2.3.1 Persona
Persona adalah topeng yang dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta terhadap kebutuhan-
kebutuhan arketipal sendiri. Ia merupakan peranan yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang, bagian yang oleh masyarakat diharapkan
dimainkan oleh seseorang dalam hidupnya. Tujuan topeng adalah untuk menciptakan kesan tertentu pada orang-orang lain dan seringkali, meski tidak
selalu, ia menyembunyikan hakikat sang pribadi yang sebenarnya. Persona adalah kepribadian publik, aspek-aspek pribadi yang ditunjukkan kepada dunia atau
pendapat publik yang melekat pada individu, lawan dari kepribadian privat yang berada di balik wajah sosial Hall dan Lindzey 1993:189.
Apabila ego mengidentifikasikan diri dengan persona, sebagaimana seringkali terjadi, maka individu menjadi lebih sadar akan bagian yang
dimainkannya daripada terhadap perasaan-perasaannya yang sebenarnya. Ia menjadi terasing dari dirinya, dan seluruh kepribadiannya menjadi rata atau
berdimensi dua. Ia menjadi manusia tiruan belaka, sekedar pantulan masyarakat, bukan seorang manusia otonom. Inti dari mana persona berkembang adalah
sebuah arketipe. Arketipe ini, seperti semua arketipe, berasal dari pengalaman- pengalaman ras, dalam hal ini pengalaman-pengalaman tersebut terdiri dari
interaksi-interaksi sosial di mana peranan sosial merupakan tujuan yang berguna bagi manusia sepanjang sejarahnya sebagai binatang-binatang sosial Hall dan
Lindzey 1993:189.
Meskipun persona merupakan sisi yang penting dalam kepribadian kita, sebaiknya kita tidak mencampurkan bagian yang ditampilkan di depan publik
dengan diri kita. Jika kita terlalu dekat dengan persona, maka kita akan membangun ketidaksadaran mengenai individualitas dan dibatasi dalam proses
mencapai realisasi diri. Agar kita dapat melupakan persona seseorang adalah dengan cara mengurangi tingkat kepentingan harapan sosial, tetapi untuk tidak
menyadari individualitas terdalam seseorang adalah dengan menjadi boneka masyarakat Feist dan Feist 2012:127.
2.3.2 Bayangan shadow