AUDIT KOMUNIKASI IMPLEMENTASI PROGRAM INTEGRASI KEILMUAN DAN KEISLAMAN DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

(1)

AUDIT KOMUNIKASI IMPLEMENTASI PROGRAM INTEGRASI KEILMUAN DAN KEISLAMAN DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN AMPEL SURABAYA Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh

Oleh: AMMAR ZAIN NIM. B96213097

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Ammar Zain, B96213097, 2017 Audit Komunikasi Implementasi Program Integrasi Keilmuan dan Keislaman di Universitas Islam Negeri Surabaya

Kata Kunci : Audit Komunikasi, Implementasi Program, Integrasi Keilmuan dan Keislaman, Profil Komunikasi Keorganisasin (PKK)

Skripsi ini difokuskan pada upaya audit komunikasi terkait Implementasi Program Integrasi Keilmuan dan Keislaman dalam perspektif profil komunikasi keorganisasian di Universitas Islam Negeri Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menghitung mean (rata-rata) dan tingkat frekuensi variabel antara lain kepuasan kerja/belajar, iklim komunikasi, kualitas media, aksebilitas komunikasi, beban informasi, dan penyebaran informasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Variabel kepuasan kerja dosen ditemukan nilai rata-rata 3,71. Dosen merasa sangat tidak puas 0,47 %, tidak puas 7,42 %, ragu-ragu perasaannya 27,33 %, puas 49,23 %, dan sangat puas 15,42 %. Variabel kepuasan belajar ditemukan nilai rata-rata kepuasan belajar mahasiswa 3,42 artinya bahwa kepuasan belajar yang dirasakan oleh mahasiswa sudah dalam taraf cukup dengan apa yang telah dirasakan dalam proses pembelajarannya. Mahasiswa merasa sangat tidak puas 1,87 %, tidak puas 13,81 %, ragu-ragu perasaannya 33,63 %, puas 41,34 %, dan sangat puas 9,32 %. Variabel iklim komunikasi ditemukan nilai rata-rata iklim komunikasi dosen 3,74. Dosen merasa sangat tidak puas 2,47 %, tidak puas 4,19 %, ragu-ragu perasaannya 27,33 %, puas 50,28 %, dan sangat puas 17,61 %. Variabel iklim komunikasi ditemukan nilai rata-rata iklim komunikasi mahasiswa 3, 47. Mahasiswa merasa sangat tidak puas 1,31 %, tidak puas 13,77 %, ragu-ragu perasaannya 32,87 %, puas 39,63 %, dan sangat puas 12,38 %. Variabel kualitas media ditemukan nilai rata-rata kualitas media dosen 3,59. Dosen merasa sangat tidak puas 1,33 %, tidak puas 10,83 %, ragu-ragu perasaannya 29,33 %, puas 44,17 %, dan sangat puas 14,33 %. Variabel kualitas media ditemukan nilai rata-rata kualitas media mahasiswa 3,37. Mahasiswa merasa sangat tidak puas 2,3 %, tidak puas 15,35 %, ragu-ragu perasaannya 32,63 %, puas 41,11 %, dan sangat puas 8,31 %. Variabel aksebilitas informasi ditemukan nilai rata-rata aksebilitas informasi dosen 3,47. Dosen merasa sangat tidak puas 0,33 %, tidak puas 13,67 %, ragu-ragu perasaannya 34,22 %, puas 42,22 %, dan sangat puas 9,56 %. Variabel aksebilitas informasi ditemukan nilai rata-rata aksebilitas informasi mahasiswa 3,31. Mahasiswa merasa sangat tidak puas 3,93 %, tidak puas 19,47 %, ragu-ragu perasaannya 29 %, puas 35,31 %, dan sangat puas 12,28 %. Variabel beban informasi ditemukan nilai rata-rata beban informasi dosen 3,79. Dosen merasa sangat tidak puas 1,89 %, tidak puas 8,22 %, ragu-ragu perasaannya 18 %, puas 52,89 %, dan sangat puas 19 %. Variabel beban informasi ditemukan nilai rata-rata beban informasi mahasiswa 3,68. Mahasiswa merasa sangat tidak puas 5,5 %, tidak puas 9,13 %, ragu-ragu perasaannya 20,12 %, puas 41,98 %, dan sangat puas 23,21 %. Variabel penyebaran informasi, dosen yang tidak mengetahui informasi apapun 41,33 % dan yang mengetahui informasi 58,67 %. Sedangkan mahasiswa yang tidak mengetahui informasi apapun 50,57 % dan yang mengetahui informasi 49,13 %.


(7)

(8)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

G. Metode Penelitian ... 16

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 16

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 17

3. Teknik Sampling ... 19

4. Variabel dan Indikator Penelitian ... 24

5. Teknik Pengumpulan Data ... 25

6. Teknik Analisis Data ... 26

H. Sistematika Pembahasan ... 28

BAB II : KAJIAN TEORI ... 30

A. Kajian Pustaka ... 30

1. Audit Komunikasi ... 30

a. Pengertian Audit Komunikasi ... 31

b. Alasan dan Tujuan Audit Komunikasi ... 36


(9)

d. Tujuan Efektivitas Sistem Komunikasi ... 44

e. Manfaat Audit Komunikasi bagi Organisasi ... 47

f. Model Audit Komunikasi dalam Perspektif Profil Komunikasi Keorganisasian (PKK) ... 40

2. Implementasi Program ... 52

3. Integrasi Keilmuan dan Keislaman ... 53

B. Kajian Teori ... 61

1. Teori Birokrasi Max Weber ... 61

2. Teori Implementasi Kebijakan Model George Edward III ... 66

BAB III : HASIL PENELITIAN... 71

A. Deskripsi Subjek, Objek & Lokasi Penelitian ... 71

1. Subjek Penelitian ... 71

2. Objek Penelitian ... 87

3. Lokasi Penelitian ... 87

B. Deskripsi Data Penelitian ... 88

BAB IV : ANALISIS DATA ... 162

A. Kepuasan Kerja/Belajar ... 162

B. Iklim Komunikasi ... 163

C. Kualitas Media ... 165

D. Aksebilitas Informasi ... 167

E. Beban Informasi ... 169

F. Penyebaran Informasi ... 171

BAB V : PENUTUP... ... 175

A. Simpulan ... 177

B. Rekomendasi ... 181

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan era globalisasi yang dinamis, pemikiran manusia yang serba instan dan kompleks, persoalan yang dihadapi oleh manusia tidak hanya pada persoalan ekonomi, sosial, politik, psikologi, teknologi atau komunikasi, namun dalam konteks paradigma keilmuan, para akademisi ditantang untuk mengkolaborasikan bidang-bidang keilmuan tersebut menjadi disiplin keilmuan yang bersifat hibrid atau penggabungan keilmuan yang dapat memunculkan kelimuan baru yang unggul dan dapat menutup kesenjangan diantara ilmu-ilmu utama. Upaya ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan dan memenuhi tantangan yang dihadapi oleh masyarakat akhir-akhir ini.

Melihat realitas tersebut sudah saatnya ada terobosan berupa kolaborasi yang saling melengkapi di antara ilmu-ilmu tersebut. Penggabungan dari ilmu umum (sosial dan eksakta/alam) dengan ilmu-ilmu agama khususnya Islam, karena ilmu umum yang ujung pemikirannya adalah logika atau kemampuan berfikir otak manusia akan sangat komprehensif dan berimbang jika digabungkan dengan ilmu Islam yang mengajak untuk kembali kepada Allah SWT sebagai Sang Pencipta segala ilmu yang sifatnya transendental. Maka akan dapat melahirkan kerangka dan bangunan keilmuan yang memiliki tubuh dan pemikiran rasional logis dan jiwa spiritual tinggi yang berkualitas. Akademisi berperan sangat penting karena pada saat ini telah banyak kolaborasi yang disebut dengan integrasi keilmuan melahirkan disiplin ilmu seperti contoh


(11)

2

sosiologi agama, psikologi agama, antropologi agama, komunikasi dan dakwah dan masih banyak lagi bentuk integrasi keilmuan yang lainnya.

Peneliti sebagai akademisi di bidang ilmu komunikasi, menjelaskan bahwa ilmu komunikasi sebagai salah satu bidang ilmu yang banyak sekali terkena imbas umum dari globalisasi khususnya bidang teknologi komunikasi yang ada, diharuskan dapat membenahi diri, mengawal, bekerja sama, dengan berbagai disiplin ilmu lainnya dalam mengatasi persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat seperti bias keilmuan dan pemahaman terhadap realitas keilmuan baru yang kurang. Ilmu komunikasi sebagai ilmu yang letaknya sangat strategis untuk menjalin kerjasama dengan ilmu lainnya baik ilmu sosial maupun eksakta atau alam. Ilmu komunikasi harusnya juga berperan penting dalam menyuarakan kolaborasi tersebut karena suatu konsep atau gagasan yang bagus sekalipun jika tidak dikomunikasikan dengan baik maka hasilnya akan kurang maksimal.

Integrasi keilmuan dalam penelitain dapat dipahami secara etimologis, integrasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris –Integrate;Integration- yang kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi Integrasi yang berarti menyatu-padukan; penggabungan1, atau penyatuan menjadi satu kesatuan yang utuh; pemaduan.2 Adapun secara terminologis, integrasi ilmu adalah pemaduan antara ilmu-ilmu yang terpisah menjadi satu kepaduan ilmu,

1 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2003) hlm. 39.

