Sintesis Selulosa Kaproat Melalui Reaksi Interesterifikasi Antara Selulosa Asetat Dengan Metil Kaproat

Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 38-45

SINTESIS SELULOSA KAPROAT MELALUI REAKSI
INTERESTERIFIKASI ANTARA SELULOSA
ASETAT DENGAN METIL KAPROAT
Misdawati
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Al-Washliyah
Abstrak
Selulosa telah diasetilasi dengan asetat anhidrid menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis dalam
pelarut asam asetat-glasial.
Interesterifikasi metil kaproat dengan selulosa asetat menggunakan pelarut metanol dan katalis natrium
metoksida pada suhu refluks menghasilkan senyawa baru selulosa kaproat.
Senyawa metil kaproat, selulosa asetat dan selulosa kaproat dikonfirmasikan melalui analisis spektroskopi
FT-IR dan analis permukaan dengan Scanning Electron Microscopy.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi asetil mencapai 44,08% dengan derajat substitusi 2,95.
Selulosa kaproat yang diperoleh dengan rendemen reaksi sebesar 60%.
Kata Kunci: Sintesis, Selulosa Kaproat, Interesterifikasi.

Selulosa merupakan salah satu

polimer alam yang melimpah dan dapat
dimodifikasi dimana kegunaannya
sangat luas mulai dari bidang industri
kertas, film transparant, film fotografi,
plastik biodegradable, sampai untuk
membran yang digunakan diberbagai
bidang industri (Whistler, 1993).
Turunan selulosa dikembangkan
pada awal tahun 1883, pada saat
Braconnot mensintesis selulosa nitrat
dari berbagai material selulosa dan
memperoleh bubuk yang mudah
meledak (xyloidines), yang dapat
dilarutkan dalam asam asetat.Pada
tahun 1985 turunan ester yang beredar
diperdagangkan dijumpai sekitar 815
ribu ton berupa selulosa ester organik.
Seiring perkembangan industri pulp,
saat ini lebih kurang 13% dari produksi
pulp di dunia diubah menjadi turunan

selulosa. Dari segi teknis turunan
selulosa yang paling penting adalah
ester dan eter selulosa yang lingkup
penggunaannya sangat luas.
Selulosa dapat dimodifikasi melalui
reaksi esterifikasi menghasilkan suatu
ester organik dan salah satu diantaranya
38

yang dikenal dengan nama selulosa
asetat.
Selulosa asetat merupakan selulosa
terpenting dalam industri serat dan
tekstil yang banyak diproduksi dalam
skala besar, biasanya dibuat dari serat
kapas dan pulp kayu kualitas tinggi
(Ueda dan Saka, 1988). Hal ini
disebabkan karena pulp kualitas rendah
memiliki derajat polimerisasi rendah
yang

mengandung
hemiselulosa,
dimana hemiselulosa terpisah dalam
larutan, yang menjadi permasalahan
dalam industri seperti kemampuan
penyaringan, kekeruhan dan perubahan
viskositas (Matsumura dan Saka 1992).
Modifikasi selulosa untuk menghasilkan
selulosa asetat dapat dilakukan dengan
menggunakan asam asetat anhidrid
sebagai zat pengasetilasi dalam pelarut
asam asetat glasial dan asam sulfat
pekat sebagai katalisator. Untuk
memperoleh pembentukan ester yang
lebih cepat dan sama maka perlu
perlakuan awal selulosa dengan air atau
asam asetat. Kecepatan asetilasi
selulosa yang membengkak tiga kali
lebih tinggi dari pada selulosa yang


