Pengaruh Return on Assets, Capital Adequacy Ratio, BOPO, Loan to Deposit Ratio, terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI

(1)

EFFECT OF RETURN ON ASSETS, CAPITAL ADEQUACY RATIO, ROA, AND LOAN TO DEPOSIT RATIO OF DIVIDEND POLICY ON BANKING

COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX) by

FAJAR INDAH WAHYUNI

This study was conducted to test empirically to test whether the Return on Assets, Capital Adequacy Ratio, ROA, and Loan to Deposit Ratio Against Influencing Dividend Policy. This research was conducted at banking companies distribute dividends during the years of the study consecutively listed in Indonesia Stock Exchange.

This study, samples were selected using judgment sampling and acquired 10 companies that meet the criteria. Period used in penilitian for four years was in 2010 - 2013, using the classical assumption test to test the feasibility of the research data, then the data were analyzed with multiple linear analysis.

The results are from four independent variables used there is only one variable that significantly influence the Parliament are CAR. Parliament ROA variable to variable amounts (+) 5.458 with tcount of (+) 0.983 and a significance of 0.333. variable CAR Parliament variable is equal to (+) 2.951 with tcount of (+) 3.788 and a significance of 0.001 ROA variable to variable DPR is equal to (+) 0.562 with tcount of (+) 1.401 and a significance of .170. LDR variable to variable with Parliament is equal to 0.243 tcount of (-) 1.695 and a significance of 0.099. And four variables simultaneously influence on Parliament.

Keywords: Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO, Loan to Deposit Ratio (LDR), and Dividend Payout Ratio (DPR)


(2)

PENGARUH RETURN ON ASSETS, CAPITAL ADEQUACY RATIO, BOPO, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Oleh

FAJAR INDAH WAHYUNI

Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris untuk menguji apakah Return On Assets, Capital Adequacy Ratio, BOPO, Dan Loan To Deposit Ratio Berpengaruh Terhadap Kebijakan Dividen. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang membagikan dividennya selama tahun penelitian secara berturut-turut yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dalam penelitian ini, sampel dipilih menggunakan judgment sampling dan diperoleh 10 perusahaan yang memenuhi kriteria. Periode yang digunakan dalam penilitian selama empat tahun adalah tahun 2010 – 2013, Pengujian menggunakan uji asumsi klasik untuk menguji kelayakan data penelitian, kemudian data dianalisis dengan anAlisis linear berganda.

Hasilnya adalah dari keempat variabel bebas yang digunakan hanya ada satu variabel yang berpengaruh signifikan terhadap DPR yaitu CAR. variabel ROA terhadap variabel DPR adalah sebesar (+)5,458 dengan nilai thitung sebesar (+) 0,983 dan signifikansi sebesar 0,333. variabel CAR terhadap variabel DPR adalah sebesar (+)2,951 dengan nilai thitung sebesar (+) 3,788 dan signifikansi sebesar 0,001 variabel BOPO terhadap variabel DPR adalah sebesar (+)0,562 dengan nilai thitung sebesar (+) 1,401 dan signifikansi sebesar 0,170. variabel LDR terhadap variabel DPR adalah sebesar 0,243 dengan nilai thitung sebesar (-) 1,695 dan signifikansi sebesar 0,099. Dan secara simultan keempat variabel berpengaruh terhadap DPR.

Kata kunci : Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR),

BOPO, Loan To Deposit Ratio (LDR), dan Dividen Payout Ratio (DPR)


(3)

DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA (BEI)

Oleh

FAJAR INDAH WAHYUNI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(4)

PENGARUH RETURN ON ASSETS, CAPITAL ADEQUACY RATIO, BOPO, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

(Skripsi)

Oleh

FAJAR INDAH WAHYUNI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(5)

i DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(6)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 10

1.3. Batasan Masalah... 10

1.4. Tujuan Penelitian... 11

1.5. Manfaat Penelitian... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. CAMEL... 13

2.1.1. Pengertian Return on Assets (ROA)... 15

2.1.2. Pengertian Adequacy Ratio (CAR)... 16

2.1.3. Pengertian Biaya Operasi terhadap pendapatan Operasi 18 2.1.4. Pengertian Loan to Deposit Ratio(LDR)... 18

2.2. Kebijakan Dividen... 19

2.2.1. Pengertian Dividen... 20

2.2.2. Pengertian Kebijakan Dividen... 20

2.2.3. Jenis- Jenis Dividen... 22

2.2.4. Macam- Macam Dividen ... 23

2.2.5. Teori Kebijakan Dividen... 24

2.2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kebijakan Dividen 28 2.2.7. Pola Pembayaran Dividen Tunai... 32

2.2.8. Syarat pembayaran Dividen... 33

2.2.9. Kendala Pembagian Dividen... 34

2.2.10. Rasio Pembayaran Dividen... 35

2.3. Pengembangan penelitian... 37

2.4. Pengembangan Hipotesin dan Hipotesis....………... 39

2.4.1. Pengaruh ROA terhadap DPR... 39

2.4.2. Pengaruh CARterhadap DPR... 41

2.4.3. Pengaruh BOPO terhadap DPR... 42

2.4.4. Pengaruh LDR terhadap DPR... 43

2.5. Kerangka Teoritis... 44

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data... 45


(7)

ii

3.3. Metode Pengumpulan Data... 47

3.4. Variabel Penelitian... 49

3.4.1. Variabel Dependen (Y)... 49

3.4.2. Variabel Independen (X)... 49

3.5. Alat Analisis... 51

3.5.1. Uji Asumsi Klasik... 51

3.6. Uji Hipotesis... 53

3.6.1. Uji Regresi Berganda... 53

3.6.2. Pengujian kelayakan model regresi ( uji statistik f )... 54

3.6.3. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)... 54

3.6.4. Pengujian parameter individual ( uji statistik f )... 55

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek penelitian... 56

4.2. Hasil perhitungan... 57

4.2.1. Uji Statistika Deskriptif... 57

4.3. Analisis Uji Asumsi klasik... 61

4.3.1. Uji Normalitas Data... 61

4.3.2. Uji Autokorelasi... 61

4.3.3. Uji Multikolinieritas... 62

4.3.4. Uji Heteroskedastisitas... 62

4.4. Analisis Regresi Berganda... 63

4.4.1. Pengujian kelayakan model regresi (uji statistik f)... 63

4.4.2. Pengujian koefisien determinasi (R2)... 64

4.4.3. Pengujian signifikasi parameter individual (uji statistik t) 65 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan... 74

5.2. Keterbatasan Penelitian... 75

5.3. Saran... 75

DAFTAR PUSTAKA……….. 76


(8)

i DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Uji Normalitas Data... 1

2. Uji Autokorelasi…………..……….. 2

3. Uji Multikolinieritas…..…..……….. 3

4. Uji Heteroskedastisitas…....……….. 4

5. Uji Regresi Berganda……..……….. 5

6. Uji Deskriptif………..……….. 6

7. Daftar Perusahaan perbankan listed BEI……….. 7


(9)

i DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel Tingkat CAR... 17

2. Tabel Penelitian Terdahulu……….. 38

3. Tabel Sampel Perusahaan... 46

4. Durbin Watson d Test : Pengambilan Keputusan... 52

5. Statistik Deskriptif... 57

6. Hasil Uji Statistik F... 63

7. Hasil Uji Koefisien determinasi R2... 65


(10)

(11)

(12)

(13)

MOTO

“Sesungguhnya tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, dan bahwa usahanya itu akan terlihat nantinya”

(QS An Najm Ayat 39-40)

“Berikan yang terbaik yang kamu mampu meskipun itu gratis”


(14)

Karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku Rohmat, S.Pd dan Ibu Suryati Kakak dan adikku (Ina Fitriyani, S.E. dan Isya fauzi)


(15)

Penulis dilahirkan di Depokrejo, 25 September 1988, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Rohmat, S.Pd., dan Ibu Suryati.

