Kerangka Teoritis Kerangka Teoritis dan Konseptual

rehabilitasi dan sosialisasi tetapi mata rantai pemulihan sosial narapidana dengan masyarakat dalam pasca menjalani pidana setelah narapidana kembali kemasyarakat. Pembinaan dengan sistem pemasyarakatan tidak ada pemisah antara mantan narapidana dengan masyarakat yang dapat menciptakan kepercayaan diri dan adanya tanggung jawab dari masyarakat. Terapi dan Rehabilitasi merupakan pengintegarisian dalam pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan. 9 Sistem pemasyarakatan merupakan suatu rangkaian kesatuan penegakan hukum pidana, oleh karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan. Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut melalui pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi. Sejalan dengan peran Lembaga Pemasyarakatan tersebut maka tepatlah apabila Petugas Pemasyarakatan melaksanakan tugas pembinanaan dan pengamanan Warga Binaan Pemasyarakatan dalam undang-undang di tetapkan sebagai Pejabat Fungsional Penegak Hukum. Sistem pemasyarakatan memandang pemidanaan yang berdasarkan pembinaan didalam Lembaga Pemasyarakatan dengan suatu aturan hukum yang diintegrasikan antara pemulihan narapidana dengan pembalasan atas perbuatannya yang bertujuan supaya ada pertobatan. Pembinaan dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat terlaksana secara konfrehensif terhadap narapidana. Sebab terapi medis dan rehabilitasi sosial terhadap narapidana narkotika memberi manfaat dalam pemulihan pecandu. Kemanfaatan 9 Priyatno Dwija, Op, Cit,. hlm 97 hukum bagi narapidana sebagai sistem pemidanaan dalam pandangan utilitarian utilitarian view menyatakan bahwa pemidanaan itu harus dilihat dari segi manfaatnya. Menurut pandangan utilitarian tujuan hukum dari segi manfaat dan kegunaannya yang dilihat adalah situasi atau keadaan yang ingin dihasilkan dengan dijatuhkan pidana itu. Tujuan pembinaan narapidana pada umumnya adalah mengembalikan narapidana kemasyarakat dengan tidak melakukan tindak pidana lagi. Sedangkan pembinaan dalam Pasal 60 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan Narkotika. Pembinaan sebagaimana dimaksud meliputi upaya: a. Memenuhi ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b. Mencegah penyalahgunaan Narkotika; c. Mencegah generasi muda dan anak usia sekolah dalam penyalahgunaan Narkotika, termasuk dengan memasukkan pendidikan yang berkaitan dengan d. Narkotika dalam kurikulum sekolah dasar sampai lanjutan atas; e. Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan; dan f. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi Pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Pelaksanaan pembinaan terhadap para narapidana narkotika di Lembaga Pemasyarkatan Narkotika dengan perlakuan manusiawi yang bersifat treatment dengan menggunakan terapi dan rehabilitasi untuk memulihkan narapidana narkotika dari ketergantungan walaupun pengguna Napza suatu hal yang susah untuk sembuh. Perlakuan bersifat manusiawi inilah yang menjadi prinsip dari system pemasyarakatan yang menghormati dan menghargai penuh nilai dan norma kehidupan masyarakat sehingga integritas sosial dari narapidana, masyarakat dan petugas dapat terlaksana dengan baik sebagai suatu rangkaian yang harus aktif untuk memulihkan narapidana narkotika dari ketergantungan napza sebagaimana tujuan pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Narkotika yang tercermin dalam Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02- PK.04.10 Tahun 1990 Tanggal 10 April 1990 Tentang Pola Pembinaan NarapidanaTahanan. Strategi pemasyarakatan sebagai suatu proses tidaklah berdiri sendiri, melainkan ia merupakan hasil akhir dari suatu rangkaian proses penegakan hukum yang panjang dimulai dari penyidikan, penangkapan, penahanan, peradilan dan penjatuhan putusan hakim, dari uraian tersebut dapatlah dikatakan bahwa pemasyarakatan merupakan subsistem dari suatu Criminal Justice Sistem Menyangkut Integrited criminal justice system Lembaga Pemasyarakatan diharapkan dapat melahirkan manusia baru yang berguna bagi dirinya, keluarga dan masyarakat. 10 10 Romli Atmasasmita, Strategi Pembinaan Pelanggar Hukum dalam Konteks Penegakan Hukum Di Indonesia, Bandung: Alumni, 1982, hlm 75

2. Kerangka Konseptual

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, jika masalah dan konsep teoretisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui fakta mengenai pokok perhatian dan suatu konsep adalah defenisi dari suatu yang diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya gejala empiris. a. Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan prilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. b. Rehabilitasi adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. Pasal 56 angka 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. c. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam gololongan- golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. d. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika adalah tempat untuk melaksanakan pemasyarakatan narapidanaanak didik pengguna narkotika dan obat terlarang lainnya. Di Provinsi Lampung baru ada satu Lembaga Pemasyarakatan Narkotika berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.M.04.PR.07.03 Tahun 2003. e. Sistem Pemasyarakatan adalah Suatu tatanan mengenai arah dan batas tata cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu Pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh masyarakat Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini, untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai bahasan dalam penulisan hukum ini, penulis membagi penulisan hukum ini menjadi empat bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub-sub bab yang disesuaikan dengan luas pembahasannya. Sistematika penulisan itu sendiri sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini akan diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Sistematika Penulisan Hukum. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan dijelaskan mengenai hasil kepustakaan yang meliputi dua hal yaitu Kerangka Teori dan Kerangka Pemikiran. Kerangka Teori menguraikan tentang Tinjauan tentang Lembaga Pemasyarakatan, Tinjauan tentang Rehabilitasi dan Tujuan Rehabilitasi, Tinjauan tentang Pembinaan. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini memuat metode yang digunakan dalam penulisan yang menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan masalah, yaitu dalam memperoleh dan megklasifikasikan sumber dan jenis data, serta prosedur pengumpulan data dan pengolahan data, kemudian dari data yang telah terkumpul dilakukan analisis data dengan bentuk uraian. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini mengenai latar belakang perlunya pembinaan dan rehabilitasi terhadap narapidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan narkotika Way Huwi, pelaksanaan rehabilitasi terhadap pengguna narkotika di Lembaga Pemasyarakatan narkotika Way Huwi, dan hambatan- hambatan yang dihadapi oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Way Huwi. BAB V : PENUTUP Bab ini berisikan Simpulan dan Saran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan selain sebagai tempat pemidanaan juga berfungsi untuk melaksanakan program pembinaan terhadap para narapidana, dimana melalui program yang dijalankan diharapkan narapidana yang bersangkutan setelah kembali ke masyarakat dapat menjadi warga yang berguna di masyarakat. Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Sebagai suatu program, maka pembinaan yang dilaksanakan dilakukan melalui beberapa tahapan. Pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan Surat Edaran No. KP.10.1331 tanggal 8 Februari 1965 tentang Pemasyarakatan sebagai proses, maka pembinaan dilaksanakan melalui empat 4 tahapan sebagai suatu kesatuan proses yang bersifat terpadu, yaitu : 17 Tahap Pertama : Pembinaan tahap ini disebut pembinaan tahap awal, dimana kegiatan masa pengamatan, penelitian dan pengenalan lingkungan untuk 17 Adi Sujatno. Sistem Pemasyarakatan Indonesia Membangun Manusia Mandiri, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Kehakiman dan HAM RI, Jakarta, 2004, hlm. 15-17