Konsep diri pada anggota Mapasadha (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma).

(1)

viii ABSTRAK

KONSEP DIRI PADA ANGGOTA MAPASADHA (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma)

Lasro Bonaventura Situmorang Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang konsep diri pada anggota Mapasadha. Menurut Fitts, konsep diri sebagai kesadaran Individu tentang citra dirinya. Konsep diri terdiri dari beberapa dimensi yang saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu : Identitas diri, kepuasan, tingkah laku, diri fisik, diri pribadi, diri keluarga dan diri sosial.

Subjek penelitian ini adalah anggota Mapasadha yang tinggal di Yogyakarta, berusia 20-30 tahun. Sampel yang digunakan yaitu dengan teknik purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 54 subjek.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan menggunakan skala konsep diri yang disusun oleh peneliti sendiri yang telah diujicobakan terlebih dahulu sehingga validitas dan reliabilitas data dapat dipertanggungjawabkan. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan rix > 0, 300 dan koefisien reliabilitas skala konsep diri sebesar 0,895. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan konsep diri pada anggota Mapasadha yaitu berupa statistik deskriptif persentase.

Pada aspek konsep diri, aspek konsep diri tentang identitas diri memiliki mean tertinggi (19.8), pada urutan ke dua yaitu aspek kepuasan (19) dan pada urutan ketiga yaitu aspek tingkah laku (18.9). Pada urutan ke empat adalah aspek diri sosial (18.7) dan diikuti aspek diri keluarga (18.42). Pada urutan ke enam dan ke tujuh, aspek diri fisik dan dan diri pribadi memiliki mean yang sama yaitu sebesar 18, 09.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Anggota Mapasadha memiliki konsep diri yang positif, hasil penelitian membuktikan bahwa mean empirik (131.092) lebih besar daripada mean teoritik (105).


(2)

ix

ABSTRACT

The Self Concept of Mapasadha Members Lasro Bonaventura Situmorang

Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research aim to learn about self concept of Mapasadha members. According to Fitts, self concept is an individual awareness of their self image. Self concept is consist of several dimensions that related each other, those are: self identity, satisfaction, behavior, self physical, self personal, self family and self social.

The subject of this research is member of Mapasadha who live in Yogyakarta, with 20 to 30 years old range of age. The sampling technique being used is purposive sampling, and the total of the sample for this research are 54 people.

This research is mainly use self concept scale method which has been arrange and tested by the researcher so that the data result is reliable. The indicators for discrimination level in this research used rix > 0.300 and reliability coefficient of self concept scale is 0.895. Descriptive analysis technique is used to show the self concept of Mapasadha members in the form of descriptive statistic percentage

In the self concept, the self identity aspect reach the highest value of mean at 19,8. Second position is the satisfaction at 19. Then third position is the self behavior at 18,9. Forth position is the self social at 18,7, followed by the self family at 18,42. In the sixth and seventh position, the aspect of self physical and self personal have the same mean at the point of 18,09.

The research results indicated that, in general, the member of Mapasadha have a positive self concept. The result show that the empiric mean reaches (131,092) which is higher than theoretical mean (105).


(3)

i SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Lasro Bonaventura Situmorang Nim : 019114166

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009


(4)

(5)

(6)

iv

There is a pleasure in the pathless woods

there is a rapture on the lonely shore;

There is society, where none intrudes,

By the deep blue sea and music in it's roar;

I love not man the less, but nature more...

(Lord Byron)


(7)

v

(Paulo Coelho, the Alchemist)

AKU TAHU SEMUA SUDAH TERLAMBAT. TETAPI INI

PERLU DILAKUKAN : SEKARANG SEBELUM AKU

BERANGKAT UNTUK MENYANYI ATAU UNTUK

MATI :

SEKARANG KU MULAI!!!


(8)

vi

(Alm) Mama Heddy Henrika Br. Simarmata.

I LOVE YOU MOM…

See you when I see you…

I wrote this novel just for mom…

for all the mommy things she’s done,

for all the time she showed me wrong,

for all the time she sang God’s song…

And I said :

Thank you mom…

Hello Mom…

Thank you Mom…

Hi Mom…

(Placebo)

Ayahanda T. Situmorang yang telah memberikan banyak pelajaran

berharga dalam hidup ini. Buat Bapa yang telah memberikan sebuah

kepercayaan dan mengajariku bagaimana menggunakan kepercayaan itu

dengan baik. Maaf atas keterlambatan ini Bapa.

Abang Marulak Situmorang dan Kak Dhani. Terimakasih atas segala

perhatian, motivasi, kasih sayang, pelajaran dan dukungan moral dan

materi yang telah abang dan kakak berikan, terimalah ini sebagai

permintaan maaf-ku. Maaf atas keterlambatan ini.

Kak Marni, Bang Ambit dan Kak Anita, Kak Murni dan Lae Siboro,

Kak Betty dan Lae Siahaan, Kak Darma, Kak Santi, dan My Little Bro

‘Andra’. Tak ada yang bisa saya ucapkan selain beribu-ribu terimakasih.

Suatu saat aku pasti akan membalasnya.

Buat Joshua, Endah, Jonathan, Grace, Siska, Elise dan Amanda.

I love you all…


(9)

(10)

viii ABSTRAK

KONSEP DIRI PADA ANGGOTA MAPASADHA (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma)

Lasro Bonaventura Situmorang Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang konsep diri pada anggota Mapasadha. Menurut Fitts, konsep diri sebagai kesadaran Individu tentang citra dirinya. Konsep diri terdiri dari beberapa dimensi yang saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu : Identitas diri, kepuasan, tingkah laku, diri fisik, diri pribadi, diri keluarga dan diri sosial.

Subjek penelitian ini adalah anggota Mapasadha yang tinggal di Yogyakarta, berusia 20-30 tahun. Sampel yang digunakan yaitu dengan teknik purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 54 subjek.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan menggunakan skala konsep diri yang disusun oleh peneliti sendiri yang telah diujicobakan terlebih dahulu sehingga validitas dan reliabilitas data dapat dipertanggungjawabkan. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan rix > 0, 300 dan koefisien reliabilitas skala konsep diri sebesar 0,895. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan konsep diri pada anggota Mapasadha yaitu berupa statistik deskriptif persentase.

