Analisis tokoh mika dalam novel Kapak karya Dewi Linggasari menurut perspektif arketipe Carl Gustav Jung : sebuah kajian psikologi sastra - USD Repository

  

SKRIPSI

ANALISIS TOKOH MIKA DALAM NOVEL KAPAK KARYA

DEWI LINGGASARI MENURUT PERSPEKTIF ARKETIPE

CARL GUSTAV JUNG

SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

Disusun Oleh :

Nama : Martina Mas

  

NIM : 014114032

Jurusan : Sastra Indonesia Fakultas : Sastra

  

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Hidup kita adalah Ulangan hari dan harapan Ulangan pekan dan pekerjaan Ulangan bulan dan pembelajaran Ulangan tahun dan pendalaman Tuhan Maka karya ini kupersembahkan untuk mereka yang selalu ada di hatiku Karya ini kupersembahkan untuk: My King, My Lord, My Father JESUS CHRIST Yang selalu mendengarkanku, memegangku, menuntunku Untuk selama-lamanya aku tidak melupakan titah-titahMu Sebab dengan iu Engkau menghidupkan aku Aku kepunyaan-Mu… Thanks Lord Ayahku dan ibuku, guruku tercinta dalam hidupku Kakak dan adik, keponakan, iparku yang

  

HALAMAN MOTTO

Setiap orang yang saya jumpai tentu lebih pandai

dari pada saya dalam sesuatu hal dan dalam hal

itu saya dapat mengambil teladan dan pelajaran

daripadanya.

Jika kita tidak memiliki apa yang kita sukai,

kita mesti menyukai apa yang kita punyai.

  

Jika Anda memandang pada dunia, Anda akan

menderita

Jika Anda memandang diri sendiri, Anda akan

tertekan

Namun, jika Anda memandang Kristus, Anda akan

tenang! (Corrie Ten Boom) Aku hendak memuliakan Tuhan Selama aku hidup Dan bermazmur bagi Allahku Selagi aku ada (Mazmur 146.2)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang telah saya tulis ini tidak memuat karya-karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan, daftar pustaka, sebagai layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Penulis

  Martina Mas

  

ABSTRAK

ANALISIS TOKOH MIKA DALAM NOVEL KAPAK KARYA DEWI

LINGGASARI MENURUT PERSPEKTIF ARKETIPE CARL GUSTAV JUNG

SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

Martina Mas

Universitas Sanata Dharma

  

2007

  Penelitian ini mengkaji sosok tokoh Mika dalam novel Kapak karya Dewi Linggasari. Tujuan penelitian ini adalah; (1) mendeskripsikan struktur penceritaan yang meliputi alur, latar, tokoh, dan tema; (2) mendeskripsikan tokoh Mika dengan menggunakan teori arketipe Carl Gustav Jung.

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan struktural dan pendekatan psikologi sastra. Pendekatan struktural digunakan untuk menelaah karya sastra berdasarkan struktur pembentuknya, sedangkan pendekatan psikologi digunakan untuk menelaah karya sastra yang menekankan segi-segi kejiwaan seseorang. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Melalui metode ini, peneliti mencoba menggambarkan faktor-faktor yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, kemudian mengolah dan menafsirkan.

  Hasil analisis struktural menunjukkan bahwa dalam novel Kapak ini, tokoh Mika merupakan tokoh utama. Alur dalam novel ini adalah alur linear atau alur terusan. Sedangkan latar yang dominan dalam novel ini adalah latar kehidupan masyarakat Buetkuar. Tema dalam novel Kapak ini adalah seorang wanita bukanlah manusia yang lemah yang terus berada di bawah laki-laki, melainkan merupakan manusia yang mempunyai pribadi mandiri dengan segala keunikan yang ia miliki.

  Hasil analisis psikologi dengan menggunakan teori arketipe dari Carl Gustav Jung menunjukkan bahwa Topeng, Shadow, Anima-animus, dan Self dalam diri tokoh Mika telah menjadi dasar psikologis perilaku Mika dalam menghadapi tantangan hidup. Kekuatan-kekuatan bawah sadar ini membuat tokoh Mika tetap tabah, kokoh, dan berpikir rasional. Ia dapat membuktikan bahwa dirinya mampu bertahan dalam menjalankan setiap tantangan kehidupan yang penuh permasalahan dan kekerasan.

  

ABSTRACT

ANALYSIS OF MIKA’S CHARACTER IN NOVEL KAPAK WRITTEN BY

DEWI LINGGASARI IN THE ARCHETYPE PERSPECTIVE OF CARL

GUSTAV JUNG

AN INSRUCTIONAL OF LITERATURE PSYCHOLOGY

  

Martina Mas

Sanata Dharma University

2007

  This research examines Mika’s character in novel Kapak written by Dewi Linggasari. The purpose of this research are; (1) to describe the story’s structure including plot, setting, characteristic, and theme; (2) to describe Mika’s character using the archetype theory of Carl Gustav Jung.

  In this research, the author used structural approach and literary psychological approach. Structural approach is used to analyze literary works based on the form of the structure, while psychological approach is used to analyze literary works which emphasize one’s psychological sides. The method used in this research is descriptive method. Through this method, researcher tries to describe the factors related to the research object, explore and interpret it.