Sintesis Selulosa Kaproat Melalui Reaksi Interesterifikasi
(Misdawati)

tidak membengkak (Wegener,1995).
Selulosa ini umumnya diperlukan untuk
mengurangi
kristalinitas
dan
membuatnya lebih reaktif (Rich,1986).
Selulosa kaproat merupakan ester asam
lemak dengan rantai atom C yang lebih
panjang dari selulosa asetat. Selulosa
kaproat merupakan salah satu ester
organik yang mempunyai sifat-sifat
yang diinginkan seperti titik lebur
rendah, ketahanan air tinggi, stabilitas
panas dan kesesuaian dengan resin dan
pembuat plastis. Senyawa ester selulosa
asam lemak seperti selulosa kaproat
umumnya diperoleh melalui esterifikasi

antara selulosa dengan anhidrida
kaproat menggunakan asam sulfat
sebagai katalisator (Garcia, 1998).
BAHAN DAN METODA
Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah : asam asetat glasial,
asetat anhidrid, asam kaproat, aquadest,
metanol, n–heksan, etanol., Semuanya
diperoleh
dari
E’Merck,
sebagai
penyaring digunakan kertas saring
whatman., pulp kraft dari PT. Toba Pulp
Lestari.
Alat
Labu leher tiga, pendingin bola,
pengaduk magnet, hot plat, gelas ukur,
gelas beaker, kertas saring, oven pompa

vakum, alat destilasi vakum dan rotary
evaporator, penangas air, labu alas,
thermometer, neraca analitik, spatula,
rotary evaporator, statif dan klem, corong
buchner, pipet tetes, pipet volum,
biuret.dan desikator.
Metode
Pada penelitian ini dilakukan tiga
tahapan reaksi yaitu asetilasi antara
selulosa
dengan
asetat
anhidrid,
esterifikasi antara asam kaproat dengan
metanol dan interesterifikasi antara
selulosa asetat dengan metil kaproat.
Sintesis Selulosa Asetat

Selulosa ditimbang sebanyak 3,0
gram kemudian dimasukkan kedalam

labu leher tiga lalu ditambahkan asam
asetat glasial sebanyak 150 ml lalu diaduk
selama 20 menit pada suhu 40 0C untuk
mengaktivasi serat pulp. Kemudian
campuran larutan 0,15 ml asam sulfat
pekat dan 20 ml asam asetat glasial
dimasukkan kedalam campuran pertama
tetes demi tetes melalui sebuah corong
penetes (droping funnel) dan diaduk
kontiniu selama 2 jam pada suhu 50 0C,
lalu didinginkan sampai suhu kamar.
Campuran kemudian diasetilasii dengan
asetat anhidrid sebanyak 20 ml diaduk
selama 6 jam lagi pada suhu 50 0C dan
dilanjutkan dengan pengadukan selama
12 jam pada suhu kamar. Hasil reaksi
kemudian disaring, residu yang tidak larut
dicuci berulangkalii dengan aquades,
kemudian
dicuci

dengan
etanol
berulangkali terakhir dikeringkan dengan
vakum, selanjutnya disimpan dalam
desikator. Hasil diidentifikasi secara
spektroskopi
FT-IR
dan
analisis
permukaan dengan Scanning Electron
Microscopy (SEM).
Penentuan Derajat Substitusi (DS)
Disiapkan dua buah gelas erlenmeyer,
kemudian hasil asetilasi ditimbang
sebanyak 0,1542 gram didalam gelas
erlenmeyer yang sudah diketahui berat
kosongnya. Kemudian ditambahkan
larutan campuran dikhlorometana : etanol
(4 : 1) sebanyak 20 ml. Lalu diaduk
selama 1 jam, setelah itu ditambahkan 25

mll larutan KOH 0,3978 N. Demikian
juga halnya dengan gelas erlenmeyer
kedua dimasukkan 25 ml larutan KOH
0,3978 N. Kedua gelas erlenmeyer
dilengakapii dengan pendingin bola dan
dipanaskan bersamaan diatas penangas air
selama 60 menit, setelah itu didinginkan.
Kedalam
masing-masing
larutan
ditambahkan
larutan
indikator
phenolpthalein sebanyak 3 tetes sehingga
warna larutan menjadi merah muda dan
dititrasi dengan larutan HCl 0,5314 N.
39

Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 38-45


Titrasii dihentikan tepat saat warna
merahnya hilang kemudian dicatat
volume titrasinya. Volume titrasi pada
larutan yang terdapat pada erlenmeyer
pertama dicatat sebagai volume titrasi
sampel (V1). Sedangkan volume titrasi
larutan pada erlenmeyer kedua dicatat
sebagai volume titrasi blanko (V0).
Sehingga
dapat diperoleh bilangan
penyabunan. Dari bilangan penyabunan
dapat ditentukan % asetilasinya dengan
menggunakan persamaan 2. Dengan
mengetahui % asetilasinya maka dapat
ditentukan
derajat
substitusinya
menggunakan persamaan 1.


sulfat anhydrous. Selanjutnya hasil yang
telah dikeringkan diuapkan melalui rotary
evaporator untuk menghilangkan nheksana dan dilanjutkan dengan destilasi
vakum pada suhu 400C dan tekanan 17
mmHg.
Destilat
yang
diperoleh
diidentifikasi secara spektroskopi FT-IR.
Sintesis Selulosa Kaproat
Kedalam labu leher tiga dimasukkan
2 gram selulosa asetat kemudian labu
dihubungkan dengan pendingin bola
yang ujungnya bagian atas dengan
tabung kaca yang berisi CaCl2 dan
kapas. Selanjutnya ditambah 100 ml
metanol kering dan 0.02 gram natrium
metoksida sambil diaduk. Secara
perlahan-lahan melalui corong penetes
ditambahkan metil kaproat 13 ml tetes
demi tetes kemudian direfluks selama
30 jam. Kemudian hasil reaksi diuapkan
melalui rotary evaporator untuk
memisahkan methanol dan metil asetat
yang terbentuk., residunya berupa
selulosa kaproat dicuci berulang kali
dengan metanol. Hasil dikeringkan
dengan vakum setelah itu disimpan
dalam desikator kemudian diidentifikasi
secara spektroskopi FT – IR, dan
analisis permukaan dengan Scanning
Electron Microscopy (SEM).
Pembuatan Metil Kaproat
Metil kaproat yang dihasilkan
dengan rendemen reaksi sebesar 90%
diperoleh dari reaksi sebagai berikut:

Sintesis Metil Kaproat
Sebanyak 125 ml asam kaproat
dimasukkan kedalam labu lehar tiga
volume 500 ml kemudian ditambahkan
60 ml metanol dan 120 ml benzena. Lalu
dihubungkan dengan pengaduk magnet,
penangas air yang diberi es, kondensor
yang ujungnya dihubungkan dengan
tabung yang berisi natrium sulfat
anhidrous dan kapas. Melalui corong
penetes sambil diaduk ditambahkan
secara pelan-pelan 1 ml asam sulfat pekat.
Campuran direfluks selama 5jam. Hasil
reaksi yang diperoleh diuapkan melalui
rotary evaporator untuk menghilangkan
benzena serta kelebihan methanol. Residu
yang tertinggal dalam labu dilarutkan
dengan 120 ml n- heksan kemudian
dicuci berturut-turut sebanyak dua kali
dengan masing-masing 25 ml aquadest.
Hasil cucian dikeringkan dengan natrium

CH3 – (CH2)3CH2C
as. kaproat

+ CH3OH
OH metanol

O

Benzena

O

H2SO4
800C

Hasil analisis spektroskopi FT-IR
metil kaproat memberikan spektrum
dengan puncak-puncak serapan pada
daerah bilangan gelombang 2929 –
2856; 1458– 1436 720 – 1743; 1247 –
1170 dan 725 (Gambar 1).
40

CH3 (CH2 )3CH2C
metil kaproat

+ H2O

OCH3

Spektrum FT-IR (Gambar 1)
menunjukkan puncak serapan pada
daerah bilangan gelombang 2929 dan
2856 cm-1 merupakan serapan khas dari
vibrasi stretching C-H sp3 yang
didukung dengan vibrasi bending C-H

