Dampak Manipulasi Laba Akrual dan Real pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

DAMPAK MANIPULASI LABA AKRUAL DAN REAL PADA
PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)

Oleh
GUSTIN PADWA SARI

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER SAINS AKUNTANSI
Pada
Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA ILMU AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014


ABSTRACT

The Effect of Accrual Earnings Manipulation and Real Earnings Manipulation to
Corporate Social Responsibility Disclosure (CSR)
By
GUSTIN PADWA SARI

This research was aimed to examine empirically: (1) The effect of accrual earnings manipulation
to CSR disclosure (2) The effect of real earnings manipulation to CSR disclosure. Accrual
earnings manipulation was measured by discretionary accruals use Modified Jones Model,
real earnings management as the proxy of earnings manipulation by using a model from
Roychowdhury (2006).The extent of CSR was measured used corporate social disclosure index
(CSDI) based on Global Reporting Initiative (GRI) reporting standard items which were
disclosed in companies annual report. This research used samples on manufacturing companies
among 2011-2012 by using purposive sampling method. Samples used in this study were 132
firms-years observation. The study provides empirical evidence that companies that engage in the
practice of accrual earnings manipulation have no influence on CSR disclosure. In addition, the
second hypothesis, The results showed that companies that the real earnings management have an
incentive to reveal the CSR disclosure.


Key words:. Accrual Earnings Manipulation, Real Earnings Manipulation, Corporate Social
Responsibility Disclosure, Manufacturing Companies.

ABSTRAK

Dampak Manipulasi Laba Akrual dan Real pada Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR)
oleh
GUSTIN PADWA SARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris: (1) pengaruh manipulasi laba akrual
terhadap pengungkapan CSR (2) pengaruh manipulasi laba real terhadap pengungkapan CSR
manipulasi laba akrual diukur dengan menggunakan discretionary accrual dengan menggunakan
model Modified Jones, proksi manipulasi laba real menggunakan model Roychowdhury (2006).
Luas pengungkapan CSR diukur dengan menggunakan Corporate Social Disclosure Index
(CSDI) berdasarkan item standar pelaporan Global Reporting Initiative (GRI) yang diungkapkan
di dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur
selama tahun 2011-2012 dengan menggunakan metode purposive sampling. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 132 observasian. Penelitian ini menemukan hasil empiris
bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas manipulasi laba akrual tidak berpengaruh terhadap

pengungkapan CSR. Pada hipotesis kedua, hasil menunjukkan bahwa manipulasi laba real
mendorong perusahaan untuk mengungkapkan CSR.

Kata kunci :Manipulasi Laba Akrual, Manipulasi Laba Real, Pengungkapan CSR, Perusahaan
Manufaktur.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengungkapan CSR merupakan gagasan yang tidak lagi membuat perusahaan
berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan pada kondisi finansial dan
bertanggung jawab hanya pada shareholder. Namun perusahaan memiliki
tanggung jawab pada pihak-pihak yang lain yang berkepentingan (stakeholder).
Oleh karena itu, perusahaan berkewajiban menunjukkan tanggung jawab
perusahaan pada aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi. Ada beberapa alasan
mengapa korporasi mengembangkan tanggung jawab sosial beriringan dengan
kegiatan operasi usahanya. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan
memiliki hubungan simbiosis mutualisme, sehingga menjadi wajar bila

perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Alasan lain yakni kegiatan
tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan
menghindari konflik sosial (Anggraini, 2006).

Kegiatan CSR menjadi kegiatan mandatory dengan dikeluarkannya UU Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan perseroan
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pelaksanaan kegiatan CSR
juga diatur dalam PP Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 pasal 6 ayat 1.

2

Perseroan yang tidak melakukan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan
ini akan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Namun,
pengungkapan pertanggung jawaban sosial di Indonesia masih bersifat voluntary
disclosure karena belum ada standar pasti dalam pengaturan pengungkapan
pertanggungjawaban sosial.

Pengungkapan CSR mencerminkan akuntabilitas perusahaan atas pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan, namun tidak setiap perusahaan mampu
melakukan kegiatan CSR sesuai dengan konsep dasar CSR. Menurut CSR

Indonesia pengungkapan CSR di Indonesia masih bersifat pengiklanan diri
dengan tujuan membangun reputasi. Menurut Terzaghi (2012) adanya
penghargaan-penghargaan yang berkaitan dengan CSR dapat meningkatkan
pengungkapan CSR perusahaan.

Djumainah (2011) mengungkapkan bahwa pengungkapan CSR dilakukan karena
menginginkan citra positif yang cenderung mengungkapkan informasi positif
mengenai perusahaannya, hal ini memungkinkan laporan tidak menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Chih (2008) menyatakan aktivitas CSR dapat
digunakan manajer untuk menghadapi konflik kepentingan untuk memaksimalkan
tujuan pemegang saham dan pemangku kepentingan yang memiliki kepentingan
yang berbeda. Salah satu motivasi manipulasi laba yakni motivasi bonus, oleh
karena itu menajemen tidak dapat dievaluasi dan memungkinkan manajemen
menggunakan sumber daya perusahaan untuk kepentingan sendiri dan tidak
mematuhi pengklaiman keuangan dan masyarakat pada umumnya.

3

Penelitian ini menguji dampak manipulasi laba akrual dan real pada
pengungkapan CSR karena kegiatan CSR digunakan sebagai tameng oleh manajer

perusahaan untuk menggalang dukungan dari para pemangku kepentingan. Prior
et al. (2007) menyatakan bahwa manajer yang memanipulasi laba (earnings
management) menggunakan pengungkapan kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) sebagai salah satu strateginya untuk menjaga hubungan dengan
para stakeholder. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Cespa dan Cestone,
(2007) manajer menggunakan suatu strategi pertahanan diri (entrenchment
strategy) untuk mengatasi ketidakpuasan stakeholder dengan kebijakan
perusahaan tentang penerapan CSR.

Penelitian Arifin et al. (2012) menunjukkan bahwa manajer yang melakukan
praktik manajemen laba memiliki dua alasan dalam memuaskan kepentingan
stakeholder. Pertama, manajer mengantisipasi atas tindakan manipulasi laba dapat
merugikan posisi mereka di perusahaan. Cara terbaik untuk mengantisipasinya
adalah dengan memberikan kepuasan terhadap kepentingan stakeholder. Alasan
kedua yaitu strategi pertahanan diri, manajer cenderung berkonspirasi dengan
stakeholder yang lain sebagai strategi pelindung dalam praktik manajemen laba.