  The result of the structural analysis shows that Mika’s character in novel Kapak is the main character. This novel uses one direction plot or linear plot while the dominant setting in this novel is the Buetkuar society background. The theme in novel Kapak is that a woman isn’t a weak creature who is always one step behind man, but she is a creature who has independent personality with its uniqueness she possessed.

  The result of psychological analysis based on archetype theory of Carl Gustav Jung shows that Topeng, Shadow, Anima-animus, and Self inside Mika’s character have become Mika’s psychological behavior confronting life. This unconsciousness power enables Mika to stay hardy, strong, and think rationally. She can prove that she is able to survive in passing hard times through her life.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih Penulis haturkan kepada Tuhanku Yesus Kristus atas segala cinta dan limpahan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akhir menempuh ujian Sarjana pada Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., sebagai Pembimbing I dan Drs. B. Rahmanto, M.Hum., sebagai Pembimbing II, terima kasih untuk saran, ide-ide dan semangat serta kesabaran dan ketulusan dalam membimbing Penulis sampai akhirnya Penulis menyelesaikan Skripsi ini.

  2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Drs. FX. Santoso, M.Hum., Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., Drs. Heri Antono, M.Hum., Dr. Alex Sudewa, Dr. Praptomo Baryadi, M.Hum., S.E., Peni Adjie, S.S, M.Hum., Dra. Tjandrasih, M.Hum., terima kasih atas pengabdiannya dan semua jasa-jasanya yang sungguh mulia sebagai dosen Sastra Indonesia.

  3. Mba Erna dan Mas Tri, terima kasih atas keramahan dan pelayanannya di Sekretariat Sastra.

  4. Segenap Staf Perpustakaan yang dengan terbuka berbagi senyum, terima kasih atas buku-bukunya.

  5. Ayahku dan ibuku (Yohanes Rane dan Maria Ludvina), terima kasih untuk nasehat, doa dan sentuhan kasih sayang yang luar biasa berarti untuk langkah hidupku.

  6. Mami-ku Lucia Letta dan Babe-ku Wisma Florianus, terima kasih kuhaturkan untuk semangat, nasehat-nasehat yang selalu membuatku untuk tetap bertahan.

  7. Kakakku sayang: Kak Misir, Kak Johny, Kak Gita, Kak Cici, Kak Jefry, adikku Alexander, iparku Kak Endy, Kak Tilde, Kak Shinta, terima kasih untuk nasehat dan kasih sayangnya untukku.

  8. Keponakan-keponakanku: Fariz, Santos, Rista, Jon, Anjel, Tin, kembar “Nana- Nani”, serta yang paling imoet ‘Maya Djereng’, terima kasih untuk canda dan keceriannya; kepolosan kalian membuatku bersemangat untuk belajar mencintai hidup.

  9. Dua sahabatku, saudariku yang paling baik Yuliana Erna Sari “NE”, Natalia “hay

  guys”, terima kasih telah menjadi bagian terindah dalam lembaran-lembaran

  hidupku, dalam suka dan duka. Selalu ada canda dan ceria, kebersamaan kita tidak akan hilang.

  10. Romo Baskara T. Wardaya, terima kasih atas semangatnya dan senyum hangatnya. Penulis banyak berburu dari yang membingungkan menjadi cerah, terima kasih untuk hasil yang cemerlang tentang SEJARAH.

  11. Teman-temanku: Erty, Vita “dung”, Shita, Kenas, Kingkin, Nopex, Kristin, Gesta, Triani, Oky,Atiek, Sherly, Agi, Dwi, Indah, Yuni, Nancy serta teman-teman lain yang tidak tertera dalam karya ini, terima kasih untuk kebersamaan kita.

  12. Teman-teman gerejaku: Pak Im, Pak Evan, Ibu Diah, Olla, Nancy, Rike, Rini, Neneng, Nitha, Tiwo, Yoyo, terima kasih untuk dorongan dan kelembutan yang kudapatkan, kita tetap menikmati kasih-Nya.

  13. Teman-teman kos Gatot Kaca 3D: I’in, k’Dian, k’Uwie, Lusi, Lina-Xna, k’Lucie, Paul, Sandri, Agus, Eva, Eka, Natha, Nuning, Yantie, Grace, Chris, Ita “Menjeng” Tiur, Indah, Ony, Nancy “Imoet”, Vera, Leni, Antris, Arum, Berlin, terima kasih kebersamaan dan kekompakannya.

  14. Teman-teman KKN Angkatan 32, Jhony, Toa “item”, Tono “Ndut”, Tata, Ditha, Sarie, Ida “nguap-nguap”, Petra “upiek”, Niken Ambarsari, I Love U All ...

  Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran di harapkan penulis demi penyempurnaan Skripsi ini, penulis menerima dengan senang hati. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang mencintai penelitian sastra.

  Yogyakarta, Penulis

  

DAFTAR ISI

  5 1.6.1.1. Tokoh................................................................

  1.7. Metode Penelitian .... .................................................................. 15

  1.6.2.2. Arketipe Menurut Jung ..................................... 13

  1.6.2.1. Teori Psikoanalisis dari Carl Gustav Jung .......... 13

  1.6.2. Psikologi Sastra .............................................................. 11

  1.6.1.3. Alur .................................................................. 10

  8

  6 1.6.1.2. Latar .................................................................

