PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh
ASMAWATI
Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
(2)
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh
Asmawati
Pembelajaran di SD Negeri 2 Sumur Putri Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung yang dilakukan selama ini dengan cara mengajar guru yang tidak menarik, banyak menggunakan metode ceramah, pembelajaran yang bersifat satu arah. Tujuan penelian ini: 1) mendeskripsikan aktivitas belajar Matematika pada kelas IV SDN 2 Sumur Putri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, 2) Mendeskripsikan hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV SDN 2 Sumur Putri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peneltian Tindakan Kelas sebanyak 2 siklus dengan langkah-langkahnya: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi selama tindakan dan tes hasil belajar siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Sumur Putri yang terdiri dari 25 orang siswa dengan komposisi 13 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Matematika ternyata mengalami peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari aktivitas rata-rata siswa yang pada siklus I 56,00% pada siklus II meningkat menjadi 71,42%, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada prasiklus dengan nilai rata-rata siswa 49,20, nilai rata-rata-rata-rata siswa meningkat pada siklus I menjadi 56,80, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 63,24
Kata kunci: Aktivitas, hasil belajar, dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
SANWACANA ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Rumusan Masalah ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
(7)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aktivitas ... 6
2.2 Belajar... 7
2.3 Aaktivitas Belajar ... 8
2.4 Hasil belajar ... 9
2.5 Pembelajaran Koopetatif ... 10
2.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 12
2.7 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 15
2.8 Kelebihan dan Kelemahan dari Kooperatif Learning Tipe Jigsaw ... 16
2.9 Pengertian Matematika ... 17
2.10 Hipotesa Tindakan ... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 19
3.1.1 Waktu Penelitian... 19
3.1.2 Tempat Penelitian ... 19
3.1.3 Subjek Penelitian ... 19
3.2 Prosedur Penelitian ... 19
3.3 Alat Pengumpulan Data... 21
3.3.1 Refleksi Awal ... 21
3.3.2 Tes Hasil Belajar ... 21
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 21
3.4.1 Teknik Tes ... 21
3.4.2 Teknik Non Tes ... 21
3.5 Teknik Analisis Data ... 23
3.5.1 Analisis Kuantitatif ... 23
3.5.2 Analisis Kualitatif ... 24
3.6 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 25
(8)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Profil SD Negeri 2 Sumur Putri ... 34
4.2 Implementasi Siklus I ... 34
4.2.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan I... 35
4.2.2 Pelaksaan Tindakan Siklus I Pertemuan II ... 37
4.2.3 Hasil Observasi Siklus I ... 38
4.2.4 Data Observasi ... 43
4.2.5 Refleksi ... 44
4.2.6 Saran-saran ... 45
4.3 Implementasi Siklus II ... 46
4.3.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan I ... 46
4.3.2 Pelaksaan Tindakan Siklus II Pertemuan II ... 48
4.3.3 Hasil Observasi Siklus II ... 49
4.3.4 Refleksi ... 54
4.4 Pembahasan ... 55
4.4.1 Aktivitas Siswa ... 55
4.4.2 Kinerja Guru ... 56
4.4.3 Hasil Belajar Siswa ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 22
3.2 Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 23
3.3 Tolak Ukur Ketuntasan Belajar Siswa ... 24
4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 39
4.2 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 40
4.3 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Par Siklus dan siklus I ... 41
4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I... 42
4.5 Aktivitas Belajar Siswa Siswa Siklus II ... 50
4.6 Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 51
4.7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 52
4.8 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 53
4.9 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 55
4.10Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Guru Per-Siklus ... 57
4.11Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 58
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Skema pelaksaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ... 14 2 Alur siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 20 .
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pemetaan SK-KD ... 62
2. Silabus Kelas V ... 63
3. RPP Siklus I ... 64
4. LKS Siklus I Pertemuan I ... 68
5. LKS Siklus I Pertemuan II ... 69
6. Evaluasi Siklus I ... 70
7. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus I ... 71
8. RPP Siklus II ... 72
9. LKS Siklus II Pertemuan I ... 76
10.LKS Siklus II Pertemuan II ... 77
11.Evaluasi Siklus II ... 78
12.Kunci Jawaban Evaluasi Siklus II ... 79
13.Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 80
14.Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 84
15.Hasil Tes Pra Siklus ... 88
16.Hasil tes Siklus I ... 89
17.Hasil Tes Siklus II ... 90
18.Surat Ijin Penelitin ... 91
19.Daftar Hadir Peserta Seminar... 92
20.Berita Acara Seminar ... 93
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana terdapat dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Guna mewujudkan tujuan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut di atas, diperlukan suatu pembelajaran bagi siswa dan guru yang mengacu pada kurikulum. Adapun kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ketentuan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1 yang mengatur tentang KTSP memuat 10 mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar, salah satunya yaitu Matematika.
