MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN REALISTIK PADA SISWA KELAS VA SDN 2 MARGA AGUNG JATIAGUNG LAMPUNG SELATAN TP 2012/2013

(1)

MARGA AGUNG JATIAGUNG LAMPUNG SELATAN

TP 2012/2013

ABSTRAK

Oleh Wagiyah

Penelitian ini berawal dari rendahnya hasil test formatif yakni hanya 50% dari 22 siswa memenuhi KKM. Untuk itu perlu perbaikan pembelajaran melalui PTK dengan tujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada kelas VA SDN 2 Marga Agung.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan menggunakan tahapan: 1) perencanaan 2) tindakan 3) observasi 4) refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan teknik analisis data menggunakan kualitatif untuk aktivitas belajar dan kuantitatif untuk test hasil belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan dilihat dari hasil pada siklus I yaitu 39,77%, dan siklus II diperoleh 64,77%. Nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari siklus I nilai rata-rata 62,27 dan siklus II memperoleh nilai rata-rata 68,50, telah memenuhi KKM yang telah ditentukan sekolah ≥ 63,00. Dengan demikian pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembelajaran matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif (Puskur, 2002). Di samping itu, siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika.

Sementara itu, tidak sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat membosankan, menyeramkan, bahkan menakutkan. Banyak siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Hal ini jelas sangat berakibat buruk bagi perkembangan pendidikan matematika ke depan. Oleh karena itu, perubahan proses pembelajaran matematika yang menyenangkan harus menjadi prioritas utama. Hasil empiris di atas jelas merupakan suatu permasalahan yang merupakan faktor penting


(3)

dalam mewujudkan tujuan pembelajaran matematika sesuai yang diamanatkan dalam kurikulum pendidikan matematika.

Cooper dan Harries (2002) melaporkan hasil penelitian terhadap 121 anak-anak usia 11-12 tahun pada akhir tahun pertama mereka masuk di sekolah menengah yang berasal dari dua sekolah menengah di Inggris Utara. Hasilnya menunjukkan ketidakmampuan mereka menggunakan pertimbangan-pertimbangan realistis ketika memecahkan masalah-masalah realistik.

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.

Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus diawali.

Hal tersebut sesuai dengan UU RI No.2 Tahun 1989 bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya , yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan budi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani , kepribadian yang mantap


(4)

dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Hamalik, 2001:82).

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat memegang peranan penting karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien. Oleh karena itu, pengetahuan matematika harus dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.

Kebanyakan proses pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah pembelajaran konvensional yakni ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Dalam hal ini, proses pembelajaran didominasi oleh guru. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran tersebut perlu segera dirubah.

Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu dicari suatu pendekatan yang dapat mendukung proses pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bukan menyeramkan sehingga dapat meningkatkan motivasi sekaligus mempermudah pemahaman siswa dalam belajar matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang saat ini sedang dalam uji coba adalah pendekatan matematika realistik. Pendekatan matematika realistik ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar ke paradigma belajar atau perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru ke paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini adalah salah satu upaya dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan matematika.


(5)

Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran Matematika di kelas VA SDN 2 Marga Agung menunjukkan bahwa interaksi pembelajaran dalam kelas masih berlangsung satu arah. Pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa menerima begitu saja informasi yang diberikan oleh guru. Respon siswa terhadap pembelajaran cenderung rendah. Selama proses pembelajaran, partisipasi siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Sedikit sekali siswa yang mengajukan pertanyaan maupun yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, bahkan tidak jarang siswa bermain-main sendiri saat guru sedang menerangkan materi pelajaran. Guru masih menggunakan metode-metode konvensional seperti metode ceramah dan tanya jawab. Selama ini guru lebih sering menggunakan ceramah sebagai metode mengajar, media yang digunakan oleh guru kurang bervariasi, guru kurang memberikan contoh yang nyata kepada siswa, bahkan lebih sering menulis di papan tulis untuk memvisualisasikan materi yang diajarkan. Guru hanya memberikan informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya. Rendahnya aktivitas belajar siswa memiliki dampak terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Data Nilai Mata Pelajaran Matematika Kelas VA Semester Ganjil Tahun 2012/2013

No Nilai Jumlah siswa % Keterangan

1 81–100 4 18,18 Tuntas

2 65–80 7 31, 82 Tuntas

3 <65 11 50,00 Tidak tuntas


(6)

Berdasarkan tabel di atas hasil belajar siswa terdapat 11 siswa (50%) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah sehingga hasil yang dicapai belum maksimal dalam menerima materi pembelajaran setiap pertemuan. Berkaitan dengan itu dalam pembelajaran perlu metode yang tidak mengharuskan siswa untuk menghafal fakta-fakta tetapi sebuah metode yang mendorong siswa untuk belajar menemukan konsep. Menurut Hamalik (2003), “Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri”. Siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya.