Menurut Watts dan Zimmerman (1978) ada beberapa faktor yang
melatarbelakangi manipulasi laba yakni bonus plan hypothesis, debt covenant
hypothesis, dan political cost hypothesis. Political costs hypothesis berpendapat

bahwa semakin banyak perusahaan yang tunduk pada transfer potensi kekayaan
dalam proses politik, pengelolaannya semakin cenderung mengadopsi kebijakan
akuntansi yang mengurangi transfer tersebut. Pengawasan politik dan tekanan

4

publik dapat memotivasi perusahaan untuk mengungkapkan pelaporan
pertanggungjawaban sosial (Setiorini dan Ishak, 2012).

Praktik CSR berpotensi dapat dihubungkan dalam pemenuhan kepentingan
manajer sendiri. Seorang manajer mungkin terlibat dalam aktivitas CSR untuk
menutupi dampak dari pelanggaran perusahaan (Hemmingway dan Maclagen,
2004). Ketika manajer terlibat dalam praktik CSR berdasarkan insentif
opportusitik, maka mereka cenderung menyesatkan pemangku kepentingan
mengenai nilai perusahaan dan kinerja keuangan (Kim et al., 2012). Dengan fokus
pada latar belakang opportunistik ini, maka kita akan menguji apakah manipulasi
laba dapat mendorong pengungkapan pertanggungjawaban sosial.

Beberapa peneliti sebelumnya Chih et al. (2008), Prior et al. (2008), Gargauri et
al. (2010), Handajani et al.(2010), Mohammad et al. (2011), dan Arifin et al.

(2012) mengungkap bahwa manipulasi laba berpengaruh positif dengan
pengungkapan CSR. Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan karena pada
penelitian lain Yip et al., 2011; Hong dan Andersen 2011; Scholtens dan Kang,
2013; Kim et al., 2012; Pyo dan Lee, 2013 menyatakan bahwa perusahaan yang
melakukan kegiatan CSR cenderung tidak memanipulasi laba.

Yip et al. (2011) menyatakan bahwa perusahaan harus bertanggung jawab secara
etis, menampilkan integritas dengan bersikap jujur, dan philantrophy. Pada sudut
pandang etika, perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan
mengungkapkan CSR cenderung memiliki kualitas laba yang baik . Yip et al.
(2011) menguji pengungkapan CSR dan manipulasi laba dengan pertimbangan
etika dan pertimbangan politis. Hasil menunjukkan pertimbangan politis

5

memberikan pengaruh lebih besar antara manipulasi laba dan pengungkapan CSR
dibandingkan dengan kebijakan etika.

Pyo dan Lee (2013) memberikan bukti empiris bahwa perusahaan yang
melakukan aktivitas CSR cenderung melaporkan laba lebih berkualitas. Dengan

menggunakan biaya donasi dan pengungkapan sukarela CSR sebagai proksi CSR,
hasil menunjukkan adanya hubungan negatif biaya donasi dan DA. Hubungan ini
menjadi lebih kuat atau lebih ditunjukkan ketika perusahaan mengungkapkan
CSR secara sukarela.

Penelitian Kim et al. (2012) menunjukkan bahwa etika dapat mendorong manajer
untuk menghasilkan laporan keuangan dengan kualitas yang tinggi. Perusahaan
yang mengungkapkan tanggung jawab sosial cenderung berperilaku mengurangi
manipulasi laba. Penelitian lain yakni Rahmawati (2011), dan Terzaghi (2012)
menunjukkan bahwa manipulasi laba tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR, sehingga penelitian ini menjadi menarik karena banyak
aspek yang dapat diteliti lebih luas mengingat kondisi perusahaan, sifat
pengungkapan CSR, dan regulasi di Indonesia.

Beberapa penelitian pada dekade terakhir menunjukkan manajer lebih banyak
berdasar pada transaksi real perusahaan dibandingkan dengan transaksi akrual
(Roychowdhury 2006 dan Subekti et al. 2010). Manipulasi laba real yakni campur
tangan manager dalam proses pelaporan keuangan tidak hanya melalui metodemetode atau estimasi-estimasi akuntansi saja tetapi juga dapat dilakukan melalui
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional
(Roychowdhury: 2006). Transaksi operasional memiliki pengaruh yang besar


6

dalam kelangsungan hidup perusahaan. Penelitian ini ingin mengungkap
manipulasi laba tidak hanya pada transaksi akrual, namun juga manipulasi laba
berdasar pada aktivitas operasional perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah manipulasi laba akrual mendorong manajer untuk melakukan
pengungkapan CSR?
2. Apakah manipulasi laba real mendorong manajer untuk melakukan
pengungkapan CSR?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1

Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah menyediakan bukti empiris bahwa:

1. Manipulasi laba akrual mempengaruhi pengungkapan CSR.
2. Manipulasi laba real mempengaruhi pengungkapan CSR.
1.3.2 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

7

1.

Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan
dengan pengembangan ilmu pengetahuan mengenai teknik manajemen
laba melalui manipulasi akrual dan real, dan dampaknya terhadap
pengungkapan CSR.

2.

Manfaat praktis
a. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti yang
menunjukkan bahwa kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan
terkadang termotivasi karena adanya manipulasi laba, sehingga dapat
memberi pertimbangan kepada investor agar lebih berhati-hati dalam
menilai perusahaan yang melaporkan CSR.
b. Bagi manajer, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
mengenai teknik manajemen laba melalui manipulasi laba akrual dan
real.
c. Bagi regulator, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sinyal
peringatan bagi pembuat kebijakan bahwa kewajiban pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan juga perlu diikuti dengan
pengawasan yang dilakukan oleh pembuat kebijakan, untuk
menghindari perilaku oportunistik dari pihak manajemen, agar
perusahaan dapat lebih memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan
CSR.

BAB II
Rerangka Teori dan Hipotesis

2.1 Teori Stakeholder

Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri
namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham,
kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain).
Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh
dukungan yang diberikan stakeholder kepada perusahaan tersebut (Chariri:
2008). Dengan alasan tersebut, perusahaan akan melakukan aktivitas untuk
mencari dukungan, semakin powerful stakeholder makin besar usaha perusahaan.
Pengungkapan pertanggungjawaban sosial dilakukan perusahaan sebagai upaya
dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya.