(13)
2
Matematika adalah suatu cara manusia berpikir, karena kebenaran dan keabsahan dalam matematika disajikan sesuai dengan bagaimana pola berpikir manusia. Hal ini terlihat dari kekhasan/kekhususan matematika itu sendiri. Untuk itu mengapa matematika diajarkan di sekolah, alasan utamanya adalah untuk umat manusia, dengan belajar matematika manusia dapat menyelesaikan masalah di masyarakat, selain itu matematika dapat membantu bidang studi lain, dengan mempelajari giometri siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir logik, Ruseffendi (1995: 92-94).
Mengingat begitu penting pelajaran matematika sebagai salah satu pelajaran yang eksak, juga begitu berguna untuk kehidupan di masyarakat agar manusia bisa berhitung, mengukur panjang, mengukur luas dan lain sebagainya, maka guru harus bisa membuat matapejaran matematika yang membosankan dan menakutkan bisa disukai oleh para siswa. Guru harus bisa menciptakan inovasi dalam pembelajaran guna menumbuhkan aktivitas anak pada mata pelajaran matematika.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan terhadap siswa SDN 2 Sumur Putri tahun 2012 nampak bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah hal ini terlihat dari kegiatan jika ditanya tidak mau menjawab, diberi kesempatan bertanya diam saja, jika diberi tugas tidak dikerjakan, jika dikerjakan mereka hanya menyontek milik teman. Jika hal itu dibiarkan akan berdampak pada hasil belajar mereka. Hal ini terlihat dari 25 orang siswa yang ada hanya 24 persen yang mendapat nilai di atas KKM selebihnya jauh berada di bawah KKM.
(14)
Berdasarkan analisis sementara kondisi tersebut disebkan oleh beberapa faktor yakni: pertama cara mengajar yang tidak menarik, guru hanya mengajar dengan menggunakan metode ceramah siswa hanya mendengarkan saja dan siswa kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran.
Kedua guru dalam mengajar yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru), sehingga siswa merasa bosan, guru juga belum menggunakan model pembelajara yang menarik perhatian adan meningkatkan aktivitas siswa.
Untuk itu dalam penelitian ini penulis menggunakan model pembelajaran yang bisa mengaktifkan siswa, salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu sarana guna menunjang perbaikan proses pembelajaran di kelas
Berdasarkan uraian di atas, penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 2 Sumur Putri Tahun Pelajaran 2012/2013
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 2 Sumur Putri masih rendah
(15)
4
2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 2 Sumur Putri masih rendah.
3. Belum digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 2 Sumur Putri.
4. Pembelajaran di kelas IV SD Negeri 2 Sumur Putri masih bersifat teacher center (berpusat pada guru).
5. Penggunaan waktu penyajian materi Matematika yang kurang efisien..
1.3.Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 2 Sumur Putri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 2 Sumur Putri dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
1.4.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 2 Sumur Putri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
(16)
2. Mendeskripsikan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 2 Sumur Putri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
1.5.Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Siswa
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas IV SD Negeri 2 Sumur Putri
b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri 2 sumur Putri
2. Guru
Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, serta mengembangkan kemampuan profesional guru dan bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di kelasnya.
3. Sekolah
Dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SD Negeri 2 Sumur Putri, sehingga memiliki lulusan yang berkualitas dan kompetitif.
4. Peneliti
Menambah pengetahuan serta wawasan peneliti dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran Matematika, serta dapat memecahkan permasalahan yang terdapat di sekolah dasar.
(17)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aktivitas
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) mengartikan bahwa aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Reber (Syah, 2003:109) mengemukakan bahwa aktivitas adalah proses yang berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengan beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Dimyati dkk (2006: 236-238) mengemukakan aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
(18)
Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas adalah suatu keiatan yang melibatkan jasmani dan rohani seseorang untuk tujuan tertentu. Sehingga melalui aktivitas tersebut sesorang dapat memecahkan maslah atau persoalan-persoalan lainnya.