Metode pembelajaran yang dipilih oleh peneliti adalah pendekatan pembelajaran matematika realistik yang dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa sehingga pembelajaran Matematika yang berlangsung menjadi lebih bermakna.

B. Indentifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diindentifikasikan masalah yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas dalam upaya meningkatan hasil belajar matematika melalus Pembelajaran matematika realistik bagi siswa kelas VA SDN 2 Marga Agung TP 2012/2013, diantaranya yaitu,

1. Interaksi pembelajaran dalam kelas masih berlangsung satu arah. Pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa menerima begitu saja


(7)

informasi yang diberikan oleh guru. Respon siswa terhadap pembelajaran cenderung rendah.

2. Selama proses pembelajaran, partisipasi siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Sedikit sekali siswa yang mengajukan pertanyaan maupun yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, bahkan tidak jarang siswa bermain-main sendiri saat guru sedang menerangkan materi pelajaran.

3. Guru lebih sering menggunakan ceramah sebagai metode mengajar.

4. Berdasarkan hasil tes formatif diketahui bahwa 50 % atau 11 siswa kelas VA dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).

5. Siswa memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat membosankan, menyeramkan, bahkan menakutkan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa kelas VA SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jatiagung dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas VA SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jatiagung dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik ?


(8)

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jatiagung TP 2012/2013 dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jatiagung TP 2012/2013 dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik.

E. Pemecahan Masalah

Melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi guru dalam memberikan materi pelajaran matematika pada siswa kelas VA SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jatiagung TP 2012/2013.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi siswa

Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil aktif yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Manfaat bagi guru

a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap pelaksanaan pembelajaran.


(9)

b. Melaluiu PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara professional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

c. Melalui PTK guru menunjukkan peran yang nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan,khususnya dalam upaya memperhatikan cara atau langkah-langkah inovatif dan praktis untuk memperbaiki proses pembelajaran.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Menambahkan inovasi baru memacu tumbuhnya semangat kolaborasi antar komponen pendidikan di sekolah

b. Sekolah yang berhasil mendorong terjadinya inovasi pada diri guru, telah berhasil pula meningkatkan kualitas pendidik untuk para siswa. 4. Manfaat bagi peneliti

Dengan melakukan PTK, peneliti dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara professional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.


(10)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Pembelajaran Matematika Realistik

Untuk mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka pelajari salah satunya dengan pendekatan pembelajaran yang sejalan dengan tujuan Programme For International Student Assessment

(PISA). Penerapan konsep matematika sebagai aspek penting dalam matematika adalah pendidikan matematika realistik. Pendidikan matematika realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dilandasi oleh pandangan Hans Freudenthal yaitu menempatkan matematika sebagai suatu bentuk aktivitas manusia. Pendidikan matematika realistik tidak hanya bermanfaat untuk kemampuan penalaran matematika, namun juga bisa mengembangkan kreativitas dan mengembangkan komunikasi siswa

1. Metode Pembelajaran Matematika

Metode, menurut Sagala (2003), adalah cara yang digunakan oleh guru/ siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. Dalam pembelajaran, metode yang dapat digunakan banyak sekali ragamnya. Sebagai guru hendaknya Anda pandai menggunakan atau memilih metode yang tepat dan sesuai dengan materi dan kondisi siswa.

Dalam proses pembelajaran terdapat hubungan yang erat antara strategi dan metode. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat . Pada saat menetapkan strategi yang


(11)

digunakan, guru harus cermat memilih dan menetapkan metode yang sesuai. Perlu Anda ketahui bahwa terdapat 2 kategori strategi. Pertama, strategi yang terpusat pada aktivitas guru. Dalam strategi ini guru cenderung aktif, dan sebaliknya siswa cenderung pasif. Startegi ini disebut ekspositorik. Kedua, strategi yang terpusat pada aktivitas siswa. Dalam strategi yang disebut heuristik ini, siswa aktif dalam pembelajaran, sementara guru sekedar memberi stimulus yang dapat direspon siswa. Tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara optimal jika pemilihan strategi dan metodenya tepat.

2. Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR), dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal ia adalah seorang penulis, pendidik, dan matematikawan berkebangsaan Jerman/Belanda yang berpendapat bahwa “ Matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas”. Berdasarkan pemikiran tersebut, PMR mempunyai ciri antara lain, bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (to reinvent) matematika melalui bimbingan guru (Gravemeijer, 1994), dan bahwa penemuan kembali (reinvention) ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan berbagai situasi dan persoalan “dunia riil” (de Lange, 1995).

Dunia riil adalah segala sesuatu di luar matematika. Ia bisa berupa mata

pelajaran lain selain matematika, atau bidang ilmu yang berbeda dengan

matematika, ataupun kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita (Blum & Niss, 1989). Dunia riil diperlukan untuk mengembangkan situasi kontekstual dalam menyusun materi kurikulum. Materi kurikulum yang berisi rangkaian


(12)

soal-soal kontekstual akan membantu proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Dalam PMR, proses belajar mempunyai peranan penting. Rute belajar

(learning route) di mana siswa mampu menemukan sendiri konsep dan ide

matematika, harus dipetakan (Gravemeijer, 1997). Sebagai konsekuensinya, guru harus mampu mengembangkan pengajaran yang interaktif dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi terhadap proses belajar mereka.

