Sistem Akuntansi Aktiva Tetap Pada PT. Sinar Jaya Abadi

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM DIPLOMA III MEDAN

SISTEM AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT. SINAR JAYA ABADI SKRIPSI MINOR

DIAJUKAN OLEH :

NAMA : SURYA DARMA

NIM : 042102045

JURUSAN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN PADA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM DIPLOMA III

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN KATA

PENGANTAR……… ….i

DAFTAR

ISI………...iii BAB I : PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan

Judul………1

B. Perumusan Masalah………..2

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………2

D. Metode Penelitian……….3

E. Metode Analisis……….4

F. Sistematika Pembahasan………4

BAB II : AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT.SINAR JAYA ABADI

A. Sejarah Singkat Perusahaan………..7

B. Stuktur Organisasi Perusahaan………..7

C. Penggolongan Aktiva Tetap………14

D. Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap………..15

E. Pengeluaran-Pengeluaran Selama Pemakaian Aktiva Tetap………..17


(3)

F. Metode Penyusutan Aktiva Tetap………...18

BAB III : ANALISA DAN EVALUASI

A. Pengertian Aktiva Tetap……….22

1. Penggolongan Aktiva Tetap……….23

2. Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap………26

B. Pengeluaran-Pengeluaran Selama Pemakaian………35

C. Penyusutan Aktiva Tetap Dan Pembenannya……….41

1. Metode Penyusutan Aktiva Tetap PT.SINAR JAYA

ABADI……….51

2. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Neraca……….52

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan……….5 5

B.

Saran………5 6

DAFTAR


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Umumnya perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh laba semaksimal mungkin untuk kelanjutan perkembangan perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan membutuhkan akuntansi untuk menyediakan informasi yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan.

Akuntansi adalah merupakan suatu sistim informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan untuk mengambil keputusan.

Perusahaan pasti memilih aktiva tetap yang akan dipergunakan di dalam menjalankan operasinya. Aktiva tersebut merupakan aktiva yang langsung dipergunakan dalam kegiatan operasi perusahaan. Oleh karena itu aktiva tetap merupakan pos aktiva yang relatif cukup besar jika dibandingkan dengan jumlah aktiva lainnya.

Dengan adanya jumlah aktiva tetap yang cukup besar maka pengolahannya baik yang menyangkut aktivanya secara fisik maupun penyusutannya harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang tepat. Perhitungan-perhitungan secara analisa-analisa yang baik harus dilakukan sehingga tidak terjadi hal-hal yang dapat merupakan perusahaan. Penyajiannya didalam daftar neraca dan daftar laba rugi suatu perusahaan harus sesuai dengan ketentuan akuntansi dan harus disajikan sewajar mungkin, sehingga para pihak yang berkepentingan akan dapat mengambil keputusan ekonomi sebaik-baiknya.


(5)

Sehubungan dengan itu dengan mengetahui bahwa PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi, Tanjungbalai :

1. Merupakan salah satu perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang cukup besar terhadap total aktivanya dan penilaian terhadap penyusutan aktiva tetap tidak boleh diabaikan.

2. Menyediakan data-data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini. 3. Biaya yang dikeluarkan harus dipisahkan antara biaya yang menambah

umur aktiva dengan yang tidak menambah umur aktiva.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas penulis mencoba merumuskan permasalahan yang dihadapi PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi yaitu : “Apakah pencatatan aktiva tetap pada PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi Tanjungbalai sudah dicatat dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Luas penelitian yang dilakukan oleh penulis meliputi bagaimana perkiraan akuntansi aktiva tetap yang dilakukan oleh PT. Pelayanan Sinar Jaya Abadi. Mengingat terbatasnya waktu, biaya dan pengetahuan yang dimiliki penulis dan agar tidak mengaburkan permasalahan yang dibahas, maka ruang lingkup atau

scope dari penelitian ini dibatasi. Disamping itu juga hanya menitikberatkan pada

perlakuan akuntansi aktiva tetap yang terwujud yang tentunya dihubungkan dengan Standar Akuntansi Keuangan.


(6)

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan melakukan pencatatan

akuntansi aktiva tetap.

2. Untuk menambah pengetahuan dan membandingkan teori dengan

praktek dalam perusahaan.

3. Memberikan saran-saran yang berguna untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi perusahaan.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui bagaimana penerapan Standar Akuntansi Keuangan dalam penyelenggaraan aktiva tetap pada perusahaan PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi Tanjungbalai.

D. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu usaha yang bersifat sistematis dan objektif dalam mengumpulkan atau memperoleh keterangan yang teliti dan efisien.

Dalam mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penyusun menggunakan dua macam metode penelitian yaitu :

1. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu : suatu cara memperoleh data dengan langsung ke objek penelitian. Penelitian dilakukan dengan observasi dan interview dengan pimpinan dan pegawai perusahaan tersebut yang dapat memberikan data yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang metode yang diterapkan, termasuk juga-


(7)

pencarian data dari dokumen dan catatan-catatan yang diperlukan kepada perusahaan yang bersangkutan.

2. Penelitian Perpustakaan (Library Research) yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan jalan membaca buku-buku, majalah-majalah dan sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan. Hal ini dimaksudkan sebagai pendukung bagi data-data yang telah diperoleh melalui penelitian lapangan agar pemecahan atas penelitian ini lebih baik dan jelas.

E. Metode Analisis

Metode analisis yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari dua metode yaitu :

1. Metode deskriptif yaitu suatu metode analisa yang mencoba

mengumpulkan, mengklasifikasikan dan menganalisa data sehingga dapat memberikan keterangan mengenai masalah yang dihadapi.

2. Metode deduktif yaitu metode yang dilaksanakan dengan

membandingkan teori-teori akuntansi yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan terutama aktiva tetap, akan dapat dibuat kesimpulan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk membahas permas berkaitan dengan judul skripsi ini, penulis membuat suatu sistematika yang terdiri dari 5 bab dengan urutan-urutan sebagai berikut :


(8)

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini akan membahas alasan pemilihan judul, perumusan masalah, luas dan tujuan penelitian, metode penelitian dan metode analisis.

Bab II : Akuntansi Aktiva Tetap Pada PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi

Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan umum perusahaan yakni sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, penggolongan aktiva tetap, nilai perolehan aktiva tetap, pengeluaran-pengeluaran selama pemakaian aktiva tetap, penyusutan aktiva tetap.

Bab III : Analisa dan Evaluasi

Dalam bab ini penulis membahas uraian teoritis mengenai pengertian dan penggolongan aktiva tetap, penentuan harga perolehan aktiva tetap, Pengeluaran selama pemakaian aktiva tetap, pengeluaran modal dan pengeluaran

pendapatan, penyusutan aktiva tetap dan metode


(9)

Bab IV : Kesimpulan Dan Saran

Dalam bab ini penulis menarik kesimpulan dari pembahasan bab-bab sebelumnya serta memberikan saran.


(10)

BAB II

AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA

PT. PELAYARAN SINAR JAYA ABADI

TANJUNG BALAI

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Perusahaan dibidang jasa pelayaran ini pertama-tama adalah milik perorangan dengan nama Haihock Co yang berlayar masih antar pulau sekitar sumatera utara saja. Setelah mengalami perkembangan perusahaan memperluas usahanya dan mengganti namanya menjadi CV. PELPE atau pelayaran pantai andalas. CV ini didirikan pada tahun 1978. perkembangan yang terus berlanjut membuat perusahaan-perusahaan dan orang pribadi ingin menanamkan sahamnya, yang akhirnya pada tahun 1982 menjadi PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi. Saat itu masih berlayar sekitar dalam negeri yang kemudian pada tahun 1985 mulai berlayar keluar negeri yaitu dari Tanjung Balai ke Portklang yaitu salah satu pulau dinegara Malaysia. PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi ini merupakan perusahaan bergerak dibidang jasa angkutan cargo dan kapal penumpang yang memiliki 14 armada setiap armada mempunyai karyawan 7-14 orang, sedangkan Ferry 11-13 orang.

B. Struktur Organisasi

Kegiatan dari suatu perusahaan akan dapat berjalan lancar apabila ada pembagian tugas dari pimpinan. Hal ini dapat dicapai dengan cara memberikan tugas dan tanggung jawab kepada orang-orang yang akan melaksanakan tugas tersebut atau struktur organisasi.


(11)

Setiap tanggung jawab atau kegiatan yang diberikan pada karyawan harus diawasi secara efektif, manajemen perlu membentuk suatu badan organisasi dan membentuk struktur organisasi yang sehat, dimana manajemen dapat memperoleh informasi dari setiap bagian dan tingkata.

Dengan adanya hubugan yang baik antara atasan dengan bawahan maka dapat diciptakan kerja sama yang baik dan teratur didalam organisasi tersebut. Pada struktur organisasi perusahaan dapat dilihat kedudukan dan tanggung jawab dari karyawan dalam melaksanakan tugas yang diberikan.

Untuk melihat lebih jelasnya tanggung jawab dari orang-orang yang terlibat dalam kegiatan suatu organisasi dan untuk mengetahui dari mana mereka menerima tuags dan kepada siapa pula mereka mempertanggungjawabkan semua kegiatannya, maka hal ini ditetapkan suatu struktur organisasi. Dari struktur inilah dasar utama para karyawan juga pimpinan didalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya setiap hari.

Adapun struktur organisasi yang dipergunakan perusahaan adalah struktur organisasi bentuk garis, dimana terdapat garis tanggung jawab dan wewenang secara langsung dari pucuk pimpinan hingga bawahan. Berdasarkan bagan struktur organisasi tersebut, maka terlihat bahwa secara garis besarnya pimpinan tertinggi adalah dewan komisaris yang membawahi pimpinan, dan pimpinan membawahi empat orang menejer (kepala bagian). Setiap menejer bertanggungjawab penuh atas pekerjaannya masing-masing sehingga lapisan manejemen PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi adalah sebagai berikut :

1. Dewan Komisaris 2. Direktur Utama


(12)

3. Pimpinan 4. Staff Keuangan

- Bagian Pembukuan

- Khusus Kasir

- Bagian Pembuat Rekening 5. Staff Koperasi

- Bagian Barang - Bagian Pelayanan 6. Staff Gudang

- Bagian Pengawasan

7. Staff Tata Usaha (Administrasi)

- Bagian Komputer

- Bagian Arsip

- Bagian Karyawan

- Operator - Office Boy

Masing-masing staff mengelola pekerjaan masing-masing dan mengawasi pekerjaan dari bahawannya. Setiap bulan masing-masing staff ini akan memberikan laporan pada pimpinan atas aktivitas perusahaan dari hasil kerja mereka. Secara rinci tanggung jawab dan wewenang masing-masing bagian adalah sebagai berikut :

1. Dewan Komisaris

Merupakan pemegang saham PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi yang mempunyai hak untuk memerintah, menilai hasil kerja dari direktur. Setiap


(13)

triwulan dewan komisaris menerima laporan dari direktur utama mengenai kegiatan perusahaan yaitu berupa laporan keuangan.

2. Direktur Utama

Merupakan pucuk pimpinan dari perusahaan, dan menerima laporan setiap periode dari pimpinan sebagai bawahannya secara langsung. Adapun tugas dari direktur utama ini adalah merencanakan, mengorganisir, serta mengawasi kegiatan-kegiatan yang berlansung diperusahaan untuk dipertanggung

jawabkan kegiatannya kpada dewan komisaris. 3. Pimpinan

Merupakan bawahan dari direktur utama dan pimpinan ini merupakan yang tertinggi dalam kegiatan perusahaan dan mempunyai wewenang untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung dimana hasil dari kegiatan perusahaan tersebut di pertanggungjawabkan pada direktur utama dalam bentuk laporan periode.

