Gaya hidup konsumtif mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

(1)

GAYA HIDUP KONSUMTIF MAHASISWA UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

ZAINUL UMAM

NIM. B35213031

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Zainul Umam, 2017. Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Kata Kunci: Gaya Hidup Konsumtif, Mahasiswa

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian kali ini dua yakni bagaimana gaya hidup konsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Dan faktor-faktor penyebab gaya hidup konsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Namun dari dua rumusan masalah tersebut terdapat sebuah pembahasan didalamnya, antara lain, (a) dalam berpakaian, golongan mahasiswa yang lebih mampu selalu menonjolkan merek-merek yang sedang nge-tren atau lagi buming pada saat ini, (b) faktor ekonomi dan keluarga juga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat gaya hidup konsumtif mahasiswa di UIN Sunan Ampel Surabaya ini adalah teori Jean Baudrillard yaitu Masyarakat Konsumen.

Dari hasil penelitian di temukan bahwa: (a) Dari pergaulan, kebanyakan dari mereka dalam memilih teman lebih mementingkan status dari pada hubungan untuk membangun sebuah persaudaraan (ukhuwah islamiyah), sehingga terjadi kesenjangan sosial di antara kelompok pertemanan tersebut. (b) Dalam memanfaatkan waktu-waktu istirahat maupun hari libur kampus, banyak juga mahasiswa yang terlihat nongkrong di pusat-pusat perbelanjaan dari pada memanfaatkan waktu mereka untuk belajar.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konseptual ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II : KAJIAN TEORETIK……….…...17

A. Penelitian Terdahulu ... 17

B. Kajian Pustaka ... 21

1. Pengertian Gaya Hidup………...21

2. Komsumtif……….………..26

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif………30

4. Perubahan Sosial……….34


(8)

BAB III : METODE PENELITIAN ... 50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 52

C. Pemilihan Subyek Penelitian ... 52

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 59

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 60

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 63

A. Deskripsi Umum Lokasi dan Objek Penelitian ... 63

1. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya………..63

2. Sejarah Berdirinya UIN Sunan Ampel Suarabaya..………63

3. Visi dan Misi UIN Sunan Ampel Surabaya………67

4. Mahasiswa Beserta Kehidupan Kampus...………...70

B. Gaya Konsumtif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya...73

C. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Gaya Hidup Konsumtif UIN Sunan Ampel Surabaya………...83

D. Gaya Hidup Komsumtif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya: Tinjauan Teori Postmodern Jean Bauldrillard Masyarakat Konsumtif……...89


(9)

BAB V : PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Jadwal Penelitian 3. Dokumentasi

4. Berita Acara Sidang Skripsi

5. Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian) 6. Biodata Peneliti


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Tabel Pembanding………36 Tabel 2.2: Data Informan Mahasiswa………54 Tabel 4.3: Rekapitulasi Mahasiswa S1 Aktif Studi UIN Sunan Ampel Surabaya Tahun 2017.………...73


(11)

DAFTAR GAMBAR


(12)

BAB II

GAYA HIDUP KONSUMTIF MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA MENURUT KONSEP PEMIKIRAN JEAN BAUDRILLARD

A. Penelitian Terdahulu

Dari beberapa judul penelitian yang pernah di lakukan terdapat keterkaitan dengan judul penelitian Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah sebagai berikut:

Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang diambil peneliti adalah skripsi yang berjudul “Globalisasi dan Budaya Populer (Studi fenomena food, fun dan fashion di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya)”1 yang ditulis oleh Muhammad Andi F, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program studi Sosiologi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2016, hasil dari penelitian tersebut bahwa: (1) Fenomena budaya Food, fun dan fashion yang terjadi dikalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya mahasiswa yang mencicipi budaya Food, fun,dan fashion tersebut lebih mementingkan simbol-simbol akan prestise, ingin mengikuti mode dan berbagai alasan lainnya yang sifatnya performance agar dirinya dimaknai orang lain yang memaknai simbol-simbol tersebut merupakan budaya yang popular yang kekinian dan terlihat mengikuti mode masa kini. (2) Banyak di temukan mahasiswa yang mengikuti budaya popular yakni budaya food, fun dan

1 Muhammad Andi F, Globalisasi dan Budaya Populer (Studi fenomena food, fun dan fashion di

kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya), Skripsi ( Surabaya : Fak Fisip 2015).


(13)

18

fashion. Dari fenomena food,fun dan fashion yang menggambarkan seputar menikmati aneka jenis makanan dimaksud, jenis kesenangannya dan gaya fashionnya, tampak terlihat ke dalam tiga kelas yakni mahasiswa kelas atas (upper class), mahasiswa kelas menengah (middle class) dan mahasiswa kelas bawah (low class). (3) UIN Sunan Ampel yang terletak di Kota Surabaya, Ibu kota provinsi Jawa Timur. Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta, kota Metropolis dengan beberapa keanekaragamannya dan saat ini juga telah menjadi pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di Indonesia. Apalagi di era globalisasi saat ini tentunya juga membuat mahasiswa UIN Sunan Ampel mengikuti model kekinian atau budaya yang lagi populer di perkotaan. Ada beberapa faktor penyebab dan yang mempengaruhi mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya mengikuti budaya food,fun dan fashion antara lain: Faktor Lingkungan, Faktor pengaruh dari media sosial, Faktor Hobbi serta Faktor keluarga dan ekonomi.

Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah budaya food, fun and fashion yang melanda kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya pada saat itu, sehingga mengakibatkan pada berkembang pada budaya populer yang di sajikan oleh kalangan orang barat khususnya. Dan untuk penelitian kali ini peneliti lebih memfokuskan lagi yaitu pada gaya hidup konsumtif mahasiswa di liat dari fashionnya. Sedangkan untuk hal yang menarik pada penelitian kali ini dengan penelitian terdahulu adalah pengambilan informan oleh peneliti yang di lihat dari berbagai latar belakang informannya untuk di jadikan bahan awal dalam penelitian kali ini.


(14)

19

Untuk penelitian terdahulu yang juga relevan dengan judul yang diambil oleh peneliti saat ini adalah skripsi yang berjudul “ Perilaku Konsumtif Melalui Online Shop Fashion Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta”2 yang ditulis oleh Anisa Qodaril Thohiroh, Fakultas Psikologi, Program studi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2015. Isi dalam pembahasan tersebut adalah pembelian melalui online shop yang dilakukan oleh informan sebagian besar untuk membeli fashion yang sedang marak dikalangan mahasiswa dan dari beraneka ragam produk fashion tersebut sebagian besar informan dari 55 informan sekitar 39 informan menyatakan bahwa baju merupakan barang yang sering dibeli oleh informan melalui online.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah menggunakan pendekatan fenomenologi untuk penelitian terdahulunya karena sangat kompleks sekali pembahasan yang ada dalam penelitian terdahu maka dari pendekatan fenomenologi sangat cocok. Dan untuk penelitian kali ini peneliti menggunakan pendekatan Life style. Sedangakan hal yang menarik pada penelitian kali dengan penelitian terdahulu adalah intensitas belanja mahasiswa yang terhitung tidak wajar yaitu rata-rata dalam satu bulan sekali dan menghabiskan dana mulai dari 45.000,-350.000 yang dihabiskan. Dan untuk penelitian kali ini peneliti memfokuskan penelitiannya pada gaya hidup konsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

2 Anisa Qodaril Thohiroh, Perilaku Konsumtif Melalui Gaya Hiduping Fashion Pada Mahasiswi

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Skripsi ( Surakarta : Fak Psikologi 2015).


(15)

20

Penelitian terdahulu yang juga relevan dengan judul yang diambil peneliti saat ini adalah skripsi yang berjudul “Perilaku Konsumtif Dan Gaya HidupMahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Pengguna Online Shop di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya).”3 yang ditulis oleh M. Sofian Arianto, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komonikasi, Program studi Ilmu Komonikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2016. Isi dari pembahasan tersebut adalah (1) Motif meliputi ikut-ikutan teman, ingin selalu update barang terbaru, penampilan gambar lebih bagus, lebih murah, cari untung, menghemat waktu. (2) Sedangkan gaya hidup mahasiswa hedonis di tunjukkan dari gaya berpakaian yang mengkontruksikan citra diri yang gaul di lingkungan kampus. Bertitik tolak dari penelitian ini, beberapa saran yang dapat diusulkan adalah. (a) Supaya tidak melakukan segala hal itu dengan cara yang berlebihan, dan agar memperhatikan juga kebutuhan lain yang lebih penting, (b) Ada baiknya bagi para mahasiswa untuk memahami lebih dalam lagi fungsi dan kegunaan online shop. Sehingga dapat mengunakan online shop dengan lebih baik dan bijak.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah kebiasaan mahasiswa yang hanya ikut-ikutan temennya dalam berpenampilan, dan juga gaya hidup mahasiswa yang cendrung hedonis sekali juga termasuk dalam mengkontruksi citra diri sendiri agar tampil gaul di kampus. Dan untuk penelitian kali ini peneliti hanya memfokuskan pada gaya hidup konsumtif

3 M. Sofian Arianto, Perilaku Konsumtif Dan Gaya Hidup Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa

Prodi Ilmu Komunikasi Pengguna Online Shop di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Skripsi, ( Surabaya: Fak Dakwah dan Komonikasi 2016).


(16)

21

mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dari fashion yang di tampilkan pada saat pergi ke kampusnya agar mereka di maknai oleh teman-temannya juga mahasiswa yang lain dengan tampilan dia yang baru. Sedangakan hal yang menarik dari penelitian kali ini dengan penelitian terdahulu adalah mahasiswa yang sudah hilangnya rasa malu dalam berbusana ketat atau ektrim ketika pergi ke kampus karena dia sudah lebih percaya diri, terlihat lebih cantik, dan menjaga kualitas penampilan pada saat ke kampus. Dan yang menjadi hal menarik dalam penelitian kali adalah memiliki tujuan untuk mengetahui seberapa jauh gaya hidup konsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang sudah tidak kalah saing dengan artis Indonesia.

