I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup
masyarakat. Sebagai contoh, dunia usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak
lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata single bottom line, melainkan sudah meliputi aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan triple bottom
line. Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan sustainable development.
PT Gunung Madu Plantations GMP merupakan pionir usaha perkebunan tebu lahan kering. Pendirian PT GMP ini merupakan kebijakan pemerintah pada masa kepemimpinan Presiden
Soeharto. Eksistensi perusahaan yang dapat dipertahankan selama lebih dari 30 tahun tentunya sangat diperhatikan hubungan dengan seluruh shareholder pemegang saham
maupun stakeholder pemangku kepentingan yang terkait, yakni karyawan, rekanan bisnis, pemerintah, dan masyarakat sekitar.
Seiring dengan pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat liberalisasi ekonomi, berbagai kalangan swasta berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung
jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan. Namun, di saat perubahan sedang melanda dunia, kalangan usaha juga tengah dihimpit oleh berbagai
tekanan, mulai dari kepentingan untuk meningkatkan daya saing, tuntutan untuk menerapkan corporate governance, hingga masalah kepentingan para stakeholder yang makin meningkat.
Karena itu, dunia usaha perlu mencari pola-pola kemitraan partnership dengan seluruh
stakeholder agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing.
Dalam suatu perekonomian modern, setiap aktivitas mempunyai keterkaitan dengan aktivitas lainnya. Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya
dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau melalui suatu sistem, maka keterkaitan antarberbagai aktivitas tersebut tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi banyak pula
keterkaitan antarkegiatan yang tidak melalui mekanisme pasar sehingga timbul berbagai macam masalah. Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui
mekanisme pasar adalah apa yang disebut dengan eksternalitas Mangkoesoebroto, 1999: 109.
Begitu pula dengan setiap aktivitas yang dilakukan oleh PT GMP yang tentunya pasti juga mempunyai keterkaitan dengan masyarakat yang ada di sekitarnya, khususnya masyarakat
Desa Bandar Agung. PT GMP terdiri dari empat departemen, yakni Departemen R D, Departemen Plantation, Departemen Factory, dan Departemen SBF. Masing-masing
departemen memiliki aktivitas masing-masing yang berbeda, namun saling berkaitan. Eksternalitas dimungkinkan karena adanya interaksi antara berbagai faktor-faktor produksi.
Pada dasarnya eksternalitas timbul akibat adanya tindakan produksi atau konsumsi suatu pihak yang berpengaruh terhadap pihak lain dan tidak adanya kompensasi yang diterima dari
pihak yang terkena dampak Mangkoesoebroto, 1999: 43. Secara umum dapat dikatakan bahwa eksternalitas adalah suatu efek samping dari suatu
tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain, baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan, begitu halnya dengan PT GMP. Dalam menjalankan seluruh aktivitas
ekonominya, PT GMP juga menimbulkan eksternalitas positif maupun negatif yang berpengaruh pada perekonomian Desa Bandar Agung.
Kegiatan perkebunan PT GMP terbagi ke dalam dua musim, yakni musim giling yang terjadi pada bulan April-Oktober dan luar musim giling yang terjadi pada bulan Oktober-Maret.
Gambar 1 memperlihatkan bagaimana proses produksi tebu dari perkebunan berlangsung dan limbah-limbah yang dihasilkan dari proses tersebut. Secara umum, limbah-limbah yang
dihasilkan, baik limbah pertanian atau dari kegiatan perkebunan seperti pucuk daun maupun limbah pabrik seperti ampas bagasse, blotong, dan tetes molasses, dimanfaatkan kembali
sehingga memiliki nilai tambah. Bahkan, dari hasil pengolahan limbahnya berupa tetes, keuntungannya sangat cukup untuk dapat membayar gaji seluruh karyawan PT GMP.
Blotong
Pupuk Kompos
Tebu Kebu
Tebu Pabrik
Nira Murn
Gula Pasir
Pucuk Daun
Makanan Ternak Pupuk Kompos
Ampas Bagasse
Kertas Particle Board
Purfural Kompos
Bahan Bakar Boiler
membangkit listrik
Molass es
Etanol MSG
Single Cell Protein
Pakan Ternak
Gambar 1. Alur Produksi PT Gunung Madu Plantations.
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada proses penebangan pohon tebu dari perkebunan menghasilkan pucuk daun yang tidak terpakai dalam memproduksi gula dimanfaatkan untuk
makanan ternak dan pembuatan pupuk kompos. Kedua, pada proses penggilingan tebu di pabrik menghasilkan limbah berupa ampas tebu bagasse dan blotong. Ampas tebu
bagasse dapat diolah kembali untuk pembuatan kertas, particle board, purfural, kompos, dan bahan bakar boiler pembangkit listrik, sedangkan dari blotong dapat dihasilkan pupuk
kompos. Ketiga, dari proses pengolahan nira murni dihasilkan limbah berupa tetes yang dapat dimanfaatkan kembali untuk pembuatan etanol, MSG, single cell protein, dan untuk makanan
ternak. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa PT GMP berupaya semaksimal mungkin agar limbah-limbah yang dihasilkannya ramah lingkungan.
Setiap tindakan ekonomi berpotensi membawa efek samping, masalahnya hanya pada tingkat gangguannya saja. Dengan demikian, pelarangan secara total akan menghentikan kegiatan
ekonomi pada sektor usaha ini. Dengan adanya efek negatif ini, maka biaya menjadi tidak sekedar yang ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan. Total biaya internal
perusahaan dan eksternal perusahaan biasa disebut sebagai biaya sosial social cost.
Untuk mengatasi eksternalitas negatif yang ditimbulkannya, PT GMP menerapkan corporate social responsibility CSR sehingga masyarakat di sekitarnya tidak merasa terganggu dengan
keberadaan PT GMP. Program-program CSR yang dilakukan oleh PT GMP kepada seluruh shareholder dan stakeholder yang terkait dapat dilihat pada Lampiran 1.
Bidang-bidang CSR yang dilaksanakan oleh PT GMP merupakan perwujudan dari tanggung jawabnya terhadap lingkungan sekitar. Masing-masing bidang tersebut mencakup beberapa
program-program CSR yang biasa dilaksanakan dalam hal kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengembangan daerah.
B. Rumusan Masalah