STUDI KEKUATAN BATU BATA PASCA PEMBAKARAN MENGUNAKAN BAHAN ADDICTIVE ISS 2500 (IONIC SOIL STABILIZER)

(1)

STUDI KEKUATAN BATU BATA PASCA PEMBAKARAN

MENGGUNAKAN BAHAN ADDICTIVE ISS 2500 (IONIC

SOIL STABILIZER)

Oleh :

RIZKA PURWASIH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

STUDI KEKUATAN BATU BATA PASCA PEMBAKARAN MENGUNAKAN BAHAN ADDICTIVE ISS 2500

(IONIC SOIL STABILIZER)

Oleh : Rizka Purwasih

Batu bata merupakan bahan bangunan yang sering digunakan untuk aplikasi teknik sipil seperti dinding perumahan. Batu bata terbuat dari campuran tanah, dan air. Pada penelitian ini proses pembuatan Batu bata akan dicoba mencampurkan tanah dengan ISS 2500 untuk meningkatkan kuat tekan dengan tujuan mencapai spesifikasi SNI Batu bata.

Sampel tanah yang diuji pada penelitian ini yaitu tanah lempung yang berasal dari daerah Yosomulyo, Kota Metro. Variasi kadar campuran yang digunakan adalah 0,5 mL, 0,8 mL, 1.1 mL dan 1.4 mL larutan ISS 2500 dan sisanya adalah persentase untuk tanah dengan waktu pengeringan 14 hari serta dengan perlakuan pembakaran dan tanpa pembakaran sampel batu bata. Berdasarkan hasil pengujian fisik tanah asli, Unified system mengklasifikasikan sampel tanah sebagai tanah berbutir halus dan termasuk ke dalam kelompok ML.

Hasil penelitian menujukkan bahwa pembuatan batu bata pasca bakar dengan menggunakan campuran ISS 2500 + tanah memenuhi SNI batu bata untuk material bangunan. Secara umum penambahan ISS 2500 pembuatan batu bata meningkatkan nilai kuat tekan.Untuk nilai kuat tekan batu bata tanpa pembakaran dan dengan proses pembakaran paling baik ditunjukkan pada penambahan kadar campuran 1,4 mL


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR NOTASI ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 3

C. BatasanMasalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Batu Bata ... 5

1. Pengertian Batu Bata……….. ... 5

2. Syarat Mutu Batu Bata………... ... 6

3. Pengujian dan Analisis .. ……….. 7

B. Tanah ... 9


(7)

ii

2. Klasifikasi Tanah ……….. 10

C. Tanah Lempung ... 15

1. Definisi Tanah Lempung ……….. 15

2. Jenis – jenis Tanah Lempung ……….. 16

3. Sifat Tanah Lempung ... ……….. 18

D. Pengaruh Air ... .... 21

E. Larutan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizeri).. ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Bahan - Bahan Penelitian ... . 26

B. Metode Pengambilan Sampel………. 26

C. Metode Pencampuran Sampel ... 27

D. Pelaksanaan Pengujian ……….. 28

1. Pengujian Fisik Tanah ……… 28

2. Pengujian Kekuatan dan Kelayakan Batu Bata... 34

E. Urutan Pelaksanaan Penelitian ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Pengujian Terhadap Sample Tanah Asli ... 39

1. Pengujian Kadar Air ... 40

2. Pengujian Berat Jenis ... 40

3. Pengujian Batas-Batas Atterberg ... 41

4. Pengujian Analisa Saringan ... 41

5. Pemgujia Pemadatan Tanah ... 42


(8)

C. Hasil Pengujian Batu Bata Sesuai Kadar Campuran ... 44

1. UJi Kuat Tekan ... 44

a. Hasil Kuat Tekan Sebelum Pembakaran ... 44

b. Hasil Kuat Tekan Setelah Pembakaran ... 48

c. Perbandingan Hasil Uji Kuat Tekan Setelah Pembakaran Sesuai Ukuran SNI Untuk Uji Kuat Tekan Batu Bata ... 51

d. Perbandingan Hasil Kuat Tekan Sebelum Pembakaran dan Hasil Kuat Tekan Setelah Pembakaran ... 52

e. Perbandingan Kuat Tekan Batu Bata dengan Penelitian Yang Dilakukan Terdahulu ... 54

2. Uji Daya Serap Air ... 57

3. Pengujian Kadar Air dan Berat Jenis Campuran ... 60

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batu bata merupakan bahan bangunan yang sering digunakan untuk aplikasi teknik sipil seperti dinding perumahan. Memilih batu bata sebagai bahan pembuat dinding memang cukup beralasan. Hal ini dikarenakan batu bata memiliki keunggulan yaitu, bahan utama batu bata yang merupakan tanah liat mudah didapat dengan persediaan yang cukup, sehingga menyebabkan harga batu bata cukup murah. Selain karena bahan baku yang mudah didapat, batu bata juga mudah dibuat. Hanya membutuhkan alat-alat sederhana dan modal yang kecil sehingga banyak masyarakat yang dapat membuat dan persediaan batu bata menjadi mudah diperoleh. Warna oranye yang menjadi ciri khas batu bata menjadi daya tarik sendiri. Pemilik rumah adakalanya sengaja tidak menutup batu bata dengan semen dan cat, sebaliknya batu bata dibiarkan terekspos sehingga memberikan kesan alami pada rumah. Batu bata tahan terhadap cuaca panas, cuaca dingin dan udara lembab. Hal inilah yang diharapkan mampu diberikan dinding sebagai salah satu pelindung rumah. Karena sifatnya yang mampu menolak panas, batu bata sangat cocok untuk dijadikan tembok rumah. Batu bata mampu membuat di dalam rumah terasa dingin walau diluar rumah cuaca panas.


(10)

Untuk dapat memenuhi kebutuhan batu bata seiring dengan peningkatan jumlah dan laju perkembangan penduduk, produksi batu bata pun harus ditingkatkan, bukan hanya dalam segi jumlah tapi juga mutu. Adapun kualitas batu bata merah yang tersedia kebanyakan mudah retak dan hancur akibat kurang kualitas batu bata yang dihasilkan. Maka dalam pembuatan batu bata perlu adanya peningkatan mutu yang dihasilkan secara efektif. Untuk mengurangi dampak negatif yang terjadi tersebut maka di berikan suatu solusi. Seiring perkembangan tekhnologi saat ini, mulai banyak melakukan inovasi-inovasi yang membantu memperbaiki mutu dan kualitas batu bata yang dihasilkan.

Batu bata dikatakan bermutu dan berkualitas baik apabila :

1. Batu bata harus bebas dari retak atau cacat, dan dari batu dan benjolan

apapun.

2. Batu bata harus seragam dalam ukuran, dengan sudut tajam dan tepi yang

rata.

3. Permukaan harus benar dalam bentuk persegi satu sama lain untuk

menjamin kerapian pekerjaan.

