Hukum dan Perubahan Iklim
DINAMIKA WACANA PERUBAHAN IKLIM DAN KETERKAITANNYA DENGAN HUKUM DAN TENURIAL DI INDONESIA: SEBUAH KAJIAN KEPUSTAKAAN
14
Atas dasar posisi Indonesia dalam menanggapi isu per- ubahan iklim, maka sudah selayaknya hal ini akan mempengaruhi
posisi Indonesia dalam peta perubahan iklim internasional. Hal ini dikaji dalam melihat posisi Indonesia secara khusus dalam isu
perubahan iklim pada pertemuan Conference Of the Parties COP sebagaimana diungkapkan oleh Erik Faripasha S. Sementara Runi
Nurhayati, dalam perspektif yang sama, menyoroti posisi politik luar negeri Indonesia dalam arena perubahan iklim, terutama
keberadaan perundingan REDD dalam COP 13 di Bali. Hal ini pun didukung oleh Sutamihardja dalam kajiannya sebagai praktisi yang
terlibat langsung dalam perundingan tersebut dalam karyanya “Climate Change: Dokumen-Dokumen Penting Perubahan Iklim”
yang menujukkan besarnya tarik menarik kepentingan antara negara maju dan negara berkembang dalam usaha perumusan
regulasi perubahan iklim.
Pendekatan sektoral juga dilakukan dalam domain Hukum dan Perubahan Iklim pada tingkat nasional. Reagan Christian Djahi
misalnya menilai bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan perlu melakukan optimalisasi terhadap sektor kelautan guna mem-
berikan perlindungan dengan menggunakan instrumen hukum. Sedangkan Agus Purnomo mencoba melihat dinamika keberadaan
hutan Indonesia yang banyak disoroti oleh masyarakat inter- nasional sebagai salah satu sumber penyerap emisi gas rumah kaca.
Publikasi ini juga memberikan gambaran kepada kita, dalam tataran yang sangat detail, proses lahirnya inpres moratorium
tahun 2010.
Beberapa tulisan lain dalam Hukum dan Perubahan Iklim sudah mulai beranjak kepada penerapan pendekatan tertentu
eksploratif dalam mengkritisi regulasi terkait perubahan iklim di Indonesia atau regulasi global dari perspektif Indonesia sebagai
negara berkembang. Daniel Mudyarso dalam karyanya yang terdapat pada Seri Perubahan Iklim secara utuh melihat dari
perspektif ilmiah dan hubungan internasional mengenai latar
DINAMIKA WACANA PERUBAHAN IKLIM DAN KETERKAITANNYA DENGAN HUKUM DAN TENURIAL DI INDONESIA: SEBUAH KAJIAN KEPUSTAKAAN
15
belakang hadirnya regulasi dari perubahan iklim dari sudut pandang Indonesia dengan mengaca pada Protokol Kyoto.
Dalam dimensi nasional, Mumu Muhajir hadir dengan analisis mendalam mengenai kebijakan perubahan iklim yang hadir
di Indonesia pada umumnya serta dalam dimensi REDD di Indonesia pada khususnya. Rentang kajiannya dilakukan terhadap
kebijakan yang dibuat sampai tahun 2010. Berbagai bentuk ke- cacatan prosedural dan kecacatan substansial ditemukan oleh
Mumu Muhajir dalam tulisan ini. Dalam bentuk yang lebih detail, tulisan Giorgio Budi Indarto dan kawan-kawan yang dipublikasikan
tahun 2012 memperlihatkan konteks rencana diberlakukannya REDD di bawah masih karut-marutnya permasalahan tata kelola
hutan dan tata guna lahan. Selain itu, publikasi terakhir ini melingkupi pula kebijakan yang hadir pasca 2010 yang tidak
dibicarakan dalam publikasi Mumu Muhajir.
Dalam dimensi lain, hubungan antara korupsi dan REDD mulai dilihat. Salah satunya hadir dalam tulisan Ahmad Dermawan
dan kawan-kawan dalam karya yang diterbitkan CIFOR. Publikasi ini mencoba melihat potensi-potensi korupsi dalam skema REDD
dengan membentangkan pelajaran dari tata kelola kehutanan selama ini. Karena bagaimanapun REDD akan dilaksanakan dalam
kondisi tata kelola hutan yang masih belum beranjak dari masalah klasik seperti ketidakterbukaan, tidak partisipatif, dipenuhi konflik
kepentingan dan konflik tenurial.
Dalam soal perubahan iklim ini, perspektif berbeda di- gunakan oleh Deni Bram dalam tulisannya Perspektif Keadilan
Iklim Dalam Instrumen Hukum Lingkungan Internasional tentang Perubahan Iklim. Dalam tulisan ini Deni mencoba menggunakan
pisau analisis keadilan iklim dalam melihat rezim Hukum dan Perubahan Iklim pada tingkatan internasional dari sudut pandang
Indonesia sebagai negara berkembang. Ketidakmampuan dari masyarakat internasional mengadopsi prinsip keadilan baik intra
DINAMIKA WACANA PERUBAHAN IKLIM DAN KETERKAITANNYA DENGAN HUKUM DAN TENURIAL DI INDONESIA: SEBUAH KAJIAN KEPUSTAKAAN
16
generasi maupun inter generasi menjadi catatan tersendiri dalam tulisan ini.
Tulisan selanjutnya hadir dalam tataran analitis seperti dari Andri Gunawan Wibisana yang secara kritis mencoba memberikan
perspektif buruknya kebijakan Indonesia dalam usaha perbaikan iklim. Bahkan lebih daripada itu, dalam tulisannya Andri melihat
bahwa Indonesia tidak mampu mendudukkan diri sebagai pihak yang netral dalam usaha perbaikan iklim namun sebaliknya Indo-
nesia seringkali dianggap menjadi pengkhianat di antara negara– negara berkembang lainnya. Selain Andri, Wita Setyaningrum
secara fasih melakukan perbandingan pola transportasi yang ada di Yogyakarta dengan pola transportasi yang ada di London sebagai
solusi menekan angka emisi gas rumah kaca.
Satu analisis lain dihadirkan dari David Takacs yang mencoba memberikan rute hukum bagi kelahiran hak atas karbon.
Hak ini merupakan bentuk hak baru kepemilikan yang terdorong oleh ramainya pasar karbon. Tulisan ini menghubungkan sistem
hukum yang berjalan di negara-negara yang berhutan banyak yang berpotensi ikut dalam perdagangan karbon dan kemudian
memberikan kendala dan tantangannya ketika muncul hak atas karbon. Yang menarik dari tulisan ini adalah perlu perspektif
pluralisme hukum agar hak atas karbon ini dapat berjalan dengan efektif dan memberikan perlindungan bagi masyarakat adatlokal.