Pada aspek konsep diri, aspek konsep diri tentang identitas diri memiliki mean tertinggi (19.8), pada urutan ke dua yaitu aspek kepuasan (19) dan pada urutan ketiga yaitu aspek tingkah laku (18.9). Pada urutan ke empat adalah aspek diri sosial (18.7) dan diikuti aspek diri keluarga (18.42). Pada urutan ke enam dan ke tujuh, aspek diri fisik dan dan diri pribadi memiliki mean yang sama yaitu sebesar 18, 09.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Anggota Mapasadha memiliki konsep diri yang positif, hasil penelitian membuktikan bahwa mean empirik (131.092) lebih besar daripada mean teoritik (105).


(11)

ix

ABSTRACT

The Self Concept of Mapasadha Members Lasro Bonaventura Situmorang

Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research aim to learn about self concept of Mapasadha members. According to Fitts, self concept is an individual awareness of their self image. Self concept is consist of several dimensions that related each other, those are: self identity, satisfaction, behavior, self physical, self personal, self family and self social.

The subject of this research is member of Mapasadha who live in Yogyakarta, with 20 to 30 years old range of age. The sampling technique being used is purposive sampling, and the total of the sample for this research are 54 people.

This research is mainly use self concept scale method which has been arrange and tested by the researcher so that the data result is reliable. The indicators for discrimination level in this research used rix > 0.300 and reliability coefficient of self concept scale is 0.895. Descriptive analysis technique is used to show the self concept of Mapasadha members in the form of descriptive statistic percentage

In the self concept, the self identity aspect reach the highest value of mean at 19,8. Second position is the satisfaction at 19. Then third position is the self behavior at 18,9. Forth position is the self social at 18,7, followed by the self family at 18,42. In the sixth and seventh position, the aspect of self physical and self personal have the same mean at the point of 18,09.

The research results indicated that, in general, the member of Mapasadha have a positive self concept. The result show that the empiric mean reaches (131,092) which is higher than theoretical mean (105).


(12)

(13)

xi

KATA PENGANTAR

Sebuah rasa syukur dan terimakasihyang tak terhingga saya haturkan kepada Sang Keberadaan dan Kehidupan itu sendiri, atas segala anugerah dan pemberian-Nya, atas semua ”pelajaran” tentang hidup ini. Atas semua pelajaran dan bimbingan-Nya, akhirinya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “KONSEP DIRI PADA ANGGOTA MAPASADHA”, sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini tak akan bisa terwujud tanpa kehadiran dan dukungan orang-orang yang telah membantu penulis meraihnya. Maka pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen penguji. Terimakasih banyak untuk motivasi dan masukan untuk revisinya.

2. Bu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari. S. Psi., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen penguji. Terimakasih untuk semua motivasi dan dukungan yang Ibu berikan. Semoga lekas sembuh ya Bu...

3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M. si. yang telah meluangkan waktu dan pikiran dan membimbing skripsi ini. Terimakasih banyak Pak.


(14)

xii

4. Segenap dosen di Fakultas Psikologi yang sudah mau berbagi pengetahuan. Terimakasih juga untuk Pak Gie, Mas Gandung dan Mbak Nanik, Mas Muji dan Mas Doni.

5. Thanks for nothing… hehehe…Tris, Dimas, Ahok, Roy, leo ‘Shadu’… Dia adalah sahabatku, bahkan lebih…Sekarang kita setara!!!

6. Kaeksi Yuliatriastuti dan keluarga besar. Mathur nuwun sanget… Thanks buat Eksi, terimakasih atas dukungannya di saat aku jatuh, thanks untuk masa-masa yang indah... (...in good & bad times...)

7. Bapatua dan Mak Tua Si ringo-ringo… Mauliate Godang Pak Tua, Mauliate Godang Mak Tua… Seandainya bisa membalas. Semoga!!!

8. Punguan Pomparan Situmorang Si Pitu Ama Djogjakarta & Naposo Situmorang.

9. Bapatua dan Tante Tarutung dan keluarga besar, Keluarga besar Ibu pondok kelapa, Bu Le Teti dan keluarga besar, Bu Le Bedingin dan keluarga besar, Bu Le Nanik dan Dona.

10.Keluarga Incest : Ijo, Oi, Uyi, Aco sendiri dan Bibi Nopi… Keluarga kere, jorok, tapi musisi lho 

11.teman-teman psikologi angkatan ’01 : Nino, Awan, Yofi, Mbut (kapan aku nduwe keponakan? he), Tiwi (thanks buat masukannya) dan teman-teman yang masih dalam perjuangan : Angga, Dion, Silva, Jelly, Rini Tante, Aan, Sius, Jaja, Aris. You’ll never walk alone...


(15)

xiii

12.Vembry, Rani, Tista, dan Rika ‘01… thanks atas persahabatannya di awal semester…

13.Maria Retno Dwi Jayanti. Don’t come and go like you do… Yeah I need to know all about you…

14.Lim… yang udah ngajarin SPSS. Thanks a lot bro…

15.Aprilia Ariani… Thanks buat Abstract-nya, sharing, masukan, dll… kill ‘em all and njuk rabi… kwkwkwk…

16.INDONESIA JAYA!!!

17.DJOGJAKARTA!!! “Aku mencintaimu Djogjakarta, sebagaimana aku mencintai perjuangan hidup”

18.MAPASADHA… Dan selamanya jaya!!!

19.Bapak Anand Krishna dan teman-teman di Anand Khrisna Center (AKC) Jogjakarta… Be joyful and share your joy with others…

20.Ibu Joan, Mba Petra dan semua teman-teman di Sanggar Anak Cakrawala… Thanks buat kesempatannya… buat Feni (Lempung), thanks buat singgungan dan ejekannya yang membuat semangat penulis terpacu kembali.

21.Carissa Sudjono… 5 days such a fairytale… yesterday was yesterday, Isn’t it right??? Hahaha … Let’s moving forward!!!

22.Gita Rimba Angelina Nico Kelip. Inget Ta... udah UP (Usia Panik) hehehe... Semoga cepat lulus 

23.Bejer & Menusz... Wes tobat po jer?