  5 1.6.1. Teori Struktural Karya Sastra ..........................................

  HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTO .......................................................................................... v KEASLIAN KARYA ........................................................................................ vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii

  5 1.6. Landasan Teori ..........................................................................

  4 1.5. Tinjauan Pustaka ........................................................................

  4 1.4. Manfaat Penelitian .....................................................................

  4 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................

  1 1.2. Rumusan Masalah ......................................................................

  1 1.1. Latar Belakang ...........................................................................

  KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

  

ABSTRACT........................................................................................................ viii

  1.7.1. Pendekatan... .................................................................. 15

  1.7.4. Sumber Data .................................................................. 17

  1.7.5. Sistematika Penyajian ..................................................... 17

  BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL KAPAK......................................... 18

  2.1. Sinopsis……………................................................................... 18

  2.2. Analisis Struktural ... .................................................................. 21

  2.2.1. Tokoh……... .................................................................. 21

  2.2.1.1. Tokoh Utama Mika............................................ 22

  2.2.1.2. Mundus.............................................................. 26

  2.2.1.3. Upra .................................................................. 28

  2.2.1.4. Ero…................................................................. 29

  2.2.2. Latar………… ................................................................ 29

  2.2.2.1. Latar Tempat .................................................... 30

  2.2.2.2. Latar Waktu....................................................... 31

  2.2.2.3. Latar Sosial........................................................ 32

  2.2.3. Alur……….. .................................................................. 35

  2.2.4. Tema………. .................................................................. 38

  2.2.5. Rangkuman… ................................................................. 40

  BAB III ANALISIS TOKOH MIKA DALAM PERSPEKTIF CARL GUSTAV JUNG .. .................................................................. 41

  3.1. Topeng dalam Diri Mika............................................................. 41

  3.1.1.1. Topeng Mika sebagai Ibu menurut Adat ...................... 42

  3.1.1.2. Topeng Mika sebagai Ibu yang Penurut ....................... 43

  3.1.1.3. Topeng Mika sebagai Ibu yang Mandiri....................... 45

  3.2. Shadow Mika yang Berhubungan dengan Taraf Tak Sadar Personal .. .................................................................. 46

  3.2.2.1. Shadow Mika terhadap Mundus.................................. 46

  3.2.2.2. Shadow Mika Terhadap Upra ...................................... 47

  3.2.2.3. Shadow Mika Terhadap Ero ........................................ 48

  Tak Sadar Kolektif... .................................................................. 49

  3.4. Anima dan Animus .. .................................................................. 51

  3.4.4.1. Anima Positif dalam Diri Mika.................................... 51

  3.4.4.2. Anima Negatif dalam Diri Mika .................................. 53

  3.4.4.3. Animus Negatif dalam Diri Mika................................. 54

  3.4.4.4. Animus Positif dalam Diri Mika .................................. 55

  3.5. Self………………….. ................................................................ 56

  3.5.1. Self dalam Diri Mika....................................................... 56

  3.6. Rangkuman …………................................................................. 58

  BAB IV PENUTUP……………………........................................................... 59

  4.1. Kesimpulan …………................................................................. 59

  4.2. Saran………………… ............................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA……………… ................................................................. 62 BIODATA PENUTUP………………................................................................ 63

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sastra di samping merupakan kutub tertentu dari garis lurus suatu

  kehidupan juga merupakan tuangan wadah jiwani manusia secara utuh. Sastra mencakup hal-hal yang indah, memikat, tragik, dan menyedihkan. Sastra berisi hal-hal yang menyangkut baik buruk manusia. Sastra penuh dengan konflik- konflik batin, dan merupakan terjemahan menawan perjalanan manusia ketika mengalami dan bersentuhan dengan peristiwa hidup dan kehidupan (Suyitno, 1986 : 5).

  Sastra tidak saja lahir karena fenomena logis, tetapi juga karena kesadaran penulisnya bahwa sastra merupakan sesuatu yang imajinatif, fiktif, juga melayani misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan serta bertendensi. Sastrawan ketika menciptakan karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan, tetapi juga berkehendak untuk menyampaikan pikiran-pikiran, pendapatnya, kesan-kesan, perasaannya terhadap sesuatu. Sastra dapat membina dan mengembangkan kepekaan terhadap nilai-nilai, apakah nilai nalar, afektif, sosial atau gabungan keseluruhannya (Oemarjati, 1970 : 153-154).

  Bentuk karya sastra sebagai sarana untuk mencapai dan mengembangkan nilai-nilai seperti yang dikatakan di atas adalah karya sastra yang berbentuk novel. Itulah sebabnya mengapa novel merupakan salah satu jenis tersebut mudah untuk dipahami dan dinikmati (Sumardjono dan Saini, 1986 : 32).