Tugas sehari-hari pimpinan adalah sebagai berikut :

1. Bertanggungjawab didalam maupun diluar perusahaan atas kegiatan yang dilaksanakan.

2. Merencanakan cara kerja sesuai dengan kebijaksanaan yang telah

digariskan oleh dewan komisaris.

3. Mengangkat dan memberhentikan pegawai.

4. Mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi perusahaan.

5. Menandatangani perjanjian saat kapal hendak berlayar dan juga pada saat mendarat kembali dan mensahkan setiap pengeluaran ataupun penerimaan uang.


(14)

4. Staff Keuangan

Mempunyai tugas yang berhubungan dengan kegiatan keuangan, dimana ia membawahi bagian pembuat rekening yang bertugas membuat rekening pengeluaran yang terjadi selama kegiatan perusahaan, dimana rekening tersebut diserahkan kepada bagian kasir. Bagian kasir bertugas menerima, menyimpan dan melaksanakan pembayaran dengan peraturan-peraturan yang ditentukan. Segala transaksi yang terjadi dicatat bagian pembukuan (bagian akuntansi), transaksi tersebut dikelola menjadi bentuk laporan keuangan yang berguna bagi perusahaan sebagai informasi bagi perusahaan, membuat rencana anggaran perusahaan, bertanggung jawab atas kegiatan penerimaan piutang, pembayaran utang penyimpanan kas dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yagn berhubungan dengan bank.

5. Staff Koperasi

Membawahi bagian barang yang bertugas mencatat barang yagn masuk dan keluar untuk kegiatan kapal, dan juga melayani permintaan karyawan perusahaan yang tentunya berdasarkan aturan tertentu sedangkan bagian pelayaran bertugas melayani penumpang mulai keberangkatan hingga sampai ketujuan.

6. Staff Gudang

Bertugas mencatat barang yang keluar dan masuk kegudang sebelum diangkat atau diambil oleh pemiliknya sedangkan pengawas gudang bertugas untuk mengawasi barang-barang tersebut supaya aman.


(15)

7. Staff Tata Usaha (Administrasi)

Bagian ini bertugas mencatat informasi yang dibutuhkan perusahaan misalnya telekomunikasi dan mengatur hal-hal lainnya yang menyangkut dengan kegiatan perusahaan sehari-hari.

Untuk lebih memperjelas mengenai struktur organisasi PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi Tanjung Balai pada gambar berikut :


(16)

PT. PELAYARAN SINAR JAYA ABADI TANJUNG BALAI

STRUKTUR ORGANISASI

Sumber : PT. “Pelayaran Sinar Jaya Abadi” Tanjungbalai

Direktur Komisaris

Direktur Utama

Pimpinan

Staff Keuangan Staff Koperasi Staff Guang Staff Tata Usaha


(17)

C. Penggolongan Aktiva Tetap

PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi, Tanjung Balai hanya memiliki 2 aktiva tetap yang utama yaitu kapal dan inventaris kantor. Sedangkan aktiva lainnya merupakan sewa. Sewa ini terjadi pada pihak pemerintah dan perusahaan swasta lainnya. Adapun aktiva yang disewa adalah sebagai berikut :

1. Bangunan sekaligus tanah yang dipergunakan sebagai kantor.

2. Alat angkut yaitu berupa pengangkutan truk yang disewa pada perusahaan pengangkutan.

3. Pelabuhan dan gudang disewa pada pihak pemerintah dan non pemerintah. Sedangkan aktiva-aktiva yang menjadi milik PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi, Tanjung Balai adalah sebagai berikut :

1. Kapal

Terdiri dari 14 unit 2. Inventaris Kantor

- Kipas angin 1 unit - AC 5 unit

- Meja / Kursi Karyawan - Komputer Merek Jie (4 unit) - Kursi Tamu 4 unit

- Telepon 4 unit - Printer 4 unit - Fotocopy 1 unit

- Fax


(18)

- Video Monitor

D. Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap

Cara perolehan aktiva tetap pada PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi, Tanjung Balai dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Pembelian Tunai

Perusahaan ini membeli aktiva tetap dengan pembelian tunai, aktiva tetap yang relative kecil seperti inventaris kantor yang berupa : Kipas Angin, AC, Komputer, Printer dan sebagainya. Selain itu ada juga pembelian aktiva tetap secara tunai relative besar, hal ini tergantung kepada kebijaksanaan perusahaan. Perusahaan juga mencatat pengeluaran-pengeluaran seperti biaya angkut, biaya pengiriman, biaya pemasangan dan lain-lain. Nilai perolehan aktiva tetap yang dibeli tunai dicatat sebagai uang tunai yang dikeluarkan ditambah dengan biaya-biaya, sehingga aktiva tersebut berada pada keadaan siap digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.

Contoh :

1. Pada bulan Maret 1999 perusahaan membeli secara tunai satu unit computer dengan harga faktur Rp. 10.750.000,- pembebanan ongkos angkut ditambah biaya pemasang sebesar Rp. 325.000,- maka perusahaan mencatat.

Komputer………..Rp. 11.075.000,-


(19)

2. Pada bulan Januari 2000 perusahaan membeli sepasang kursi tamu dengan harga perolehan Rp. 2.830.000,- biaya angkat sebesar Rp. 150.000,- maka perusahaan mencatat :

Kursi Tamu………..Rp. 2.980.000,-

Kas………...Rp. 2.980.000,-

3. Pada bulan Februari 2000 perusahaan membeli AC dengan harga

perolehan Rp. 2.000.000,- biaya ongkos dan pemasangan sebesar Rp. 150.0000,- maka perusahaan mencatat :

AC ………Rp. 2.150.000,-

Kas………...Rp. 2.150.000,- 4. Pada bulan Mei 2000 perusahaan membeli 1 unit Kipas Angin dengan

harga.

Kipas Angin………..Rp. 140.000,-

Kas………...Rp. 140.000,-

2. Pembelian dengan kontrak jangka panjang

Perusahaan mengadakan kontrak sebagai cara dalam perolehan aktiva tetapnya. Pembelian tersebut dilakukan berdasarkan suatu perjanjian kontrak melalui SPK (Surat Perintah Kerja) yang telah disetujui PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi Tanjung Balai. Sebelum melakukan kontrak PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi Tanungbalai membuat anggaran yang dirinci berdasarkan skala prioritas yang diajukan kepada kantor pusat atau direksi PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi Tanjung Balai setelah memperoleh persejuan dari kantor pusat melalui SPK (Surat Perintah Kerja) kemudian dilakukan pada masing-masing tender (pihak ketiga).


(20)

Setelah diperbandingkan kemudian diseleksi oleh perusahaan mana yang paling murah dan sesuai yang kemudian dihunjuk melalui surat perintah kerja (Perjanjian) untuk mengadakan kontrak.

Harga kontrak atas pembelian aktiva mesin kapal sudah disetujui dalam surat perjanjian kontrak termasuk perjanjian kontrak sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan. Nilai kontrak atas pembelian berdasarkan kontrak dicatat sebesar harga kontrak disetujui ditambah dengan PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Hal ini telah diatur dalam SPK ( Surat Perintah Kerja ).

E. Pengeluaran-Pengeluaran Selama Pembelian Aktiva Tetap

Untuk mempertahankan kemampuan aktiva, dalam penggunaan aktiva tersebut pada kegiatan operasi perusahaan memerlukan pengeluaran-pengeluaran berupa pengeluaran pendaptan ( revenue expenditure ) yaitu pengeluaran yang bersifat rutin dan berulang-ulang, misalnya biaya reparasi mesin dan inventaris kantor, dan pengeluaran modal ( capital expenditure ) yaitu pengeluaran yang tidak bersifat rutin dimana pengeluaran itu dapat menambah umur dari aktiva tersebut dan jumlah pengeluaran ini relative besar dimana memberikan manfaat lebih dari satu tahun misalnya biaya reperasi mesin kapal (naik dok) yang menambah umur aktiva.

Demikian pula halnya PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi Tanjung Balai yang menggunakan aktiva tetap dalam kegiatan operasinya, pengeluaran untuk aktiva tetap merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini Perusahaan belum mempunyai suatu kebijakan yang dapat menetapkan apakah pengeluaran yang terjadi merupakan pengeluaran pendapatan atau pengeluaran modal.


(21)

Perusahaan memperlakukan seluruh pengeluaran biaya selama penggunaan aktiva tetap baik dalam bentuk biaya pemeliharaan, perawatan, perbaikan dan sebagainya dibebankan sebagai biaya tahun berjalan.

Perusahaan tidak pernah mengkapitalisasi biaya-biaya yang dikeluarkan walaupun dengan adanya pengeluaran-pengeluaran itu akan menambah umur aktiva tersebut.

Contoh :

1. Pada tanggal 18 Januari 1999 perusahaan melakukan perbaikan terhadap mesin kapal (naik dok) dengan mengeluarkan biaya Rp. 10.000.000,- perbaikan ini dicatat sebagai biaya operasi pada perkiraan biaya operasi. Jurnal yang dibuat perusahaan adalah :

Biaya reperasi mesin kapal ……….Rp. 10.000.000,-

Kas ... …….Rp. 825.000,- 2. Pada tanggal 30 Mei 2001 perusahaan melakukan perbaikan terhadap AC

national dengan biaya Rp. 825.000,- dan menambah masa manfaat hasil perbaikan tersebut satu tahun lagi akan tetapi perusahaan membebankan biaya tersebut sebagai biaya operasi pada perkiraan reperasi dengan melakukan pencatatan sebagai berikut :

Biaya reperasi perbaikan AC national ...…Rp. 825.000,-

Kas ... ……..Rp. 825.000,-

F. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang digunakan secara terus menerus dalam kegiatan operasi perusahaan selama masa manfaatnya, maka secara berangsur-angsur aktiva


(22)

tersebut mengalami kemerosotan kemampuan dan kegunaan aktiva tetap tersebut akan berkurang.

Yang digunakan oleh PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi, Tanjung Balai untuk menghitung besar penyusutan aktiva tetapnya dihitung berdasarkan Standar Akuntasi Keuangan dengan metode garis lurus dan taksiran ekonomis jenis aktiva yang dimiliki. Metode ini digunakan perusahaan karena metode ini sederhana dan perhitungannya tidak sulit. Penyusutan setiap aktiva tetap dilaksanakan setiap tahun secara konsisten.

Berdasarkan penelitian penulis dari pihak perusahaan kapal ferry (terbuat dari besi) penyusutannya 18 tahun, sedangkan Km terbuat dari besi dan kayu penyusutannya juga 18 tahun.

Dalam hal ini untuk mengetahui berapa besar beban penyusutan setiap periode akuntansi dapat dihitung dengan cara mengalikan tarif penyusutan pada harga perolehan aktiva tetap yang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus.