(16)

xiv

25.Anak-anak Budhaya… Robby (Thanks a lot bro…), Martin, Yo, Dedi Tamara. 26.Cah-cah Pondok… Thanks a lot buat semuanya, sebuah persahabatan dan

kekeluargaan sejati!!!

27.Mbah Wungkal. Nuwun yo mbah atas ajakannya bertualang…

28.Mas Blorok (Saru tenan koe mas…), Sober (Si Bos), Pak Ndut (Saiki dadi pak kuru), hehehe… makasih pak atas segala kesempatan yang diberikan. Kapan OUT BOND meneh? He.

29.Gamet “smile or death” dan Galih “work hard… drink hard…” dumb and dumber… (Galih dan Rama) kwkwkwk…

30.Ngebi dan Congor… bali jauh dab… tapi koe wes nang bali… kwkwkwk, ngko tak susul… tenan po? Btw kapan nikah??? kwkwkwkw

31.Komboe & Vina… Mari berkarya Mboe…

32.Tomblok & Tessa. Urik tenan koe Mblok… Thanks a lot bro!!! 33.Plethot & Olive. Wani ora? Hehehe…

34.Benjoe & Adish… kapan nikah??? Sabar njoe, Hongkong jauh dab, kkwkwkwkwkw

35. ‘GA’ Gending Angkrem… kwkwkwkw

36.Pak Min ‘Menthok’, Pak Lencung, Mas Ledheng dan kos paingan atas… 37.(Alm) Ucup ‘Tilik’… I Hardly know ya!!! Selamat jalan kawan… 38.Tholo (kapan nyusul bro?), Sikil, Eno, Gembes… dan kos BBTnya 39.Pak Uwi Sianturi dan Kakak Lung, padahal satu nama… kwkwkwkw 40.Agung, Burit, Bono, Cacat ‘Bad Attitude’ … Mari berkarya bro!!!


(17)

xv

41.Mas Markus, Mas Eka, Mas Soel, Mas lakang, Mas Domble & Mbak Sruput, Pak koci, Mas Njendel, Mas Cawu, Bribil, Ngomple, Pecek, Belek, Sengkleh, Bange, Tubruk, Tumbung, Sempal, Trondol, Mbelek, Taji, Kuthuk, Tisil, Jember, Cucuk, Kepek, Mlanjer & Mrenges, Bribil, Ableh, Kabau, Kumprung, Jenggot, Ucrit, Dawung, Polo, Palkon, Su’uk, Cah-cah Tikus… Tempus (Autis), Cangus, Moci, Tiset, Muntu…Kobo ‘My Man’ & Bondes, Vembry, Tejo & Cethul, Danang, Domex, Sapi & Mbek… dan seluruh Mapasadha di seluruh dunia… Ada Seribu Matahari Bersinar…

42.Semua puncak-puncak keabadian-Nya, wounded knees, Sunset & Sunrise, semua hutan dan lembah, edelweis-edelweis, embun, hujan, badai dan batu cadasnya!!! (The freedom and simply beauty is just too good to pass up…) 43.Dropkick Murphys, Ramones, NOFX, Elvis Costello, Joan Baez , Tori Amos,

etc (…and I like my music like I like my life…)

44.Semua pihak dan hal-hal yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis. Thanks for all…

Kiranya Sang Keberadaan dan Kehidupan itu sendiri bermurah hati dan akan membalas berlipat ganda atas kehadiran dan setiap dukungan kepada penulis. Mari berkarya dengan ketulusan dan kesungguhan. Untuk INDONESIA JAYA!!!

Yogyakarta, Agustus 2009


(18)

xvi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI... xvi

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Diri... 10

1. Pengertian Konsep Diri... 10

2. Peran Konsep Diri pada Pembentukan Perilaku ... 12

3. Sumber-sumber Konsep Diri ... 13

4. Isi dan Aspek Konsep Diri... 15

5. Kriteria Konsep Diri Positif dan Kriteria Konsep Diri Negatif .. 18

B. Mapasadha ... 19

1. Mapala ... 19

2. Sejarah Berdirinya Mapasadha... 20


(19)

xvii BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32

C. Definisi Operasional... 32

D. Subjek Penelitian ... 33

E. Metode Pengumpulan Data ... 35

F. Uji Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas... 37

1. Uji Validitas ... 37

2. Seleksi Item... 38

3. Uji Reliabilitas... 40

G. Metode Analisis Data ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah... 44

B. Pelaksanaan Penelitian ... 44

C. Hasil Penelitian ... 45

1. Uji Normalitas... 45

2. Deskriptif Data Penelitian... 46

3. Kategorisasi Konsep Diri pada Anggota Mapasadha... 48

4. Data pada Setiap Aspek Konsep Diri ... 48

D. Pembahasan ... 50

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran... 54

C. Keterbatasan Penelitian ... 55

DAFTAR PUSTAKA... 56


(20)

xviii

Tabel 1. Nilai / Skor Berdasarkan Kategori Jawaban... 36

Tabel 2. Blue Print Skala Konsep Diri ... 37

Tabel 3. Blue Print Skala Konsep Diri Setelah Try-Out... 39

Tabel 4. Norma kategori jenjang... 41

Tabel 5. Kategori Skala ... 43

Tabel 6. Deskripsi Keanggotaan Subjek ... 44

Tabel 7. Uji Normalitas ... 46

Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian ... 47

Tabel 9. Kategori Skor Total Subjek ... 48


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Mapala atau Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang

beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kepedulian dan

kecintaan dengan alam sekitar dan lingkungan hidup (www.id.wikipedia.org). Hampir setiap perguruan tinggi / universitas di Indonesia memiliki Mapala.

