lemak ASI pada waktu yang berbeda tidak sama.

Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, arachidonic acid) suatu asam lemak esensial yang merupakan komponen penting untuk mylinisasi. Mylinisasi adalah pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut saraf yang akan membantu rangsangan menjalar lebih cepat. Lemak ini sedikit atau tidak ada pada susu sapi, padahal amat penting untuk pertumbuhan otak (Roesli, 2005)

d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relative rendah, tetapi bias mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur enam bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat setabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam pasi kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal (Anton Baskoro, 2008)

e. Vitamin

Vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organic yang tidak termasuk dalam golongan karbohidrat, proten dan lemak, terdapat dalam makanan dalam jumlah yang sedikit namun sangat berperan dalam kelangsungan hidup manusia seperti membantu pertumbuhan, perkembangan dan menjaga stamina tubuh (Lisdiana, 2000)


(31)

ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai enam bulan kecuali vitamin K. Kerena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K (Anton Baskoro, 2008).

5. Faktor Pelindung ASI

Pada waktu lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI mampu member perlindungan baik secara aktif maupun pasif. ASI tidak saja menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang perkembangan system kekebalan bayi itu sendiri.

ASI memberikan zat kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi. Dengan adanya zat anti infeksi dari ASI maka bayi ASI eksklusif akan terlindung dari berbagai macam infeksi, baik disebabkan jamur, atau parsit. ASI juga ternyata mengandung zat infeksi. Faktor pelindung dalam ASI adalah :

a. Sel darah putih

Setiap tetes ASI mengandung berjuta-juta sel hidup yang menyerupai sel darah putih sehingga dinamakan “sel darah putih” dari ASI, sel-sel ini beredar dalam usus bayi dan membunuh kuman-kuman jahat sel yang sangat protektif, ini jumlahnya sangat banyak pada minggu pertama kehidupan, saat system kekebalan tubuh bayi belum mampu membentuk antibody yang protektif dalam jumlah yang cukup.

b. Imunoglobin atau antibiotika alamiah

Selain sel-sel darah putih yang hidup, ASI juga mengandung imunoglobin suatu protein yang beredar dan bertugas memerangi infeksi


(32)

yang masuk dalam tubuh bayi. Dapat disamakan suatu antibiotic alami tersebar diseluruh tubuh dan akan membunuh kuman-kuman jahat.

c. Imunisasi Pasif dan Aktif

Kolostrum mengandung sel darah putih dan protein immunoglobulin pembunuh kuman dalam jumlah yang paling tinggi. Kolostrum dihasilkan pada saat system pertahanan tubuh bayi paling rendah. Jadi dapat dianggap kolostrum adalah imunisasi yang pertama diterima oleh bayi. Selain itu ASI, akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif (Roesli, 2005, hlm:30-31)

6. Tahap – Tahap Inisiasi Menyusu Dini

Bayi baru lahir segera di keringkan dan diletakkan diperut ibu dengan kontak langsung kekulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi dalam proses inisiasi menyusu dini akan melalui lima tahapan yaitu: a. Dalam tahap 30 menit pertama

Stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga, bayi diam tidak bergerak sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke kadaan diluar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kemampuan menyususi dan mendidik bayinya.

b. Antara 30-40 menit

Bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban


(33)

yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan dari payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk payudara puting susu ibu.

c. Mengeluarkan air liur

Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi mengeluarkan air liurnya.

d. Bayi mulai bergerak kearah payudara ibu. Areola sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Menoleh kekanan dan kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil. e. Menemukan, menjilat, mengulum membuka mulut lebar dan melekat dengan

baik (Saleha, 2008)

7. Langkah – Langkah Inisiasi Menyusu Dini

Cara inisiasi menyusu dini yang tepat adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pihak rumah sakit atau rumah bersalin sudah seharusnya mengizinkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan yang tepat, sensitive dan mendukung.

b. Sarankan untuk mempergunakan cara-cara yang tidak mempergunakan obat kimiawi dalam menolong ibu saat melahirkan (pijat, aroma therapy, dan sebagainya)


(34)

d. Keringkan bayi secepatnya dan sisa ketuban dan darah tanpa menghilangkan lapisan lemak (vernix) yang menyamankan bayi.

e. Tengkurapkan bayi didada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya, kalau perlu menggunakan topi bayi.

f. Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Bila perlu ibu boleh mendekatkan bayi pada puting tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu (tidak menjejalkan puting susu ke mulut bayi)

g. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai (Maryunani, 2009, hlm:58-59)

8. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Ceasar

Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standart pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi ceasar. Namun, jika diberikan anastesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera member respon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan sehingga terjadi kontak kulit ibu dan kulit bayi. Usakan menyusu pertama dilakukan dikamar operasi. Jika keadaan ibu dan bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat. Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi diruang pulih saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius (Roesli, 2008)

Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan ceasar, berikut tatalaksananya :


(35)

a. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.

b. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20-50 oc. Disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu. Disiapkan topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.

c. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke putting susu.

d. Biarkan bayi dalam posisi sulit, bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam.

e. Jika inisiasi menyusu dini belum terjadi di kamar bersalin atau kamar operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan didada ibu, ketika dipindahkan kekamar perawatan ibu atau kamar pulih (Roesli, 2008, hlm:23)

9. Kontra Indikasi Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini a. Bagi Ibu

1. Fungsi Kardio respiratorik

Fungsi Kardio respiratorik yang tidak baik. Pasien penyakit jantung klasifikasi II dianjurkan untuk sementara tidak menyusui sampai keadaan jantung cukup baik.Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan untuk menyusui. Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. Jika penyakit jantungnya tergolong berat, tak dianjurkan memberi ASI. Mekanisme oksitosin dapat merangsang otot polos. Sementara organ jantung bekerja dibawah pengaruh otot polos. Jadi, menyusui dapat memunculkan kontraksi karena


(36)

kelenjar tersebut terpacu hingga kerja jantung jadi lebih keras. Akibatnya, bias timbul gagal jantung.

2. Eklamsia dan pre-eklamsia berat

Keadaan ibu biasanya tidak baik dan dipengaruhi obat-obatan untuk mengatasi penyakit biasanya menyebabkan kesadaran menurun sehingga ibu belum sadar betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi. Sebaiknya pemberian ASI dihentikan meski tetap perlu dimonitor kadar gula darahnya.Konsultasikan pada dokter mengenai boleh-tidaknya pemberian ASI pada bayi dengan mempertimbangkan kondisi ibu serta jenis obat-obatan yang dikonsumsi.

3. Penyakit infeksi akut dan aktif

Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan. Tuberkulosis paru yang aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusui. Banyak perdebatan mengenai penyakit infeksi apakah dibenarkan menyusui atau tidak. Ibu yang positif mengidap AIDS belum tentu bayinya juga positif AIDS. Itu sebabnya ibu yang mengidap AIDS, sama sekali tak boleh memberi ASI pada bayi.

4. Karsinoma payudara

Pasien dengan karsinoma payudara harus dicegah jangan sampai ASInya keluar kerena mempersulit penilaian penyakitnya. Apanbila menyusui ditakutkan adanya sel - sel karsinoma yang terminum si bayi. Kalau semasa menyusui ibu ternyata harus menjalani pengobatan kanker, disarankan menghentikan pemberian ASI. Obat-obatan antikanker yang dikonsumsi, bersifat sitostatik


(37)

yang prinsipnya mematikan sel. Jika obat-obatan ini sampai terserap ASI lalu diminumkan ke bayi, dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan sel-sel bayi. 5. Psikologi

Tidak dapat dikontrol keadaan jiwa si ibu bila menderita psikosis. Meskipun pada dasArnya ibu sayang pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada bayinya.

6. Gangguan Hormon

Bila ibu menyusui mengalami gangguan hormon dan sedang menjalani pengobatan dengan mengonsumsi obat-obatan hormon, sebaiknya pemberian ASI dihentikan. Dikhawatirkan obat yang menekan kelenjar tiroid ini akan masuk ke ASI lalu membuat kelenjar tiroid bayi jadi terganggu.

7. Tuberculosis

Ibu pengidap tuberkulosis aktif tetap boleh menyusui karena kuman penyakit ini tak akan menular lewat ASI,agar tak menyebarkan kuman ke bayi selama menyusui, ibu harus menggunakan masker. Tentu saja ibu harus menjalani pengobatan secara tuntas.