Tanggung jawab perusahaan yang semula hanya diukur sebatas indikator
ekonomi (economics focused) dalam laporan keuangan kini harus bergeser dengan
memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions) terhadap stakeholders,
baik internal maupun eksternal (Terzaghi: 2012). Stakeholder pada dasarnya
dapat mengendalikan dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sumbersumber ekonomi perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan akan
mengambil tindakan yang dapat menghasilkan hubungan yang harmonis antara
perusahaan dengan stakeholdernya. Gray (1994) menyatakan bahwa dukungan

9

stakeholder dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan
harus mencari dukungan dengan melakukan aktivitas yang menunjukkan
perhatian pada kepentingan stakeholder, sehingga pengungkapan tanggung jawab
sosial dianggap sebagai cara yang ampuh untuk mendapat dukungan dari para
stakeholder.

2.2 Teori Political Cost

Watts and Zimmerman (1978) berpendapat bahwa perusahaan berpenghasilan
tinggi akan sangat rentan terhadap penggalian kekayaan transfer politik dalam
bentuk undang-undang dan regulasi. Manajer dalam perusahaan-perusahaan ini
akan memiliki insentif untuk menggunakan prosedur akuntansi dan mengurangi
laporan pendapatan. Political cost hypothesis menyatakan bahwa semakin besar
political cost yang dihadapi perusahaan, akan mengakibatkan kecenderungan
pemilihan prosedur akuntansi yang dapat menangguhkan pelaporan laba dari
periode saat ini ke periode yang akan datang.

Menurut Watt dan Zimmerman, (1978) terdapat tiga faktor pendorong yang
melatarbelakangi terjadinya manajemen laba yaitu:

1. Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya
yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar
berdasarkan laba lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang
meningkatkan laba yang dilaporkan.

10

2. Debt Covenant Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung
memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba. Hal ini
untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.
3. Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan
tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut
dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil
tindakan, misalnya: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak
pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
Belkoui dan Karpik (1989) menemukan hubungan positif dan signifikan antara
pengungkapan sosial dan visibilitas politik, yang diukur dengan ukuran dan poin
risiko sistematik terhadap kecenderungan manajer untuk memilih prosedur
akuntansi untuk mengurangi laba yang dilaporkan dan mengurangi biaya politik.

Perusahaan besar yang lebih cenderung menggunakan pilihan akuntansi yang
mengurangi laba yang dilaporkan dan/atau membuat pengungkapan lain untuk
mengurangi biaya politik. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan dapat memilih
untuk menggunakan metode akuntansi dalam mengurangi laba yang dilaporkan
atau melakukan "kampanye tanggung jawab sosial di media" untuk mengurangi
kemungkinan bahwa mereka akan menjadi sasaran aksi-aksi politik yang
merugikan.

11

Hal ini dilakukan dalam rangka mencegah transfer kekayaan dari perusahaan juga
untuk kepentingan manajemen dan pemegang saham, sehingga dibawah
perspektif biaya politik, hubungan antara pengungkapan CSR (sukarela) dan
manajemen laba akan bervariasi tergantung pada lingkungan politik perusahaan
(Yip et al., 2011).

2.3 Corporate Social Responsibility

Pengertian CSR menurut Pasal 1 butir 3 UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas yakni, komitmen perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Definisi corporate
social responsibility menurut Bank Dunia yakni sebuah janji untuk menyumbang
pembangunan ekonomi yang berkesinambungan bersama dengan karyawan dan
perwakilan mereka, untuk komunitas lokal dan masyarakat luas dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang saling menguntungkan untuk bisnis
dan pembangunan.

Kegiatan pertanggungjawaban sosial juga diatur dalam PP Republik Indonesia
No. 47 Tahun 2012 pasal 6 ayat 1 menyatakan “pelaksanaan tanggung jawab
sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan tahunan dan dipertanggungjawabkan
kepada RUPS” pengungkapan kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial dalam
laporan keuangan tahunan adalah untuk mencerminkan akuntabilitas,
responsibilitas dan transparansi perusahaan kepada investor dan stakeholder.

12

Pengungkapan ini bertujuan untuk menjalin hubungan yang baik dan efektif
antara perusahaan dengan publik dan stakeholder lainnya.

CSR menurut Anggraini (2006) merupakan tanggung jawab moral suatu
perusahaan terhadap para stakeholders terutama komunitas atau masyarakat di
sekitar wilayah kerja dan operasinya. Sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi
moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang CSR
adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil
terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR telah diteliti oleh Hackston
dan Milne (1996), Sembiring (2005) dan Anggraini (2006). Faktor yang
mempengaruhi pengungkapan CSR antara lain: ukuran perusahaan, kepemilikan
manajemen, tipe industri, dan media exposure. Kegiatan CSR merupakan suatu
komitmen sukarela yang berkelanjutan dari suatu perusahaan untuk berperilaku
etis dan berkonteribusi positif pada stakeholder secara seimbang.

2.4 Earnings Management

Scott (2009) menyatakan bahwa manipulasi laba adalah intervensi manajemen
dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat menaikkan atau menurunkan
laba akuntansi sesuai kepentingannya. Beberapa penelitian manipulasi laba
terdahulu fokus pada teknik manipulasi laba berbasis akrual, sedangkan
manipulasi laba dengan hanya mendasarkan pada pengaturan akrual saja mungkin
menjadi tidak valid. Dalam hal ini, menjadi penting untuk memahami bagaimana

13

perusahaan melakukan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas selain laba
berbasis akrual (Roychowdhury, 2006)

Manajemen laba melalui transaksi real didefinisikan sebagai tindakan manajemen
yang menyimpang dari praktik bisnis yang sesungguhnya dan dilakukan dengan
tujuan utama memenuhi ekspektasi laba (Roychowdhury, 2006; Cohen, 2008).
Zang (2008) memberikan bukti empiris bahwa tindakan manipulasi laba real
dilakukan sebelum manipulasi laba berbasis akrual.

