KOMUNIKASI PADA ORGANISASI PECINTA ALAM DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI ANGGOTA BARU (Studi Pada Pecinta Alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung)

(1)

ABSTRAK

KOMUNIKASI PADA ORGANISASI PECINTA ALAM DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI ANGGOTA BARU

(Studi Pada Pecinta Alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung) Oleh:

Jesrian Purnama

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum yang ditetapkan, menyebutkan perihal pedoman ekstrakurikuler di sekolah. Hal ini menjelaskan bahwa Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar dan dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Hal tersebut erat kaitannya dengan pembentukan konsep diri siswa-siswi yang mengikuti ekstrakurikuler. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses komunikasi dalam membentuk konsep diri anggota baru pada pecinta alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan memakai teori model interaksional. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Data tersebut diolah dengan teknik analisa data kualitatif melalui metode reduksi data, penyajian dan kemudian menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua bentuk komunikasi yang dilakukan oleh anggota pengurus kepada anggota baru Pasmala dalam membentuk konsep diri anggota baru yaitu komunikasi antar pibadi dan komunikasi kelompok, namun lebih banyak dilakukan komunikasi antar pribadi. Kegiatan pembentukan konsep diri dilakukan dengan pemberian materi ruang dan lapangan yang disampaikan oleh tutor yang telah dibentuk. Terdapat ciri-ciri konsep diri yang terlihat pada anggota baru yaitu terbentuknya rasa tanggung jawab, kepemimpinan dan kepercayaan diri yang mengarah pada konsep diri positif. Dengan demikian dapat diartikan bentuk komunikasi antar pribadi dan kelompok yang dilakukan berkontribusi pada pembentukan konsep diri positif anggota baru. Peran komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok dalam membentuk konsep diri anggota baru tersebut selalu mengacu pada model interaksional. Melalui model ini, anggota pengurus dan anggota baru Pasmala selalu menjaga keseimbangan dari subsistem yang ada, sehingga akan membentuk suatu kerjasama yang baik dan pada akhirnya akan terus membantu pembentukan konsep diri yang semakin positif. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu proses pembentukan konsep diri menggunakan komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok yang efektif dalam membentuk kedekatan emosional dan menyampaikan pesan, sehingga terbentuk konsep diri positif sesuai dengan yang diharapkan.


(2)

ABSTRACT

COMMUNICATION ON PECINTA ALAM ORGANIZATION IN FORMING NEW MEMBER’S SELF CONCEPT

(Study in SMA Negeri 9 Bandar Lampung’s Pecinta Alam Organization) By:

Jesrian Purnama

Regulation of the Minister of Education and Culture of the Republic of Indonesia Number 81A Year 2013 on the implementation of a set curriculum, mentioning about extracurricular guidelines in school. It is explained that extracurricular is educational activity that are carried out by students outside lesson hours and is done under school’s guidance with the aim to develop the personality, talent, interest, and ability of learner. It is closely related to the forming of self-concept on students who follow extracurricular. The purpose of this study is to identify and describe the process of communication in shaping the self-concept of new members in SMAN 9 Bandar Lampung’s pecinta alam organization. This study used qualitative methods and interactional model theory. Data collection techniques in this research with in-depth interviews, observations and documentation. The data is processed by technical analysis of qualitative data through method of data reduction, presentation and then draw conclusions. Results of data collection, there are two patterns of communication made by board members to the new members in the building of self-concept Pasmala two new members of interpersonal communication and group communication. In this case the most dominant is interpersonal communication. Activities carried out with the formation of self-concept space and field giving the material delivered by tutors who have been established. There are the characteristics of a positive self-concept that looks at new members, formed a sense of responsibility , leadership and confidence that leads to a positive self-concept . Thus it can be interpreted a form of communication between individuals and groups that do contribute to the formation of a positive self-concept of new members. The role of interpersonal communication and group communication in the form of self-concept of the new members are always referring to the theory of interactional model. Through this theory, board members and new members Pasmala always maintain the balance of the existing subsystem, so that it will establish a good cooperation and ultimately will continue to assist the formation of more positive self-concept. The conclusion of this research is the process of forming the self-concept use of interpersonal communication and effective group communication in the form of emotional closeness and convey a message, forming a positive self-concept as expected.


(3)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir ……… 32 Gambar 2 Lambang Organisasi Pasmala ……… 46 Gambar 3 Struktur Organisasi Pasmala ……….………. 47


(4)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya ... 7

B. Tinjauan Tentang Konsep Diri ... 9

1. Aspek-aspek Dalam Konsep Diri ... 10

2. Jenis-jenis Konsep Diri ... 11

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 13

C. Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 15

1. Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 18

2. Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi ... 19

3. Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi ... 22

D. Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok Kecil ... 23

E. Tinjauan Tentang Ekstrakurikuler Pecinta Alam ... 24

F. Landasan Teori ... 28

1. Model Interaksional ... 28

G. Kerangka Pikir ... 29

F. Bagan Kerangka Pikir ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 33

B. Definisi Konsep ... 33

C. Fokus Penelitian ... 35

D. Penentuan Informan ... 35

E. Sumber Data ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 49


(5)

iii BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Organisasi Ekdtrakurikuler Pasmala ... 44

1. Lokasi dan Sejarah Terbentuknya Organisasi Pasmala ... 44

2. Lambang Organisasi ... 45

3. Struktur Organisasi Ekstrakurikuler Pasmala ... 47

4. Visi dan Misi Organisasi Ekstrakurikuler Pasmala ... 47

B. Keanggotaan Organisasi Ekdtrakurikuler Pasmala ... 48

1. Anggota Pengurus Pasmala... 48

2. Anggota Baru Pasmala ... 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

1. Identitas Informan ... 50

2. Profil Informan... 52

3. Aktifitas Komunikasi Dalam Membentuk Konsep Diri Anggota Baru.. ... 54

4. Konsep Diri Yang Terbentuk Pada Anggota Baru.. ... 74

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 82

1. Aktifitas Komunikasi Dalam Membentuk Konsep Diri Anggota Baru.. ... 82

2. Konsep Diri Yang Terbentuk Pada Anggota Baru.. ... 96

3. Aktifitas Komunikasi Pada Kegiatan Pembentukan Konsep Diri Anggota Baru Pasmala Dalam Perspektif Model Interaksional.. ... 105

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 110

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... viii LAMPIRAN


(6)

(7)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tinjauan Terdahulu ... 7

Tabel 2 Tinjauan Terdahulu ... 8

Tabel 3 Data informan anggota pengurus Pasmala... 52

Tabel 4 Data informan anggota baru Pasmala ... 51

Tabel 5 Jawaban tentang proses komunikasi antar pribadi yang terbentuk dalam pembentukan konsep diri ... 56

Tabel 6 Hasil pertanyaan tentang kapan dan diamana dilakukannya pembentukan pribadi dan karakter anggota baru Pasmala ... 58

Tabel 7 Hasil pertanyaan tentang intensitas anggota baru dalam dalam mengikuti proses pembentukan pribadi dan karakter angota baru ... 60

Tabel 8 Hasil pertanyaan tentang apa saja dan bagaimana pesan yang disampaikan ... 61

Tabel 9 Hasil pertanyaan tentang feedback yang ditunjukkan anggota baru ... 65

Tabel 10 Jawaban tentang tanggapan anggota baru mengenai komunikasi antar pribadi ... 66

Tabel 11 Jawaban tentang proses komunikasi kelompok yang terbentuk dalam pembentukan konsep diri ... 68

Tabel 12 Hasil pertanyaan tentang apa saja dan bagaimana pesan yang disampaikan ... 70


(8)

vi

Tabel 14 Hasil pertanyaan tentang kesesuaian konsep diri yang

terbentuk pada anggota baru ... 77 Tabel 15 Hasil pertanyaan tentang apa yang didapatkan oleh

anggota baru setelah mengikuti proses pembentukan pribadi

dan karakter ... 78 Tabel 16 Hasil pertanyaan tentang apakah yang ditunjukkan oleh

anggota baru dalam hal mengepresikan pribadi

dan karakter yang positif ... 79 Tabel 17 Hasil pertanyaan tentang apa yang dilakukan anggota

pengurus jika ada anggotanya yang melanggar

peraturan ... 81 Tabel 18 Konsep diri yang terlihat pada anggota baru Pasmala ... 102


(9)

MOTTO

Do not wait,

the time will never be “just right.”

Start where you stand, and work with

whatever tools you may have at your

command, and better tools will be found as

you go along

. (

Napoleon Hill

)

Get busy living, or get busy

dying.”


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 16 November 1990. Penulis merupakan putra pertama dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan Hi. Johan S,P.dan Hj.Siti Soleha. Latar belakang pendidikan yang telah dijalankan penulis yaitu menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Amarta Tani HKTI Bandar Lampung pada tahun 1997, melanjutkan pendidikan di SD Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2003. Penulis lalu melanjutkan jenjang pendidikan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung yang penulis selesaikan pada tahun 2006. Kemudian penulis menyelesaikan sekolah menengah atas pada tahun 2009 di SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur reguler.

