digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
harmonis,  sehingga  proses  tersebut  dapat  tumbuh  saling  terbuka dan  melindungi  serta  merahasiakannya,  kemudian  pada  akhirnya
konseling dapat  berlangsung tanpa adanya tekanan atau intimidasi yang merugikan.
Suatu  proses  yang  dapat  mendukung  komunikasi  di  dalam konseling  seperti  empati,  penerimaan,  penghargaan,  keikhlasan
serta  kejujuran,  dan  perhatian  merupakan  kunci  keberhasilan.
38
Kondisi  yang  tepat  di  dalam  proses  konseling  memungkinkan konseli  sanggup  merefleksi  diri  untuk  menceritakan  pengalaman
hidupnya,  akan  terbuka  terhadap  pengalaman  hidupnya,  mampu mengembangkan  diri  untuk  memahami  diri,  dan  memungkinkan
menemukan  penyelesaian  masalah  yang  dihadapi.  Melalui tanggapan  verbal  maupun  reaksi  nonverbal,  akan  terjadi  kondisi
dialogis  antara  konselor  dengan  konseli  disertai  sentuhan psikologis.  Dengan  sentuhan  kejiwaan  dan  disertai  pemahaman
yang  mendalam  tentang  dunia  konseli  akhirnya  akan  melahirkan suatu perubahan pada diri konseli itu sendiri. Komunikasi tersebut
akan  menjadi  kering  jika  suasana  yang  tercipta  dalam  hubungan keduanya  hanya  sebatas  pada  komunikasi  biasa  yang  tidak
mengandung nilai kegunaan dan manfaat.
38
Taufik, Empati Pendekatan Sosial, Rajawali Press: Depok, 2012, hal. 58.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
2. Keterampilan-keterampilan  dasar  komunikasi  konseling  konselor
profesional.
a.  Attending Supriyo dan Mulawarman menjelaskan bahwa attending adalah
keterampilan  atau  teknik  yang  digunakan  konselor  untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan
terbina suasana
yang kondusif
sehingga klien
bebas mengekspresikan  atau  mengungkapkan  tentang  apa  saja  yang  ada
dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya.
39
Senada dengan hal  tersebut,  Hariastuti  menjelaskan  bahwa  attending  merupakan
kemampuan  konselor  dalam  menunjukkan  perhatian  secara  penuh kepada  klien  sehingga  klien  dapat  terlibat  dalam  proses
konseling.
40
Sofyan  Willis  mengemukakan  bahwa  perilaku  attending  dapat juga  dikatakan  sebagai  penampilan  konselor  yang  menampakkan
komponen-komponen perilaku nonverbal, bahasa lisan dan kontak mata.
41
Hutahuruk dan Pibradi menjelaskan bahwa attending yang baik  merupakan  suatu  komponen  yang  diperlukakan  dalam
komunikasi yang
baik. Perilaku
attending yang
baik mendemonstrasikan  kepada  klien  bahwa  konselor  menghargainya
39
Supriyo  dan  Mulawarman,  Ketrampilan  Dasar  Konseling,  Semarang:  Jurusan Bimbingan Konseling FIP UNNES, 2006, hal. 19.
40
Retno Tri Hariastuti dan Eko Darminto, Ketrampilan-Ketrampilan Dasar dalam Konseling, Surabaya: Unesa University Press, 2007, hal. 27.
41
Sofyan S Willis, Konseling Individual Teori dan Praktik, Bandung: Alfabeta, 2004, hal. 176.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
sebagai  pribadi  dan  konselor  tertarik  terhadap  apa  yang  dikatakan oleh konseli.
Dalam  attending  ini  terdapat  empat  dimensi  yang  mesti diperhatikan  sebagai  media  untuk  masuk  ke  dalam  dunia  klien,
yaitu: kontak mata, bahasa tubuh dan kualitas suara. 1  Kontak  mata.
Hendaknya dalam melakukan komunikasi konseling, jarak dan posisi  duduk  atau berdiri antara konselor dengan  konseli tidak
terlalu jauh. 2  Bahasa tubuh
Penggunaan  bahasa  tubuh  sangat  mendukung  terhadap komunikasi  konseling,  agar  tercipta  keakraban  dan  kedekatan
antara konselor dengan konseli. 3  Kualitas suara
Bahasa  Indonesia  yang  digunakan  oleh  konselor  dan  konseli dalam  komunikasi  konseling  seperti  halnya  dalam  percakapan
biasa,  namun  bagi  konselor  hendaknya  ada  penekanan  dan variatif  dalam  suara  agar  kata  itu  berkesan  mempunyai  arti
yang mendalam.