Menurut (Roychowdhury, 2006) manipulasi laba real dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu:

a. Manipulasi penjualan
Manipulasi penjualan merupakan usaha untuk meningkatkan penjualan secara
temporer dalam periode tertentu dengan menawarkan diskon harga produk secara
berlebihan atau memberikan persyaratan kredit yang lebih lunak. Strategi ini
dapat meningkatkan volume penjualan dan laba periode saat ini, dengan
mengasumsikan marginnya positif. Namun, pemberian diskon harga dan syarat
kredit yang lebih lunak akan menurunkan aliran kas periode saat ini.

b. Penurunan beban-beban diskresionari (dicretionary expenditures)
Perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditures seperti beban penelitian
dan pengembangan, iklan dan penjualan, adminstrasi dan umum terutama dalam
periode pengeluaran tersebut tidak langsung menyebabkan pendapatan dan laba.
Strategi ini dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat ini, namun dengan
risiko menurunkan arus kas periode mendatang.

14

c. Produksi yang berlebihan (overproduction)
Untuk meningkatkan laba, manajer perusahaan dapat memproduksi lebih banyak
dari pada yang diperlukan dengan asumsi bahwa tingkat produksi yang lebih
tinggi akan menyebabkan biaya tetap per unit produk lebih rendah. Strategi ini
dapat menurunkan biaya barang terjual (cost of goods sold) dan meningkatkan
laba operasi.

2.5 Pengembangan Hipotesis
2.5.1 Manipulasi Akrual dan Pengungkapan CSR

Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan menggunakan
dasar akrual. Sistem akuntansi akrual sebagaimana yang ada pada prinsip
akuntansi berterima umum memberikan kesempatan kepada manajer untuk
membuat pertimbangan akuntansi yang akan memberi pengaruh kepada
pendapatan yang dilaporkan. Dalam hal ini, pendapatan dapat dimanipulasi
melalui discretionary accruals (Subekti, 2010).

Menurut Healy dan Wahlen (1999) manipulasi laba merupakan tindakan yang
terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan
dalam menyusun transaksi-transaksi untuk menggubah laporan keuangan yang
menyesatkan terhadap stakeholders atas dasar kinerja ekonomi organisasi atau
untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang tergantung pada angkaangka akuntansi yang dilaporkan sehingga manipulasi laba dilakukan dengan
disengaja dan mengakibatkan kerugian bagi stakeholder. Salah satu konsekuensi
dari tindakan manajemen yang memanipulasi laba adalah perusahaan akan
kehilangan dukungan dari stakeholders, yakni respon negatif berupa tekanan dari

15

investor, sanksi dari regulator, ditinggalkan rekan kerja, boikot dari para aktivis,
dan pemberitaan negatif media massa (Prior et al., 2008).

Manajer perusahaan melakukan strategi pertahanan diri (entrenchment strategy)
untuk mengatasi ketidakpuasan stakeholder dan salah satunya dengan
mengeluarkan kebijakan pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan
(Cespa et al., 2007). Tindakan manajer dalam melakukan pengungkapan CSR
menjadi pertahanan diri dalam melakukan manipulasi laba akrual.

H1:

Manipulasi laba akrual berpengaruh positif terhadap pengungkapan
pertanggungjawaban sosial

2.5.2 Manipulasi Real dan Pengungkapan CSR

Menurut Roychodhury (2006) manipulasi laba real sebagai satu bentuk
manajemen laba yang dilakukan melalui manipulasi aktivitas operasional
perusahaan. Manipulasi ini diukur dengan adanya satu penyimpangan dari praktik
operasional perusahaan yang normal. Motivasi manajemen melakukan ini adalah
adanya keinginan untuk “mengelabui” pelaporan keuangan perusahaan untuk
beberapa stakeholder dalam rangka memenuhi tujuan tertentu. Penyimpangan ini
sebenarnya tidak memberikan nilai tambah perusahaan tetapi hanya sekedar untuk
memenuhi sasaran pelaporan bagi manajer.

Motivasi manajemen melakukan manajemen laba real karena adanya tekanan
maupun dorongan manajemen untuk meningkatkan laba jangka pendek serta
rendahnya fokus manajemen terhadap rencana jangka panjang perusahaan.
Perilaku oportunis manajemen memfokuskan kepada aktivitas-aktivitas yang

16

dapat mempengaruhi laba, yaitu dengan manajemen laba real melalui ketiga
aktivitas yaitu manajemen penjualan, overproduction, dan pengurangan biaya
diskresioner. Hal ini dapat mengakibatkan manipulasi laba tidak hanya dilakukan
dengan menggunakan diskresionary accrual saja. Roychowdhury (2006)

menemukan bukti bahwa perusahaan menggunakan tindakan manajemen laba real
untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan tertentu selain untuk menghindari
melaporkan kerugian. Oleh karena itu, manajemen yang melakukan manipulasi
laba real menggunakan pengungkapan CSR sebagai upaya untuk menggalang
dukungan dari para Stakeholder.

H2:

Manipulasi laba real berpengaruh positif terhadap pengungkapan
pertanggungjawaban sosial.

BAB III
Metode Penelitian

3.1 Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah manipulasi akrual, manipulasi real, dan
pengungkapan pertanggung jawaban perusaaan yang listed di Bursa Efek
Indonesia (BEI) khususnya sektor manufaktur dengan tipe industri high profile
dan low profile.

3.1.1

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
berasal dari pihak ketiga atau pihak lain yang dijadikan sampel dalam suatu
penelitian. Data laporan keuangan dan laporan CSR perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2012.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui situs yang dimiliki oleh BEI,
yaitu www.idx.co.id dan dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD).

3.1.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang tercatat
(go public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 2011-2012. Tahun 20112012 dipilih dalam pengambilan sampel karena di tahun 2012 terbit peraturan

18

baru PP Republik Indonesia No. 47 tahun 2012 tentang pelaksanaan kegiatan
CSR. Tahun 2011 digunakan untuk melihat pada tahun sebelumnya. Perusahaan
manufaktur yang tercatat di BEI digunakan sebagai populasi karena perusahaan
tersebut memiliki kontribusi yang besar dalam memunculkan masalah-masalah
sosial seperti polusi, keamanan produk dan tenaga kerja.
Penentuan sampel yang digunakan berdasarkan teknik purposive sampling dengan
kriteria sebagai berikut:

1 Perusahaan manufaktur yang telah listed di Bursa Efek Indonesia tahun 20112012.
2 Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) yang berakhir
tanggal 31 Desember selama periode pengamatan 2011 dan 2012.
3 Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel yang
digunakan dalam penelitian
4

Perusahaan menyajikan laporan tahunan dalam rupiah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari indonesian stock exchange (IDX) sampai
dengan Juni 2013 diketahui bahwa selama tahun 2011 terdapat 129 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI, dan pada tahun 2012 menjadi 130 perusahaan
manufaktur. Pada tahun 2011-2012 total perusahaan manufaktur sebanyak 259
pengamatan tahun perusahaan,dan dari jumlah tahun pengamatan tersebut didapat
total observasi sebanyak 132 sampel yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan.