4. Mempunyai ukuran, kuat tekan dan daya serap air yang dipersyaratkan.

Batu bata dalam proses pembuatan bukan hanya kegiatan mencetak tanah, mengeringkan dan membakar, akan tetapi diperlukan campuran agar menjadi batu bata yang kualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pemberian campuran ini dimaksudkan agar kualitas bahan utama pembuatan batu bata yang merupakan tanah liat mempunyai kuat tekan yang lebih baik. Pada penelitian


(11)

3

ini sebagai campurann adalah menggunakan larutan ISS 2500 (Ionic Soil

Stabilizer). Larutan ini dipilih karena merupakan bahan additive yang sangat baik untuk meningkatkan kondisi tanah yang jelek dalam stabilisasi tanah secara elektro-kimiawi. Tanah liat atau tanah lempung dapat distabilisasi

dengan mencampur zat additive larutan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer).

Dalam proses pembuatan batu bata jenis ini dilakukan beberapa tahapan setelah pencetakan yaitu pengeringan dan pembakaran, dimana batu bata ini sudah

dicampurkan terlebih dahulu dengan zat additive yaitu larutan ISS 2500. Setelah

pembakaran dilakukan pengujian kuat tekan untuk mengetahui kekuatan batu bata pasca pembakaran dan daya serap air dengan menggunakan campuran zat

additive ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer). Diharapkan penelitian yang dilakukan dengan bahan yang belum biasa digunakan ini dapat menghasilkan batu bata yang baik kualitasnya sehingga hasil yang di dapat dari penelitian ini dapat bermanfaat dalam bidang teknik sipil.

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dengan melakukan campuran sederhana ini diharapkan batu bata yang

hanya dibuat dari campuran material tanah liat dan larutan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer) dapat memenuhi standar mutu yang berlaku.

2. Kelayakan batu bata pada penelitian ini dengan membandingkan batu


(12)

C. Batasan Masalah

Berikut ini ruang lingkup dan batasan masalah pada penelitian ini yaitu :

1. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah yang berasal dari Desa

Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung.

2. Bahan pencampur yang digunakan adalah larutan ISS 2500 (Ionic Soil

Stabilizer).

3. Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah dan Laboratorium

Bahan dan Kontruksi Teknik Sipil Universitas Lampung, meliputi :

a. Pengujian tanah asli

b. Pengujian kuat tekan dan daya serap air pada batu bata.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui nilai kuat tekan dan daya serap air batu bata pasca

pembakaran dari campuran larutan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer) dan

sample tanah.

2. Mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanis tanah sampel lempung.

3. Menyimpulkan apakah batu bata dengan campuran tanah liat dan larutan


(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Batu Bata

1. Pengertian Batu Bata

Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat dinding. Batu bata terbuat dari tanah lempung yang dibakar sampai berwarna kemerah-merahan. (Wikipedia, 2013)

Batu bata merah adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah lempung ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu setelah didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. (Ramli, 2007)

Definisi batu bata merupakan suatu unsur bangunan yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. (SNI 15-2094-2000)


(14)

Batu bata merah adalah batu buatan yang terbuat dari suatu bahan yang dibuat oleh manusia supaya mempunyai sifat-sifat seperti batu. Hal tersebut hanya dapat dicapai dengan memanasi (membakar) atau dengan pengerjaan-pengerjaan kimia. (Nuraisyah Siregar, 2010).

2. Syarat Mutu Batu Bata

Standardisasi merupakan syarat mutlak dan menjadi suatu acuan penting dari sebuah industri di suatu negara. Salah satu contoh penting standardisasi dari sebuah industri adalah standardisasi dalam pembuatan batu bata.

Standardisasi menurut Organisasi Internasional (ISO) merupakan proses penyusunan dan pemakaian aturan-aturan untuk melaksanakan suatu kegiatan secara teratur demi keuntungan dan kerjasama semua pihak yang berkepentingan, khususnya untuk meningkatkan ekonomi keseluruhan secara optimum dengan memperhatikan kondisi-kondisi fungsional dan persyaratan keamanan. (Suwardono, 2002)

Adapun syarat-syarat batu bata dalam SNI 15-2094-2000 meliputi beberapa aspek seperti :

a. Pandangan Luar

Batu bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisi harus datar, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan bentuk yang berlebihan, tidak mudah hancur atau patah, warna seragam, dan berbunyi nyaring bila dipukul.


(15)

7

b. Ukuran

Standar Bata Merah di Indonesia oleh Y.D.N.I (Yayasan Dana Normalisasi Indonesia) nomor 15-2094-2000 menetapkan suatu ukuran standar untuk bata merah sebagai berikut :

(1) Panjang 240 mm, lebar 115 mm dan tebal 52 mm

(2) Panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50 mm

c. Kuat Tekan

Tabel 1. Klasifikasi Kekuatan Bata (SNI 15-2094-2000)

Mutu Bata Merah Kuat Tekan Rata – Rata

Kgf/cm2 N/mm2

Tingkat I (satu) Tingkat II (dua) Tingkat III (tiga)

Lebih besar dari 100

100 – 80

80 – 60

>10 10 – 8

8 – 6

3. Pengujian dan Analisis

Untuk mengetahui sifat dan kemampuan suatu material maka perlu dilakukan pengujian dan analisis. Beberapa jenis pengujian dan analisis yang dibahas untuk keperluan penelitian ini antara lain : pengujian porositas, dan pengujian kuat tekan

a. Kuat Tekan (Compresive Strength)

Kuat tekan suatu material didefenisikan sebagai kemampuan material dalam menahan beban atau gaya mekanis sebagai kemampuan material dalam menahan beban atau gaya mekanis sampai terjadinya


(16)

Persamaan kuat tekan

dengan

 = Tekanan (Pa)

F = Beban Maksimum (N)

A = Luas Bidang Permukaan (m2)

b. Porositas atau Daya Serap Air

Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume kosong) dengan jumlah dari volume zat padat yang ditempati oleh zat padat. Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari suatu rongga yang ada dalam material tersebut. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0 % sampai dengan 90 % tergantung dari jenis dan aplikasi material tersebut. Semakin banyak porositas yang terdapat pada benda uji maka semakin rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan standar ASTM C 373 – 88, porositas sampel dapat

dihitung menggunakan persamaan berikut (Van Flack, 1992) :

dengan

Mb = Massa kering benda uji (gram)


(17)

9

Vb = Volume benda uji (cm3)

air = Massa jenis air (gr/cm3)

B. Tanah

1. Pengertian Tanah

Tanah dapat didefinisikan sebagai akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan. Diantara partikel-partikel tanah terdapat ruang kosong yang disebut pori-pori yang berisi air dan udara. Ikatan yang

lemah antara partikel – partikel tanah disebabkan oleh karbonat dan

oksida yang tersenyawa diantara partikel – partikel tersebut, atau dapat

juga disebabkan oleh adanya material organik. Bila hasil dari pelapukan tersebut berada pada tempat semula maka bagian ini disebut sebagai

tanah sisa (residu soil). Hasil pelapukan terangkut ke tempat lain dan

mengendap di beberapa tempat yang berlainan disebut tanah bawaan (transportation soil). Media pengangkut tanah berupa gravitasi, angin, air, dan gletsyer. Pada saat akan berpindah tempat, ukuran dan bentuk

partikel – partikel dapat berubah dan terbagi dalam beberapa rentang

ukuran.

Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi secara fisis atau kimiawi. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat tiupan angin, pengikisan oleh air dan gletsyer, atau perpecahan akibat pembekuan dan pencairan es dalam batuan sedangkan proses kimiawi menghasilkan perubahan pada susunan mineral batuan asalnya. Salah


(18)

satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam alkali, oksigen dan karbondioksida (Wesley , 1977).

2. Klasifikasi Tanah

Pada sistem klasifikasi tanah yaitu pengelompokkan tanah sesuai dengan perilaku umum dari tanah pada kondisi fisis tertentu. Tujuan dari klasifikasi tanah adalah untuk menentukkan dan mengidentifikasi tanah, untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, dan berguna untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan tanah dari suatu daerah dengan daerah lainnya dalam bentuk suatu data dasar (Bowles, 1984).

Sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan diantaranya yaitu sebagai berikut :

a. Sistem Unifed (Unified Soil Classification / USCS )

Pada sistem ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu :

Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan no.200. Sifat teknis tanah ini ditentukan oleh ukuran butir dan gradasi butiran. Tanah bergradasi baik/seimbang memberikan kepadatan yang lebih baik dari pada tanah yang berbutir seragam.

Tanah berbutir halus, > 50% lolos saringan no. 200. Tanah ini ditentukan oleh sifat plastisitas tanah, sehingga pengelompokan berdasarkan plastisitas dan ukuran butiran.

Tanah organik (Gambut/Humus), secara laboratorium dapat ditentukan jika perbedaan batas cair tanah contoh yang belum dioven dengan yang telah dioven sebesar > 25%.


(19)

11

Menurut Bowles, (1991) kelompok–kelompok tanah sistem klasifikasi

Unified dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified

Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks

Kerikil G Gradasi baik W

Gradasi buruk P

Pasir S Berlanau M

Berlempung C

Lanau M

Lempung C wL < 50 % L

Organik O wL > 50 % H

Gambut Pt

Sumber : Bowles, 1991.

Keterangan :

 G = Untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil (gravelly

soil)

 S = Untuk pasir (sand) atau tanah berpasir (sandy soil)

 M = Untuk lanau inorganik (inorganic silt)

 C = Untuk lempung inorganik (inorganic clay)

 O = Untuk lanau dan lempung organik

 Pt = Untuk gambut (peat) dan tanah dengan kandungan

organik tinggi

 W = Untuk gradasi baik (well graded)


(20)

 L = Plastisitas rendah (low plasticity)

 H = Plastisitas tinggi (high plasticity).

b. Sistem Klasifikasi AASHTO

Sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State

Highway and Transportation Official) ini dikembangkan pada tahun

1929 sebagai Public Road Administrasion Classification System.

Berdasarkan sifat tanahnya dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu :

Kelompok tanah berbutir kasar (<35% lolos saringan no.200). Tabel 3. Tanah Berbutir Kasar

Kode Karakteristik Tanah

A – 1 Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar

dengan sedikit atau tanpa butir halus, dengan atau tanpa sifat plastis.

A – 2 Terdiri dari pasir halus dengan sedikit sekali butir

halus lolos saringan no.200 dan tidak plastis.

A – 3 Kelompok batas tanah berbutir kasar dan halus dan

merupakan campuran kerikil/pasir dengan tanah berbutir halus cukup banyak (<35%),


(21)

13

Kelompok tanah berbutir halus (>35% lolos saringan no.200) Tabel 4. Tanah Berbutir Halus

Kode Karakteristik Tanah

A – 4 Tanah lanau dengan sifat plastisitas rendah

A – 5 Tanah lanau yang mengandung lebih banyak butir –

butir plastis, sehingga sifat plastisnya lebih besar dari A – 4.

A – 6 Tanah lempung yang masih mengandung butiran

pasir dan kerikil, tetapi sifat perubahan volumenya cukup besar.

A – 7 Tanah lempung yang lebih bersifat plastis dan

mempunyai sifat perubahan yang cukup besar.

Adapun sistem klasifikasi AASHTO ini didasarkan pada kriteria sebagai berikut :

Plastisitas

Merupakan kemampuan tanah yang dapat menyesuaikan bentuk pada volume konstan tanpa retak-retak ataupun remuk. Hal itu bergantung pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis,

semi padat, atau padat. Lanau dipakai apabila bagian – bagian


(22)

sedangkan lempung dipakai jika bagian – bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisnya sebesar 11 atau lebih.

Ukuran Butir

Tabel 5. Ukuran Butir Sistem Klasifikasi AASHTO

Kerikil Tanah yang lolos ayakan diameter 75

mm (3 in) dan yang tertahan pada ayakan No. 10 (2 mm).

Pasir Tanah yang lolos ayakan No. 10 (2

mm) dan yang tertahan pada ayakan No. 200 (0.075 mm).

Lanau dan Lempung Tanah yang lolos ayakan No. 200.


(23)

15

C. Tanah Lempung

1. Definisi Tanah Lempung

Mineral lempung berasal dari proses pelapukan secara kimiawi yang

menghasilkan pembetukan kelompok – kelompok partikel yang

berukuran koloid (< 0,002 mm). Tanah lempung terdiri dari butir-butir

yang sangat kecil (< 0,002 mm) dan menunjukkan sifat –sifat plastisitas

dan kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian – bangian itu

melekat satu sama lainnya, sedangkan plastisitas adalah sifat yang

memungkinkan bentuk bahan itu dirubah – rubah tanpa perubahan isi

atau tanpa kembali ke bentuk aslinya dan tanpa terjadi retakan – retakan

atau terpecah – pecah (Wesley, 1977)

Lempung atau tanah lempung adalah patikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung

mengandung leburan silica dan/atau aluminium yang halus. Unsur –

unsur ini, silikon, oksigen, aluminium adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktifitas panas bumi (Wikipedia, April 2013).

Tanah lempung merupakan bahan dasar yang dipakai dalam pembuatan batu bata, dimana kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia karena bahan yang mudah didapat dan pemakaian hasil yang sangat luas. Kira-kira 70% atau 80% dari kulit bumi terdiri dari batuan yang


(24)

merupakan sumber tanah lempung. Tanah lempung banyak ditemukan di areal pertanian terutama persawahan.

Tanah lempung memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah akan mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering akan menjadi keras, sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat.