8.Hepatitis

Bila ibu terkena hepatitis selama hamil, biasanya kelak begitu bayi lahir akan ada pemeriksaan khusus yang ditangani dokter anak. Bayi akan diberi antibodi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar tidak terkena penyakit yang sama.

Sedangkan untuk ibunya akan ada pemeriksaan laboratorium tertentu berdasar hasil konsultasi dokter penyakit dalam. Dari hasil pemeriksaan tersebut baru bisa ditentukan, boleh-tidaknya ibu memberi ASI. Bila hepatitisnya


(38)

tergolong parah, umumnya tidak dibolehkan memberi ASI karena dikhawatirkan bisa menularkan pada si bayi.

b. Bagi Bayi 1. Bayi kejang

Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan untuk menyusui. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusui. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusui.

2. Bayi yang sakit berat

Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang memerlukan perawatan intensif tentu tidak memungkinkan untuk menyusu selama menyusu tak dapat dilaksanakan.setelah keadaan membaik tentu dapat disusui . seperti bayi dengan kelainan lahir.

3. Very Low Birth Weight (Berat Badan Lahir Sangat Rendah)

Refleks menghisap dan refleks lain pada VLBW belum baik sehingga tidak memungkinkan untuk menyusu.

4 . Cacat bawaan

Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioskhisis, palatoskisis bahkan labiognatopalatoskisis masih memungkinkan untuk menyusui.


(39)

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003, hlm 69). Variabel independen adalah pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusui dini dan variabel dependen adalah sikap bidan tentang inisiasi menyusui dini.

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian

Sikap Bidan Tentang Inisiasi Menyusu DIni Pengetahuan Bidan

Tentang Inisiasi Menyususu Dini


(40)

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Pengetahuan Pemahaman

bidan terhadap defenisi,

manfaat, tatalak -sana, dan peng -hambat inisiasi menyusu dini.

Kuesioner Dengan menghitung jawaban kuesioner

1. Nilai baik,

jika responden mampu menjawb dengan skor 11-20

2. Nilai Tidak

Baik, jika responden mampu menjawb dengan skor 0 - 10

Ordinal

2 Sikap Pandangan atau

respon bidan ter -hadap inisiasi menyusu dini di nilai dari hasil kuesioner yang diberikan

kepada responden.

Kuesioner Dengan menghitug jawaban kuesioner 1. Sikap positif jika responden mampu menjawab dengan skor (25-40) 2. Sikap negatif, jika responden mampu menjawab dengan skor (10-24) Ordinal C. Hipotesis

Hipotesi yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesi alternatif (Ha) yaitu ada hubungan antara pengetahuan dan sikap bidan praktek sewasta tentang inisiasi menyusu dini.


(41)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional, yaitu jenis penelitian yang bertujan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, dan apabila ada, seberapa erat hubungannya serta berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2006, hlm.270). Rancangan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan sikap bidan praktik swasta tentang inisasi menyusu dini.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro, et al. hlm.67). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan praktek sewasta di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa berjumlah 52 orang.

2. Sampel

sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh bidan praktek swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa sebanyak 52 orang.


(42)

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa dengan pertimbangan bahwa pada lokasi ini belum pernah dilakukan penelitian tentang Inisiasi menyusu dini dan populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada September 2010 – Juni 2011. Pengambilan data dilakukan pada Februari – April 2011

E. Etika Penelitian

1. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan proposal dari institusi pendidikan yaitu dari Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala Dinas Kesehatan Deli Serdang untuk melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.

3. Setelah memperoleh izin, peneliti melakukan pendekatan kepada responden agar responden bersedia untuk dijadikan sampel penelitian, kemudian peneliti menyerahkan lembar persetujuan diberi kepada responden, tujuannya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama mengumpulkan data. Apabila responden bersedia untuk diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghargai haknya.


(43)

4. Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau kuesioner yang telah diisi. Lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu. Kerahsian informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti.

F. Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang telah disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yaitu :

1. Karakteristik responden

Dan demografi : umur, pendidikan terakhir dan lama bekerja. 2. Data pengetahuan

Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan mengenai inisiasi menyusu dini. Terdiri dari 20 pertanyaan dengan pilihan berganda. Untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0. Nilai minimum yang mungkin didapat adalah 0 dan nilai maksimum adalah 20. Untuk menentukan panjang kelas (interval), dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hidayat, 2007, hlm 13)

Kelas Banyak

g n

P= Re tan

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 20 (selisih nilai tertinggi dan terendah) dan banyak kelas 2 (pengetahuan baik dan tidak baik) maka di dapatkan panjang kelas 10 Maka katagori penilaian pengetahuan responden adalah :

11 – 20 : Pengetahuan baik 0 – 10 : Pengetahuan Tidak Baik


(44)

3. Data Sikap

Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Terdiri dari 10 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan yang mendukung (favourabel) dan pertanyaan yang tidak mendukung (unfavourabel) dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Penilaian diukur dengan menggunakan metode scoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Bila pertanyaan yang mendukung, jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai empat (skor 4), setuju (S) diberi nilai tiga (skor 3), tidak setuju (TS) diberi nilai dua (skor 2), sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1, sebaliknya pernyataan yang tidak mendukung, jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai satu (skor 1), setuju (S) diberi nilai dua (skor 2), tidak setuju (TS) diberi nilai tiga (skor 3), sangat tidak setuju (STS) diberi nilai empat (skor 4). Nilai tertinggiyang diperoleh adalah 40 dan nilai yang terendah adalah 10. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus Hidayat, 2007, hlm 104-106.

Kelas Banyak

g n P= Re tan

Di mana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 30 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas adalah 2 kelas (sikap positif dan sikap negatif) maka didapat panjang kelas sebesar 15. Dengan menggunakan P= 15 dan 10 sebagai batas interval pertama maka sikap bidan terhadapa pelaksanaan inisiasi menyusu dini dapat dikategorikan atas interval sebagai berikut :25 – 40 memiliki sikap positif dan 10 – 24 memiliki sikap negatif.


(45)

G. Validitas Instrumen

Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen, maka perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi (content validity) yaitu diberikan kepada pakar yang menguasai topik yang di teliti (Dempsey, 2002, hlm.80). Dalam hal ini yaitu dokter spesialis obstetri ginekologi yaitu dr. Zulfahri, SPOG dan didapatkan nilai validitas 0,80, diperoleh dari hasil perhitungan jumlah skor total dibagi jumlah seluruh item pertanyaan/ pernyataan.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Ada beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu:

1. Mendapatkan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari Program D IV Bidan Pendidik

2. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Tanjung Morawa. Dari kepala Puskesmas peneliti memperoleh nama beserta alamat bidan yg berada di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa

3. Mendatangi responden yang pertama yang bernama bidan Suryani, lalu melakukan pendekatan kepada bidan tersebut, melakukan wawancara kepada bidan mengenai inisiasi menyusu dini. Setelah bidan setuju menjadi responden, peneliti mnyerahkan lembar persetujuan responden.

4. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent)


(46)

5. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan.

6. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner.

7. Setelah kuesioner di isi oleh responden, kuesioner dikumpulkan kembali oleh penilti. 8. Setelah data terkumpul semua dengan lengkap maka dilakukan analisa data.

I. Analisa Data

Semua data yang terkumpul dilakukan analisa data kembali dengan memeriksa semua kuesioner (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan kedalam bentuk table. Entry data dalam komputer dan dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Statistik Univariat

Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit, Hungler, 2001. hlm 471). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa variabel independen yaitu pengetahuan bidan praktek swasta terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan variabel dependen yaitu sikap bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini.


(47)

b. Bivariat Statistik

Bivariat statistik adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, halaman 271). Pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi square (x2), dengan taraf signifikan 95% (= 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis.

Jika data probabilitas (p) < 0.05 maka H0 ditolak, apabila (p) > 0,05 maka H0

gagal ditolak. Data disajikan dalam bentuk tabel agar dapat dengan mudah melihat hubungan pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusu dini.


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap bidan praktek swasta di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, yang didapat dari pengumpulan data pada bulan februari 2011 diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa kecamatan Tanjung Morawa. Adapun jumlah seliruh responden dalam penelitian ini adalah 52 responden.

Berikut merupakan penjabaran dari kuantitatif korelasi dan persentase karakteristik responden tentang inisiasi menyusu dini di Wilayah Kerja PUSKESMAS Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.