Penulis juga aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung periode 2010-2011 sebagai anggota bidang penelitian dan pengembangan dan diteruskan pada periode kepengurusan 2011-2012 sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung.


(11)

(12)

(13)

(14)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim..

Alhamdulillahhirobbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkah dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Komunikasi Pada Organisasi Pecinta Alam Dalam Membentuk Konsep Diri Anggota Baru (Studi pada Pecinta Alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tak luput dari kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan yang lebih baik lagi nantinya. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat dikemudian hari.

Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, tanpa adanya bantuan, dukungan, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(15)

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi, untuk segala perhatian, keramahan, kesabaran serta keiklasannya mendidik dan membantu mahasiswa selama ini.

3. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., Mcomm. Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Ibu Hestin Oktianti, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing skripsi sekaligus Pembimbing Akademik yang telah meluangkan banyak waktu untuk sabar membimbing dan memberikan penulis banyak ilmu dan pengetahuan baru yang bermanfaat.

5. Bapak Drs. Sarwoko, M.Si selaku Dosen Pembahas skripsi penulis yang telah banyak membantu serta memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi penulis.

6. Seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung khususnya jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bermanfaat selama penulis menuntut ilmu di jurusan ini.

7. Seluruh staf administrasi dan karyawan FISIP Universitas Lampung, khususnya jurusan Ilmu Komunikasi.

8. Ayah dan Umi tercinta, Hi. Johan dan Hj. Siti Soleha. Beribu terima kasih tak cukup membalas semua keikhlasan dan pengorbanan yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, perhatian, semangat, dan doa yang tulus dalam membesarkanku selama ini dan memberikan berbagai pelajaran hidup. Maafkan anakmu yang mungkin selama ini belum banyak hal yang aku lakukan untuk bisa membuat Ayah dan Umi tersenyum bangga maupun bahagia. Maafkan anakmu


(16)

yang tidak bisa mengucapkan sayang secara lisan kepada Ayah dan Umi. Aku akan selalu berusaha untuk menjadi anak yang bisa membanggakan dan selalu membuat Ayah dan Umi tersenyum bahagia. Semoga Allah SWT memberikan balasan dan kebahagiaan yang luar biasa indah untuk Ayah dan Umi di dunia maupun akhirat nanti.

9. Adik-adikku tercinta, Rendi Wahyudi, Rio Aditiawan, Riska Innayah, yang selalu memberikan motivasi, kebersamaan serta perhatiannya. Terima kasih untuk pelajaran-pelajaran hidup yang telah diberikan. Semoga Allah SWT melimpahkan berkah-Nya untuk kita semua agar diberi limpahan rahmat, rezeki dan kebahagiaan.

10. Seseorang yang akan mendampingiku kelak, semoga selalu memberikan kebersamaan, cinta dan kasih sayang tulus dalam mendampingiku kelak.

11. Seluruh sahabat dan teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Lampung, khususnya teman-teman angkatan 2009, yang telah bersama-sama mengarungi masa perkuliahan dan menemani hingga akhir. Rekaman ini akan selalu terkenang sampai akhir dalam meraih cita cita. Sukses untuk kita semua!! 12. Keluarga besar HMJ Ilmu Komunikasi UNILA yang telah banyak sekali

memberi pengalaman berharga dan kekeluargaan yang sangat berarti. Kakak-kakak dan adik tingkat jurusan komunikasi, terima kasih telah mengisi memori yang tak terlupakan. Suskses untuk kita semua!!!!!

13. Seluruh anggota maupun pengurus Pasmala SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Terima kasih telah membantu proses pengerjaan skripsi ini. Semoga pertemanan kita selalu terjaga. Selalu eksis dan sukses untuk Pasmala. LESTARI!!!!


(17)

14. Seluruh teman-teman terdekat tercinta, mudah- mudahan kesuksesan menunggu kita.

15. Teman-teman KKN Kelurahan Gunung Kemala. Terima kasih telah menemani dalam masa-masa KKN yang sangat menyenangkan.

16. Semua teman-teman SD, SMP, SMA penulis. 17. Almamater tercinta.

18. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT selalu merekatkan kita dan memberikan kebaikan dalam hidup hingga akhir nanti, Amin.

Bandar Lampung, 18 September Penulis


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan bagian inti dari kehidupan manusia. Melalui proses komunikasi, seseorang berusaha untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Dari proses komunikasi tersebut tercipta upaya dalam mempengaruhi orang lain untuk ikut merasakan atau lebih jauh melakukan apa yang dikehendaki oleh si pembicara. Sedemikian pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia. Mulyana (2005:5) mengatakan bahwa orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain, bisa dipastikan akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi.

Berdasarkan keputusan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum yang ditetapkan, menyebutkan perihal pedoman ekstrakurikuler di sekolah. Hal ini menjelaskan bahwa Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan


(19)

2

untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum. Berdasarkan definisi tersebut, maka kegiatan di sekolah ataupun di luar sekolah yang terkait dengan tugas belajar suatu mata pelajaran bukanlah kegiatan ekstrakurikuler. Tujuan pelaksanaa kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan adalah:

a. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.

b. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.

Pada tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tersebut, penulis mengaitkan pembinaan pribadi dengan pembentukan konsep diri yang pada siswa yang mengikuti pelaksanaan ekstrakurikuler. Hal ini dikarenakan konsep diri sangat mempengaruhi suatu individu akan mengarah pada individu yang positif atau yang negatif dalam membentuk pribadi manusia yang seutuhnya. Kualitas siswa secara akademis dan nonakademis tidak hanya berpengaruh secara internal terhadap siswa yang bersangkutan, namun juga mempengaruhi persepsi positif pihak eksternal.

Saat ini ada berbagai macam organisasi ekstrakulikuler yang ada di sekolah menengah atas salah satunya yaitu organisasi siswa pecinta alam. Pencinta alam dalam istilah adalah sebuah organisasi yang mencintai alam, melestarikan lingkungan, meneliti lingkungan, menikmati lingkungan, belajar dari lingkungan, melakukan petualangan kealam bebas, organisasi yang punya anggota ulet, solid,


(20)

3

loyal, cerdas dalam berpikir, bereaksi dan sebagainya. (http://infowanapal.wordpress.com/2012/10/19/prolog-pecinta-alam diakses tanggal 22 September 2012)

Di Bandar Lampung organisasi ekstrakulrikuler pecinta alam terdapat di berbagai sekolah, namun dalam penelitian ini, peneliti memilih organisasi ekstrakurikuler di SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang bernamakan Pasmala. Pecinta Alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung atau Pasmala merupakan organisasi ekstra kulikuler yang berlokasi di SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang beralamatkan Jl. Panglima Polim No. 18 Bandar Lampung. Pecinta Alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung terdiri dari beberapa siswa-siswi SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang ingin menyalurkan hobi dan bakatnya pada kegiatan kegiatan kepencintaalaman.

Pasmala sampai saat ini masih menunjukkan eksistensinya khususnya dikalangan siswa pecinta alam di Bandar Lampung mengingat beberapa ekskul pecinta alam di sekolah lain khususnya Bandar Lampung sudah banyak yang mulai vacum. Kemudian SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang terakreditasi A dan bertaraf internasional menjadi alasan penulis melakukan penelitian di lokasi ini karena secara tidak langsung siswa-siswi di sekolah ini mempunyai kapasitas dan menunjang penelitian ini. Adapun beberapa eksistensi dan prestasi yang telah diraih Pasmala antara lain juara I LINKAR pada tahun 2007, juara II lintas alam daerah tahun 2008, juara panjat tebing antar SMA tahun 2009, dan berbagai penghargaan dalam kegiatan kepecintaalaman serta berbagai program kerja yang terselenggarakan baik didalam sekolah maupun di luar sekolah dan sebagainya. (berdasarkan prariset tanggal 10 September 2013 di sekretariat Pasmala)


(21)

4

Sejalan berdirinya organisasi ini pada beberapa tahun yang lalu, tidak hanya persepsi positif yang diterima oleh organisasi pecinta alam di kalangan sekolah menengah atas, namun ada pula persepsi negatif yang menerpa organisasi tersebut. Hal ini terutama dikaitkan dengan perilaku individu maupun kelompok yang sering mengabaikan norma-norma sekolah dalam pengekspresian pola pikir, ideologi maupun afeksifitas. Sehingga mulai pada saat itu, pengurus yang dibina oleh guru Pembina Pasmala mengatakan perlu adanya pembentukan pribadi dan karakter sejak dini yang perlu diberikan untuk anggota baru Pasmala.