2 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm


(12)

3

dalam hal ini penyatuan antara ilmu-ilmu yang bersifat umum dengan ilmu-ilmu yang bercorak agama.3

Dalam wujud yang konkrit, kerjasama yang diharapkan dari ilmu komunikasi dengan ilmu-ilmu lainnya dapat melahirkan disiplin-disiplin ilmu yang terintegrasi dengan ilmu agama khususnya agama Islam. Ilmu komunikasi dalam penelitian ini akan berperan sebagai disiplin ilmu yang bermanfaat untuk mencari fakta atau permasalahan, menganalisis, dan mencari solusi dari permasalahan yang muncul dari adanya paradigma integrasi keilmuan dalam bentuk konsep audit komunikasi yang dapat mencapai efektivitas dalam integrasi keilmuan dan keislaman. Audit komunikasi menurut Garol Reuss and Silvis (1985), yang dikutip Hardjana bahwa batasan pengertian audit komunikasi adalah; ‘in essence, a communication audit is a comprehensive and thorough study of communication philosophy, concept, structure, flow and practice within an organization, be it small or large, profit or nonprofit, private or public. A communication audit should be able to uncover information blockages, organizational hindrances to effective communication and lost

opportunities.’ (Pada esensinya, audit komunikasi merupakan kajian komprehensif dan penelitian mengenai filafat komunikasi, konsep-konsep, struktur arus dan praktik komunikasi dalam organisasi, baik berukuran kecil atau besar, bertujuan profit atau nirlaba, pada perusahaan swasta atau pemerintah. Audit komunikasi harus mampu mengungkap terjadinya

3 Bastaman, Hanna Djumhana, Intergrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami,


(13)

4

kemacetan informasi, hambatan terhadap komunikasi secara efektif di suatu organisasi dan termasuk menyia-nyiakan peluang yang ada).4

Integrasi keilmuan dan keislaman muncul dan berakar dari paradigma keilmuan yang dibangun oleh UIN Sunan Ampel Surabaya, dapata dipahami tentang paradigma keilmuan di UIN Sunan Ampel Surabaya, yaitu:

1. UIN Sunan Ampel mengembangkan paradigma keilmuan dengan model menara kembar tersambung (integrated twin-towers).

2. Model integrated twin-towers merupakan pandangan integrasi akademik bahwa ilmu-ilmu keislaman, sosial-humaniora, serta sains dan teknologi berkembang sesuai dengan karakter dan objek spesifik yang dimiliki, tetapi dapat saling menyapa, bertemu dan mengaitkan diri satu sama lain dalam suatu pertumbuhan yang terkoneksi.

3. Model integrated twin-towers bergerak bukan dalam kerangka Islamisasi ilmu pengetahuan, melainkan Islamisasi nalar yang dibutuhkan untuk terciptanya tata keilmuan yang saling melengkapi antara ilmu-ilmu keislaman, sosial-humaniora, serta sains dan teknologi.5

Paradigma ini yang selanjutnya digunakan sebagai pandangan dalam menjalankan pengajaran, penelitain, dan kuliah kerja nyata yang mengedepankan integrasi keilmuan islam dan sains modern sehingga terbetuk karakter dari keseluruhan civitas akademika yang memahami betul bahwa ilmu keislaman dan sains modern adalah dapat membentuk kesatuan yang saling mengisi dan menguatkan dan dalam pertumbuhannya saling terkoneksi.

4 Andre Hardjana, Audit Komunikasi: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Grasindo, 2000) hlm. 12. 5Pusat “iste Tek ologi I for asi & Pa gkala Data UIN “u a A pel “urabaya, Paradig a Keil ua dala http://www.uinsby.ac.id/id/251/paradigma-keilmuan.html


(14)

5

Paradigma tersebut dikuatkan oleh sambutan rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Prof. Dr. H. Abd. A’la, M.Ag bahwasanya:

UINSA merupakan salah satu perguruan tinggi Islam negeri tertua di Indonesia yang bereputasi, dan meneguhkan diri sebagai pusat pengembangan dan penyebaran peradaban Islam Indonesia rahmatan

lil’alamin. Pembumian Islam Indonesia di UINSA diarahkan kepada hadirnya manusia-manusia yang memiliki kemampuan membaca dan memahami kearifan dalam sejarah Islam serta mempunyai kapabalitas keilmuan kontemporer sesuai dengan bidang yang digeluti beserta keilmuan pendukungnya.6

UINSA Surabaya mengembangkan keilmuan berparadigma integrated twin towers sebagai pola pengintegrasian ilmu-ilmu keislaman dengan disiplin keilmuan lain. Paradigma keilmuan UINSA ini disimbolisasikan secara fisik pada gedung twin towers yang kini sedang dibangun, yang disupport oleh Islamic Development Bank (IDB). Dalam konsep ini, menara kembar (twin towers) menjadi simbol dua bidang keilmuan, yakni ilmu keislaman dan sains modern. Kedua tower ini bukan dipandang sebagai sesuatu yang dikotomis, tetapi merupakan suatu kesatuan yang masing-masing mempunyai objek spesifik dan ciri tersendiri, namun memiliki kesamaan dalam perspektif fundamental. Keduanya lebih lanjut diintegrasikan dengan jembatan penghubung berupa interconnecting bridge yang dalam praktik operasionalnya bisa berupa metodologi yang saling mengisi dan menguatkan, serta temuan informasi ilmiah yang saling memberikan pencerahan sehingga terdapat titik temu. Dengan begitu, dimungkinkan terjadinya proses “saling sapa“ antara tower satu dan tower yang lain.7

Dapat dipahami dalam sambutan rektor diatas, menurut peneliti UIN Sunan Ampel Surabaya melalui paradigma integrated twin towers adalah salah satu institusi yang mendukung dan menjadi tempat pengembangan integrasi keilmuan yakni ilmu keislaman dan sains modern. Dengan pengertian bahwa ilmu keislaman dan sains modern adalah merupakan satu kesatuan tetapi masing-masing memiliki objek spesifik dan ciri tersendiri, namun memiliki kesamaan dalam fundamental. Jadi dua keilmuan tersebut tidak dapat dikotomi

6Pusat “iste Tek ologi I for asi & Pa gkala Data UIN “u a A pel “urabaya, “a buta Rektor dala http://www.uinsby.ac.id/id/183/sambutan-rektor.html


(15)

6

dan dalam praktik operasionalnya harus saling mengisi dan menguatkan, sehingga dapat mencapai satu titik temu berupa pencerahan dalam ilmu pengetahuan.

Perlunya audit komunikasi yang dilakukan peneliti adalah untuk menemukan kemacetan informasi dan hambatan komunikasi yang terjadi dalam proses integrasi keilmuan umum dan agama pada paradigma keilmuan di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dengan dilaksanakannya kegiatan audit komunikasi secara berkesinambungan dan terarah diharapkan mampu mencapai integrasi keilmuan yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

Fenomena diatas yang dikaji oleh peneliti melalui audit komunikasi di kalangan civitas academica yang terdiri dari dosen dan mahasiswa sehingga dapat mengungkap kemacetan informasi, hambatan terhadap komunikasi secara efektif dan termasuk peluang yang mungkin disia-siakan dalam mensukseskan integrasi keilmuan dan keislaman. Pada akhirnya peneliti telah mencoba untuk melakukan audit komunikasi, analsisis dan evaluasi temuan masalah yang ada sehingga dapat ditemukan hasil yang diinginkan serta memberikan rekomendasi dari hasil temuan audit komunikasi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman dalam perspektif profil komunikasi keorganisasian (PKK) di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya?


(16)

7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan tentang implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman dalam perspektif profil komunikasi keorganisasian (PKK) di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Dilihat dari segi teoritis

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin Ilmu komunikasi terutama terhadap komunikasi organisasi, memberikan pengetahuan tentang kajian analisis dalam audit komunikasi yang dapat berguna dalam menjelaskan pola, strategi, dan sejauh mana efektifitas komunikasi yang telah dilakukan.

2. Dilihat dari segi praktis

Hasil-hasil penelitian ini juga bermanfaat dari segi praktis bagi khalayak umum dan akademisi ilmu komunikasi, antara lain:

a. Proses audit komunikasi yang dapat mengungkapkan pola dan strategi komunikasi dalam organisasi.

b. Memberikan referensi tentang cara menemukan hambatan atau penyebab macetnya arus informasi.

c. Memotivasi akademisi ilmu komunikasi untuk melakukan penelitian audit komunikasi sehingga dapat membuktikan bahwa audit komunikasi sangat bermanfaat untuk mengukur proses penyebaran informasi dan efektivitas komunikasi.


(17)

8

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mengambil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dalam permasalahan yang sama mengenai “Audit Komunikasi Implementasi Integrasi Keilmuan dan Keislaman di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya”.

Tabel 1.1

Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Jenis Karya Tahun Penelitian Metode Penelitian Hasil Temuan Penelitian Tujuan Penelitian Perbedaan

1. Ali Nurdin Penelitian Ilmiah

2009 Kuantitatif dengan jenis penelitian atau metode audit komunikasi model profil komunikasi keorganisasian . Efektivitas komunikasi organisasi yang dilakukan oleh pimpinan kepada karyawan di Fakultas Dakwah mengalami fluktuasi informasi yang beragam. Ingin mengetahui dan menjelaskan tentang efektivitas sistem komunikasi yang diterapkan di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya sebagai organisasi atau lembaga pendidikan. Dalam

penelitian ini Ali Nurdin melakukan penelitian di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Ermania Yanuarani

Skripsi 2013 Kuantitatif dengan jenis penelitian atau metode audit komunikasi model profil komunikasi keorganisasian Efektivitas komunikasi organisasi dalam pelayanan publik di Klinik Pendidikan Ingin mengetahui dan menjelaskan tentang efektivitas sistem komunikasi Dalam penelitian ini Ermania Yanuarani melakukan penelitian di Klinik Pendidikan


(18)

9 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur termasuk baik. organisasi yang diterapkan di Klinik Pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Selain itu Ermania Yanuarani meneliti tentang sistem komunikasi pada pelayanan publik.