19

Tabel 3.1
Proses Seleksi Objek Penelitian
Kriteria pemilihan sampel

Jumlah

Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2011-2012

259

Jumlah perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan annual report

(80)

tahun 2011-2012
Data tidak lengkap terkait dengan variabel yang digunakan dalam

(28)

penelitian
Data dalam dollar

(19)

Total objek penelitian

132

3.2 Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Manipulasi laba Akrual

Manipulasi laba akrual dalam penelitian ini diukur dengan proksi discresionary
accruals (DA) dengan model modifikasian Jones atau Modified Jones model
(Dechow et al., 1995). Penelitian ini menggunakan nilai absolut dari residual
masing-masing perusahaan dalam perhitungan discretionary accruals (DA)
mengacu pada penelitian Yip (2011) dan Kim (2012). Pengukuran manajemen
laba akural dengan menggunakan DA sebagai proksi manipulasi laba dihitung
dengan model sebagai berikut:

TAit = NIit – CFOit .....................................................................................(1)
Nilai total akrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi sebagai berikut:

TAit/Assetsit-1 = α 0 + ß1(1/Assetsit-1) + ß2(∆REVit - ∆RECit)/Assetsit-1+
ß3(PPEit/ Assetsit-1) + e.......................(2)

20

Dalam hal ini:
Niit

= Net income perusahaan i pada tahun t

CFOit

= Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode t

TAit

= Total akrual perusahaan i pada tahun t

∆REVit

= Perubahan pendapatan perusahaan i tahun antara t dan t-1

∆RECit

= Perubahan piutang i tahun antara t dan t-1

PPEit

= Tingkat PPE perusahaan i pada tahun t

Ait-1

= Total aktiva perusahaan i pada akhir tahun t-1

e

= Nilai residual (error term) dari perusahaan i.

Penggunaan nilai absolut dari residual sebagai pengukuran DA karena nilai
absolut merefleksikan pembalikan akrual dari waktu ke waktu. Artinya
akrual hanya menggeser pendapatan atau beban dari satu periode ke periode lain,
dan income increasing akan menyebabkan pendapatan akrual menurun pada
periode lain. Dengan demikian, ukuran akrual adalah lebih penting dari pada arah
akrual (Yip et al, 2011). Oleh karena itu, nilai absolut (magnitude) dapat
melibatkan income increasing dan income decreasing accruals (Klein, 2002;
Reichelt dan Francis, 2002; Yip et al., 2011; Kim et al., 2012). Nilai absolut akan
menyebabkan semua nilai DA menjadi positif, hal ini tidak diartikan semua
perusahaan menaikkan laba. Nilai DA absolut menunjukkan ukuran DA
perusahaan dalam menaikkan ataupun menurunkan laba.

21

3.2.2 Manipulasi Laba Real

Pengukuran manipulasi laba real diproksi dengan abnormal cash flows from
operating, abnormal production costs, dan abnormal discretionary expenses
dengan menggunakan model Roychowdhury (2006). Penelitian ini mengukur nilai
abnormal dari ketiga manipulasi laba real diukur dengan residual dari model dan
diestimasi per perusahaan (Kim et al. 2012).

a. Aktivitas abnormal cash flow of operation

CFOt/At-1 = α0 + α1(1/At-1) + β1(St/ At-1) + β2(Δ St/At-1) + et
Untuk masing-masing perusahaan abnormal cash flow of operation (AB_CFO)
adalah residual dari model.

b. Aktivitas production cost

PRODt/At-1 = α0 + α1(1/At-1) + β1(St/ At-1) + β2(Δ St/At-1) + β3(Δ St-1/At-1)+et

Abnormal production costs (AB_PROD) merupakan residual dari model.

c. Aktivitas abnormal discretionary expenses:

DISEXPt/At-1 = α0 + α1(1/At-1) + β(St-1/ At-1) + et
Abnormal discretionary expenses(AB_DISEXP) merupakan residual dari
model.

Dalam hal ini:

22

CFOt

= Arus kas operasi pada tahun t

PRODt

= Beban produksi pada tahun t (total dati HPP dan perubahan
persediaan)

DISEXPt

= Biaya diskresioner pada tahun t (total dari R&D, advertising,
SGA)

St

= Penjualan pada tahun t

At

= Total asset pada akhir tahun t

Δ St-1

= St-1 – St

Untuk menghitung nilai manipulasi laba real (Real Earnings Management),
dengan mengggunakan (AB_CFO), (AB_PROD), dan (AB_DISEXP). Dengan
mempertimbangkan arah dari masing-masing aktivitas manipulasi laba, Maka
REM dihitung (AB_CFO) - (AB_PROD) + (AB_DISEXP) (Cohen et al., 2008;
Kim et al., 2012).

3.2.3 Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial (CSR)

Pada penelitian ini, pengukuran pengungkapan CSR menggunakan indikator yang
dikeluarkan oleh Global Reporting Initiatives (GRI) versi 3.0 yang berjumlah 78
item dan dapat dilihat pada lampiran 1. Global Reporting Initiatives (GRI) adalah
sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia,
paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen
untuk terus- menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia
(www.globalreporting.org). Pengukuran pengungkapan sosial menggunakan
standar GRI pada penelitian sebelumnya dilakukan oleh Titisari (2010),

23

Rahmawati (2011) dan Sari (2012). Indikator GRI yang digunakan termasuk:
ekonomi (9 item), lingkungan (30 item), praktik tenaga kerja (14 item), hak
manusia (9 item), masyarakat (8 item), dan tanggung jawab produk (9 item).
Indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility Index) adalah penjumlahan dari seluruh item-item CSR
berdasarkan GRI yang diungkapkan di dalam laporan tahunan perusahaan dibagi
dengan total item keseluruhan. Rumus perhitungan pengungkapan CSR adalah
sebagai berikut:

CSRDIj = ΣXij
78
Keterangan:

CSRDIj : Corporate Sosial Responsibility Disclosure Index perusahaan j;

Xij : Dummy variable; 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak
diungkapkan Dengan demikian, 0≤C SRDIj≤1.