Universitas Sanata Dharma (USD) sebagai salah satu universitas yang berada di

Yogyakarta memiliki sebuah Mapala. Mapala Universitas Sanata Dharma

bernama Mapasadha. Mapasadha (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata

Dharma) adalah organisasi dalam bidang kepecintaalaman yang ada di

Universitas Sanata Dharma. Sebagai organisasi, Mapasadha termasuk dalam

UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang ada di USD. UKM sendiri adalah wadah

aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian

tertentu. Minat yang yang dikembangkan di Mapasadha adalah seperti

pengembangan kemampuan berorganisasi, kemampuan dalam membaca peta dan

navigasi darat di hutan dan gunung, pemahaman mengenai panjat tebing dan

penelusuran gua. Beberapa UKM lain yang ada di USD antara lain UKM KSR

(Korps Suka Rela), UKM Kerohanian, UKM Natas, UKM PSM (Paduan Suara


(22)

Menurut Stan Kossen (dalam Udai Pareek, 1985) organisasi merupakan

suatu kelompok individu yang terbentuk oleh kegiatan-kegiatan spesialisasi dan

tingkat wewenang guna mencapai secara efektif tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran

khusus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa organisasi adalah sekumpulan

orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Anggota Mapasadha adalah mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan

dan berbagai macam daerah yang ada di Indonesia, mulai dari daerah yang berasal

dari Sumatera, Jawa, bali, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Latar belakangnya

pun berbeda-beda mulai dari latar belakang budaya, keluarga, pengalaman hidup

dan lingkungan tempat tinggal. Dalam berorganisasi setiap anggota memiliki

kebutuhan masing-masing dan kebutuhan ini yang menjadikan alasan dan

motivasi mereka menjadi anggota Mapasadha. Kebutuhan seperti aktualisasi diri

dapat diperoleh melalui kegiatan-kegiatan dalam organisasi, naik gunung, panjat

tebing dan pelusuran gua. Kebutuhan akan rasa aman dan cinta kasih dapat

dipenuhi setelah anggota tersebut menjadi anggota dengan adanya keakraban

yang terjalin. Melalui peran atau jabatannya individu dapat memenuhi

kebutuhannya tersebut dalam organisasi. Setiap anggota dan organisasi akan

bersatu padu dalam mencapai kebutuhan anggotanya dan tujuan-tujuan organisasi.

Atas dasar berbagai macam kebutuhan dan minat, Mapasadha sebagai

organisasi kepecintaalaman memiliki kegiatan-kegiatan berupa pendakian gunung

(mountaineering), pemanjatan (climbing), penelusuran gua (caving), arung jeram (rafting). Selain kegiatan di alam bebas Mapasadha juga melakukan kegiatan lain


(23)

berupa kegiatan-kegian sosial berupa bakti sosial, donor darah, workshop, bersih

gunung, penanaman bibit pohon, kegiatan seni dan budaya.

Akhir-akhir ini di mana degradasi lingkungan dirasa semakin parah, maka

peran mapala sangat penting untuk membantu melestarikan lingkungan

(www.id.wikipedia.org). Mapasadha sebagai organisasi kepecintaalaman sudah seharusnya lebih peka terhadap isu-isu lingkungan hidup yang berkembang

belakangan ini seperti perubahan iklim dan pemanasan global dan lebih

menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat mencintai alam.

Langkah-langkah konkrit pun telah direncanakan dan dilaksanakan seperti pengadaan

workshop pengolahan sampah dan penanaman bibit pohon.

Interaksi sosial di Mapasadha hampir sama dengan interaksi dalam

masyarakat pada umumnya. Kegiatan sehari-hari dalam kehidupan berorganisasi

seperti rapat anggota, pelaksanaan kegiatan, evaluasi setelah kegiatan,

keberhasilan studi, menyelesaikan suatu tugas-tugas maupun berkegitan di alam

bebas seperti pendakian gunung, panjat tebing, penelusuran gua, tentu ada

dinamika yang terjadi seperti keakraban, konflik, konformitas, kebutuhan akan

cinta kasih. Dalam interaksi sosial tersebut, setiap anggota berinteraksi dengan

konsep diri masing-masing maksudnya adalah perilaku masing-masing individu

merupakan perwujudan dari konsep dirinya. Setiap individu tentu berbeda antara


(24)

Menurut Burns (1993) ada beberapa sumber yang memiliki fungsi penting

dalam pembentukan konsep diri individu, yaitu : citra diri, bahasa, umpan balik dari orang lain dan identifikasi diri.

Citra diri memiliki fungsi penting dalam pembentukan konsep diri

individu, citra diri dapat diartikan bagaimana seseorang mempersepsikan dan

mengevaluasikan tubuh dan bagian-bagiannya. Bagaimana setiap anggota

memandang dan mengevaluasi diri sendiri dan dari evaluasi tersebut anggota

dapat mengetahui gambaran lengkap terhadap dirinya.

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal maupun non verbal yang

membentuk individu untuk mendefinisikan dirinya dan mencerminkan tentang

apa yang dipikirkan individu pada orang lain. Bahasa juga hal yang penting dalam

penyampaian pendapat dan berinteraksi dengan orang lain.

Umpan balik yang diberikan orang lain (masyarakat, keluarga atau teman

dekat) memiliki peranan penting dalam pembentukan konsep diri. Clooney (

dalam Burns, 1993) menguraikan sebuah teori looking glass self yang intinya individu mempersepsikan dirinya sesuai dengan apa yang dipersepsikan orang

lain terhadap dirinya. Hasil penilaian orang lain terhadap individu memiliki

pengaruh baik secara positif maupun negatif bagi terbentuknya konsep diri,

misalnya beberapa opini yang berkembang dalam masyarakat tentang mapala ada

yang terkesan negatif. Timbulnya kesan negatif ini karena penampilan mapala itu

berpakaian lusuh, kuliah lama, suka mabuk-mabukan , berambut gondrong, dekil,


(25)

demikian). Kuliah lama bisa disebabkan karena banyaknya waktu yang

dihabiskan di alam bebas, konsep diri akan mempengaruhi individu tersebut

dalam membagi waktu secara efisien antara kehidupan di alam bebas, organisasi

dan kuliah. Kegiatannya pun seperti naik gunung, dan kegiatan lain di alam bebas

sering dianggap sebagai kegiatan yang mubazir, buang-buang waktu, uang,

tenaga, dan dianggap menantang maut. Ada pula anggapan bahwa "pecinta alam

seringkali tidak benar-benar mencintai alam", apakah pecinta alam itu termasuk

orang yang suka naik gunung? penelusur gua? arung jeram? bagi saya tukang

sapu jalanan juga pecinta alam, juga siapapun yang mencintai lingkungan

sekitarnya, keluarganya, dirinya adalah pecinta alam (www.astacala.org).