F. Definisi Operasional

1. Audit Komunikasi

Ketika mendengar kata audit, yang pertama kali terpikirkan adalah audit atau pemeriksaan yang berkaitan dengan keuangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata audit berarti pemeriksaan pembukuan tentang keuangan (pabrik, bank, dan sebagainya) dan pengujian efektivitas keluar masuknya uang dan penilaian kewajaran laporan yang dihasilkannya.8

Begitu pula dengan definisi audit yang diberikan American Accounting Association, audit merupakan proses sistemik dalam perolehan dan penilaian secara objektif atas bukti-bukti berkenaan dengan pernyataan tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi yang menentukan tingkat kecocokan antara pernyataan tersebut dengan kriteria-


(19)

10

kriteria baku, serta pengkomunikasian hasil-hasilnya kepada pihak pengguna yang berkepentingan.9

Namun berdasarkan definisi diatas, terdapat beberapa hal penting, yakni :

a. Audit adalah proses yang sistemik, artinya pemeriksaan dan pengujian data oleh auditor yang dilakukan secara terencana, teratur dan metodologis.

b. Audit adalah perolehan dan penilaian secara objektif atas bukti- bukti, artinya audit merupakan suatu penelitian atau pemeriksaan empiris yang independen.

c. Audit adalah penentuan tingkat kecocokkan antara pernyataan dengan kriteria-kriteria yang mapan, artinya audit merupakan wujud dari penentuan atau penilaian profesional dengan kriteria yang sudah baku. d. Audit dilengkapi dengan pengkomunikasian hasil-hasilnya kepada

semua pihak pengguna yang berkepentingan yang berarti bahwa hasil evaluasi tersebut terbuka bagi pihak-pihak yang seharusnya mengetahuinya.10

Berdasarkan hal-hal di atas, audit dikembangkan ke berbagai bidang, seperti audit pemasaran, manajemen, organisasi, dan termasuk pada bidang komunikasi. Jadi konsep audit tidak hanya digunakan untuk bidang keuangan. Hal ini bisa dilihat dari Webster’s New world Dictionary, yang mengartikan audit salah satunya sebagai “pengujian dan evaluasi

9Ibid., hlm. 6.


(20)

11

seksama atas sebuah persoalan sehingga komunikasi sebagai suatu persoalan organisasi juga dapat diaudit”.11

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa audit merupakan proses pengujian atau evaluasi suatu persoalan secara sistemik, terencana, teratur dan metodologis, objektif bedasarkan bukti, menggunakan kriteria baku yang sudah ditetapkan sebelumnya dan audit dilengkapi dengan pengkomunikasian hasil-hasilnya kepada semua pihak yang berkepentingan.

Audit komunikasi menurut Jane Gibson dan Richard Hodgetts dalam Organizational Communication: A Managerial Perspective adalah ”suatu analisis yang lengkap atas sistem-sistem komunikasi internal dan eksternal dari suatu organisasi”.12

Begitu pula definisi yang diberikan oleh Joseph A. Kopec, seperti yang dikutip Cutlip, Center dan Broom yang menyatakan audit komunikasi ”sebagai sebuah analisis lengkap tentang komunikasi organisasi baik internal maupun eksternal yang dirancang untuk memahami kebutuhan, kebijakan, praktek dan kemampuan komunikasi, dan untuk menemukan data sehingga manajemen puncak dapat membuat keputusan yang ekonomis dan berdasarkan informasi lengkap tentang tujuan kedepan komunikasi organisasi”.13

Sedangkan Anthony Booth, mendefinisikan audit komunikasi sebagai ”proses pembuatan analisis atas komunikasi-komunikasi di dalam

11Ibid., hlm. 6-7.

12Ibid., hlm. 10.

13 I Gusti Ngurah Putra, Manajemen Hubungan Masyarakat, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya,


(21)

12

organisasi oleh konsultan internal atau eksternal dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi organisasi”. Dengan pembatasan ruang lingkup pada komunikasi internal saja dan efisiensi, yang umumnya memiliki arti jangka pendek, menunjukkan kalau audit komunikasi sebaiknya dianggap sesuatu yang mudah untuk ditangani dan perlu dilakukan berulang-ulang secara teratur.14

Dengan mempertimbangkan hal-hal penting di atas, maka dapat disimpulkan sebuah definisi sederhana dan tegas tentang audit komunikasi yaitu :

Audit komunikasi adalah kajian mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan sistem komunikasi keorganisasian yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Dalam penelitian ini efektivitas yang ingin dicapai adalah mengenai implementasi dari program integrasi keilmuan dan keislaman yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya

2. Implementasi Program

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.


(22)

13

Pendapat Cleaves yang dikutip dalam Wahab yang secara tegas menyebutkan bahwa: Implementasi itu mencakup “Proses bergerak menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan politik”. Keberhasilan atau kegagalan implementasi sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumya. 15

Menurut Mazmanian dan Sebastiar dalam Wahab Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. 16

Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Wahab Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. 17

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Browne dan Wildavsky dalam Nurdin dan Usman mengemukakan bahwa “implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”.18

15 Solichin Abdul Wahab, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Malang: Malang Press, 2008), hlm.

187.

16Ibid., hlm. 68. 17Ibid., hlm. 65.

18Syafruddin Nurdin dan Usman Basyiruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,


(23)

14

Sedangkan implementasi program yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses penyelenggaraan atau pelaksanaan yang didasarkan dari suatu program atau paradigma pendidikan dari UIN Sunan Ampel Surabaya yang didalamnya memuat objek penelitian ini tentang integrasi keilmuan dan keislaman.

3. Integrasi Keilmuan dan Keislaman

Secara etimologis, integrasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris –integrate; integration- yang kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi integrasi yang berarti menyatu-padukan; penggabungan19 atau penyatuan menjadi satu kesatuan yang utuh; pemaduan.20

Adapun secara terminologis, integrasi ilmu adalah pemaduan antara ilmu-ilmu yang terpisah menjadi satu kepaduan ilmu, dalam hal ini penyatuan antara ilmu-ilmu yang bercorak agama dengan ilmu-ilmu yang bersifat umum atau sebaliknya.

Integrasi ilmu agama dan ilmu umum ini adalah upaya untuk meleburkan polarisme antara agama dan ilmu yang diakibatkan pola pikir pengkutupan antara agama sebagai sumber kebenaran yang independen dan ilmu sebagai sumber kebenaran yang independen pula. Hal ini karena – sebagaimana dijelaskan di awal pendahuluan keberadaannya yang saling membutuhkan dan melengkapi. Seperti yang dirasakan oleh negara-negara di belahan dunia sebelah Barat yang terkenal canggih dan maju di bidang

19John M. Echlos dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2003), hlm. 326.

20Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994),


(24)

15

keilmuan dan teknologi, mereka tergugah dan mulai menyadari akan perlunya peninjauan ulang mengenai dikotomisme ilmu yang terlepas dari nilai-nilai yang di awal telah mereka kembangkan, terlebih nilai religi. Agama sangat bijak dalam menata pergaulan dengan alam yang merupakan ekosistem tempat tinggal manusia.

Meninjau begitu pentingnya kapasitas agama dalam kehidupan manusia, maka sepatutnya agama dikembangkan sebagai dasar nilai pengembangan ilmu. Karena perkembangan ilmu yang tanpa dibarengi dengan kemajuan nilai religinya, menyebabkan terjadinya kesenjangan, jurang. Akibat meninggalkan agama, ilmu secara arogan mengeksploitasi alam sehingga terjadi berbagai kerusakan ekosistem.21

Ketika manusia secara berangsur-angsur dapat mengenal sifat dan perilaku alam, dan selanjutnya dapat mengendalikan, mengolah dan memanfaatkannya dengan ilmu dan akal mereka; maka sifat dan perilaku alam yang tadinya sangat ditakuti mereka secara berangsur-angsur tidak lagi menakutkan. Konsep ketuhanan merekapun bergeser. Ada yang mengatakan bahwa agama tidak lebih dari objek pelarian manusia yang gagal menghadapi serta mengatasi problema kehidupannya; atau merupakan hasil tahap perkembangan yang paling terbelakang dari suatu masyarakat; atau sekedar obsesi manusia tatkala mereka masih berusia kanak-kanak. Hal tersebut disebabkan, sebagai contoh, dengan kemajauan sains dan teknologi dapat diketahui bahwa gempa terjadi karena adanya pergeseran atau patahan

21Alim Roswantoro, Mengukir Prestasi di Jalur Khusus, (Yogyakarta: Pendi Pontren Depag RI,


(25)

16

kulit bumi, bukan karena Allah SWT murka, sehingga manusia tidak perlu takut lagi.

Di samping itu, meninjau ke ranah psikis batiniyah, sebagai misal, orang Barat yang terdepan dalam keilmuan dan sebagai kiblat kemajuan teknologi, sebagian mereka hidup –jika ditinjau dari kacamata islam- tidak sejahtera, tidak tentram dan tidak tenang. Kehidupan mereka kelihatan semrawut, bebas tanpa aturan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sentuhan-sentuhan nilai-nilai religi karena ilmunya-pun telah terdikotomikan dari ilmu agama.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian tentang audit komunikasi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian atau metode audit komunikasi model profil komunikasi keorganisasian. Dalam pendekatan kuantitatif ini peneliti berusaha mencari nilai rata-rata dan prosentase frekuensi sesuai dengan variabel yang telah ditentukan dalam Profil Komunikasi Keorganisasian (PKK).

Audit komunikasi dengan model Profil Komunikasi Keorganisasian (PKK) adalah sebuah model analisis fungsional organisasi yang berusaha untuk memeriksa keadaan masa kini dalam suatu organisasi dan bermaksud untuk menemukan jalan-jalan yang dapat digunakan untuk memperbaikinya.22


(26)

17

Secara teknis analisis fungsional dapat dikatakan sebagai pencarian terhadap kesalahan yang terjadi dalam proses untuk membantu peningkatan efektivitas organisasi. Secara positif dikatakan bahwa proses komunikasi atau kemantapan proses komunikasi dapat menimbulkan hubungan kerja yang efektif dan produktivitas yang tinggi atau secara negatif pemeriksaan profil komunikasi organisasi dapat menghasilkan informasi yang menjelaskan peristiwa-peristiwa kritis dalam organisasi, seperti ketidakpuasan karyawan, macetnya arus informasi, gagalnya implementasi suatu program dan mengendornya kerjasama kelompok.

Langkah-langkah pelaksanaan audit komunikasi dengan jenis analisis Profil Komunikasi Keorganisasian (PKK) dalam penelitian ini menggunakan enam variabel penting yang mempunyai pengaruh besar pada perspektif praktis komunikasi organisasi.

2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang dikenai kesimpulan hasil penelitian. Di dalam subjek penelitian inilah terdapat objek penelitian.23 Peneliti telah menentukan subjek penelitian yaitu civitas academica yang terdiri dari dosen (tenaga pengajar) dan mahasiswa yang terlibat dalam implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.