B. Kajian Pustaka

Berikut ini adalah kajian pustaka dalam penelitian gaya hidup konsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya:

1. Pengertian Gaya hidup

Gaya hidup merupakan ciri sebuah Negara modern, atau yang biasa disebut dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggabarkan tindakan sendiri atau orang lain.

Maka dari itu gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari hari kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang dimaksud.


(17)

22

Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern.

Gaya hidup kalau di definisikan lebih luas adalah sebagai cara hidup yang di identifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktifitas), apa yang mereka anggap pentig dalam lingkungannya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereke sendiri dan juga dunia disekitarnya (pendapat).4

Atau juga, gaya hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi.5 Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya, tergantung pada bagaimana orang tersebut menjalaninya. Dewasa ini, gaya hidup sering disalah gunakan oleh sebagian besar remaja. Apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan. Mereka cenderung bergaya hidup dengan mengikuti mode masa kini. Tentu saja, mode yang mereka tiru adalah mode dari orang barat. Jika mereka dapat memfilter dengan baik dan tepat, maka pengaruhnya juga akan positif. Namun sebaliknya, jika tidak

4 Sutisna, Perilaku konsumen dan komunikasi pemasaran, (Bandung : remaja rosdakarya, 2002) Hal, 145.


(18)

23

pintar dalam memfilter mode dari orang barat tersebut, maka akan berpengaruh negatif bagi mereka sendiri.

Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola perilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam kesehatan gaya hidup seseorang dapat diubah dengan cara memberdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang mempengaruhi pola perilakunya. Harus disadari bahwa tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup yang sama dan cocok yang berlaku untuk semua orang.

Gaya hidup sering di gambarkan dengan kegiatan, minat dan opini dari seseorang (activities, interests, and opinions). Gaya hidup seseorang biasanya tidak permanen dan cepat berubah. Seseorang mungkin dengan cepat mengganti model dan merek pakainnya karena menyesuaikan dengan perubahan hidupnya.6

Gaya hidup menunjukan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambing-lambang sosial.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup lebih menggambarkan pada perilaku seseorang, yaitu bagaiana ia hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya namun bukan atas dasar kebutuhan tetapi atas dasar keinginan untuk


(19)

24

mewahan atau berlebih-lebihan. Gaya hidup berbeda dengan kepribadian. Kepribadian lebih menggabarkan karakteristik terdalam yang ada pada diri manusia. Walaupun kedua konsep itu berbeda , namun gaya hidup dan kepribadian saling berhubungan. Kepribadian merefleksikan karakteristik internal dari konsumen, gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal dari karakteristik tersebut, yaitu prilaku seseorang.

a. Berikut ini adalah macam-macam gaya hidup:7 1) Gaya hidup mandiri

Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantungan mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta bersetrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. ,manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggug jawab, serta menimbulkan inovasi-invasi yang kreatif menunjang kemandirian tersebut.

2) Gaya hidup modern

Di jaman sekarang ini yang serba modern dan praktis, menuntut masyarakat untuk tidak ketinggalan dalam segala hal termasuk dalam bidang teknologi. Banyak orang yang berlomba-lomba ingin menjadi yang terbaik dalam hal pemahaman teknologi. Gaya hidup digital ( digital

7 Ibrahim, Idi Subandy, Life style Ecstasy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas


(20)

25

life style) adalah istilah yang sering di gunakan untuk menggambarkan gaya hidup modern yang serat dengan teknologi infromasi.8

3) Gaya hidup sehat

Gaya hidup sehat adalah pilihan sederhana yang sangat tepat untuk dijalankan. Hidup sehat dengan pola makan, pikiran, kebiasaan dan lingkungan yang sehat. Sehat dalam arti kata mendasar adalah segala hal yang kita kerjakan memberikan hasil yang baik dan positif.

4) Gaya hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah sesuatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih baik bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta ingin selalu menjadi pusat perhatian.

5) Gaya hidup hemat

Hidup hemat bukan proses mengurangi konsumsi, namun hidup hemat adalah mengurangi konsumsi saat ini guna mengonsumsi lebih banyak di masa depan. Dengan mengkonsumsi lebih banyak di masa depan maka kita tidak bias dikatakan berhemat. Hidup kemampuan lebih tepat daripada hidup hemat. Hidup sesuai dengan kemampuan juga bukan hidup boros.

8 Dominic Strinati, Popular Culture, 30.


(21)

26

6) Gaya hidup bebas

Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkannya seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya. Atau juga, gaya hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Dalam arti lain, gaya hidup dapat membrikan pengaruh positif dan negatif bagi yang menjalankannya.9

2. Konsumtif

a. Pengertian Komsumtif

Secara konseptual, “konsumsi merupakan oposisi dari produksi, jika produksi dipahami sebagai proses memberikan nilai bagi benda. Tetapi pada keadaan riil, konsumsi dan produksi, sebagai kegiatan yang dilakukan oleh manusia, tidak jarang mencampurkan dirinya dalam satu perilaku manusia.”10 Proses produksi, di saat yang sama, atau didahului oleh proses konsumsi. Demikian halnya dengan proses konsumsi maka proses produksi bisa dijalankan. Hal ini terjadi karena proses tersebut tidak bisa dilepaskan dari si pelaku, yakni manusia. Dalam diri manusia, selalu berjalan proses konsumsi dan produksi. Bahkan satu kegiatan dapat dianggap produksi dan konsumsi.

9 Amalia Rizka, Pengaruh Gaya Hidup Hedonis Remaja terhadap Keputusan Pembelian Majalah

Putri (Studi Pada Majalah Go Girl di Jakarta Selatan), Skripsi, ( Depok: Fak Ilmu Sosial Pendidikan Sosiologi, 2014).

10 Bagong Suyatno, Sosiologi Ekonomi, Kapitalisme dan Konsumsi di era Masyarakat Post


(22)

27

Konsumsi adalah suatu kegiatan manusia yang secara langsung menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa.11Dan memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan struktur sosial produksi. Untuk satu hal ini tentang konsumsi melibatkan mereka yang tidak bekerja, seperti para pemuda, orang tua, anak-anak, pengangguran dan umumnya para perempuan yang tidak diharapkan menjadi produsen ekonomi.

Konsumsi adalah suatu proses perubahan yang secara historis di kontruksi secara sosial. Konsumsi telah menjadi (atau sedang menjadi) fokus utama kehidupan sosial dan nilai-ilai kultural mendasari gagasan lebih umum dari budaya konsumen.

Saat ini kembanyakan seseorang sudah terjebak dengan kebutuhan konsumtif yang dengan rela menuruti segala keinginannya dan bukan memenuhi kebutuhannya, misal saja makanan, pakaian, perangkat elektronik, hiburan dan lain sebagainya. Kebanyakan dari ini semua dilakukan seseorang untuk memamerkan status mereka dan menurutu gengsi. Seseorang berperilaku konsumtif apabila seseorang disekelilingnya maupun lingkungannya juga berperilaku sama.12

b. Tipe-tipe Konsumtif

Menurut Moningka ada 3 tipe dalam konsumtif yaitu :

11 Lury, Celia. Budaya Konsumen. (Jakarta: Yayasan Pelita Obor, 1998,). 12 David Chaney, Life styles sebuah pengantar komprehensif, 41.


(23)

28

1) Konsumsi adiktif (addictif consumtion), yaitu mengkonsumsi barang atau jasa karena ketagihan.

2) Konsumsi kompulsif (compulsive consumtion), yaotu belanja secara terus menerus tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya ingin dibeli.

3) Pembelian impulsif (impulse buying atau impulsive buying) pada impulse buying, produk dan jasa memiliki daya guna bagi individu. Pembelian produk atau jasa tersebut biasanya dilakukan tanpa perencanaan.

Menurut Sumartono “menyatakan bahwa konsep kosnsumtif amatlah variatif, tetapi pengertian perilaku konsumtif adalah membeli barang atau jasa tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan. Secara operasional indikator perilaku konsumtif adalah.” 13

a) Membeli produk karena hadiahnya.

b) Membeli produk karena kemasannya menarik.

c) Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.

d) Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat dan kegunaannya).

e) Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.

f) Memakai sebuah produk karena unsur konformitas terhadap modelyang mengiklankan produk.

g) Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal

13 Ibid “41.


(24)

29

akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. h) Mencoba lebih dari 2 produk sejenis (merek berbeda).

c. Aspek Positif dan Negatif Gaya Hidup Konsumtif

Gaya hidup konsumtif jika dilihat dari sisi positifnya akan memberikan sebuah dampak :14

1) Membuka dan menambah lapangan pekerjaan, karena akan membutuhkan tenaga kerja lebih banyak untuk memproduksi barang dalam jumlah besar.

2) Meningkatkan motivasi konsumen untuk menambah jumlah penghasilan, karena konsumen akan berusaha menambah penghasilan agar bisa membeli barang yang diinginkan dalam jumlah dan jenis yang beraneka ragam.

3) Menciptakan pasar bagi produsen, karena bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi masyarakat maka produsen akan membuka pasar-pasar baru guna mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Bila kita lihat dari segi Negatifnya gaya konsumtif akan berdampak pada :

1) Pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial, karena orang akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa memikirkan harga barang tersebut murah atau mahal, barang tersebut

14 Schiffman, L.G., & Kanuk, L.L, Perilaku Konsumen, (Jakarta: PT Indeks Group Gramedia, 2004).


(25)

30

diperlukan atau tidak, sehingga bagi orang yang tidak mampu mereka tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan yang seperti itu.15 2) Mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih

banyak membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk ditabung.

3) Cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang, orang akan mengkonsumsi lebih banyak barang pada saat sekarang tanpa berpikir kebutuhannya di masa datang.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Komsumtif

Menurut Bagong Suyatno yang mengutip pendapat Kotler dalam buku Menejeman Pemasaran, perilaku konsumtif dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu terdiri dari faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Berikut adalah penjelasan dari keempat faktor utama yang mempengaruhi prilaku komsumtif.16

1) Faktor Kebudayaan

a. Budaya merupakan faktor penentu keinginan dn prilaku komsumtif seseorang yang paling mendasar. Anak-anak yang sedang bertumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi. Prefensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya. b. Subbudya masing-masing budaya terdiri dari sejumlah subbudaya

yang lebih menampakkan identifkasi dan sosialisasi khusus bagi

15 Supartono widyosiswoyo, Ilmu budaya dasar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009),34.

16 Dwi Narwoko, J. Suyanto, Bagong. Sosiologi teks pengantar dan terapan.( Jakarta: Kencana prenadanmedia group, 2007).


(26)

31

bara anggotanya. Subbudaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan wilayah geografis.

c. Kelas sosial pada dasarnya, semua masyarakat memiliki stratifikasi sosial. Staratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hierarkis dan para anggotanya menganut sistem nilai, minat, dan perilku yang serupa. 2) Faktor Sosial

a. Kelompok acuan ( Reference Group) seorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku anggota kelompok tersebut. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan merupakan kelompok primer, seperti keluarga, teman-teman, tetangga, dan rekan kerja maupun kelompok sekunder seperti keagamaan, kelompok profesi, serikat kerja.17

b. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting di dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Orientasi keluarga dalam kehidupan pembeli dapat dibedakan menjadi dua, yang terdiri dari orangtua dan saudara kansung seseorang.


(27)

32

c. Peran dan status sosial kedudukan seseorang di dalam kelompok dapat di tentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Dari masing-masing peran tersebut akan menghasilkan status. 3) Faktor Pribadi

a. Usia dan tahap siklus hidup setiap orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya. Selera seseorang terhadap barang maupun jasa berhubungan dengan usia. Pola konsumsi konsumen juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga, usia, serta gender orang dalam rumah tangga pada satu saat nanti.

b. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi pekerjaan seseorang juga memengaruhi pola konsumsinya. Pilihan akan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang, baik dari penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang dan kemampuan untuk meminjam, maupun sikap terhadap kegiatan berbelanja atau menabung.

c. Kepribadian dan konsep diri masing-masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang memengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia yang khas dan menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten serta bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya.


(28)

33

d. Nilai dan gaya hidup gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh nilai inti, yaitu sistem kepercayaan yang melandasi sikap dan perilaku konsumen. Nilai inti jauh lebih dalam daripada perilaku atau sikap, dan pada dasarnya menentukan pilihan dan keinginan seseorang dalam jangka panjang.18

4) Faktor Psikologi

a. Motivasi seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis, seperti lapar, haus, dan rasa tidak nyaman. Kebutuhan lainnya bersifat psikogenis, seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Kebutuhan akan menjadi motif jika didorong hingga mencapai level intensitas yang memadai sehingga cukup mampu mendorong seseorang untuk bertindak.

b. Persepsi seseorang yang termotivasi akan siap untuk bertindak. Tindakan seseorang yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.


(29)

34

c. Pembelajaran ketika seseorang bertindak, maka pengetahuannya akan bertambah. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan, dan penguatan.

d. Keyakinan dan sikap melalui bertindak dan belajar, seseorang mendapatkan keyakinan dan sikap yang kemudian memengaruhi perilaku pembelian konsumen. Keyakinan adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sementara sikap adalah evaluasi, perasaan, emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan serta bertahan lama dari seseorang terhadap suatu objek atau gagasan. 4. Perubahan Sosial

Berikut adalah beberapa pengaruh perubahan sosial sebagai berikut:

a. Pengertian dari Perubahan Sosial

Membahas tentang perubahan sosial tidak lepas dari konteks filsafat barat. Yaitu suatu pandangan terhadap kemajuan manusai dalam masyarakat yang di timbulkan oleh kemajuan masyarakatnya. Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur masyarakat yang selalu berjalan sejajar dengan perubahan kebudayaan dan fungsi suatu sistem sosial, hal ini dinamakan perubahan sosial hubungan fungsional. Karena tiap-tiap struktur mendapat dukungan dari nilai-nilai dan


(30)

35

norma kebudayaan. Perubahan sosial, baik pada fungsi maupun struktur sosial yang di dukung oleh nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan adalah terjadi sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Nilai dan norma-norma kebudayaan itu tidak mudah diubah begitu saja, karena diintroyeksikan dalam jiwa dan keyakinan para anggota masyarakat seperti halnya terjadi dalam proses sosialisasi.19

b. Konsep Perubahan Sosial

Berikut ini adalah konsep dari perubahan sosial antara lain adalah: 1. Terjadinya Perubahan Sosial

Dalam rangka menguraikan dan membahas suatu gejala kehidupan manusia yang disebut perubahan sosial, akan dapat bermanfaat bila berasumsi bahwa perubahan adalah normal, wajar, pada dasarnya tidak mengandung trauma, terdapat pula perubahan yang beraneka ragam, dan terbuka bagi setiap masyarakat, misalnya :20

19Ranjabar, Jacobus. Perubahan sosial dalam teori makro, pendekatan realitas

soial, (Bandung: Al fabeta 2010),81.

20Salim, Agus. Perubahan Sosial : Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia,


(31)

36

Tabel 2 : 1

Perubahan Sosial Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

No Sebelum Berubah Sesudah Berubah

1 Kehidupan mahasiswa sederhana Hidupnya sudah tidak sederhana lagi karena mengikuti zaman

2 Tren gaya berpakaian masih biasa saja Gaya berpakaian semakin miris dan juga sangat ketat

3 Suka membaca buku di perpus UINSA Sering cari hiburan ke mall terdekat dari kampus

4 Sering ada kajian untuk mengasah intelektual mahasiswa

Tempat kajian di salah gunakan untuk berpacaran

Sumber : Hasil dari pengolahan diri sendiri 27 April 2017 2. Ciri-Ciri Perubahan Sosial21

a. Differential sosial organization

b. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong perubahan pemikiran ideologi, politik dan ekonomi

c. Mobilitas d. Culture Conflict

e. Perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak direncanakan

f. Kontroversi (pertentangan).

c. Sebab-sebab terjadinya sebuah perubahan sosial

Sebab-sebab terjadinya perubahn sosial dapat di terangkan di bawah ini menurut pendapat para ahli:22

21 Ranjabar, Jacobus. Perubahan sosial dalam teori makro pendekatan realitas sosial, (Bandung: 2005), 35.

22 Salim, Agus. Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia, (Yogyakarta: 2002), hal, 70.


(32)

37

1) Robert Sutherland dkk, menyebutkan bahwa faktor yang menyebabkan perubahn sesial adalah faktor adanya inovasi (penemuan baru/pembaharuan), invensi (penemuan baru), adaptasi (penyesuaian secara sosial dan budaya) dan adopsi (penggunaan dari penemuan baru/teknologi).

2) Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, menyebutkan pada umumnya dapat dikatakan bahwa sebab-sebab terjadinya perubahan sosial adalah faktor adanya pengaruh dari dalam dan luar masyarakat. Sebab yang bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri, misal, bertambah dan berkurangnya penduduk, penemuanpenemuan baru, pertentangan antar golongan dan pemberontakan atau revolusi yang terjadi dalam masyarakat. Apabila sebab-sebab perubahn sosial itu bersumber dari dalam masyarakat, maka biasanya perubahan sosial karena kebudayaan dari masyarakat lainyang melancarkan pengaruhnya pada kebudayaan yang sedang dipelajari. “Hubungan yantg dilakukan secara fisik antara kedua masyarakat, memiliki kecenderungan untuk meninimbulkan pengaruh timbal balik, artinya masing masing masyarakat memengaruhi masyarakat yang lainnya dan menerima pengaruh dari masyarakat yang lain.”23

Dengan gambaran atau diskripsi tentang sebab sebab perubahan sosial menurut para ahli diatas maka dapat di mengerti bahwa sebab-sebab terjadinya perubahan sosial dapat disebutkan karena adanya pengaruh dari


(33)

38

dalam dan dari luar masyarakat itu sendiri. Penyebab dari luar masyarakat antara lain adalah sebab yang terjadi dari lingkungan alam fisik yang ada di lingkungan manusia dan pengaruh kebudayaan masyarakat yang lain.

d. Faktor pendorong terjadinya perubahan gaya hidup pada mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Adapun beberapa faktor pendorong perubahan sosial dapat disebutkan diantara lain :

1) Budaya Hiburan

Gaya hidup juga ada kaitan hiburan merupakan ciri yang utama dari budaya populer di mana segala sesuatu harus bersifat menghibur. Pendidikan harus menghibur supaya tidak membosankan dan tidak membuat jenuh, maka muncul Edutainment. Olah raga harus menghibur, maka muncul Sportainment. Informasi dan berita juga harus menghibur, maka muncul Infotainment.24

2) Budaya Konsumerisme

Gaya hidup juga berkaitan erat dengan budaya konsumerisme, yaitu sebuah masyarakat yang senantiasa merasa kurang dan tidak puas secara terus menerus, sebuah masyarakat konsumtif dan konsumeris, yang membeli bukan berdasarkan kebutuhan, namun keinginan, bahkan gengsi. Semua yang kita miliki hanya membuat kita semakin banyak “membutuhkan,” dan semakin banyak yang kita miliki semakin banyak kebutuhan kita untuk melindungi apa yang sudah kita miliki. Barang-barang tersebut memperbudak


(34)

39

manusia sepanjang hidupnya agar mampu mendapatkannya. Kemudian ada saatnya seseorang mengeluh kalau dia tidak lagi dapat menikmati “miliknya” yang dirasakannya malah memilikinya dan tidak lagi terasa sebagai miliknya. Industri budaya massa bersentuhan dengan kesalahan dan bukan dengan kebenaran, dengan kebutuhan-kebutuhan dan solusi-solusi palsu dan bukan dengan kebutuhan-kebutuhan dan solusi-solusi riil. Bahkan kedangkalan yang disebabkan gaya hidup dan budaya massa membuat kita tidak dapat membedakan dengan jelas manakah kebutuhan semu dan kebutuhan asli.