Teori PMR sejalan dengan teori belajar yang berkembang saat ini, seperti konstruktivisme dan pembelajaran kontekstual (cotextual teaching and

learning, disingkat CTL) . Namun, baik pendekatan konstruktivis maupun CTL

mewakili teori belajar secara umum, PMR adalah suatu teori pembelajaran yang dikembangkan khusus untuk matematika.

Hasil studi di Puerto Rico menyebutkan bahwa prestasi siswa yang mengikuti program pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik berada pada persentil ke-90 ke atas (Turmudi, 2004; Haji, 2005), suatu prestasi yang sangat fantastis untuk mata pelajaran matematika yang banyak dipandang siswa sebagai mata pelajaran yang sangat menakutkan dan membosankan. Di Indonesia, beberapa hasil penelitian, antara lain yang dilakukan Fauzan (2002), menemukan bahwa hasil pembelajaran geometri siswa kelas IV dan V SD dengan pendekatan matematika realistik pada tes akhir lebih tinggi daripada pembelajaran secara tradisional. Menurut Turmudi (2004), pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik sekurang-kurangnya telah mengubah minat siswa menjadi lebih positif dalam belajar matematika. Hal ini berarti bahwa pendekatan matematika realistik dapat


(13)

mengakibatkan adanya perubahan pandangan siswa terhadap matematika dari matematika yang menakutkan dan membosankan ke matematika yang menyenangkan sehingga keinginan untuk mempelajari matematika semakin besar.

Ruseffendi (2001), berpendapat bahwa untuk membudayakan berpikir ilmiah serta bersikap kritis dan kreatif proses pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan realistik. Selanjutnya dikatakan, jika kita (guru) rajin memperhatikan lingkungan dan mengaitkan pembelajaran dengan lingkungan maka besar kemungkinan berpikir ilmiah siswa itu akan tumbuh. Oleh karena itu, materi harus dipilih dan disesuaikan dengan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan tingkat kognitif siswa, dimulai dengan cara-cara informal melalui pemodelan sebelum dengan cara formal. Hal ini sesuai dengan karakteristik pendekatan pembelajaran realistik.

Ide utama dari pendekatan matematika realistik adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan dunia nyata atau real world (Gravemeijer, 1994). Matematika tidak disajikan dalam bentuk hasil jadi (a ready-made

product), tetapi siswa harus belajar menemukan kembali konsep-konsep

matematika. Siswa membentuk sendiri konsep dan prosedur matematika melalui penyelesaian soal yang realistik dan kontekstual. Hal ini sesuai dengan pandangan teori constructivism yang menyatakan bahwa pengetahuan matematika tidak dapat diajarkan oleh guru, melainkan harus dibangun sendiri oleh siswa (Cobb dalam Armanto, 2001).


(14)

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan guru melalui penjelajaran berbagai situasi dan persoalan-persoalan dunia nyata. 3. Langkah-langkah pembelajaran matematika realistik menurut Nyimas

Aisyah, (2007) adalah sebagai berikut: 1) Persiapan

a) Menentukan masalah yang kontekstual yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan dipelajari.

b) Mempersiapkan model/alat peraga yang dibutuhkan. 2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa.

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri . 3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu atau kelompok. b) Memberi bantuan jika diperlukan.

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja mereka dan mengomentari hasil kerja temannya.

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik umtuk menyelesaikan masalah.

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang bersifat umum.


(15)

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan apa yang telah mereka lakukan dan pelajari.

b) Memberi evaluasi.

4. Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran adalah proses yang dinamis, proses yang berkembang terus dan di dalam proses itu akan terjadi proses belajar (Sunaryo Kartadinata,

1997:46). Pembelajaran matematika yang baik menuntut penggunaan metode-metode, media dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi. Oleh karena itu guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang bervariasi. Guru tidak boleh memaksa menciptakan program belajar bagi individu, tetapi harus menciptakan program pembelajaran bagi komunitas banyak. Pembelajaran matematika akan lebih baik dilaksanakan dengan mengaitkan keadaan real (nyata) yang terdapat di lingkungan siswa, dengan begitu pembelajaran akan lebih mudah dipahami siswa serta bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah yang kontekstual. Mushlisoh 1991 (dalam Suyatinah dkk, 1999:18) mengemukakan bahwa guru berkewajiban untuk menciptakan suatu kondisi di sekolah, terutama di dalam kelas yang memungkinkan anak mengembangkan minat untuk belajar matematika.