(27)

18

b. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra, keadaan batin dan bisa juga berupa proses.24 Objek penelitian yang

dikaji adalah melalui audit komunikasi yang bertujuan untuk mengukur dan mengetahui proses komunikasi dalam implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman serta implementsinya di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman di UIN Sunan Ampel Surabaya dijelaskan melalui desain kurikulum berdasarkan paradigma Integrated Twin Towers. Kerangka kurikulum berdasarkan paradigma Integrated Twin Tower, terdiri dari:

1) Penguatan ilmu-ilmu keislaman murni tapi langka

2) Integrasi “keilmuan keislaman pengembangan” dan keilmuan sosial -humaniora

3) Pembobotan keilmuan sains dan teknologi dengan keilmuan keislaman25

24Ibid.

25 Tim UIN Sunan Ampel Surabaya, Desain Akademik UIN Sunan Ampel Surabaya (Surabaya: IAIN


(28)

19

c. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan internal Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang beralamatkan di Jalan A. Yani 117, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.

3. Teknik Sampling

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis peneltian, sedangkan sampel penelitian adalah yang menjadi representasi objek sesungguhnya dari penelitian.26 Adapun populasi penelitian ini adalah

civitas academica Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang terdiri dari dosen (tenaga pendidik) dan mahasiswa.

Kriteria dosen yang menjadi populasi atau sampel dalam penelitian ini adalah dosen yang berkedudukan bukan sebagai pengambil kebijakan dalam lembaga, karena salah satu tujuan dari audit komunikasi ini akan menilai bagaimana kinerja pemimpin dan pengambil kebijakan.

Peneliti mengambil sampel dengan menggunakan Rumus Slovin dan Rumus Sampel Proporsi Berstrata.

a. Rumus Slovin

= + �2

Keterangan :

n = ukuran sampel

26 Koentjaraningrat, Beberapa Dasar Metode Statisik dan Sampling Dalam Penelitian Masyarakat,

dalam Koentjaraningrat (Ed.), Metode-metode Peneliian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. 89.


(29)

20

N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir, misalnya 10% atau sig. 0,1.27

Rumus Slovin ini berguna untuk menentukan jumlah sampel yang ditentukan dalam penelitian.

b. Rumus Sampel Proporsi Berstrata

= �ℎ ℎ� �ℎ � � � �

Rumus Sampel Proporsi Berstrata ini menggunakan hasil dari Rumus Slovin sebagai jumlah sampel yang ditentukan untuk menemukan jumlah sampel dari setiap populasi yang telah terbagi menjadi dua yaitu dosen (tenaga pendidik) dan mahasiswa pada tahun ajaran 2016/2017 dari setiap fakultas di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Maka diperoleh hasil sampel dari setiap strata populasi yang terdiri dari dosen (tenaga pendidik) dan mahasiswa sebagai berikut:

27Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula (Bandung :


(30)

21

Tabel 1.2.1

Daftar Sampel Proporsi Berstrata Penelitian Dosen No. Strata Populasi Jumlah

Populasi (N) Tingkat Kelonggaran Kesalahan yang Ditolerir (e) Populasi Ditentukan (n) Sampel Proporsional Berstrata

1. Dosen 576

a. Fakultas Adab dan Humaniora

64 10% 55 2

b. Fakultas Dakwah dan Komunikasi

86 10% 55 5

c. Syariah dan Hukum

101 10% 55 7

d. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

139 10% 55 8

e. Fakultas Ushuludin dan Filsafat

78 10% 55 6

f. Fakultas Psikologi dan Kesehatan – Fakultas Sains dan Teknologi

79 10% 55 16

g. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam – Fakultas Ilmu Sosial


(31)

22

dan Ilmu Politik

Total Sampel Proporsional Berstrata 50

Keterangan :

1. Strata Populasi merupakan nama-nama fakultas dari populasi

2. Jumlah Populasi (N) merupakan jumlah populasi keseluruhan dosen dari sembilan fakultas yakni sebanyak 576 orang

3. Tingkat Kelonggaran Kesalahan yang Ditolerir (e) ditentukan sebesar 10%.

4. Jumlah kelas populasi sebanyak 9 kelas, yakni sembilan fakultas yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya

5. Populasi ditentukan (n) merupakan hasil perhitungan dari Rumus Slovin, ditemukan sebesar 55 dosen

6. Sampel Proporsional Berstrata merupakan hasil perhitungan dari Populasi ditentukan (n) serta rumus sampel proporsi berstrata, ditemukan sebesar 50 dosen.

Tabel 1.2.2

Daftar Sampel Proporsi Berstrata Penelitian Mahasiswa No. Strata Populasi Jumlah

Populasi (N) Tingkat Kelonggaran Kesalahan yang Ditolerir (e) Populasi Ditentukan (n) Sampel Proporsional Berstrata

2. Mahasiswa 2719

a. Fakultas Adab dan Humaniora

341 10% 95 11

b. Fakultas Dakwah dan Komunikasi

443 10% 95 15

c. Fakultas Syariah dan Hukum


(32)

23 d. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

680 10% 95 29

e. Fakultas Ushuludin dan Filsafat

219 10% 95 6

f. Fakultas Psikologi dan Kesehatan

109 10% 95 4

g. Fakultas Sains dan Teknologi

144 10% 95 5

h. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

99 10% 95 3

i. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

255 10% 95 9

Total Sampel Proporsional Berstrata 95

Keterangan :

1. Strata Populasi merupakan nama-nama fakultas dari populasi

2. Jumlah Populasi (N) merupakan jumlah populasi keseluruhan mahasiswa semester V (lima) dari sembilan fakultas yakni sebanyak 2719 orang

3. Tingkat Kelonggaran Kesalahan yang Ditolerir (e) ditentukan sebesar 10%.

4. Jumlah kelas populasi sebanyak 9 kelas, yakni sembilan fakultas yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya

5. Populasi ditentukan (n) merupakan hasil perhitungan dari Rumus Slovin, ditemukan sebesar 95 mahasiswa


(33)

24

6. Sampel Proporsional Berstrata merupakan hasil perhitungan dari Populasi ditentukan (n) serta rumus sampel proporsi berstrata, ditemukan sebesar 95 mahasiswa.

4. Variabel dan Indikator Penelitian28

Tabel 1.3

Variabel dan Indikator Penelitian Brdasarkan Perspektif Profil komunikasi Keorganisasian (PKK)

No Variabel Komponen-komponen

1. Kepuasan organisasi Kepuasan karyawan tentang:

Kerja

Supervisi

Gaji dan tunjangan, termasuk fasilitas

Promosi karyawan

Teman sejawat

2. Iklim organisasi Pengalaman dan persepsi karyawan tentang:

Saling percaya (trust)

Partisipasi dalam pembuatan keputusan

Pemberian dukungan

Keterbukaan dalam komunikasi ke bawahan

Kerelaan komunikasi dari bawahan

Keprihatinanuntuk tingkat kinerja tinggi

3. Kualitas media Persepsi karyawan tentang berbagai dokumen tertulis (buletin, laporan, pedoman, dll.)

Daya tarik untuk dibaca

Cocok atau sesuai

Efisien

Terpercaya atau dapat diandalkan 4. Kemudahan perolehan

informasi

Persepsi karyawan tentang perlehn informasi dari berbagai sumber: Atasan langsung, atasan lebih tinggi, kelompok, bawahan,

dokumen-penerbitan, obrolan lisan (grapevine).

5. Penyebaran informasi Persepsi karyawan tentang:

Penyebaran informasi dalam struktur organisasi

Penyebaran informasi penting/ khusus

Peneybaran informasi tentang peristiwa terkini 6. Muatan informasi Pengalaman dan persepsi karyawan tentang:

Kecukupan informasi

Kekurangan informasi

Kelebihan informasi

Kelewatan informasi/ terisolasi


(34)

25

Variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini bersifat global artinya digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari responden diseluruh lingkungan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya secara umum yang dianggap memahami implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman. Variabel dan indikator ini jika akan digunakan secara khusus untuk meneiliti di setiap fakultas maka dalam studi lanjutan tersebut masih harus disesuaikan lagi dengan keilmuan yang ada disetiap fakultas, hal tersebut sangat penting agar data yang diperoleh reliabel.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian audit komunikasi ini dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain:

a. Angket

Teknik angket dilakukan dengan cara membuat daftar pertanyaaan berdasarkan variabel dan indikator yang telah dirumuskan sebelumnya terkait dengan integrasi keilmuan dan keislaman yang kemudian disebarkan kepada subjek penelitian, angket disebar dengan cara acak tetapi sesuai dengan proporsi yang telah ditentukan.

b. Observasi

Teknik observasi adalah teknik pendukung sebagai pelengkap data audit komunikasi dengan cara mengamati secara langsung perilaku dan tindakan yang dilakukan subjek penelitian terkait dengan tema penelitian.


(35)

26

c. Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pendukung dan pelengkap audit komunikasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung mengani hal-hal yang berkaitan dengan tema penelitian kepada subjek diluar daftar yang termasuk kedalam penerima angket.

d. Studi Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan mencari perbandingan data penelitian melalui data-data yang telah terdokumentasi dalam buku-buku pedoman, surat keputusan, serta dokumen tertulis lainnya yang dapat mendukung tema penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini secara umum menggunakan tiga tahapan, yaitu:

a. Persiapan, meliputi kegiatan:

1) Pengecekan terhadap kelengkapan identitas responden 2) Pengecekan terhadap kelengkapan data, dan

3) Pengecekan terhadap jawaban responden b. Tabulasi, meliputi kegiatan:

1) Pemberian skor terhadap item-item pertanyaan

2) Memberikan kode (koding) terhadap item-item sesui dengan tingkatan skornya dan yang tidak diberi skor.

c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian.

Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan yaitu menggunakan audit profil komunikasi keorganisasian, maka data dari


(36)

27

hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi digunakan sebagai data pelengkap yang dianalisis secara interpretatif. Sedngkan data yang dihasilkan dari angket merupakan data utama dianalisis melalui perhitungan statistik yaitu rumus mean atau nilai rata-rata untuk melihat kondisi organisasi yang sebenarnya, dan tabel frekuensi (prosentasi) untuk melihat hasil jawaban kuisioner yang diajukan peneliti. Adapun rumus mean yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :

= Mean

x1 - xn = Skor Responden

n = Jumlah sampel29

Adapun untuk mencari prosentase dengan menggunakan rumus:

% =

Keterangan :

% = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah Responden30

29 Bambang Supeno, Statistik Terapan: Dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan (Jakarta:

Rineka Cipta, 1997), hlm. 23


(37)

28

Sebagai dasar untuk menentukan kategori dan ukuran tentang kondisi komunikasi keorganisasian adalah sebagai berikut:

Tabel 1.4

Variabel dan Skor Kategori Profil Komunikasi Keorganisasian31

Variabel

Skor

Rendah Sedang Tinggi

Kepuasan Kerja 0,01-2,80 2,81-3,49 3,50-4,00

Iklim Komunikasi 0,01-2,80 2,81-3,49 3,50-4,00

Kualitas Media 0,01-2,80 2,81-3,49 3,50-4,00

Aksestabilitas Informasi 0,01-2,80 2,81-3,49 3,50-4,00

Bahan Informasi 0,01-2,80 2,81-3,49 3,50-4,00

Penyebaran Informasi Untuk variabel ini dilihat dari aspek prosentase frekuensinya

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pembahasan studi ini, dan dapat dipahami permasalahannya secara sistematis dan lebih terarah, maka pembahasannya dibentuk dalam bab-bab yang masing-masing bab mengandung sub bab, sehingga tergambar keterkaitan yang sistematis. Untuk selanjutnya sistematika pembahasannya dibagi sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan tentang gambaran umum yang meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan

31 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Menigkatkan Kinerja


(38)

29

penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, metode penelitian yang digunakan dan definisi konsep.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Dalam bab ini dibahas mengenai kajian pustaka dan perspektif toritis.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Berisi tentang deskripsi subjek, objek, dan lokasi penelitian serta deskripsi data penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA

Pada bab ini membahas mengenai temuan penelitian dan konfirmasi temuan dengan teori.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini merupakan bab akhir yang berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan


(39)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Audit Komunikasi

Istilah audit komuniksi diperkenalkan oleh George Odiorne melalui karya klasiknya, “An Application of Communication Audit” yang diterbitkan dalam jurnal Personnel Psychology 7. Dengan menggunakan istilah audit itu, ia hendak menunjukkan bahwa proses-proses komunikasi bagaimanapun dapat diperiksa, dievaluasi, dan diukur secara cermat dan sistematik sebagaimana halnya dengan catatan-catatan keuangan. Kegiatan-kegiatan komunikasi sebagai pelaksanaan dari sistem komunikasi ataupun program komunikasi khusus dapat diukur, sehingga kualitas dan kinerja eksekutif, pejabat, staf komunikasi dapat diketahui dan bila diperlukan dapat diperbaikai secara sistematik, sehingga efektivititas maupun efisisensi komunikasi dapat meningkat. Rintisan George Odiorne itu secara umum mendapat sambutan posistif dari kalangan para ahli komunikasi, karena audit komunikasi dinilai dapat menunjukkan standar profesionalisasi jasa konsultasi dan kajian komunikasi dalam dunia perusahaan dan bisnis –rekomendasi perbaikan dapat diandalkan karena didasari oleh analisis dan interpretasi temuan riset empiris.1


(40)

Gagasan dari George Odiorne ini baru dapat terwujud kedalam standar profesionalisme yang dimaksud sekitar dua dekade kemudian,


(41)

32

yakni dengan lahirnya komite audit komunikasi yang dibentuk oleh International Communication Assotiation (ICA). ICA mampu membangun bank data mengenai audit komunikasi yang tersususn dari berbagai organisasi. ICA kemudian berhasil menerbitkan sebuah buku tentang teknik dan prosedur audit komunikasi yang berjudul –Auditing Organizational Communication: The ICA Communication Audit. Buku ini menjadi rujukan dari berbagai ahli, perguruan tinggi, lembaga konsultasi maupun bisnis, sehingga audit komunikasi tampil dengan format standar yang umum.

a. Pengertian Audit Komunikasi

Audit komunikasi dalam perkembangannya tersusun berdasarkan definisi-definisi yang di sampaikan oleh para ahli sebelumnya. Dalam artikel klasik berjudul “The Audit of Organizational Communication” Howard Greenbaum, yang merupakan salah seorang tokoh dalam komite ICA, secara singkat menjelaskan audit komunikasi sebagai pemeriksaan sistem komunikasi. Secara lengkap definisi Howard Greenbaum berbunyi sebagai berikut:

A conceptual methodological structure... (which is used) for examination of communication processes in organization.2

(Sebuah struktur konseptual dan metodologis... (yang digunakan) untuk pemeriksaan proses-proses komunikasi di dalam organisasi)

Definisi singkat di atas kemudian diberi penjelasan agak panjang tentang tujuan dan syarat-syarat bagi audit komunikasi yang berbunyi sebagai berikut.

The basic purpose of communication system appraisal is to determine whether communication network objective and to submite change proposal relating to communication policies and activities within the communication system... Most important to any audit review program is a clear idea of the scope or definition of organizational communication... The Successful development of a communication audit program is closely dependent upon the nature of organizational policies,

2Ho ard Gree bau , The Audit of Orga izatio al Co u i atio , Academy of Management Journal, Vol.


(42)

33

staff personnel cpabilities, and the level of general organizational development.3

(Maksud pokok dari sebuah pemeriksaan sistem komunikasi adalah untuk menentukan apakah tujuan-tujuan dari jaringan komunikasi tercapai dan untuk menyampaikan ususlan-usulan perubahan yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan komunikasi dan kegiatan-kegiatan di dalam sistem komunikasi... Hal paling penting dalam program audit peninjauan ulang adalah sebuah ide yang jelas mengenai cakupan atau definisi tentang komunikasi keorganisasian... Pengembangan suatu program audit komunikasi yang sukses sangat tergantung pada hkekat kebijakan-kebijakan organisasi, kemampuan staff personalia, dan tingkat perembangan organisasi pada umumnya.)

Seorang tokoh penting dalam komite ICA yang tersohor, Gerald Goldhaber dalam buku Organizational Communication (5th edition) yang banyak digunakan untuk graduate program atau program megister, menjelaskan audit komunikasi sebagai “pemeriksaan diagnosis” yang dapat memberikan informasi dini untuk mencegah kehancuran kesehatan organisasi yang lebih besar. Dalam penjelasan tentang audit komunikasi yang diperbandingkan dengan audit keuangan dan check up diagnosis kedokteran tersebut, Gerald Goldhaber menulis sebagai berikut.

Just a check up by accountants and physicians provide client with information necessary to maintain health, so does a communication audit provide an organization with advance information which may prevent a major breakdown. Few people would deny the importance of effective communication in maintaining a healthy organization, but until recently that a regular communication audit would offer.4

(Sebagaimana pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan oleh para akuntan dan para dokter memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan klien-kliennya, demikianlah audit komunikasi memberikan informasi dini yang dapat mencegah terjadinya suatau kehancuran besar. Meskipun hanya sedikit orang yang mengingkari bahwa komunikasi efektif penting untuk memelihara kesehatan organisasi, namun sungguh mengherankan bahwa sampai masa-masa terakhir ini masih sangat sedikit perusahaan yang mau melakukan pemeliharaan pencegahan dengan memanfaatkan apa yang dapat diperoleh dari suatu audit komunaikasi.)

3Ibid.

4 Gerald Goldhaber, Organizational Communication, ed. Ke-5 (Dubuque: Wm. C. Brown Publisher, 1990), hlm.


(43)

34

Sungguh disayangkan bahwa kutipan dari buku teks yang klasik di atas hanya memberikan definisi secara analogis –bukan definisi real atau definisi konstitutif yang eksplisit. Sebuah definisi yang lebih sederhana tetapi jelas tentang konsep audit komunikasi disampaikan oleh Jane Gibson dan Richard Hodgetts dalam bukunya berjudul Organizational Communication: A Managerial Perspective (2nd edition), berunyi sebagai berikut.

The communication audit is a complete analysis of an organization’s internal and external communication system. Depanding on the mandate and interest of top management, it can range from consideration of a single division to the entire organization climate.5

(Audit komunikasi adalah suatu analisis yang lengkap atas sistem-sistem komunikasi internal dan eksternal dari suatu organisasi. Ruang lingkup audit komunikasi dapat meliputi rentang dari sekedar perimbangan atas salah satu devisi sampai ke iklim organisasi secara keseluruhan; rentang tersebut tergantung pada mandat dan kepentingan pimpinan puncak organisasi.)

Anthony Booth dari Inggris dalam bukunya berjudul The Communication Audit: A Guide for Managers memberikan definisi kerja yang berbunyi sebagai berikut.

The process whereby the ommunicaions within an organization are analysed by an internal or external consultant, with a view to increasing organizational efficiency.6

(Audit komunikasi adalah –proses pembuatan analisis atas komunikasi-komunikasi di dalam organisasi oleh konsultan internal atau eksternal dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi organisasi.)

Myron Emmanuel, seorang konsultan dari kota New York, dalam buku konsultasi berjudul Inside Organizational Communication (IABC), memberikan definisi operasional dengan kandungan arti yang jauh lebih mendalam dan menyeluruh. Definisi tersebut berbunyi sebagai berikut.

5 Jane Gibson dan Richard Hodgetts, Organizational Communication: A Managerial Perspective, ed. Ke-2 (New

York: Harper Collins Publisher, 1991), hlm. 453.