Pada tahun 2000, penulis menyelesaikan pendidikan SD di SDN 1 Depokrejo, tempat kelahiran penulis, dan pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan SLTP di SLTP N 3 Metro, dan di Tahun 2006 penulis lulus dari SMA N 1 Metro dan kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Lampung tahun 2006 pada Program D3 Akuntansi. Pada Tahun 2009 penulis berhasil menyelesaikan program Diploma selesai mengemban ilmu akuntansi penulis bekerja di BPR tataarta di tahun yang sama. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sarjana di Universitas yang sama (Universitas Lampung) program studi S1 Akuntansi Non Reguler.


(16)

SANWACANA

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Return On Assets, Capital Adequacy Ratio, BOPO, Loan To Deposit Ratio, Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI”. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang tiada henti memberi dorongan, semangat dan bantuan yang luar biasa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi. 3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

4. Bapak Basuki Wibowo, S.E.,Akt., selaku Dosen pembimbing kedua yang selalu bersedia untuk memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(17)

6. Bapak R.Weddie Andriyanto., S.E., M.Si., CPA, selaku Pembimbing Akademik, untuk nasehat dan bimbingannya selama ini;

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh civitas akademi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung

8. Kedua orang tuaku, Ibu Suryati dan Ayah Rohmat. Terima kasih telah menjadi orang tua yang terbaik, atas pelajaran hidup, doa, semangat, dan fasilitas yang diberikan.

9. Kakakku tercinta Ina Fitriyani, SE. Dan suami, Berkat Arpanto, S.E. terima kasih atas doa, kritik, saran dan dukungan tiada terkira. Untuk adikku, Isya fauzi semoga adik bisa menjadi jauh lebih baik dari kakak-kakaknya.

10.Untuk Ismail Amanutulloh, SH terimakasih untuk motivasi yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11.Sahabat- sahabat yang terbaik, Suci, resti, rica, wika, maya, ade, galih. Terima kasih doa kalian dan menjadikan sesuatu yang biasa jadi luar biasa. Semoga cita-cita kita semua terwujud.

12.Teman-teman akuntansi 2005 sampai dengan 2010 yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi, Fadila, Fullin, Sri Handayani, Neti, Krisyanti, Rani Fitria, Anggi, dan semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu semoga kita semua menjadi lebih baik lagi, sukses dalam karir dan segala urusan.


(18)

Leman, terimakasih untuk segala semangat dan bantuannya.

14.Terimakasih Mbak Tina Awan, Mbak mimi, mbak atun, mbak agustina, mbak leni, mbak hesti, mbak nur, mbak tina, mbak mayra, mbak diah, aa’ ayin, mas nanang, ka’ evi, dan semua karyawan dan karyawati fakultas ekonomi dan bisnis. Terimakasih atas doa dan bantuan semuanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proses penyelesaian skripsi ini karena itu penulis menerima semua saran dan kritik yang membangun. Akhir kata Penulis mengucapkan “ Terima Kasih “.

Bandarlampung, Oktober 2014 Penulis,


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persaingan dalam bisnis perbankan sangat ketat, persaingan tersebut tidak hanya terjadi antar bank, tetapi persaingan juga datang dari lembaga keuangan lain yang berhasil mengembangkan produk-produk keuangan baru. Persaingan dan

perkembangan yang cukup pesat pada usaha perbankan tersebut menjadikan masing-masing lembaga perbankan harus berlomba untuk memenangkan

persaingan bisnis. Persaingan antar bank tersebut tentunya akan lebih membantu nasabah, karena nasabah dapat memilih berbagai jasa perbankan yang ditawarkan. Kualitas produk dan layanan perbankan akan menentukan apakah lembaga

perbankan tersebut mampu bersaing di pasar global atau tidak.

Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memilki peranan dalam sistem keuangan di Indonesia. Keberadan sektor perbankan memilki peranan cukup penting, dimana dalam kehidupan masyarakat sebagian besar melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal ini dikarenakan sektor perbankan merupakan suatu lembaga yang mengemban fungsi utama sebagai perantara keuangan (financial

intermediary) antara pihak- pihak yang memilki dana (surplus dana) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit dana) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran (Veithzal, 2007:109).


(20)

Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan yang menjual

kepercayan dan jasa, setiap bank berusaha sebanyak mungkin menarik nasabah baru ataupun investor, memperbesar dananya dan juga memperbesar pemberian kredit dan jasanya. Sehinga peran perbankan sangat strategis. Namun, kesehatan dan stabilitas perbankan menjadi sesuatu yang sangat vital. Dimana bank yang sehat, baik secara individu, maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan kebutuhan suatu perekonomian yang ingin tumbuh dan berkembang dengan baik. Tetapi, terganggunya fungsi intermediasi perbankan setelah

terjadinya krisis perbankan di Indonesia telah mengakibatkan lambannya kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi ( Veithzal, 2007:108 ).

Rendahnya kualitas perbankan tercermin dari lemahnya kondisi internal sektor perbankan, serta belum efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Kuantias bank yang banyak menciptakan persaingan yang semakin ketat dan kinerja bank yang menjadi rendah karena ketidakmampuan bersaing di pasar, sehinga banyak bank yang sebenarnya kurang sehat atau bahkan tidak sehat secara financial. ( Fitriani, 2010 )

Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu CAMEL ( Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity ). Empat dari lima aspek tersebut masing-masing Capital, Assets, Earning, Liquidity dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perusahaan perbankan. ( Mudrajad dan Suhardjono : 2010 ).


(21)

Dan mengacu pada Surat Edaran BI No.13/24/DPNP tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank dan Peraturan BI No. 13/1/PBI/2011 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Hal ini menunjukan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank sesuai ketentuan ini secara efektif dilaksanakan sejak tanggal 1 Januari 2012 yaitu untuk penilaian Tingkat Kesehatan Bank posisi akhir bulan Desember 2011. (www.bi.go.id)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit). Laba Inilah yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan, apakah dividen tunai ataupun dividen saham. Indikator yang digunakan untuk mengukur profitabilitas yaitu Return On Assets (ROA) yang merupakan suatu ukuran menyeluruh dari prestasi perusahaan, sebab rasio ini menunjukkan laba atas seluruh dana yang diinvestasikan. Dalam dunia bisnis sekarang hampir tidak ada lagi perusahaan yang semata-mata dibiayai dari modal sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang otomatis didukung dari modal utang (Sitanggang, 2012). Sedangkan menurut Lukman (2009), Profitabiltas merupakan indikator yang paling penting untuk mengukur kinerja suatu bank. profitabiltas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan/ memperoleh laba secara efektif dan efisien.

Rentabilitas atau profitabilitas juga merupakan faktor yang sangat penting, terutama berkaitan dengan kesinambungan dan stabilitas bisnis perbankan. rentabilitas bisnis perbankan adalah kesanggupan bisnis perbankan untuk mendapatkan laba berdasarkan investasi yang dilakukannya. ( Brigham dan Houston : 2010)


(22)

Kesehatan bank juga dipengaruhi oleh tingkat likuiditas bank. Menurut Malayu (2008), likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar semua utang jangka pendeknya dengan alat-alat likuid yang dikuasainya. Sedangkan menurut Kasmir (2008), likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposanya pada saat ditagih serta dapat

mencukupi permintan kredit yang telah diajukan. Salah satu cara dalam mengukur likuiditas bank yaitu dapat diukur dengan LDR.

Menurut Veithzal (2007:724) semakin tingi rasio ini, maka semakin tingi dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga sehinga LDR yang meningkat dapat meningkatkan profitabiltas bank. Akan tetapi, semakin tingi rasionya

mengindikasikan rendahnya kemampuan likuiditas bank, hal ini karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

Menurut Sartono (2008), Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam kebijakan deviden, karena deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

Menurut Priono (2007) yang mengungkapkan bahwa hanya perusahaan yang memiliki likuiditas baik yang akan membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai.

