Tugas, Kewajiban dan Wewenang Mediator Pada BP3TK

h. Membuat laporan, sumber dari Sub Bag TU pada standar pelayanan publik di BP3TK, Lampiran I Gubernur Jawa Tengah. Dari standar pelayanan publik tersebut diharapkan BP3TK dapat memberikan pelayanan yang maksimal pada masyarakat mengenai penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

4.1.3.2 Tugas, Kewajiban dan Wewenang Mediator Pada BP3TK

Dalam sub bab ini penulis akan membahas mengenai tugas kewajiban dan wewenang mediator dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industrial. Oleh karena itu selain mengacu pada Undang-Undang No.2 Tahun 2004, penulis juga menggunakan KEPMEN No.92 Tahun 2004 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Mediator Serta Tata Kerja Mediasi. Mediator Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut mediator adalah pegawai instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai mediator yang ditetapkan oleh Menteri untuk bertugas melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh hanya dalam satu perusahaan Pasal 1 12 Undang-Undang No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Berdasarkan KEPMEN No.92 Tahun 2004 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Mediator Serta Tata Kerja Mediasi, untuk menjadi mediator, seseorang harus memenuhi persyaratan yaitu : a. Pegawai Negeri Sipil pada instansidinas yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan; b. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. Warga negara Indonesia d. Berbadan sehat menurut surat keterangan dokter; e. Menguasai peraturan perundang - undangan dibidang ketenagakerjaan; f. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela; g. Berpendidikan sekurang - kurangnya Strata Satu S1; dan h. Memiliki legitimasi dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi pasal 3 1 Kepmen No.92 Tahun 2004. Untuk mendapatkan legitimasi sebagaimana yang dimaksud diatas, orang atau individu yang ingin menjadi mediator harus: a Telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan teknis hubungan industrial dan syarat kerja yang dibuktikan dengan sertifikat dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. b Telah melaksanakan tugas di bidang pembinaan hubungan industrial sekurang - kurangnya 1 satu tahun setelah lulus pendidikan dan pelatihan teknis hubungan industrial dan syarat kerja pasal 3 2 Kepmen No.92 Tahun 2004. Dari beberapa kriteria diatas maka untuk menjadi seorang mediator tidaklah mudah, karena harus melewati beberapa tahap, menurut keterangan yang penulis peroleh dari seorang mediator yang ada pada BP3TK Bapak Muslikhudin, “seorang mediator haruslah mampun bersikap jujur, netral, tidak memihak, dan memiliki tujuan ” berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Muslikhudin pada 27 Juni 2013 di BP3TK pada 27 Juni 2013 pukul 11.30wib. Selain itu untuk menjadi mediator berdasarkan atas pasal 7 Kepmen No.92 Tahun 2004, bahwa “Mediator bertugas melakukan mediasi kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh hanya dalam satu perusahaan”. Kewajiban seorang mediator adalah: a. Memanggil para pihak yang berselisih untuk dapat didengar keterangan yang diperlukan; b. Mengatur dan memimpin mediasi; c. Membantu membuat perjanjian bersama, apabila tercapai; d. Membuat anjuran secara tertulis, apabila tidak tercapai kesepakatan; e. Membuat risalah penyelesaian perselisihan hubungan industrial; f. Membuat laporan hasil penyelesaian perselisihan hubungan industrial pasal 8 Kepmen No.92 Tahun 2004. Selain kewajiban diatas, seorang mediator juga memiliki kewenangan sebagai berikut: 1. Menganjurkan kepada para pihak yang berselisih untuk berunding terlebih dahulu dengan itikad baik sebelum dilaksanakan mediasi; 2. Meminta keterangan, dokumen, dan surat - surat yang berkaitan dengan perselisihan; 3. Mendatangkan saksi atau saksi ahli dalam mediasi apabila diperlukan; 4. Membuka buku dan meminta surat - surat yang diperlukan dari para pihak dan instansi atau lembaga terkait; 5. Menerima atau menolak wakil para pihak yang berselisih apabila ternyata tidak memiliki surat kuasa pasal 9 Kepmen No.92 Tahun 2004. Oleh karena itu seorang mediator miliki peranan yang sangat penting dalam penyelesaian kasus perselisihan hubungan industrial yang masuk di BP3TK. Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari mediator yang ada di BP3TK dalam wawancara yang penulis lakukan. “Pak, bagaimana peranan mediator dalam suatu perselisihan hubungan industrial?, seorang mediator dituntut untuk bisa bersikap netral, tidak memihak, dan terbuka. Selain itu seorang mediator juga harus mempunyai cara tersendiri untuk bisa menyelesaikan suatu perselisihan yang ada. Karena mediator juga memiki peranan serta pengaruh yang besar terhadap berhasil atau tidaknya kasus yang sedang ditanganinya”, berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Muslikhudin pada 27 Juni 2013 di BP3TK pada 27 Juni 2013 pukul 11.30wib. Seorang mediator berusaha untuk mempengaruhi kedua belah pihak yang berselisih untuk mau menyelesaikan perselisihanya dengan baik-baik dan berusaha mencarikan jalan keluar yang dapat diterima oleh kedia belah pihak. Dengan demikian seorang mediator dituntut juga untuk memiliki seni atau cara tersendiri untuk bisa menyelesaikan perselisihan dengan baik atau dapat diterima oleh kedua pihak yang berselisih.

4.1.3.3 Data Kasus Mediasi pada BP3TK