(44)

35

In essence, a communication audit is a comprehensive and thorought study of communication philosophy, concept, structure, flow and practice within on organization, be it small or large, profit or nonprofit, private or public. A communication audi should be able to uncover information blockages, organizational hindrance to effective communication and lost opportunities.7

(Pada dasarnya, audit komunikasi merupakan kajian yang menyeluruh dan sesksama tentang filsafat komunikasi beserta konsep-konsep, struktur, arus dan praktek komunikasi dalam suatu oragnisasi, baik itu organisasi kecil atau besar, organisasi usaha atau nirlaba, dan swasta atau publik. Suatu audit komunikasi diharapkan dapat menyingkap kemacetan-kemacetan informasi , hambatan-hambatan terhadap komunikasi efektif, dan peluang-peluang yang disia-siakan.)

Sedangkan Andre Hardjana dalam bukunya berjudul “Audit Komuniaksi: Teori dan Praktek” memberikan definisi sebagai berikut: “Audit komuniaksi adalah kajian mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan sistem komunikasi keorganisasian yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi”.8

Dari definisi-definisi yang tersaji di atas baik yang dibuat oleh kalangan akademisi maupun ahli konsultasi dapat dicatat beberapa hal penting sebagai berikut.

1) Audit komunikasi merupakan sebuah kajian yang kompleks, luas dan mendalam.

2) Ruang lingkupnya meliputi seluruh komunikasi keorganisasian –internal dan eksternal –dengan penekanan pada komunikasi internal.

3) Objek kajian adalah satuan sistem yang dapat berupa organiasi secara keseluruhan, subsistem, seperti devisi atau unit kerja, ataupun kegiatan komunikasi khusus, seperti kampanye dan program-program pelatihan.

7Myro E a uel, Auditi g Co u i atio Pra ti es , dala Carol Reuss da Do “il is eds , Inside

Organizational Communication: A Managerial Perspective, Ed. Ke-2 (New York: Longman Inc, 1985), hlm. 46.


(45)

36

4) Kajian dilakukan oleh spesialis –baik staf internal organisasi, akademisi, atau konsultan profesional –yang memiliki keahlian interdisipliner, khususnya di bidang organisasi, manajemen, dan bisnis serta ilmu komunikasi.

5) Kajian dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yakni meningkatkan efektivitas organiasi, sehingga hasil analisis dan solusi harus dapat dinyatakan sebagai rencana kerja.

6) Sebagai kajian, audit komunikasi memberikan manfaat maksimal bilamana dilakukan secara periodik dan bukan hanya pada saat timbul persoalan besar.

7) Fokus kajian terutama tertuju pada penemuan masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat menghambat atau mengganggu pelaksanaan efektivitas sistem komunikasi.

b. Alasan dan Tujuan Audit Komunikasi

Alasan maupun tujuan audit komunikasi perlu dirinci sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi oleh organisasi –baik secara internal maupun eksternal. Situasi internal misalnya, dapat berubah karena terjadinya penambahan karyawan dan pergantian pejabat dalam rangka pengembangan organisasi. Dan situasi eksternal umumnya berubah karena terjadinya perubahan kebijakan pemerintah dan peningkatan persaingan –baik persaingan domestik maupun internasional.

Dalam praktek, alasan dan tujuan mengapa audit komunikasi dilaksanakan oleh organisasi dijabarkan dan dirinci secara teknis dan praktis. Penjabaran dan rincian tersebut bersifat khas, karena harus disesuaikan dengan keistimewaan situasi dan kebutuhan yang muncul. Di antara sejumlah tujuan penting yang


(46)

37

banyak dikemukakan oleh para eksekutif untuk melakukan audit komunikasi, adalah untuk memperoleh informasi tentang “muatan informasi dalam kaitannya dengan topik-topik penting, sumber dan saluran informasi, kualitas informasi dan kualitas komunikasi”, karen muatan informasi dalam bentuk kelebihan muatan (overload) atau kekurangan muatan (underload) merupakan sumber distorsi paling besar dalam sistem komunikasi. hal demikian ternyata tidak hanya sering dialami oleh perusahaan-perusahaan besar seperti di Amerika Serikat, tetapi umum dikalangan perusahaan menengah dan kecil seperti di negara-negara berkembang. Secara garis besarnya sejumlah tujuan yang sering disebutkan oleh para eksekutif perusahaan untuk mengadakan audit komunikasi, antara lain:

1) Menentukan “lokasi” dimana kelebihan muatan informasi (overload) ataupun kekurangan muatan informasi (underload) terjadi berkaitan dengan topik-topik, sumber-sumber, dan saluran-saluran komunikasi tertentu.

2) Menilai kualitas informasi yang dikomunikasikan oleh dan/atau kepada sumber-sumber informasi.

3) Mengukur kualitas hubungan-hubungan komunikasi, secara khusus mengukur sejauh mana kepercayaan antarpribadi (trust), dukungan, keramahan, dan kepuasan kerja karyawan secara keseluruhan dilaksanakan. 4) Mengenali jaringan-jaringan yang aktif-operasional untuk desas-desus

(rumor), pesan-pesan sosial, pesan-pesan kedinasan, kemudian dibandingkan dengan jaringan komunikasi resmi atau jaringan yang dibentuk sesuai dengan bagan organisasi.

5) Mengenali sumber-sumber kemacetan arus (bottlenecks) arus informasi dan para penyaring informasi (gatekeepers) dengan memperbandingkan peran-peran komunikasi dalam praktek, seperti penyendiri (isolate), penghubung


(47)

38

(liaison), anggota-anggota kelompok (group members) dengan peran-perannya yang seharusnya sebagaimana diharapkan oleh bagan organisasi dan uraian tugas.

6) Mengenali kategori-kategori dan contoh-contoh tentang pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa komunikasi yang tergolong positif atau tergolong negatif.

7) Menggambarkan pola-pola komunikasi yang terjadi pada tingkatan pribadi, kelompok, dan organisasi dalam kaitanya dengan topik-topik, sumber, saluran, frekuensi, jangka waktu, dan kualitas interaksi.

8) Memberikan rekomendasi-rekomendasi tentang perubahan ataupun perbaikan yang perlu dilakukan berkaitan dengan sikap, perilaku, praktek-praktek kebiasaan, dan keterampilan yang didasarkan atas hasil analisis Audit Komunikasi.9

Tujuan untuk mengadakan audit komunikasi –sebagaimana disebutkan diatas –berkaitan dengan alasan mengapa audit komunikasi itu dibutuhkan. Dengan mempertimbangkan hubungan antara kedua hal itu, Myron Emmanuel sebagai seorang konsultan senior yang sudah berpengalaman di New York menyusun sebuah daftar dari sejumlah alasan yang paling sering diajukan oleh eksekutif perusahaan yang menjadi kliennya –dari yang umum, yakni “ingin mengetahui apakah program komunikasi berjalan baik” sampai alasan khusus “ingin membangun landasan untuk pembangunan dan perencanaan kebijakan komunikasi baru”. Alasan-alasan tersebut secara lengkap, antara lain:

1) Ingin mengetahui apakah program komunikasi berjalan dengan baik;

9Ibid., hlm. 15-17.


(48)

39

2) Ingin membuat diagnosis tentang masalah-masalah yang terjadi ataupun yang potensial dapat terjadi, dan peluang-peluang apa yang terbuang percuma;

3) Ingin melakukan evaluasi atas kebijakan-kebijakan baru dan praktek-praktek komunikasi yang terjadi;

4) Ingin memeriksa hubungan antara komunikasi dengan tindakan-tindakan operasional lainnya –baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat unit lokal;

5) Ingin menyusun anggaran belanja untuk kegiatan-kegiatan komunikasi; 6) Ingin menetapkan sebuah patok banding (benchmark);

7) Ingin mengukur kemajuan dan perkembangan dengan menggunakan patok banding yang sudah ditetapkan;

8) Ingin mengembangkan dan melakukan restrukturisasi fungsi-fungsi dalam organisasi;

9) Ingin membangun landasan dan latar belakang guna pengembangan kebijakan dan perencanaan komunikasi baru.10

Dengan kesadaran tentang adanya kebutuhan untuk melakukan audit komunikasi dan menetapkan tujuan yang hendak dicapainya, eksekutif perusahaan atau organisasi masih harus menetapkan kapan audit komuniaksi tersebut harus dilakukan, misalnya seberapa mendesak audit itu harus dilakukan. Namun dalam penetapan waktu yang tepat ini juga tidak dapat mengabaikan pertimbangan praktis untuk pelaksanaannya.

c. Saat Tepat Melaksanakan Audit Komunikasi

10Ibid., hlm. 17-18.


(49)

40

Pilhan waktu yang tepat berkaitan erat dengan alasan, tujuan maupun pertimbangan praktis dari audit komunikasi yang hendak dilakukan. Myron Emmanuel mencatat, setidaknya ada sembilan situasi yang membuat eksekutif perusahaan membutuhkan audit komunikasi. Salah satunya yang paling penting adalah situasi pahit yang harus dihadapi oleh seorang eksekutif, yakni ketika ia menemukan “program-programnya kehilangan kredibilitas” sehingga tidak menggigit lagi, padahal ia tidak mengetahui secara jelas “apa yang menjadi persoalan”. Situasi lain lagi adalah ketika organisasi terpojok, sehingga eksekutif terpaksa “melakukan pemangkasan program dan anggaran”. Situasi-situasi yang menuntut audit komunikasi itu semuanya merupakan peristiwa penting yang menimbulkan dampak besar pada organisasi sedang kejadiannya tidak dapat terelakkan. Berikut adalah saat tepat penyelenggaraan audit komunikasi (di Amerika Serikat)11, antara lain:

1) Bila eksekutif organisasi menyadari bahwa beberapa programnya kehilangan kredibilitas, tetapi kesulitan untuk mengetahui atau menemukan apa persoalan-persoalannya secara pasti;

2) Bila muncul kebutuhan untuk mengevaluasi kebijakan ataupun kebiasaan baru;

3) Bila eksekutif menganggap perlu melakukan pengembangan ataupun restrukturisasi organisasi –termasuk fungsi komunikasinya;

4) Bila eksekutif membutuhkan peraturan dan ketentuan baru tentang komunikasi dan anggaran;

11Ibid., hlm. 18-19.