(23)

Tabel. 3.1

PT. PELAYARAN SINAR JAYA ABADI TANJUNGBALAI DAFTAR AKTIVA TETAP DAN PENYUSUTANNYA

Per 31 Desember 1999 No Jenis Aktiva Tetap

Thn Perole-han Harga Perolehan Umur Tahun Akumulasi Penyusutan s/d 31 – 12 – 98

Nilai Buku Per 31-12-98 Penyusutan Tahun 1999 Akumulasi Penyusutan s/d 31-2-1999 Nilai Buku Per 31-12-1999 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Ferry Asean Speed Ferry Oero Speed Ferry Ocean Star Ferry Aero Speed Km. Sumber Jaya Km. Sumber Jaya I Km. Sinar Bengkails Km. Anugerah Km. Kurnia Km. Kurniawi Km. Anugerah 168 Km. Irian Jaya Km. Pulau Maju Km. Bina Tani

1997 1996 1997 1995 1997 1998 1992 1990 1995 1997 1994 1990 1993 1992 1.300.000.000 1.500.000.000 1.250.000.000 1.350.000.000 350.000.000 360.000.000 350.000.000 410.000.000 480.000.000 310.000.000 350.000.000 280.000.000 220.000.000 350.000.000 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 144.444.444 250.000.000 138.888.888 300.000.000 38.888.888 40.000.000 136.111.108 204.999.993 106.666.664 34.444.444 97.222.220 139.999.995 73.333.332 136.111.108 1.155.555.556 1.250.000.000 1.111.111.112 1.050.000.000 311.111.112 320.000.000 213.888.892 205.000.007 373.333.336 275.555.556 252.777.780 140.000.005 146.666.668 213.888.892 72.222.222 83.333.333 69.444.444 75.000.000 19.444.444 20.000.000 19.444.444 22.777.777 26.666.666 17.222.222 19.444.444 15.555.555 12.222.222 19.444.444 216.666.666 333.333.333 208.333.332 375.000.000 58.333.332 60.000.000 155.555.552 227.777.770 133.333.330 51.666.666 116.666.664 155.555.550 85.555.554 155.555.552 1.083.333.334 1.166.666.667 1.041.666.668 975.000.000 291.666.668 300.000.000 194.444.448 182.222.230 364.666.670 258.333.334 233.333.336 124.444.450 134.444.446 194.444.699

Total Aktiva Tetap 8.860.000.000 1.841.111.084 7.018.888.916 492.222.217 2.333.333.301 6.526.666.699 Sumber : “PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi” Tanjung Balai


(24)

Tabel. 3.2

PT. PELAYARAN SINAR JAYA ABADI TANJUNGBALAI DAFTAR AKTIVA TETAP DAN AKUMULASI PENYUSUTANNYA

Per 31 Desember 1999 No Jenis Aktiva Tetap Thn

Perolehan Harga Perolehan Umur Tahun Akumulasi Penyusutan s/d 31 – 12 – 98

Nilai Buku Per 31-12-98 Penyusutan Tahun 1999 Akumulasi Penyusutan s/d 31-2-1999 Nilai Buku Per 31-12-1999 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Komputer Jie/Printer Foto Copy

Kursi Tamu 3 Pasang Kursi Tamu Utama Kipas Angin 1 Unit AC. National 1 PK Video Monitor Komputer 3 Unit Printer 3 Unit Fax 3 Unit

Meja Komputer 4 Unit

Mar-97 Nov-97 Jan-98 Jan-98 Jan-98 Jan-98 Feb-98 Mar-98 Mei-98 Mei-98 Mei-98 11.075.000 50.000.000 2.980.000 5.750.000 140.000 2.150.000 1.400.000 28.850.000 10.600.000 8.600.000 3.000.000 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 2.538.020 7.291.666 372.500 718.750 17.500 246.554 145.833 3.005.208 1.104.166 583.333 312.500 8.536.980 42.708.334 2.607.500 5.031.250 122.500 1.903.446 .254.167 25.84.792 9.495.834 5.016.667 2.687.500 1.384.375 6.250.000 372.500 718.750 17.500 268.750 175.000 3.606.250 1.325.000 700.000 375.000 3.922.395 13.541.666 745.000 1.437.500 35.000 515.304 320.833 6.611.458 2.429.166 1.283.333 687.500 7.152.605 36.458.334 2.235.000 4.312.500 105.000 1.634.696 1.079.167 22.238.542 8.170.834 4.316.667 2.312.500

Total Aktiva Tetap 121.545.000 16.336.030 105.208.970 15.193.125 31.529.155 90.015.845 Sumber : “PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi” Tanjung Balai


(25)

BAB III

ANALISA DAN EVALUASI A.1. Pengertian Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah salah satu unsur yang dimiliki perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan atau kegiatan normal perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi yang dimaksud bukan untuk diperjualbelikan melainkan digunakan secara permanen.

Aktiva pada dasarnya terbagi dua yaitu aktiva tetap tidak terwujud. Untuk pembahasan selanjutnya penulis hanya menitik beratkan anya pada aktiva tetap berwujud saja.

Pada umumnya aktiva tetap yang digunakan perusahaan bersifat tahan lama dan digunakan dalam operasi perusahaan, tidak diperjualbelikan serta nilainya relatif besar sebagai contoh kapal yang digunakan perusahaan sebagai aktiva tetap.

Untuk lebih jelasnya maka akan dilihat beberapa pengertian aktiva tetap yang dikemukakan beberapa ahli yaitu :

“Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva berwujud yang sifatnya relative permanent yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanent mewujudkan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama dan merupakan pengeluaran yang material ”.

( Firdaus A.Dunia. ikhtisar lengkap pengantar akuntansi. Thn.2000).

“Aktiva tetap adalah aktiva tetap berwujud diperoleh dalam bentuk

siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksud untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”

( Henry simamora. Akuntansi basis pengambilan keputusan bisnis. Thn.2005 )


(26)

Aktiva tetap berwujud (Plant Asset) mempunyai wujud dan dengan demikian dapat diamati dengan satu atau lebih panca indra. Aktiva ini mungkin dapat dilihat dan diraba dalam lingkungan tertentu, masa mendatang bagi perusahaan.

Dari uraian-uraian diatas mengenai pengertian aktiva tetap, maka dapat diuraiakan bahwa aktiva tetap itu mempunyai sifat dan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Aktiva tetap tersebut bersifat relatif permanen

2. Aktiva tetap perusahaan digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal

3. Aktiva tetap digunakan dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu.

4. Aktiva tetap yang dimaksud tidak dimaksud untuk dijual 5. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun

6. Aktiva tetap mempunyai wujud

7. Dapat dinikmati dengan satu atau lebih panca indera

A.2. Penggolongan Aktiva Tetap

Aktiva tetap berwujud, meliputi aktiva-aktiva yang dimiliki bentuk fisik dan dipakai atau digunakan didalam operasi normal perusahaan serta mempunyai kegunaan yang relatif permanent.

Aktiva tetap berwujud adalah Aktiva tetap berwujud merupakan aktiva seperti tanah, bangunan, kendaraan dan sebagainya yang mempunyai wujud fisik dan dapat diraba dan dipegang.

Berdasarkan jenisnya, aktiva tetap digolongkan menjadi : 1. Tanah


(27)

Tempat didirikannya suatu bangunan yang berguna dalam kegiatan operasi perusahan. Tanah dapat dibagi lagi antara lain : tanah pertanian, tanah perkebunan dan sebagainya.

2. Bangunan

Bangunan adalah gedung yang digunakan sebagai kantor, tempat tinggal tenaga kerja, penyimpanan terhadap barang-barang perusahaan dan banyak lagi kegunaannya yang berhubungan dengan kegiatan operasi perusahaan.

3. Peralatan

Peralatan merupakan alat Bantu yang digunakan perusahaan dalam memperlancar kegiatan operasi perusahaan misalnya komputer untuk menyimpan data dan sebagainya.

4. Mesin-Mesin

Mesin-mesin adalah peralatan yang digunakan untuk menjalankan suatu proses produksi misalnya mesin kapal untuk menjalankan kapal agar dapat berlayar.

5. Kendaraan

Kendaraan adalah alat angkut yang digunakan untuk memperlancar kegiatan operasi perusahaan misalnya truk untuk mengangkut barang-barang dari kapal.

Aktiva tetap dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Umur

Bila ditinjau dari umurnya maka aktiva tetap dapat digolongkan menjadi 2 jenis :


(28)

a. Aktiva tetap yang umurnya terbatas :

Aktiva tetap ini mempunyai umur yang terbatas jika umurnya ekonomisnya sudah habis maka aktiva tetap ini tidak dipergunakan lagi dalam operasi perusahaan. Berhubungan dengan hal ini maka setiap akhir periode dihitung besar penyusutannya.

b. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas :

Aktiva tetap ini mempunyai umur yang tidak terbatas dan tidak mengalami penyusutan bahkan dapat bernilai lebih tinggi pada masa mendatang misalnya tanah yang digunakan untuk mendirikan bangunan.

2. Jenis

Berdasarkan jenisnya aktiva tetap terbagi dalam :

a. Bangunan-bangunan, baik bangunan yang dapat digunakan untuk bangunan kantor, gudang, pabrik dan lain sebagainya.

b. Mesin-mesin baik itu mesin las, mesin pabrik dan lain sebagainya. c. Peralatan-peralatan, seperti computer, peralatan untuk gudang dan

pabrik

d.Kendaraan misalnya kendaraan roda dua, roda empat dan kendaraan alat berat

e. Tanah

3. Menurut sifatnya aktiva tetap dibagi dalam dua jenis :

a. Aktiva tetap mempunyai tenaga pengerak seperti mobil, mesin-mesin b. Aktiva tetap yang tidak memiliki tenaga penggerak yaitu :


(29)

A.3. Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap

Penentuan harga perolehan aktiva tetap dengan cara perolehan aktiva tersebut adalah mulai aktiva itu dibeli sampai aktiva itu siap untuk dipakai dalam proses produksi atau kegiatan perusahaan.

Dalam praktek bisnis, ada beberapa cara perolehan aktiva tetap yakni : 1. Pembelian tunai

2. Pembelian dengan kontrak jangka panjang 3. Pembelian dengan penukaran

4. Penerbitan surat-surat berharga 5. Membuat sendiri

6. Hadiah atau sumbangan Ad. 1. Pembelian Tunai

Apabila perusahaan memperoleh aktiva tetap dengan cara pembelian tunai maka harga perolehannya dicatat sebesar harga yang telah diserahkan kepada pihak penjual ditambah dengan semua biaya yang telah dikeluarkan sehingga aktiva tetap itu sampai ditempat dan siap untuk dipergunakan oleh perusahaan. Termasuk dalam biaya antara lain biaya pengangkutan, biaya pemasangan, biaya asuransi, biaya percobaaan dan sebagainya.

Dalam pembelian tunai aktiva tetap kadang-kadang terdapat diskonto, yang berarti potongan harga akan mengurangi harga perolehan aktiva tetap tersebut. Jika dilakukan pembelian beberapa aktiva tetap yang dinyatakan dalam harga gabungan, maka harga tersebut harus dialokasikan pada masing-masign aktiva tetap. Dasar alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga pasar.


(30)

Bila aktiva tetap diperoleh dengan pembelian secara tunai, maka cost dari aktiva tetap tersebut dicatat sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan, termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap digunakan dalam operasi perusahaan.

Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN ( Pajak Pertambahan Nilai ) masukkan tak boleh restitusi

(non-refundable) dan setiap biaya yang dapat diaatribusikan secara langsung dalam

membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksud :

Setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian. Contoh dari biaya yang dapat didistribusikan secara langsung adalah :

a. Biaya persiapan tempat

b. Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling costs)

c. Biaya pemasangan (installation costs)

d. Biaya professional, seperti arsitek dan insinyur.

Bila pembelian tersebut terdapat potongan tunai, maka potongan tersebut diperlukan sebagai pengurangan harga perolehan dari harga tetap yang bersangkutan dan bukan keuntungan. Jika potongan harga tersebut tidak dimanfaatkan oleh perusahaan maka harus dilaporkan sebagai discount loss atau

interest expense.