1. Karekteristik Responden

Karekteristik responden dapat dilihat pada Tabel 5.1 yang terdiri dari usia, pendidikan dan lama bekerja. Data yang diperoleh menunjukkan mayoritas responden berada pada rentang usia 30-40 tahun, yaitu (50%), dengan tingkat pendidikan mayoritas adalah DIII Kebidanan (51,9%), mayoritas lama bekerja berada pada rentang 5-15 tahun (44,2%).


(49)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ( n = 52 )

No Data Demografi Frekuensi Persentase

Umur

1 < 30 tahun 12 23,1

2 30 – 40 tahun 26 50

3 > 40 tahun 14 26,9

Pendidikan

1 DI 21 40,4

2 DIII 27 51,9

3 DIV 4 7,7

Lama Bekerja

1 < 5 Tahun 16 30,8

2 5 – 15 Tahun 23 44,2

3 > 15 Tahun 13 25

2. Pengetahuan Bidan Praktek Swasta tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik (65,4%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan tidak baik (34,6%).


(50)

Tabel 5.2. Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

No Pengetahuan Frekuensi Presentase

1 Baik 34 65,4

2 Tidak Baik 18 34,6

Total 52 100

3. Sikap Bidan Praktek Swasta tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki respon negatif (51,9%) dan sebagian kecil responden memiliki respon positif (48,1%).

Tabel 5.3. Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

No Sikap Frekuensi Presentasi

1 Positif 25 48,1

2 Negatif 27 51,9


(51)

4. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.

Analisa hubungan pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusu dini dengan menggunakan chi-square. Dari hasil analisa data didapat p= 0,06 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetehuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusu dini di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.

Tabel 5.4. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa

SIKAP

TOTAL P

VALUE POSITIF NEGATIF

PENGETAHUAN n % N % n %

0,06

BAIK 20 58,8 14 41,2 34 100

TIDAK BAIK 5 27,7 13 72,3 18 100


(52)

B. Pembahasan

Dari data diatas penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini.

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu¸ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan ini merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dimana dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003)

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa semua bidan telah memperoleh informasi tentang inisiasi menyusu dini. Tapi mayoritas responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 34 orang (65,4%), dimana dari 34 responden yang berpengetahuan baik tentang inisiasi menyusu dini paling banyak terdapat pada responden yang berumur 30 – 40 tahun sebanyak 18 0rang (52%), berpendidikan DIII sebanyak 26 orang (76,4%), dan lama bekerja banyak terdapat pada responden 5 – 15 tahun 18 orang (52%).

Sesuai pendapat (Notoadmojo, 2007), pengetahuan merupakan dasar yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan itu sendiri penting untuk mendukung psikis dan prilaku setiap hari sehingga dapat dikatakan pengetahuan merupakan faktor yang mendukung tindakan seseorang.

Tingkat pengetahuan yang bervariasi ini dapat dipengerahi oleh berbagai faktor. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2003) bahwa pengetahuan dipengaruhi


(53)

oleh faktor internal dan eksternal. Yang dikatakan faktor internal antara lain meliputi pendidikan , persepsi, informasi dan pengalaman dan yang termasuk faktor eksternal meliputi lingkungan, informasi, ekonomi, dan kebudayaan.

Dari hasil penelitian diketahui umur sangat berperan penting dalam memahami suatu ilmu pengetahuan, semakin bertambah usia seseorang semakin banyak pengalamn dan informasi yg diperoleh. Makin tinggi pendidikan makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi (Notoadmojo, 2003). Terlihat dari 27 orang yang berpendidikan DIII terdapat 26 orang responden (76,4%) berpengetahuan baik dan 4 orang responden yang berpendidikan DIV semuanya berpengetahuan baik. Dengan pendidikan yang lebih tinggi maka penerimaan bidan tentang inisiasi menyusu dini menjadi lebih mudah. Bidan yang mempunyai pengalaman bekerja akan mempunyai pemahaman tentang manfaat dari inisiasi menyusu dini. Dari hasil penelitian terlihat dari 23 responden yang mempunyai pengalam bekerja antara 5 – 15 tahun terdapat 18 orang (52%) yang berpengetahuan baik.

2. Sikap

Pengetahuan mengenai suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum jadi penggerak seperti halnya sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek, baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak. Sikap menpunyai segi motivasi, berarti segi dinamis untuk mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecendrungan bertindak sesuai dengan pengetahuan tersebut (purwanto, 1998).