Menurut Sagala (2003), pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas pembelajaran yang dipilih guru dalam rangka mempermudah siswa mempelajari bahan ajar yang telah ditetapkan guru sesuai dengan kurikulum. Dengan demikian , yang perlu diperhatikan adalah bagaimana siswa terhadap


(16)

model pembelajaran yang dipilh guru. Model pendekatan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempunyai andil cukup besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” berarti secara ilmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah–kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia).

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Pusat Kurukulum, 2008).

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pasti dan konsisten yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya pikir manusia yang menunjang berbagai disiplin ilmu pengetahuan lainnya serta aspek-aspek perkembangan kehidupan seperti penguasaan berbagai perkembangan teknologi dan komunikasi. Oleh karena itu mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.


(17)

Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

5. Tujuan dan Ruang Lingkup Matematika 1) Tujuan Matematika

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang.

d. Model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

e. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain memperjelas keadaan atau masalah.

f. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki.

g. Rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2) Ruang Lingkup

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.


(18)

a. Bilangan

b. Geometri dan pengukuran

c. Pengolahan data. (Sumber Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, 2006;154).

B.Aktivitas Belajar

Menurut Sriyono (Kamdi, 2009) Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan – keterampilan dasar yaitu: (a). Mengobservasi. (b). Mengklasifikasi. (c). Memprediksi. (d). Mengukur. (e). Menyimpulkan,dan (f).Mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari : (a). Mengindentifikasi variable. (b). Membuat tabulasi data. (c). Menyajikan data dalam bentuk grafik. (d). Menggambarkan hubungan antar variable. (e). Mengumpulkan dan mengolah data. (f). Menganalisis penelitian. (g). Menyusun hipotesis . (h). Mendefinisikan variable secara operasional. (i). Merancang penelitian,dan (j). Melaksanalan eksperimen.

Menurut Rohani, (2004: 6) “aktivitas belajar dilakukan oleh aktivitas fisik dan psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan. Siswa mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan dan sebagainya. Sedangkan aktivitas psikis adalah jiwanya, seperti berpikir, mengingat dan lain–lain”


(19)

1. Konsep Aktivitas Belajar

Hamalik (2004: 170-172), berdasarkan hasil penelitian para ahli pendidikan bahwa,

a. “Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa.

b. Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan social. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu pula.

c. Seorang ahli biologi, Berson menemukan suatu teori yang disebut Elan

Vital pada manusia. Elan Vital adalah suatu daya hidup dalam diri manusia

yang menyebabkan manusia berbuat segala sesuatu.

d. Adanya berbagai temuan dan pendapat pada gilirannya menyebabkan pandangan anak (siswa) berubah. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau siswa melakukan aktivitas sendiri. Anak atau siswa belajar sambil bekerja, dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya serta mengembangakan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

e. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai”.

2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar

Paul D. Dierich (Hamalik, 2004: 172-173) membagi jenis–jenis aktivitas dalam delapan kelompok sebagai berikut:

a. Kegiatan–kegiatan visual

Membaca, melihat gambar–gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.


(20)

b. Kegiatan–kegiatan lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

c. Kegiatan–kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Kegiatan–kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan–bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

e. Kegiatan–kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f. Kegiatan–kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat–alat, melaksanakan pameran, membuat Metode, menyelenggarakan permainan, mencari dan berkebun.

g. Kegiatan–kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor– faktor, melihat hubungan–hubungan dan membuat keputusan.

h. Kegiatan–kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang dan lain–lain.

Soemanto (1998: 170), “…yang termasuk dalam deskripsi aktivitas belajar meliputi: mendengarkan, memandang, meraba mencium mencicipi/mencecap, menulis, membaca, membuat ikhtisar/ringkasan dan menggaris bawahi, mengamati tabel-tabel diagram-diagram, mengingat, berpikir, latihan dan praktek serta menyusun paper atau kertas kerja”.


(21)

Pada prinsipnya aktivitas belajar merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sadirman, 2001:93 ) dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berpandangan pada ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama ( aktivitas di dominan oleh guru ) dan pandangan ilmu jiwa modern (aktivitas didominasi oleh siswa ).

Menurut Sudjana, 2005:105. Kegiatan belajar atau aktivitas belajar sebagai proses terdiri dari enam unsur, yaitu: (a) Tujuan belajar. (b) Peserta didik yang termotivasi.(c) Tingkat kesulitan belajar. (d) Stimulus dan lingkungan. (e) Peserta didik yang memahami situasi. (f) Pola respon peserta didik.

Berdasarkan kajian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses belajar mengajar sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai, dengan indikator sebagai berikut: (a). Partisipasi dalam pembelajaran realistic (b). Mengemukakan pendapat (c). Mengajukan pertanyaan (d). Menghargai pendapat orang lain .