Misalnya perusahaan membeli sebuah peralatan dengan harga Rp. 8.000.000,- jika dibeli dengan tunai, maka akan diperoleh discount sebesar Rp. 10% dari harganya.


(31)

1. Jika discount dimanfaatkan maka jurnalnya : Peralatan ... Rp. 7.200.000,-

Kas ... Rp. 7.200.000,- 2. Jika discount tidak dimanfaatkan maka jurnalnya :

Peralatan ... .Rp.7.200.000,-

Discount Loss ... .Rp. 800.000,-

Kas ... Rp. 8.000.000,-

Ad. 2. Pembelian berdasarkan kontrak jangka panjang

Pada umumnya aktiva tetap yang dibeli secara angsuran, harganya lebih tinggi dibandingkan pembelian tunai karena pembelian dengan cara ini dikenakan biaya-biaya bunga yang terhutang atas pembelian aktiva tetap tidak boleh menambah harga perolehan aktiva tetap tersebut, tetapi dicatat sebagai biaya dimana hal ini sesuai dengan pernyataan.

Apabila aktiva tetapi diperoleh dari pembelian angsuran, maka harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik yang jelas-jelas dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga.

Pembebanan bunga atas kredit ada dua yaitu : a. Secara Flat

b. Secara Sisa Hutang

Misalnya dibeli bangunan seharga Rp. 50.000.000,- pembayaran pertama adalah Rp. 32.000.000,- sisanya dibayar dalam sepuluh kali angsuran persemester. Bunga pertahun adalah 18%.


(32)

Jurnal pada saat pembelian :

Gedung ... …..Rp.50.000.000,-

Kas ... …..Rp.32.000.000,- Hutang Kontrak ... …..Rp.18.000.000,- Jurnal Pembayaran Angsuran

a. Secara Flat

jurnalnya sama untuk 10 kali angsuran persemester adalah Hutang Kontrak ... …..Rp.1.800.000,-

Bunga (9% x 18.000.000) …..Rp.1.620.000,-

Kas ... …...Rp. 3.420.000,-

b. Jika bunga dibebankan berdasarkan sisa hutang maka

jurnanya adalah :

Angsuran Semester I (sama dengan jurnal dengan flat) Angsuran semester II jurnalnya :

Hutang kontrak ... …..Rp.1.800.000,- Bunga 9% x (18.000.000

– 1.800.000)………Rp.1.458.000,-

Kas ... …...Rp. 3.258.000,-

Ad. 3. Pertukaran

Pada dasarnya pertukaran yang terjadi dalam pembelian aktiva tetap ada dua yaitu :

a. Perolehan melalui cara pertukaran kasus umum b. Perolehan melalui cara pertukaran kasus khusus


(33)

Ad.a. Perolehan melalui cara pertukaran kasus umum

Apabila terjadi pertukaran terhadap aktiva perusahaan dengan aktiva yang tidak sejenis, maka aktiva yang baru biasanya harus dicatat sebesar nilai pasar yang wajar. Jika harga pasar diketahui maka pencatatan costnya adalah sebagai berikut:

1. Aktiva tetap yang diterima, dicatat sebesar harga pasar yang dari aktiva yang diberikan.

2. Tetapi jika harga pasar yang diterima lebih wajar, dalam arti lebih kuat nilai objektivitas dan buktinya maka dicatatlah sebesar nilai aktiva yang diterima itu.

3. Jika aktiva tetap yang diterima adalah aktiva tetap yang baru maka harga pasar lebih akurat dibandingkan harga pasar aktiva bekas pakai. Dalam hal ini yang dipakai secara costnya adalah harga pasar aktiva tetap yang baru itu. Namun perlu diingat bahwa harga yang dimaksud disini adalah harga kontan (kas) bukan harga faktur atau harga lainnya.

4. Jika ternyata ada perbedaan antara harga pasar yang dicatat tadi dengan nilai buku aktiva tetap yang diserahkan maka catatlah laba atau rugi.

Contoh :

PT. DOAN menukar mesin produksi degnan truk baru. Harga perolehan mesin produksi sebesar Rp. 2.000.000,- akumulasi penyusutan mesin sampai tanggal pertukaran sebesar Rp. 1.500.000,- sehingga nilai bukunya sebesar Rp. 500.000,-. Harga pasar meskin produksi tersebut sebesar Rp. 800.000,- dan PT.


(34)

DOAN harus membayar uang sebesar Rp. 1.700.000,- harga perolehan truk adalah Rp. 2.500.000,-.

Transaksi ini dijurnal sebagai berikut :

Truk ...………..Rp.2.500.000,- Akumulasi penyusutan mesin ..………..Rp.1.500.000,-

Kas ... …Rp. 1.700.000,- Mesin... …Rp. 2.000.000,- Laba pertukaran mesin ... …Rp. 300.000,-

Ad.b. Perolehan melalui pertukaran kasus khusus

Apabila terjadi pertukaran yang bersifat khusus maka transaksi ini ditandai dengan :

a. Harga pasar aktiva tetap yang ditukarkan tidak diketahui b. Aktiva tetap yang saling ditukarkan adalah sejenis

c. Dalam hal aktiva tetap yang ditransfer kepada pemiliknya disebabkan adanya reorganisasi digolongkan juga sebagai kasus pertukaran khusus.

Dalam hal harga tidak diketahui sedangkan jenis barang yang dikeluarkan sejenis maka aktiva tetap yang diterima dicatat sebesar nilai buku aktiva tetap yang diserahkan. Nilai aktiva tetap yang diserahkan bersama jumlah akumulasi penyusutannya dapat dihapuskan melalui jurnal.

Contoh :

PT. LOAN menukar truk merek A dengan truk lain merek B, harga perolehan truk A sebesar Rp. 10.000.000,- dan akumulasi penyusutan sebesar Rp. 4.000.000,- truk B harganya Rp. 25.000.000,- dan dalam pertukaran ini truk A


(35)

dihargai sebesar Rp. 5.000.000,- harga pasar truk A Rp. 5.000.000,- dan PT. LOAN membayar Rp. 20.000.000,0- tunai.

Jurnalnya

Truk B (baru) ... ………Rp.25.000.000,- Akumulasi penyusutan truk A………..Rp. 4.000.000,- Rugi pertukaran truk... ………Rp. 1.000.000,-

Truk A ... …..Rp.10.000.000,- Kas ... …..Rp.20.000.000,-

Ad.4. Pengeluaran Surat-Surat Berharga

Perusahaan dapat memperoleh aktiva tetapnya melalui pertukaran dengan surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan, baik dengan penerbitan obligasi atau saham sendiri.

Adapun ketentuan mengenai harga perolehan aktiva tetap adalah :

a. Harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dengan menggunakan surat-surat berharga dicatat sebesar harga pasar dari surat-surat berharga.

b. Jika harga pasar surat-surat berharga tidak diketahui maka harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut.

c. Apabila harga pasar baik dari surat berharga maupun aktiva tidak diketahui, maka nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan. Nilai pertukaran ini dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan surat-surat berharga yang dikeluarkan.

Jika harga pasar aktiva tetap lebih besar dari nilai nominal surat-surat berharga maka selisih tersebut dicatat sebagai premium (agio saham), sebaliknya


(36)

jika harga pasar aktiva tetap lebih kecil dari nilai nominal surat-surat berharga, maka selisih tersebut dicatat sebagai disagio (diskonto).

Contoh :

PT. Lampita memperoleh sebuah peralatan melalui pertukaran dengan 100/buah saham biasa, nilai nominal @ Rp. 50.000,- pada saat pertukaran harga pasar saham sebesar RP. 55.000,-

Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut :

Peralatan ………..Rp.5.500.000,-

Modal Saham Biasa ... ……Rp.5.000.000,- Aigo Saham ... …….Rp. 500.000,- Jika harga pasar saham sebesar Rp. 45.000,- maka jurnalnya :

Peralatan ... ………Rp.4.500.000,- Disagio Saham ... ………Rp. 500.000,-

Modal Saham Biasa ... …...Rp. 5.000.000,-

Ad.5. Membuat Sendiri

Ada beberapa alasan yang mendorogn perusahaan membuat sendiri aktiva tetap antara lain :

1. Untuk mendapat kwalitas aktiva yang lebih baik dibandingkan harus membeli. 2. Untuk menghemat biaya

3. Memanfaatkan fasilitas perusahaan yang menganggur

Bila harga pokok dari aktiva tetap diperoleh dengan membuat sendiri lebih rendah dari harga pokoknya maka harga perolehan dicatat menurut pengeluaran biaya yang sesungguhnya.


(37)

Apabila sebaliknya harga perolehan dari aktiva tetap diperoleh dengan membuat sendiri lebih tinggi dari harga pasar, maka harga perolehan dicatat menurut harga pasar dan selisihnya diakui atau ditetapkan sebagai kerugian.

Biaya perolehan suatu aktiva yang konstruksi sendiri ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yagng diperoleh.

Maksudnya jika suatu perusahaan membuat aktiva serupa untuk dijual dalam keadaan usaha normal biaya perolehan akiva biasanya sama dengan biaya memproduksi aktiva untuk dijual, karenanya setiap laba internal dieliminasikan dalam menetapkan biaya tersebut. Demikian pula biaya dari jumlah yang abnormal dari bahan baku yang tidak terpakai, tenaga kerja atau sumber daya lain yang terjadi dalam memproduksi suatu aktiva yang dikonstruksi sendiri tidak dimasukkan dalam biaya perolehan aktiva.

Ad.6. Perolehan karena hibah atau sumbangan

Pada suatu waktu tertentu perusahaan dapat memperoleh aktiva tetap berupa hibah atau hadiah dari pemerintah atau badan-badan lainnya. Untuk menerima hibah atau hadiah tersebut mungkin dikeluarkan biaya tapi biaya yang dikeluarkan umumnya jauh lebih kecil dariharga perolehan aktiva tersebut. Dengan demikian apabila aktiva dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal yang terlalu kecil. Proses penetapan harga perolehan dan pencatatan aktiva tetap yang diterima dari sumbangan dinyatakan dalam standar akuntansi keuangan sebagai berikut :

“Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akumulasi modal donasi”.


(38)

B.1. Pengeluaran – Pengeluaran Selama Pemakaian

Pengeluaran yang digunakan untuk reperasi dan perbaikan terhadap aktiva yang rusak bertujuan untuk memperbaiki keadaan aktiva tetap tersebut. Pengeluaran tersebut sifatnya ada yang menambah umur sehingga masa manfaat yang diberikan lebih dari satu periode, tapi ada pula perbaikan yang dilakukan hanya digunakan dalam periode yang berjalan dimana pengeluaran itu dilakukan. Bila pengeluaran yang dilakukan bersifat menambah masa manfaat lebih dari satu tahun maka pengeluaran tersebut digolongkan sebagai pengeluaran modal (Capital Expenditure) dalam hal ini biaya yang keluar ditambahkan ke Cost aktiva yang bersangkutan dengan cara mendebet perkiraan aktiva yang diperbaiki tersebut sebesar biaya yang dikeluarkan atau dengan mengurangkan akumulasi penyusutan aktiva yang bersangkutan sebesar nilai pengeluaran yang dilakukan, sedangkan apabila pengeluaran itu dirasakan hanya untuk satu periode maka digolongkan sebagai pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditure) dimana biaya tersebut menjadi biaya periode berjalan saat biaya itu dikeluarkan.