(50)

41

5) Sebelum eksekutif melakukan merger dengan perusahaan lain atau akuisisi – baik mengakuisisi atau diakuisisi; fokus penting dalam hal ini adalah budaya organisasi dan iklim organisasi;

6) Sebelum pelaksanaan kepengurusan baru atau pelaksanaan perubahan-perubahan;

7) Bila terjadi kerusuhan dan keresahan dikalangan karyawan –gerakan ketidakpuasan dan mampetnya komunikasi;

8) Bila kehidupan ekonomi dan bisnis merosot –termasuk pemutusan hubungan kerja atau PHK.

9) Sebelum melakukan pemangkasan beberapa program dan penghematan dana.

Perlu kiranya dicatat bahwa kesembilan peristiwa di atas berkaitan erat dengan membangun landasan untuk mengantisipasi terjadinya ketidakpastian, yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan besar. Jadi audit komunikasi dilakukan sebagai langkah antisipatif. Berbeda dengan kebiasaan organisasi-organisasi perusahaan Amerika Serikat yang antisipatif, perusahaan-perusahaan Inggris menurut Anthony Booth umumnya melaksanakan audit komunikasi tidak hanya sebelum, tetapi juga sesudah terjadinya peristiwa penting. Menurut pencatatan para konsultan di Inggris, audit komunikasi dibutuhkan pada waktu menjelang atau sesudah salah satu atau kombinasi dari peristiwa-peristiwa besar.12 Berikut adalah waktu yang tepat untuk melakukan audit komunikasi di Inggris, antara lain:

1) Sebelum melakukan restrukturasi atau rasionalisasi perusahaan; 2) Sesudah melakukan restrukturasi atau rasionalisasi perusahaan;

12Ibid., hlm. 19.


(51)

42

3) Bila terdapat kebutuhan untuk meningkatkan motivasi karyawan;

4) Bila tagihan telpon dan lain-lain tiba-tiba melonjak dan dirasa terlalu tinggi; 5) Bila konsumen dan para pelanggan menemui kesulitan untuk mengontak

devisi penjualan;

6) Bila sedang mengembangkan rencana-rencana dan strateg-strategi jangka panjang;

7) Bila terjadi perbedaan pandangan antara para manajer dan karyawan tentang beberapa hal penting, seperti pemogokan buruh dan selisih antara buruh dan manager yang disebabkan oleh kesalahan sikap atau tindakan atasan;

8) Sebelum membuat keputusan penting tentang pengadaan alat-alat komunikasi baru;

9) Bila dinilai terlalu banyak beredar memo yang simpang siur dan isinya tidak relevan;

10)Sesudah jumlah karyawan yang keluar-masuk (turnover) dinilai terlalu tinggi;

11)Bila muncul masalah-masalah besar dalam komunikasi organisasi

12)Sudah tiba waktunya untuk melakukan pemeriksaan rutin atas pelaksanaan sistem komunikasi.

Dari “kedua daftar saat tepat” dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya audit komunikasi dapat dilakukan kapan saja –pada dan antara –sepanjang garis penghubung antara dimensi persoalan dan perencanaan (problem-planning dimension). Di satu pihak audit komunikasi dapat dilakukan bila muncul persoalan berat yang harus dipecahkan, di lain pihak audit komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh gambaran pada saat kini yang dapat digunakan sebagai pangkal pengembangan perencanaan komunikasi. Informasi tersebut


(52)

43

sangat penting dan berharga untuk merencanakan apa sasaran atau tujuan untuk kedepannya dan bagaimana cara mencapai sasaran tersebut.

d. Tujuan Efektivitas Sistem Komunikasi

Sebagaimana dinyatakan dalam definisi-definisi yang dikutip sebelumnya – audit komunikasi mempunyai tujuan yang jelas. Hal ini selain dinyatakan secara tegas “untuk meningkatkan efektivitas organisasi” juga diimplikasikan oleh penggunaan istilah “kajian” –bukan riset evaluasi, pemeriksaan atau pengujian. Peningkatan efektivitas organisasi –bukan efisiensi organisasi –dinyatakan sebagai tujuan, karena pengertian secara fungsional kinerja suatu sistem ditentukan oleh kejituan dalam pencapaian sasaran. Bila sistem tidak mencapai sasarannya kemungkinan karena arahnya salah, menyimpang dari kebijakan, salah pengertian, dan menyalahi jadwal waktu. Dengan kata lain, audit merupakan kajian apakah sistem yang dilaksanakan benar. Bilamana hasil audit menunjukkan sistemnya salah, sistem itu harus diperbaiki, diubah, bahkan diganti. Oleh karena itu hasil audit perlu dinyatakan sebagai kesimpulan dan rekomendasi yang dilengkapi dengan rencana kerja yang merupakan bentuk dari cara tepat untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Dan dari kebenaran sistem –yakni sistem efektif –organisasi dapat mencapai efisisensi kerja, karena melakukan kegiatan dengan benar. Kalau kajian tentang efektivitas sistem ini dilakukan secara periodik, maka akan diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan dalam sistem, faktor-faktor penting yang memberi pengaruh, dan kekuatan-keuatan mana saja yang muncul dari waktu ke waktu. Dengan demikian kelemahan-kelemahan sudah dapat diketahui sebelum menjadi pengganggu atau penghambat, sehingga tidak menjadi kekuatan yang melumpuhkan sistem atau bahkan menghancurkan sistem. Selain itu audit yang


(53)

44

dilakukan secara periodik dapat menunjukkan dinamika faktor-faktor dan kecenderungan, sehingga hasil audit dapat digunakan untuk mengantisispasi masa depan.

Bilamana unsur pemeriksaan dan pengujian gejala dalam kerja kesisteman ditonjolkan dalam audit, maka audit komunikasi dapat dipahami dalam dua cara, yakni sebagai alat diagnosis dan alat riset evaluasi, pandangan pertama –audit komunikasi sebagai alat diagnosis –dicetuskan dan berulang kali ditekankan oleh Gerald Goldhaber. Audit komunikasi kemudian dianggap sama dengan pemeriksaan kesehatan yang harus dilakukan secara periodik agar dapat memberikan manfaat sebagai upaya-upaya pencegahan penyakit dalam rangka pemeliharaan kesehatan. Singkatnya tujuan audit komunikasi sebagai sebuah diagnosis lebih menekankan “menjaga efektivitas” daripada “meningkatkan efektivitas”.13

Pandangan kedua –audit komunikasi sebagai riset evaluasi –umumnya dianut oleh para penulis buku-buku teks tradisional seperti Tom Daniels dan Barry Spiker yang menyebutnya dengan istilah Organizational Communication Evaluation (OCE) dalam OCE peneliti melakukan dua hal, yakni, (1) mengumpulkan dan menganalisa data tentang sistem dan praktek komunikasi dalam organisasi dan (2) menunjukkan kondisi dan nilai yang digunakan sebagai kerangka interpretasi atas data yang sudah dianalisis tanpa melengkapi rekomendasi dan rencana kerja sebagai implikasi dari OCE tersebut. Kegiatan OCE terutama hendak menonjolkan efektivitas fungsional dari sistem yang dibangun oleh organisasi.14

13Ibid., hlm. 22.


(54)

45

Bila kajian menonjolkan kemungkinan pergantian sistem sebagai implikasinya, audit komunikasi juga dapat dilihat sebagai analisis sistem dan perubahan sistem seperti yang dikemukakan oleh Wayne Pace dan Don Faulus. Dengan pengertian ini kedua penulis membagi kegiatan komunikasi menjadi dua bagian, (1) Profil Komunikasi Keorganisasian (PKK) yang dalam bahasa Inggris dengan singkatan OCP (Organizational Communication Profile), dan (2) Strategi Perbaikan Efektivitas Kesisteman (SPEK), dalam bahasa Inggris dikenal dengan singkatan SISE (Strategies for Improving Systems Effectiveness). Pandangan tentang audit sebagai analisis sistem dan perubahan sistem dapat menimbulkan anggapan bahwa audit komunikasi hanya dilakukan bilamana timbul masalah besar, sehingga sistem tidak dapat berfungsi dengan baik dan harus diubah dan diganti dengan sistem baru.15

Meskipun tujuan dari audit komunikasi adalah meningkatkan efektivitas komunikasin organisasi, perlu memasukkan pengertian efisiensi sebagai implikasi dari efektivitas yang secara eksplisit dicantumkan dalam definisi adalah untuk menunjukkan bahwa urusan audit komunikasi, terutama merupakan tanggung jawab eksekutif. Sebagai pejabat manajemen puncak yang harus menggerakkan organisasi untuk mencapai kinerja tinggi dengan sumber-sumber daya yang terbatas dan dalam situasi apapun yang dihadapi oleh organisasi.

e. Manfaat Audit Komunikasi bagi Organisasi

Dengan tujuan yang dapat dirumuskan sebagai “peningkatan efektivitas komunikasi organisasi”, audit komunikasi dapat membawa manfaat manajerial keorganisasian dan memberikan sumbangan ilmiah. Sumbangan ilmiah hasil

15Ibid., hlm. 22-23.


(55)

46

audit komunikasi sebagaimana dirumuskan dalam ICA: Communication Audit oleh Gerald Goldhaber dan Donald Rogers dapat dirinci sebagai berikut.16

1) Mengukur secara tepat arus informasi, isi pesan, dan sikap maupun persepsi penanggung jawab tentang kedua hal tersebut;

2) Memberikan data empiris yang akurat tentang sikap, persepsi dan, perilaku komunikasi;

3) Menggunakan berbagai teknik pengukuran, dan kemungkinan untuk penggunaan suatu gabungan antara berbagai teknik pengukuran tersebut dalam pengumpulan data;

4) Membuat pengukuran komunikasi dalam jangka waktu panjang dan berulang-ulang;

5) Menggunakan prosedur baku dalam penerapan alat-alat, dan dalam pengumpulan data dan maupun analisis data;

6) Memungkinkan penggunaan prosedur penggunaan alat-alat dan teknik-teknik khusus sebagai masukan bagi kebutuhan keorganisasian klien tanpa mengorbankan prosedur baku untuk memperbandingkan sistem-sistem organisasi;

7) Menggunakan tenaga ahli yang dididik dan dilatih secara profesional, sehingga mempunyai pengetahuan, pengalaman, dan kompetensi dalam melakukan audit komunikasi untuk membuat rancangan audit dan memberikan pengarahan untuk pelaksanaannya;

8) Menggunakan program komputer untuk membuat analisis dan laporan umpan balik bagi organisasi klien;

16 Ibid., hlm. 25.


(56)

47

9) Melakukan perbandingan antara organisasi-organisasi sejenis berdasarkan data dan analisis tentang sikap, persepsi, dan perilaku komunikasinya.