Sedangkan penilaian yang positif seperti adanya kegiatan mapala dalam

penanaman bibit pohon, penelitian, konservasi alam, kegiatan sosial, seni dan

budaya, pengadaan workshop tentang lingkungan dan pengolahan sampah serta

adanya kegiatan SAR akan menambah hal positif dalam setiap diri anggota

sehingga mampu membuat kegiatan-kegiatan yang lebih berguna bagi

masyarakat. Menurut Burns (1993) evaluasi yang diberikan orang lain memiliki

peranan penting dalam pembentukan konsep diri, umpan balik dari masyarakat

akan mempengaruhi konsep diri pada individu.

Satu lagi yang mempunyai fungsi penting dalam pembentukan konsep diri

adalah Identifikasi diri, identifikasi diri dibentuk mulai dari masa kanak-kanak,


(26)

individu. Sikap penerimaan dari anggota lain akan membentuk perasaan positif

pada diri anggota sedangkan penolakan akan membentuk perasaan negatif.

Menurut Kamus Lengkap Psikologi konsep diri adalah evaluasi individu

mengenai diri sendiri ; penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh

individu bersangkutan (Kamus Lengkap Psikologi, J.P Chaplin). Sedangkan

menurut Gunarsa dan Gunarsa (dalam Apollo, 2007), konsep diri adalah sikap

atau pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri.

Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa cara individu memandang dirinya

akan mempengaruhi afeksi, emosi dan kognisi. Perasaan individu bahwa ia

memiliki kemampuan atau tidak akan berakibat baik atau tidak pula hasil yang

diperolehnya karena keberhasilan tergantung dari cara individu memandang

kualitas kemampuan yang dimilikinya.

Pentingnya konsep diri dalam berinteraksi dan berorganisasi di

Mapasadha akan menentukan pula kualitas interaksi dan tujuan-tujuan yang akan

dicapai oleh organisasi. Individu yang mempunyai konsep diri positif akan

terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap

segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan

dipandang sebagai keputus-asaan, namun lebih menjadikannya sebagai pelajaran

berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan

mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan


(27)

Sebaliknya individu yang memiliki konsep diri negatif akan meyakini dan

memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa,

tidak kompeten, gagal, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik

terhadap hidup. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih

sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah dan

cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan organisasi beserta

tujuan-tujuannya.

Konsep diri menurut Fitts (Burns, 1993) adalah sebagai kesadaran

Individu tentang citra dirinya. Dan dimensi-dimensi di dalamnya yang saling

berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, meliputi : identitas diri,

tingkah laku, kepuasan, diri pribadi, diri fisik, diri keluarga dan diri sosial.

Identitas diri sebagai anggota Mapasadha tentu berbeda dengan identitas

diri UKM lainnya, anggota Mapasadha orang-orang yang berkegiatan di alam

bebas dan mengemban nama sebagai seorang pecinta alam, apakah mereka

orang-orang yang benar-benar mencintai alam atau orang-orang-orang-orang yang suka naik gunung.

Penampilan pun apa adanya, lusuh, berambut gondrong dan kuliah lama. Dari hal

tersebut pandangan dan evaluasi yang diberikan oleh masyarakat tentu pula

berbeda-beda. Ada yang beranggapan anggota-anggota Mapasadha itu adalah

orang yang suka berkegiatan di alam bebas seperti naik gunung dan kuliah lama,

dan ada juga yang beranggapan bahwa kegitan-kegiatan Mapasadha itu bersifat

mencintai lingkungan seperti adanya pengadaan workshop mengenai pengolahan sampah dan penanaman bibit pohon.


(28)

Beranjak dari hal tersebut di atas, pemaparan tentang kehidupan

berorganisasi khususnya Mapasadha, peneliti ingin mengetahui ada masalah apa

dengan konsep diri yang dimiliki oleh anggota Mapasadha. Kancah penelitian ini

dilakukan di Mapasadha karena di Mapasadha inilah peneliti dapat mengalami

dan mengamati secara langsung kehidupan tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bahwa

masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana konsep diri yang dimiliki pada

anggota Mapasadha.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep diri seperti apa

yang dimiliki oleh anggota Mapasadha.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ada dua yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan pengetahuan

dalam bidang ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi sosial mengenai

konsep diri dalam organisasi tertentu. dan menambah khasanah penelitian


(29)

2. Manfaat Praktis

a. Menambah wawasan anggota Mapasadha mengenai konsep diri anggota

Mapasadha sehingga dapat mengembangkan konsep diri para anggota

dalam berinteraksi antara sesama anggota maupun anggota dengan

organisasi dan mengembangkan organisasi secara umumnya.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

penelitian sejenis di masa yang akan datang.

c. Bagi peneliti sebagai tambahan ilmu dimana peneliti dapat melihat


(30)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Menurut Kamus Lengkap Psikologi (J.P Chaplin), konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri ; penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu bersangkutan.

Marsh (1998) menyatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi diri individu mengenai berbagai hal di dalam dirinya seperti mengenai kondisi fisik, mental, sosial, emosional, pekerjaan dan akademis. Persepsi diri dapat membentuk perilaku individu sehingga berdasar pengertian konsep diri dapat diprediksi perilaku dari individu. Menurut Fitts (dalam Burns, 1993) yang mendefinisikan konsep diri sebagai kesadaran Individu tentang citra dirinya. Sedangkan menurut Gunarsa dan Gunarsa (dalam Apollo, 2007), konsep diri adalah sikap atau pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri.

Allport menyatakan konsep diri merupakan semua wilayah yang ada pada kehidupan individu yang sifatnya erat dan esensial (dalam Burns, 1993) yang terdiri dari tujuh aspek :

a. Indera badan sensasi.


(31)

c. Peningkatan diri – penonjolan cinta diri.

d. Perluasan diri – mengidentifikasikan dengan orang lain dan dengan hal lain di dalam diri.

e. Rasionalis, perencanaan, penguasaan. f. Citra diri.

g. Upaya yang terpusat pada keberadaan diri, tingkah laku yang dimotivasi untuk meningkatkan citra diri.