C.Teori Belajar

Seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati relatif lama. Perubahan tingkah laku itu tidak muncul begitu saja, tetapi sebagai akibat dari usaha orang tersebut. Oleh karena itu, proses terjadinya perubahan tingkah laku dengan tanpa adanya usaha tidak disebut belajar. Terdapat beberapa teori belajar yang dikenal, namun hanya dua di antaranya


(22)

akan dibahas dalam buku ini, yaitu teori belajar yang berdasarkan psikologi stimulus-respon (S-R) dan yang berdasarkan psikologi kognitif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam teori belajar terdapat tiga tahap proses belajar, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.

D.Hasil Belajar

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007: 391), “hasil adalah sesuatu yang diadakan, dibuat atau dijadikan oleh usaha. Sedangkan belajar adalah usaha memperoleh kepandaian atau ilmu, dapat diartikan juga perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan pengalaman”. Menurut Nashar (2004: 77), “ Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar”. Menurut Sudjana (2010: 22), “ Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh oleh seseorang berdasarkan usaha dan pengalaman dalam bentuk kemampuan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Sudjana (2010: 23-31), ada tiga ranah sebagai objek penilaian hasil belajar sebagai berikut:


(23)

a. Ranah Kognitif

1) Tipe Pengetahuan, tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat yang paling rendah. Namun tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.

2) Tipe Pemahaman, tipe hasil belajar pemahaman adalah tipe tingkat kedua setelah pengetahuan. Siswa diharapkan memiliki pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran dan pemahaman ekstrapolasi.

3) Tipe Aplikasi, siswa diharapkan dapat mengulang-ulang dan menerapkan hasil belajar yang diperolehnya sehingga akan menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan.

4) Tipe Analisis, siswa diharapkan dapat mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis.

5) Tipe Sintesis, siswa dapat mengomunikasikan gagasan, perasaan dan pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, simbol ilmiah dan yang lainnya.

b. Ranah Afektif

1) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

ransangan (stimulasi) yang datang dari luar kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.

2) Responding/Jawaban, reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus

yang datang dari luar.

3) Valuing (penilaian), berkenaan dengan nilai atau kepercayaan terhadap


(24)

4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

c. Ranah Psikomotorik

1) Gerakan reflex (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan

5) Gerakan-gerakan skills, mulai dari keterampilan yang sederhana sampai yang kompleks

6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretative.

Berdasarkan dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki ole siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dan hasil tersebut dapat digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai sutu tujuan pendidikan dan hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.


(25)

E. Kerangka Berpikir

Menurut Jhon Elliot (Pargito, 2011:16), penelitian tindakan ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (Pargito, 2011:17), yang mengemukakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh pesrta – pesertanya dalam situasi social dengan tujuan untuk meningkatkan penalaran dan keadilan/kebenaran dalam rangka memberdayakan kealitas peserta dalam hal praktik – praktik itu dengan mengoptimalkan kerjasama.

Gambar 3.1 Kerangka Pikir Realistik

Kondisi Awal

Pembelajaran Belum menggunakan

pendekatan PMR

SISWA

Hasil Belajar Matematika belum tercapai KKM .

Tindakan

PTK. Peneliti berkolaborasi guru

kelas VA

Siklus 1 : Pembelajaran menggunakan pendekatan

PMR

Siklus 2 : Pembelajaran Menggunakan pendekatan

PMR

Kondisi Akhir Hasil Belajar

MTK Mencapai KKM


(26)

F. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka, maka dirumuskan “ Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan pendekatan matematika realistik dengan tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang benar khususnya di kelas VA SDN 2 Marga Agung, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa”


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom

action research). Berdasarkan seting dan lokasi, penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang biasanya dilaksanakan oleh guru di kelas atau sekolah tempat ia mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran. (Depdikbud, 2002:3).

Zainal Aqib ( 2007 : 18 ) mengemukakan bahwa Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk memperbaiki layanan pendidikan yang diselenggarakan di kelas dan meningkatkan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Dengan penelitian tindakan kelas guru akan lebih terampil dalam menanggulangi masalah–masalah yang dihadapinya di kelas sekaligus memperbaiki dan meningkatkan kualitas unjuk kerjanya. Hal–hal yang kurang memuaskan dalam pembelajaran dapat disempurnakan untuk menuju keadaan yang lebih memuaskan tanpa mengganggu atau meninggalkan tugas pokoknya.


(28)

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh guru kelas guna memperbaiki kinerja guru dalam profesinya serta meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VA SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan.

B.Subyek Penelitian,Tempat Dan Waktu 1. Subyek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini subyeknya adalah guru dan siswa kelas VA SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan TP. 2012/2013. Dengan jumlah siswa 22 orang, terdiri dari 13 orang perempuan dan 9 orang laki-laki.

2. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V.A SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan TP. 2012/2013. 3. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada TP 2012/2013 pada bulan November 2012 sampai dengan Maret 2013.

C. Faktor-Faktor yang Diteliti 1. Faktor Siswa

a. Melihat aktivitas siswa dalam pembelajaran Matrmatika Realistik pada siswa kelas V SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jatiagung TP 2012/2013.


(29)

b. Hasil kerja siswa dalam pelajaran Matematika yaitu nilai akhir yang diperoleh dari tes akhir.