Faktor lain yang dipergunakan dalam melakukan penilaian kinerja bank adalah BOPO (Biaya operasi terhadap pendapatan operasi). BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas


(23)

operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam

mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.

Menurut Halim (2007) Secara umum, semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan semakin tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham, juga semakin besar kemungkinan dividen yang dibagikan akan lebih tinggi.

Mendukung pernyataan diatas bahwa ide dasar pendekatan ini adalah bahwa kebijakan dividen dipengaruhi oleh kinerja perusahaan, apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Bila perubahan laba tinggi maka manajemen mempunyai dua pertimbangan apakah membagikan dividen atau tidak

membagikan dividen. Bila perusahaan mengambil kebijakan untuk membagikan dividen dengan harapan agar mendapatkan investor baru untuk menambah modal perusahaan. Laba besar dalam jumlah besar tidak selalu berarti bahwa perseroan dapat membayar dividen. ( James, dkk : 2010 )

Kebijakan deviden merupakan salah satu kebijakan dalam perusahaan yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama. Dalam kebijakan deviden ditentukan jumlah alokasi laba yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham (deviden) dan alokasi laba yang dapat ditahan perusahaan. Semakin besar laba yang ditahan, semakin kecil laba yang akan dibagikan pada para pemegang saham. ( Brigham dan Houston : 2010 ).


(24)

Bagi para investor faktor stabilitas deviden akan lebih menarik daripada dividend payout ratio (DPR) yang tinggi. Stabilitas di sini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Bagi investor pembayaran deviden yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan perusahaan yang membayar deviden tidak stabil (Sartono, 2008).

Menurut Gito Sudarmo dan Basri (2002) besar kecilnya Dividend Payout Ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor likuiditas, kebutuhan dana untuk melunasi hutang, tingkat ekspansi yang direncanakan ( laba yang diperoleh diprioritaskan untuk menambah aktiva ), faktor pengawasan dan ketentuan dari pemerintah, yaitu ketentuan yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

Laba besar para pemegang saham mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu mengharapkan pengembalian dalam bentuk deviden maupun capital gain. Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Namun, besar kecilnya deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan deviden masing-masing perusahaan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan berbagai faktor.


(25)

Pembagian dividen secara tunai maupun dalam bentuk saham yang ditentukan perusahaan tentunya mempunyai kebijakan yang berbeda-beda. Dan terdapat beberapa perusahaan perbankan yang listing di BEI (Bursa Efek Indonesia) tidak membagikan dividen setiap tahunnya, hanya ada sepuluh perusahaan yang

membagikan dividen tunai selama empat tahun terakhir secara berturut-turut. (data pendukung terdapat pada lampiran 13)

Oleh sebab itu, berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian untuk meneliti seberapa besar pengaruhnya rasio keuangan terhadap dividen payout rasio. Bagaimana pengaruhnya kinerja bank terhadap kebijakan dividen yang diukur dengan rasio DPR ( Dividen Payout Ratio). Kinerja bank dinilai dengan menggunakan rasio CAMEL pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dengan rasio CAMEL yang digunakan yaitu Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasi terhadap pendapatan operasi (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. CAR digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan permodalan, semakin tinggi CAR berarti semakin tinggi modal sendiri untuk mendanai aktiva produktif, Semakin rendah biaya dana akan semakin meningkatkan perubahan laba bank. Demikian

sebaliknya semakin rendah dana sendiri maka akan semakin tinggi biaya dana dan semakin rendah perubahan laba bank. BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya. Dalam pengumpulan dana terutama dana

masyarakat (dana pihak ketiga), diperlukan biaya selain biaya bunga (termasuk biaya iklan). LDR mencerminkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga pada Loan/ kredit atau sejenis kredit untuk menghasilkan pendapatan


(26)

atau perubahan laba. Jika dana pihak ketiga tidak tersalur akan mengakibatkan kehilangan kesempatan mendapatkan bunga, dan pendapatan menjadi rendah. (Dwi Prastowo, 2011).

Penelitian mengenai kebijakan dividen yang diproksikan dengan DPR telah banyak dilakukan sebelumnya, namun untuk variabel independen dengan menggunkan rasio ROA, CAR, BOPO dan LDR belum banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh kebijakan dividen diantaranya:

Nugroho (2004) dalam penelitiannya pengaruh ROA, Cash Ratio, dan DTA terhadap DPR dengan hasil ROA, dan DTA, berpengaruh signifikan terhadap DPR sementara variabel cash ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Sedangkan penelitian Yusginda Adinata (2013) dalam yang meneliti pengaruh CAR, NPM, DER, ROE, dan ROI terhadap DPR Hasil penelitian ini menunjukan CAR, NPM, DER, ROE, dan ROI secara simultan berpengaruh terhadap DPR dengan tingkat signifikan (α=0,001). sedangkan secara parsial NPM(α=0,000) dan ROI(α=0,005) berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, serta ROE(α=0,022) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR. Sedangkan CAR menunjukan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Berbeda dengan hasil penelitian (Kadir, 2010) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan credit agencies go publik di bursa efek Indonesia dan hasilnya secara simultan bahwa variabel ROI, CR, DER, dan TATO mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Sedangkan secara parsial hanya variabel current ratio tidak mempunyai pengaruh terhadap


(27)

dividend payout ratio, sedangkan variabel return on investment, debt equity ratio, total assets turn over mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio perusahaan credit agencies go publikc di bursa efek Indonesia. Dan penelitian Penelitian (Utami, 2009) menyatakan bahwa variabel earning per share, current ratio, net profit margin, total asset turn over, return on equity, return on investment, debt ratio dan debt to equity ratio secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Berdasarkan penelitian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam penelitian ini penulis ingin mengkaji tentang pengaruh kebijakan dividen lebih lanjut dengan variabel independen yang lain, mengenai hubungan tingkat kinerja keuangan perusahaan perbankan dengan menggunakan rasio keuangan dalam pengaruhnya terhadap kebijakan dividen. Banyaknya teori yang menyatakan bahwa kondisi rasio keuangan yang baik, akan membawa pengaruh yang positif terhadap kondisi keuangan perusahaan yang juga akan berpengaruh pula terhadap dividen yang diperoleh.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini akan menganalisis kebijakan dividen dengan variabel independennya dengan menggunakan rasio camels, dan membuktikan apakah tingkat kinerja bank memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. sehingga penulis tertarik mengambil judul "Pengaruh Return on Assets, Capital Adequacy Ratio, BOPO, Loan to Deposit Ratio, terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI


(28)

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Dividend Payout Ratio?

2. Seberapa besar pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Dividend Payout Ratio?

3. Seberapa besar pengaruh Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) terhadap Dividend Payout Ratio?

4. Seberapa besar pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Dividend Payout Ratio?

1.2 Batasan Masalah

Dalam memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut : 1. Sampel penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama

periode 2010-2013

2. Periode laporan keuangan tahun 2010-2013 yang berakhir 31 Desember 3. Perusahaan perbankan yang membagikan dividennya secara berturut-turut

tahun 2011-2014, hal ini dikarenakan pembagian dividen dilakukan ditahun berikutnya setelah tutup buku tahunan.


(29)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ROA ( Return on Assets ), CAR (Capital Adequacy Ratio), BOPO (Biaya Operasional terhadap pendapatan operasional ), dan LDR (Loan to Deposit Ratio), terhadap DPR (Dividen Payout Ratio).

2. Untuk mengetahui apakah ROA ( Return on Assets ), CAR (Capital Adequacy Ratio), BOPO (Biaya Operasional terhadap pendapatan operasional ), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) secara bersama-sama berpengaruh terhadap DPR (Dividen Payout Ratio)

1.4 Manfaat penelitian

Setelah dilakukan penelitian ini,diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Dapat dijadikan bahan masukan dan sumbangan pemikiran yang dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh rasio keuangan yaitu ROA, CAR, BOPO, dan LDR terhadap DPR.