  Karya sastra menyajikan situasi yang ada kalanya tidak masuk akal dan motif-motif yang fantastis. Seperti halnya tuntutan situasi yang tidak masuk akal menggambarkan realisme sosial dalam karya sastra, pemikiran psikologi menambah nilai artistik karena menunjang koherensi dan kompleksitas karya, untuk kasus tertentu. Pemikiran psikologi dalam karya sastra tidak hanya dicapai melalui pengetahuan psikologi saja. Pengetahuan teori psikologi yang sadar dan sistematis mengenai pemikiran manusia, tidak penting untuk seni dan tidak dapat membantu mengentalkan kepekaan mereka pada kenyataan, mempertajam kemampuan pengamatan dan memberi kesempatan untuk menjajahi pola-pola yang belum terjamah sebelumnya (Wellek dan Waren via Melani Budianta, 1993 : 107).

  Novel Kapak karya Dewi Linggasari merupakan novel yang menarik terutama pelukisan tempat dan peristiwa yang fungsional. Mika dalam novel

  

Kapak ini dapat dikatakan sebagai tokoh yang memegang peranan penting

  karena Mika banyak terlibat dalam setiap bagian novel Kapak. Mika dilukiskan sebagai istri seorang kepala perang. Mereka tinggal di Buetkuar, tempat paling terpencil di wilayah Asmat. Tempat yang nyaris tidak pernah dikunjungi. Perubahan terjadi di ibukota wilayah Asmat, seakan tidak bisa mencapai kampung ini.

  Sebagai istri seorang kepala perang, beban yang dipikulnya sangat anak yang dilahirkan meninggal karena bermacam penyakit pada usia kanak- kanak. Anak yang masih hidup tinggal lima orang. Lingkungan yang keras membuatnya harus bekerja, mengurus dan membesarkan anak-anaknya. Mika selalu mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya. Ia berani menolak dan menentang keras ketika Mundus suaminya membawa Upra untuk dijadikan istri keduanya. Bukan suatu hal yang baru di kampung itu. Mundus adalah kepala perang, ia berhak memiliki dua, bahkan empat istri sekaligus. Hal yang menjadi sangat menonjol dan mampu menjadi daya tarik utama dalam novel Kapak yakni konfliknya kian mulai melebur, yaitu pergaulan orang desa dengan lingkungannya, keluarganya, dan kehadiran orang kota dengan kehidupan kotanya.

  Pada Kapak tokoh Mika tidak lagi menerima nasibnya begitu saja. Ia memberontak, ia berusaha menempatkan diri, memposisikan diri, mempertahankan jati diri dan harga diri dalam situasi yang seburuk apa pun. Di sini faktor yang memperjuangkan adanya kesadaran eksistensi yang lebih tinggi dalam diri tokoh utama dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya modern yang melukiskannya. Faktor tersebut secara konkrit dilukiskan melalui perjuangan tokoh utama.

  Hal-hal yang menjadi pertimbangan penulis mengangkat novel ini sebagai bahan kajian skripsi adalah sebagai berikut pertama, novel ini mengungkapkan tokoh utamanya secara jelas. Kedua, belum ada penelitian terhadap novel Kapak karya Dewi Linggasari. Dengan melihat permasalahan mempunyai arti sebagai suatu endapan masa lampau yang digunakan manusia dalam setiap pengalaman hidup sehari-harinya, dan pengalaman itu telah dipengaruhi oleh bentuk kebudayaan dan kehidupan nenek moyang pada masa lampau, dan semua itu berlangsung dalam alam tak sadar. Empat arketipe penting yang menjadi bahan penelitian dalam skripsi ini adalah Topeng, Shadow, Anima dan Animus, serta Self.

  I.2 Rumusan Masalah

  Dari latar belakang di atas permasalahan yang akan dikemukakan penulis adalah sebagai berikut.

  I.2.1 Bagaimanakah tokoh, latar, alur, dan tema dalam novel Kapak karya Dewi Linggasari ?

  I.2.2 Bagaimanakah gambaran tokoh Mika dalam Perspektif arketipe Carl Gustav Jung ?

  I.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

  I.3.1 Mendeskripsikan tokoh, latar, alur, dan tema dalam novel Kapak karya Dewi Linggasari.

  I.3.2 Mendeskripsikan tokoh Mika dalam Perspektif arketipe Carl Gustav Jung dalam novel Kapak karya Dewi Linggasari.

  I.4 Manfaat Penelitian

  Berdasarkan tujuan penelitian di atas dapat disimpulkan manfaat penelitian sebagai berikut:

  I.4.1 Menambah khasanah kajian sastra, khususnya kajian sastra dengan pendekatan psikologi.

  I.4.2 Mengembangkan apresiasi sastra karya Dewi Linggasari khususnya novel Kapak.

  I.5 Tinjauan Pustaka

  Sejauh pengamatan peneliti belum ada yang mengkaji secara khusus novel Kapak karya Dewi Linggasari dalam bentuk penelitian ilmiah.

  Namun novel Kapak telah di singgung dalam sebuah resensi yang di tulis oleh Arwan Tuti Artha yang mengatakan bahwa novel Kapak merupakan novel menarik di garap dengan bahasa populer. Kajian berlanjut pada realitas seni ukir suku Asmat di era global sampai pada kendala pembangunan di wilayah Asmat, serta perjuangan kaum perempuan dalam mewujudkan eksistensinya di tengah keluarga, adat, dan keluarganya (www.kompas.com).