Menurut guru pembina Pasmala yaitu Ibu Rotuah pada saat wawancara prariset pada tanggal 10 September 2013, pada saat beberapa tahun yang lalu tersebut sebenarnya norma-norma pada ekskul Pasmala tidaklah bertentangan dengan norma-norma yang ada di sekolah, namun hanya saja ada beberapa oknum yang menjadikan Pasmala sebagai alasan mengapa sering terjadinya pelanggaran peraturan yang dilakukan oleh anggota Pasmala seperti berkelahi di sekolah, tidak mengikuti mata pelajaran, gaya hidup yang tidak mencerminkan siswa sekolah, bahkan sampai ada yang bermasalah dengan pihak sekolah lain. Inilah yang menjadi titik tolak berkembangnya citra negatif pada ekskul Pasmala. Sehingga kebanyakan warga sekolah saat saat itu membentuk citra negatif dalam memandang Pasmala. Kemudian berdasarkan hasil wawancara pada siswa dan ekstrakurikuler lain Pasmala merupakan organisasi yang sangat berkompetensi, namun beberapa tahun yang lalu terkadang tercemari oleh beberapa oknum anggota yang membawa dampak yang negatif terhadap organisasi ekstrakurikuler Pasmala. Oleh karena itu, mulai dari beberapa periode kepengurusan yang lalu, mulai dilakukannya pembenahan dalam pembentukan pribadi dan karakter


(22)

5

anggota baru Pasmala. (Berdasarkan prariset pada tanggal 3 Oktober 2013 di SMA Negeri 9 Bandar Lampung).

Terkait dengan pembentukan pribadi dan karakter anggota baru, maka tidak lepas kaitannya dengan pembentukan konsep diri pada setiap anggota organisasi tersebut. Dalam situasi ini organisasi ekstrakurikuler merupakan sebuah kelompok rujukan dimana siswa memperlihatkan konsep diri yang terbentuk dari organisasi. Disini penulis ingin mengetahui bagaimana proses dan peran organisasi dalam membentuk konsep diri anggota baru yang positif. Dalam (Mulyana, 2005: 7) konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita ( feedback). Namun tidak semua orang mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita, ada yang paling berpengaruh yaitu orang yang paling dekat dengan diri kita. Mereka itulah yang disebut significant others (oranglain yang sangat penting).

Dari konsep diri yang dibangun oleh anggota pengurus Pasmala, penulis ingin mengetahui proses komunikasi anggota Pasmala dalam membentuk konsep diri anggota baru. Berhubungan dengan latar belakang tersebut, penulis membuat penelitian dengan judul, “Komunikasi Pada Organisasi Pecinta Alam Dalam Membentuk Konsep Diri Anggota Baru (Studi pada Pecinta Alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung).

Penelitian ini dianggap penting oleh penulis guna melihat bagaimana dan seberapa besar proses komunikasi sebuah ekstrakurikuler dalam membentuk konsep diri sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam merubah citra negatif di sekolah. Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang bagaimana


(23)

6

proses komunikasi yang diakukan oleh organisasi Pasmala dalam membentuk konsep diri yang positif pada anggota baru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu : “Bagaimanakah Proses Komunikasi di dalam Organisasi Pasmala dalam membentuk konsep diri anggota baru pada Pecinta Alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses komunikasi dalam membentuk konsep diri anggota baru pada pecinta alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu komunikasi dan diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran penulis dan bermanfaat bagi organisasi Pasmala dan organisasi ekstrakurikuler lainnya, khususnya sebagai metode dalam membentuk konsep diri anggota baru sebagaimana yang diharapkan oleh kurikulum yang ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya

Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. Penelitian terdahulu dalam tinjauan pustaka memudahkan penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis dari teori maupun konseptual. Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan bahan referensi yang menunjang penulis untuk melakukan penelitian terkait dengan peranan komunikasi antarpribadi. (Moleong, 2004:100)

Tabel 1. Tinjauan Terdahulu

1. Judul Komunikasi Anggota Organisasi Masyarakat (ORMAS) Islam Dalam Membentuk Konsep Diri

(Studi Deskriptif Jamaah Tariqah Naqsyabandi Sumenep) Penulis Achmad Maulana Ainul Yaqin

Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya Malang 2013

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembentukan konsep diri anggota Naqsyabandi dipengaruhi oleh


(25)

8

keberadaan organisasi dan empat sumber pokok pembentukan konsep diri, yaitu Other’s image of you, Social Comparison, Cultural Teachings dan Interpretation and Evaluations. Oleh karenanya anggota perlu memperhatikan pengaruh aspek tersebut dalam pembentukan konsep diri.

Keterkaitan Penelitian

Penelitian membahas bagaimana peran komunikasi dalam membentuk konsep diri melalui keberadaan organisasi masyarakat dan empat sumber pokok pembentukan konsep diri.

Perbedaan Penelitian

Penelitian ini membahas tentang seberapa besar efektifitas komunikasi dalam membentuk konsep diri anggota ormas Islam yang mengarah pada nuansa rohani sedangkan penelitian yang akan peneliti buat adalah bagaimana proses komunikasi dalam membentuk konsep diri siswa SMA sebagai anggota ekstrakurikuler pecinta alam.

https://www.academia.edu/login?cp=/attachments/32148788/download_file&cs= www, bulan januari 2014

Tabel 2. Tinjauan Terdahulu

2. Judul Peranan Komunikasi Antar Pribadi Dalam Meningkatkan Keahlian Dasar-dasar Fotografi (Studi Pada Calon Anggota ZOOM Unila)


(26)

9

Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung 2009 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses meningkatkan keahlian dasar dasar Fotografi Komunikasi Antar Pribadi sangat berperan penting dimana tutor dan senior selalu mendampingi pelatihan sehingga tercipta timbal balik atau feedback secara langsung.

Keterkaitan Penelitian

Penelitian membahas bagaimana proses komunikasi dalam membentuk keahlian dasar fotografi sebagai proses penyampaian pesan dan membentuk pemahaman objek sebagai proses belajar.

Perbedaan Penelitian

Penelitian ini membahas tentang peran komunikasi dalam membentuk keahlian dasar fotografi calon anggota organisasi yang sedangkan penelitian yang akan peneliti buat adalah bagaimana proses komunikasi dalam membentuk konsep diri siswa SMA sebagai anggota ekstrakurikuler pecinta alam.

(http://ejournal.unila.ac.id, Januari 2014)

B. Tinjauan Tentang Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan bisa diperoleh melalui informasi yang diberikan orang lain kepada kita (Mulyana, 2005: 7). Jalaluddin Rakhmat (2009: 99) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran dan penilaian diri kita, pandangan dan perasaan kita tentang diri kita semdiri. Konsep


(27)

10

diri yang paling dini umumnya dipengarui oleh keluarga, dan orang – orang dekat lainnya di sekitar kita.

1. Aspek-aspek Dalam Konsep Diri

Didalam konsep diri terdapat dua aspek diri (self) yaitu: a. Kesadaran diri

Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita (Jalaluddin,2009: 107). Terdapat empat kuadran pokok dalam Jendela Johari (Johari Window).

Daerah Terbuka (Open Self) berisi semuainformasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, dan sebagainya yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain. Besarnya daerah terbuka masing–masing orang tergantung pada rasa nyaman terhadap orang yang diajak berkomunikasi. Dan komunikasi bergantung pada sejauh mana kita membuka diri kepada orang lain dankepada diri kita sendri.

Daerah Buta (Blind Self) berisi informasi tentang diri kita yang diketahui orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Daerah buta tidak bisa dihilangkan, hanya bisa dikurangi.

Daerah Tertutup (Hidden Self) yaitu semua hal yang kita ketahui tentang diri sendiri dan orang lain, namun kita simpan hanya untuk kita sendiri.

Daerah Gelap (Unknown Self) merupakan bagian dari diri kita yang tidak diketahui oleh diri kita sendiri maupun orang lain. Hal ini berupa informasi tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang lupa dari perhatian. Untuk


(28)

11

mengetahui daerah ini diperlukan eksplorasi melalui interaksi yang terbuka, jujur, dan empati dengan menumbuhkan rasa saling percaya.

b. Pengungkapan diri (Self Disclosure)

Merupakan jenis komunikasi dimana kita mengungkapkan informasi tentang diri sendiri yang biasanya kita sembunyikan. Pengungkapan diri bisa berupa pernyataan –pernyataan tidak sengaja tentang diri kita seperti gerakan nonverbal yang tidak disadari, dan pengakuan secara sadar kepada oranglain. Dengan membuka diri, konsep diri lebih dekat pada kenyataan (Jalaluddin, 2009:107).

2. Jenis – jenis Konsep Diri

Dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif (Jalaluddin Rakhmat, 2009:104):

a. Konsep diri positif

Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggan yang besar tentang diri. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan-tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat di capai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penuaan. Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif:


(29)

12

2. Merasa setara dan menghargai orang lain

3. Menerima pujian dan mengepresikan diri tanpa rasa malu

4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat

5. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

b. Konsep diri negatif

Ada 2 tipe konsep diri negatif, yaitu:

1) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang di hargai dalam kehidupannya.