2. Bagi perusahaan penelitian ini bermanfaat guna memberikan informasi atas seberapa besar pengaruh rasio keuangan terhadap keputusan manajemen dalam pembagian dividen yang akan dilakukan.

3. Bagi investor penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi apabila investor akan berinvestasi pada perusahaan yang bersangkutan.


(30)

4. Bagi pihak-pihak lain, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh yang berkepentingan, baik sebagai referensi maupun sebagai bahan teori bagi penelitian selanjutnya.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CAMEL

Surat Edaran BI No.13/24/DPNP tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank dan Peraturan BI No. 13/1/PBI/2011 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. CAMEL merupakan salah satu metode untuk mengukur kinerja bank. CAMEL merupakan alat ukur resmi yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk menghitung kesehatan bank di Indonesia.(www.bi.go.id) Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006: 53), CAMEL merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor – faktor capital, asset quality, management, earning dan liquidity. Pendapat lain mengatakan bahwa, rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, yang dengan analisis rasio tersebut dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank. (Triyo Hasnan: 2010)

CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi pula tingkat kesehatan bank, CAMEL merupakan tolok yang menjadi objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. CAMEL terdiri dari lima kriteria, yaitu modal, aktiva, manajemen, pendapatan dan kualitas. ( Tarmidzi dan Wilyanto : 2010 )


(32)

Unsur-unsur penilaian analisis CAMEL menurut Kasmir (2012:11), yaitu: 1. Capital (permodalan) Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki

oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (capital adequacy ratio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).

2. Asset (kualitas aktiva) Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank. Rasio yang diukur ada dua macam, yaitu :

a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan.

b. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif ( PPAP ) yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam menjaga kolektabilitas atau pinjaman yang disalurkan semakin baik. 3. Management (manajemen)

Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas, dan manajemen umum. 4. Earning (rentabilitas) Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada dua

macam, yaitu:

a. Rasio laba terhadap total asset (Return on Assets). Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas bank didalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.

b. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). BOPO merupakan perbandingan antara beban operasional terhadap pendapatan operasional.


(33)

5. Liqudity (likuiditas)

Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas didasarkan kepada dua macam rasio, yaitu:

a. Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktivitas lancar. b. Rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh bank

2.1.1 Return On Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Keunggulan ROA (Return On Asset) adalah:

a. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.

b. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut. c. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit

organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha. (Van Horne : 2005)

Menurut Lukman Syamsuddin (2009:74) ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA :


(34)

2.1.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio menurut Lukman Dendawijaya ( 2000:122 ) adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ( kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank lain ) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain – lain. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.

Bank Indonesia (BI) resmi menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang kewajiban penyediaan minimum bank umum. PBI dengan Nomor 14/18/PBI/2012 ini mengatur lebih jauh tingkat kecukupan modal bank yang disesuaikan dengan standar internasional yang berlaku.BI memandang aturan ini sejalan dengan upaya untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat, mampu berkembang serta bersaing secara nasional maupun internasional, perhitungan kecukupan modal bank disesuaikan dengan standar internasional yang berlaku. Peraturan Bank Indonesia ini berlaku secara efektif sejak tanggal ditetapkan dan mencabut PBI No. 9/13/PBI/2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar dan mencabut PBI No. 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Dan berdasarkan Surat Edaran (SE) BI No. 15/11/DPNP tertanggal 8 April 2013. Bank Indonesia menetapkan minumum CAR sebesar 8%.


(35)

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank (Peraturan Bank Indonesia, PBI : 2012).

Berikut adalah ketentuan CAR dari Bank Indonesia. Tabel 2.1

Tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR)

No. Persentase Peringkat

1 >8% Sehat

2 6,4% - 8% Kurang Sehat

3 <6,4% Tidak Sehat

Sumber : www.bi.go.id (Peraturan Bank Indonesia : 2012)

Semakin besar CAR yang dimiliki oleh suatu bank maka kinerja bank tersebut akan semakin baik. Permasalahan modal umumnya adalah berapa modal yang harus disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat

terjaga, dengan CAR tinggi berarti bank tersebut semakin solvable, bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh sehingga akan terjadi kenaikan pada harga saham (Dwi Prastowo, 2011).

Berdasarkan (Lukman Dendawijaya, 2009) CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:


(36)

2.1.3 Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO)

Menurut Dendawijaya (2009) rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

Dan menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005), Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. BOPO dirumuskan sebagai berikut:

BOPO:

2.1.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank. LDR menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar

(Meliyanti,2008).

Menurut ( Kasmir, 2014) LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana


(37)

masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Loan to Deposit Ratio dirumuskan sebagai berikut :

LDR :

2.2 Kebijakan Dividen

2.2.1 Pengertian Dividen

Dividen berasal dari bahasa Latin yaitu divendium yang artinya sesuatu untuk dibagi. Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya. Semua keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh perusahaan selama berusaha dalam satu periode tersebut dilaporkan oleh direksi kepada para pemegang saham dalam suatu rapat pemegang saham. Yang termasuk dalam pengertian Dividen adalah:

1. Pembagian laba secara langsung atau tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

2. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal disetor.

3. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran, termasuk yang berasal dari kapitalisasi agio saham. (Baridwan, 2004)

Jadi, dapat disimpulkan : “Dividen adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk


(38)

2.2.2 Pengertian Kebijakan Dividen

Pengertian kebijakan dividen menurut Sartono (2008) menyatakan bahwa :

“Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam

bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang”.

Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut Suad Husnan dan Enny

Pudjiastuti (2006) menyatakan bahwa : “Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, pada dasarnya laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk

diinvestasikan kembali”.

Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang

saham atau “equity investors”. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. ( Sartono : 2008)

Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam perusahaan (Riyanto, 2001:265).


(39)

Kebijakan dividen dalam Werner R.Murhadi (2008:4) merupakan suatu kebijakan yang dilakukan dengan pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan harus menyediakan dana dalam jumlah besar untuk keperluan pembayaran dividen. Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang stabil dan menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan yang cerah, yang mampu untuk membagikan dividen. Banyak perusahaan yang selalu

mengkomunikasikan bahwa perusahaannya memiliki prospektif dan menghadapi masalah keuangan sudah tentu akan kesulitan untuk membayar dividen. Hal ini berdampak pada perusahaan yang membagikan dividen, memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek kedepan yang cerah dan mampu untuk mempertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi.

Laba ditahan merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan deviden merupakan aliran kas yang dibayar kepada para pemegang saham. Deviden merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan. Deviden ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Rasio pembayaran deviden (dividend payout ratio) yaitu perbandingan antara Dividend Per Share (DPS) dengan Earning Per Share (EPS). Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan dan deviden yang dibagikan diputuskan dalam (RUPS) Rapat Umum Pemegang Saham. (Brigham and Houston, 2007).


(40)

2.2.2 Jenis-Jenis Dividen

Menurut Baridwan terdapat enam jenis- jenis Dividen, yaitu: 1. Dividen Tunai (cash dividend)

Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya. Dividen ini yang paling umum dan banyak digunakan dalam pembagian saham.

2. Dividen Saham (stock dividend)

Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan menjadi bertambah. Jadi, pemberian stock dividen ini dilakukan dengan cara

mengubah sebagian laba ditahan (retained earnings) menjadi modal saham yang pada dasarnya tidak mengubah jumlah modal sendiri.

3. Dividen Saham Pecahan (stock split)

Pemecahan selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari

perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomi. 4. Dividen Script

Dalam bentuk perjanjian tertulis untuk membayar dalam jumlah tertentu pada waktu yang disepakati.

5. Dividen Property (property dividend)

Dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga.


(41)

6. Dividen Likuidasi (liquidating dividend)

Dividen diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen diperoleh dari selisih antara nilai realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya. (Baridwan : 2004) 2.2.4 Macam-macam Dividen

Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacam-macam. Menurut Bambang Riyanto (2001:269) menyatakan bahwa ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut : 1. Kebijakan Dividen Yang Stabil

Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi.