2. Jenis Tanah Lempung

Berdasarkan atas tempat pengendapan dan asalnya tanah lempung (lempung) dapat dibagi dalam beberapa jenis, sebagai berikut : (Suwardono, 2002)

a. Lempung Residual

Lempung residual adalah lempung yang terdapat pada tempat di mana lempung tersebut terjadi, atau dengan kata lain lempung tersebut belum berpindah tempat sejak terbentuknya.

b. Lempung Illuvial

Lempung illuvial adalah lempung yang telah terangkut dan mengendap pada suatu tempat tidak jauh dari tempat asalnya, misalnya di kaki bukit. Lempung illuvial sifatnya mirip lempung residual, hanya saja pada lempung illuvial bagian dasarnya tidak diketemukan batuan asalnya.

c. Lempung Alluvial

Lempung alluvial adalah lempung yang diendapkan oleh air sungai di sekitar atau sepanjang sungai. Pada waktu banjir sungai akan meluap, sehingga lempung dan pasir yang dibawanya akan mengendap di sekitar atau sepanjang sungai. Pasir akan mengendap


(25)

17

di tempat dekat sungai, sedangkan lempung akan mengendap jauh dari tempat asalnya. Oleh karena itu endapan lempung alluvial

dicirikan dengan selang – seling antara pasir dan lempung, baik

vertikal maupun horizontal. Bentuk endapan alluvial umumnya menyerupai lensa. Pada endapan alluvial muda, lapisan pasirnya terlihat masih segar, sedangkan pada endapan alluvial tua, lapisan pasirnya telah melapuk sebagian atau seluruhnya telah menjadi lempung.

d. Lempung Marin

Lempung marin adalah lempung yang endapannya berada di laut. Lempung yang dibawa oleh sungai sebagian besar diendapkan di laut. Hanya sebagian kecil saja yang diendapkan sebagai lempung alluvial. Lempung marin sangat halus dan biasanya tercampur dengan

cangkang – cangkang foraminefera (kapur). Lempung marin

dapat menjadi padat karena pengaruh beban di atasnya, oleh gaya geologi.

e. Lempung Rawa

Lempung rawa adalah lempung yang diendapkan di rawa – rawa.

Jenis lempung ini dicirikan oleh warna yang hitam. Apabila terdapat dekat laut akan mengandung garam.

f. Lempung Danau

Lempung danau adalah lempung yang diendapkan di danau. Sifat lempung ini tidak tebal seperti lempung marin dan mempunyai sifat seperti lempung rawa air tawar.


(26)

Di Indonesia dalam pembuatan bata merah dan genteng pada umumnya mempergunakan lempung alluvial.

3. Sifat Tanah Lempung

Tanah lempung (lempung) mempunyai sifat – sifat fisis dan kimia yang

penting, antara lain : ( Daryanto, 1994)

a. Plastisitas

Plastisitas tanah lempung ditentukan oleh kehalusan partikel – partikel

tanah lempung. Kandungan plastisitas tanah lempung bervariasi., tergantung kehalusan dan kandungan lapisan air. Plastisitas berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga batu bata yang dibentuk tidak mengalami keretakan atau berubah bentuk. Tanah lempung dengan plastisitas yang tinggi juga akan sukar dibentuk sehingga perlu ditambahkan bahan bahan yang lain.

b. Kemampuan Bentuk

Tanah lempung yang digunakan untuk membuat keramik, batu bata dan genteng harus memiliki kemampuan bentuk agar dapat berdiri tanpa mengalami perubahan bentuk baik pada waktu proses maupun setelah pembentukan. Tanah lempung dikatakan memiliki daya kerja apabila mempunyai plastisitas dan kemampuan bentuk yang baik sehingga mudah dibentuk dan tetap mempertahankan bentuknya.

c. Daya Suspensi

Daya suspensi adalah sifat yang memungkinkan suatu bahan tetap dalam cairan. Flokulan merupakan suatu zat yang akan menyebabkan


(27)

19

lebih besar dan cepat mengendap, contohnya: magnesium sulfat. Deflokulan merupakan suatu zat yang akan mempertinggi daya

suspensi (menghablur) sehingga butiran – butiran tanah lempung tetap

melayang, contohnya: waterglass/sodium silikat, dan sodium karbonat.

d. Penyusutan

Tanah lempung untuk mengalami dua kali penyusutan, yakni susut kering (setelah mengalami proses pengeringan) dan susut bakar (setelah mengalami proses pembakaran). Penyusutan terjadi karena menguapnya air selaput pada permukaan dan air pembentuk atau air mekanis sehingga butiran tanah lempung menjadi rapat. Susut bakar dapat dianggap sebagai susut keseluruhan dari tanah lempung sejak dibentuk, dikeringkan sampai dibakar. Persentase penyusutan yang dipersyaratkan untuk jenis tanah lempung sebaiknya antara 10% - 15%. Tanah lempung yang terlalu plastis memiliki persentase penyusutan lebih dari 15% sehingga mengalami resiko retak/pecah yang tinggi. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan pasir halus.

e. Suhu Bakar

Suhu bakar berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu kondisi benda yang telah mencapai kematangan pada suhu tertentu secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk, sehingga dapat dikatakan tanah lempung tersebut memiliki kualitas kemampuan bakar. Dalam proses pembakaran tanah lempung akan mengalami

proses perubahan (ceramic change) pada suhu sekitar 600oC,


(28)

f. Warna Bakar

Warna bakar tanah lempung dipengaruhi oleh zat/bahan yang terikat secara kimiawi pada kandungan tanah. Warna pada tanah lempung

disebabkan oleh zat yang mengotorinya, warna abu – abu sampai

hitam mengandung zat arang dan sisa – sisa tumbuhan, warna merah

disebabkan oleh oksida besi (Fe).

g. Porositas

Porositas atau absorbsi adalah persentase penyerapan air oleh badan keramik atau batu bata. Persentase porositas ditentukan oleh jenis badan, kehalusan unsur badan, penambahan pasir, kepadatan dinding bahan, serta suhu bakarnya. Tanah lempung poros biasanya fragile,

artinya pada bentuk – bentuk tertentu bila mendapatkan sentakan agak

keras akan mudah patah/pecah. Tanah lempung earthenware

umumnya mempunyai porositas paling tinggi sekitar 5% - 10% bila dibandingkan dengan stoneware atau porselin.

h. Kekuatan Kering

Kekuatan kering merupakan sifat tanah liat yang setelah dibentuk dan kondisisnya cukup kering mempunyai kekuatan yang stabil, tidak berubah bila diangkat untuk keperluan finishing, pengeringan serta penyusunan dalam pembakaran. Kekuatan kering dipengaruhi oleh kehalusan butiran, jumlah air pembentuk, pencampuran dengan bahan lain dan teknik pembentukan.


(29)

21

i. Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan perbandingan besar butiran – butiran

tanah dengan bentuk butiran – butiran tersebut. Sifat liat, susut

kering dan kekuatan kering sangat tergantung dari struktur tanah liatnya. Struktur tanah liat dibedakan dalam dua golongan yaitu tanah liat sebagai struktur halus dan pasir sebagai struktur kasar.

j. Slaking

Slaking merupakan sifat tanah liat yaitu dapat hancur dalam air

menjadi butiran – butiran halus dalam waktu tertentu pada suhu udara

biasa. Makin kurang daya ikat tanah liat semakin cepat hancurnya. Sifat slaking ini berhubungan dengan pelunakan tanah liat dan penyimpanannya. Tanah liat yang keras membutuhkan waktu lama untuk hancur, sedangkan tanah liat yang lunak membutuhkan waktu lebih cepat.

D. Pengaruh Air

Air merupakan cairan jernih yang tidak berbau, tidak berwarna, serta mengandung hidrogen dan oksigen didalamnya yang sangat dekat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Untuk pembuatan batu bata perlu bahan air, agar tanah liat mempunyai sifat plastis yang sangat diperlukan di dalam pembentukannya, yaitu pasir, bila susut bakar dan susut keringnya terlalu tinggi. Air yang digunakan untuk


(30)

Air cukup banyak dan kontinyu sepanjang tahun. Kadar air untuk tanah

liat kira – kira 30%.