  Dalam penelitian ini, penulis mengkaji novel ini dengan menggunakan teori arketipe Carl Gustav Jung mencakup Topeng, Shadow, Anima dan Animus

  Positif Tokoh Wisanggeni Pada Sosok Upi Sebagai Ungkapan Pembelaan Bagi Kaum Tertindas Dalam Novel Saman Pada Tahun 2001. Dalam skripsinya,

  penokohan Wisanggeni di dasarkan pada telaah psikologi dengan menggunakan teori arketipe Carl Gustav Jung khusus Anima dan Animus.

I.6 Landasan Teori

  I.6.1 Teori Struktural Karya Sastra Mursal Esten (1990) menyebutkan bahwa struktur karya sastra terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik karya sastra terdiri dari tema, alur, latar, tokoh dan gaya, sedangkan unsur ekstrinsik karya sastra meliputi faktor politik, ekonomi, sosiologi, dan psikologi.

  Untuk memudahkan pemahaman terhadap sebuah karya sastra khususnya novel dapat dilakukan dengan memaparkan struktur novel tersebut. Tujuan pemaparan adalah mengetahui fungsi dan keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghadirkan keseluruhan (Nurgiyantoro, 1995 : 37). Adapun struktur yang akan dipaparkan adalah sebagai berikut.

  I.6.1.1 Tokoh Tokoh merupakan unsur yang penting dalam berbagai gambaran tentang jati diri tokoh lebih menarik perhatian banyak peneliti karya sastra (Nurgiyantoro, 1995: 164). Tokoh

  Tokoh cerita adalah orang-orang yang berperan dalam suatu cerita bermoral dan berkecenderungan tertentu sebagaimana yang dinyatakan dalam ucapan dan tindakannya. Tokoh cerita dalam sebuah cerita fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan, berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan peranan atau segi pentingnya tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama atau tokoh sentral dan tokoh bawahan atau tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan dan memegang peranan pimpinan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama merupakan tokoh yang menjadi sorotan dalam kisah. Penentuan tokoh utama tidak hanya ditentukan oleh frekuensi kemunculannya melainkan intensitas keterlibatannya dalam cerita. Tokoh bawahan atau tokoh tambahan adalah tokoh yang kemunculannya dalam keseluruhan cerita lebih sedikit tidak dipentingkan, dan ia hadir apabila ada kaitannya dengan tokoh utama baik secara langsung maupun tidak langsung. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral maupun tidak langsung. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral di dalam cerita, tetapi

  Selanjutnya berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara populer sering disebut hero, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai- nilai ideal bagi kita. (Nurgiyantoro, 1995 : 178). Tokoh antagonis dapat dikatakan sebagai tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik (Nurgiyantoro, 1995 : 79).

  Konflik yang dialami oleh tokoh protagonis tidak harus dibedakan oleh tokoh antagonis seseorang atau beberapa orang individu yang dapat ditujukkan secara jelas. Ia dapat disebabkan oleh hal-hal lain yang di luar individualitas seseorang. Misalnya bencana alam, kecelakaan, lingkungan sosial ataupun nilai-nilai sosial, nilai-nilai moral dan kekuasaan yang lebih tinggi (Nurgiyantoro, 1995 : 181). Penganalisaan tokoh tidak dapat terlepas dari watak yang dimiliki. Watak adalah kualitas tokoh, nalar, dan jiwanya yang membedakannya dengan tokoh lain (Sudjiman, 1991: 16).

  I.6.1.2 Latar Sebuah cerita dibangun oleh unsur latar karena pelukisan latar dapat membantu pembaca dalam memahami hubungan waktu dan tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1995 :216).

  Latar memberi pijakan secara konkret. Hal ini penting untuk memberi kesan realistis kepada pembaca. Menceritakan suasana memberi kesan realistis kepada pembaca. Menceritakan suasana tertentu seolah-olah ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995 :217). Dengan demikian pendeskripsian unsur latar belakang sebuah novel semakin memperjelas maksud yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Latar memberi gambaran kepada pembaca mengenai tempat tokoh berada kapan kejadian berlangsung, dan bagaimana kondisi sosial tokoh. Latar dalam sebuah novel dibagi tiga bagian yakni latar tempat, latar waktu dan latar sosial.

  1. Latar Tempat Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin beberapa tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu, tanpa nama jelas (Nurgiyantoro, 1995 : 227).

  2. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah dihubungkan dengan fakta faktual waktu yang ada ceritanya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada kurun waktu tertentu dan memberi kekhasan sebuah cerita.

  Kekhasan latar waktu dalam cerita akan memudahkan pembaca untuk mengenali dan memahami suatu cerita (Nurgiyantoro, 1995 : 230).

  3. Latar Sosial Latar sosial lebih mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup cara hidup, dan sikap (Nurgiyantoro, 1995 : 233).

  Latar sosial juga berhubungan dengan status tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas. Jadi perbedaan kelas seorang tokoh dengan yang lain membentuk latar tersendiri yang akhirnya mendukung keberadaannnya dalam sebuah novel (Nurgiyantoro, 1995 : 233). I.6.1.3 Alur Alur atau plot merupakan unsur fiksi yang penting. Di dalam sebuah cerita rekaan berbagai peristiwa disajikan dengan urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita. Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain (Nurgiyantoro, 1995 : 113).