Bila dilihat prakteknya PT. Pelayaran Sinar Jaya, Tanjung Balai dalam menentukan capital expenditure dan revenue expenditure ini sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena dalam penentuan dan pengukuran masa manfaat pada saat aktiva tetap tersebut telah selesai dilaksanakan tidaklah mudah. Maka dalam hal ini untuk mempermudah dalam penentuan pengeluaran tersebut bias ditinjau berdasarkan sering tidaknya pengeluaran dilakukan. Bila pengeluaran tersebut secara rutin maka digolongkan sebagai revenue expenditure sementara bila pengeluaran tersebut jarang dilakukan maka digolongkan sebagai capital


(39)

Bila ditinjatu dari PT. Pelayaran Sinar Jaya, Tanjung Balai menunjukkan belum menentukan kebijakan mengenai pemisahan antara revenue expenditure dan capital expenditure. Dalam hal ini perusahaan menganggap segala pengeluaran merupakan biaya berjalan kedalam perkiraan biaya perusahaan. Dalam penjurnalan terhadap pengeluaran yang dilakukan yaitu dengan cara mendebet pengeluaran dan mengkredit biaya reparasi dan pemeliharaan, hal ini mengakibatkan aktiva yang direperasi tidak mengalami perubahan baik masa manfaatnya maupun penyusutannya sehigga dalam hal ini PT. Pelayaran Sinar Jaya, Tanjung Balai dalam pencatatannya belum sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan (SAK). Hal ini dapat kita lihat dari salah contoh yang diperoleh :

Pada awal Nopember 1999 dibeli sebuah mesin Foto Copy dengan harga Rp. 50.000.000,- dengan taksiran masa manfaat 8 tahun. Pada tanggal 30 Oktober 2001 diadakan perbaikan / reperasi terhadap mesin foto copy tersebut dengan biaya sebesar Rp. 6.500.000,- dan perbaikan ini mampu menambah umur mesin selama 2 tahun lagi.

Maka :

Jurnal yang dilakukan perusahaan pada saat pembelian :

Mesin Foto Copy ... ….Rp.50.000.000,-

Kas………Rp.50.000.000,- Jurnal perusahaan pada saat perbaikan adalah :

Biaya perbaikan mesin foto copy ... ….Rp. 6.500.000,-

Kas……….Rp.6.500.000,- Berdasarkan cara pencatatan tersebut diatas maka dapat dilihat nilai buku Mesin Foto Copy tidak mengalami perubahan.


(40)

Jurnal penyusutan pada tanggal 31 Desember 2001 adalah :

Biaya penyusutan mesin foto copy ... ……Rp.6.500.000,-

Akuntansi penyusutan mesin foto copy……….Rp.6.500.000,- ( 12,5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 6.250.000,- )

Pencatatan yang dengan demikian tidak benar karena pengeluaran ini mengakibatkan masa manfaat mesin foco copy bertambah sehingga harus dicatat sebagai pengurangan perkiraan akumulasi penyusutan.

Mesin Foto Copy ... …..Rp. 6.50.000,-

Revenue/Expenditure………Rp. 6.500.000,- Perhitungan nilai buku mesin foto copy sampai 30 Oktober 2001 adalah :

Harga perolehan mesin foto copy………...Rp.50.000.000,- Akm. Penyusutan mesin foto copy sampai dengan 30 Okt 2001…

Nilai buku Mesin Foto Copy 30 Okt 2001 (sebelum diperbaiki)Rp.37.500.000- Rp.12.500.000,-

Pengeluaran untuk perbaikan mesin foto copy………

Nilai buku mesin foto copy 30 Okt 2001 (sesudah diperbaiki)…...Rp.44.000.000,- Rp .6.500.000,-

Maka penyusutan pertahun :

− =

.5.500.000,

8 , 000 . 000 . 44 . Rp Rp

Jumlah penyusutan tanggal 31 Desember 2001 adalah :

− =

2 .916.666,

12 , 000 . 500 . 5 . Rp Bulan x Rp

B.2. Revenue Expenditure and Capital Expenditure

Setiap perusahaan didalam pelaksanaan kegiatannya pasti mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan terpakainya aktiva tersebut, dimana biaya


(41)

tersebut dikeluarkan bertujuan untuk memelihara aktiva tersebut agar aktiva dapat bekerja seefisien mungkin dalam kegiatan operasinya dan memperpanjang masa manfaat aktiva tetap serta memperbaiki aktiva tetap yang rusak.

Pengeluaran terhadap aktiva tersebut haruslah ada pemisahannnya yang jelas antara pengeluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran pendapatan (capital revenue). Pengeluaran-pengeluaran tersebut adalah :

1. Pengeluaran modal (capital expenditure)

Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan kepemilikan suatu aktiva tetap yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi oleh karena itu harus dikapitalisasikan sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang bersangkutan.

Perlakuan akuntan terhadap pengeluaran modal yang berhubungan dengan aktiva tetap tersebut akan tergantung pada sifat manfaatnya yaitu :

1. a. Pengeluaran modal yang sifatnya menambah kapasitas aktiva tetap, akan dikapitalisasi sebagai penambah harga pokok aktiva tetap yang bersangkutan.

1.b Pengeluaran modal yang bersangkutan menambah umur ekonomis akan dikapitalisasikan sebagai pengurang terhadap akumulasi penyusutan aktiva tetap yang bersangkutan, yang secara akuntansi mendebet rekening akumulasi penyusutan.

2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)

Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran untuk perbaikan dan perawatan aktiva tetap untuk menjaga manfaat keekonomisan dimasa yang akan datang


(42)

yang dapat diharapkan perusahaan untuk mempertahankan standar kinerja semula atas suatu aktiva tetap diakui sebagai beban pada saat terjadi.

“Jika pengeluaran itu tidak menambah harga pokok dalam arti bahwa biaya itu harus dibebankan kepekiraan laba rugi maka pengeluaran itu dianggap sebagai pengeluaran pendapatan, sebaliknya jika pengeluaran itu menambah harga pokok aktiva tetap yang bersangkutan, dalam arti pengeluaran itu dikapitalisasi maka pengeluaran tersebut dianggap sebagai pengeluaran modal”.

Bila ditinjau dari Standar Akuntansi Keuangan dijelaskan mengenai pengeluaran yang ditetapkan.

1. Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang

memperpanjang masa manfaat atau kemungkinan besar memberikan masa manfaat keekonomian dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan standar kinerja harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan.

2. Pengeluaran setelah perolehan pada properti, pabrik dan perakitan hanya diakui sebagai suatu aktiva jika pengeluaran meningkatkan kondisi aktiva melebihi standar kinerja semula. Contoh yang menghasilkan peningkatan manfaat keekonomisan dimasa yang akan datang mencakup :

a. Modifikasi suatu prasarana pabrik untuk memperpanjang usia manfaat termasuk suatu peningkatan kapasitas.

b. Peningkatan kemampuan mesin untuk mencapai peningkatan besar dalam kualitas output.

c. Penerapan proses produksi baru yang memungkinkan suatu


(43)

3. Pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan aktiva tetap untuk menjaga manfaat keekonomian masa yang akan datang yang dapat diharapkan perusahaan, untuk mempertahankan standar kinerja semula atas suatu aktiva biasanya diakui sebagai beban saat terjadi. Contoh hanya biaya pemeliharaan dan reparasi (servicing) atau turun mesin (over hauling) pabrik dan peralatan biasanya merupakan beban, karena pemeliharaan, dari pada meningkatan standar kinerja semula.

Dari uraian dan pengertian-pengertian diatas maka dapat diuraikan bahwa pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan mempunyai ciri-ciri yang berbeda yaitu :

1. Pengeluaran pendapatan (revenue expediture)

b. Memberikan masa manfaat hanya periode berjalan c. Tidak meningkatkan kapasitas dan mutu produksi d. Jumlahnya relatif kecil atau dibawah kapasitas e. Bersifat rutin

2. Pengeluaran modal (capital expenditure)

a. Memberikan masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi b. Dapat meningkatkan kapasitas dan mutu produksi

c. Jumlahnya relatif besar atau diatas batas kapasitas d. Bukan pengeluaran rutin

Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan penggunaan aktiva tetap adalah :


(44)

Biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aktiva tetap agar kondisi baik disebut pemeliharaan. Sifat biaya ini biasanya berulang-ulang dan tak menambah nilai aktiva. Pengeluaran ini dianggap sebagai pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).

2. Reparasi

Pengeluaran untuk memperbaiki aktiva dari kerusakan atau mengganti alat-alat yang rusak sehingga dapat dipergunakan kembali disebut reparasi. Jika pengeluaran ini sifatnya biasa dengan dimanfaatkan untuk periode berjalan maka dianggap sebagai pengeluaran modal (capital expenditure).

3. Penambahan

Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas yang dimiliki suatu aktiva. Misalnya menambah bangunan baru, pengeluaran ini dianggap sebagai capital expenditure.

4. Perbaikan

Penggantian komponen suatu aktiva dengan komponen lain dengan maksud untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar atau dapat meningkatkan kapasitas dan jasa yang diberikan tersebut dengan perbaikan. Jika pengeluaran ini sifatnya jarang dan jumlahnya relatif besar maka dianggap sebagai capital

expenditure apabila sifatnya sering maka digolongkan sebagai revenue expenditure.

C.1. Penyusutan Aktiva Tetap dan Pembebanannya

Aktiva tetap yang digunakan perusahaan dalam kegiatan operasinya semakin lama semakin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa sesuai


(45)

dengan masa manfaatnya. Untuk itu perlu diambil kebijakan yaitu pengalokasian biaya aktiva tetap selama masa manfaat yang diberikannya. Pengalokasian biaya ini disebut dengan penyusutan atau depresiasi.

Defenisi yang lazim diterima mengenai penyusutan (deprication) adalah :

“Bahwa penyusutan merupakan metode sistematis dan rasional untuk pengalokasian biaya keperiode-periode yang memberikan manfaat”. “Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi”.

“Depreciation ialah penggantian nilai prestasi yang hilang karena

penggunaan plant dan equipment, yang mengakibatkan berkurangnya nilai fixed assets yang bersangkutan adalah karena sebab-sebab teknis (kerusakan, keusangan, kehausan), dan karena sebab-sebab ekonomis (semakin tak seimbang antara revenue dan expenses).”

( Yogyakarta,Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bagian Penerbit Gajah Mada,2001 )

Defenisi diatas menetapkan pada suatu alokasi biaya dari harga perolehan terhadap hasil sebagai akibat penggunaan aktiva tetap itu sendiri. Biaya penyusutan adalah biaya yang bukan keluar dari kas.

Penyusutan dilakukan sebab masa manfaat dari potensi aktiva tetap yang dimiliki semakin berkurang. Pengurangan aktiva tersebut dibebankan sebagai biaya yang berangsur-angsur atau proposional.

Aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah aktiva yang :

a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas

c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasukkan barang atau jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi.

Untuk menentukan besarnya beban penyusutan pada setiap periode ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu :


(46)

1. Harga perolehan aktiva tetap

Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan aktiva tersebut sampai aktiva itu siap untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan.

2. Nilai Sisa (Nilai Residu)

Nilai sisa adalah jumlah yang diperkirakan dapat diterima kelak apabila aktiva sudah tidak dipergunakan lagi. Nilai sisa ini dapat diperkirakan jumlahnya bila aktiva itu dijual.

3. Masa manfaat nilai aktiva tetap

Masa manfaat dari suatu aktiva tetap dipergunakan dengan cara pemeliharaan dan kebijakan-kebijakan yang dianut dalam reperasi.