3.2.4

Variabel Kontrol

Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan
(size), dan tipe industri. Variabel ukuran perusahaan (size) digunakan karena dapat
mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan mereka.
Perusahaan besar mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan
kecil. Karena perusahaan besar akan menghadapi risiko politis yang lebih besar
dibandingkan perusahaan kecil. Selain perusahaan besar banyak disoroti,
kebijakan pengungkapan pertanggungjawaban sosial akan membantu perusahaan
untuk terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat

24

(Sembiring, 2005; Anggraini, 2006; dan Sari, 2012). Roychowdhury (2006)
menjelaskan bahwa ukuran perusahaan dapat menjelaskan varian dalam
manipulasi laba secara signifikan. Beberapa penelitian lain memberikan bukti
bahwa ukuran perusahaan memberikan dampak pada pengungkapan
pertanggungjawaban sosial (Prior et.al, 2008; Yip, 2011; dan Kim et. al, 2012).

Tipe industri digunakan untuk memisahkan tipe industri dalam manufaktur, yakni
tipe industri high profile dan low profile (Patten, 1991; Robert, 1999; Hucston dan
Milne, 1996; Anggraini, 2006; Murwaningsari, 2008; Sari, 2012). Tipe industri
high-profile yaitu industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang
tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi akan cenderung mengungkapkan
informasi sosial yang lebih banyak dibandingkan industri yang low-profile.
Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile lebih
banyak diawasi oleh pemerintah dibandingkan perusahaan yang termasuk dalam
industri yang low profile (Anggraini, 2006). Sehingga, penelitian ini ingin melihat
lebih jauh apakah manipulasi laba dapat mendorong pengungkapan CSR pada
perusahaan dengan tipe industri high profile dan low profile.

Penelitian ini menggunakan penggolongan tipe industri perusahaan manufaktur
sesuai dengan penggolongan yang telah dilakukan dalam penelitian Anggaini
(2006) dan Sari (2012). Penelitian ini menggunakan industri manufaktur sebagai
populasi penelitian sehingga perusahaan manufaktur yang termasuk dalam
kategori high profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang bahan kimia,
plastik, kertas, automotif, makanan dan minuman, rokok, semen, farmasi,
kosmetika, dan keperluan rumah tangga. Perusahaan manufaktur yang termasuk

25

dalam kategori low profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang keramik,
logam, pakan hewan, kayu, mesin dan alat berat, tekstil, alas kaki, kabel dan
elektronik.

3.3 Pengujian Asumsi Klasik

Menurut Gujarati (2008), penggunaan model regresi berganda, uji hipotesis harus
menghindari adanya kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi-asumsi
klasik. Dalam penelitian ini, asumsi klasik yang dianggap paling penting adalah:

1. Memiliki distribusi normal;
2. Tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen;
3. Tidak terjadi heteroskedastisitas atau varian variabel penggangu yang konstan
(homoskedastisitas);
4. Tidak terjadi autokorelasi antar residual setiap variabel independen.

3.4 Pengujian Hipotesis
3.4.1 Pengujian Hipotesis Pertama

Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda, dengan model penelitian sebagai berikut:

CSRit = α0 + ß1DAit + ß2REMit + ß3SIZEit + ß4INDUSTRIit + eit
Keterangan:
CSR

: Corporate social responsibility

ß0

: Konstanta

26

ß1, ß2,ß3, ß4 : Koefisien
DA

: Discretionery accrual

REM

: Real Earnings Management

SIZE

: Ukuran perusahaan

INDUSTRI

: Tipe industri

e

: Standar error

Adapun prosedur prosedur pengujian hipotesis 1:
-

Menentukan hipotesis yang dirumuskan:
Ha1 : Manipulasi laba akrual berpengaruh positif terhadap pengungkapan
CSR

-

Menentukan tingkat signifikansi α sebesar 0.05

-

Statistik uji mengikuti distribusi F

-

Penarikan simpulan berdasarkan kriteria penerimaan hipotesis

Jika Ho1 ditolak maka dapat disimpulkan bahwa manipulasi laba akrual
berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR atau sebaliknya.

3.4.2 Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis ke-2 dilakukan dengan regresi berganda dengan
menggunakan model yang sama.

Adapun prosedur prosedur pengujian hipotesis 2:

-

Menentukan hipotesis yang dirumuskan:

Ha2 : Manipulasi laba real berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR

27

-

Menentukan tingkat signifikansi α sebesar 0.05

-

Statistik uji mengikuti distribusi F

-

Penarikan simpulan berdasarkan kriteria penerimaan hipotesis

Jika Ho2 ditolak maka dapat menyimpulkan bahwa manipulasi laba real
berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR atau sebaliknya.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini menganalisis dampak manipulasi laba akrual dan real pada
pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Pengukuran pengungkapan
CSR menggunakan indikator yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiatives
(GRI) versi 3.0, dengan mengidentifikasi 78 item pengungkapan pertanggung
jawaban sosial. Manipulasi laba akrual diukur menggunakan proksi discresionary
accruals (DA) dengan model modifikasian Jones (Dechow,1995).

Pengukuran manipulasi laba real diproksi dengan abnormal cash flows from
operating, abnormal production costs, dan abnormal discretionary expenses
dengan menggunakan model Roychowdhury (2006), dan manipulasi laba real
(REM) dihitung (AB_CFO) - (AB_PROD) + (AB_DISEXP) (Cohen et al., 2008;
Kim et al., 2012).

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat
ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan nilai β1 sebesar -0.04630 dengan tingkat
signifikansi 0.6521 > 0.05, sehingga pengujian H1 ditolak. Artinya,
hipotesis pertama tidak didukung secara statistik. Sehingga dapat

43

disimpulkan berdasarkan analisis data manipulasi laba akrual tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial.
2. Hasil penelitian menunjukkan nilai β2 sebesar 0.010037 dengan
tingkat signifikansi 0.0420 berada lebih dari α = 0.05. sehingga
pengujian H2 diterima pada signifikansi 5%. Artinya, dapat
disimpulkan bahwa manipulasi laba real berpengaruh terhadap
pengungkapan pertanggungjawaban sosial.