2.2 Belajar
Belajar secara umum adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Artinya seseorang dikatakan belajar jika ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan (Sumiati, dkk, 2009: 38). Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain (Fajar, 2009: 10).
Bruner dalam (Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor (Hernawan, dkk, 2007: 2).
Berdasarkan pengertian belajar di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan seseorang yang memberikan perubahan tingkah laku dari aspek pengetahuan, sikap serta keterampilan, dan merupakan hasil pengalaman yang diperolehnya.
(19)
8
2.3 Aktivitas Belajar
Dimyati dkk (2006: 236-238) mengemukakan aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkaitan. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Dierich dalam (Hamalik 2008: 90-91) membagi aktivitas belajar ke dalam delapan kelompok sebagai berikut:
a) Kegiatan-kegiatan visual, membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demontrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, dan diskusi.
c) Kegiatan-kegiatan mendengar: mendengar penyajian bahan, mendengar percakapan atau diskusi kelompok, mendengar suatu permainan instrumen music, mendengaran siaran radio.
d) Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa atau rangkuman, mengerjaka tes, mengisi angket.
e) Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, pola.
f) Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permaianan (simulasi), menari, berkebun.
g) Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, memuat keputusan.
h) Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang.
(20)
Selanjutnya Dimyati dkk (2006: 63) menyatakan bahwa untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru diantaranya dapat melaskukan perilaku-perilaku berikut:
1. Menggunakan multi metode dan multi media. 2. Memberi tugas secara individual maupun kelompok.
3. Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen dalam kelompok kecil.
4. Memberi tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas.
5. Melakukan tanya jawab dan diskusi.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan siswa, yang menyangkut partisMatematikasi, minat, perhatian dan presentasi di mana dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara aktif serta mendapat pengalaman baru. Sehingga setelah siswa mengalami kegiatan tersebut siswa lebih mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
2.4 Hasil Belajar
Dimyati dkk (2006: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Soedijarto dalam (Nashar, 2004: 79) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar dan mengajar sesuai yang ditetapkan.
(21)
10
Sudjana (2009: 3) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Lapono dkk (2009: 165) hasil pembelajaran adalah hasil analisis sejumlah fakta tentang unjuk kerja peserta didik dalam proses penguasaan kompetensi yang diharapkan. Fakta-fakta yang dikumpulkan, diolah, dianalisis, diinterpretasi dan disimpulkan merupakanjabaran kompetensi yang diharapkan ke dalam sejumlah sub-kompetensi beserta sejumlah indikator dan deskriptor tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar yaitu perubahan dalam diri siswa setelah memperoleh pengalaman belajar terutama dalam aspek pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimilikinya, dan hasil belajar tersebut didapat dari soal tes yang diberikan oleh guru kepada siswa.
2.5 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Belajar kooperatif adalah belajar dengan memanfaatkan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut Johnson dalam (Solihatin dkk, 2007: 4).
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan anggota kelompoknya yang bersifat heterogen. Dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok (Slavin dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4).
(22)
Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Cooperative learning menekankan kerjasama antara peserta didik dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Kegiatan peserta didik dalam belajar cooperative learning antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberi penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong teman kelompoknya untuk berpartisMatematikasi secara aktif, dan berdiskusi (Asma, 2006: 11-12).
Selanjutnya, Asma (2006: 12) memaparkan bahwa cooperative learning bertujuan untuk pencapaian hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Dalam pelaksanaan cooperative learning setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajar peserta didik aktif (student active learning), belajar kerjasama (cooperative learning), pembelajaran partisMatematikatorik, mengajar reaktif (reactive teaching), dan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning).
Cooperative learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah. Beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin semua peserta didik bekerja secara kooperatif, yaitu : 1) para peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai, 2) peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok, 3) untuk mencapai hasil yang maksimum,
(23)
12
para peserta didik yang tergabung dalam kelompok tersebut harus saling berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya, dan 4) peserta didik yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan peserta didik mempunyai akibat langsung terhadap keberhasilan kelompok (Tim MKPBM UPI, 2001: 218).