3) Budaya Instan

Segala sesuatu yang bersifat instan bermunculan, misalnya: mie instan, kopi instan, makanan cepat saji, sampai pendeta instan dan gelar sarjana teologis instan.25 Budaya ini juga dapat dilihat dari semakin banyak orang ingin menjadi kaya dan terkenal secara instan.

4) Budaya Gaya

Gaya hidup juga ada kaitan dengan budaya visual juga telah menghasilkan budaya gaya, di mana tampilan atau gaya lebih dipentingkan daripada esensi, substansi, dan makna. Maka muncul istilah “Kamu bergaya maka kamu ada.” 26

Maka pada budaya ini, penampilan (packaging) seseorang atau sebuah barang (branding) sangat dipentingkan.

25 Featherstone, Mike, Postmodernisme dan Budaya Konsumen. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008).


(35)

40

5) Budaya Massa

Karena pengaruh budaya populer, individu melebur ke dalam massa, rasionalitas melebur ke dalam kenikmatan. Hal ini disebabkan karena segala cara dipakai oleh para produsen untuk mencari pasar baru, mengembangkan pasar yang ada atau paling tidak mempertahankan pasar yang sudah ada sejauh memberikan keuntungan dan memasarkan produk mereka semaksimal mungkin. Sifat kapitalisme ini membawa masyarakat menjadi massa, artinya masyarakat dilebur dari batas-batas tradisionalnya menjadi satu massif konsumsi. Maka muncullah berbagai produk yang diproduksi secara massa yang sering mengabaikan kualitas produknya.27

Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan dari khalayak konsumen massa. Budaya massa ini berkembang sebagai akibat dari kemudahan-kemudahan reproduksi yang diberikan oleh teknologi seperti percetakan, fotografi, perekaman suara, dan sebagainya. Akibatnya musik dan seni tidak lagi menjadi objek pengalaman estetis, melainkan menjadi barang dagangan yang wataknya ditentukan oleh kebutuhan pasar.

27Setisna. Perilaku konsumen dan komunikasi pemasaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 124.


(36)

41

5. Kerangka Teori

Berikut ini adalah kerangka teori gaya hidup konsumtif antara lain sebagai berikut:

Jean Baudrillard dilahirkan di kota Riems, Prancis Barat, pada 5 Juli 1929 dan meninggal pada usia 77 tahun di Paris, Perancis, pada 6 Maret 2007. Kedua orangtuanya berasal dari keluarga petani yang kemudian pindah ke kota Paris dan bekerja sebagai pegawai di Dinas Pelayanan Masyarakat. Baudrillard menjadi anak pertama dari keluarganya yang mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Sorbonne, Paris. Selama masa kuliahnya, ia mempelajari sastra dan bahasa Jerman.28 Universitasnya kemudian memberikan kesempatan mengajar subjek yang sama di beberapa lycée dari 1960-1966. Selama mengajar dia menerbitkan reviewsastra dan menerjemahkan beberapa buku karangan Peter Weiss. Baudrillard kemudian tertarik dan memutuskan pindah pada bidang sosiologi. Pada 1966 Baudrillard berhasil menyelesaikan tesis sosiologinya di Universitas Nanterre di bawah bimbingan Henry Levebvre, seorang antistrukturalis Prancis kondang saat itu.

Penelitian ini menggunakan teori postmodern Jean Baudrillard Dalam pandangan Baudrillard konsumsi kini telah menjadi faktor fundamental dalam ekologi spesies manusia. Pada dasarnya, mekanisme sistem


(37)

42

konsumsi berangkat dari sistem nilai-tanda dan nilai-simbol, dan bukan karena kebutuhan atau hasrat mendapat kenikmatan.

Dalam hal ini, Baudrillard sama sekali tidak bermaksud menafikan pentingnya kebutuhan. Ia hanya ingin mengatakan bahwa dalam masyarakat konsumen, konsumsi sebagai sistem pemaknaan tidak lagi diatur oleh faktor kebutuhan atau hasrat mendapat kenikmatan, tetapi oleh seperangkat hasrat untuk mendapat kehormatan, prestise, status, dan identitas melalui sebuah mekanisme penandaan. Baudrillard menjelaskan,

Apa yang secara sosiologis penting bagi kita, dan apa yang menjadi tanda zaman bahwa kita tengah berada dalam era konsumsi, sebenarnya adalah sebuah fenomena umum tentang pengaturan kembali faktor konsumsi sebagai aspek primer dalam suatu sistem penandaan, yang kemudian tampil sebagai fenomena perubahan dari yang alamiah (nature) menjadi produk budaya (culture), yang mungkin merupakan wajah khas zaman kita sekarang.29

Terdapat perubahan mendasar pada status komoditas dan tanda dalam hubungan yang kompleks antara politik ekonomi, linguistik, dan ideologi dalam masyarakat postindustri. Baudrillard membahas fenomena masyarakat konsumen dari perspektif neo-Marxis dengan bertumpu pada psikoanalisis Lacanian dan strukturalisme Saussurean untuk mengembangkan tema utamanya, yaitu bahwa konsumsi menjadi dasar utama tatanan sosial. Ia menandai keterputusannya dari Marxisme awal, khususnya Karl Marx, dengan konsep fetisisme (fetishism) dan ideologinya.

29


(38)

43

Bagi Baudrillard, konsep yang dikemukakan Marx mengandung banyak kelemahan jika digunakan untuk mengkaji objek-objek fetish dalam kebudayaan kontemporer. “Hal tersebut dikarenakan telah terjadi perubahan yang mendasar pada status komoditas di dalam masyarakat postindustri.”30 Fenomena perubahan mendasar pada status komoditas, menurut Baudrillard, ditandai dengan ekspansi secara total kode tanda-tanda (sign) ke dalam tubuh komoditas di mana-mana, serta status baru komoditas itu sebagai dispenser kekuasaan plural (kebahagiaan, kesehatan, keamanan, prestise, dan sebagainya).

Dari sekian banyak karya Baudrillard, La Société de Consommation: Ses Mytes, ses Structures yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris” The Consumer Society: Myths and Structures” dan bahasa Indonesia Masyarakat Konsumsi merupakan karyanya yang paling lengkap dan hasil dari perkembangan pemikirannya. Baudrillard dalam buku ini memfokuskan perhatiannya pada konsumerisme, bagaimana objek yang berbeda dikonsumsi dengan berbagai cara yang berbeda. Pada wilayah ini pandangan politik Baudrillard diasosiasikan dengan marxis (situasionisme), tetapi buku ini berbeda dengan Marx dalam beberapa hal secara signifikan. Menurut Baudrillard, yang berfungsi mengendalikan masyarakat kapitalis adalah konsumsi, bukan produksi. Ia berpendapat bahwa pemikiran ekonomi Marx dan Adam Smith diterima sebagai ide tentang kebutuhan dasar yang dapat digunakan sebagai dasar secara


(39)

44

mudah dan sederhana. Pandangan Baudrillard dipengaruhi pandangan Bataille bahwa kebutuhan dasar dikonstruksi bukan abadi. Sementara itu, Marx berkeyakinan bahwa dalam objek, kebutuhan nilai guna dibedakan dari apa yang disebut komoditas fetesisme.

Menurut Baudrillard semua pembelian selalu terkait dengan konteks sosial penggunanya. Objek selalu mengatakan sesuatu tentang penggunanya. “Dalam hal ini, konsumsi lebih penting dari produksi karena peristiwa ideologis dari kebutuhan bersumber dari bertemunya produksi barang dan kebutuhan. Setidaknya ada empat cara sebuah objek mendapatkan nilainya:”31

1. Nilai fungsional, tujuan instrumental, pulpen untuk menulis 2. Nilai tukar, nilai ekonomis, satu pulpen senilai tiga pensil.

3. Nilai simbolis, sebuah objek apabila dikaitkan dengan objek lain, pulpendapat disimbolisasi sebagai hadiah kelulusan sekolah.

4. Nilai tanda dari objek, nilai dalam sistem objek, satu objek (contoh, permata) bias tidak mempunyai nilai apa pun (nilai 1-3), tetapi di sisi lain permata bias menunjukkan kelas atau level sosial tertentu.

Baudrillard berpendapat bahwa satu atau dua nilai tersebut tidak dengan. Mudah dilekatkan pada objek, terkadang satu dengan yang lain bisa saling memengaruhi. Pada akhirnya, Baudrillard menolak pandangan Marxisme secara total.

