1.2 Identifikasi Masalah
Perhatian tentang pembangunan yang berkelanjutan semakin mengemuka sejalan dengan keprihatinan masyarakat dunia atas ancaman degradasi atau
kemusnahan sumber-sumber pertumbuhan pembangunan. Keberlanjutan merupakan kata kunci dalam pembangunan perikanan yang diharapkan dapat
memperbaiki kondisi sumberdaya dan masyarakat perikanan itu sendiri. Menurut Smith 1993 dalam Fauzi 2005, sampai saat ini dirasakan masih terdapat
kesulitan dalam menganalisismengevaluasi keberlanjutan pembangunan perikanan, khususnya dalam hal mengintegrasikan data dan informasi dari
keseluruhan komponen secara holistik, baik aspek ekologi, sosial, ekonomi, maupun etik. Sejauh ini untuk mengevaluasi keberlanjutan dalam eksploitasi
perikanan lebih difokuskan pada penentuan status stok relatif dari spesies target terhadap referensi biologi atau referensi ekologi, seperti tingkat kematian ikan,
spawning biomass , atau struktur umur.
Selanjutnya menurut Fauzi 2005, pembangunan perikanan selain memperhatikan aspek keberlanjutan juga harus didekati dengan pendekatan
holistik yang menyangkut berbagai dimensi. Pendekatan holistik ini harus mengakomodasi berbagai komponen yang menentukan keberlanjutan
pembangunan perikanan menyangkut aspek ekologi, ekonomi, teknologi, sosiologis, dan etis. Dari setiap komponen atau dimensi ada beberapa atribut yang
harus dipenuhi yang merupakan indikator keragaan perikanan sekaligus indikator keberlanjutan.
Kegiatan perikanan tangkap di WPP Laut Arafura khususnya yang dilakukan oleh skala besar atau industri sudah lama menjadi perhatian
sehubungan dengan nilai strategis yang ditinjau dari berbagai aspek. Secara ekologis misalnya, perairan Laut Arafura kaya akan ikan ekonomis penting yang
pada akhirnya mendorong pemanfaatan secara berlebih. Di perairan ini juga dilaporkan telah terjadi praktek penangkapan dengan tingkat discard dan hasil
tangkap sampingan by-catch yang tinggi. Banyaknya kapal perikanan skala besar yang beroperasi di WPP Arafura tentunya memberikan kontribusi ekonomi
positif bagi Pemerintah dan bagi masyarakat dalam bentuk penyerapan tenaga kerja atau sumber mata pencaharian nelayan. Secara sosial, pemanfaatan
sumberdaya perikanan di WPP Laut Arafura berdampak pada pertumbuhan komunitas, konflik pemanfaatan antara armada perikanan skala besar bahkan
armada asing dengan nelayan tradisional. Dari aspek teknologi, pemanfaatan perikanan di wilayah ini sangat dipengaruhi oleh armada jenis alat tangkap yang
digunakan. Alat tangkap utama yang digunakan di WPP Laut Arafura yaitu pukat udang, pukat ikan, jaring insang oseanik, pancing cumi, dan bouke ami, dengan
masing-masing karakteristikspesifikasi, selektivitas dan produktivitasnya. Tinjauan dari dimensi etik terlihat dari maraknya kegiatan IUU fishing yang
terjadi, aspek kesetaraan antar pemanfaat sumberdaya ikan, dan sikap budaya masyarakat terkait pemanfaatan sumberdaya ikan.
Untuk menjamin kegiatan perikanan tangkap di WPP Laut Arafura diperlukan pengetahuan tentang status keberlanjutannya saat ini melalui
identifikasi dan analisis keberlanjutan berbasis alat tangkap dan penentuan alat tangkap prioritas. Berdasarkan alat tangkap atau armada penangkapan yang
sesuai maka dapat dikembangkan industri perikanan tangkap terpadu yang optimal dan berkelanjutan di wilayah ini.
1.3 Tujuan Penelitian