2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu. Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.

3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan. Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividend payout ratio yang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi


(42)

sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

4. Kebijakan dividen yang fleksibel

Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratioyang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financialdan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.

2.2.5 Teori Kebijakan Dividen

Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang deviden diantaranya menurut (Sartono, 2008) yaitu:

1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller :

Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut Modigliani dan Miller, dividen adalah tidak relevan. Pernyataan Modigliani dan Miller ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah, seperti:

a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional.

b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru.

c. Tidak ada pajak


(43)

Beberapa ahli menentang pendapatan Modigliani dan Miller tentang dividen adalah tidak relevan dengan menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai perusahaan. Beberapa ahli menyoroti asumsi tidak adanya pajak. Jikaada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital gains (kenaikan harga saham) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak untuk dividen dan capital gains adalah sama, investor cenderung lebih suka menerima capital gains dari pada dividen karena pajak pada capital gains baru dibayar saat saha dijual dan keuntungan diakui/ dinikmati. Dengan kata lain, investor lebih untung karena dapat menunda pembayaran pajak. Investor lebih suka bila perusahaan menetapkan DPR yang rendah, menginvestasikan kembali keuntungan dan menaikkan nilai perusahaan atau harga saham. (Sartono, 2008) 2. Teori The Bird in the Hand

Gordon dan Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk

memperoleh pendapatan berupa pembayaran deviden daripada menunggu capital gain. Sementara itu Modigliani dan Miller berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima deviden saat ini atau menerima capital gain dimasa datang. Gordon dan Lintner beranggapan bahwa para investor memandang satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Sementara itu Modigliani dan Miller juga berpendapat bahwa tidak semua investor berkeinginan untuk menginvestasikan kembali deviden mereka diperusahaan yang sama atau sejenis dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka dimasa datang


(44)

bukannya ditentukan oleh kebijakan deviden, tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi baru.

3. Teori Perbedaan Pajak (Tax Preference Theory)

Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. Jika manajemen percaya bahwa teori dividen tidak relevan dari Modigliani dan Miller adalah benar, maka perusahaan tidak perlu

memperdulikan berapa besar dividen yang harus dibagi, Jika mereka menganut teori The Bird in the Hand , mereka harus membagi seluruh EAT (Eat After Tax) dalam bentuk dividen. Dan bila manajemen cenderung mempercayai teori perbedaan pajak (Tax Differential Theory), mereka harus menahan seluruh Laba atau DPR = 0 %. Jadi ke 3 teori yang telah dibahas mewakili kutub-kutub ekstrim dari teori tentang kebijakan dividen. Sayangnya test secara empiris belum

memberikan jawaban yang pasti tentang teori mana yang paling benar. (Sartono : 2008)


(45)

4. Teori Signaling Hypothesis

Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan dividen pada

umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap se bagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada

capital gains. Tapi Modigliani dan Miller berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dividen masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau keanikan dividen yang dibawah keanaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang. Seperti teori dividen yang lain teori Signaling Hypotesis ini juga sulit

dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikataka apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau disebabkan karena efek sinyal dan preferensi terhadap dividen. (Sartono : 2008)

5. Teori Clientele Effect

Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini


(46)

lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu ( misalnya orang lanjut usia dikenai pajak lebih ringan ) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar. Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi menurut Modigliani dan Miller hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen kecil, demikian Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok

pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka. (Sartono : 2008)

2.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran deviden suatu perusahaan menurut adalah sebagai berikut:

a. Posisi likuiditas perusahaan.

Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena deviden merupakan arus kas keluar, oleh karena itu makin kuat posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. Suatu perusahaan yang sedang tumbuh secara rendabel


(47)

(Perusahaan yang masih mencari keuntungan), mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja sehingga kemampuanya untuk membayarkan deviden pun sangat terbatas. Dengan sendirinya likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh keputusan-keputusan di bidang investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya.

b. Kebutuhan untuk membayar hutang

Perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi baru untuk membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya harus merencanakan terlebih dahulu bagaimana caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatanya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai deviden.

c. Tingkat pertumbuhan perusahaan.

Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhanya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatanya daripada dibayarkan sebagai deviden dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga. perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan yang mapan, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana ekstern lainya, maka keadaanya adalah


(48)

berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang tinggi.

d. Pengawasan terhadap perusahaan.

Kontrol atau pengawasan terhadap perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan kontrol atau pengawasan dari kelompok dominan didalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dari utang akan menambah risiko finansialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, berarti mengurangi “dividend payout ratio”. (Husnan Suad : 2006)

Berikut berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden menurut (Sartono, 2008) :

1. Kebutuhan dana perusahaan

Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi untuk membiayai perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimana caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Utang dapat dilunasi pada hari jatuhnya dengan mengganti utang tersebut dengan utang baru. Atau alternatif lain ialah perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi utang tersebut.


(49)

Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earning yang dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio yang rendah.

2. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan deviden. Karena deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. 3. Kemampuan meminjam

Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak di pasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin besar dan establish akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar

kemampuan membayar deviden. 4. Keadaan pemegang saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui deviden yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax (pajak yang lebih tinggi) dan lebih suka


(50)

memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout yang rendah. Dengan dividend payout yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai deviden yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.

5. Stabilitas deviden

Bagi para investor faktor stabilitas deviden akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Bagi investor pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan perusahaan yang membayar deviden tidak stabil.

2.2.7 Pola Pembayaran Dividen Tunai

Menurut Sartono (2008) ada beberapa pola pembayaran dividen yang digunakan antara lain :

1. Kebijakan Dividen yang Stabil

Kebijakan ini merupakan pola pembagian dividen perlembar saham yang dibayarkan dalam rupiah yang relatif tetap selama jangka waktu tertentu, meskipun pendapatan/keuntungan perlembar sahamnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut


(51)

nampak mantap dan permanen, barulah besaran dividen perlembar saham dinaikkan. Dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang.

2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra tertentu. Kebijkan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham setiap tahunnya. Jika kondisi keuangan perusahaan lebih baik, maka akan membagikan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut. Sebaliknya jika kondisi keuangan perusahaan memburuk maka yang dibayarkan hanya sebesar dividen minimal saja. Namun jika dividen ekstra ini dibayarkan terus-menerus kepada investor, maka tujuan pembagian dengan menggunakan pola ini tidak akan tercapai karena investor cenderung akan mengharapkan dividen ekstra ini.

3. Kebijkan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan Kebijakan ini menggunakan dividen payout ratio sebagai standarnya, sehingga besarannya dividen akan berfluktuasi sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan.

4. Kebijakan dividen yang fleksibel

Pola pembayaran ini merupakan pola yang besarannya disesuaikan dengan posisi dan kebijkan finansial perusahaan tiap bulan.

2.2.8 Syarat Pembayaran Dividen

Jika suatu perusahan mempertimbangkan pembagian dividen, ada dua persyaratan utama yang harus dipenuhi, yaitu :


(52)

Legalitas dividen dapat ditentunkan dengan melihat hukum suatu negara yang berlaku. Sebagai contoh, hukum disuatu negara yang ada menekankan pada solven atau tidaknya suatu perusahaan sebelum perusaah mengadakan pembagian dividen dan ada yang menekankan bahwa pembagian dividen tidak boleh melebihi nilai wajar dari aset neto, bahkan ada yang

menggunakan kombinasi keduanya. 2. Kondisi Keuangan

Pengelolaan perusahaan yang baik memerlukan perhatian yang lebih daripada legalitas pembagian dividen. Pertimbangan harus diberikan pada kondisi ekonomi tertentu, terutama likuiditas. Jadi, sebelum dividen diumumkan manajemen harus mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividen. Para direktur juga harus mempertimbangkan pengaruh inflasi dan biaya pengganti sebelum melakukan komitmen dividen. (Sartono : 2008)

2.2.9 Kendala Pembagian Dividen

Kendala-kendala dalam pembagian dividen : 1. Perjanjian Kredit atau Surat Pengakuan Utang

Perjanjian kredit biasanya membatasi pembagian dividen dari laba yang dihasilkan sebelum pinjaman dilunasi. Disamping itu perjanjian kredit sering kali mensyaratkan bahwa tidak ada dividen yang tidak dapat dibagikan kecuali rasio lancar, rasio kemampuan membayar bunga dan rasio-rasio pengaman lainnya melebihi batas minimum yang ditetapkan.