2. Faktor Guru

Melihat kemampuan guru dalam Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Pada Siswa Kelas V.A SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jatiagung TP 2012/2013

D. Prosedur Penelitian

Elliot (Pargito, 2011: 36) mengemukakan bahwa prosedur penelitian tindakan terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan revisi yang dilakukan berulang sehingga merupakan suatu siklus. Prosedur penelitian tindakan dapat digambarkan dalam bentuk siklus sebagai berikut.

Permasalahan Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Siklus 1 Refleksi I Pengamatan dan Pengumpulan Data I

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II


(30)

Siklus 2 Refleksi II

Pengamatan dan Pengumpulan Data II

Apabila Permasalahan belum

terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Gambar 3.1 Siklus kegiatan PTK ( Suhardjono, dkk. 2008: 74)

Menurut Arikunto (2008: 16-20) ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan tahapan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu:

1. Merencanakan tindakan Siklus I (Planning) a. Menentukan jadwal kegiatan PTK

b. Membuat perangkat pembelajaran, membuat skenario pembelajaran, format observasi, format evaluasi, dan menyiapkan sarana dan prasarana.

2. Pelaksanaan tindakan siklus I (Acting)/ Impelementasi Tindakan a. Mengikuti sesuai rencana tindakan.

b. Menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai. c. Menetapkan tujuan pembelajaran ke dalam indikator–indikator.

d. Menentukan pokok bahasan atau materi yang akan dipelajari. e. Guru menyampaikan materi pelajaran

f. Menerapkan langkah-langkah metode pembealajaran. Siklus II


(31)

3. Pengamatan dan pengumpulan data (Observing)

a. Melakukan pengamatan dan mengisi hasil pengamatan pada format observasi.

b. Melakukan penilaian hasil tindakan pada format evaluasi 4. Refleksi

a. Menilai dan membahas hasil evaluasi dan observasi tindakan yang telah dilakukan

b. Menentukan kelebihan dan kekurangan dari tindakan I

c. Membuat rencana perbaikan untuk tindakan atau siklus selanjutnya.

E. Alat Pengumpulan Data 1. Sumber Data:

a. Siswa kelas VA SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan.

b. Instrument Penelitian, digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran matematika realistik.

2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar, instrument ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan prestasi belajar siswa khusunya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran


(32)

permainan simulasi. Tes hasil belajar yang digunakan selain tes formatif , pada akhir pembelajaran ada juga tes dalam bentuk essay.

3. Jenis Data

Data yang diperoleh selama penelitian terdiri dari 2 macam,yaitu:

a. Data kualitatif yaitu data yang diambil berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan guru

b. Data kuantatif diperoleh dari data tes hasil belajar siswa. 4. Instrumen Penelitian

Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang peneliti digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran dan Tes hasil belajar digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa (lembar observasi terlampir).

F. Teknik Análisis Data

Dalam penelitian ini akan menggunakan análisis kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar,sedangkan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi siswa, dan observasi kinerja guru mengajar

a. Análisis aktivitas siswa dan kinerja guru, meliputi data hasil pengamatan aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran di análisis dengan menentukan nilai rata- rata. Analisis nilai rata – rata dapat dihitung dengan rumus, yaitu :


(33)

Nilai = Jumlah skor perolehan Jumlah ítem aktivitas

b. Análisis tes hasil belajar siswa bertujuan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa yang diperoleh dari setiap siklus. Penguasaan materi pelajaran dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa pada setiap akhir pertemuan pembelajaran. Hasil belajar dapat dihitung dengan rumus :

Skor perolehan

Nilai = X 100

Jumlah skor

Siswa yang mendapatkan nilai kurang dari KKM dinyatakan mengalami kesulitan belajar sedangkan siswa yang mencapai KKM dinyatakan telah tuntas belajar. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal dihitung dengan rumus :

Jumlah siswa yang tuntas belajar

X 100% Jumlah seluruh siswa

G.Indikator Penelitian

Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini apabila minimal 75% siswa aktif dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah dapat mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal/KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu ≥ 63,00.


(34)

H.Jadwal Penelitian

Tabel 4 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

NO KEGIATAN

BULAN

Okt 2012 Nov 2012 Des 2012 Jan 2013 Feb 2013 Mar 2013 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pra Penelitian

2 Proposal PTK a.Persiapan b.Konsultasi c. Perbaikan d. Seminar 3 Pelaksanaan PTK a. Perencanaan b. Tindakan c. Pengamatan d. Refleksi 4 Penyusunan PTK

a.Ujian b.Penggandaan

Dan Pengiriman


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanaka di SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jati Agung terhadap siswa kelas VA pada mata pelajaran Matematika dapat disimpulkan bahwa:

1. Aktivitas siswa menunjukkan peningkatan dari setiap siklusnya, siklus I memperoleh persentase sebesar 39,77% berdasarkan kriteria yang ada maka keaktifan siswa pada siklus I dinyatakan cukup, sedangkan pada proses pembelajaran siklus II memperoleh persentase sebesar 64,77 % sehingga diperoleh kesimpulan berdasarkan kriteria yang ada maka keaktifan siswa pada siklus II sangat baik.