  Sebuah cerita fiksi atau plot mengandung unsur urut- urutan waktu. Oleh karena itu, dalam sebuah cerita tentu ada awal kejadian, kejadian-kejadian berikutnya dan ada pula akhirnya. Kejadian-kejadian yang berlangsung tidak harus disusun secara berurutan. Dengan demikian tahap awal cerita tidak harus berada diawal cerita atau di bagian awal teks, melainkan dapat terletak di bagian manapun (Nurgiyantoro, 1995 : 142).

  Alur dalam cerita fiksi dibagi menjadi alur terusan bahkan sebuah cerita yang peristiwanya susul-menyusul secara temporal dikatakan beralur terusan. Apabila menggunakan alur baik dikatakan beralur balikan (Sudjiman, 1991 : 40). Alur balikan dalam sebuah cerita fiksi ditampilkan melalui pikiran tokoh ke masa lalu. I.6.2 Psikologi Sastra Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala jiwa dan tingkah laku manusia (Dirgagunarsa, 1985 : 9). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan psikologi sebagai pendekatan sastra. Pendekatan sastra dari sudut psikologi diarahkan kepada karya sastra atau teks itu sendiri. Karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang bermakna. Pendekatan psikologi sastra dalam novel Kapak tidak dapat dipisahkan dari analisis struktural. Analisis struktural dalam novel Kapak meliputi tokoh, latar, alur, dan tema. Hasil analisis tokoh, latar, alur, dan tema membantu penelitian memahami jiwa tokoh utama yang selanjutnya digunakan dalam menganalisis batin tokoh utama.

  Unsur kejiwaan seorang tokoh dalam novel merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji. Psikologi merupakan ilmu yang membantu memecahkan masalah-masalah kejiwaan. Sastra dan psikologi merupakan dua wajah satu hati dan sama-sama menyentuh manusia dalam persoalan yang diungkapkan (Sukada, 1987 : 102). Dengan demikian, psikologi pada dasarnya mempelajari proses-proses kejiwaan yang dapat di ikut sertakan dalam studi sastra. Dalam aliran psikologis seseorang akan mengungkapkan suatu kisah berdasarkan gerak-gerik jiwa para tokohnya (Tjahyono, 1988 : 230).

  Faktor-faktor kejiwaan tokoh-tokohnya dapat ditelaah dengan gejolak kejiwaan yang dialami seorang tokoh, termasuk adanya konflik yang dialami oleh tokohnya.

  1.6.2.1 Teori Psikoanalisis dari Carl Gustav Jung

  Jung memperluas alam tak sadar yang semula dikemukakan Freud dengan menambahkan alam tak sadar kolektif antara lain dalam alam sadar terletak ego dengan fungsi utama menjadi penyaring berbagai pengalaman hidup dan dengan demikian juga menjadi pengatur dan penjaga keutuhan kepribadian. Berkat ego kita masing- masing walaupun mengalami berbagai perubahan juga sekaligus memiliki kesinambungan diri dan identitas diri.

  1.6.2.2 Arketipe Menurut Jung

  Isi dari taraf tak sadar adalah arketipe. Arketipe dianggap sebagai tema universal yang mempengaruhi tingkah laku manusia.

  Jung meninjau konsep arketipe dari Corpus Hermeticum Neoplato, yang sudah ada 3 abad sebelum Masehi. Bedanya, Jung menggunakan istilah itu dengan mengabaikan sifatnya yang metafisis. Arketipe adalah bentuk pemikiran atau ide yang menjadi dasar pandangan kita, yang diproyeksikan pada pengalaman yang sedang kita alami. Tetapi semua pengaruh itu berlangsung pada taraf tak sadar (Jung via Sebatu Alfons, 1994 : 6).

  Menurut Jung manusia yang sehat berhubungan dengan alam

  

tak sadar pribadi dan alam tak sadar kolektifnya, agar tidak

  mengalami berbagai gangguan jiwa. Di antara berbagai citra primordial yang dimiliki manusia, Jung mengatakan terdapat empat arketipe terpenting yaitu: Topeng (persona), Anima-animus, Bayang- bayang (shadow), dan Diri (self).

  1. Topeng (Persona), dapat dikatakan sebagai bentuk kompromi antara lingkungan dan kepentingan norma-norma batiniah seorang individu dan ras atau bangsa. Topeng itu sungguh melekat pada kodrat manusia. Dia diperlukan dalam pergolakan hidup manusia. Dia membantu kita dalam pergaulan, terutama dalam menyesuaikan diri dengan orang lain, walaupun orang- orang itu tidak kita senangi (Jung via Sebatu Alfons, 1994 : 63).

  2. Shadow, menurut Jung, menunjukkan sisi gelap atau sisi yang jahat dalam diri kita. Shadow berbeda dengan persona yang erat hubungannya dengan ego yang bersifat sadar. Dia berhubungan dengan taraf tak sadar personal, Shadow merupakan personifikasi yang universal dari bentuk kejahatan psike.