(53)

2. Ketidakcukupan Laba

Pembagian dividen tidak boleh melebihi laba ditahan pada pos neraca. Pembatasan ini disebut impairment of capital rule, dirancang untuk

melindungi kreditur. Tanpa peraturan tersebut, suatu perusahaan yang tengah dilanda masalah mungkin mendistribusukan sebagian besar asetnya kepada pemegang saham dan membiarkan kreditur membatasi sendiri persoalannya. 3. Ketersediaan Dana

Dividen tunai hanya dapat dibagiakan dengan ketersediaan uang tunai. Jadi, kekurangan uang tunai di bank dapat membatasi pembagian dividen. Akan tetapi, hal ini biasanya diatasi bila perusahaan dapat memperoleh pinjaman. 4. Denda Pajak Atas Penimbunan Laba yang Tidak Wajar

Untuk mencegah agar orang kaya tidak menggunakan perusahaan untuk menghindari pajak pribadi, peraturan pajak membuat peraturan khusus mengenai penimbunan penghasilan yang tidak wajar.(Sartono:2008)

2.2.10 Rasio Pembayaran Dividen

Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Pengertian rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menurut Agus Sartono (2008) menyatakan bahwa : “Rasio pembayaran dividen adalah


(54)

dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang

saham”. ( Zaki Baridwan : 2004 )

DPR = Deviden per lembar saham x 100% Laba per lembar saham

Dividen Per Lembar Saham (Dividend Per Share)

Pengertian dividen per lembar saham (DPS) menurut Susan Irawati (2006:64) menyatakan bahwa : “Dividen per lembar saham (DPS) adalah besarnya pembagian dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar”. Besarnya dividen per lembar saham dapat dicari dengan rumus : (Zaki Baridwan : 2004) DPS = Total Deviden yang Dibagikan

Jumlah lembar saham yg beredar Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share)

Pengertian laba per lembar saham menurut Zaki Baridwan (2004:443) menyatakan bahwa : “Yang dimaksud dengan laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap

jumlah saham yang beredar”.

Informasi mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan.


(55)

Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam SAK No.56 yang menyatakan dua macam laba per lembar saham :

a. Laba Per lembar saham dasar, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan. b. Laba per lembar saham dilusian, adalah jumlah laba pada suatu periode yang

tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan. Laba per lembar saham (EPS ) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : (Zaki Baridwan : 2004)

EPS = Laba Bersih Setelah Pajak Jumlah Lembar Saham yg Beredar

2.3 Pengembangan Penelitian

Perbedaan dan pengembangan yang terdapat dalam penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah :

1. Periode penelitian yang dilakukan terhadap perusahaan yang membagikan dividennya selama empat tahun berturut-turut selama tahun 2010-2013. 2. Penggabungan variabel independen dalam penelitian yang berbeda dari

penelitian terdahulu yaitu : ROA, CAR, BOPO dan LDR.

Ada banyak penelitian – penelitian yang telah dilakukan, namun untuk rasio camel dan perusahaan perbankan yang dijadikan sample sebagai penelitian yang digunakan dalam perhitungan pengaruh terhadap DPR belum banyak dilakukan.


(56)

Berikut adalah penelitian- penelitian terdahulu yang telah dilakukan : Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel

bebas

Hasil

1 Rophingatun Munafiah (2011)

Analisis Pengaruh ROA, DER, CR, dan Asset Growth terhadap DPR ROA, DER, CR, Asset Growth terhadap DPR

ROA dan CR positif signifikan

2 Attina jannati (2012)

Pengaruh profitabilitas, leverage, dan growth terhadap kebijakan dividen ROA, DER, dan Assets Growth terhadap DPR ROA berpengaruh positif tidak signifikan DER, dan Asset growth

berpengaruh negatif tidak signifikan 3 Rani Fitria

(2014)

Analisis Pengaruh Profitabilitas,

Leverage, Growth dan Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen ROA, DER, Asset Growth dan insider terhadap DPR

ROA, dan asset growth, berpengaruh positif tidak signifikan. DER berpengaruh negatif signifikan. Insider ownership berpengaruh negatif tidak signifikan

4 Yusginda Adinata (2013)

Pengaruh rasio keuangan terhadap Dividen Payout Ratio

NPM, CAR, DR, ROI, dan ROE

Secara bersama-sama berpengaruh terhadap DPR dg


(57)

pada perusahaan perbankan

konvensional di BEI

terhadap DPR tingkat signifikasi 0,001 Variabel NPM,CAR dan ROI berpengaruh positif signifikan 5 Lisa Marlina

(2009)

Analisis pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return On Assets terhadap Dividend Payout Ratio CP, DER, ROA terhadap DPR Secara simultan berpengaruh signifikan. Secara parsial CP, ROA berpengaruh positif signifikan. DER berpengaruh positif tidak signifikan. 6 NUR

Artwienda (2009)

Analisis pengaruh Capital Adequacy Ratio,

Non Performing Loan, BOPO, net interest Margin, dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR terhadap DPR

CAR, dan NIM berpengaruh signifikan terhadap DPR NPL, BOPO, LDR berpengaruh tidak signifikan

terhadap DPR. Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini (2014)

2.4 Pengembangan Hipotesis dan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Kebijakan Dividen

Aspek earning yaitu Return On Assets (ROA), menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Bank Indonesia mengisyaratkan


(58)

tingkat ROA yang baik diatas 1,5%. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. (Tarmidzi : 2010).

Rasio ROA yang semakin meningkat menunjukkan posisi bank yang semakin baik dari segi penggunaan aset untuk mendapatkan laba. Dengan meningkatnya laba maka dividen yang akan dibagikan memungkinkan akan lebih besar pula. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan ROA yang tinggi berarti rasio profitabilitas juga tinggi. (Tiyo hasnan :2012).

Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ini menunjukan tingkat rentabilitas usaha bank semakin baik atau sehat (Mahrinasari, 2003). Berdasarkan teori Information content or signaling hypothesis,

Mondigliani-Miller menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang, berdasarkan teori tersebut menunjukkan bahwa

penghasilan yang tinggi melalui asset yang dimiliki yang tercermin dalam return on Asset (ROA) menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen yang tercermin dalam dividend payout ratio (DPR). (Bagus Laksono :2006) Jadi, berdasarkan landasan teori, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Terdapat pengaruh positif dan signifikan Return on Asset (ROA) terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)


(59)

2.4.2 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap kebijakan dividen

Aspek Capital yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio

perbandingan modal sendiri bank dengan kebutuhan modal yang tersedia setelah dihitung margin risk (pertumbuhan risiko) dari akibat yang berisiko (ATMR) ( Ratna : 2010 )

CAR dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Dari pengertian CAR yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa dapat disimpulkan peningkatan CAR bank dari tahun ke tahun diharapkan dapat merevisi kepercayaan investor terhadap perusahaan. CAR yang semakin meningkat menunjukkan kemampuan bank yang semakin baik dalam mengelola modalnya untuk mendapatkan laba dan sangat memungkinkan membagikan dividennya lebih besar. Kepercayaan tersebut akan dapat merubah permintaan dan atau penawaran harga saham perbankan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa investor cenderung memperhatikan aspek permodalan (CAR) dalam menentukan dan membeli harga saham perbankan. (Kasmir : 2014)