Berdasarkan data di atas maka disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran menggunakan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yaitu dari 39,77% (siklus I) menjadi 64,77 % (siklus II).

2. Perbaikan pembelajaran menggunakan pembelajaran matematika realistik dalam pembelajaran matematika, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SDN 2 Marga Agung. Ini dilihat berdasarkan hasil belajar siswa selama pelaksanaan tindakan kelas dilakukan. Hasil belajar siswa pada


(36)

Siklus I disimpulkan sebanyak 9 anak memperoleh nilai di bawah KKM atau tidak tuntas sekitar 40,91 % dan 13 anak memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari KKM atau tuntas sekitar 59,09 % dan memperoleh nilai rata-rata 61.26 maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I dinyatakan masih kurang dan hasil belajar siswa pada Siklus II mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu sebanyak 0 anak memperoleh nilai dibawah KKM atau tidak tuntas sekitar 0% dan 22 anak memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari KKM atau tuntas sekitar 100%, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan.

B. Saran

1. Bagi Siswa

Agar senantiasa membiasakan untuk belajar dan bekerja sama dengan siswa lain, guna memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi yang maksimal agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Bagi Guru

Dengan menggunakan variasi metode dalam pembelajaran dapat mencegah kejenuhan siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, karena dengan adanya variasi atau hal baru yang tepat maka siswa akan lebih antusias dan terpancing dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan indikator yang cocok dalam pelaksanaan pendekatan pembelajaran mrealistik serta dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan dapat menggunakan perencanaan pembelajaran yang lebih baik.


(37)

3. Bagi Sekolah

Untuk dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar guna peningkatan prestasi dan mutu sekolah.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini hanya mengkaji perbaikan pembelajaran matematika dengan kompetensi dasar “Menggunakan Pecahan dalam pemecahan masalah” dengan menggunakan pendekatan pembelajaran diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan materi pada kompetensi dasar/indikator yang lain.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan ke VII Bumi Aksara, Jakarta.

Armanto, D, 2004. Pembelajaran Realistik Konteknal. Disajikan Pada Latihan Penulisan Buku Ajar PGSD Yogjakarta.

Aunnurrahman, dkk, 2010. Penelitian Pendidikan SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Gravemeijer, Koeno, 1997. Developing Realistic Education. Utrecht, the Netherlands.

Hamalik Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta. Hans Freudental, 1975. Pembelajaran Matematika Realistik. Balai Pustaka. Nashar, H, 2004. Peranan Motivasi Kemampuan Awal dalam Kegiatan

Pembelajaran, Cet 2, Delia Press, Jakarta

Nyimas, A, 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat Pemdidikan Nasional.

Pargito, 2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru Dan Dosen, Penerbit Anugerah Utama Raharja (Aura), Bandar Lampung.

Puskur, 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi. DIKNAS

Ruseffendi, E.T, 2001. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan

CBSA. Bandung. Tarsito

Sadiman, 2001. Interaksi Motifasi Belajar mengajara, Rajawali Pers. Sagala, 2003. Konsep dan Makna Belajar Mengajar. Alfabeta, Bandung.

Slameto, 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

.


(39)

Suhardjono, dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengantar

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta, Bumi Aksara.

Sukarta IGP, 2003. Matematika Realistik apa dan bagaimana ? (dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan edisi 30) http: www.depdiknas.co.id/ Jurnal/38/ matematika / ralistik.htm, diaskes tanggal 6 juni 2005

Sunyono, 2011. Penelitian Tindaka Kelas, Modul 34 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Sutarto Hadi, 2003. PMR: Menjadikan Pelajaran Matematika Lebih Bermakna

Bagi Siswa. (http://pmri.or.id/paper/index.php?main=1, Diakses 26 Mei

2012).

Zainal Aqib, 2007. Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual


(1)

H.Jadwal Penelitian

Tabel 4 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

NO KEGIATAN

BULAN

Okt 2012 Nov 2012 Des 2012 Jan 2013 Feb 2013 Mar 2013

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pra Penelitian

2 Proposal PTK

a.Persiapan

b.Konsultasi

c. Perbaikan

d. Seminar 3 Pelaksanaan PTK a. Perencanaan b. Tindakan c. Pengamatan d. Refleksi 4 Penyusunan PTK

a.Ujian b.Penggandaan

Dan Pengiriman


(2)

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanaka di SDN 2 Marga Agung Kecamatan Jati Agung terhadap siswa kelas VA pada mata pelajaran Matematika dapat disimpulkan bahwa:

1. Aktivitas siswa menunjukkan peningkatan dari setiap siklusnya, siklus I memperoleh persentase sebesar 39,77% berdasarkan kriteria yang ada maka keaktifan siswa pada siklus I dinyatakan cukup, sedangkan pada proses pembelajaran siklus II memperoleh persentase sebesar 64,77 % sehingga diperoleh kesimpulan berdasarkan kriteria yang ada maka keaktifan siswa pada siklus II sangat baik.