2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat. Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negativ:

1. Peka pada kritik. Orang ini tidak tahan dikritik. Jika dikritik ia mudah naik marah. Kritikan dianggapnya sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Oleh karena itu, dalam komunikasi, orang semacam ini sangat menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya meski hanya berdalil logika yang salah/keliru.


(30)

13

2. Responsif terhadap pujian. Ia sangat senang sekali dipuji, meski kadang-kadang berpura-pura anti pujian.

3. Hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela, dan meremehkan apapun dan siapapun. Apapun yang dilakukan orang lain yang tidak disenanginya dianggap salah. Dia sangat mahal sekali untuk mengaku kelebihan orang lain.

4. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain.

5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi . Ia enggan bersaing, karena merasa tidak akan mampu. (Jalaluddin Rakhmat, 2009:104)

3. Faktor- faktor yang Memengaruhi Konsep Diri

George Herbert Mead mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi. (Mulyana, 2005:10) Akan tetapi konsep diri yang terbentuk sejak usia dini dipengaruhi oleh significant other dan kelompok rujukan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri yaitu :

1. Orang lain (significant other)

Konsep diri seseorang terbentuk dari bagaimana penilaian orang terhadap dirinya dan bagaimana ia memandang dirinya sendiri. Pandangan ini bisa dilakukan dengan mencoba menempatkan diri pada posisi orang lain. Konsep diri sangat dipengaruhi oleh orang – orang yang berada disekitar kita. Akan tetapi, tidak semua orang lain bisa mempengaruhi dan membentuk konsep diri seseorang. Ada orang-orang yang paling mempengaruhi terbentuknya konsep diri seseorang. Adapun orang-orang ini disebut significant Others. Orang-orang ini akan


(31)

14

mendorong dan mengiring kita tindakan kita, mempengaruhi perilaku, pikiran dan membentuk pikiran kita. Mereka menyentuh kita secara emosional. Menurut George H.Mead bahwa significant others ini adalah orang-orang yang penting dalam kehidupan kita. Mereka ini adalah orang tua, saudara-saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Sedangkan Richard Dewey dan W.J Humber menamai orang – orang penting ini adalah affective others. Affective others ini adalah orang lain yang memiliki ikatan emosional dengan kita. Dari merekalah kita mendapat senyuman, pujian, penghargaan, semangat, motivasi dan lain sebagainya. Ketika kita beranjak dewasa, maka kita akan menghimpun segala bentuk penilaian yang diberikan orang lain terhadap kita. Penilaian-penilaian tersebut akan mempengaruhi bagaimana kita berperilaku.

2. Kelompok rujukan (reference group)

Dalam kehidupan sehari – hari , setiap orang akan melakukan interaksi sosial baik dengan kelompok maupun dengan organisasi. Orang-orang yang berada dalam kolompok atau organisasi ini disebut kelompok rujukan (reference group) yaitu orang – orang yang ikut membantu mengarahkan dan menilai diri kita. Adapun kelompok rujukan ini adalah orang-orang yang berada disekitar lingkungan kita misalnya guru, teman-teman, masyarakat dan lain sebagainya. Dengan adanya kelompok rujukan ini, orang akan meniru perilaku yang ada dalam kelompok rujukan. Jadi, bisa dikatakan kelompok rujukan juga ikut mengarahkan perilaku dan juga tindakan kita.

Menurut Joseph Devito (2007: 28) konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu:


(32)

15

1. Other's image of you yaitu orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita.

2. Social comparison yaitu perbandingan diri dengan orang lain sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang siapa kita dan seberapa efektif atau kompeten pada diri kita.

3. Cultural teachings yaitu meliputi orang tua, guru, media, dan budaya dalam menanamkan berbagai keyakinan, nilai-nilai, dan sikap tentang pembentukankonsep diri.

4. Interpretation and Evaluations yaitu melalui pengamatan, menafsirkan, dan mengevaluasi perilaku kita menggunakan keyakinan pada setiap individu.

C. Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka seperti yang dinyatakan oleh R. Wayne Pace (1979) bahwa ”interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting” (Cangara, 2007: 33). Adapula pendapat pakar lain yang menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan–pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik sekaligus.

Berdasarkan dari dua definisi diatas, dapat dikatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan–pesan antara dua


(33)

16

orang atau lebih (diutamakan secara tatap muka) dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik sekaligus, begitu pentingnya komunikasi antarpribadi dalam kehidupan karena setiap manusia membutuhkan dan senantiasa membuka dan menjalin komunikasi dengan hubungan sesamanya. Johnson (1981) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia (Supratiknya. 1995: 9).

Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan manusia pada orang lain, yaitu :

a. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.

b. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama.

c. Kesehatan mental kita juga sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significan figures) dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah, kita akan


(34)

17

menarik diri dan menghindar dari orang lain, maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alami pun tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau batin, bahkan mungkin juga penderitaan fisik. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih sekalipun.

Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam yakni Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication) (Cangara, 2007: 32).

a. Komunikasi Diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog dan wawancara. Menurut Lubis dan Moss, ciri-ciri komunikasi diadik adalah peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat dan peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2005: 79).

b. Komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lain (Cangara, 2007: 32). Komunikasi antarpribadi dapat dikatakan sebagai salah satu komunikasi yang penting karena dalam prosesnya diutamakan untuk bertatap muka atau secara langsung.


(35)

18

Hal ini sedikit banyaknya dapat mengurangi kesalahpahaman dalam memberi dan menerima pesan yang disampaikan. Bila dibandingkan dengan bentuk komunikasi yang lain, komunikasi antarpribadi dianggap paling berguna dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku.

1. Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Ada empat tujuan komunikasi antarpribadi yang dianggap penting, yaitu (Widjaja. 2000: 122):

a. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain

Salah satu cara untuk mengenal diri sendiri adalah melalui komunikasi

antarpribadi. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain, kita akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

b. Mengetahui Dunia Luar

Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki sekarang berasal dari interaksi antarpribadi. Melalui komunikasi antar pribadi kita sering membicarakan kembali hal-hal yang telah disajikan media massa.

c. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi Bermakna

Dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Banyak waktu yang kita gunakan dalam komunikasi antarpribadi bertujuan untuk menciptakan dan memelihara


(36)

19

hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan yang demikian membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

d. Mengubah Sikap dan Perilaku

Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya menggunakan sikap dan perilaku orang lain. Kita ingin seseorang memilih suatu cara tertentu, mencoba makanan baru dan sebagainya. Singkatnya, kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

2. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi, sebagai suatu bentuk perilaku, dapat berubah dari sangat efektif ke sangat tidak efektif. Dalam hal ini dibutuhkan pembelajaran tentang karakteristik dari efektifitas komunikasi antarpribadi. Sehingga akan didapatkan gambaran bagaimana dan faktor yang dapat membuat komunikasi menjadi efektif (Widjaja, 2000: 127).

Karakteristik efektifitas komunikasi antarpribadi tersebut dilihat dari dua perspektif, yakni (Devito, 2007: 259) :

1. Perspektif Humanistik

Perspektif ini menekankan keterbukaan, empati, perilaku, suportif dan kesamaan. Pada umumnya sifat-sifat ini akan membantu interaksi menjadi lebih berarti, jujur dan memuaskan. Beberapa sifat yang tercakup dalam perspektif humanistik yaitu :


(37)

20

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinterksi. Aspek yang kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran, maksudnya bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya

b. Empati

Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain. Dalam arti, bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain.

c. Perilaku Suportif atau Sifat Mendukung

Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik dan provisional bukan sangat yakin.

d. Sikap Positif

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dengan sedikitnya dua cara yaitu dengan menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.


(38)

21

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

2. Perspektif Pragmatis

Perspektif ini memusatkan pada perilaku spesifik yang harus digunakan oleh komunikator untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Model ini juga menawarkan lima kualitas efektivitas, yakni :

a. Kepercayaan Diri

Komunikator yang efektif selalu merasa nyaman bersama orang lain dan merasa nyaman dalam situasi komunikasi pada umumnya.

b. Kebersatuaan

Kebersatuan mengacu pada penggabungan antara pembicara dan pendengar atau tercipta rasa kebersamaan dan kesatuan. Komunikator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan perhatian. Kebersatuan menyatukan pembicara dan pendengar.

c. Manajemen Interaksi

Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorangpun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi.


(39)

22

d. Daya Ekspresi

Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorangpun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi.

e. Orientasi Kepada Orang Lain

Orientasi ini mengacu pada kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama perjumpaan antarpribadi. Orientasi ini mencakup pengomunikasian perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan lawan bicara.

3. Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi

Biasanya komunikasi antarpribadi diartikan sebagai bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang. Padahal, pada kenyataannya komunikasi antarpribadi juga dapat dilakukan oleh lebih dari dua orang. Hal ini menyebabkan kerancuan antara komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Ada ciri-ciri yang menunjukkan bahwa komunikasi berjalan secara antarpribadi, yaitu (Liliweri, 1991: 61) :

a. Jumlah orang yang terlibat sedikit berkisar dua hingga sepuluh orang.

b. Tingkat kedekatan fisik pada waktu berkomunikasi intim sangat pribadi.

c. Peran komunikasinya informal.

d. Penyesuaian pesan bersifat khusus yaitu pesan hanya diketahui oleh komunikator dan komunikan saja.