(54)

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagian besar bidan memiliki sikap negatif mengenai inisiasi menyusu dini, yaitu sebanyak 27 orang (51,9%). Dimana ke 27 orang ini yang bersikap negatif terdapat pada responden yang berpengetahuan baik 14 orang (26,9%), pada responden yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 13 orang (25%).

Menurut WHO (1984) diikuti dari Notoadmodjo (2003) sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain sikap terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Responden yang memiliki sikap negatif terlihat dari 5 reponden (9,6%) berusia < 30 tahun, 16 orang responden (30,7%) berusia 5 – 15 tahun, 6 orang responden (11,5%) berusia > 30 tahun.Dari segi pendidikan responden yang berpendidikan DI sebanyak 14 orang (26,9%), DIII sebanyak 12 orang (23%), DIV sebanyak 1 orang (0%). Pengalaman lama bekerja sebanyak 12 orang responden (23%) memiliki pengalaman pekerja < 5 tahun, 8 orang responden (15,3%) mempunyai pengalaman bekerja 5-15 tahun, 7 orang responden (13,4%) mempunyai pengalaman bekerja > 15 tahun.

Sikap bidan yang negatif mengenai inisiasi menyusu dini disebabkan kerena kurangnya pemahaman tentang inisiasi menyusu dini atau juga bidan tidak sabar dalam melakukan prosedur inisiasi menyusu dini kerena ini memerlukan waktu yang lama.


(55)

3. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

Analisa hubungan pengetahuan dan sikap bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini diukur dengan menggunakan chi square. Hasil penelitian di dapat p=0,06 (p < 0.05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusu dini.

Dengan demikian, seseorang yang mempunyai pengetahuan tinggi belum tentu akan membentuk sikap yang baik pula terhadap penerimaannya. Berarti bidan-bidan memahami inisiasi menyusu dini dengan baik namun tidak diikuti dengan sikap yang baik pula tentang inisiasi menyusu dini. Dengan kata lain tidak selamanya bidan yang berpengetahuan baik tentang inisiasi menyusu dini disertai dengan sikap yang baik pula dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini.

Menurut WHO (1984) diikuti dari Notoadmodjo (2003) sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain sikap terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.


(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden berusia antara 30-40 tahun, yaitu sebanyak 26 responden, pendidikan responden mayoritas adalah DIII Kebidanan sebanyak 27 responden dan mayoritas lama bekerja responden berada pada rentang 5-15 tahun sebanyak 23 responden.

Pengetahuan bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini mayoritas berada pada kategori baik, yaitu sebnayak 34 responden dan kategori tidak baik sebanyak 18 responden.

Sikap bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini mayoritas berada pada kategori negatif, yaitu sebanyak 27 responden dan kategori positif sebanyak 25 responden.

Hasil uji chi square di peroleh nilai probabilitas (p=0,06 > 0,05), maka Ho di tolak artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap bidan praktik swasta tentang inisiasi menyusu dini.

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hendaknya pelayanan kesehatan khususnya bidan meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan kepada ibu bersalin dan menerapkan inisiasi menyusu dini dalam setiap persalinan. Hasil penelitian yang diperoleh hendaknya dapat menjadi masukan bagi setiap pelayanan kebidanan


(57)

khususnya bidan praktik swasta di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa kecamatan Tanjung Morawa dapat terus meningkatkan pengetahuan sehingga bidan praktek swasta dapat menerapkan asuhan inisiasi menyusu dini di tempat praktiknya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Responden pada penelitian ini sebanyak 52 orang pada wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa, jumlah ini dirasakan peneliti belum mencukupi untuk mewakili bidan-bidan lain yang melakukan inisiasi menyusu dini, dan dalam penelitian ini tidak dilakukan uji reliabilitas oleh kerena sebab itu disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan lebih banyak responden dan melakukan uji reliabilitas agar hasil dari penelitian selanjutnya lebih representatif.

3. Pendidikan Kebidanan

Dari hasil penelitian ini dapat menjadi suatu cerminan kondisi bidan di masyarakat sebagai lingkup utama dalam memberikan asuhan kebidanan, dengan masih banyaknya bidan yang tidak menerapkan inisiasi menyusu dini ini membuktikan bahwa pelayanan kebidanan belum maksimal, maka dalam pendidikan kebidanan hendaknya lebih menekankan pemberian asuhan kebidanan yang komprehensif untuk diimplementasikan pada pelayanan internatal care khususnya dalam penerapan inisiasi menyusu dini.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka cipta.