Air harus tidak sadah tidak mengandung garam yang larut di dalam air,

seperti garam dapur.

E. Larutan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer)

Larutan ISS 2500 ini sangat baik untuk meningkatkan kondisi tanah atau material tanah jelek dalam stabilisasi tanah secara elektro-kimiawi. Stabilisasi

tanah itu sendiri adalah suatu proses untuk memperbaiki sifat – sifat tanah

dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut, agar dapat menaikan kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser. Stabilisasi dengan larutan ISS 2500 ini merupakan stabilisasi yang memadatkan tanah secara ionisasi pertukaran ion ISS 2500 dengan ion partikel tanah sehingga partikel air tidak dapat menyatu dengan partikel tanah lagi dan ikatan partikel tersebut akan lebih padat dan kuat, bahan merupakan bahan kimia yang larut didalam air.

Dengan demikian, dalam hal pembuatan batu bata menggunakan campuran ISS 2500 diharapkan material utama dalam pembuatan batu bata ini sendiri adalah tanah lempung agar menjadi lebih padat dan memperbaiki sifat tanah itu tersebut ketika dilakukan pencetakan batu bata.

Produk bahan larutan ISS 2500 ini dapat meningkatkan :

1. Kepadatan

2. CBR (kekuatan menahan beban)


(31)

23

Produk bahan larutan ISS 2500 ini juga dapat mengurangi :

1. Pemuaian dan Kelembaban

2. Penyusutan dan Abrasi

3. Biaya pemeliharaan

4. Debu

5. Indeks plastisitas / PI (tingkat penyerapan air)

Adapun keuntungan dari ISS 2500 adalah sebagai berikut :

1. Hemat biaya

2. Pemeliharaan jalan mudah dan sederhana

3. Aplikasi mudah

4. Meningkatkan standar jalan

5. Tidak ada masa perawatan

Komposisi kimia ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer) adalah sebagai berikut :

Berdasarkan Hasil pengujian telah dilakukan di Laboratorium yang telah

terakreditasi secara internasional dan sesuai dengan International

Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC). Untuk laporan analisis

kimia berdasarkan SGS South Africa (Pty) Ltd Agricultural & Food

Services (SANAS Accredited Laboratory T0114) SGS Reference No. 2712, 30 November 2000, diperlihatkan pada Tabel 6.

Adapun cara kerja ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer) adalah sebagai

berikut:

1. Tanah lempung memiliki partikel - partikel halus yang terdiri dari


(32)

mengandung ion positif (+) permukaannya dan ion negatif (-) bagian tepinya.

Tabel 6. Analisis Laporan Kimia

Analysis Performed Units Method Result Pesticides

Organo Chlorides P/ND PAM (304) ND

Organo Phospates P/ND PAM (304) ND

Carbamates P/ND PAM (401) ND

Pyrethroids P/ND PAM (304) ND

Organo Compounds

PAHs µg/L APHA 6440B ND

VOCs µg/L APHA 6200C ND

P = Present/Positive ND = None Detected

Dalam kondisi kering ikatan antar ion pada bagian tepi cukup kuat untuk membentuk tanah lempung dalam satu kesatuan sehingga mudah menyerap air, diperlihatkan pada Gambar 2 dibawah ini.


(33)

25

2. Ketika hujan turun partikel air yang positif (+) akan membentuk

ikatan ionik dengan partikel yang negatif (-), diperlihatkan pada Gambar 3, dibawah ini.

Gambar 2. Tanah dalam kondisi basah

3. Secara komposisi kimianya, ISS 2500 memiliki kemampuan yang

sangat besar untuk melakukan pertukaran ion dimana ion positif (+) membentuk ikatan ionik secara permanen dengan partikel tanah sehingga partikel air (+) tidak dapat menyatu dengan partikel tanah lagi, diterlihatkan pada Gambar 4 dibawah ini. (Pratiwi Yoka, 2013)


(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Bahan – Bahan Penetilian

1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung.

2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

Universitas Lampung.

3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer).

B. Metode Pengambilan Sampel Tanah

Penggalian bahan mentah untuk batu bata di carikan tanah yang tidak terlalu plastis, tetapi tanah yang mengandung sedikit pasir untuk menghindari

penyusutan. Penggalian dilakukan pada tanah lapisan paling atas kira – kira

setebal 40 – 50 cm, sebelum itu tanah dibersihkan dari akar pohon, daun,

plastik, dan sebagainya tidak ikut terbawa. Kemudian menggali sampai

kebawah sedalam 1,5 – 2,5 meter atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang


(35)

27

C. Metode Pencampuran Sampel Tanah

Pada metode pencampuran sampel tanah untuk setiap masing-masing variasi campuran yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Sampel tanah di campur dengan larutan additive ISS 2500 dimana larutan

tersebut sudah tercampur pada air yang dibutuhkan untuk batu bata. Dengan variasi campuran, yaitu :

a. Campuran I terdiri dari 0,5 mL larutan ISS 2500 + air + tanah,

b. Campuran II terdiri dari 0,8 mL larutan ISS 2500 + air + tanah,

c. Campuran III terdiri dari 1,1 mL larutan ISS 2500 + air + tanah

d. Campuran IV terdiri dari 1,4 mL larutan ISS 2500 + air+tanah

2. Sampel tanah yang sudah tercampur rata siap untuk dicetak dengan

menggunakan cetakan batu bata.

3. Tanah yang sudah tercampur dengan larutan ISS 2500 siap untuk dicetak

di cetakan batu bata, lalu diperam selama 14 hari, dibakar selama 2x24 jam dan pengujian porositas air selama 1 hari.

4. Jumlah sampel masing-masing campuran, diperlihatkan di bawah ini :

Tabel 7. Jumlah Sampel Masing-Masing Campuran

Sample

Sebelum Pembakaran

(buah)

Pasca Pembakaran (buah) Uji Kuat Tekan

Uji Serap Air

Ukuran Home

Industri Ukuran 5 x 5

Campuran 1 5 5 5 5

Campuran 2 5 5 5 5

Campuran 3 5 5 5 5

Campuran 4 5 5 5 5


(36)

D. Pelaksanaan Pengujian

Adapun pengujian – pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Pengujian sifat fisik tanah antara lain :

a. Pengujian Analisa Saringan

b. Pengujian Kadar Air

c. Pengujian Batas Atterberg

d. Pengujian Berat Jenis

e. Pengujian Berat Volume

f. Pengujian Pemadatan Tanah

Pengujian kekuatan dan kelayakan batu bata:

a. Pengujian Kuat Tekan

b. Pengujian Daya Serap Air

1. Pengujian Sampel Sifat Fisik Tanah

Sifat-sifat fisik tanah sangat berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak penggunaan yang diharapkan dari tanah. Kekuatan dan kekokohan pendukung, kapasitas penyimpanan air, plastisitas, semuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisik tanah. Pengujian sifat fisik tanah dilakukan berdasarkan Standar PB 0110-76 atau ASTM D-4318. Pengujian-pengujian yang dilakukan antara lain:

a. Pengujian Kadar Air (Moisture Content)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah yaitu perbandingan antara berat air dan berat tanah kering, berdasarkan ASTM D-2216 :


(37)

29

1) Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda

uji kedalam cawan dan menimbangnya.

2) Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven dengan

suhu 110oC selama 24 jam.

3) Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan

menghitung prosentase kadar air. b. Pengujian Berat Jenis (Specific Gravity)

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan berat jenis tanah yang lolos saringan No.200 dengan labu ukur.

Cara kerja berdasarkan ASTM D-854 :

1) Menyiapkan benda uji secukupnya dan mengoven pada suhu 60oC

sampai dapat digemburkan atau dengan pengeringan matahari.

2) Mendinginkan tanah dengan Desikator lalu menyaring dengan

saringan No. 200 dan apabila tanah menggumpal ditumbuk lebih dahulu.

3) Mencuci labu ukur dengan air suling dan mengeringkannya.

4) Menimbang labu tersebut dalam keadaan kosong.

5) Mengambil sampel tanah antara 25-30 gram.

6) Memasukkan sampel tanah ke dalam labu ukur dan

menambahkan air suling sampai menyentuh garis batas labu ukur.

7) Mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap di

dalam butiran tanah dengan menggunakan pompa vakum.

8) Mengeringkan bagian luar labu ukur, menimbang dan mencatat


(38)

c. Pengujian Batas Atterberg

1) Batas Cair (Liquid Limit)

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Cara kerja berdasarkan ASTM D-4318 :

a) Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan

menggunakan saringan no. 40.

b) Mengatur tinggi jatuh mangkuk casagrande setinggi 10 mm.

c) Mengambil sampel tanah yang lolos saringan no. 40

sebanyak 150 gram, kemudian dimasukkan kedalam mangkuk casagrande dan meratakan permukaan adonan sehingga sejajar dengan alas.

d) Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan membagi benda

uji dalam mangkuk cassagrande tersebut dengan

menggunakan grooving tool.

e) Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu

sepanjang 13 mm sambil menghitung jumlah ketukan dengan jumlah ketukan harus berada diantara 10-40 kali.

f) Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk

untuk pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama untuk benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda sehingga diperoleh 4 macam benda uji dengan jumlah ketukan yang berbeda yaitu 2 buah dibawah 25 ketukan dan 2 buah diatas 25 ketukan.


(39)

31

Perhitungan :

a) Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai

jumlah pukulan.

b) Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada

grafik semi logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y sebagai kadar air.

c) Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar.

d) Menentukan nilai batas cair pada jumlah pukulan ke-25.

2) Batas Plastis (Plastic Limit)

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat.

Cara kerja berdasarkan ASTM D 4318 :

a) Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan

saringan no. 400

b) Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari dan

dibulatkan, kemudian digulung-gulung di atas plat kaca hingga terbentuk batang memanjang kira-kira berdiameter 3 mm sampai retak-retak atau putus-putus.

c) Memasukkan benda uji kedalam container kemudian

ditimbang


(40)

Perhitungan :

a) Nilai batas plastis adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda

uji

b) Plastis Indeks (PI) :

c) PI = LL – PL

d. Pengujian Berat Volume (Unit Weight)

Sesuai dengan ASTM D-2937, pengujian ini bertujuan untuk

menentukan berat volume tanah basah dalam keadaan asli (undisturb

sample), yaitu perbandingan antara berat tanah dan volume tanah. Cara kerja berdasarkan ASTM D-2937 :

1) Membersihkan dan menimbang ring contoh

2) Memberikan oli pada ring contoh agar tanah tidak melekat pada

ring.

3) Mengambil sampel tanah pada tabung contoh dengan cara

menekan ring ke sampel tanah sehingga ring masuk ke dalam

sampel tanah.

4) Meratakan permukaan tanah dengan pisau.

5) Menimbang ring dan tanah.

(gr/cm3 atau t/m3)

Perhitungan :

1) Berat ring (Wc)


(41)

33

3) Berat ring dan tanah (Wcs)

4) Berat tanah (W) = Wcs – Wc

5) Berat volume (γ)

e. Pengujian Analisa Saringan (Sieve Analysis)

Tujuan pengujian analisis saringan adalah untuk mengetahui persentasi ukuran butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang tertahan di atas saringan No. 200 (Ø 0,075 mm).

Langkah kerja :

1) Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, kemudian

memeriksa kadar airnya.

2) Meletakkan susunan saringan di atas mesin penggetar dan

memasukkan sampel tanah pada susunan yang paling atas kemudian menutup rapat.

3) Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin

penggetar selama kira-kira 15 menit.

4) Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang

tertahan di atasnya.

Perhitungan :

1) Berat masing-masing saringan (Wci)

2) Berat masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan

di atas saringan (Wbi)


(42)

4) Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan ( Wai Wtot)

5) Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing

saringan (Pi) % 100 x W Wci Wbi Pi total

6) Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) :

% % 100 pi qi 1 1

1 qi pi q

Dengan : i = 1 (saringan yang dipakai dari saringan dengan

diameter maksimum sampai saringan No. 200)

2. Pengujian Kekuatan dan Kelayakan Batu Bata

a. Uji Kuat Tekan

Pengujian kuat tekan pada batu bata adalah untuk mendapatkan

besaran beban tekan maksimum yang bisa diterima oleh batu bata.

Alat uji yang digunakan adalah mesin desak. Pengujian ini dapat dilakukan dengan meletakkan benda uji pada alat uji dimana dibawah dan diatas benda uji diletakkan pelat baja kemudian jalankan mesin desak dan dicatat gaya tekan maksimum.

Kuat tekan paving block dihitung dengan menggunakan persamaan :


(43)

35

Dimana :

F = Beban tekan maksimum yang menyebabkan beban hancur ( N )

A = Luas penampang beban ( m² )

b. Uji Daya Serap Air

Pengujian ini merupakan pengukuran daya serap dengan melihat persentase perbandingan antara selisih massa basah dengan massa kering pada sampel yang direndam selama 24 jam.

Perhitungan :

Daya serap air dirumuskan sebagai berikut :

Daya Serap Air (%) = x 100%

dengan :

Wb = Berat sampel setelah direndam air (gr) Wk = Berat sampel kering (gr)

E. Urutan Pelaksanaan Penelitian

1. Sebelum melakukan pencampuran, tanah asli sudah terlebih dahulu diuji

sifak fisik dari hasil percobaan analisis saringan dan batas atterberg

dimana mengklasifikasikan tanah berdasarkan klasifikasi tanah USCS.

2. Melakukan pencampuran sampel tanah dengan ISS dengan variasi

campuran masing – masing campuran yaitu 0,5 ml, 0,8 ml, 1,1 ml dan 1,4

ml. Pencampuran sampel dilakukan dengan cara mengaduk tanah dan larutan ISS 2500 sampai merata dan dilakukan di dalam wadah dengan


(44)

memberi penambahan air dan harus benar-benar menyatu dengan tanah liat secara merata, kemudian dicetak dengan menggunakan mesin cetakan

batu bata (strength stress).