Sintesis Selulosa Kaproat Melalui Reaksi Interesterifikasi
(Misdawati)

sp3 pada daerah bilangan gelombang
1458 dan 1437cm-1. Serapan pada
daerah bilangan gelombang 1744 cm-1
adalah frekuensi regangan gugus
karbonil (C=0) dari ester yang terbentuk
dan didukung dengan puncak vibrasi CO-C ester pada daerah bilangan
gelombang 1170 cm-1. Serapan pada
daerah bilangan gelombang 1720 cm-1adalah frekuensi regangan gugus
karbonil (C=O) dari ester C8 yang
masih bercampur dengan C6 tetapi
secara signifikan tidak mengganggu
untuk reaksi selanjutnya. Spektrum
yang menunjukkan puncak vibrasi pada
daerah bilangan gelombang 725cm-1
adalah vibrasi rocking dari (CH2)n pada
(CH2)4. Dari spektrum FT-IR metil
kaproat diatas maka senyawa yang
terbentuk mengandung gugus C=O dan

H

CH2OH

OH
H

Pembuatan Selulosa Asetat
Asetilasi selulosa dengan asetat
anhidrid menggunakan pelarut asetat
glasial dan katalisator asam sulfat pekat
menghasilkan selulosa asetat dengan
kandungan asetil 44,08 % dan
mempunyai derajat substitusi (DS)
2,92. Penggunaan asetat anhidrid
dengan perbandingan moll (selulosa:
asetat anhidrid 1 : 3 ) diharapkan agar
ketiga gugus hikrosksill pada setiap
monomer dapat terasetilasi secara
sempurna membentuk triester dengan
waktu pengadukan selama 5 jam pada
suhu 50 0C. Reaksi asetilasi selulosa
dengan menggunakan katalis asam
sulfat pekat berlangsung menurut reaksi
berikut:
O

O

H

O

C-O-C yang merupakan karakteristik
dari ester.

O
H

+

CH3C

O

CH3C

H

H2SO4

O

asetat anhidrid

OH
n

Selulosa
O

H
O

CH2 – O – C – CH3
O
H
O
O–C–CH3 H
H

O

O
+ CH3C
OH

H

O - C – CH3

O
Pada spektrum ini dapat dilihat
bahwa puncak serapan pada daerah
bilangan
gelombang
3382
cm-1
merupakan pita serapan gugus hidroksil
(OH) pada unit anhidroglukosa,
sedangkan puncak serapan pada daerah
bilangan gelombang 1164 merupakan
serapan dari ikatan C-O-C dari bentuk

n
glikosida. Kemudian puncak serapan
pada daerah bilangan gelombang 1033
cm-1 merupakan rentangan C-O gugus
hidroksil
(OH)
pada
unit
anhidroglukosa dan puncak serapan
pada daerah bilangan gelombang 898
cm-1 khas untuk piranosa (Hendri, J,
1999; Silvestrein,1986). Puncak-puncak
41

Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 38-45

diatas
merupakan
puncak
yang
menunjukkan gugus penyusun dari
selulosa
Dengan membandingkan spektrum
selulosa tanpa asetilasi dengan spektrum
selulosa yang terasetilasi seperti yang
ditunjukkan pada Gambar.

Gambar 1. Spektrum FT-IR Selulosa Asetat

Pada Gambar 1 selulosa terasetilasi
dapat dilihat bahwa puncak serapan
pada daerah bilangan gelombang 1033
hilang dari spektrum FT-IR selulosa
(Gambar 2) dan muncul puncak serapan
pada daerah bilangan gelombang 1751
cm-1 tumpul agak lebar yang merupakan
pita serapan gugus karbonil (C=0) ester,
dan terbentuknya ester ini didukung
dengan munculnya pita serapan pada
daerah bilangan gelombang 1242 cm-1
yang merupakan pita serapan yang khas
C-O ester dari asetat (Bilmann, 1983).
Pita serapan pada daerah bilangan
gelombang 1161 cm–1 merupakan
serapan dari ikatan C-O-C glikosida tri
asetil selulosa. Pita serapan pada daerah
bilangan gelombang 1045 cm-1 adalah
ikatan C-O-C siklik pada selulosa tri
asetat.
Adanya puncak-puncak ini
membuktikan bahwa telah terjadi
42