Dempsey, A., (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Jakarta : EGC.

Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidana dan Teknik Analisa Data, Jakarta : Salemba Medika.

Kodrat, Laksono. (2010). Dahsyatnya ASI dan laktasi, Yogyakarta : Media Baca

Maryunani, A. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas Postpartum, Jakarta : Trans Info Media.

Maryunani, A.,Nurhayati. (2008). Asuhan Bayi Baru Lahir Normal, Jakarta : Trans Info Media.

Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Edisi I, Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

___________, (2005). Metode Penelitian Kesehatan, Edisi 3, Jakarta : Rineka Cipta Perinasia, (2007). Menuju Persalinan Aman dan Bayi baru Lahir Sehat, Jakarta :

Perinasia.

Polit D, F, Hungler, B. P. (2001). Essentials Of Nursing Research, Philadelpia : Lipincot.

Purwanto. (1999). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC Saleha, S. (2009). Asuhan Pada Masa Nifas, Jakarta : Salemba Medika.

Suradi, (2006). Manfaat ASI dan Menyusui, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


(59)

(60)

(61)

(62)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN PRAKTEK SWASTA TENTANG INISASI MENYUSU DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

TANJUNG MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG MEDAN TAHUN 2011

Kode : Tanggal : Petunjuk Pengisian

1. Semua pertanyaan harus diberi jawaban 2. Isi pertanyaan dengan member tanda checklist

3. Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda 4. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan kembali kepada peneliti.

Kuesioner Data Demografi Inisial Nama Bidan :

Umur :

Pendidikan Terakhir : Lama Bekerja :

PENGETAHUAN

1. Inisiasi menyusu dini adalah? a. Bayi diberi susu formula

b. Bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir c. bayi dipaksa menyusu

2. Manfaat inisiasi menyusu dini bagi bayi adalah? a. Mencegah hypotermi


(63)

b. Menurunkan berat badan c. Mencegah kanker payudara

3. Inisiasi menyusu dini sebaiknya dilakukan kepada ibu pasca bersalin dengan keadan bayi?

a. Bayi lahir dengan SC

b. Bayi lahir tidak segera menangis c. Bayi lahir segera menangis

4. Manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu adalah? a. Mencegah hypotermi

b. Merangsang produksi oksitosin dan ptolaktin serta meningkatkan keberhasilan produksi ASI

c. Memperkuat reflek hisap bayi

5. Berikut merupakan manfaat dari inisiasi menyusu dini, kecuali…. a. Mengurangi angka kematian ibu dan bayi

b. Meningkiatkan keberhasilan ASI eksklusif c. Mengurangi kecerdasan

6. Inisiasi menyusu dini sebaiknya dilakukan selama? a. 1 jam

b. 2 jam c. 45 menit

7. Kontra indikasi inisiasi menyusu dini bagi bayi adalah… a. Bayi dengan cacat bawaan plato skizis

b. Bayi baru lahir normal

c. Bayi dengan berat badan 3000 gram

8. Hal yang harus segera dilakukan setelah inisiasi menyusu dini adalah… a. Bayi dikeringkan dan dimasukkan kedalam inkubator


(64)

b. Bayi dibiarkan dalam keadaan terbuka c. Bayi segera dimandikan

9. Tujuan utama meletakkan bayi diatas perut ibu adalah? a. Menjauhkan perasaan antara ibu dan bayi

b. Mendekatkan ikatan batin antara ibu dan bayi

c. Memutuskan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi

10. Tujuan utama menutup kepala bayi dengan penutup shower cup saat melakukan inisiasi menyusu dini adalah?

a. Keinginan dari ibu

b. Menjaga kehangatan kepala

c. Menghindari penguapan suhu tubuh bayi

11. Hormon yang dapat membantu meningkatkan kontraksi uterus bila menjilat puting susu ibu adalah?

a. Oxytosin b. Progesteron c. estrogen

12. Berikut adalah hal yang tidak dianjurkan selama melakukan inisiasi menyusu dini, kecuali….

a. Mulut bayi dipaksa mendekati puting susu ibu.

b. Memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi hingga menutupi hidung. c. Bayi dibiarkan sendiri mencari puting susu ibu.