Berdasarkan landasan teori, kerangka pemikiran dan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Terdapat pengaruh positif dan signifikan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Kebijakan dividen pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)


(60)

2.4.3 Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Kebijakan Dividen

BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya

pemasaran dan biaya operasi lainnya). Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat (termasuk BBO dan Take Over) rasio BOPO nya lebih dari 1 (Artwienda :2009)

BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya terutama kredit berdasarkan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan. Dalam pengumpulan dana terutama dana masyarakat (dana pihak ketiga), diperlukan biaya selain biaya bunga (termasuk biaya iklan). (Harahap,Sofyan : 2004)

Oleh karena itu dapat diajukan hipotesis 3 sebagai berikut:

H3: Terdapat pengaruh negatif dan signifikan BOPO terhadap kebijakan Dividen pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)


(61)

2.4.4 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap kebijakan Dividen

Aspek likuiditas yaitu LDR (Loan to Deposit ratio). Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan Nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi rasio LDR semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank (Ratna :2010 ). LDR yang tinggi berarti resiko dalam berinvestasi menjadi tinggi. Dengan

likuiditas bank yang rendah maka hal tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan konsumen pada bank tersebut. (Kasmir : 2008:272 )

Batas aman LDR menurut peraturan pemerintah adalah sebesar 110 %. Peningkatan LDR bank dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang rendah sehingga resiko dalam berinvestasi menjadi tinggi. Dengan nilai LDR yang tinggi, dapat berdampak pada hilangnya kepercayaan pada bank yang bersangkutan. maka dapat dirumuskan hipotesis keempat sebagai berikut :

H4 : Terdapat pengaruh negatif dan signifikan Loan to Deposits Ratio (LDR) terhadap Kebijakan dividen pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)


(62)

2.5 Kerangka Teoritis

Berdasarakan penjabaran di atas, peneliti menggambarkan model pengaruh antara Return on Assets, Capital Adquency Ratio, BOPO, dan Loan to Deposit Ratio, terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka penelitian

ROA

CAR

BOPO

LDR

KEBIJAKAN DIVIDEN


(63)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data penelitian ini adalah sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari sumber yang telah ada, yaitu data dari perusahaan go publik yang melakukan pengungkapan sosial dalam annual report-nya dan mempublikasikan pada website resmi BEI pada tahun 2010-2013. dan sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia

(www.idx.co.id).

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan karena adanya nilai karakterisktik yang berlainan (Sugiyono, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang go publik yang terdaftar di BEI. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini dilakukan berdasarkan sampel dipilih berdasarkan metode purposive jugement sampling. Metode purposive jugement sampling merupakan tipe pemilihan secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Indriantoro dan B.Supomo, 2002).


(64)

Sampel penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang listing di Bursa efek indonesia yang membagikan dividennya selama empat tahun berturut-turut Dalam penelitian ini kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu :

1. Perusahaan perbankan yang listing di BEI dan mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap termasuk catatan atas laporan keuangan dengan periode 2010 sampai dengan 2013.

2. Perusahaan yang membagikan dividen tunai secara berturut-turut selama empat tahun yakni dari tahun 2011 sampai dengan 2014

3. Perusahaan tidak mengalami kerugian atau memiliki saldo negatif selama periode 2010-2013

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, terdapat 10 perusahaan sampel, yaitu : Tabel 3.2

Daftar Perusahaan Sampel

No Nama perusahaan Kode Emiten

1 BANK CENTRAL ASIA Tbk BBCA

2 BANK BUKOPIN Tbk BBKP

3 BANK NEGARA INDONESIA Tbk BBNI

4 BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk BBNP

5 BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk BBRI

6 BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk BBTN

7 BANK DANAMON INDONESIA Tbk BDMN

8 BANK JABAR BANTEN Tbk BJBR

9 BANK MANDIRI ( PERSERO ) Tbk BMRI

10 BANK HIMPUNAN SAUDARA 1906 Tbk SDRA


(65)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan explanatory research yaitu menjelaskan bahwa variabel independen yaitu CAR,ROA,BOPO dan LDR mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel dependen, yaitu kebijakan dividen. Penjelasan penelitian (explanatory research) adalah penelitian yang menyoroti hubungan antara variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dengan fokus terletak pada penjelasan hubungan antara variabel.

Dalam penelitian ini digunakan instrument statistika dengan analisis regresi linear berganda dalam menentukan tingkat hubungan yang terjadi. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan data sekunder berupa data historis perusahaan yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan melalui bursa efek indonesia, internet dan sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian.

Dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa data Time Series yang diperoleh dari laporan keuangan auditan perusahaan perbankan yang listing di bursa efek indonesia (BEI) selama 4 tahun dari tahun 2010-2013, hal ini dikarenakan laporan keuangan perusahaan per 31 Desember yang dipublikasikan di BEI pada tahun penelitian adalah sampai dengan 31 desember 2013, dan untuk menghindari penelitian yang bias maka rentang waktu penelitian dimundurkan selama 4tahun, yakti tahun 2010,2011,2012, dan 2013. Data yang digunakan yaitu:

1. Data dividen yang dibagikan pada pertengahan tahun ditahun berikutnya setelah penutupan akhir tahun (closing price) yaitu ditahun 2011 sd 2014.


(66)

2. Data ROA, CAR, BOPO dan LDR yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan selama tahun 2010-2013

Jenis data yang digunakan merupakan jenis data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka yang kemudian diolah dan diinterprestasikan untuk memperoleh makna dari data tersebut.

Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan adalah sebagai berikut :

1. Observasi tidak langsung

Dilakukan dengan membuka Website dari objek yang diteliti, sehingga dapat diperoleh laporan keuangan, gambaran umum bank serta perkembangannya yang kemudian digunakan penelitian. Situs yang digunakan adalah :

a. www.idx.co.id b. www.bi.go.id c. www.sahamok.com 2. Penelitian kepustakaan

Studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara mempelajari dan memahami buku-buku yang mempunyai hubungan tingkat kesehatan bank yang diukur dengan rasio CAMEL terhadap perubahan kebijakan dividen seperti dari literatur, jurnal-jurnal, media massa dan hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber, baik dari perpustakaan dan sumber lain.


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Seperti yang telah diuraikan pada Bab 1 terdahulu bahwa permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah pengaruh rasio keuangan sebagai alat ukur untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap kebijakan dividen, kebijakan dividen disini diukur dengan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat dan disajikan dalam bentuk persentase yang disebut Dividen payout ratio. Dan dalam hal ini rasio keuangan yang dipakai yaitu rasio camel diantaranya CAR, ROA, BOPO, dan LDR. Jadi dalam penelitian ini yang dibahas adalah bagaimana pengaruh keempat rasio keuangan ini, yaitu CAR, ROA, BOPO, dan LDR terhadap kebijaka dividen (Dividen payout ratio). Hasil penelitian berhasil menemukan bahwa hanya ada satu faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap dividen payout ratio, yaitu Capital Adequacy Ratio (X2).dengan hasil signifikasi 0,001.

Temuan ini menunjukkan bahwa Dividen Payout Ratio (Y) di masa mendatang banyak dipengaruhi oleh Capital Adequacy Ratio (X2). Besaran kinerja keuangan yang dilihat dari Capital Adequacy Ratio (X2) yang merupakan variabel independent, sangat diperlukan untuk menentukan kinerja keuangan bank khususnya pembagian keuntungan bank dalam bentuk saham.