4. Melakukan proses pengeringan. Proses pengeringan batu bata dilakukan

secara bertahap, digunakan terpal atau penutup plastik dengan tujuan agar batu bata tidak terkena panas matahari langsung. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artian panas matahari terlalu menyengat, akan mengakibatkan timbulnya retakan-retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang sudah berumur satu hari dari masa pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup kering, batu bata tersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena angin. Jika kondisi cuaca baik, proses pengangingan memerlukan waktu tujuh hari. Sedangkan jika kondisi udara lembab, proses pengeringan batu bata membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 14 hari.

5. Proses pembakaran batu bata harus berjalan seimbang dengan kenaikan

suhu dan kecepatan suhu. Proses pembakaran dilakukan 2x24 jam setelah itu dilakukan proses pengujian daya serap air sebagian sampel dan sebagian sampel dilakukan uji kuat tekan.

6. Melakukan Pengujian kuat tekan pada batu bata untuk mendapatkan

besaran beban tekan maksimum yang bisa diterima oleh batu bata. Alat

uji yang digunakan adalah mesin CTM. Pengujian ini dapat dilakukan dengan meletakkan benda uji pada alat uji dimana dibawah dan diatas benda uji diletakkan pelat baja kemudian jalankan mesin CTM dan


(45)

37

dicatat gaya tekan maksimumnya pada tiap masing-masing variasi campuran.

7. Melakukan uji daya serap air, pengujian ini di ambil 6 sampel untuk

masing-masing variasi campuran larutan ISS 2500. Sebelum dilakukan uji daya serap air sampel direndam dalam air selama 24 jam.


(46)

Pengambilan Sampel Tanah Asli

Pengujian Tanah Asli :

1. Berat Jenis 3. Analisa Saringan

2. Batas atterberg 4. Berat Volume

5. Kadar Air

Pembuatan Benda Uji :

1. Tanah + air + 0,5 mL larutan ISS 2500 2. Tanah + air + 0,8 mL larutan ISS 2500 3. Tanah + air + 1,1 mL larutan ISS 2500 4. Tanah + air + 1,4 mL larutan ISS 2500

Pencetakan sampel batu bata

Penganginan selama 14 hari

Pembakaran batu bata

Gambar 5.Diagram Alir Penelitian

1. Perendaman selama 24 jam

2. Uji Daya serap Air

Uji Kuat Tekan

Analisis Hasil

Kesimpulan

Selesai Mulai


(47)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan pada batu bata

campuran tanah dan larutan additive ISS 2500, maka dapat didapat beberapa

kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk nilai kuat tekan tertinggi yang dihasilkan oleh batu bata campuran

tanah dengan larutan additive ISS 2500 berada pada campuran 4 dan nilai

terendah pada tanpa campuran. Peningkatan nilai kuat tekan ini sangat dipengaruhi oleh pernambahan campuran larutan yang diberikan.

2. Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan sistem

klasifikasi USCS digolongkan pada tanah berbutir halus dan termasuk ke dalam klasifikasi tanah lanau dengan plastisitas rendah (ML)

3. Nilai kuat tekan batu bata tanah campuran tanah dengan larutan additive

ISS 2500, mampu memenuhi kriteria kuat tekan yang sesuai dengan spesifikasi SNI 15-2094-2000 untuk batu bata pejal pasangan dinding

berada pasa mutu tingkat III (tiga), yaitu sebesar 60 kg/cm2– 80 kg/cm2,

4. Batu bata setelah pembakaran memiliki nilai kuat tekan yang lebih besar


(48)

tertinggi adalah sebesar 74,1359 kg/cm2, sedangkan sebelum pembakaran

nilai kuat tekan rata – rata tertinggi sebesar 33,9789 kg/cm2.

5. Pada nilai daya serap air batu bata tanah campuran ISS 2500 ini sesuai

kriteria SNI 15-2094-2000 dengan hasil uji daya serap air antara 10% sampai 17%, yang berarti lebih kecil dari 20% sehingga bata dengan campuran ISS 2500 ini sesuai dan layak digunakan.

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya mengenai batu bata campuran tanah dan larutan

additive ISS 2500, disarankan beberapa hal dibawah ini sebagai bahan pertimbangan yaitu sebagai berikut :

1. Pada pelaksanaan pencetakan dan pengeringan, perlu dilakukan dengan

lebih teliti, sehingga batu bata yang telah dicetak, pada saat pengeringan permukaan batu bata tetap rata dan datar dan tidak melengkung.

2. Perlu modifikasi alat pencetakan batu bata yang lebih inovatif, sehingga

batu bata yang tercetak dapat lebih padat dan seragam, sehingga kualitas batu bata tidak berbeda jauh satu sama lain.

3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih teliti, korelasi hubungan kuat tekan

batu bata standard pabrikasi home industry dengan standard SNI.

4. Perlu penelitian lanjutan, penggunaan tanah berbutir halus berupa

material tanah lempung dengan plastisitas rendah, yang dicampur

dengan bahan additive, sehingga material tanah untuk pembuatan batu


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Bowles, J. 1984. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah).

Jakarta.Erlangga.

Bowles, J. 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah).

Jakarta. Edisi Kedua. Erlangga.

Craig, R.F. 1991. Mekanika Tanah. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Daryanto. 1994, Pengetahuan Tekhnik Bangunan. Jakarta. Rineka Cipta.

Das, Braja. M. 1995. Mekanika Tanah. (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis).

Jakarta. Jilid II. Erlangga.

Handayani, 2010, Kualitas Batu Bata Merah dengan Penambahan Serbuk

Gergaji,Jurnal Teknik dan Perencanaan Volume 1, No.12. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Handoko, Didik. 2013. Studi Kekuatan Pasangan Batu Bata Pasca Pembakaran

Menggunakan Tanah Lempung dan Zat Addictive Abu sekam Padi.

Universitas Lampung. Lampung

Hardiyatmo, Hary Christady. 1999. Mekanika Tanah I. Jakarta. PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Hartono. 1987. Perkiraan Perubahan Tanah Lempung Setelah Proses

Pembakaran. Bandung

Indra, A. 2012. Kuat Tekan (Compression Streight) Komposisi Lempung/Pasir

Pada Aplikasi Bata Merah Daerah Payakumbuh Sumbar. Jurnal Teknik Mesin Vol.1, No.2. April 2012, Institut Teknologi Padang


(50)

Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah. Lampung

Pratiwi Yoka. Studi Kekuatan Paving Block Pasca Pembakaran Menggunakan

Bahan Addictive ISS 2500. 2013. Universitas Lampung. Lampung

P.U. 2000. SNI 15-2094-2000 Tentang Bata Merah Pejal. Jakarta : Pekerjaan

Umum

Ramli. 2007. Pengaruh Pemberian Material Limbah Serat Alami terhadap Sifa

Fiska Bata Merah. Skripsi FMIPA Universitas Negeri Padang. Sumatra Barat.