Menurut Rogers (1980), konsep diri merupakan suatu konfigurasi persepsi mengenai karakteristik dan kemampuan seseorang, hal-hal yang diamati dan konsep mengenai diri di dalam hubungannya dengan orang lain dan dengan lingkungannya. Kualitas nilai yang dipersepsikan sebagaimana dihubungkan dengan pengalaman dan objek.

Marsh (1998), dalam penelitiannya menyimpulkan definisi mengenai konsep diri, antara lain :

a. Konsep diri suatu cerminan multidimensional, dengan dimensi tertentu yang mencerminkan system self-referent yang menunjukkan kriteria individu maupun kriteria kelompok.

b. Konsep diri adalah suatu hirarkis, yang merupakan persepsi mengenai sikap dan perilaku individu di dalam situasi khusus yang bersifat hirarki pada diri sendiri (misalnya pada lingkungan sosial, pekerjaan, fisik, dan akademis).


(32)

c. Konsep diri secara global adalah suatu kondisi diri yang stabil dan terus meningkat dari situasi yang spesifik.

Berdasarkan uraian diatas, maka di dalam penelitian ini pengertian konsep diri dapat diartikan sebagai persepsi individu mengenai dirinya secara utuh dan menyeluruh baik mengenai citra diri, kesehatan, emosional, hubungan sosial, pekerjaan, dan bidang akademik yang digelutinya.

2. Peran konsep diri pada pembentukan perilaku

Konsep diri selalu mengorganisasikan persepsi di dalam suatu sistem kerja otak kemudian diaplikasikan dalam bentuk perilaku, artinya perilaku individu dipengaruhi oleh persepsi dari konsep diri yang dimilikinya. Persepsi mempengaruhi konsep diri yang berperan penting terhadap terbentuknya perilaku individu dalam membentuk suatu pengertian terhadap sesuatu yang dihadapi. Dengan menggunakan logika, individu mempertahankan integritasnya sebagai pribadi yang dia persepsikan sehingga perilaku yang muncul adalah hasil dr konsep diri yang dimilikinya. Clooney (dalam Burns, 1993) dengan teori looking glass self menyatakan konsep diri mempengaruhi perilaku yang merupakan hasil dari penilaian atau evaluasi terhadap diri sendiri dan pendapat orang lain.

Konsep diri yang positif menghasilkan bentuk perilaku yang mandiri, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta percaya diri yang tinggi, artinya konsep diri positif mempengaruhi perilaku yang konstruktif. Sebaliknya konsep diri yang tidak sehat mengakibatkan individu tidak mandiri, tidak


(33)

berharga, rendah diri, merasa selalu gagal dan tidak memiliki rasa percaya diri (Burns, 1993). Konsep diri terbentuk dari pengalaman pada masa lalu yang akan mempengaruhi pengalaman baru sesuai dengan pola yang telah terbentuk, sehingga memunculkan tingkah laku sebagai bentuk mempertahankan konsistensi dari konsep diri yang dimiliki. Konsistensi konsep diri adalah penting bagi pemeliharaan integritas diri. Konsistensi konsep diri ini merupakan indikator penting yang mempengaruhi kesuksesan dan kesehatan mental individu (Funder, 1995).

Pembentukan konsep diri merupakan hasil proses pembelajaran dari pengalaman-pengalaman individu terutama pengalaman menganai diri sendiri, serta penilaian orang lain terhadap dirinya. Konsepsi-konsepsi individu terhadap diri mempengaruhi pilihan tingkah laku dan pengharapannya dalam hidup. Tingkah laku itu mengekpresikan upaya untuk mempertahankan integritas diri ndividu berdasarkan konsep tentang dirinya.

3. Sumber-sumber konsep diri

Untuk memiliki konsep diri yang kuat, individu harus memandang dirinya sebagai objek dan mampu melihat dirinya dari objek-objek lain, sehingga menimbulkan kesadaran individu akan perspektif-perspektif baru terhadap evaluasi-evaluasi orang lain terhadapnya. Ada beberapa sumber yang memiliki fungsi penting dalam pembentukan konsep diri individu (Burns, 1993), yaitu :


(34)

a. Citra diri

Skema tubuh merupakan hal yang sangat fundamental terhadap perkembangan citra diri. Seseorang mempersepsikan dan mengevaluasikan tubuh dan bagian-bagiannya dengan cara yang sama seperti dia mempersepsikan dan mengevaluasikan setiap objek lainnya. Kesadaran tubuh dan citra tubuh melalui proses indrawi adalah inti dari proses pembentukan identitas diri.

b. Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal maupun non verbal “body language” yang membentuk individu untuk mendefiisikan dirinya dan mencerminkan tentang apa yang dipikirkan individu pada orang lain.

c. Umpan balik pada orang lain

Evaluasi yang diberikan orang lain (keluarga atau teman dekat) memiliki peranan penting dalam pembentukan konsep diri. Clooney (dalam Burns, 1993) menguraikan sebuah teori looking glass self

yang intinya individu mempersepsikan dirinya sesuai dengan apa yang dipersepsikan orang lain terhadap dirinya. Hasil penilaian orang lain terhadap individu memiliki pengaruh baik secara positif maupun negatif bagi terbentuknya konsep diri, misalnya penilaian yang diberikan dapat mengurangi rasa tidak aman, dapat memperkuatnya, dan meningkatkan atau menurunkan rasa tidak berdaya, dan dapat


(35)

mengembangkan atau mengurangi pemahaman terhadap harga diri individu.

d. Identifikasi diri;

Identifikasi diri dibentuk mulai dari masa kanak-kanak, hal ini berkaitan erat dengan umpan balik yang diberikan orang lain terhadap diri individu. Sikap penerimaan yang diberikan orang tua akan membentuk perasaan positif pada diri individu sebaliknya penolakan orang tua akan membentuk perasaan negatif pada individu.