(40)

23

e. Tujuan dan maksud komunikasi tidak berstruktur tetapi sangat sosial. Hal ini karena sifatnya yang pribadi sehingga tujuan yang disampaikan hanya mengenai kepentingan komunikator kepada komunikan saja atau sebaliknya. Dari ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang cenderung memiliki arus pesan dan konteks komunikasi secara dua arah. Sehingga menyebabkan tingkat umpan balik yang terjadi akan semakin tinggi karena umpan balik tersebut bersifat segera.

D. Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok Kecil

Michael Burgoon (Wiryanto, 2005:52) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.

Sementara itu, kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu di antara mereka. Karakteristik kelompok kecil menurut DeVito (2011:303) sebagai berikut :

1. Pertama, kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan, jumahnya cukup kecil sehingga semua anggota bisa berkomunikasi dengan mudah sebagai pengirim maupun penerima.

2. Kedua, para anggota kelompok harus dihubungkan satu sama lain dengan beberapa cara.


(41)

24

3. Ketiga, di antara anggota kelompok harus ada beberapa tujuan yang sama. Hal ini tidak berarti bahwa semua anggota harus mempunyai tujuan yang persis sama untuk menjadi anggota kelompok.

4. Keempat, para anggota kelompok harus dihubungkan oleh beberapa aturan dan struktur yang terorganisasi. Pada strukturnya ketat maka kelompok akan berfungsi menurut prosedur tertentu di mana setiap komentar harus mengikuti aturan yang tertulis.

Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukan pesannya kepada benak atau pikiran kmunikan misalnya, kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat dan lain lain. Dalam situasi seperti ini logika berperan penting. Komunikan akan menilai logis tidaknya uraian komunikator. Cara kedua dari komunikasi kelompok kecil ialah prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear, melainkan sirkular, umpan balik secara verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika kita tidak mengerti dan dapat menyanggah bila tidak setuju dan lain sebagainya.

E. Tinjauan Tentang Organisai Ekstrakurikuler Pecinta Alam

Banyak sumber yang menerangkan tentang pengertian pecinta alam, salah satunya adalah orang atau kelompok yang melakukan pekerjaan mencintai, menikmati, menyelidiki, dan berpetualang dengan alam (Sarasehan Nasional Himapala ITENAS:1996).

Seorang pecinta alam senantiasa komitmen dengan pendiriannya untuk bertanggung jawab terhadap kelestarian alam semesta. Walaupun ia mencintai, menyelidiki dan berpetualang dengan alam, namun sejak awal masa pembentukan


(42)

25

kepripadian kaderisasi pecinta alam saat mengikuti pendidikan dasar yang menekankan prinsip-prinsip tentang bagaimana kita memandang alam dan lingkungan, dan bagaimana perilaku kita terhadap alam, dan bagaimana kita memanfaatkan alam dan lingkungan serta bagaimana kita menjaga dan melestarikannya. Dasar-dasar tersebut ditanamkan secara kokoh kepada kader pecinta alam dalam pergaulannya kepada alam itu sendiri.

Sesungguhnya dunia kepecintaalaman menyediakan sekian banyak aspek, yang mampu memberikan nilai positif bagi kesadaran diri khususnya serta kehidupan manusia pada umumnya. Kepecintaalaman merupakan sebuah system nilai dan juga merupakan jalan hidup, sementara kegiatannya bergumul dengan alam terbuka adalah satu dari sekian banyak bentuk ekspresi dirinya dalam mengapresiasikan alam dalam kehidupan. Menikamti alam, menyelidiki alam, mengembara di alam adalah bentuk dan media kegiatan tetapi sama sekali bukan tujuan itu sendiri, karena tujuannya adalah mencari bentuk dan hubungan esensial antara manusia sebagai khalifah, serta alam yang memberinya energy hidup. Asas kepecintaalaman adalah sebuah nilai, sementara kegiatan di alam terbuka sebagai ibadah ritual bagi seorang yang bergelut dengan alam.

Proses regenerasi merupakan sebuah bagian yang penting bagi sebuah organisasi begitu juga organisasi kepecintaalaman. Organisasi pecinta alam baik di kampus, sekolah maupun masyarakat senantiasa melakukan proses regenerasi yang biaanya disebut pendidikan dan latihan dasar (Diklatsar), kegiatan ini merupakan tahapan awal dari rangkaian proses pendidikan bagi anggota baru dan selalu mendapatkan porsi utama untu dilaksanakan.


(43)

26

Dalam keputusan pemerintah pada Pedoman Pembinaan Kelompok Pecinta Alam tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, kelompok atau organisasi pecinta alam merupakan komponen dari generasi muda yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang program kegiatan pelestarian alam dan lingkungan hidup.

Sebagai organisasi pendidikan yang menggunakan alam dan lingkungan sebagai medianya, maka dalam melakukan kegiatannya senantiasa melaksanakan kaedah dan aturan yang berlaku di alam. Rumusan-rumusan dibuat dalam mengembangkan kepecintaalaman kedepan, salah satunya dibuatlah kode etik pecinta alam di seluruh Indonesia yang mengikat setiap organisasi pecinta alam baik dikampus, sekolah, maupun di masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Memelihara alam sebagai mana mestinya 3. Mengabdi kepada bangsa dan tanah air 4. Menghormati tata kehidupan masyarakat 5. Mempererat tali persaudaraan

6. Berusaha saling membantu diantara sesama manusia dalam rangka mewujudkan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa

Pada mulanya pecinta alam ini adalah bagian dari kepanduan (Pramuka), karena salah satu tujuan dari kegiatan-kegiatan kepramukaan yang bersebtuhan dengan lingkungan adalah untuk membentuk kepedulian anggotanya terhadap lingkungan, agar kelestarian lingkungan tetap terpelihara, namun seiring dengan makin luas


(44)

27

nya kajian dan kegiatan kepecintaalaman maka organisasi ini berdiri sendiri terpisah dari kepanduan.

Setelah terpisah dari kepanduan maka lahirlah berbagai macam organisasi kepecintaalaman baik yang dibidani oleh akademisi kampus seperti Mapala UI, KMPA Ganesha ITB, Mahacita dan Jantera UPI, Wanala Unair, Siklus ITS, Brimpals UMP Palembang, dan lain-lain, maupun masyarakat, seperti WWF, Grend Peace, Wanadri yang merupakan Organisasi kepecintaalaman tertua I Indonesia, Kanopi, Plantagama, Walhi, Konus, Kelana, Pecinta alam Gappeta, dan lain-lain.

Sebagi gambaran organisasi kepecintaalaman KMPA Ganesha ITB merupakan organisasi kepecintaalaman murni milik ITB, organisasi ini dibentuk dengan tujuan untuk:

1. Menanamkan rasa cinta alam dan kesadaran lingkungan hidup kepada anggota dan masyarakat umumnya.

2. Aktif melakukan kegiatan pelestarian lingkungan hidup.

3. Mengembangkan keterampilan hidup di alam bebas untuk tujuan ilmiah. 4. Media pendidikan organisasi bagi anggotanya.

Dari tujuan-tujuan dibentuknya organisasi kepecintaalaman diturunkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan, seperti kajian-kajian tentang lingkungan hidup, pendidikan konservasi, sumber daya alam, program lingkungan bebas sampah, penanaman pohon, penjelajahan, eksplorasi, program pembersihan lingkungan, dan lain-lain.


(45)

28

UKL Fapet Unpad. Pecinta Alam (Sebuah Kajian). 2012.

(http://uklfapetunpad.wordpress.com/2012/07/21/pencinta-alam-sebuah-kajian/ diakses tanggal 19 april 2014)

F. Landasan Teori

1. Model Interaksional

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode interaksional yang merupakan komunikasi yang terjadi dua arah, yaitu komunikasi yang dilakukan bisa dari pengirim ke penerima pesan dan juga dari si penerima pesan kepada pengirim pesan. Dalam model komunikasi interaksional ini manusia cenderung dilihat lebih aktif dalam memberikan dan menerima respon dan dalam memberi dan menerima stimulus.