  3. Anima (wanita dalam diri pria), dan Animus (pria dalam diri wanita), Jung berkeyakinan bahwa pria dan wanita mempunyai unsur dan jenis seks yang lain dari dalam dirinya sendiri. Pria mempunyai aspek feminisme dalam dirinya, sedangkan wanita negatif. Anima bekerja positif pada pria bila dia membangkitkan inspirasi, kemampuan intuitif, dapat memberikan peringatan, dan sebagainya. Sedangkan aspek negatifnya berupa perangai yang buruk atau suasana hati yang tidak menentu. Sedangkan Animus pada wanita beraspek positif bila menampakkan diri dalam argumentasi yang berdasarkan pemikiran yang logis dan masuk akal. Aspek negatifnya bila wanita bermulut tajam, tanpa perasaan dan sebagainya.

  4. Self atau Diri adalah bagian sadar dari kepribadian kita. Aku adalah tujuan akhir dari perkembangan kepribadian setiap manusia, yang oleh Jung juga disebut sebagai jalan menuju individuasi (individuation). Dengan adanya aku, terciptalah ego yang baru (Jung via Sebatu Alfons, 1994 : 64-65).

I.7 Metode Penelitian

1.7.1. Pendekatan

  Pendekatan yang digunakan penulis untuk meneliti novel

  Kapak karya Dewi Linggasari adalah pendekatan psikologi sastra. Namun

  demikian, penulis akan memulai dengan analisis struktural terlebih dahulu. Psikologi sastra adalah cabang ilmu sastra yang mendekati karya sastra dengan sudut pandang psikologi, sedangkan analisis struktural merupakan analisis yang mengkaji unsur-unsur pembangun karya sastra. pembaca, dan teks sendiri (karya). Dalam kritiknya terhadap karya sastra dan teks, pengkritik psikologi boleh menggunakan cara yang bisa digunakan dalam kritikan formal. Pengkritik boleh mengambil cara ini terutama untuk meneliti perwatakan dalam karya, aspek yang biasa diberi perhatian adalah pemikiran atau mind watak, terutama pemikiran pada tahap bawah sadarnya (Awang dalam Mohd Saman, 1985 : 33).

  1.7.2. Pengumpulan Data

  Untuk mengumpulkan data-data yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis studi pustaka (library research). Hal ini dilakukan untuk menemukan faktor-faktor pendukung yang berkaitan dengan objek penelitian. Novel yang diteliti diidentifikasi, dianalisis, dan diklasifikasikan berdasarkan kesamaan masalah yang akan dibahas, yaitu tokoh Mika dalam perspektif Carl Gustav Jung.

  1.7.3. Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam menggambarkan penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya untuk memperbaiki bobot yang lebih tinggi pada metode ini, maka fakta yang ada harus diberi arti. Fakta atau data yang terkumpul harus diolah dan ditafsirkan. (Nawawi dan

  Berdasarkan metode tersebut, peneliti akan menggali setiap permasalahan yang dialami tokoh Mika yang akan diperjelas dan didukung oleh latar yang digambarkan dalam novel Kapak tersebut.

  1.7.4. Sumber Data

  Judul buku : Kapak Pengarang : Dewi Linggasari Penerbit : Kunci Ilmu Kota Terbit : Yogyakarta Tahun Terbit : 2005 Tebal buku : 136 Cetakan : Pertama

  1.7.5. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

  Bab satu, pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tinjauan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sumber data, dan sistematika penyajian. Bab dua Analisis Struktural dalam novel Kapak. Dalam bab ini penulis menganalisis novel

  Kapak secara struktural yang meliputi alur, tokoh, latar, dan tema dalam

  novel tersebut. Bab tiga merupakan analisis psikologi. Dalam bab ini penulis menganalisis tokoh Mika dalam perspektif Carl Gustav Jung dalam novel Kapak karya Dewi Linggsari. Bab empat, penutup, bab ini berisi kesimpulan dan saran.

BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL KAPAK Dalam bab ini akan dilakukan analisis struktur terhadap novel Kapak yang

  mencakup tokoh, alur, latar, dan tema. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai novel Kapak, terlebih dahulu akan dikemukakan sinopsis novel tersebut.

2.1. Sinopsis

  Buetkuar adalah tempat paling terpencil di wilayah Asmat. Kampung itu berada pada suatu tempat yang sangat jauh, nyaris tak pernah dikunjungi masyarakat luar. Keterisolasian telah menjadi dinding kasat mata yang mematahkan hubungan dengan dunia luar sehingga mereka tidak merasa perlu untuk menggunakan penanggalan. Di dalamnya hidup sekelompok warga Buetkuar yang sangat patuh pada tradisi nenek moyang yang turun temurun. Dengan tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, tidak heran jika kemajuan pembangunan desa itu berjalan lamban. Ketidakmengertian pada teknologi dan kegigihan untuk mempertahankan adat, akhirnya menggiring masyarakat Buetkuar pada sebuah pemikiran yang skeptis dan penuh curiga pada setiap orang yang datang dari luar Buetkuar.

  Novel dibuka dengan pemaparan mengenai perjuangan Mika melawan maut demi janin yang hendak dilahirkan. Ia telah dua belas kali melahirkan, telah dua belas kali menempatkan diri pada batas yang amat tipis antara hidup dan mati. Delapan anak yang dilahirkan meninggal karena bermacam penyakit pada usia anak-anak.