4. Isi dan Aspek Konsep Diri

Konsep diri berkembang seiring perkembangan individu dan mencapai puncaknya ketika masa dewasa. Proses pembentukan konsep diri ini berlangsung secara terus menerus dengan aktif dari kelahiran sampai kematian sejalan dengan menggali potensi-potensi yang ada. Sejalan perkembangan individu, konsep diri pun mengalami perkembangan meluas melalui proses identifikasi diri. Konsep diri berkembang sesuai dengan proses kedewasaan fisik dan psikologis. Isi konsep diri (Burns,1993) antara lain :

a. Karakteristik-karakteristik fisik (penampilan fisik, bentuk, dan ukuran tubuh). Pada masa kanak-kanak, individu lebih menekankan kriteria-kriteria fisiknya, namun pada masa dewasa, individu lebih menjelaskan posisi mereka di dalam hubungan dengan orang lain dengan sumber daya yang dimilikinya.


(36)

b. Penampilan yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu mencerminkan kematangan kepribadian individu.

c. Kesehatan dan kondisi fisik akan mengalami perubahan berarti seiring perjalanan usia.

d. Memiliki ketertarikan terhadap benda-benda yang disenangi (hobi). e. Bagaimana sikap dan perlakuan individu terhadap binatang peliharaan

mereka.

f. Hubungan keluarga (perkawinan) dan persahabatan merupakan bagian hidup.

g. Memiliki kesenangan terhadap olah raga.

h. Konsentrasi pekerjaan dan bagaimana sikap individu terhadap pekerjaannya.

i. Status intelektual / kecerdasan.

j. Bakat, kemampuan, dan minat khusus akan berkembang sesuai dengan dukungan internal maupun eksternal.

k. Ciri kepribadian (temperamen, disposisi, ciri karakter, tendensi emosional) akan berkembang berdasarkan pengalaman hidup.

l. Sikap dan hubungan sosial, minat religius, keyakinan dan praktek religius semakin intens seiring bertambahnya pengalaman hidup. Individu dengan konsep diri tinggi merasa bahwa lingkungan sosial adalah tempat untuk melakukan interaksi sosial dan tidak merasa


(37)

bahwa lingkungan sosial merupakan ancaman yang membahayakan dirinya.

m. Kemampuan dalam menentukan sikap kemandirian.

Gordon (dalam Suwandi, 2004) menyebutkan bahwa isi konsep diri merupakan hasil proses kognitif seperti persepsi, berpikir, merencanakan, evaluasi dan memilih. Hasil ini diperoleh dari refleksi individu secara sadar atas stimulus yang berasal dari lingkungannya, baik keluarga, masyarakat, maupun teman sebaya.

Konsep diri terdiri dari beberapa aspek yang saling berhubungan satu sama lainnya. Menurut Fitts (dalam Burns, 1993) Aspek-aspek konsep diri meliputi :

a. Identitas diri : bagaimana individu mempersepsikan identitas dirinya berdasarkan pengalaman yang dialami dan penilaian orang lain terhadap dirinya.

b. Kepuasan : bagaimana individu merasakan tentang diri yang dipersepsikan.

c. Tingkah laku : bagaimana individu mempersepsikan tingkah lakunya. d. Diri fisik : bagaimana individu memandang kesehatan, penampilan,

daya tahan tubuh, citra tubuhnya.

e. Diri pribadi : bagaimana individu menilai diri pribadinya dan hubungannya dengan orang lain.


(38)

f. Diri keluarga : bagaimana individu mempersepsikan dirinya dengan mengacu pada orang-orang yang dekat atau akrab dengannya. Artinya bagaimana individu memposisikan dirinya di dalam keluarga.

g. Diri sosial : bagaimana individu mempersepsikan dan memposisikan dirinya di dalam hubungan sosialnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan bentuk penilaian individu terhadap diri sendiri sesuai dengan apa yang dirasakannya, yang akan mengalami perubahan seiring pertambahan usia dan pengalaman hidupnya. Penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya ditinjau berdasarkan segi fisik, moral, keluarga dan sosialnya.

5. Kriteria konsep diri positif dan kriteria konsep diri negatif

William (dalam Rakhmat, 1992) menyebutkan orang yang mempunyai konsep diri positif memiliki ciri, yaitu : yakin akan mampu mengatasi masalah; merasa setara dengan orang lain; menerima pujian tanpa merasa malu; menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat; mampu memperbaiki dirinya, karena ia sanggup menggunakan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha untuk mengubahnya.

Konsep diri positif berkaitan dengan penerimaan diri. Hal ini berarti bahwa seseorang yang memiliki konsep diri yang positif menerima dirinya apa adanya dan terus-menerus berusaha memperbaiki dirinya kearah yang lebih baik.


(39)

Selanjutnya William (dalam Rakhmat, 1992) mengemukakan bahwa orang yang mempunyai konsep diri negatif ditandai berbagai ciri sebagai berikut : peka terhadap kritik, sehingga orang ini sangat tidak tahan terhadap kritik yang diterimanya; responsif terhadap pujian; cenderung tidak disukai orang lain; selalu mencela, mengeluh atau meremehkan apapun dan siapapun; bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganan untuk bersaing dengan orang lain dalam merebut prestasi.

B. Mapasadha

1. Mapala

Mapala atau Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kepedulian dan kecintaan dengan alam sekitar dan lingkungan hidup

(http://id.wikipedia.org). Salah satu mapala yang dikenal sebagai pionir berdirinya Mapala di Indonesia adalah Mapala UI (Universitas Indonesia) dan salah satu pendirinya adalah Soe Hok Gie. Mapala didirikan dimaksudkan untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi

(http://katastropi.blog.friendster.com). Dalam tulisannya, Soe Hok Gie mengatakan bahwa :


(40)

“Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik” (Maxwell, John, 2001)

Dalam perkembangannya, hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia memiliki Mapala baik di tingkat universitas maupun fakultas hingga jurusan. Salah satunya adalah Mapasadha (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma).

2. Sejarah Berdirinya Mapasadha

Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma (Mapasadha) merupakan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang mengkhususkan diri pada pembinaan dan pengembangan minat, bakat, dan kreativitas mahasiswa dalam kecintaan dan kepedulian akan kelestarian lingkungan beserta tantangannya. (http://www.usd.ac.id) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Mapasadha merupakan wadah penyaluran sekaligus pengembangan minat dan bakat mahasiswa USD dalam bidang kepecintaalaman.