Cooperative learning memiliki berbagai variasi atau tipe-tipe di antaranya
Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournaments
(TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI), Jigsaw, dan Model Co-op Co-op (Asma, 2006: 12).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa cooperative learning adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik dalam kelompok, meliputi interaksi dengan teman kelompoknya, partisMatematikasi dalam menjawab pertanyaan diskusi, partisMatematikasi dalam menyelesaikan masalah kelompok, dan tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok, sebagai pencapaian hasil belajar yang dilaksanakan secara sistematis.
2.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Cooperative learning tipe Jigsaw) Cooperative learning tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajarn kooperatif yang mendorong peserta didik aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Model Jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level dimana peserta didik telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama (Isjoni, 2009: 54).
(24)
Dalam model pembelajaran konvensional guru menjadi pusat semua kegiatan kelas, sedangkan di dalam model belajar tipe Jigsaw, meskipun guru tetap mengendalikan aturan, ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan di kelas, tetapi peserta didik yang menjadi pusat kegiatan di kelas. Dalam model ini guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa tanggung jawab serta membuat peserta didik merasa senang melakukan diskusi materi IPS dalam kelompoknya. Karena motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif di kelas untuk meningkatkan, baik pembelajaran kognitif peserta didik maupun pertumbuhan efektif peserta didik (Isjoni, 2009: 57).
Dalam model pembelajaran ini, peserta didik bekerja dalam tim-tim yang bersifat heterogen. Peserta didik diberi bab-bab atau unit-unit lain untuk
dibaca, dan diberi “lembar pakar” (“expert sheets”) yang berisi topik-topik
yang berbeda bagi masing-masing anggota tim untuk dijadikan fokus ketika membaca. Kemudian peserta didik dari tim-tim berbeda dengan topik sama bertemu dalam “kelompok pakar” atau “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka. Para pakar tersebut kembali ke tim mereka masing-masing lalu bergantian mengajar teman-teman dalam tim tentang topik mereka. Akhirnya, para peserta didik membuat assesmen yang mencakup semua topik dan skor kuis individu menjadi skor tim (Asma, 2006: 72).
Jumlah peserta didik yang bekerja sama dalam masing-masing kelompok harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama secara efektif, karena ukuran suatu kelompok mempengaruhi produktivitas,
(25)
14
hal ini juga dikarenakan apabila jumlah anggota dalam satu kelompok makin besar dapat mengakibatkan makin kurangnya efektif kerja sama antar para anggota Soejadi dalam (Isjoni, 2009: 55).
Edward (dalam Isjoni, 2009: 55), berpendapat bahwa kelompok yang terdiri dari 4 (empat) orang terbukti sangat efektif. Sedangkan Sudjana, mengemukakan bahwa beberapa peserta didik yang dihimpun dalam satu kelompok dapat terdiri dari 4 sampai 6 orang peserta didik, hal ini didukung oleh hasil penelitian Slavin. Hal itu dikarenakan kelompok yang beranggotakan 4 sampai 6 orang, lebih sepaham dalam menyelesaikan suatu permasalahan dibandingkan dengan kelompok yang beranggotakan 2 sampai 4 orang.
Pada dasarnya, jika guru akan menerapkan model pembelajaran ini yang perlu diperhatikan adalah topik yang memuat sub-sub topik. pada model Jigsaw ini terdapat 2 macam kelompok, yaitu kelompok asal/dasar dan kelompok ahli. Secara skematis langkah-langkah pembelajarannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Skema Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. (Sumber: Arends dalam http://amirmahmudmpd.blogspot.com)
(26)
Keterangan:
1. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok asal. Setiap kelompok beranggotakan 4-6 peserta didik, tiap peserta didik diberi nomor. 2. Guru memberikan suatu permasalahan, pertanyaan dalam bentuk LKK. 3. Masing-masing peserta didik dalam kelompok asal yang sama
mempelajari materi yang berbeda satu sama lain.
4. Peserta didik dari kelompok asal yang mempelajari materi yang sama, selanjutnya berkumpul dengan anggota kelompok lain dalam kelompok gabungan (kelompok ahli). Dalam kelompok ahli, mereka membahas materi yang sama.