asetilasi pada gugus hidroksil selulosa,
namun serapan pada daerah bilangan
gelombang 3483 cm-1 menunjukkan
bahwa selulosa masih memiliki gugus
hidroksil yang belum terasetilasi.
Walaupun demikian selulosa tri asetat
sudah benar-benar terbentuk, karena
selulosa tri asetat adalah residu yang
tidak terlarut dalam medium asetilasi
(Saka dan Takanishi, 1998), kalau yang
terbentuk mono dan diester maka
produk ini akan larut dalam medium
asetilasi. Terbentuknya selulosa tri
asetat
juga
didukung
dengan
diperolehnya DS = 2,92 dengan persen
asetil 44,08 %. Esterifikasi pada tiga
gugus hidroksil pada masing-masing
unit anhidroglukosa didalam rantai
selulosa menghasilkan selulosa triasetat yang memiliki DS=3, tetapi
dalam prakteknya tri asetat DS
mendekati 3 yaitu sekitar 2,8 - 2,95
(Shapped, 1984 dan Rich, 1984). Dalam
hal ini produk selulosa tri asetat dengan
DS yang sama tingginya dengan 2,8,
43,5% asetil (92% gugus hidroksil
terasetilasi) sudah dapat diterima (Kluk,
1964; Austin, 1984).
Hasil
analisis
SEM
dengan
pembesaran 200 kali dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2 dan Gambar 3. Foto SEM Selulosa
dan Foto SEM Selulosa Asetat

Sintesis Selulosa Kaproat Melalui Reaksi Interesterifikasi
(Misdawati)

Analisis permukaan dengan SEM
menunjukkan
bahwa
selulosa
menunjukkan serat yang baik dengan
ukuran yang sama, sedangkan pada
selulosa tri asetat (yang terasetilasi)
menunjukkan permukaan mengalami
perubahan. seratnya menjadi berubah
sehingga pori-porinya menjadi lebih
O
Sel – O – C
selulosa asetat

+
CH3

O

CH3 (CH2)3 CH2C

OCH3

metil kaproat
O

Sel – O - C
selulosa kaproat

kecil dan rapat yang mengakibatkan
daya serap terhadap air berkurang.
Pembuatan Selulosa Kaproat
Selulosa kaproat yang diperoleh
dengan rendemen reaksi sebesar 65%
dengan reaksi sebagai berikut:

C5H11

NaOCH3
CH3OH

O
+ CH3 – C

Dalam reaksi interesterifikasi ini
adanya katalis NaOCH3 berdasarkan
prinsip HSAB (Hard Soft Acid Base)
maka gugus asetil (-CO-CH3) dari
selulosa asetat yang merupakan hard
acid segera bereaksi dengan gugus
metoksi (-OCH3) dari metil kaproat
yang hard base membentuk metil asetat.
Selanjutnya gugus alkoksi dari selulosa
yang soft base akan bereaksi dengan
gugus kaprosil yang soft acid
membentuk selulosa kaproat.
Hasil analisis spektroskopii FT-IR
selulosa kaproat memberikan spektrum
dengan puncak-puncak serapan pada
daerah bilangan gelombang 3448; 2935
– 2877; 1751; 1373; 1242; 1049 dan
721 (Gambar 4).
Spektrum FT-IR senyawa selulosa
kaproat memberikan puncak serapan
pada daerah gelombang bilangan 3448
cm-1 yang merupakan serapan khas
untuk gugus hidroksil (OH-), puncak
serapan
pada
daerah
bilangan
-1
gelombang 1751 cm adalah regangan
gugus karbonill (C=0) dan didukung
puncak vibrasi C-O-C pada daerah
bilangan gelombang 1242 cm-1. Puncak
serapan
pada
daerah
bilangan
gelombang 2935 cm-1 merupakan
serapan khas dari vibrasi stretching C-H