31 Suyanto, Bagong, Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post


(40)

45

Menurut Ritzer, di antara karya-karya Baudrillard, La Société de Consommation merupakan karyanya yang terkemuka dan banyak memengaruhi teoretikus sosiologi postmodern. Buku tersebut merupakan hasil perkembangan pemikiran Baudrillard yang banyak terinspirasi oleh berbagai pemikiran dari beberapa disiplin ilmu. Meskipun terdapat kritik atas kelemahan karya tersebut dipandang dari segi teori sosiologi. Baudrillard mentransformasikan dirinya dalam posisi antara seorang modernis dan postmodernis. Sebagai seorang postmodernis, Baudrillard ternyata masih terpengaruh narasi besar tentang paradigma mitologis masyarakat primitif, yakni bahwa keberadaan seorang manusia hidup diberkati dengan kebutuhan-kebutuhan yang mengarahkannya menuju objek-objek yang memberinya kepuasan.32

a. Nilai Tanda dan Nilai Simbol

Sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya, mekanisme sistem konsumsi pada dasarnya berangkat dari sistem nilai-tanda dan nilai simbol, dan bukan karena kebutuhan atau hasrat mendapat kenikmatan. Nilaitanda dan nilai-simbol, yang berupa status, prestise, ekspresi gaya dan gaya hidup, kemewahan, dan kehormatan menjadi motif utama dari aktivitas konsumsi masyarakat. Pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan, karakter masyarakat postmodern inilah yang

32

Featherstone, M. Posmodernisme Dan Budaya Konsumen, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), 20.


(41)

46

kemudian menarik perhatian Baudrillard untuk mengkajinya secara lebih mendalam.

b. Simulasi dan Simulakra

Melalui bukunya Simulations, Baudrillard memaparkan kondisi sosial-budaya masyarakat Barat yang disebutnya tengah berada dalam dunia simulacra/simulacrum dan simulasi. ”Inilah dunia yang terbangun dari konsekuensi relasi perkembangan ilmu dan teknologi, kejayaan kapitalisme lanjut, konsumerisme, serta runtuhnya narasi-narasi besar modernisme.”33 Baudrillard menyatakan bahwa paradigma modernisme yang berdiri di atas logika produksi seperti disuarakan Marx kini sudah tidak relevan lagi. Jika era pra-modern ditandai dengan logika pertukaran simbolik (symbolic exchange), era modern ditandai dengan logika produksi, kini tengah menjelang sebuah era baru, yakni era postmodern yang ditandai dengan logika simulasi. Bersamaan dengan lahirnya era postmodern, menurut Baudrillard, prinsip-prinsip modernisme pun tengah menghadapi saat-saat kematiannya. Dalam bahasanya yang khas, Baudrillard mengumandangkan kematian modernisme dengan logika produksinya sebagai The end of labor.

c. Hiperrealitas

Pemikiran Baudrillard tentang hyperreality didasarkan pada beberapa asumsi hubungan manusia dan media. Menurut Baudrillard, media massa


(42)

47

kini tidak hanya sebatas perpanjangan badan manusia, tetapi juga merupakan ruang bagi manusia untuk membentuk identitas dirinya. Pandangan-pandangan Mc Luhan tentang global village dewasa ini telah menjelma menjadi yang disebut Baudrillard sebagai hiperreal. Perkembangan teknologi dengan microprocessor, memory bank, remote control, telecard, laser disc, dan internet, tidak saja dapat memperpanjang badan atau pusat sistem saraf manusia, tetapi lebih fantastis lagi mampu mereproduksi realitas, masa lalu, dan nostalgia. Hal itu menciptakan realitas baru dengan citra-citra buatan.

d. Masyarakat Konsumen

Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary disebutkan bahwa konsumsi memiliki pengertian the act of using energy, food or materials. “Kegiatan menggunakan tenaga, makanan, atau materi. Pengertian konsumsi tersebut hanya sebatas kegiatan yang bertujuan menghabiskan manfaat suatu benda (barang atau jasa).”34

Baudrillard berusaha meluaskan konsumsi tidak hanya barang dan jasa sebagaimana dalam masyarakat konsumen modern, tetapi juga kepada semua hal lain. George Ritzer merumuskan hakikat konsumsi dalam pandangan Baudrillard sebagai berikut. Menurut Baudrillard konsumsi bukan hanya sekadar nafsu untuk membeli berbagai komoditas, satu fungsi kenikmatan, satu fungsi individual, pembebasan kebutuhan, pemuasan diri,

34 “Ibid” 60.


(43)

48

kekayaan, atau konsumsi objek. Konsumsi berada dalam satu tatanan pemaknaan pada satu panoply objek; sebuah sistem atau kode, tanda; satu tatanan manipulasi tanda; manipulasi objek sebagai tanda, satu sistem komunikasi sebagaimana fungsi bahasa, satu sistem pertukaran simbol sebagaimana dalam sistem kekerabatan masyarakat primitif sebuah moralitas, yaitu satu sistem pertukaran ideologis faktor penyebab perbedaan (distinction) satu generalisasi proses fashion secara kombinatif, mengisolasi dan mengindividu sistem kontrol bawah sadar, baik dari sistem tanda dan dari sistem sosio-ekonomika-politik dan sebuah logika sosial.

Pandangan Baudrillard tentang konsumsi tersebut jauh berbeda dengan pandangan para pakar ekonomi sebelumnya yang memahami konsumsi sebatas utilitas dan kepuasan. Baudrillard memandang konsumsi secara holistik yang berkaitan dengan berbagai perspektif. Dengan demikian, hakikat konsumsi bagi Baudrillard dapat disimpulkan sebagai integrasi sosial. Konsumsi adalah sistem yang menjalankan urutan tanda-tanda dan penyatuan kelompok. Jadi, konsumsi itu sekaligus sebagai moral (sistem ideologi) dan sistem komunikasi, struktur pertukaran, dan dapat dilihat sebagai sebuah kesenangan eksklusif.

Kesenangan bukan merupakan tujuan konsumsi, melainkan merupakan rasionalisasi dari konsumsi. Tujuan nyata dari konsumsi adalah to prop up (menopang) sistem objek produksi dan konsumsi adalah satu dan proses logis agung yang sama dalam reproduksi meluas dan


(44)

49

kekuatan produktif dan kendali mereka.35 Hal ini menjadi bagian dari

sistem, masuk ke dalam bentuk terbalik mentalitas, etika, dan ideologi sehari-hari. Sebuah bentuk penipuan dalam bentuk pembebasan kebutuhan, pemenuhan individu, kesenangan, kekayaan, dan sebagainya.

Dalam hal ini, konsumsi adalah sebuah struktur yang bersifat eksternal dan bersifat memaksa individu. Kendati berbentuk organisasi struktural, satu fenomena kolektif, atau moralitas, ia berada di atas semua sistem tanda yang dikodekan. Individu dipaksa menggunakan sistem tersebut. Penggunaan sistem melalui konsumsi adalah satu cara penting yang digunakan orang dalam berkomunikasi satu sama lain.

Ideologi yang berlaku dalam konsumsi adalah ideologi kemapanan. Baudrillard memandang bahwa kekuatan ideologi dan pengertian dasar tentang kebahagiaan sebenarnya tidak datang dari kecenderungan ilmiah setiap individu untuk diwujudkan bagi dirinya sendiri, melainkan secara sosiohistoris. Persoalan konsumsi muncul dari adanya kenyataan bahwa mitos kebahagiaan merupakan mitos yang diterima dan menjelma dalam masyarakat modern, yaitu mitos kesamaan hak (dan kebebasan) sehingga kebahagiaan harus terukur.


(45)

BAB IV

GAYA HIDUP KONSUMTIF MAHASISWA UNIVERSITAS ISALAN NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA A. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

1. Sejarah berdirinya UIN Sunan Ampel Surabaya

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel disingkat UIN Sunan Ampel

adalah salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya yang

menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman multidisplin serta sains dan teknologi. UIN Surabaya diberi nama Sunan Ampel, adalah nama salah seorang Walisongo, tokoh penyebar Islam di Indonesia. Beralihnya status Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya diharapkan

berimplikasi terhadap lahirnya peradaban Islam Indonesia.1 Hal itu akan

diupayakan lewat penggemblengan mahasiswa dengan ilmu agama yang

diintegrasi dengan sains dan teknologi. Dengan peralihan status menjadi UIN

Sunan Ampel bisa menampilkan iklim keilmuan yang mengedepankan ilmu agama Islam. Tidak cukup hanya itu, integrasi ilmu agama dengan teknologi sains menjadi ciri khas dan karakter UIN Sunan Ampel ke depan. Keberadaan kampus UIN Sunan Ampel di wilayah Surabaya bagian selatan Jl. Ahmad Yani No. 117 Surabaya tepatnya di selatan JX international dan di depan Mapolda Jawa Timur.

1

Panduan penyelenggaraan Program Strata Satu (S1) dan Program Magister (S2) Sunan Ampel Surabaya, (Surabaya, UIN Sunan Ampel: 2013), Hal. 1-8.


(46)

64

Pada akhir dekade 1950, beberapa tokoh masyarakat Muslim Jawa Timur mengajukan gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi agama islam yang bernaung di bawah Departemen Agama. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, mereka menyelenggarakan pertemuan di Jombang pada tahun 1961. Dalam pertemuan itu, Profesor Soenarjo (Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga), hadir sebagai narasumber untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran yang diperlukan sebagai landasan berdirinya perguruan tinggi agama islam dimaksud. Dalam sesi akhir pertemuan bersejarah tersebut, forum mengesahkan beberapa keputusan penting yaitu: (1) membentuk panitia pendirian IAIN, (2) Mendirikan Fakultas Syariah di Surabaya, dan (3) Mendirikan Fakultas Tarbiyah di Malang. Selanjutnya, pada tanggal 09 Oktober 1961, dibentuk Yayasan Badan Wakaf Kesejatraan Fakultas Syariah dan Fakultas Tarbiyah yang menyusun rencana kerja sebagai berikut: (1) Mengadakan persiapan pendirian IAIN Sunan Ampel yang terdiri dari Fakultas Syariah di Surabaya dan Fakultas Tarbiyah di Malang. (2) Menyediakan tanah untuk pembangunanan kampus IAIN Sunan Ampel seluas 8 (delapan) Hektar yang terletak di Jalan A. Yani No. 117 Surabaya.