5. Setelah selesai berdiskusi, setiap anggota dari kelompok ahli harus kembali ke kelompok asalnya. Anggota kelompok ahli dengan masing-masing materi yang dikuasai memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya.
6. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan secara acak kepada peserta didik.
7. Selanjutnya diadakan tes individual. Seperti pada STAD, model Jigsaw juga memberi penghargaan kepada kelompok yang anggotanya memperoleh nilai tinggi.
2.7 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Stephen dkk dalam (Rusmana, 2010: 220) mengemukakan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut.
(27)
16
1. Siswa dikelompokkan dalam 1 sampai 5 tim. 2. Tiap orang dalam tim diberi materi yang berbeda.
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
4. Anggota dalam tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian atau sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiasp anggota kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tantang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 7. Guru memberi evaluasi.
8. Penutup.
2.8 Kelebihan dan Kelemahan dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw
Menurut Ibrahim (2010) dalam http://azisgr.blogspot.com pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut: 1) Kelebihan
a. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara peserta didik yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda.
b. Menerapkan bimbingan sesama teman.
c. Rasa harga diri peserta didik yang lebih tinggi. d. Memperbaiki kehadiran.
e. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. f. Sikap apatis berkurang.
g. Pemahaman materi lebih mendalam. h. Meningkatkan motivasi belajar. 2) Kelemahan
a. Jika guru tidak mengingatkan agar peserta didik selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi. b. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal
jika ada anggota yang hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.
(28)
c. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh.
2.9 Pengertian Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematike” yang berarti
mempelajari, atau “Mathesis” yang berarti “relating to learning”
(pengetahuan atau ilmu). Perkataan Mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu “mathaein’ yang mengandung arti ajaran atau belajar (berpikir) Ensiklopedia Indonesia dalam Tim MKPBM UPI (2001: 17).
James dalam (Ruseffendi 1995: 42) matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besdaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi dalam tiga bagian yaitu aljabar, analisis dan geometri. Hal yang berbeda dikemukakan oleh Jonson, dkk dalam (Ruseffendi 1995: 43-44) yang mengatakan matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar), yang berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika sederhana yang berguna
(29)
18
untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial dan ekonomi.
2.10 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Sumur Putri”.
(30)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Metode Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 2 Sumur Putri, yang terletak di Jl. H. Umar Maja Kelurahan Sumur Putri Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung.
3.1.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013, serta akan dilaksanakan dalam jangka waktu 3 bulan, dihitung dari perencanaan sampai penggandaan dan pengiriman hasil.
3.1.3. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini subjek penelitiannya adalah 1 orang guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Sumur Putri, yang terdiri dari 25 orang siswa dengan komposisi 13 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan.
3.2.Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research, Wardhani, dkk. (2007: 13) mengungkapkan penelitian tindakan
(31)
20
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto, dkk, 2006: 16).
Gambar 2. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Modifikasi dari Arikunto (2006: 16)
Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Observasi
Observasi
Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS I
SIKLUS II
Dan seterusnya
(32)
3.3. Alat Pengumpulan Data
3.3.1. Lembar panduan observasi
Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas lain. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Matematika dengan kooperatif tipe Jigsaw.
3.3.2. Tes hasil belajar
Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan kooperatif tipe Jigsaw.
3.4.Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Teknik Tes
Teknik ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru dengan memberikan soal. Bentuk soal yang diberikan pada siklus I berbentuk esay sebanyak sepuluh butir soal, sedangkan pada siklus II sebanyak delapan butir soal
3.4.2. Teknik Non Tes
Teknik ini dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa saat mengikuti pembelajaran dan saat mengikuti diskusi serta mengamati kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan lembar observasi.
(33)
22
a. Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas peserta didik diperoleh dari observasi selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati aktivitas yang dilakukan peserta didik sesuai dengan deskriptor yang terdapat dalam lembar observasi.
Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No Nama Siswa Aspek yang Diamati Total Skor 1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 ...
Keterangan:
1.Kegiatan siswa dalam kelompok asal 2.Kegiatan siswa dalam kelompok ahli 3.Aktivitas siswa mengajukan pertanyaan 4.Aktivitas siswa menjawab pertanyaan 5.Aktivitas siswa mendiskusikan masalah 6.Aktivitas siswa membuat kesimpulan
7.Aktivitas siswa mengemukakan hasil diskusi
b. Data Kinerja Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran di Kelas
Data kinerja guru dilakukan selama pembelajaran berlangsung, diadakan observasi untuk mengamati pengelolaan pembelajaran melalui lembar observasi yeng disesuaikan dengan tahap-tahap pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Data kinerja
(34)
guru diperoleh dari pengamatan langsung kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas, dengan menggunakan lembar Instrumen Penelitian Kinerja Guru 2 (IPKG 2).