Ada beberapa metode penyusutan yang lazim dipergunakan oleh perusahaan yaitu:

1. Berdasarkan waktu

a. Metode garis lurus (straight-line method) b. Metode pembebanan yang menurun

b.1 Metode jumlah angka tahun (sun of the years digit method)

b.2 Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double

declining balance method)

2. Berdasarkan penggunaan

a. Metode jam jasa (service hours method)

b. Metod jumlah unit produksi (productive output method) 3. Berdasarkan kriteria lainnya


(47)

b. Metode anuitas (annuity method) c. Sistem persediaan (inventory system)

Dibawah ini akan disajikan simbol-simbol yang digunakan untuk memperjelas rumus-rumus yang digunakan dalam penyusutan aktiva tetap.

C = Harga perolehan aktiva tetap S = Taksiran nilai sisa

D = Biaya penyusutan perperiode

N = Taksiran umum, dalam tahun, jam kerja dan unit produksi T = Tarif penyusutan

I = Tingkat bunga Ad.1 Berdasarkan waktu

a. Metode garis lurus (Straight-line method)

Dalam metode ini jumlah penyusutan setiap tahun jumlahnya sama dan metode ini digunakan merupakan metode yang paling sederhana dan banyak digunakan. Beban penyusutan untuk setiap periode adalah sama (kecuali jika ada penyusutan). Beban penyusutan diperoleh dengan cara mencari selisih antara harga perolehan dengan nilai sisa dan dibagi dengan taksiran umur manfaat dari aktiva tersebut. Dengan ilustrasi diatas maka penyusutan setiap tahun adalah :

D =

N S

C

Contoh :

PT. Ana membeli mesin tanggal 1 Januari 2000 dengan harga Rp. 12.000.000,- umur ditaksir 4 tahun dengan nilai sisa Rp. 2.000.000,-.


(48)

D = 4 000 . 000 . 2 . 000 . 000 . 12 . Rp Rp − D = 4 000 . 000 . 10 . Rp

D = Rp. 2.500.000

Maka beban penyusutan pertahun adalah Rp. 2.500.000,- jika disusun dalam bentuk tabel maka perhitungan adalah sebagai berikut :

TABEL 2.1 PT. ANA PERIODE 4 TAHUN

PENYUSUTAN METODE GARIS LURUS Akhir

Tahun Penyusutan

Total Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

12.000.000

1 2.500.000 2.500.000 9.500.000

2 2.500.000 5.000.000 7.000.000

3 2.500.000 7.500.000 4.500.000

4 2.500.000 10.000.000 2.000.000

b. Metode pembebanan yang menurun

b.1 Metode jumlah angka tahun (sun of the years digit method)

Metode ini menetapkan beban penyusutan dengan mengalikan bagian pengurangan yang setiap tahunnya selalu menurun dengan perolehan dikurangi nilai residu.

Bagian pengurangan ini dihitung sebagai berikut : Pembilang : Angka bobot tahun yang bersangkutan

Penyebut : Jumlah angka tahun selama umur ekonomis aktiva tetap Sesuai dengan contoh 1 diatas penyusutan dapat dihitung sebagai berikut: Pembilang : 4, 3, 2,1


(49)

TABEL 2.2 PT. ANA PERIODE 6 TAHUN

PENYUSUTAN METODE JUMLAH ANGKA TAHUN Akhir

Tahun ke

Biaya Penyusutan

Total Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

12.000.000

1 4.000.000 4.000.000 8.000.000

2 3.000.000 7.000.000 5.000.000

3 2.000.000 9.000.000 3.000.000

4 1.000.000 10.000.000 2.000.000

Keterangan :

Tahun 1 : 4 / 10 x Rp. 10.000.000,- = Rp. 4.000.000,- Tahun 2 : 3 / 10 x Rp. 10.000.000,- = Rp. 3.000.000,- Tahun 3 : 2 / 10 x Rp. 10.000.000,- = Rp. 2.000.000,- Tahun 4 : 1 / 10 x Rp. 10.000.000,- = Rp. 1.000.000,- b.2 * Metode Saldo Menurun (declining balance method)

Metode ini juga mempunyai beban penyusutan yang semakin menurun. Dalam metode ini beban penyusutan periode dihitung dengan mengalihkan suatu persentase tertentu dengan nilai beban aktiva tetap. Rumus untuk menghitung besar biaya persentase adalah sebagai berikut :

r = 1 - n C S /

Dari contoh diatas, maka

r = 1 - 100%

000 . 000 . 12

000 . 000 . 2

4 x = 1 – 0.6389 x 100 %


(50)

TABEL 2.3 PT. ANA PERIODE 4 TAHUN

PENYUSUTAN SALDO MENURUN Akhir

Tahun Penyusutan

Total Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

12.000.000

1 4.333.200 4.333.200 7.666.800

2 2.768.481,48 7.101.681,48 4.898.318,52

3 1.768.782,818 8.870.464,298 3.129.636,702

4 1.130.075,342 10.000.539,64 1.999.460,36

* Metode Saldo Menurun Ganda

Metode ini menetapkan bahwa tariff penyusutan untuk aktiva tetap adalah dua kali persentase metode garis lurus.

Dari contoh diatas, maka persentase penyusutan tersebut adalah :

2 x 4

% 100

= 2 x 25% = 50%

TABEL 2.4 PT. ANA PERIODE 4 TAHUN

METODE PENYUSUTAN SALDO MENURUN GANDA Akhir

Tahun Penyusutan

Total Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

12.000.000

1 6.000.000 6.000.000 6.000.000

2 3.000.000 9.000.000 3.000.000

3 1.500.000 10.500.000 1.500.000

4 750.000 11.250.000 750.000

Keterangan :

Tahun 1 : 50% x Rp. 12.000.000,- = Rp. 6.000.000,- Tahun 2 : 50% x Rp. 6.000.000,- = Rp. 3.000.000,- Tahun 3 : 50% x Rp. 3.000.000,- = Rp. 1.500.000,- Tahun 4 : 50% x Rp. 1.500.000,- = Rp. 750.000,-


(51)

Ad.2 Berdasarkan Penggunaan

a. Metode Jam Jasa (Service Hours Method)

Berdasarkan metode ini jumlah penyusutan dihitung berdasarkan jam kerja aktiva yang dipergunakan selama operasi perusahaan.

Sedangkan beban penyusutan dihitung sesuai dengan penggunaan jam kerja aktiva tersebut yang dipakai dalam berproduksi. Jadi beban penyusutan tiap periode kemungkinan tidak sama besarnya. Hal ini terjadi karena jam penggunaan aktiva tetap tersebut tidak sama setiap tahunnya. T = N S C− Contoh :

Pada bulan Januari PT. ANA membeli sebuah sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 1.000.000,- nilai residu ditaksir Rp. 100.000,- dan jam kerja aktiva tetap itu dimisalkan 300.000 jam. Maka penyusutan perjam adalah :

T =

jam Rp Rp 000 . 300 000 . 100 . 000 . 000 . 1 . −

= Rp Jam

Jam Rp / 3 . 000 . 300 000 . 900 . =

Jika seandainya pada tahun pertama aktiva itu bekerja selama 60.000 jam maka beban penyusutannya adalah :

D = T x 60.000 = 3 x 60.000 = 180.000


(52)

TABEL 2.5 PT. ANA PERIODE 4 TAHUN

PENYUSUTAN METODE JAM JASA Akhir

Tahun Jasa Jam Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

1.000.000

1 60.000 180.000 180.000 820.000

2 80.000 240.000 420.000 580.000

3 90.000 270.000 690.000 310.000

4 70.000 210.000 900.000 100.000

b. Metode Jumlah Unit Produksi

Metode ini pada dasarnya hampir sama dengan metode jam jasa. Dalam metode ini juga ditentukan dahulu tariff penyusutan perunit produksi. Rumus untuk mencari tarif sama dengan rumus untuk metode jam jasa hanya dalam metode ini adalah banyaknya buku jumlah out put yang dapat dihasilkan aktiva tetap tersebut.

Contoh :

Berdasarkan contoh jam jasa diatas, dimisalkan mesin tersebut mampu berproduksi sebanyak 400.000 out put, maka besarnya penyusutan perunit dapat dihitung sebagai berikut :

T =

unit Rp Rp 000 . 400 , 000 . 100 . , 000 . 000 . 1 . − − −

= unit

unit Rp / 25 , 2 000 . 400 , 000 . 900 . = −


(53)

Jika pada tahun pertama diproduksi sebanyak 100.000 unit, maka besarnya penyusunan adalah sebagai berikut :

D = T x 100.000

= 2,25 / Jam x 100.000 = Rp. 225.000,- / unit

TABEL 2.3 PT. ANA PERIODE 4 TAHUN

METODE PENYUSUTAN JUMLAH PRODUKSI Akhir

Tahun Out Put Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

1.000.000

1 10.000 225.000 225.000 775.000

2 120.000 270.000 495.000 505.000

3 90.000 202.500 697.500 302.000

4 90.000 202.500 900.000 100.000

Ad. 3. Metode Penyusutan Berdasarkan Kriteria Lainnya.

a. Dengan cara ini semua aktiva tetap dikelompokkan atas kesamaan jenis sifat dan manfaatnya. Dalam menentukan besarnya penyusutan setiap priode maka terlebih dahulu dicari umur rata-rata aktiva tetap tersebut. Metode ini merupakan metode garis lurus yang diperhitungkan terhadap sekelompok aktiva tetap.

Contoh :

4 unit aktiva dibeli yang umur ekonomisnya 4 tahun. Aktiva dibeli dengan pengeluaran sebesar Rp. 1.000.000,- atau astu unit aktiva sebesar Rp. 250.000,- maka beban penyusutan setiap tahun adalah :


(54)

% 25 4

% 100

=

b. Metode Anuitan (Annuity Method)

Untuk menghitung besarnya beban penyusutan dengan metode anuitas yang diperhitungkan bukan saja harga perolehan dari aktiva tetap tersebut tetapi juga termasuk besarnya suku bunga yang berlaku atas modal yang terikat pada aktiva tersebut. Jumlah kembalinya investasi setiap tahun dalam aktiva tetap diasumsikan sebagai biaya penyusutan, sedangkan biaya penyusutan dikreditkan sebesar pengambilan dari investasi, selisihnya dikreditkan sebagai pendapatan bunga.

C.2. Metode Penyusutan Aktiva Tetap PT.SINAR JAYA ABADI

Diakhir tahun periode akuntansi pengalokasian harga perolehan aktiva tetap sangat diperlukan untuk taksiran umur ekonomis aktiva tetap. Untuk menghitung besarnya penyusutan pada tiap periode akuntasi diperlukan adanya suatu pertimbangan yang sebaik-baiknya dalam menentukan metode penilaian penyusutan dan taksiran masa manfaat dari pada aktiva dapat tersebut.

Untuk penentuan jumlah penyusutan setiap aktiva tetap harus memenuhi kriteria berikut :

a. Masa manfaat (Umur Ekonomis) b. Harga perolehan

c. Nilai sisa (Nilai Residu)

Bila ditinjau pada PT. Pelayaran Sinar Jaya, Tanjung Balai maka metode penyusutan yang digunakan adalah garus lurus yang ditetapkan secara konsisten pada tiap tahunnya. Penyusutan aktiva tetap pada perusahaan tersebut didasarkan


(55)

pada harga perolehan tanpa memperhitungkan nilai sisa atau nilai sisanya nol. Berdasarkan analisa penulis ini sudah baik karena telah sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan.

C.3. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Neraca

Penyajian yang baik dan sistimatis serta pengungkapan yang lengkap mengenai aktiva tetap dalam laporan keuangan akan memudahkan manajemen dan pihak yang memerlukan untuk mendapatkan informasi tentan gaktiva tetap perusahaan.