(3) Menyediakan Rumah dinas bagi para Guru Besar.2

Pada tanggal 28 Oktober 1961, Menteri Agama menerbitkan SK No. 17/1961, untuk mengesahkan pendirian Fakultas Syariah di Surabaya dan Fakultas Tarbiyah di malang. Kemudian pada tanggal 1 Oktober 1964,

2

Panduan penyelenggaraan Program Strata Satu (S1) dan Program Magister (S2) Sunan Ampel Surabaya, (Surabaya, UIN Sunan Ampel: 2013), Hal. 8-10.


(47)

65

Fakultas Usuluddin di Kediri diresmikan berdasarkan SK Menteri Agama No. 66/1964.

Berawal dari 3 (tida) fakultas tersebut, Menteri Agama memandang perlu untuk menerbitkan SK Nomor 20/1965 tentang pendirian IAIN Sunan Ampel yang berkedudukan di Surabaya, seperti yang dijelaskan di atas. Sejarah mencatat bahwa tanpa membutuhkan waktu yang panjang, IAIN Sunan Ampel ternyata mampu berkembang pesat. Dalam rentang waktu antara 1966-1970, IAIN Sunan Ampel telah memiliki 18 (delapan belas) fakultas yang tersebar di 3 (tiga) propinsi: Jawa Timur, Kalimantan Timur

dan Nusa Tenggara Barat.3

Namun demikin ketika akreditasi fakultas di lingkungan IAIN diterapkan, 5 (lima) dari 18 (delapan belas) fakultas tersebut ditutup untuk digabungkan ke fakultas lain yang berakreditasi dan berdekatan lokasinya. Selanjutnya dengan adanya peraturan pemerintah nomor 33 tahun 1985. Fakultas Tarbiyah Samarinda dilepas dan diserahkan pengelolaanya ke IAIN Antasi Banjarmasin. Disamping itu, fakultas tarbiyah Bojonegoro dipindahkan ke Surabaya dan setatusnya berubah menjadi fakultas Tarbiyah IAIN Suarabaya. Dalam pertumbuhan selanjutnya IAIN Sunan Ampel memiliki 12 (dua belas) fakultas yang tersebar di seluruh Jawa Timur dan 1 (satu) di fakultas Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, kini IAIN Sunan Ampel terkonsentrasi hanya pada 5 (lima) fakultas induk yang semuanya berlokasi di kampus Surabaya.

3 “Google Privacy Policy” Sejarah IAIN Sunan Ampel Surabaya, diakses 29 Juli 2017, http://www.google.com/intl/en/privacypolicy.html.


(48)

66

Dari jalan panjang yang telah dilalui, berdasarkan peraturan Presiden No. 65 Tahun 2013 akhirnya IAIN secara yudisiris telah beralih status menjadi UIN. SK di tandatangi pada tanggal 2 Oktober 2013, dan berdasarkan peraturan Menteri Agama RI No. 8 Tahun 2014 tanggal 28 April 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya memiliki 9 fakultas yaitu:

1. Fakultas Adab dan Humaniora

2. Fakultas Dakwah dan Komunikasi

3. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

4. Fakultas Syariah dan Hukum

5. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

6. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

7. Fakultas Psikologi dan Kesehatan

8. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

9. Fakultas Sains dan Teknologi

Seperti halnya kampus negeri yang lain, UINSA juga membuka program pasca sarjana untuk program Magister (S2) dan Doktor (S3). Program Magister (S2) di kampus ini membuka beberapa jurusan, dianataranya Pemikiran Islam, Ekonomi Islam, Tafsir Hadits, Dakwah, Pendidiakan Bahasa Arab, Syari’ah dan Pendidikan Islam.

Sedangkan untuk program Doktor (S3) UIN Sunan Ampel mempunyai al- Dirasat dan al-Islamiyah (bidang Islamic studies) yang mengkaji tentang keislaman dengan pengajian empiric dan non empiric,


(49)

67

menganalisis dan menggali fakta kontemporer dalam masyarakat islam

(utamanya di Indonesia).4

Gambar 4 : 1

Gambar Univesitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Sumber : Internet diakses pada tanggal 23 Mei 2017 jam 12 : 40

2. Visi dan Misi UIN Sunan Ampel Surabaya

Pendidikan sejatinya berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman menuntut pergerakan yang responsif dan dialektis dari dunia pendidikan. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya sebagai institusi pendidikan Islam, yang berangkat dari idealisasi terhadap ajaran Islam, pengalaman historis masyarakat muslim serta proyeksi keislaman ke depan, merupakan bagian dari kegiatan pendidikan yang tanpa terkecuali, juga harus merespon tantangan dan tuntutan perkembangan zaman dimaksud.

4

Panduan penyelenggaraan Program Strata Satu (S1) dan Program Magister (S2) Sunan Ampel Surabaya, (Surabaya, UIN Sunan Ampel: 2013), Hal. 1.


(50)

68

Gaya hidup, sebagai bagian dari perkembangan zaman yang kini menjadi bagian dari kehidupan modern, melahirkan tuntutan dan tantangan yang beragam kepada pendidikan Islam. Seiring dengan hal ini, dari sisi penyelengaraan pendidikan, isu sentral yang harus dihadapi oleh pendidikan tinggi Islam, termasuk UIN Sunan Ampel berkaitan dengan dua hal yakni, kelembagaan dan misi sosial.

a. Visi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Visi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya adalah “Menjadi Universitas Islam yang unggul dan kompetitif bertaraf

internasional”.5

Untuk memperjelas pemahaman tentang rumusan visi tersebut maka berikut dideskripsikan beberapa konsep yang ada dalam visi terebut sebagai berikut :

Konsep Universitas Islam dimaksudkan sebagai lembaga pendidikan

tinggi yang menyelenggarakan pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara integratif berdasarkan semangat peneguhan dan penyemaian nilai-nilai Islam moderat dan transformatif yang merupakan

aktualisasi doktrin Islam sebagai rahmatan li al-‘alamin, dengan

mempertimbangkan konteks kearifan lokal masyarakat Jawa Timur khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Pola penyelenggaraan pendidikan yang integratif dengan didasari semangat moderat dan transformatif tersebut

5 http://www.uinsby.ac.id/id/187/rencana-strategi.html. Diakses pada tanggal 23 April 2017 pukul 20 : 50.


(51)

69

diorientasikan untuk mengembangkan ilmu, teknologi, seni dan budaya dalam rangka meningkatkan kualitas keberagamaan dan kehidupan

masyarakat Indonesia serta kemanusiaan secara universal. Pola

penyelenggaraan pendidikan UIN Sunan Ampel yang integratif tersebut yang diharapkan menjadi distingsi dari universitas Islam lainnya yang ada di Indonesia.

b. Misi UIN Sunan Ampel Surabaya

Misi merupakan alasan mengapa suatu lembaga ada dan melaksanakan kegiatannya. Sebagai lembaga perguruan tinggi, UIN Sunan Ampel merumuskan misi sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman multidispliner serta

sains dan teknologi yang unggul dan berdaya saing.

2. Mengembangkan riset ilmu-ilmu keislaman multidisipliner serta sains dan

teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

3. Mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat yang religius berbasis

riset.6

6

http://www.uinsby.ac.id/id/187/rencana-strategi.html. Diakses pada tanggal 25 April 2017 pukul 11 : 30


(52)

70

3. Mahasiswa beserta kehiduapan yang ada dalam kampus UIN Sunan Ampel Surabaya

Perubahan IAIN Sunan Ampel Surabaya menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya disertai dengan bertambahnya beberapa Fakultas dan prodi pastinya membuat UIN Sunan Ampel memnambah daya tarik tersendiri dan lebih di pandang oleh masyarakat. Hal ini setidaknya di tandai dengan semakin bertambahnya jumlah mahasiswa yang mendaftar di UIN Sunan Ampel.

UIN Sunan Ampel (UINSA) terletak di Kota Surabaya, Ibu kota provinsi Jawa Timur. Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta, kota Metropolis dengan beberapa keanekaragaman yang kaya dan saat ini juga telah menjadi pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di Indonesia. Tentunya juga membuat mahasiswa UIN Sunan Ampel mengikuti model kekinian atau budaya yang lagi populer di perkotaan. Jika dilihat saat ini banyak sekali mahasiswa yang penampilan busananya fashionable dan kekinian.

Seiring perkembangan jaman yang ditandai dengan merebaknya berbagai bentuk gaya hidup modern, mahasiswa yang diharapkan mempunyai

kemampuan sebagai agent of change tersebut telah banyak berkurang.

Mahasiswa datang dari berbagai daerah. Kehidupan dikampung asalnya tentu berbeda dengan kehidupan disekitar kampus yang mayoritas telah terpenuhi oleh fasilitas-fasilitas gaya hidup modern. Maka mahasiswa yang sudah terlena dengan berbagai fasilitas-fasilitas tersebut akan menjadi individu yang


(53)

71

tidak mampu memilih hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sehingga

senantiasa membeli banyak barang baru untuk mengikuti tren perkembangan

jaman. Mahasiswa yang seperti itu akan menjadi mahasiswa yang memiliki gaya hidup yang kekinian atau bisa di sebut mengikuti budaya kekinian. Sebaliknya mahasiswa yang tidak terpengaruh akan tetap konsisten pada tujuannya menjadi seorang mahasiswa yang sebenarnya yaitu menuntut ilmu dalam perkuliahan atau berorientasi pada akademisnya.