3.5. Teknik Analisis Data 3.5.1. Analisis kualitatif,
Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri data aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data aktivitas diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran. Data nilai aktivitas siswa dari setiap siklus akan dianalisis.
Tabel 3.2 Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
No Skala Kategori
1 >75 Sangat aktif
2 71 – 75 Aktif
3 66 – 70 Cukup aktif
4 61 – 65 Sedang
5 56 – 60 Kurang aktif
(35)
24
Skor yang didapat siswa Skor maksimum
3.5.2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif akan digunakan untuk menganalisis data dari instrumen tes. Data hasil penelitian tergolong data kuantitatif secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan kentutasan individual dengan rumus sebagai berikut:
a. Ketuntasan Individual
Nilai = X 100
b. Ketuntasan klasikal
Persentase ketuntasan = Jumlah siswa yang tuntas belajar X 100% Jumlah seluruh siswa
Keterangan :
Ketuntasan individual: jika nilai siswa sama dengan atau lebih dari KKM (60)
Ketuntasan klasikal: jika lebih dari 60% siswa kelas IV mendapat nilai sama dengan atau lebih dari KKM (60)
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika yang digunakan di SDN 2 Sumur Putri, siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh nilai 60,
Tabel 3.3 Tuntasan dan Belum Tuntas
Nilai KKM (60) Jumlah Persentase (%) Ketuntasan
< KKM Belum Tuntas
(36)
3.6. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menggunakan prosedur penelitian dengan 4 (empat) tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut:
3.6.1. Siklus I a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah: 1. Menetapkan rancangan pembelajaran di kelas dalam siklus I.
2. Menyiapkan silabus mata pelajaran mtematika untuk menyusun Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP).
3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan model cooperative learning tipe Jigsaw sesuai dengan materi yang telah ditetapkan
4. Menyusun lembar ahli yang akan diberikan kepada peserta didik sebagai bahan diskusi selama pembelajaran berlangsung.
5. Menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran.
6. Menyiapkan lembar instrumen observasi untuk melihat aktivitas belajar peserta didik ketika pembelajaran berlangsung.
7. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat tindakan guru selama pembelajaran.
8. Menyiapkan perangkat tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi peserta didik.
(37)
26
b. Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses belajar dengan pembelajaran dengan model Kooperatif tipe Jigsaw, dengan kegiatan sebagai berikut:
1). Kegiatan Awal
a. Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang kooperatif tipe Jigsaw.
b. Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap peserta didik dalam suatu kelompok sebagai berikut:
1) Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk dapat memberi tahu temannya yang tidak mengerti atau sulit untuk menerima materi, sedangkan anggota kelompok yang masih tidak mengerti hendaknya bertanya kepada temannya yang mengerti sebelum bertanya kepada guru.
2) Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk dalam kelompok asalnya masing-masing.
c. Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok asal. d. Guru menetapkan peserta didik sebagai ahli/pakar.
e. Guru membagikan lembar kerja dan materi pada para ahli dalam kelompok asal.
(38)
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melakukan kegiatan mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan kooperatif tipe Jigsaw. Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:
a) Tahap Penguasaan
1) Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum materi yang disampaikan guru.
2) Peserta didik ahli/pakar berkumpul menjadi kelompok ahli/pakar untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat.
3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan motivator.
b) Tahap Penularan
1) Peserta didik kembali pada kelompok asal, dan saling mengajarkan materi yang dimiliki (menularkan dan menerima materi dari tiap ahli).
2) Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan mendiskusikan lembar kerja.
3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh wakil kelompok.
4) Peserta didik mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran ketercapaian.
(39)
28
3) Kegiatan Akhir
1) Guru bersama peserta didik membahas lembar kerja.
2) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari terjadinya kesalahan konsep dan sekaligus sebagai evaluasi lisan. 3) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari.
4) Guru memberikan penghargaan kelompok.
5) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah dipelajari namun kurang atau belum dMatematikahami/dimengerti. 6) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran.
c. Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja guru dalam pembelajaran), tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik, dan lembar angket respon peserta didik. Bentuk observasi yang digunakan adalah observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.
d. Refleksi
Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta pengkajian aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya.
(40)
3.6.2. Siklus II a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah: 1. Menetapkan rancangan pembelajaran di kelas dalam siklus II.
2. Menyiapkan silabus mata pelajaran matematika untuk menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP).
3. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) menggunakan model cooperative learning tipe Jigsaw sesuai dengan materi yang telah ditetapkan
4. Menyusun lembar ahli yang akan diberikan kepada peserta didik sebagai bahan diskusi selama pembelajaran berlangsung.
5. Menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran.
6. Menyiapkan lembar instrumen observasi untuk melihat aktivitas belajar peserta didik ketika pembelajaran berlangsung.
7. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat tindakan guru selama pembelajaran.
8. Menyiapkan perangkat tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi peserta didik.
9. Merencanakan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
b. Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses belajar dengan pembelajaran dengan model Kooperatif tipe Jigsaw, dengan kegiatan sebagai berikut:
(41)
30
1). Kegiatan Awal
a) Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang kooperatif tipe Jigsaw.
b) Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap peserta didik dalam suatu kelompok sebagai berikut: 1) Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk dapat memberi tahu temannya yang tidak mengerti atau sulit untuk menerima materi, sedangkan anggota kelompok yang masih tidak mengerti hendaknya bertanya kepada temannya yang mengerti sebelum bertanya kepada guru 2). Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk dalam kelompok asalnya masing-masing.
c) Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok asal. d) Guru menetapkan peserta didik sebagai ahli/pakar.
e) Guru membagikan lembar kerja dan materi pada para ahli dalam kelompok asal.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melakukan kegiatan mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan kooperatif tipe Jigsaw. Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:
(42)
a) Tahap Penguasaan
1) Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum materi yang disampaikan guru.
2) Peserta didik ahli/pakar berkumpul menjadi kelompok ahli/pakar untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat.
3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan motivator.
b) Tahap Penularan
1) Peserta didik kembali pada kelompok asal, dan saling mengajarkan materi yang dimiliki (menularkan dan menerima materi dari tiap ahli).
2) Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan mendiskusikan lembar kerja.
3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh wakil kelompok.
4) Peserta didik mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran ketercapaian.
3) Kegiatan Akhir
a) Guru bersama peserta didik membahas lembar kerja.
b) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari terjadinya kesalahan konsep dan sekaligus sebagai evaluasi lisan. c) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari.
(43)
32
e) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah dipelajari namun kurang dipahami/dimengerti.
f) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran.
c. Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja guru dalam pembelajaran), tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik, dan lembar angket respon peserta didik. Bentuk observasi yang digunakan adalah observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.
d. Refleksi
Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta pengkajian aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya.
3.7. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikatakan berhasil apabila:
1. Aktivitas belajar Matematika siswa kelas IV mencapai 70% dari semua aspek yang diamati.
2. Hasil belajar Matematika siswa kelas IV mencapai 60% siswa yang mengikuti pembelajaran mendapat nilai sama dengan atau lebih dari KKM yang telah ditentukan.
(44)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasar hasil hasil pelaksanaan tindakan kelas dan refleksi pada pembelajaran Matematika dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 56,00% dan pada siklus II rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 71,42%.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 55,80 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 63,24
5.2. Saran
Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:
(45)
60
1. Perlu digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bukan hanya pada pembelajaran Matematika tapi pada pelajaran yang lain.
2. Siswa hendaknya banyak dilibatkan dalam pembeljaran untuk menglingkan kejenuhan tapi juga dapat merangsanga pemikiran siswa agar lebih kreatif dam berpikir.
3. Guru hendaknya banyak menggunakan model pembelajaran yang lebih beragam guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
4. Perlu adanya pelatihan model-model pembelajaran oleh pihak terkait khususnya dalam pembelajaran Matematika di SD.
(46)
DAFTAR PUSTAKA
Arends. 2005. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. http://amirmahmudmpd.blogspot. com. Diakses 22 Oktober 2012. Pukul 13.25 WIB).