  Mika melahirkan anaknya di bawah pohon besar. Orang Asmat percaya bahwa darah yang mengalir dari bagian yang paling rahasia seorang wanita yang melahirkan, akan menimbulkan penyakit atau kematian. Sebab itu seorang wanita tidak diperkenankan untuk melahirkan di dalam rumah. Darah itu akan mendatangkan bencana bagi orang yang tinggal di dalamnya. Adalah suatu keharusan, bahwa seorang wanita yang hendak melahirkan mesti pergi ke tengah hutan.

  Mika adalah sosok wanita yang penyayang, tegas dan mampu menempatkan diri, memposisikan diri, mempertahankan jati diri, harga diri, dalam situasi yang seburuk apa pun, mengambil keputusan, dan dengan penuh tekad mengukuhi keputusannya, berencana dan mewujudkan rencananya, dan keluar sebagai pemenang.

  Lalu datanglah masa ketika Mika menolak keras suaminya yang ingin menikah lagi. “Kalau perempuan itu tinggal di sini, aku akan pergi”, demikian suara Mika disela-sela isak tangisnya (hlm. 21). Mundus adalah kepala perang, ia berhak memiliki dua, bahkan empat istri sekaligus. Penolakan Mika ini membawanya pada penderitaan yang sangat panjang. Kekerasan demi kekerasan yang dilakukan Mundus tidak mematahkan semangat Mika untuk mempertahan-kan dirinya di depan suami dan anak-anaknya.

  Demikian pula sewaktu ia mengetahui perselingkuhan Mundus dengan wanita-wanita pencari gaharu (merupakan kayu harum yang sakral). Ia melihat dan menyaksikan semua perbuatan suaminya. “Mika melihat kejadian itu dengan mata berapi-api” (hlm. 75). Kamu mengira saya tidak tahu apa yang kamu lakukan dengan

  Untuk mempertahankan jati diri dan harga dirinya ia mengambil keputusan dan dengan penuh tekad mengukuhi keputusannya. Ia memberi peringatan yang keras terhadap Ero dan Berti( wanita-wanita pencari Gaharu). Dengan penuh kebencian Mika membuang ludah, tepat di muka Ero. Sekali sepak, Mika menghamburkan satu kilo gaharu yang diberikan Mundus kepada wanita itu sebagai alat pembayaran. (hlm.

  80).

  Kedatangan para pencari gaharu ke kampung Buetkuar membawa sedikit perubahan terhadap Mika dan keluarganya. “Ini menguntungkan kita ayah”, ujar Yowero yang telah banyak mendapatkan uang dari hasil penjualan gaharu. Demikian pula dengan Mundus dan Mika. Mundus kini memiliki satu tromol penuh pakaian baru, jam tangan, dan satu kardus persediaan rokok. Sementara Mika sedikit demi sedikit mulai mengikuti kegenitan Ero. Setelah pakaian-pakaian baru, ia memiliki pula bedak, sisir dan gincu. Ero membujuk dan menukarkan barang-barang itu dengan satu kilo gaharu seharga Rp150.000,00. Buetkuar yang semula lengang dan terpencil itu pun seketika terpengaruh. Sesuatu telah terjadi dan akan terus berlangsung.

  Meskipun ia sering diperlakukan kasar oleh suaminya, cinta dan rasa hormat akan suaminya selalu ada. Hal ini ditunjukkan dalam kata-kata Mika “Saya mengakui bahwa hidup kita sedikit berubah. Sudahlah Mundus, engkau mengerti kini. Kita sudah tahu kalau gaharu sebenarnya tidak boleh dijual pada orang-orang, tapi kita melakukannya. Sehingga engkau mendapat malapetaka. Jangan engkau mengira, bahwa saya tidak mengerti semua perbuatan yang engkau lakukan dengan wanita- tanah telah menghukummu, Mundus”. Mika bersuara pelan mencoba menenangkan suaminya. Cerita ini diakhiri dengan kematian tokoh Mundus dan pernikahan Mika yang tidak bahagia.

2.2. Analisis Struktur

2.2.1. Tokoh

  Dalam sebuah karya sastra, tokoh memegang peranan penting dalam pembentukan cerita. Sebuah cerita tidak akan mungkin terbentuk tanpa tokoh. Dalam hal ini, tokoh diperlukan untuk mendukung terjadinya sebuah peristiwa sehingga terbentuklah cerita yang memadai.

  Dalam Kapak, terdapat sejumlah tokoh yang mendukung terjadinya peristiwa- peristiwa yang membangun cerita. Tokoh-tokoh dalam Kapak digambarkan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh- tokoh dalam Kapak pun tidak lepas dari usaha pengungkapan makna niatan pengarang, gagasan yang oleh pengarang dimaksudkan sebagai tema cerita.

  Bertitik tolak dari hal itu, analisis tokoh yang dilakukan terhadap Kapak ini bertujuan untuk memaparkan watak, perilaku dan peran tokoh dalam pembentukan cerita. Analisis tokoh dilakukan untuk menemukan gagasan sentral dalam Kapak. Dalam hal ini Mundus, Upra, Ero adalah tokoh-tokoh yang dianggap memegang peranan penting dalam mengungkapkan gagasan sentral novel Kapak.

  Ditinjau dari segi fungsinya dalam cerita, Mika dapat dikategorikan sebagai tokoh sentral. Ia memiliki intensitas keterlibatan yang tinggi dalam peristiwa-