Menurut Wilbur Schramm (2007): “Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Karena didalamnya terdapat sebuah lingkaran yang saling terkait satu sama lain dan komunikasi selalu berlangsung. Dan sistem yang berjalan juga baku, dimana komunikasi selalu berjalan dua arah. Dari pengirim kepada penerima dan penerima kepada pengirim”. Disebutkan dalam komunikasi ini, bahwa mereka yang berkomunikasi menurut model interaksional merupakan orang- orang yang mengembangkan dirinya melalui adanya interaksi yang terus berlanjut dengan lingkungan sosialnya. Sesuai dengan nama model komunikasi ini yaitu interaksional, maka tidak salah jika dinyatakan bahwa komunikasi ini berlangsung sesuai dengan adanya interaksi yang dilakukan seseorang terhadap orang lain dimulai dengan orang- orang terdekatnya. (Deddy Mulyana, 2007:104)


(46)

29

Pada model ini terdapat elemen penting yaitu umpan balik (feedback). Umpan balik merupakan tanggapan terhadap pesan yang diterima oleh seseorang. Berbeda dengan komunikasi linier, bahwa di dalam komunikasi linier tanggapan yang diberikan oleh komunikan berupa respon tanpa seleksi dan interpretasi. Umpan balik merupakan bentuk adanya dialog antara komunikator dan komunikan.

Elemen lain yang juga menjadi hal penting dalam model interaksional adalah bidang pengalaman seseorang. Karena dalam berkomunikasi, adanya pengalaman serta budaya seseorang dapat menjadi penentu orang tersebut dalam berkomunikasi, menyampaikan pesan dan menanggapinya. Proses komunikasi interaksional merupakan proses yang menetapkan pesertanya berlaku aktif, tidak monolog namun berdialog. Dapat menjadi kesimpulan bahwa komunikasi aktif ini akan berkembang sesuai dengan interaksi manusia yang berbeda-beda. (Deddy Mulyana, 2007:106)

G. Kerangka Pikir

Selayaknya makhluk sosial, kita pasti membutuhkan komunikasi dengan orang lain, bisa dalam jumlah kecil ataupun jumlah banyak (kelompok). Komunikasi ini dilakukan untuk menjalin hubungan antar makhluk satu dengan yang lainnya. Menurut Thomas M Scheidel kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita dan mempengaruhi orang lain, merasa berpikir atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Jadi menurutnya tujuan utama kita berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi lingkungan fisik dan psikologis kita.


(47)

30

Berawal dari tujuan ekstra kulrikuler yang ditetapkan pada keputusan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 perihal implementasi kurikulum, Pecinta Alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung atau yang disebut Pasmala yang merupakan suatu organisasi siswa yang bergerak dibidang kepecintaalaman. Komunikasi antar pribadi berperan dalam setiap aktivitas atau kegiatan di Pasmala, terutama dalam pelaksanaan perekrutan dan pembentukan konsep diri anggota baru Pasmala. Semua kegiatan tersebut dilakukan secara tatap muka. Melalui komunikasi tatap muka atau komunikasi antar pribadi, pengurus dan anggota (komunikator) dapat melihat langsung feedback dari calon anggota (komunikan). Sehingga, apabila masih ada yang belum memahami tentang informasi yang diberikan, dapat segera disampaikan kembali informasi tersebut.

Kemudian setelah proses perekrutan, ada proses komunikasi yang digunakan oleh pengurus pasmala dalam membentuk konsep diri pada anggota baru, dalam hal ini menggunakan komunikasi antar pribadi dan kelompok kecil. Keefektifan dalam berkomunikasi dan membentuk konsep diri ditandai dengan pertemuan komunikasi yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses tersebut tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya dapat diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap pesan yang dipertukarkan. Intensitas pertemuan yang rutin juga mempengaruhi interaksi komunikasi karena pertemuan tersebut dapat membantu mendekatkan antar individu atau adanya kedekatan emosional. Semakin dekat individu yang satu dengan yang lain, maka akan mudah untuk membentuk kesamaan makna yang kemudian akan merubah pola perilaku individu tersebut.


(48)

31

Hasil yang ditunjukan selama perekrutan dan proses pembentukan konsep diri adalah bagaimana konsep diri anggota dapat terbentuk sesuai dengan apa yang diharapkan.


(49)

32

H. Bagan Kerangka Pikir

Gambar 1: Bagan Kerangka Pikir

Komunikator

Konsep Diri Anggota PASMALA SMAN9

Bandar Lampung

Komunikan Pengurus dan

Anggota Pasmala

Calon Anggota Baru Pasmala

KAP

Komunikasi Kelompok

Perekrutan Anggota Pembinaan Anggota

Teori Model Interaksional (Feedback, Bidang

Pengalaman)

Aspek-Aspek Konsep Diri:

Kesadaran Diri Pengungkapan


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Dengan metode deskriptif, kita menghimpun data, menyusun secara sistematis, faktual dan cermat. (Rakhmat, 1995: 22, 27)

Metode kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik (utuh), dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang almiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Moleong, 2004: 6)

Menurut Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Moleong, 2004: 4)

B. Definisi Konsep

Untuk menghindari penyimpangan dan memberi arah dalam menafsirkan konsep-konsep yang ada, maka dalam penelitian ini dirumuskan definisi konsep-konseptual


(51)

34

sebagai berikut:

1. Konsep Diri

Menurut peneliti konsep diri adalah gagasan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri yang bisa diperoleh melalui informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Faktor utama dalam terbentuknya konsep diri antara lain orang lain (significant others) dan kelompok rujukan (reference group). Konsep diri terdiri dari konsep diri positif dan konsep diri negativ.

2. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah interaksi antara dua orang atau sekelompok kecil individu baik secara verbal ataupun non verbal yang dilakukan secara langsung (tatap muka) atau menggunakan media perantara yang dapat dirasakan langsung efek timbal baliknya.

3. Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil merupakan komunikasi dalam kelompok yang relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu di antara mereka. DeVito (2011:303)

4. Organisasi Ekstrakurikuler Pecinta Alam

Organisasi Pecinta alam adalah orang atau kelompok yang melakukan pekerjaan mencintai, menikmati, menyelidiki, dan berpetualang dengan alam yang senantiasa komitmen dengan pendiriannya untuk bertanggung jawab terhadap kelestarian alam semesta. Dalam hal ini pecinta alam yang menjadi bahan penilitian merupakan pecinta alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung atau yang disebut dengan Pasmala.


(52)

35

5. Anggota Baru Pasmala

Anggota Baru Pasmala merupakan anggota yang baru telah resmi menjadi bagian dari organisasi Pasmala itu sendiri setelah dilakukannya penyematan anggota pada Orientasi Gabungan yang diadakan oleh SMAN 9 Bandar Lampung.

C. Fokus Penelitian

Pada penelitian ini penulis memfokuskan pada aktifitas komunikasi khususnya komunikasi antar pribadi yang terjadi selama proses perekrutan calon anggota dan proses komunikasi kelompok yang terbentuk dalam membangun konsep diri saat telah menjadi anggota baru Pasmala. Agar tidak meluas maka fokus pada penelitian ini antara lain yaitu:

1) Aktivitas komunikasi dalam membentuk konsep diri anggota baru.

2) Konsep diri yang terbentuk pada anggota baru yang meliputi kesadaran diri dan pengungkapan diri.

D. Penentuan Informan

Menurut Moleong (2005: 32), informan adalah orang yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, sehingga harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Seorang informan harus mempunyai pengalaman tentang latar penelitian tersebut, oleh sebab itu pada penelitian ini penulis memilih informan yang memiliki pengalaman langsung pada latar penelitian yaitu pengurus Pasmala yang menjadi tutor dan anggota baru Pasmala yang diberuikan materi langsung tentang pembentukan konsep diri. karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya. Untuk memperoleh informasi


(53)

36

yang diharapkan peneliti terlebih dahulu menentukan informan yang akan dimintai informasinya. Kriteria yang digunakan dalam menentukan informan dalam penelitian ini adalah harus memenuhi kriteria, yaitu:

1. Subjek merupakan pengurus dan anggota baru Pasmala yang telah aktif melakukan kegiatan perekrutan dan pembinaan anggota Pasmala.

2. Subjek aktif mengikuti kegiatan pra dan pasca orientasi gabungan Pasmala. 3. Bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Adapun jumlah dan kriteria informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengurus dan anggota Pasmala yang aktif dan menangani langsung kegiatan perekrutan dan pembinaan pada calon anggota baru Pasmala sebanyak tiga orang.

2. Anggota baru yang telah mengikuti proses perekrutan dan pembinaan sebagai anggota sebanyak tiga orang.

Apabila penulis merasa kekurangan dalam pengambilan data dari informan yang dimaksud, tidak menutup kemungkinan untuk menambah jumlah informan dalam penelitian ini.

E. Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.


(54)

37

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan cara menggali dan mengumpulkan informasi dari informan yang dianggap mengetahui segala permasalahan yang akan diteliti. Pada penelitian ini data primer digali dan dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan pengamatan observasi yang dilakukan langsung dilokasi penelitian yaitu di secretariat Pasmala dan lingkungan SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari studi literatur (buku, koran, majalah, artikel, dan lain-lain), dan internet. Pada penelitianini data sekunder yan diambil ole penulis diantaranya penelitian atau skripsi terdahulu dan buku-buku kajian yang diambil sesuai dengan kebutuhan informasi penulis yang telah dicantumkan pada daftar pustaka.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah proses tanya jawab antara peneliti dengan subjek penelitian atau informan dalam satu situasi sosial (Mukhtar, 2013:109). Proses pengumpulan data dengan mengajukan berbagai pertanyaan secara langsung dengan informan yang dianggap mengetahui secara rinci permasalahan penelitian berkaitan bagaimanakah peranan komunikasi antar pribadi dalam perekrutan calon anggota baru dengan subjek penelitian adalah Pengurus dan anggota Pasmala dan anggota baru Pasmala.