Pengujian tambahan dilakukan untuk dapat melihat ada atau tidak dampak
manipulasi laba pada pengungkapan CSR tahun sebelum dan tahun sesudah
perusahaan melakukan manipulasi laba. Nilai β1 sebesar -0.015840 dengan
tingkat signifikansi 0.5309 > 0.05. Nilai β2 sebesar 0.012564 dengan tingkat
signifikansi 0.1591 > 0.05. Hal ini membuktikan bahwa manipulasi laba akrual
dan real (periode t) tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR (periode t-1).
Nilai β1 sebesar 0.013625 dengan tingkat signifikansi 0.5148 > 0.05. Nilai β2
sebesar 0.008676 dengan tingkat signifikansi 0.3004> 0.05. Pengujian ini
membuktikan bahwa manipulasi laba akrual dan real (periode t) tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR (periode t+1).

5.2 Keterbatasan dan Saran

Peneliti menyadari bahwa masih banyak keterbatasan-keterbatasan dalam
penelitian ini, antara lain jumlah sampel yang relatif sedikit, yaitu dari hasil
pengamatan tahun 2011-2012 didapat total observasi sebanyak 132 sampel. Saran
untuk penelitian selanjutnya agar sampel dan tahun pengamatan menjadi lebih

44

panjang, sehingga diperoleh gambaran dampak manipulasi laba terhadap
pengungkapan CSR menjadi lebih luas.

Dalam proses analisis data, peneliti menemukan ada beberapa item pengungkapan
CSR menurut GRI yang semua perusahaan tidak mengungkapkan. Seperti
kontribusi dalam bangunan sejarah, perekrutan tenaga kerja wanita/cacat dan
beberapa item yang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tidak perlu
mengungkapkan item tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya
diharapkan item pengungkapan CSR yang tidak perlu dilaporkan dapat
diidentifikasi kembali, sehingga pembagi item keseluruhan dapat berkurang dan
menambah presentase pengungkapan CSR.

Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan di industri manufaktur dan untuk
penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti perusahaan lain terutama
perusahaan yang sensitif terhadap lingkungan dan sosial. Seperti perusahaan di
sektor perusahaan yang berbeda, seperti sektor pertambangan, kontruksi terutama
untuk perusahaan yang berkaitan dengan dan/atau sumber daya alam yang
dimaksudkan dalam UU No. 40 Tahun 2007.

Keterbatasan lain yakni pengujian manipulasi laba akrual menggunakan
discresionary accrual dalam penelitian ini hanya menggunakan nilai absolut DA
saja, untuk memperdalam kajian diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan
proksi pengukuran manipulasi laba yang lain seperti income smoothing, signed
value discresionary accrual, income aggresiveness, book-tax differences dan
classificasion shifting.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan
Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang
terdaftar Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.
Ardiati, Aloysia. 2003. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham
dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Pemoderasi. Makalah disampaikan
pada Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya 16-17 Oktober 2003.
Arifin,

Bustanul. Yeni Januarsi dan Faoziah Ulfah. 2012. Perbedaan
Kecenderungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility : Pengujian
terhadap Manipulasi Akrual dan Manipulasi Real. Makalah disampaikan
pada Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin.

Belkaoui, A., & Karpik, P. G. 1989. Determinants of the corporate decision to
disclose social information. Accounting, Auditing and Accountability
Journal, 2(1), 36-51.
Cahan, F. Steven. 1992. The Effect of Antitrust Investigation of Discresinary
Accruals: A Refined Test of the political Cost Hypotesis. The Accounting
Review. Vol 67. No. 1. Pp 77-95.
Castello, M., and Lima, L. 2006. Corporate Social Responsibility and ResourceBased Perspective. Journal of Business Ethics. Vol. 69, pp. 111-132.
Cespa, G. dan G. Cestone. 2007. Corporate Social Responsibility and Managerial
Entrenchment. Journal of Economics and Management Strategy. 16 (3):
741-771.
Chariri, Anis. 2008. Kritik Sosial atas Pemakaian Teori dalam penelitian
Pengungkapan Sosial dan Lingkungan. Jurnal Maksi. Vol. 8. No. 2 pp 151169.
Chih, et.al. 2008. Corporate Social Responsibility, Investor Protection, and
Earnings Management: Some International Evidence. Journal of Business
Ethics. pp 79:179-198.
Cohen, Daniel, A., Dey, Aiyesha, and Thomas Z Lys. 2008. Real and AccrualBased Earnings Management in the Pre- and Post-Sarbanes-Oxley Periods.
The Accounting Review Vol. 83. No. 3, pp. 757-787.

46

Djumainah. Prima Yusi Sari dan Yoremia Lestari br. Ginting. 2011. Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba serta
Implikasinya terhadap Pengungkapan CSR. Simposium Nasional Akuntansi
XII, Purwekerto.
Dechow, P., R. Sloan, dan P. Sweeny. 1995. Detecting earnings management.The
Accounting Review. Vol. 70. No. 2. pp. 193-225.
Gargauri, R. M. Claude Francour and Ridha Shabau. 2010. The Relationship
between Corporate Social Performance and Earnings Management.
Canadian Journal of Administrative Sciences. 27: 320–334
Ghozali, Imam. Desain Penelitian Eksperimental. 2008. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar N. 2009. Basic Econoometrics: Fifth Edition. Mc Graw Hill.
Han, Jerry C.Y. dan Wang Shiing-Wu. 1998. Political Cost and Earning
Management of Oil Companis during the 1990 persian Gulf Crisis. The
Accounting Review. Vol 73. No. 1. Pp 103-117.
Handajani, Lilik, Sutrisno dan Grahita Chandrarin. 2010. The Effect of Earnings
Management And Corporate Governance Mechanism to Corporate Social
Responsibility Disclosure : Study at Public Companies in Indonesia Stock
Exchange, Simposium Nasional Akuntansi XII Universitas Sriwijaya
Palembang.
Healy, P.M., and Wahlen, JM..1999. A Review of The Earnings Management
Literature and Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizons,
Vol. 13 No. 4, pp. 365-383.
Hackston, David & Milne, Marcus J. 1996. Some Determinant of Social and
Environmental Disclosures in New Zealand Companies. Accounting,
Auditing and Accountability Journal, Vol.9, No.1, pp.77-108
Hemingway, C., and P. Maclagan. 2004. Managers’ personal values as drivers of
corporate social responsibility. Journal of Business Ethics 50 (1): 33–44.
Hong, Yongtao dan Margaret Andersen.
2011. The Relationship Between
Corporate Social Responsibility and Earnings Management: An Exploratory
Study. Journal of Business Ethics. Vol. 104 Issue 4, p461-471, 11p
(Abstrak).
Kim,Yongtae. Myung Seok Park and Benson Wiar. 2012. Is Earnings Quality
Associated with Corporate Social Responsibility? The Accounting Review.
Vol. 87 No. 3. 2012. Pp. 761-796.
Klein, A. 2002. Audit committee, board of director characteristics, and earnings
management. Journal of Accounting and Economics 33 (3): 375–400.