Siregar, N., 2010. Tanah Liat Pada Pembuatan Batu Bata. Skripsi Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Suwardono. 2002. Mengenal Pembuatan Bata, Genteng Berglasir. Bandung. VC,

Yrama Widya.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas

Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Van Vlack, Lawrence. H. 2004. Elemen – Elemen Ilmu dan Rekayasa Material.

Jakarta: Erlangga.

Verhoef, P.N.W. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil.Jakarta. Erlangga.

Wesley, L. 1977. Mekanika Tanah. Badan Penerbitan Pekerjaan Umum. Jakarta.

Wikipedia. 2013. Pengertian Batu Bata http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bata.

Batu Bata

Wikipedia. 2013. Pengertian Lempunghttp://id.wikipedia.org/wiki/lempung.


(1)

dicatat gaya tekan maksimumnya pada tiap masing-masing variasi campuran.

7. Melakukan uji daya serap air, pengujian ini di ambil 6 sampel untuk masing-masing variasi campuran larutan ISS 2500. Sebelum dilakukan uji daya serap air sampel direndam dalam air selama 24 jam.


(2)

38

Pengambilan Sampel Tanah Asli Pengujian Tanah Asli :

1. Berat Jenis 3. Analisa Saringan 2. Batas atterberg 4. Berat Volume 5. Kadar Air

Pembuatan Benda Uji :

1. Tanah + air + 0,5 mL larutan ISS 2500 2. Tanah + air + 0,8 mL larutan ISS 2500 3. Tanah + air + 1,1 mL larutan ISS 2500 4. Tanah + air + 1,4 mL larutan ISS 2500

Pencetakan sampel batu bata Penganginan selama 14 hari Pembakaran batu bata

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian 1. Perendaman selama

24 jam

2. Uji Daya serap Air

Uji Kuat Tekan

Analisis Hasil Kesimpulan

Selesai Mulai


(3)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan pada batu bata campuran tanah dan larutan additive ISS 2500, maka dapat didapat beberapa kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk nilai kuat tekan tertinggi yang dihasilkan oleh batu bata campuran tanah dengan larutan additive ISS 2500 berada pada campuran 4 dan nilai terendah pada tanpa campuran. Peningkatan nilai kuat tekan ini sangat dipengaruhi oleh pernambahan campuran larutan yang diberikan.

2. Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan sistem klasifikasi USCS digolongkan pada tanah berbutir halus dan termasuk ke dalam klasifikasi tanah lanau dengan plastisitas rendah (ML)

3. Nilai kuat tekan batu bata tanah campuran tanah dengan larutan additive ISS 2500, mampu memenuhi kriteria kuat tekan yang sesuai dengan spesifikasi SNI 15-2094-2000 untuk batu bata pejal pasangan dinding berada pasa mutu tingkat III (tiga), yaitu sebesar 60 kg/cm2– 80 kg/cm2, 4. Batu bata setelah pembakaran memiliki nilai kuat tekan yang lebih besar dibandingkan sebelum pembakaran, dengan nilai kuat tekan rata – rata


(4)

64

tertinggi adalah sebesar 74,1359 kg/cm2, sedangkan sebelum pembakaran nilai kuat tekan rata – rata tertinggi sebesar 33,9789 kg/cm2.

5. Pada nilai daya serap air batu bata tanah campuran ISS 2500 ini sesuai kriteria SNI 15-2094-2000 dengan hasil uji daya serap air antara 10% sampai 17%, yang berarti lebih kecil dari 20% sehingga bata dengan campuran ISS 2500 ini sesuai dan layak digunakan.

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya mengenai batu bata campuran tanah dan larutan additive ISS 2500, disarankan beberapa hal dibawah ini sebagai bahan pertimbangan yaitu sebagai berikut :

1. Pada pelaksanaan pencetakan dan pengeringan, perlu dilakukan dengan lebih teliti, sehingga batu bata yang telah dicetak, pada saat pengeringan permukaan batu bata tetap rata dan datar dan tidak melengkung.

2. Perlu modifikasi alat pencetakan batu bata yang lebih inovatif, sehingga batu bata yang tercetak dapat lebih padat dan seragam, sehingga kualitas batu bata tidak berbeda jauh satu sama lain.

3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih teliti, korelasi hubungan kuat tekan batu bata standard pabrikasi home industry dengan standard SNI.

4. Perlu penelitian lanjutan, penggunaan tanah berbutir halus berupa material tanah lempung dengan plastisitas rendah, yang dicampur dengan bahan additive, sehingga material tanah untuk pembuatan batu bata dapat lebih bervariasi dan tidak terikat pada tanah lanau.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bowles, J. 1984. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Jakarta.Erlangga.

Bowles, J. 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Jakarta. Edisi Kedua. Erlangga.

Craig, R.F. 1991. Mekanika Tanah. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Daryanto. 1994, Pengetahuan Tekhnik Bangunan. Jakarta. Rineka Cipta. Das, Braja. M. 1995. Mekanika Tanah. (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis).

Jakarta. Jilid II. Erlangga.

Handayani, 2010, Kualitas Batu Bata Merah dengan Penambahan Serbuk Gergaji,Jurnal Teknik dan Perencanaan Volume 1, No.12. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Handoko, Didik. 2013. Studi Kekuatan Pasangan Batu Bata Pasca Pembakaran Menggunakan Tanah Lempung dan Zat Addictive Abu sekam Padi.

Universitas Lampung. Lampung

Hardiyatmo, Hary Christady. 1999. Mekanika Tanah I. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hartono. 1987. Perkiraan Perubahan Tanah Lempung Setelah Proses Pembakaran. Bandung

Indra, A. 2012. Kuat Tekan (Compression Streight) Komposisi Lempung/Pasir Pada Aplikasi Bata Merah Daerah Payakumbuh Sumbar. Jurnal Teknik Mesin Vol.1, No.2. April 2012, Institut Teknologi Padang


(6)

Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Lampung. 2006. Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah. Lampung

Pratiwi Yoka. Studi Kekuatan Paving Block Pasca Pembakaran Menggunakan Bahan Addictive ISS 2500. 2013. Universitas Lampung. Lampung

P.U. 2000. SNI 15-2094-2000 Tentang Bata Merah Pejal. Jakarta : Pekerjaan Umum

Ramli. 2007. Pengaruh Pemberian Material Limbah Serat Alami terhadap Sifa Fiska Bata Merah. Skripsi FMIPA Universitas Negeri Padang. Sumatra Barat.

Siregar, N., 2010. Tanah Liat Pada Pembuatan Batu Bata. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Suwardono. 2002. Mengenal Pembuatan Bata, Genteng Berglasir. Bandung. VC, Yrama Widya.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Van Vlack, Lawrence. H. 2004. Elemen – Elemen Ilmu dan Rekayasa Material. Jakarta: Erlangga.

Verhoef, P.N.W. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil.Jakarta. Erlangga.

Wesley, L. 1977. Mekanika Tanah. Badan Penerbitan Pekerjaan Umum. Jakarta. Wikipedia. 2013. Pengertian Batu Bata http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bata.

Batu Bata

Wikipedia. 2013. Pengertian Lempunghttp://id.wikipedia.org/wiki/lempung. Lempung. April 2013