(55)

38

Pada penelitian ini wawancara mendalam dilakukan pada tanggal 26 sampai 28 Januari 2015 yang dilakukan di sekretariat Pasmala dan di lingkungan SMA Negerei 9 Bandar Lampung. Wawancara mendalam dilakukan oelh penulis kepada informan-informan yang bersangkutan yang telah ditetapkan pada bab IV. Durasi yan dilakukan dalam wawancara mendalam bersifat tentativ sesuai dengan terpenuhinya informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Adapun perihal tentang informasi dan apa saja pertanyaan wawancara akan dituliskan oleh penulis secara rinci pada bab V dengan cara menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yan telah dibuat terlebi daulu sesuai denan fokus penelitian pada penelitian ini.

2. Observasi

Menurut Jallaludin Rakhmat (1995:96) teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang penting dalam penelitian ilmiah. Observasi bukan hanya melihat dan mengamati. Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaa dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan empiris. Kegiatan yang akan diobservasi antara lain kegiatan yang berkenaan dengan pembentukan konsep diri seperi materi ruang dan lapangan. Pada penelitian ini observasi dilakukan pada tanggal 26 sampai 31 Januari 2015 yang dilakukan di secretariat Pasmala dan linkungan SMA Negeri 9 Bandar lampung dimana Informan melakukan materi ruang dan materi lapangan. Observasi dilakukan dengan melakukan catatan-catatan yang megarah pada pengamatan kegiatan ekstrakurikuler Pasmala khususnya dalam


(56)

39

pembentukan konsep diri anggota baru dimana akan dituliska secara rinci pada bab V.

3. Dokumentasi

Bahan dokumen foto yang diperoleh dari objek penelitian yang menggambarkan kegiatan komunikasi antar pribadi dalam proses perekrutan anggota baru dengan subjek penelitian adalah Pengurus dan anggota Pasmala baru Pasmala. Dokumentasi dilakukan bersamaan denan proses wawancara dan observasi yan penulis lakukan di secretariat Pasmala dan linkunan SMA Neeri 9 bandar lampung. Hasil dokumentasi disajikan ole penulis pada lampiran pada akhirpenelitian ini.

4. Studi kepustakaan (studi literatur)

Pengumpulan data dari berbagai literatur pendukung terkait dengan komunikasi antar pengurus dan calon anggota baru Pasmala dalam perekrutan anggota baru pada penelitian ini studi literatur yang digunakan antara lain yaitu penelitian terdaulu oleh Aryanti Widyaninrum dari Ilmu Komunikasi Universitas Lampung dan Achmad Maulana Ainul Yaqin dari Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya Malang. Selain itu studi literature yang penulis ambil adalah buku-buku kajian yang sesuai dengan kebutuhan informasi penelitian ini yang telah ditulis pada daftar pustaka.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan


(57)

40

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2005:248)

Proses analisis data kualitatif dilakukan dengan tahap sebagai berikut : 1. Reduksi Data

Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, mengabstrakkan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dimana setelah peneliti memperoleh data, harus lebih dulu dikaji kelayakannya dengan memilih data mana yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini. Penulis mulanya mengumpulkan banyak data dari hasil wawancara yang kemudian dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian.

2. Display (Penyajian Data)

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang disesuaikan dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti dalam menguasai data dan tidak terbenam dalam setumpuk data. Penyajian data yang dilakukan oleh penulis pada penelitian ini dibuat secara rinci dengan bentuk tabel pada sub-sub bab yang telah dibuat sesuai dengan tata cara penulisan karya ilmiah yang baik dan benar. Dalam tabel tersebut menggunakan kutipan langsung dari informan yang kemudian diberian penjelasan lanjutan. Penjelasan penjelasan tersebut dilanjutkan dengan hasil observasi yang telah penulis tuangkan pada bab V.


(58)

41

Kesimpulan selama penelitian berlangsung makna-makna yang muncul dari data yang di uji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya. Dari hasil penelitian dan pembaasan penelitian maka penulis menarik sebuah kesimpulan yang dituliskan pada bab VI.

H. Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya digunakan untuk menyanggah pernyataan bahwa penelitian kualitatif tidaklah ilmiah. Dengan adanya teknik pemeriksaan keabsahan data, maka jelas bahwa hasil penelitian benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi (dalam Moleong, 2007: 171).

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Ketekunan Pengamatan

Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka jalan penting lainnya adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan di lapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan beberapa kemampuan pancaindra namun juga menggunakan semua pancaindra termasuk pendengaran, penglihatan dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan di lapangan, maka derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula. Keabsahan data pada penelitian dilakukan oleh penulis dengan


(59)

42

mengunakan panca indera dan yang kemudian didokumentasikan dengan catatan serta dokumentasi.

2. Pengecekan Melalui Diskusi

Diskusi dengan berbagai kalangan yang memahami masalah penelitian akan memberi informasi yang berarti kepada peneliti, sekaligus sebagai upaya untuk menguji keabsahan hasil penelitian. Cara ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara dan atau hasil akhir untuk didiskusikan secara analitis. Diskusi bertujuan untuk mencari titik-titik kekeliruan interpretasi dengan klarifikasi penafsiran dari pihak lain. Moleong mengatakan bahwa diskusi dengan kalangan sejawat akan menghasilkan pandangan kritis terhadap hasil penelitian, membantu mengembangkan langkah berikutnya dan menghasilkan pandangan lain sebagai pembanding. Pada hal ini penulis mengajak seorang teman diskusi dalam mendampingi wawancara dan observasi yaitu Andrew S.B Gumay S.I,kom. sebagai pendamping diskusi dalam mengecek hasil catatan wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 26 sampai 31 Januari 2015. Hasil pengecekan melalui diskusi ini dapat dilihat di lampiran pada penelitian ini.

3. Triangulasi dengan metode

Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika di


(60)

43

interview. Tujuannya adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda. Pada penelitian ini triangulasi data dilakukan dengan membandingkan hasil wswancara dan observasi apakah sesuai atau tidak. Hasil wawancara dan observasi penulis bandingkan pada format hasil penelitian secara rinci pada bab V.


(61)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Organisasi Ekstrakurikuler Pasmala

1. Lokasi dan Sejarah Terbentuknya Organisasi Ekstrakurikuler Pasmala Pecinta Alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung atau Pasmala merupakan organisasi ekstra kulikuler yang berlokasi di SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang beralamatkan Jl. Panglima Polim No. 18 Bandar Lampung. Pecinta Alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung terdiri dari beberapa siswa-siswi SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang ingin menyalurkan hobi dan bakatnya pada kegiatan-kegiatan kepencintaalaman.

Pasmala didirikan dalam Mubes I Alumni Pecinta Alam SMAN 9 Bandar Lampung di Bandar Lampung pada tahhun 1991 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Pasmala didirikan berasaskan Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang dasar 1945 yang bersifat terbuka, kekeluargaan dan kemasyarakatan. Pasmala dibentuk karena ada beberapa gagasan siswa yang berpendapat perlunya dibentuk sebuah ekstrakurikuler dalam mengembangkan bakat dan karakter siswa khususnya dibidang kepecintaalaman. Seperti pada umunya, Pasmala dalam proses pembentukannya telah merumuskan Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Pada awalnya Pasmala didirikan oleh beberapa perintis berdirinya


(62)

45

ekstrakurikuler ini untuk tujuan yang dicantumkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yaitu sebagai berikut:

1) Mempererat dan membina tali silaturahmi kekeluargaan diantara Alumni Pecinta Alam SMAN 9 Bandar Lampung beserta keluarganya dan antara IKA PASMALA dengan almamaternya.

2) Membantu meningkatkan mutu, citra dan reputasi Almamater Pecinta Alam SMAN 9 Bandar Lampung dalam melaksanakan kegiatan kepecintaalaman.

3) Membina dan memelihara kerjasama dengan pemerintah, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

4) Mendorong para anggotanya untuk mengembangkan serta menerapkan ilmu dan keahlian guna dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi masyarakat, bangsa dan negara pada khususnya serta umat manusia pada umumnya.

Pada awal dibentuknya, organisasi ekstrakurikuler ini belum mendapatkan sekretariat yang tetap. Namun berjalannya waktu akhirnya saat ini Pasmala mendapatkan sekretariat tetap yang ada di kawasan aula SMA Negeri 9 Bandar Lampung. (AD/ART Pasmala SMA Negeri 9 Bandar Lampung, Januari 2015)

2. Lambang Organisasi

Lambang organisasi Pasmala adalah logo Pasmala dan terdapat tulisan organisasi Pasmala. Warna dasar lambang organisasi ini adalah orange dengan tulisan yang bertuliskan PASMALA.