Dalam penyajian Aktiva tetap dalam neraca perusahaan pada dasarnya sudah benar. Hanya saja nilai aktiva tetap yang disajikan dalam neraca tersebut belum menunjukkan nilai yang wajar. Hal ini disebabkan oleh belum jelasnya perusahaan dalam menentukan antara pengeluaran modal dengan pengeluaran pendapatan. Dalam hal ini aktiva yang disajikan itu lebih rendah dari yang seharusnya.

Seperti contoh mesin foto copy diatas dimana perusahaan menyusutkan mesin foto copy peraturan adalah :

tahun Rp Rp / , 000 . 250 . 6 . 8 , 000 . 000 . 50 . − = −

Hal ini perusahaan tidak memperhitungkan pengeluaran yang terjadi untuk perbaikan mesin foto copy walapun perbaikan tersebut menambah umur aktiva lebih dari satu proiode akuntansi yaitu selama 2 tahun. Sementera jumlah penyusutannya menjadi :

tahun Rp Rp / , 000 . 500 . 5 . 8 , 000 . 000 . 44 . − = −


(56)

Disini terdapat selisih Rp. 6.250.000,- - Rp. 5.500.000,- = Rp. 750.000,-/tahun. Bila dilihat dalam penyajiannya dineraca aktiva tersebut menjadi rendah akibat dari jumlah yang disusutkan terlalu besar. Pada dasarnya untuk menyusun neraca yang baik harus memenuhi syarat-syarat : bentuk yang dipergunakan, pengelompokan perkiraan-perkiraan dengan susunan yang sistimatis, dan masalah istilah yang digunakan.

Akumulasi penyusutan dalam neraca harus berfungsi sebagai perkiraan dari aktiva tetap sehingga nilai bukunya terletak disebelah debet neraca. Apabila akumulasi penyusutan ditempatkan disebelah kredit neraca, maka total aktiva, hutang, modal tidak menunjukkan hal yang sebenarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa neraca tersebut tidak memberikan informasi yang baik, kalau hal ini dilakukan maka nilai buku aktiva tetap tidak nampak dalam neraca sebelah aktiva sehingga mengakibatkan sisi aktiva debet terlalu tinggi. Berikut ini disajikan sebuah contoh penyajian aktiva tetap pada neraca perusahaan.

kriteria berikut :

d. Masa manfaat (Umur Ekonomis) e. Harga perolehan

f. Nilai sisa (Nilai Residu)

Bila ditinjau pada PT. Pelayaran Sinar Jaya, Tanjung Balai maka metode penyusutan yang digunakan adalah garus lurus yang ditetapkan secara konsisten pada tiap tahunnya. Penyusutan aktiva tetap pada perusahaan tersebut didasarkan


(57)

pada harga perolehan tanpa memperhitungkan nilai sisa atau nilai sisanya nol. Berdasarkan analisa penulis ini sudah baik karena telah sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan.

IV.4. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Neraca

Penyajian yang baik dan sistimatis serta pengungkapan yang lengkap mengenai aktiva tetap dalam laporan keuangan akan memudahkan manajemen dan pihak yang memerlukan untuk mendapatkan informasi tentan gaktiva tetap perusahaan.

Dalam penyajian Aktiva tetap dalam neraca perusahaan pada dasarnya sudah benar. Hanya saja nilai aktiva tetap yang disajikan dalam neraca tersebut belum menunjukkan nilai yang wajar. Hal ini disebabkan oleh belum jelasnya perusahaan dalam menentukan antara pengeluaran modal dengan pengeluaran pendapatan. Dalam hal ini aktiva yang disajikan itu lebih rendah dari yang seharusnya.

Seperti contoh mesin foto copy diatas dimana perusahaan menyusutkan mesin foto copy peraturan adalah :

tahun Rp Rp / , 000 . 250 . 6 . 8 , 000 . 000 . 50 . − = −

Hal ini perusahaan tidak memperhitungkan pengeluaran yang terjadi untuk perbaikan mesin foto copy walapun perbaikan tersebut menambah umur aktiva lebih dari satu periode akuntansi yaitu selama 2 tahun. Sementera jumlah penyusutannya menjadi :

tahun Rp Rp / , 000 . 500 . 5 . 8 , 000 . 000 . 44 . − = −


(58)

Disini terdapat selisih Rp. 6.250.000,- - Rp. 5.500.000,- = Rp. 750.000,-/tahun. Bila dilihat dalam penyajiannya dineraca aktiva tersebut menjadi rendah akibat dari jumlah yang disusutkan terlalu besar. Pada dasarnya untuk menyusun neraca yang baik harus memenuhi syarat-syarat : bentuk yang dipergunakan, pengelompokan perkiraan-perkiraan dengan susunan yang sistimatis, dan masalah istilah yang digunakan.

Akumulasi penyusutan dalam neraca harus berfungsi sebagai perkiraan dari aktiva tetap sehingga nilai bukunya terletak disebelah debet neraca. Apabila akumulasi penyusutan ditempatkan disebelah kredit neraca, maka total aktiva, hutang, modal tidak menunjukkan hal yang sebenarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa neraca tersebut tidak memberikan informasi yang baik, kalau hal ini dilakukan maka nilai buku aktiva tetap tidak nampak dalam neraca sebelah aktiva sehingga mengakibatkan sisi aktiva debet terlalu tinggi. Berikut ini disajikan sebuah contoh penyajian aktiva tetap pada neraca perusahaan.


(59)

PT. IDIRASARI Neraca 31 Desember 2005 AKTIVA

Kas ... xxx Surat-surat berharga... xxx Piutang Wesel ... xxx Piutang Dagang ... xxx Persediaan Barang Dagangan ... xxx Penghasilan yang masih harus Diterima .... xxx Persekot Biaya...

Jumlah Aktiva Lancar ... xxx xxx

INVESTASI :

Saham PT. ABC ... xxx AKTIVA TETAP :

Tanah ... xxx Bangunan ... xxx Akumulasi Penyusutan ... xxx

xxx Mesin-mesin... xxx Akumulasi Penyusutan ... Inventaris Kantor ... xxx

xxx

Akumulasi Penyusutan ...

xxx xxx

Jumlah Aktiva Tetap ... xxx INTANGIBLE :

Goodwill ... xxx Petent ...

xxx xxx

Beban Yang Ditangguhkan ... xxx AKTIVA LAIN-LAIN :

Piutang Dalam Pendirian ... xxx Bangunan Dalam Pendirian...

Jumlah aktiva lain-lain ... xxx xxx

TOTAL AKTIVA

PASSIVA

HUTANG LANCAR ;

Hutang Dagang ... xxx Wesel Bayar ... xxx Biaya Yang Masih Dibayar ... xxx Hutang Pajak Pendapatan ... xxx Pajak Buruh Yang Belum Disetor ... xxx Penerimaan dimuka ... xxx

Jumlah Hutang Lancar ... xxx

HUTANG JANGKA PANJANG:

Hutang Hipotik... xxx Hutang Obligasi ... xxx

Jumlah Hutang... xxx

MODAL :

Modal Saham ... xxx Laba yang ditahan ... xxx Cabang Pelunasan Obligasi... xxx

Jumlah Modal ... xxx


(60)

VI.3. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Diakhir tahun periode akuntansi pengalokasian harga perolehan aktiva tetap sangat diperlukan untuk taksiran umur ekonomis aktiva tetap. Untuk menghitung besarnya penyusutan pada tiap periode akuntasi diperlukan adanya suatu pertimbangan yang sebaik-baiknya dalam menentukan metode penilaian penyusutan dan taksiran masa manfaat dari pada aktiva dapat tersebut.

Untuk penentuan jumlah penyusutan setiap aktiva tetap harus memenuhi kriteria berikut :

g. Masa manfaat (Umur Ekonomis) h. Harga perolehan

i. Nilai sisa (Nilai Residu)

Bila ditinjau pada PT. Pelayaran Sinar Jaya, Tanjung Balai maka metode penyusutan yang digunakan adalah garus lurus yang ditetapkan secara konsisten pada tiap tahunnya. Penyusutan aktiva tetap pada perusahaan tersebut didasarkan pada harga perolehan tanpa memperhitungkan nilai sisa atau nilai sisanya nol. Berdasarkan analisa penulis ini sudah baik karena telah sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan.

IV.4. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Neraca

Penyajian yang baik dan sistimatis serta pengungkapan yang lengkap mengenai aktiva tetap dalam laporan keuangan akan memudahkan manajemen dan pihak yang memerlukan untuk mendapatkan informasi tentan gaktiva tetap perusahaan.


(61)

Dalam penyajian Aktiva tetap dalam neraca perusahaan pada dasarnya sudah benar. Hanya saja nilai aktiva tetap yang disajikan dalam neraca tersebut belum menunjukkan nilai yang wajar. Hal ini disebabkan oleh belum jelasnya perusahaan dalam menentukan antara pengeluaran modal dengan pengeluaran pendapatan. Dalam hal ini aktiva yang disajikan itu lebih rendah dari yang seharusnya.

Seperti contoh mesin foto copy diatas dimana perusahaan menyusutkan mesin foto copy peraturan adalah :

tahun Rp Rp / , 000 . 250 . 6 . 8 , 000 . 000 . 50 . − = −

Hal ini perusahaan tidak memperhitungkan pengeluaran yang terjadi untuk perbaikan mesin foto copy walapun perbaikan tersebut menambah umur aktiva lebih dari satu proiode akuntansi yaitu selama 2 tahun. Sementera jumlah penyusutannya menjadi : tahun Rp Rp / , 000 . 500 . 5 . 8 , 000 . 000 . 44 . − = −

Disini terdapat selisih Rp. 6.250.000,- - Rp. 5.500.000,- = Rp. 750.000,-/tahun.

Bila dilihat dalam penyajiannya dineraca aktiva tersebut menjadi rendah akibat dari jumlah yang disusutkan terlalu besar.


(62)

Bersifat objektif. Laporan keuangan yang objektif hanya dapat diperoleh apabila telah dinilai oleh pihak ketiga, misalnya oleh akuntan publik.

“Tujuan laporan keuangan menurut IAI ( IKATAN AKUNTANSI

INDONESIA) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. 15

Pada dasarnya untuk menyusun neraca yang baik harus memenuhi syarat-syarat : bentuk yang dipergunakan, pengelompokan perkiraan-perkiraan dengan susunan yang sistimatis, dan masalah istilah yang digunakan.

Akumulasi penyusutan dalam neraca harus berfungsi sebagai perkiraan dari aktiva tetap sehingga nilai bukunya terletak disebelah debet neraca. Apabila akumulasi penyusutan ditempatkan disebelah kredit neraca, maka total aktiva, hutang, modal tidak menunjukkan hal yang sebenarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa neraca tersebut tidak memberikan informasi yang baik, kalau hal ini dilakukan maka nilai buku aktiva tetap tidak nampak dalam neraca sebelah aktiva sehingga mengakibatkan sisi aktiva debet terlalu tinggi. Berikut ini disajikan sebuah contoh penyajian aktiva tetap pada neraca perusahaan.


(63)

15


(64)

PT. IDIRASARI Neraca 31 Desember 1978 AKTIVA

Kas ... xxx Surat-surat berharga... xxx Piutang Wesel ... xxx Piutang Dagang ... xxx Persediaan Barang Dagangan ... xxx Penghasilan yang masih harus Diterima .... xxx Persekot Biaya...