13. Saat melakukan inisiasi menyusu dini sebaiknya bayi dalam keadaan….. a. Basah

b. Terbuka


(65)

14. Saat melakukan inisiasi menyusu dini, suhu payudara ibu meningkat……0

C

a. 0,5 0C b. 0,3 0C c. 0,4 0C

15. Bayi dapat dimandikan setelah….jam pasca persalinan. a. 5 jam

b. 6 jam c. 24 jam

16. Jika dilakukan anestesi umum pada ibu yang melakukan operasi ceasar, maka inisiasi menyusu dini dapat dilakukan diruang….

a. Ruang operasi

b. Setelang pulang kerumah c. Diruang pulih

17. Salah satu penghambat inisiasi menyusu dini adalah?

a. Bayi merasa hangat kerena bersentuhan antara kulit bayi dan bayi. b. Kamar bersalin atau kamar operasi yang nyaman dan tenang.

c. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya. 18. Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya maka bayi akan….

a. Segera menjilatnya. b. Mengeluarkan air liurnya

c. Membuka mulutnya dengan lebar dan melekat dengan baik.

19. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk.. a. Ketahanan terhadap infeksi

b. Menghasilkan hormon oxytosin c. Mengurangi kecerdasan


(66)

20. Menurut anda, manfaat dari hormon oksitosin adalah? a. Merangsang kontraksi uterus

b. Meningkatkan produksi ASI c. Menunda ovulasi

SIKAP

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya tidak perlu khawatir bayi akan kedinginan kerena bayi yang berada didada ibu akan memperoleh kehangatan.

2. Menurut saya susu formula bukan merupakan makanan yang tepat diberikan pada bayi di jam pertamanya, kerena kandungan gizi dalam susu formula tidak sama dengan ASI.

3. Menurut saya, bayi adalah makhluk mungil yang lemah sehingga belum mampu mencapai payudara ibunya tanpa bantuan orang lain.

4. Saya akan melakukan inisiasi menyusu dini kerena sangat penting dilakukan, kerena dengan menyusu di jam pertama, maka bayi akan mendapatkan kolostrum, dimana kolostrum berfungsi sebagai imunisasi pertama untuk bayi. 5. Prosedur inisiasi menyusu dini baik tetapi

membosankan kerena membutuhkan waktu yang lama.

6. Menurut saya, tidak ada perbedaan antara bayi yang menyusu sendiri dengan bayi yang disusukan yang penting bayi segera memperoleh ASI.

7. Menurut saya, ibu yang dijahit kerena robekan di jalan lahir tidak perlu melakukan inisiasi

menyusu dini.

8. Inisiasi Menyusu Dini adalah tindakan yg menguntungkan buat ibu dan bayi.

9. Menurut saya, tidak perlu melakukan inisiasi menyusu dini karena tanpa melakukan inisiasi menyusu dini pun bayi akan tetap sehat. 10. Saya akan melakukan Inisiasi Menyusu Dini

pada setiap bayi baru lahir kerena Inisiasi Menyusu Dini meningkatkan keberhasilan pemberian ASI ekslusif.


(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Mardiana Dewi Sari Dalimunte Tempat /Tanggal Lahir : Aek songsongan, 02 Maret 1986 Nama Ayah : T. Dalimunte

Nama Ibu : N. Sinambela

Anak ke : 2 (dua)

Agama : Islam

Alamat : Tanjung Balai Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 8 Tanjung Balai : 1992 – 1998 2. SLTP Negeri I Tanjung Balai : 1999- 2001 3. SMA Negeri I Tanjung Balai : 2002 – 2004

4. D3 Kebidanan dr. Rusdi : 2006 – 2009


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Mardiana Dewi Sari Dalimunte

Tempat /Tanggal Lahir : Aek songsongan, 02 Maret 1986

Nama Ayah : T. Dalimunte

Nama Ibu : N. Sinambela

Anak ke : 2 (dua)

Agama : Islam

Alamat : Tanjung Balai

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 8 Tanjung Balai : 1992 – 1998

2. SLTP Negeri I Tanjung Balai : 1999- 2001

3. SMA Negeri I Tanjung Balai : 2002 – 2004

4. D3 Kebidanan dr. Rusdi : 2006 – 2009