(63)

46

Gambar 2: Lambang Organisasi Pasmala Sumber: AD/ART Pasmala Makna logo organisasi Pasmala sebagai berikut:

1) Tulisan PASMALA menunjukan Pasmala SMA Negeri 9 Bandar Lampung

2) Warna orange melambangkan bahwa Pasmala adalah organisasi yang cinta damai

3) Segi lima melambangkan Pasmala didirikan di SMA Negeri 5 Bandar lampiung (yang sekarang berubah menjadi SMA Negeri 9 Bandar Lampung)

4) Arah panah ke atas melambangkan Pasmala patuh kepada Tuhan YME 5) Puncak gunung melambangkan cita-cita Pasmala setinggi gunung 6) Burung melambangkan Pasmala bebas tapi tetap terikat dengan norma

norma

7) Huruf “N” melambangkan utara sebagai barometer dalam perjalanan

8) Jejak kaki melambangkan Pasmala dapat menjadi panutan organisasi lain 9) Tali tambang melambangkan bahwa Pasmala berasaskan atas


(1)

b. Misi

1. Menjalin dan mempererat rasa kekeluargaan yang harmonis antara sesama pecinta alam.

2. Menjadikan siswa yang berpikir luas terhadap lingkungan. 3. Berpartisipasi dalam kecintaan kita terhadap lingkungan.

4. Mengembangkan kemandirian dan eksistensi dalam ekstrakulikuler Sumber: AD ART Pasmala

B. Keanggotaan Organisasi Ekstrakurikuler Pasmala 1. Anggota Pengurus Pasmala

Anggota pengurus Pasmala merupakan anggota yang memiliki jabatan inti yang telah mengikuti proses pelantikan pengurus serta memiliki wewenang penuh dalam menjalankan organisasi ekstrakurikuler Pasmala. Anggota Pengurus Pasmala memiliki masa jabatan sekurang kurangnya satu tahun sebagaimana telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang telah ditetapkan sejak berdirinya organisasi Pasmala. dalam hal ini proses pembentukan konsep diri sepenuhnya dirumuskan oleh anggota Pasmala sendiri.

2. Anggota Baru Pasmala

Anggota baru Pasmala merupakan anggota yang sebelumnya menjadi calon anggota baru yang kemudian telah mengikuti proses perekrutan sampai pada pelantikan yang dilakukan tiap tahunnya. Anggota baru Pasmala dalam hal ini menjadi subjek dalam pembentukan konsep diri Pasmala. Anggota baru Pasmala akan mengikuti proses pembentukan konsep diri dalam jangka waktu satu tahun sampai kemudian mereka akan menjadi anggota pengurus Pasmala yang baru.


(2)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dengan informan yaitu tiga orang anggota pengurus Pasmala dan tiga orang anggota baru Pasmala, maka didapatkan simpulan dari komunikasi pada organisasi pecinta alam dalam membentuk konsep diri anggota barui adalah sebagai berikut :

1. Proses pembentukan konsep diri anggota baru Pasmala menggunakan bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok yang persuasif. Kedua bentuk komunikasi ini digunakan dalam menanamkan nilai-nilai kode etik yang berperan dalam pembentukan konsep diri anggota baru.

2. Konsep diri yang terbentuk pada anggota baru mengarah pada konsep diri positif yang ditandai dengan ciri-ciri angggota baru yaitu yakin akan kemampuannya dalam merubah diri dan mengatasi masalah, menerima pujian dan mengepresikan diri tanpa rasa malu, mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya, merasa setara dan menghargai orang lain, dan menyadari bahwa setiap orang mempunyai


(3)

berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh sebagian orang.

3. Peran komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok dalam membentuk konsep diri anggota baru tersebut selalu mengacu pada model interaksional. Melalui model ini, anggota pengurus dan anggota baru Pasmala diharapkan untuk selalu menjaga keseimbangan dari subsistem yang ada, sehingga akan membentuk suatu kerjasama yang baik dan pada akhirnya akan terus membantu pembentukan konsep diri yang semakin positif.

B. Saran

Saran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kepada anggota pengurus Pasmala selanjutnya sebagai penggerak pembentukan konsep diri anggota baru ataupun pembimbing Pasmala diharapkan dapat terus menciptakan suasana yang lebih akrab namun tetap serius agar lebih nyaman dalam melakukan aktivitas komunikasi antar pribadi dan kelompok, sehingga anggota baru akan merasa nyaman untuk selalu berinteraksi secara personal mengenai pembentukan konsep diri.

2. Kepada seluruh anggota organisasi ekstrakurikuler agar terus meningkatkan daya tarik organisasi guna mendapatkan regenerasi anggota baru yang lebih banyak lagi mengingat menurut penulis pengkaderan anggota baru tiap tahunnya masih kurang dalam segi kuantitas.


(4)

112

3. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang terkait tentang komunikasi dalam pembentukan konsep diri, diharapkan untuk dapat lebih memperluas lagi pembahsan-pembahasan tentang komunikasi dalam membentuk konsep diri. Mengingat saat ini pembentukan konsep diri pada usia dini sangatlah penting guna menciptakan pribadi bangsa yang terus lebih baik.


(5)

viii

Cahyana, Yan Yan & Bagong Suyanto. 1996. Kajian Komunikasi dan Seluk Beluknya. Surabaya : Airlangga University Press.

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo. Persada: Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori Dan Praktek. Bandung : Remaja. Rosdakarya

Joseph Devito. 2007. The Interpersonal Book. Pearson. Education United States of America.

Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung. Citra Aditya Bakti LittleJhon. 1999. Theories of Human Communication. United States of America: Wadsworth. Publishing Company.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Rakhmat, Jalaludin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Redi, Panuju. 2001. Komunikasi Organisasi (Dari Konseptual-Teoritis ke Empirik). Pustaka Pelajar:Yogyakarta

Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Ghalia Indonesia. Bogor. West, Richard. Lynn H.Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi I Edisi 3.

Salemba Humanika : Jakarta.

Sumber Lain :

http://infowanapal.wordpress.com/2012/10/19/prolog-pecinta-alam/ diakses tanggal 22 September 2012

https://www.academia.edu/login?cp=/attachments/32148788/download_file&cs= www


(6)

ix

UKL Fapet Unpad. Pecinta Alam (Sebuah Kajian). 2012.

(http://uklfapetunpad.wordpress.com/2012/07/21/pencinta-alam-sebuah-kajian/ diakses tanggal 19 april 2014)

Izza rizza. 2012. Budaya dan Pembentukan Konsep Diri.

www.izzamuanies.blogspot.com. Selasa 20 November 2012. Diakses 25 Januari 2015


Dokumen yang terkait

Bagan Organisasi Komunitas Pecinta Alam

0 5 2

KESIAPSIAGAAN ANGGOTA PECINTA ALAM DALAM MITIGASI BENCANA GEMPABUMI DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA Kesiapsiagaan Anggota Pecinta Alam Dalam Mitigasi Bencana Gempabumi Di SMK Negeri 2 Surakarta.

0 4 15

KESIAPSIAGAAN ANGGOTA PECINTA ALAM DALAM MITIGASI BENCANA GEMPABUMI Kesiapsiagaan Anggota Pecinta Alam Dalam Mitigasi Bencana Gempabumi Di SMK Negeri 2 Surakarta.

0 6 15

TINGKAT PENGETAHUAN ANGGOTA PECINTA ALAM DALAM MITIGASI BENCANA GEMPABUMI DI SMA NEGERI 1 KARTASURA SUKOHARJO Tingklat Pengetahuan Anggota Pecinta Alam Dalam Mitigasi Bencana Gempabumi Di SMA Negeri 1 Kartasura Sukoharjo.

0 2 13

TINGKAT PENGETAHUAN ANGGOTA PECINTA ALAM DALAM MITIGASI BENCANA GEMPABUMI DI SMA NEGERI 1 KARTASURA SUKOHARJO Tingklat Pengetahuan Anggota Pecinta Alam Dalam Mitigasi Bencana Gempabumi Di SMA Negeri 1 Kartasura Sukoharjo.

0 1 13

TINGKAT PENGETAHUAN ANGGOTA PECINTA ALAM DALAM MITIGASI BENCANA GEMPABUMI DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA Tingkat Pengetahuan Anggota Pecinta Alam Dalam Mitigasi Bencana Gempabumi Di Smk Negeri 2 Surakarta.

0 1 15

Peranan organisasi pecinta alam dalam meningkatkan kesadaran lingkungan hidup di kampus: studi kasus terhadap organisasi pecinta alam upi bandung.

3 11 38

Konsep diri pada anggota Mapasadha (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma).

0 10 128

perjalanan organisasi pecinta alam doc

0 0 1

Konsep diri pada anggota Mapasadha (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma) - USD Repository

0 0 126