47

Mohammad, Nor raihan et. al. 2011. The Effects Of Board Independence, Board
Diversity and Corporate Social Responsibility On Earnings Management.
Murwaningsari, Etty. 2008. Hubungan Corporate Governance, Corporate Social
Responsibilities dan
Corporate Financial Performance Dalam Satu
Continuum. Universitas Trisakti.
Patten, DM. 1991. Exposure, Legitimacy and Social Disclosure. 1991. Journal of
Accounting and Public Policy, Vol. 10, pp. 297-308
PP Republik Indonesia No. 47 Tahun 2012.
Prior, D., J. Surroca dan J.A. Tribo. 2008., Are socially responsible managers really
ethical? Exploring the relationship between earnings management and
corporate social responsibility. Corporate Governance : An International
Review 16(3): 443-459
Prior, D., Surroca, J. and Tribo, J. 2008. Earnings Management and Corporate
Social Responsibility, Working Paper No. 06-23, Business Economics
Series 06, September 2007, Universidad Carlos III de Madrid, Madrid, pp.
1-42.
Pyo, Gyungmin dan Ho-Young Lee. 2013. The Association Between Corporate
Social Responsibility Activities And Earnings Quality: Evidence From
Donations And Voluntary Issuance Of CSR Reports. Journal of Applied
Business Research. Vol. 29 Issue 3, p945-962, 18p (Abstrak)
Rahmawati, et.al. 2011. Analysis of the Effect of Corporate Social Responsibility
on Financial Performance With Earnings Management as a Moderating
Variable. Journal of Modern Accounting and Auditing, ISSN 1548-6583
Vol. 7, No. 10, 1034-1045
Reichelt, Ken dan Jere R. Francis. 2002. The effect of fee dependece on non-big 5
clients accruals.
Robert, RW. 1999. Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure: An
Application of Stakeholder Theory. Accounting, Organization and Society,
Vol.17, No. 6, pp. 595-612
Roychowdhury, S. 2006. Earnings Management through Real Activities
Manipulation. Journal of Accounting and Economics 42: 335-370
Sari, Rizkia Anggita. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal. Vol 1. No 1.
Scholtens, Bert dan Feng-Ching Kang. 2013. Corporate Social Responsibility and
Earnings Management: Evidence from Asian Economies. Corporate Social
Responsibility & Environmental Management. Vol. 20 Issue 2, p95-112,
18p (Abstrak).

48

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di
Bursa Efek Jakarta. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional
Akuntansi VIII, Solo.
Setyorini, Cristina Tri dan Zuaini Ishak. 2012. Corporate Social and Environmental
Disclosure: A Positive Accounting Theory View Point. International
Journal of Business and Social Science Vol. 3 No. 9; May 2012
Subekti, Imam. 2010.
The Real and Accruals Earnings Management: Satu
Perspektif dari Teori Prospek. Makalah disampaikan pada Simposium
Nasional Akuntansi XII, Purwekerto.
Titisari, Kartika Hendra. 2010. Corporate Social Responsibility CSR dan Kinerja
Perusahaan Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XII,
Purwekerto.
Terzagi, Muhammad Titan. 2012. Pengaruh Earning Management dan Mekanisme
Corporate Governance terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Informasi akuntansi. Vol 2 no 1.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Utomo, Muhammad Muslim. 1999. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan
Tahunan Perusahaan Di Indonesia. Makalah Simposium Nasional Akuntansi
III.
Wardhani, Ratna, dan Joseph, Herunata, 2010. Karakteristik Pribadi Komite Audit
dan Praktik Manajemen Laba. Makalah disampaikan pada Simposium
Nasional Akuntansi XII, Purwekerto.
Watts, R dan J. Zimmerman. 1978. Toward Positive Theory of Determination of
Accounting Standard. The Accounting Review. 53 Januari. 37-51.
Wulandari, dan Ayu, Ratu. 2010. Pengaruh Sistem Hukum terhadap Manajemen
Laba dengan Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Pemoderasi: Studi
Perbandingan Inggris dan Perancis. Makalah disampaikan pada Simposium
Nasional Akuntansi XII, Purwekerto.
Xu, Zhaohui Randall, Taylor, Gary K. and Dugan, Michael T. 2007. Review of
Real Earnings Management Literature. Journal of Accounting Literature.
Yip, Erica. Cris Van Steden and Steven Cahan. 2011. Corporate Social
Responsibility Reporting and Earnings Management: The Role of Political
Costs. Australian Accounting Business and Journal. Vol 5.
Zang, Y. Amy. 2012. Evidence on the Trade-Off betwe

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Csr), Firm Size, Dan Struktur Modal Terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013)

0 85 100

Pengaruh Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Profitabilitas Perusahaan Perkebunan

2 54 103

Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Program Nikah Massal Terhadap Citra PT. PGN SBU III Medan di Kalangan Warga Masyarakat Kota Medan)

1 29 95

Pengaruh Penyajian Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Earning Response Coefficient (ERC) (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012

1 64 102

Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Padaperusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Periode 2008-2010)

1 67 129

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara

0 40 103

Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) Binaan P.T. Telekomunikasi Indonesia-TBK. CDC Area Medan

4 53 101

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 38 84

Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Bank Bni Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Studi Pada PT. BNI 46 Kantor Cabang Universitas Sumatera Utara)

5 90 106

Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 42 169