Berdasarkan data di atas maka disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran menggunakan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yaitu dari 39,77% (siklus I) menjadi 64,77 % (siklus II).

2. Perbaikan pembelajaran menggunakan pembelajaran matematika realistik dalam pembelajaran matematika, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SDN 2 Marga Agung. Ini dilihat berdasarkan hasil belajar siswa selama pelaksanaan tindakan kelas dilakukan. Hasil belajar siswa pada


(3)

Siklus I disimpulkan sebanyak 9 anak memperoleh nilai di bawah KKM atau tidak tuntas sekitar 40,91 % dan 13 anak memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari KKM atau tuntas sekitar 59,09 % dan memperoleh nilai rata-rata 61.26 maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I dinyatakan masih kurang dan hasil belajar siswa pada Siklus II mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu sebanyak 0 anak memperoleh nilai dibawah KKM atau tidak tuntas sekitar 0% dan 22 anak memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari KKM atau tuntas sekitar 100%, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan.

B. Saran

1. Bagi Siswa

Agar senantiasa membiasakan untuk belajar dan bekerja sama dengan siswa lain, guna memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi yang maksimal agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Bagi Guru

Dengan menggunakan variasi metode dalam pembelajaran dapat mencegah kejenuhan siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, karena dengan adanya variasi atau hal baru yang tepat maka siswa akan lebih antusias dan terpancing dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan indikator yang cocok dalam pelaksanaan pendekatan pembelajaran mrealistik serta dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan dapat menggunakan perencanaan pembelajaran yang lebih baik.


(4)

48

3. Bagi Sekolah

Untuk dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar guna peningkatan prestasi dan mutu sekolah.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini hanya mengkaji perbaikan pembelajaran matematika dengan kompetensi dasar “Menggunakan Pecahan dalam pemecahan masalah” dengan menggunakan pendekatan pembelajaran diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan materi pada kompetensi dasar/indikator yang lain.


(5)

Arikunto, Suharsini dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan ke VII Bumi Aksara, Jakarta.

Armanto, D, 2004. Pembelajaran Realistik Konteknal. Disajikan Pada Latihan Penulisan Buku Ajar PGSD Yogjakarta.

Aunnurrahman, dkk, 2010. Penelitian Pendidikan SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Gravemeijer, Koeno, 1997. Developing Realistic Education. Utrecht, the Netherlands.

Hamalik Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta. Hans Freudental, 1975. Pembelajaran Matematika Realistik. Balai Pustaka. Nashar, H, 2004. Peranan Motivasi Kemampuan Awal dalam Kegiatan

Pembelajaran, Cet 2, Delia Press, Jakarta

Nyimas, A, 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat Pemdidikan Nasional.

Pargito, 2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru Dan Dosen, Penerbit Anugerah Utama Raharja (Aura), Bandar Lampung.

Puskur, 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi. DIKNAS

Ruseffendi, E.T, 2001. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung. Tarsito

Sadiman, 2001. Interaksi Motifasi Belajar mengajara, Rajawali Pers. Sagala, 2003. Konsep dan Makna Belajar Mengajar. Alfabeta, Bandung.

Slameto, 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

.


(6)

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung:

Suhardjono, dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengantar Pengembangan Profesi Guru. Jakarta, Bumi Aksara.

Sukarta IGP, 2003. Matematika Realistik apa dan bagaimana ? (dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan edisi 30) http: www.depdiknas.co.id/

Jurnal/38/ matematika / ralistik.htm, diaskes tanggal 6 juni 2005

Sunyono, 2011. Penelitian Tindaka Kelas, Modul 34 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Sutarto Hadi, 2003. PMR: Menjadikan Pelajaran Matematika Lebih Bermakna Bagi Siswa. (http://pmri.or.id/paper/index.php?main=1, Diakses 26 Mei 2012).

Zainal Aqib, 2007. Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Yamaha Widya.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SDN 2 FAJAR BARU KECAMATAN JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 28 83

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SDN 2 SUMBEREJO BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VA SDN 04 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 27 65

JUDUL INDONESIA: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA KELAS IV SDN 2 REJOSARI

0 2 40

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN REALISTIK PADA SISWA KELAS VA SDN 2 MARGA AGUNG JATIAGUNG LAMPUNG SELATAN TP 2012/2013

0 11 39

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAMS GROUP TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS V SDN 6 JATIMULYO KEC. JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TP 2013/2014

0 9 55

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 TANJUNG SARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAMS GROUP TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS V SDN 6 JATIMULYO KEC. JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TP 2013/2014

0 11 108

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI A SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 35