OCH3
metil asetat

sp3 yang didukung dengan vibrasi
bending C-H sp3 pada daerah bilangan
gelombang 721 cm-1 yang tajam adalah
vibrasi rocking dari (CH2)n pada (CH2)4
Spektrum ini bila dibandingkan
dengan spectrum FT-IR selulosa asetat
yang belum di interesterifikasi (gambar
4.2.2) tampak perbedaan yang jelas
pada daerah bilangan gelombang sekitar
3448 cm-1 yaitu serapan gugus OH yang
lebih lebar dan besar. Juga tampak
perbedaan yang jelas pada daerah
bilangan gelombang 721 cm-1 dimana
pada selulosa asetat tidak terdapat
puncak tersebut yang menandakan
serapan.gugus (CH2)n.
Hasil analisis SEM pada Gambar 4
adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Foto SEM Selulosa Kaproat

Dari analisis SEM pada Gambar 4
dapat dilihat perbedaan dimana
43

Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 38-45

permukaan selulosa kaproat mengalami
perubahan dimana pori-porinya jauh
lebih rapat dan padat sehingga menjadi
kurang menyerap air jika dibandingkan
dengan selulosa asetat.
Berdasarkan uraian diatas maka
dapat disimpulkan bahwa senyawa yang
terbentuk adalah selulosa kaproat.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang
dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Selulosa asetat yang terbentuk
merupakan residu yang tidak larut
dalam medium asetilasi dan
mempunyai derajat substitusi (DS) =
2,92
dengan kandungan asetil
44,08%.
2. Selulosa kaproat dapat disintesis
melalui
reaksi
interesterifikasi
antara selulosa asetat dengan metil
kaproat
menggunakan
katalis
NaOCH 3 dan pelarut metanol pada
suhu refluks.
DAFTAR PUSTAKA
Austin, G.T., (1984),” Man made and Film
Industries, in Shreve’s Chemical Process
Industries”, 8th Ed., Mc Graw- Hill Book
Company, New York.
Barsha, J and Wyck, P.V., (1996).” Cellulose in,
Krik-othmer Encyclopedia of Chemical
Technologic”, 2nd Ed., 4, 593-614, john
Wiley & Sons, Inc. New York.

Bersaing 1/3,
Utara, Medan.

Universitas

Sumatera

Fengel, D dan Wegener, G., (1995), “Kayu”,
Gajah Mada University Press, ,
Yogyakarta.
Fringant,C., Rinudo, M., Foray, M.F., Bardet,
M., (1998), “Preparation of Mixed Esters
of Starch or Use of An External
Plasticizer: Two Different Ways to
Change The Properties of Starch Acetate
Films”, Carbohydrate polymers, 35, 97 –
106.
Funaki, Y., Ueda, K., Saka, S., (1993),”
Characterizing of Cellulose Acetate in
Aceton Selution. Studies on Prehump (II)
in GPC Pattern” , J. Appl. Polym. Sci.,
48, 419 – 423.
Garcia, C.V., Thiebaud, S.S.,. Borredon, M.E.,
Ghozzelino, G., (1998), “Cellulose
Esterification Wiyh Fatty Acid and
Anhydride in Lithium Chloride / N,NDimethylacetomide Medium”, J. Am.
Oil. Chem. Soc., 75, 315.
Gupta, B.S., (1992), “Manufactured Textile
Fiber’s, in Riegel’s Hand book of
Indusrtial Chemistry”, 9 th Ed., 735 –
758, Van Nostran Reinhold, New York.
Inagaki, H., and Philips, G.O., (1989), “
Cellulosuc Utilization, Reearch and
Rewards in Cellulosics”, Elsevier
Science Publisher Ltd, London.
Klug, E.D., (1964), “Cellulosa Derivates in Kirk
– Othmer Encyclopedia of Chemical
Technology”, 2nd Ed., 4, 679 – 684, John
Wiley & Sons, Inc. New York.

Biemen, K., (1983).” Tables of Spectral Data
for Structure Dtermination of Organic
compounds”, Springer Verlag Berlin
Heidelberg.

Kumar S., and Kohli K., (1985), “Chemical
Modification of Wood : Reaction swith
Thiocetic Acid and Its Effect on Physical
and Mechanical Properties and Biological
Resistence”, Proceeding of The Second
Internastional Symposium on Polimeric
Reniewable Resources Materials, Florida.