Di dalam suatu kampus tentunya terdapat berbagai macam Organisasi. Organisasi merupakan suatu wadah untuk menyalurkan sebuah gagasan, ide-ide, aspirasi atau pendapat,organisasi merupakan proses belajar kedua setelah kuliah,pada dasarnya organisasi memiliki nilai tawar yang tinggi bagi mahasiswa, misalnya dari segi solidaritasnyadan lain sebagainya,organisasi juga mempunyai ideologi berdasarkan landasan visi dan misinya,banyak organisasi di kalangan mahasiswa yang menjadi salah satu wadah bagi mahasiswa itu sendiri agar dapat belajar dan berproses di dalamnya,tidak sedikit dari mahasiswa lebih mengedepankan organisasinya dari pada kuliahnya,itu semua disebabkan karna di kuliah dalam proses belajar-mengajarnya kurang efisien dan juga belum tentu ilmu yang ada dalam organisasi yang di ikuti ada dalam mata kuliah.


(54)

72

Organisasi Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya antara lain :

1. UKM Paduan Suara

2. Bhakti Sosial Lintas Surabaya-Malang

3. Komando Resimen Mahasiswa Mahasurya Satmenwa 820 UIN Sunan Ampel Surabaya

4. UKM Pencak Silat (Taekwando dan Persaudaraan Setia Hati Terate)

5. Dewan Ekskutif Mahasiswa (DEMA UNIVERSITAS)

6. Senat Mahasiswa (SEMA UNIVERSITAS)

7. UKM Seni dan Budaya

8. Mahasiswa pecinta Alam Sunan Ampel (MAPALSA)

9. Unit Kegiatan Olahraga (UKOR)


(55)

73

Tabel 4: 1

Rekapitulasi Mahasiswa S1 Aktif Studi UIN Sunan Ampel Surabaya Tahun 2017

Sumber : Rektorat UIN Sunan Ampel Surabaya diakses 12 Juni 2017

B. Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, dalam pengamatan oleh peneliti di lapangan dan juga fenomena yang terjadi, maka peneliti banyak menemukan mahasiswa yang memiliki kecenderungan untuk menonjolkan gaya hidupnya. Kecenderungan yang dimaksudkan di sini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a) Dari segi pergaulan, kebanyakan dari mereka dalam memilih teman lebih

mementingkan status daripada hubungan untuk membangun sebuah

NO Fakultas L P

1 Fakultas Adab dan Humaniora 641 1089

2 Fakultas Syariah dan Hukum 1096 1352

3 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat 773 801

4 Fakultas Tabiyah dan Keguruan 699 2377

5 Fakultas Psikologi dan Kesehatan 175 374

6 Fakultas Sain dan Teknologi 313 462

7 Fakultas Dakwah dan Komonikasi 783 1237

8 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 267 300

9 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam 422 801


(56)

74

persaudaraan (ukhuwah islamiyah), sehingga terjadi kesenjangan sosial di antara kelompok pertemanan tersebut.

b) Dalam berpakaian (fashion), golongan mahasiswa yang lebih mampu

selalu menonjolkan merek-merek yang sedang ngetrend pada saat ini di saat pergi ke kampus dan tempat lainnya.

c) Pada saat mahasiswa berbelanja baju (fashion), alat kecantikan, dan juga

aksesoris lainnya sebagian besar mahasiswa lebih memilih berbelanja di Super market atau Mall seperti Royal Plaza, Cito Mall, dan Tunjungan Plaza, yang memang terdapat di sekitar kampus UIN Sunan Ampel Surabaya.

d) Dalam memanfaatkan waktu-waktu istirahat maupun hari libur kampus,

banyak juga mahasiswa yang terlihat nongkrong di pusat-pusat perbelanjaan daripada memanfaatkan waktu mereka untuk belajar.

e) Untuk memenuhi gaya penampilannya, banyak mahasiswa yang sengaja

menyisihkan uang saku mereka untuk membeli pakaian (fashion),

HandPhone (HP), dan aksesoris lainnya, daripada membeli buku-buku yang berkaitan dengan mata kuliahnya atau alat tulis yang memiliki manfaat lebih baik.

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang

menyelanggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman multidisplin serta sains dan teknologi. Sebagai kampus yang notabene menyelenggarakan pendidikan ilmu keislaman nyatanya banyak ditemukan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang terpengaruh oleh gaya hidup komsumtif. Salah satu faktornya


(57)

75

adalah bertambahnya beberapa fakultas baru dimana dalam proses seleksi mahasiswa baru tentunya juga menambah kuota mahasiswa. Seiring dengan bertambahnya beberapa program studi di UIN Sunan Ampel. Selain itu jika diamati saat ini bahwasanya kendaraan yang umumnya digunakan mahasiswa adalah sepeda motor. Namun saat ini sering kali dilihat di parkiran kampus UIN Sunan Ampel banyak sekali mahasiswa yang menggunakan mobil sebagai sarana transportasi untuk pergi ke kampus. Hal ini menunjukkan bahwa beralihnya status IAIN menjadi UIN berimplikasi pada bertambahnya minat mahasiswa baru untuk kuliah di UIN yang tentunya berasal dari latar belakang kelas ekonomi yang berbeda-beda yaitu mahasiswa Desa atau Perkotaan.

Gaya hidup komsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

menyoal seputar pakaian (fashion), dan juga aksesoris lainnya yang sering

dipakai oleh mahasiswa ketika pergi ke kampus.

Pada era modernitas saat ini yang mencakup proses yang sangat luas dan sifatnya sangat relatif, dan juga tergantung pada sebuah budaya baru yaitu budaya konsumtif atau masyarakat konsumerisme itu merupakan suatu hal yang memiliki simbol-simbol orang dalam menunjukkan kelas sosial yang dia miliki.

“Kalau saya sih jika belanja atau membeli produk-produk itu biasanya liat dari brendnya dulu lah yang sedang ngetrend banget biasanya di media

sosial seperti tas, jam tangan, sepatu, dan pakaian juga fashion-fashion gitu lo

biasanya saya liat brend dulu meski saya pengen sekali membeli barang baru apalagi jika saya bawa temen-temen pasti gak gampang pilih barang yang mau aku beli, saya liat model yang lebih bagus ketika saya pakek, jadi saya


(58)

76

bisa lebih percaya diri saja, aku memang sudah lama mempunyai sifat gaya

hidup komsumtif terhadap suatu barang baik fashion sejak SMA saya sudah

begitu kan ada mama yang mau isi ATM jika lagi kosong”.7

Dari penjelasan Minhatus Saniyah diatas dapat kita lihat dari latar belakang dia yang memang orang kaya maka dari itu dia tidak ragu lagi untuk mengikuti trend gaya hidup zaman saat ini, dan dia juga suka juga pergi ke klinik kecantikan untuk memanjakan dirinya agar lebih cantik lagi daripada sebelumnya. Dia tidak tanggung-tanggung lagi mengeluarkan uang untuk mempercantik dirinya dengan memakai barang-barang brendit yang sifatnya kekinian.

Dan nampaknya dengan menggunakan barang yang brendit bagi dia sudah mejadi menjadi simbol-simbol baginya bahwa dia sangat suka dengan gaya hidup yang begitu apalagi di tambah dengan alasan bahwa jika habis di ATM atau Kartu Kreditnya ada mama yang selalu mengisi lagi maka dari itu dia sudah biasa mengikuti gaya hidup yang mewah karena barang-barang

yang dia sering beli biasanya yang memang bermerek seperti sepatu Kicker,

jam tangan Swis Army, dan barang brendit lainnya yang dia gemari. Dia

mempunyai gaya hidup komsumtif karena faktor keluarga sendiri dan juga faktor teman-teman yang sering jalan bareng sama dia alasan dia katanya lebih percaya diri saja.

Semua orang memang mempunyai gaya hidup tersendiri dengan gaya hidup yang memang dia sukai.


(59)

77

Sering belanja ke Mall seperti Royal Plaza, Marina, Tunjungan Plaza, Plaza Surabaya, Matahari, dan Ramayana sudah mejadi kebiasaan bagi mahasiswa disaat perkuliahan lagi senggang seperti yang dikatakan oleh Fita Elentri Chintia Putri seorang mahasiswi semester 6 prodi Ekonomi Syariah pada saat lagi tidak mata kuliah kemarin.

”Gini lo kenapa saya itu lebih memilih untuk pergi ketempat yang seperti itu karena di samping kita juga tau ada diskon harga juga tempatnya enak lah ndak panas bisa ngisis juga sama temen-temen yang memang sering saya ajak kesana, apalagi jika deket dengan bulan ramadlan kan pasti banyak diskon tuh maka dari saya dan juga temen-temen yang sering ajak kesana serbu langsung biasanya, Mall itu beda dengan pasar tradisional lo ndak panas becek dan segalam macem lah pokoknya bagi saya itu udah biasa sih

jalan kesana beli barang baru”.8

Gaya hidup mahasiswa saat ini kebanyakan ketika pergi ke Mall mereka selalu updat tempat dimana dia bisa menemukan diskon harga, dan tak jarang dari mereka yang memfoto barang baru tersebut dan di unggah di media

sosial seperti: Blackberry Messenger, Instagram dan Patch agar teman yang

berada di medsos mengetahui aktivitasnya dia ketika jalan-jalan ke Mall.

Di Kota besar seperti Surabaya tentunya banyak sekali pusat perbelanjaan atau Mall yang tentunya mempunyai daya tarik bagi konsumen untuk mengunjunginya. Hal ini juga dirasakan oleh Humairotus Zulfa seorang mahasiswi semester 8 yang lebih cenderung mengunjungi Mall untuk mengetahui trend model tas, sepatu, jam tangan, dan baju baru bersama teman-temannya setelah perkuliahan selesai.