(2)

5.2Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa keterbatasan penelitian yang harus menjadi perhatian bagi para peneliti di masa mendatang, yaitu :

1. Penelitian ini mengambil objek hanya sejumlah perusahaan perbankan sebanyak 10 bank. Dengan demikian, kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini tentunya belum memungkinkan untuk dijadikan kesimpulan yang berlaku umum jika diterapkan pada objek lain di luar penelitian ini. 2. Dalam menjawab permasalah mengenai pengaruh kebijakan dividen pada

perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dengan menggunakan rasio CAMEL yaitu Return on Assets (ROA), Capital Adquency Ratio (CAR), Biaya Operasi terhadap pendapatan operasi (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Bukan tidak mungkin bahwa sebenarnya masih ada faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi kebijakan Diveden Payout Ratio (DPR). Hal ini dilihat dari kemampuan keempat faktor tersebut menjelaskan Diveden Payout Ratio (DPR) sebesar 41,9% saja.

5.3Saran

1. Penelitian mendatang sebaiknya disarankan untuk mereplikasi penelitian ini dengan menggunakan sampel lebih besar dan luas. Hal tersebut dimaksudkan agar tercapai perkembangan pemahaman mengenai pengaruh kinerja keuangan (CAMEL) terhadap Dividen Payout Ratio (DPR).

2. Pada penelitian di masa mendatang dimungkinkan dikembangkan indikator-indikator lain secara lebih detil dalam mengukur variabel-variabel penelitian.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Antiningrum, Sri, 2003, Analisis Internal Eksternal Untuk Penentuan Strategi Bersaing (Studi Pada PT. Sampurna Kuningan Juwana di Pati), Skripsi:Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah Surakarta 9.

Amalia, shitta. 2011. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen payout ratio (studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Non Keuangan Periode 2005-2009). Skripsi.Universitas Diponegoro. Semarang

Basten Janifairus, Jossie. 2013. Pengaruh Return On Assets, Debt to Equity Ratio, Assets Growth, dan Cash Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Konsumsi Yang Listing Di BEI Tahun 2008-2010. Universitas Brawijaya, Malang: Tidak Dipublikasikan

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi Ke-8. Yogyakarta : BPFE Brigham dan Houston. 2007 . Manajemen keuangan Buku II. Jakarta : Erlangga Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2010.Dasar-dasar Manajemen Keuangan

Edisi Jakarta: Salemba Empat.

Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2006. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:Salemba Empat

Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Djohanputro, Bramantyo dan Ronny Kountur, 2007, Non Performing Loan (NPL)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR), www.profi.or.id (diakses 05 Februari 2014) Dr. Ir. E. Susi Suhendra, MS, Sri Pujiyanti , 2005. Analisis kinerja keuangan

mengenai Tingkat kesehatan bank dengan Menggunakan metode camel

”(studi kasus Pada pt. Bank negaraindonesia(persero) Tbk dan pt. Bank bukopin tbk periode 2006-2008). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No. 2, Nopember, Universitas Gunadarma.


(4)

Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Keuangan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Hamonangan, Reynaldo dan Hasan Sakti Siregar, 2009. Pengaruh Capital

Adequancy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio dan Loan to Deposit Ratio etrhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Akuntansi 13, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Harahap, Sofyan syarif.2004. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Herdiningtyas, Winny, s.e. dan luciana spica almilia, s.e., m.si. 2005. Analisis rasio camel terhadap prediksi kondisi Bermasalah pada lembaga perbankan Perioda 2000 – 2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No. 2, Nopember Stie perbanasSurabaya.

Hamonangan, Reynaldo dan Hasan Sakti Siregar, 2009. Pengaruh Capital

Adequancy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio dan Loan to Deposit Ratio etrhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Akuntansi 13, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Harahap, Sofyan syarif.2004. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Herdiningtyas, Winny, s.e. dan luciana spica almilia, s.e., m.si. 2005. Analisis rasio camel terhadap prediksi kondisi Bermasalah pada lembaga perbankan Perioda 2000 – 2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No. 2, Nopember Stie perbanasSurabaya.

http://www.academia.edu/4662332/SKRIPSI_CAMEL_KETIKAN_TGL_28-9-2013_DORA# (Januari: 204 – Oktober: 206). Yogyakarta. FE Universitas Islam Indonesia.

http://aisyahkevin.blogspot.com/2013/06/kebijakan-deviden_10.html

http://www.academia.edu/4662332/SKRIPSI_CAMEL_KETIKAN_TGL_28-9-2013_DORA#

Husnan, Suad. 2006. Manajemen Keuangan, Edisi Kelima. Yogyakarta : UPP STIM YKPN


(5)

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi 3. Yogyakarta: BPFE. Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada.

Kasmir, (2014). Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mamduh M Hanafi, Abdul Halim. 2007. Analisis laporan keuangan. Yogjakarta : STIM YKPN

Marbun, Anderson, 2006, Peranan Pengendalian Internal Dalam Menunjang Efektivitas Sistem Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus pada Koperasi Simpan Pinjam Artha Jaya Sentosa), Skripsi: Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama, Bandung

Maulana, Ahmad. 2009. Skripsi: “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas terhadap Return saham pada Perusahaan

Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia”. Bandar Lampung: Darmajaya.

Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani, 2007. Evaluasi pengaruh camel Terhadap kinerja perusahaan. Buletin Studi Ekonomi Volume 12 Nomor 1. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Denpasar.

Munawir, S. 2004. Analisis Laporan Keuangan edisi keempat. Yogyakarta: Liberty.

Prastowo, Dwi. 2002. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: YKPN.

Priono, tesdi. 2007. Analisis Pengaruh Rasio-rasio keuangan, pertumbuhan asset dan ukuran perusahaan terhadap Dividen per Share. Semarang : tesis Undip (telah dipublikasikan)

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.

Rosyadi, Imron, 2002. Keterkaitan Kinerja Keuangan Dengan Harga Saham (Studi Pada 25 Emiten 4 Rasio Keuangan di BEJ).Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol, 1, No. 1, April, 24-48.


(6)

Sartono, Agus. 2008. Manajemen keuangan teori dan Aplikasi. Yogyakarta : BPFE Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis Jilid II. Jakarta: Salemba Empat.

Sudarto, Hindrata Gunawan dan Muhammad Havid.2003. Faktor-faktor Fundamental dan Teknikal serta Hubungannya dengan Harga Saham pada Perusahaan Rokok, Makanan, dan Minuman di BEJ. Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi,Vol. 5, No. 2, September; 197-210.

Sugiyono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sugiyono.2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alphabet. Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis, Alfabela, Bandung.

Sukirno, Sadono. 2000. Makro EkonomiModern perkembangan pemikiran klasik hingga Keynesian baru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi, Ekonisia. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Tarmidzi Achmad, dan Wilyanto Kartiko Kusumo, 2010, Analisis Rasio-rasio Keuangan Sebagai Indikator Dalam Memprediksi Kebangkrutan Perbankan di Indonesia, Media Ekonomi dan Bisnis, Vol. XV 1 -Juni – 2003 FE-UNDIP, Semarang.

Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal dan Fery N. Idroes. 2007. Bank and Financial Instiution Mangement. Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada. White, Sondhi dan Fried. 2000. The Analysis and Use of Financial Statements 3rd

Edition. New York: Wiley.

Yuda Mahendra Asmara. (201). Fenomena Industri Perbankan.

htp:/qusuth.wordpres.com/201/09/21/fenomena-industri-perbankan/ (diakses tangal 9 April 2014).www.idx.co.id

www.bi.go.id www.ksei.co.id www.sahamok.co.id


Dokumen yang terkait

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas PT Bank Mega Syariah

1 15 95

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

Pengaruh Loan Deposit Ratio, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratioterhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

1 17 88

Pengaruh Loan Deposit Ratio, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratioterhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 11

Pengaruh Loan Deposit Ratio, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratioterhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 2

Pengaruh Loan Deposit Ratio, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratioterhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 9

Pengaruh Loan Deposit Ratio, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratioterhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 24

Pengaruh Loan Deposit Ratio, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratioterhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 5

Pengaruh Loan Deposit Ratio, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratioterhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 7

Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Non Performing Loan, Operational Cost Ratio, Net Interest Margin dan Return On Assets Perusahaan Perbankan

0 0 13