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara. Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2008. Model Silabus Kelas IV. Jakarta:Depdiknas
Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Tentang UU Sisdiknas. Balitbang Diknas. Jakarta.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Fajar, Erni. 2009. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Rosda. Bandung. Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara
Hermawan, Zaman, Riyana. 2007. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press
Ibrahim. 2010. Kelebihan dan Kelemahan Cooperatif Tipe Jigsaw. http://azisgr.blogspot.com. Diakses 22 Desember 2012. Pukul 20.00 WIB). Isjoni, 2009. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Balai Pustaka. Jakarta Lapono. 2009. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta:Depdiknas
Ruseffendi. 1995. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta, Rajawali Pers
(47)
Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Coopeative Learning. Bumi Aksara. Jakarta. Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung
Sumiati, dkk. 2009. Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Tim UNILA. 2009. Format Penulisan Karya Tulis Ilmiah. UNILA. Lampung Tim MKPBM UPI. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: UPI Press.
Trianto. 2010. Mendesain model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.
(1)
a) Tahap Penguasaan
1) Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum materi yang disampaikan guru.
2) Peserta didik ahli/pakar berkumpul menjadi kelompok ahli/pakar untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat.
3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan motivator.
b) Tahap Penularan
1) Peserta didik kembali pada kelompok asal, dan saling mengajarkan materi yang dimiliki (menularkan dan menerima materi dari tiap ahli).
2) Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan mendiskusikan lembar kerja.
3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh wakil kelompok.
4) Peserta didik mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran ketercapaian.
3) Kegiatan Akhir
a) Guru bersama peserta didik membahas lembar kerja.
b) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari terjadinya kesalahan konsep dan sekaligus sebagai evaluasi lisan. c) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari.
(2)
32
e) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah dipelajari namun kurang dipahami/dimengerti.
f) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran. c. Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja guru dalam pembelajaran), tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik, dan lembar angket respon peserta didik. Bentuk observasi yang digunakan adalah observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.
d. Refleksi
Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta pengkajian aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya.
3.7. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikatakan berhasil apabila:
1. Aktivitas belajar Matematika siswa kelas IV mencapai 70% dari semua aspek yang diamati.
2. Hasil belajar Matematika siswa kelas IV mencapai 60% siswa yang mengikuti pembelajaran mendapat nilai sama dengan atau lebih dari KKM yang telah ditentukan.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasar hasil hasil pelaksanaan tindakan kelas dan refleksi pada pembelajaran Matematika dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 56,00% dan pada siklus II rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 71,42%.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 55,80 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 63,24
5.2. Saran
Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:
(4)
60
1. Perlu digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bukan hanya pada pembelajaran Matematika tapi pada pelajaran yang lain.
2. Siswa hendaknya banyak dilibatkan dalam pembeljaran untuk menglingkan kejenuhan tapi juga dapat merangsanga pemikiran siswa agar lebih kreatif dam berpikir.
3. Guru hendaknya banyak menggunakan model pembelajaran yang lebih beragam guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
4. Perlu adanya pelatihan model-model pembelajaran oleh pihak terkait khususnya dalam pembelajaran Matematika di SD.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arends. 2005. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. http://amirmahmudmpd.blogspot. com. Diakses 22 Oktober 2012. Pukul 13.25 WIB).
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara. Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2008. Model Silabus Kelas IV. Jakarta:Depdiknas
Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Tentang UU Sisdiknas. Balitbang Diknas. Jakarta.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Fajar, Erni. 2009. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Rosda. Bandung. Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara
Hermawan, Zaman, Riyana. 2007. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press
Ibrahim. 2010. Kelebihan dan Kelemahan Cooperatif Tipe Jigsaw. http://azisgr.blogspot.com. Diakses 22 Desember 2012. Pukul 20.00 WIB). Isjoni, 2009. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Balai Pustaka. Jakarta Lapono. 2009. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta:Depdiknas
Ruseffendi. 1995. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta, Rajawali Pers
(6)
Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Coopeative Learning. Bumi Aksara. Jakarta. Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung
Sumiati, dkk. 2009. Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Tim UNILA. 2009. Format Penulisan Karya Tulis Ilmiah. UNILA. Lampung Tim MKPBM UPI. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: UPI Press.
Trianto. 2010. Mendesain model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.