Sejalan dengan rincian tentang manfaat ilmiah diatas, sejumlah manfaat praktis yang berkaitan dengan kebijakan dan manajemen komunikasi yang secara ringkas dapat dirumuskan menjadi “peningkatan efektivitas komunikasi organisasi”, rincian manfaat manajerial praktis dari audit komunikasi, antara lain:

1) Untuk membandingkan status sistem komunikasi antara sebelum pengukuran dan sesudah pengukuran dilakukan guna menentukan dampak dari program-program komunikasi baru;

2) Untuk mengetahui dan mengukur dampak dari program-program yang sedang berlangsung, sebagaimana dituntut oleh semua organisasi yang baik; 3) Untuk membandingkan data sebelun survei dan sesudah survei dilakukan

guna menentukan dampak dari inovasi-inovasi keorganisasian (restrukturisasi, penambahan komputer, program-program pengembangan organisasi)

4) Untuk mengetahui dan menentukan struktur organisasi sebagai alat dari suatu organisasi yang sukses;

5) Untuk mengetahui dan menentukan kelompok-kelompok kunci dalam kegiatan komunikasi sebelum dilakukan restrukturisasi –terutama penting bagi organisasi raksasa sebelum menugaskan pejabat atau staf di luar negeri; 6) Untuk mengetahui dan menentukan pos-pos biaya komunikasi yang penting (telepon, rapat, prangko, perjalanan udara), bila hendak melakukan ekspansi perusahaan keluar negeri;


(57)

48

7) Untuk mengembangkan program-program pelatihan komunikasi yang baru guna mengatasi persoalan-persoalan yang ditemukan dalam audit komunikasi.

Tujuan-tujuan dan manfaat-manfaat audit komunaikasi yangterangkum dalam ICA Audit itu dapat dicapai dan diperoleh, bila audit komunikasi dilakukan secara seksama dan konsisten dengan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah, sehingga dapat menghasilkan informasi yang valid dan reliable –absah dan terpercaya –tentang segenap sistem-sistem komunikasinya. Dengan menggunakan informasi tersebut, eksekutif organisasi menjadi sadar dan tahu tentang berbagai perilaku dan kegiatan yang terjadi di antara segenap anggota organisasi.

f. Model Audit Komunikasi dalam Perspektif Profil Komunikasi Keorganisasian (PKK)

Profil komunikasi keorganisasian (organizational communication profile, disingkat OCP) pada dasarnya merupakan model analisis fungsional sistem organisasi (Functional Organizational System Analysis), “analisis fungsional” secara sederhana dapat diuraikan sebagai “penggunaan pengetahuan dari ilmu sosial untuk memeriksa keadaan masa kini (dalam) suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mencari jalan-jalan yang dapat digunakan untuk memperbaikinya”. Secara teknis, analisis fungsional dapat dikatakan sebagai pencarian dimana kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses yang dapat membantu peningkatan efektivitas organisasi.

Langkah-langkah pelaksanaan analisis Profil Komunikasi Keorganisasian (PKK) disusun berdasarkan tujuh variabel penting yang mempunyai pengaruh


(1)

183

pemeliharaan fasilitas AC tersebut serta kebersihan lingkungan fakultas.

b. Peningkatan Iklim Komunikasi

Untuk peningkatan iklim komunikasi dikalangan dosen dan mahasiswa yang harus dilakukan oleh UIN Sunan Ampel Surabaya adalah dengan membangun rasa saling percaya, pemberian dukungan, keterbukaan komunikasi dengan mengadakan kegiatan seperti misalnya

workshop, seminar, atau studium general yang melibatkan dosen dan

mahasiswa di dalam rangka mensukseskan tujuan dari implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman.

c. Peningkatan Kualitas Media

Untuk peningkatan kualitas media dapat dilakukan dengan memanfaatkan website resmi Universititas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan memberikan konten-konten yang menarik bagi setiap yang mengakses seperti muatan pesan tentang implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman, pemanfaatan media tertulis juga dimaksimalkan dengan membagikan misalnya desain akademik kepada mahasiswa dan bukan hanya kepada kalangan dosen.

d. Peningkatan Aksebilitas Informasi

Untuk peningkatan kemudahan memperoleh informasi yang harus dilakukan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah dengan memanfaatkan semua media yang berpotensi dalam penyampaiaan pesan-pesan tentang pemahaman terkait implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman, seperti memaksimalkan


(2)

184

buku pedoman dan panduan bagi setiap civitas academica (dosen dan mahasiswa), website, papan pengumuman, dalam artian semakin

banyak media yang digunakan maka akan semakin mudah dosen dan mahasiswa memperoleh informasi.

e. Peningkatan Muatan Informasi

Untuk mencegah terjadinya kekurangan informasi, kelebihan informasi serta kelewatan informasi dikalangan dosen dan mahasiswa yang harus dilakukakan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah memberikan pengetahuan terkait informasi implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman melalui pemaksimalan pembagian buku desain akademik, karena selama peneliti melakukan audit komunikasi uraian yang diberikan oleh responden mengungkapkan bahwa buku desain akademik UIN Sunan Ampel Surabaya selama ini hanya diberikan kepada sebagian dosen di setiap fakultas sehingga terjadi kekurangan dan kelewatan informasi bagi dosen atau mahasiswa yang tidak mendapatkan buku desain akademik tersebut.

f. Peningkatan Penyebaran Informasi

Untuk meningkatkan penyebaran informasi yang harus dilakukan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah dengan meningkatkan sistem birokrasi sehingga ada peraturan atau regulasi yang jelas, artinya bahwa setiap dosen adalah bertanggung jawab untuk memahami dan menyampaikan pesan tentang implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman kepada mahasiswa. Kegiatan yang


(3)

185

dapat dilakuakan adalah membuat workshop, seminar, atau studium

general terkait kebijakan dimaksud yang melibatkan dosen serta

mahasiswa.

3. Secara khusus, bagi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya

Perlu adanya penelitian lanjutan tentang audit komunikasi terkait implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman khususnya di Fakultas Dakwah dan Komunikasi sehingga plaksanaan program integrasi keilmuan dan keislaman sesuai dengan keilmuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta memiliki kekhasan tersendiri


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aneta, Asna. 2010. “Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan

Kemiskinan Perkotaan (P2KP) di Kota Gorontalo”, Jurnal

Administrasi Publik, Vol. 1 No. 1. Makassar: Universitas Negeri

Makassar.

Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bastaman, Hanna Djumhana. 1986. Intergrasi Psikologi dengan Islam: Menuju

Psikologi Islami. Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil dan Pustaka

Pelajar.

Booth, Anthony. 1988. The Communication Audit: A Guide for Managers. UK: Gower Publishing

Echols, John M. dan Hasan Shadily. 2003. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Emmanuel, Myron. 1985. “Auditing Communication Practices”, dalam Carol Reuss dan Donn Silvis (eds), Inside Organizational Communication:

A Managerial Perspective, Ed. Ke-2. New York: Longman Inc.

Gibson, Jane dan Richard Hodgetts. 1991. Organizational Communication: A

Managerial Perspective, ed. Ke-2. New York: Harper Collins

Publisher.

Goldhaber, Gerald. 1990. Organizational Communication, ed. Ke-5. Dubuque: Wm. C. Brown Publisher.

Greenbaum, Howard. 1974. “The Audit of Organizational Communication”.

Academy of Management Journal. Vol. 17, No. 4.

Hardjana, Andre. 2000. Audit Komunikasi: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Grasindo.

Koentjaraningrat. 1990 Beberapa Dasar Metode Statisik dan Sampling Dalam Penelitian Masyarakat, dalam Koentjaraningrat (Ed.),

Metode-metode Peneliian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Nurdin, Syafruddin dan Usman Basyiruddin. 2003. Guru Profesional dan


(5)

Pace, R. Wayne & Don. F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola.

Perrow, Charles. 2013. The Short and Glorious History of Organizational

Theory.. dalam R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi

Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, cet. Ke-8.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Putra, I Gusti Ngurah 1998. Manajemen Hubungan Masyarakat. Yogyakarta: Universitas Atmajaya.

Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung : Alfabeta.

Roswantoro, Alim. 2007. Mengukir Prestasi di Jalur Khusus. Yogyakarta: Pendi Pontren Depag RI.

Sudiono, Anas. 1989. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Supeno, Bambang. 1997. Statistik Terapan: Dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial

dan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Wahab, Solichin Abdul. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: Malang Press.

Internet

“UIN Sunan Ampel” dalam https://id.wikipedia.org/wiki/UIN_Sunan_Ampel. Tim UIN Sunan Ampel Surabaya. 2013. Desain Akademik UIN Sunan Ampel

Surabaya. Surabaya: IAIN SA Press.

Pusat Sistem Teknologi Informasi & Pangkalan Data UIN Sunan Ampel

Surabaya, “Paradigma Keilmuan” dalam

http://www.uinsby.ac.id/id/251/paradigma-keilmuan.html

Pusat Sistem Teknologi Informasi & Pangkalan Data UIN Sunan Ampel

Surabaya, “Sambutan Rektor” dalam


(6)

Pusat Sistem Teknologi Informasi & Pangkalan Data, UIN Sunan Ampel

Surabaya, “Visi, Misi dan Tagline” dalam

http://www.uinsby.ac.id/id/185/visi-misi-dan-tagline.html.

Pusat Sistem Teknologi Informasi & Pangkalan Data, UIN Sunan Ampel

Surabaya, “Filosofi Penyelenggaraan Pendidikan” dalam

http://www.uinsby.ac.id/id/252/filosofi-penyelenggaraan-pendidikan.html.

Pusat Sistem Teknologi Informasi & Pangkalan Data, UIN Sunan Ampel