Jumlah Aktiva Lancar ... xxx xxx

INVESTASI :

Saham PT. ABC ... xxx AKTIVA TETAP :

Tanah ... xxx Bangunan ... xxx Akumulasi Penyusutan ... xxx

xxx Mesin-mesin... xxx Akumulasi Penyusutan ... Inventaris Kantor ... xxx

xxx

Akumulasi Penyusutan ...

xxx xxx

Jumlah Aktiva Tetap ... xxx INTANGIBLE :

Goodwill ... xxx Petent ...

xxx xxx

Beban Yang Ditangguhkan ... xxx AKTIVA LAIN-LAIN :

Piutang Dalam Pendirian ... xxx Bangunan Dalam Pendirian...

Jumlah aktiva lain-lain ... xxx xxx

TOTAL AKTIVA

PASSIVA

HUTANG LANCAR ;

Hutang Dagang ... xxx Wesel Bayar ... xxx Biaya Yang Masih Dibayar ... xxx Hutang Pajak Pendapatan ... xxx Pajak Buruh Yang Belum Disetor ... xxx Penerimaan dimuka ... xxx

Jumlah Hutang Lancar ... xxx

HUTANG JANGKA PANJANG:

Hutang Hipotik... xxx Hutang Obligasi ... xxx

Jumlah Hutang... xxx

MODAL :

Modal Saham ... xxx Laba yang ditahan ... xxx Cabang Pelunasan Obligasi... xxx

Jumlah Modal ... xxx

TOTAL PASSIVA xxx


(65)

BAB III

AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA

PT. PELAYARAN SINAR JAYA ABADI

TANJUNG BALAI

III.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Perusahaan dibidang jasa pelayaran ini pertama-tama adalah milik perorangan dengan nama Haihock Co yang berlayar masih antar pulau sekitar sumatera utara saja. Setelah mengalami perkembangan perusahaan memperluas usahanya dan mengganti namanya menjadi CV. PELPE atau pelayaran pantai andalas. CV ini didirikan pada tahun 1978. perkembangan yang terus berlanjut membuat perusahaan-perusahaan dan orang pribadi ingin menanamkan sahamnya, yang akhirnya pada tahun 1982 menjadi PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi. Saat itu masih berlayar sekitar dalam negeri yang kemudian pada tahun 1985 mulai berlayar keluar negeri yaitu dari Tanjung Balai ke Portklang yaitu salah satu pulau dinegara Malaysia.

PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi ini merupakan perusahaan bergerak dibidang jasa angkutan cargo dan kapal penumpang yang memiliki 14 armada setiap armada mempunyai karyawan 7-14 orang, sedangkan Ferry 11-13 orang.

III.2 Struktur Organisasi

Kegiatan dari suatu perusahaan akan dapat berjalan lancar apabila ada pembagian tugas dari pimpinan. Hal ini dapat dicapai dengan cara memberikan tugas


(66)

dan tanggung jawab kepada orang-orang yang akan melaksanakan tugas tersebut atau struktur organisasi.

Setiap tanggung jawab atau kegiatan yang diberikan pada karyawan harus diawasi secara efektif, manajemen perlu membentuk suatu badan organisasi dan membentuk struktur organisasi yang sehat, dimana manajemen dapat memperoleh informasi dari setiap bagian dan tingkata.

Dengan adanya hubugan yang baik antara atasan dengan bawahan maka dapat diciptakan kerja sama yang baik dan teratur didalam organisasi tersebut. Pada struktur organisasi perusahaan dapat dilihat kedudukan dan tanggung jawab dari karyawan dalam melaksanakan tugas yang diberikan.

Untuk melihat lebih jelasnya tanggung jawab dari orang-orang yang terlibat dalam kegiatan suatu organisasi dan untuk mengetahui dari mana mereka menerima tuags dan kepada siapa pula mereka mempertanggungjawabkan semua kegiatannya, maka hal ini ditetapkan suatu struktur organisasi. Dari struktur inilah dasar utama para karyawan juga pimpinan didalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya setiap hari.

Adapun struktur organisasi yang dipergunakan perusahaan adalah struktur organisasi bentuk garis, dimana terdapat garis tanggung jawab dan wewenang secara langsung dari pucuk pimpinan hingga bawahan.

Berdasarkan bagan struktur organisasi tersebut, maka terlihat bahwa secara garis besarnya pimpinan tertinggi adalah dewan komisaris yang membawahi pimpinan, dan pimpinan membawahi empat orang menejer (kepala bagian). Setiap


(67)

menejer bertanggungjawab penuh atas pekerjaannya masing-masing sehingga lapisan manejemen PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi adalah sebagai berikut :

1. Dewan Komisaris 2. Direktur Utama 3. Pimpinan 4. Staff Keuangan

- Bagian Pembukuan

- Khusus Kasir

- Bagian Pembuat Rekening 5. Staff Koperasi

- Bagian Barang - Bagian Pelayanan 6. Staff Gudang

- Bagian Pengawasan

7. Staff Tata Usaha (Administrasi)

- Bagian Komputer

- Bagian Arsip

- Bagian Karyawan

- Operator - Office Boy

Masing-masing staff mengelola pekerjaan masing-masing dan mengawasi pekerjaan dari bahawannya. Setiap bulan masing-masing staff ini akan memberikan


(1)

− =

2 .916.666, 12

, 000 . 500 . 5 .

Rp Bulan x

Rp

VI.3. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Diakhir tahun periode akuntansi pengalokasian harga perolehan aktiva tetap sangat diperlukan untuk taksiran umur ekonomis aktiva tetap. Untuk menghitung besarnya penyusutan pada tiap periode akuntasi diperlukan adanya suatu pertimbangan yang sebaik-baiknya dalam menentukan metode penilaian penyusutan dan taksiran masa manfaat dari pada aktiva dapat tersebut.

Untuk penentuan jumlah penyusutan setiap aktiva tetap harus memenuhi kriteria berikut :

a. Masa manfaat (Umur Ekonomis) b. Harga perolehan

c. Nilai sisa (Nilai Residu)

Bila ditinjau pada PT. Pelayaran Sinar Jaya, Tanjung Balai maka metode penyusutan yang digunakan adalah garus lurus yang ditetapkan secara konsisten pada tiap tahunnya. Penyusutan aktiva tetap pada perusahaan tersebut didasarkan pada harga perolehan tanpa memperhitungkan nilai sisa atau nilai sisanya nol. Berdasarkan analisa penulis ini sudah baik karena telah sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan.

IV.4. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Neraca


(2)

dan pihak yang memerlukan untuk mendapatkan informasi tentan gaktiva tetap perusahaan.

Dalam penyajian Aktiva tetap dalam neraca perusahaan pada dasarnya sudah benar. Hanya saja nilai aktiva tetap yang disajikan dalam neraca tersebut belum menunjukkan nilai yang wajar. Hal ini disebabkan oleh belum jelasnya perusahaan dalam menentukan antara pengeluaran modal dengan pengeluaran pendapatan. Dalam hal ini aktiva yang disajikan itu lebih rendah dari yang seharusnya.

Seperti contoh mesin foto copy diatas dimana perusahaan menyusutkan mesin foto copy peraturan adalah :

tahun Rp Rp / , 000 . 250 . 6 . 8 , 000 . 000 . 50 . − = −

Hal ini perusahaan tidak memperhitungkan pengeluaran yang terjadi untuk perbaikan mesin foto copy walapun perbaikan tersebut menambah umur aktiva lebih dari satu proiode akuntansi yaitu selama 2 tahun. Sementera jumlah penyusutannya menjadi :

tahun Rp Rp / , 000 . 500 . 5 . 8 , 000 . 000 . 44 . − = −

Disini terdapat selisih Rp. 6.250.000,- - Rp. 5.500.000,- = Rp. 750.000,-/tahun. Bila dilihat dalam penyajiannya dineraca aktiva tersebut menjadi rendah akibat dari jumlah yang disusutkan terlalu besar.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi pada bab sebelumnya maka penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang dapat diterapkan pada PT. Pelayaran Sinar Jaya Abadi, Tanjung Balai sehingga diperoleh pencatatan dan penilaian aktiva tetap yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga laporan keuangan memberikan informasi yang dapat diandalkan dan mencerminkan keadaan yang wajar dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

V.1. Kesimpulan

1. Perusahaan dalam memperoleh aktiva tetapnya yaitu dengan cara pembelian tunai dan pembelian berdasarkan kontrak jangka panjang. Pencatatan harga perolehan telah sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan karena perusahaan mencatat semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai saat aktiva tetap tersebut siap untuk dipergunakan. 2. Perusahaan ini belum menetapkan suatu kebijakan terhadap

pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan terhadap aktiva tetap yang dipergunakan setiap hari sehingga mengalami penyusutan dan memerlukan perbaikan. Pengeluaran tersebut perusahaan tidak menggolongkan apakah pengeluaran modal atau pengeluaran pendapatan. Dimana semua pengeluaran dicatat sebagai biaya operasi pada tahun berjalan, dan tidak menambah harga perolehan aktiva tetap tersebut walaupun pengeluaran


(4)

Sehubungan dengan hal diatas maka penulis menarik kesimpulan kalau pencatatan aktiva tetap pada pelaporan keuangan belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

3. Dalam metode pencatatan penyusutan perusahaan menggunakan metode garis lurus dan dalam hal ini perusahaan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

4. Penyajian aktiva tetap dalam neraca telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dimana nilai perolehan aktiva tetap telah dikurangkan dengan akumulasi penyusutan pada tahun berakhir. Hanya saja nilai aktiva tetap menjadi lebih rendah akibat tidak ada ketentuan terhadap pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.

V.2. Saran

Dari analisa yang dilakukan penulis serta kesimpulan yang telah diambil, maka penulis mencoba memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan. Karena pada dasarnya perusahaan sudah melakukan penyusutan sesuai dengan SAK. Maka penulis hanya dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Untuk menentukan jenis pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap, sebaiknya pimpinan perusahaan membuat suatu kebijakan untuk membedakan antara pengeluaran pendapatan dan pengeluaran modal dimana pengeluaran yang bersifat menambah nilai dan umur aktiva digolongkan kepengeluaran modal sedangkan biaya dikeluarkan bersifat rutin atau terus menerus dan


(5)

hanya mampu kurang dari satu periode akuntansi atau kurang dari satu tahun maka digolongkan pada pengeluaran pendapatan.

2. Sebaiknya perusahaan harus membedakan metode penyusutan yang

diharapkan dalam Standar Akuntansi Keuangan untuk setiap jenis aktiva yang ada dalam perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, Intermediate Accounting, Edisi Keenam, Yogyakarta : Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi, 1993.

Hadibroto. S, dan Sukadam Sudardjad, Akuntansi Intermediate, Jakarta : Penerbit PT. Ichtiar Barm Vam Hoeve, 1982.

Harmanto, Akuntansi Keuangan Intermediate, Edisi I, Bagian Kedua, Liberty Jogyakarta, 1982.

Harahap, Sofyan Syafri, Akuntansi Aktiva Tetap, Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

Ikatan Akuntan Indonesia, Stanadrt Akuntansi Keuangan, Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 1994.

---, Standar Pemeriksaan Akuntan Publik, Jakarta, Penerbit Salemba Empat, 1994.

Mulyadi, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Jogyakarta : Universitas Gaja Mada, 1993.

Niswonger Fess and Warren, Prinspi – Prinsip Akuntansi, Edisi Ke-14, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Soemitro, Rachmad Haji, Pajak Pertambahan Nilai, Bandung Eresco, 1990. Sinuraya. S, Dasar – Dasar Akuntansi, Bagian Kedua Penerbit Asko Medan, 1981.