42
Berdasarkan  dari  pendapat  diatas,  maka  dapat  disimpulkan bahwa  attending  merupakan  komunikasi  nonverbal  yang
menunjukkan  bahwa  konselor  memberikan  perhatian  secara  utuh
42
Rosjidan, Pengantar Teori-teori Konseling, Jakarta: P2LPTK, 1988, hal. 27.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
terhadap lawan bicara yang sedang berbicara klien. Keterampilan attending yaitu keterampilan tampil sebagai pribadi yang utuh dan
memberikan  perhatian  penuh  kepada  klien  sebagaimana  adanya, agar  klien  dapat  mengembangkan  diri,  mengeksplorasi  dirinya
dengan bebas. Masih  menurut  Sofyan  Willis,  perilaku  attending  yang
ditampilkan akan mempengaruhi kepribadian klien, yaitu: 1  Meningkatkan  harga  diri  klien,  sebab  sikap  dan  perilaku
attending memungkinkan konselor meghargai konseli. 2  Dengan  perilaku  attending  menciptakan  suasana  aman  bagi
klien,  karena  klien  merasa  ada  oarang  yang  bisa  dipercayai, teman  untuk  berbicara,  dan  merasa  terlindungi  secara
emosional. 3  Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa
konselor  adalah  tempat  dia  mudah  untuk  mencurahkan  segala isi hati dan perasaannya.
Adapun  bentuk  dan  cara-cara  melakukan  teknik  attending menurut Hutauruk  Pribadi adalah sebagai berikut:
1  Posisi badan termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka: Posisi badan yang baik, mencakup:
a  Duduk dengan badan menghadap klien
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
b  Tangan diatas pangkuan atau berpegang bebas atau kadang- kadang  digunakan  untuk  menunjukkan  gerak  isyarat  yang
sedang dikomunikasikan secara verbal. c  Responsif dengan menggunakan bagian wajah, umpamanya
senyum  spontan  atau  anggukan  kepala  sebagai  persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti.
d  Badan  tegak  lurus  tanpa  kaku  dan  sekali-kali  condong kearah klien untuk menunjukkan kebersamaan dengannya.
Posisi badan yang tidak baik mencakup: a  Duduk dengan badan dan kepala membungkuk menghadap
klien. b  Duduk dengan sangat kaku.
c  Gelisah atau tidak tenang resah d  Mempergunakan tangan, kertas, dan kuku tangan.
e  Sama sekali tanpa gerak isyarat. f  Selalu  memukul-mukul  dan  menggerakkan  tangan  dan
lengan. g  Wajah tidak menunjukkan perasaan.
h  Terlalu  banyak  tersenyum,  kerutan  dahi  atau  anggukan kepala tidak berarti
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
2  Kontak mata Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien pada
waktu dia berbicara kepada konselor dan sebaliknya. Kontak mata yang jelek mencakup:
a  Tidak pernah melihat klien. b  Menatap  klien  untuk  secara  konstan  dan  tidak  memberi
kesempatan klien untuk membalas tatapan. c  Mengalihkan  pandangan  dari  klien  segera  sesudah  klien
melihat kepada konselor. 3  Mendengarkan
Cara mendengarkan yang baik mencakup: a  Memelihara perhatian penuh dengan terpusat kepada klien.
b  Mendengarkan segala sesuatu yang dikatakan klien. c  Mendengarkan  keseluruhan  pribadi  klien  kata-katanya,
perasaan  dan  perilakunya  dan  memahami  seluruh pesannya.
d  Mengarahkan apa  yang  konselor katakan terhadap apa  yng telah dikatakan oleh klien.
Cara mendengarkan yang jelek mencakup: a  Memungkinkan  konselor  sendiri  diganggu  oleh  keributan
lain, pandangan diluar pandangan klien. b  Mengajukan  pertimbangan-pertimbangan  tentang  pribadi
klien sebelum mendengarkan semua pesan klien.