Billmeyer, W.F., (1984), “Textbook of Polymer
Science” , 3rd Ed., John Willey & Sons,
New York.

Leyes, C. E., (1986), “Hawley’s Condensed
Chemical Dictionary”, 12th Ed., Van
Nostrand Reinhold, New York.

Brahmana, H.R., (1994), “Sintesa Alkil Eter dan
Ester Selulosa Turunan Asam Lemak
Kelapa Sawit (CPO) dan Inti Sawit
(CPOK) dengan Natrium Selulosa Pinus
Merkusii”, Laporan Penelitian Hibah

March, J., (1992), “ Advance organic Chemistry
“, fourth edition, A Wiley Interscience
publication, John Wiley & Sons, New
York.

44

Sintesis Selulosa Kaproat Melalui Reaksi Interesterifikasi
(Misdawati)
Mark, F.h., and J.J. Mc. Ketta., (1987),
“Encyclopedia of Chemical Technology ”,
Vol. 1, 2nd Ed., Completely Revised.
Matsumura H., and Saka S., (1992), “Cellulosa
Triacetate Prepared from Low –Grade
Pulp (I). Insoluble in Acetilatyion
Solution”, Mokkuzai Gakkashi, 38 (3),
270-276.
Matsumura H., and Saka S., (1992), “Cellulosa
Triacetate prepared from Low-Grade Pulp
(II). Insoluble in Acetilatyion Solution”,
Mokkuzai Gakkashi, 38(9), 862-868.
Saka, S., and Takanishi, K., (1998), “ Celulosa
Triacetat Prepared from Low – Grade
Hardwood Dissolving Pulp and Its
Insoluble Residues in Acetylation Mediums
“, J.Appl. Polym. Sci., Vol. 67, 289 – 297.
Journal of Pulp and Paper Science : Vol 28 No. 5
May 2002.

45

Dokumen yang terkait

Perbandingan Sifat Matriks Komposit Polimer Selulosa Asetat Sintesis dan Selulosa Asetat Komersial yang Divariasikan dengan Polipropilen Sebagai Bahan Kemasan

5 61 99

Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat

1 43 56

Peugaruh Nisbah Selulosa Dengan Asetat Anhidrida dan Lama Asetilasi Terhadap Produksi Selulosa Asetat dari Selulosa Mikrobial

0 6 86

Sintesis Karboksimetil Selulosa (Cmc) Dari Selulosa Hasil Isolasi Kulit Buah Durian (Duriozibethinus Murr) Melalui Reaksi Dengan Asam Monokloroasetat

15 62 63

Sintesis Karboksimetil Selulosa (Cmc) Dari Selulosa Hasil Isolasi Kulit Buah Durian (Duriozibethinus Murr) Melalui Reaksi Dengan Asam Monokloroasetat

0 0 13

Sintesis Karboksimetil Selulosa (Cmc) Dari Selulosa Hasil Isolasi Kulit Buah Durian (Duriozibethinus Murr) Melalui Reaksi Dengan Asam Monokloroasetat

0 0 2

Sintesis Karboksimetil Selulosa (Cmc) Dari Selulosa Hasil Isolasi Kulit Buah Durian (Duriozibethinus Murr) Melalui Reaksi Dengan Asam Monokloroasetat

1 1 3

Sintesis Karboksimetil Selulosa (Cmc) Dari Selulosa Hasil Isolasi Kulit Buah Durian (Duriozibethinus Murr) Melalui Reaksi Dengan Asam Monokloroasetat

0 3 17

Sintesis Karboksimetil Selulosa (Cmc) Dari Selulosa Hasil Isolasi Kulit Buah Durian (Duriozibethinus Murr) Melalui Reaksi Dengan Asam Monokloroasetat

0 1 4

Sintesis Karboksimetil Selulosa (Cmc) Dari Selulosa Hasil Isolasi Kulit Buah Durian (Duriozibethinus Murr) Melalui Reaksi Dengan Asam Monokloroasetat

0 0 5