(60)

78

“Jika aku itu mam pergia ke Mall kadang ya Cuma iseng-iseng doang dan juga Cuma buat ngumpul saja sama temen-temenku canda tawa di sana juga gurau sama temen-temen karena kadang dikampus sumpek banyak tugas sehingga penat aku, maka dari itu di saat perkuliahan lagi senggang aku sama temen-temen biasanya ke royal plaza saja ya deket-dekt kampuslah namun aku dan temen-temen bukan cuma sekedar main saja mam pasti pulangnya itu bawa barang yang dibeli ntah baju krudung, tas kadang mam intinya kesana

ndak rugi gtu lo meski kadang lagi bokek”.9

Dari penjelasan Zulfa di atas dia dikala perkuliahannya lagi senggang dia biasa mengajak teman-temannya untuk pergi ke Mall bersama-sama karena pada dasarnya seseorang itu bisa mengikuti sebuah gaya hidup itu bisa dilihat dari pergaulannya mereka sendiri ketika dikampus ataupun diluar kampus karena pengaruh atau ajakan dari seorang teman dekat biasanya gampang mau tanpa melakukan pertimbangan yang matang sebelumnya, agar dia tidak terjerumus kedalam sebuah kehidupan baru dimana peran kapitalisme sangat mendominasi sekali. Disamping itu Zulfa sudah mempunyai pemasukan sendiri karena dia sudah memiliki usaha sendiri yaitu

memiliki akun online shop yang memang sudah lama dia miliki jadi wajar

saja jika Zulfa mempunyai gaya hidup begitu.

Di kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta tentunya banyak sekali Mall atau pusat perbelanjaan merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan. Banyak sekali mahasiswa yang suka nge-Mall ada yang sekedar

jalan-jalan ada pula yang shopping barang tertentu, seperti yang dikatakan

Zulfa yang menyukai belanja di Royal Plaza dibandingkan dengan Mall yang lain karena harganya terjangkau terutama untuk kantong mahasiswa.


(61)

79

Banyaknya makanan cepat saji di Kota Surabaya seperti KFC, MCD juga membuat mahasiswa tertarik untuk mendatanginya. Salah satu mahasiswi bernama Zuli mengaku sering mendatangi makanan cepat saji di KFC, MCD, bersama teman-temannya ketika berkumpul bersama dan juga mengerjakan tugas perkuliahan sambil Wi-fian juga.

“Aku biasanya pergi ke tempat makan seperti KFC, MCD, dan juga rumah makan lainnya aku liat tempat jika mau makan itu kalau tempatnya sudah tidak srek lagi dalam hati aku lebih memilih tidak makan saja dan mencari tempat yang lain untuk makan karena jika aku makan ditempat yang kumuh dan juga sempit pinggir jalan ndak puas gtu lo, lah jika tempat makan yang seperti KFC, MCD, dan rumah makan lainnya disamping tempatnya

bagus enak dan bersih juga jadi aku nyaman”.10

Dari penjelasan Zuli di atas dapat kita ambil benang merahnya saja bahwa zuli kenapa lebih tempat yang seperti karena dia jika tempatnya kurang srek dalam hatinya dia memilih tidak makan dan mencari tempat lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, berarti gaya hidup zuli sudah biasa pergi ketempat yang seperti jika lagi berada dalam kampus. Memang mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya mahasiswa mempunyai latar belakang yang berbeda ada yang kaya, menengah, dan biasa saja maka dari itu gaya hidupnya juga bisa berbeda-beda tergantung pada posisinya dia sekarang jadi hal begini bagi mahasiswa yang kelasnya sudah diatas yang mempunyai kebiasaan makan di tempat yang mewah.

Dengan demikian sekelompok mahasiswa ketika nongkrong atau lagi kumpul bersama teman-temannya ada yang suka mengunjungi KFC, MCD, dan rumah makan mereka ada yang memesan makanan tapi kebanyakan juga


(62)

80

Cuma nge-Float sambil berdiskusi bersama dengan temannya. Float

merupakan jenis minuman yang disediakan di KFC, MCD yang memiliki berbagai aneka macam rasa.

Pada era modern saat ini, Gaya hidup komsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya biasanya berkaitan dengan kesenangan-kesenangan ataupun berkaitan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya. Tergantung pada bagaimana orang tersebut menjalaninya. Jika dilihat kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel salah satu perguruan tinggi yang terletak di kota Surabaya yang merupakan kota metropolis. Kota Surabaya yang juga merupakan pusat bisnis Jawa Timur, Perdagangan, Industri, Pendidikan, Pusat supplier dan distributor juga banyak komoditas jasa dan perdagangan di Jawa Timur serta wilayah Indonesia bagian timur, maka tidak heran lagi jika mahasiswa UIN Sunan Ampel banyak yang menyukai gaya-gaya kekinian dan modern juga (Gaya hidup konsumtif). Di

Kota Suarabaya yang merupakan kota Metropolis tentunya terdapat berbagai pusat perbelanjaan. Hal ini juga dirasakan oleh mahasiswa yang memiliki waktu luang dan mengisi waktu luang mereka untuk jalan-jalan ke Mall. Dari penuturan salah seorang informan kami yang memiliki banyak


(1)

91

perubahan dari pada sebelumnya mulai dari fashion, pergaulan, dan juga penggunaan barang-barang yang bermerek dan memang trendi di era zaman sekarang ini.

Jadi gaya hidup konsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya ini dikarenakan adanya beberapa faktor-faktor yang memang menjadi stick holder dalam mempengaruhi gaya hidupnya itu sendiri baik mahasiswa dari pedesaan maupun perkotaan untuk sekarang ini sudah hampir tidak ada pembeda gaya hidupnya karena kebanyakan mahasiswa sudah bisa menerapkan trend mode fashion kekinian yang memang lagi buming di perkotaan.


(2)

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan oleh penulis diatas maka dalam penelitian yang berjudul Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Gaya hidup komsumtif yang terjadi pada mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya adalah gaya hidup komsumtif yang lebih mementingkan simbol yang dimiliki mereka dan mampu menonjolkan barang-barang yang bermerek, dan mengikuti mode masa kini yang memang lagi ngetren di perkotaan.

a. UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) yang terletak di Kota Surabaya, Ibu kota provinsi Jawa Timur. Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta, maka tidak heran lagi jika mahasiswanya memiliki gaya hidup yang cenderung pada kemewah-mewahan dengan latar belakang yang berbeda-beda. b. Ada beberapa faktor yang menyebabkan gaya hidup konsumtif

antara lain: (a) Faktor Lingkungan, (b) Faktor pengaruh media sosial, (b) Faktor Hobbi, (c) Faktor keluarga dan ekonomi.


(3)

93

B. Saran

Menilai dari hasil kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Mahasiswa diharapkan tidak terpengaruh oleh perkembangan zaman yang ditandai dengan merebaknya berbagai bentuk gaya hidup modern dan gaya hidup konsumtif. Karena mahasiswa diharapkan sebagai agen perubahan.

2. Mahasiswa harus tetap konsisten pada tujuannya menjadi seorang mahasiswa yang sebenarnya yaitu menuntut ilmu dalam perkuliahan atau berorientasi pada akademisnya tanpa terpengaruh dari arus zaman yang di dalamnya merupakan bentuk gaya hidup modern atau kekinian.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifudin. Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003 Burton, Greame, Media dan Budaya Populer. Yogyakarta : Jala Sutra, 2014 Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatf .Bandung:PT Rosdakarya, 2000

Moleong, Lexy J, Metodologi Penilitian Kualtatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2009

Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatf, Bandung: PT Rosdakarya, 2000

Ramadhan, A. Seri Pelajaran Komputer Internet dan Aplikasinya. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2005.

Suyanto, Bagong, Sosiologi Ekonomi . Jakarta : Kencana, 2013

Ritzer, George. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007.

Anwar,Yesmil. Sosiologi Untuk Universitas. Bandung: PT Refika Aditama, 2013

Ardianto,Elvinaro Lukiati Komala, and Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu

Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.

Burton, Greame, Media dan Budaya Populer. Yogyakarta : Jala Sutra, 2014


(5)

95

Ibrahim,Idy Subandy. Budaya popular sebagai komunikasi. Jalasutra:

Yogyakarta,2011

Sahil,Azharuddin. Indeks Al-Qur’an panduan mudah mencari ayat dan kata

dalam Al-Qur’an. Bandung : Mizan, 2007

Suyanto, Bagong, Sosiologi Ekonomi . Jakarta : Kencana, 2013

Strinati, Dominic, Popular Culture. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2009

Damsar, Sosiologi Ekonomi. Jakata: Raja Grafindo Persada, 2000.

Kotler, Amstron. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi Kedelapan, Jakarta: Erlangga, 2001.

Lury, Celia. Budaya Konsumen. Jakarta: Yayasan Pelita Obor, 1998.

Lina, dkk. Perilaku Konsumtif berdasar Locus of Control Pada Remaja Putri. Jakarta: Grafindo, 2008.

Mangkunegara, A.P. Perilaku Konsumen. Edisi Revisi, Cetakan Keempat, Bandung : PT Refika Aditama,2009.

http://soerya.surabaya.go.id/AuP/eDU.KONTEN/edukasi.net/SMP/Ekonomi/Kon sumsi/(26-04 2017, jam 11 : 40)

http://.kompasiana.com/maulanaridone/remaja-dan-perilaku-konsumtif, diakses

pada tanggal 10-05-2017, jam 21:30

http://www.uinsby.ac.id/id/187/rencana-strategi.html. Diakses pada tanggal 15-05-2017, pukul 19.30.


(6)

96

“Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online”. Diakses 20 Mei 2017.

http://kbbi.web.id/hidup.

“Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online”, Diakses 26 Mei 2017.