Mapasadha lahir pada tanggal 10 Oktober 1981 di puncak Gunung Lawu. Kelahiran Mapasadha diprakarsai oleh sembilan mahasiswa IKIP Sanata Dharma (sekarang USD) dari berbagai jurusan yang ada pada waktu itu. Atas dasar kesamaan pandangan, kegemaran, cita-cita dan kebutuhan


(41)

akhirnya mereka bersepakat untuk mendirikan sebauh organisasi kepecintaaalaman di IKIP Sanata Dharma. Mereka adalah Widhi, Lukas, Agung, Markus, Sapto, Bambang, Widodo, Ida dan Brashartianto. Dan gunung Lawu menjadi saksi atas berdirinya Mapasadha, sehingga pada tanggal 10 Oktober setiap tahunnya Mapasadha mengadakan kegiatan kirab Lawu untuk memperingati hari jadi Mapasadha.

3. Perkembangan Mapasadha hingga tahun terakhir

Pada tahun-tahun awal adalah masa perintisan, dimana penyesuaian dan pemantapan terus-menerus dilakukan. Sampai tahun 1988 Mapasadha masih menjadi salah satu bagian / sub dari Biro Olah Raga. Kegiatan Mapasadha pada waktu itu masih terbatas hanya pada pendakian gunung saja. Beberapa gunung yang telah disinggahi adalah Gunung Lawu, Merapi, Merbabu, Sumbing, Sindoro, Slamet, Semeru, Rinjani, Salak, Gede, Pangrango, Ceremai, Argopuro, Raung, Arjuna, Welirang, Agung dan Kerinci.

Pada tahun awal ini kegiatan yang adapun masih bersifat internal, baik dalam lingkup organisasi ataupun dalam lingkup kampus. Peningkatan status dan kedudukan seperti yang ada sekarang ini tentunya bukan tanpa dasar dan pertimbangan yang kuat. Jumlah anggota yang semakin banyak dan jenis kegiatan yang semakin banyak dan berkembang merupakan sebagian dari dasar yang realistis.


(42)

Pengembangan dan pembenahan terus dilakukan, pada tahun 1985, Mapasadha mengadakan Lomba Lintas Alam antar SMTA se – DIY. Sejak saat itu Mapasadha mulai mendapat nama dan tempat di kalangan Pecinta Alam yang ada di Jogjakarta.

Pada tahun 1986 dalam Lustrum I Mapasadha, loncatan kegiatan dimulai. Waktu itu Mapasadha mengadakan berbagai kegiatan kampus yang melibatkan masyarakat luas di lingkungan kampus, yaitu : bersih kampus, susur sungai, bazar, pameran dan pemutaran film kepecintaalaman, sarasehan, penerbitan bulletin dan pendakian umum ke Gunung Lawu untuk mengenang berdirinya Mapasadha. Kegiatan Mapasadha semakin semarak dengan suksesnya pementasan Antologi Puisi yang bekerjasama dengan Lembaga Kebudayaan Indonesia – Belanda yaitu Karta Pustaka pada tahun 1989.

Seiring dengan berkembangnya kegiatan, Mapasadha juga terus berupaya membenahi perangkat organisasinya. Sejak berdirinya hingga tahun 1994 Mapasadha belum memiliki AD / ART organisasi (Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga). Yang ada hanyalah pedoman singkat mengenai sejarah, lambang organisasi, kegiatan dan orientasi kegiatan. Baru pada bulan Mei 1995, dalam musyawarah anggota ke – VII, hal itu dapat terealisasi dengan terbentuknya Pedoman Umum Mapasadha, yang fungsi dan kedudukannya setara dengan AD / ART. Penyusunan pedoman Umum Mapasadha adalah kerja nyata dalam waktu yang panjang di bawah koordinasi


(43)

divisi litbang. Dengan adanya Pedoman Umum ini, Mapasadha makin mantap untuk melangsungkan aktivitasnya sebagai layaknya organisasi.

Bidang organisasi mengalami perkembangan yang pesat pada tahun 1986. Sebelumnya kepengurusan masih terbatas pada ketua suku, sekretaris dan bendahara dan sejak berdiri sebagai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), kepengurusan dikembangkan dengan danya divisi-divisi, yaitu divisi organisasi, divisi seni dan budaya, divisi operasional, divisi sosial dana dan divisi penelitian dan pengembangan. Pembagian kegiatan dalam divisi ini dapat lebih terarah dan profesional sesuai minat yang dimiliki oleh setiap anggotanya.

Bersamaan dengan terbentuknya Pedoman Umum Mapasadha, demi efektivitas kerja, divisi yang ada disederhanakan menjadi empat divisi, yaitu : divisi operasional, divisi seni dan budaya, divisi litbang dan sosial dana. Pada pertengahan 1995, Mapasadha dalam koordinasi divisi penelitian dan pengembangan melaksanakan bakti sosial di Desa Dakan (Lereng Gunung Merbabu), salah satu desa di jalur pendakian gunung merbabu.

Hingga saat ini, Mapasadha masih dan akan terus mengupayakan pengembangan dan variasi kegiatan-kegiatannya, dimana eksistensinya pada Pecinta Alam yang akan lebih mengarah kepada kegiatan-kegiatan pada kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup maupun kepedulian sosial terhadap masyarakat.


(44)

C. Peran Konsep Diri pada Pembentukan Perilaku Anggota Mapasadha

Dalam perkembangannya pembentukan konsep diri pada anggota Mapasadha mengenai identitas diri sebagai seorang Mapala dimulai semenjak calon anggota tersebut mulai mendaftar menjadi anggota Mapasadha dan ikut berproses dalam Pra dan Orientasi Mapasadha, menjadi anggota muda hingga menjadi anggota penuh. Erikson (dalam Burns, 1993) menyatakan bahwa identitas timbul dari suatu integrasi yang bertahap dari semua proses identifikasi. Dalam proses Pra dan orientasi tersebut, calon anggota (lonta) diberi materi mengenai pengenalan organisasi Mapasadha dan sejarah berdirinya beserta kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya seperti pendakian gunung (mountaineering), pemanjatan (climbing), penelusuran gua (caving), arung jeram (rafting), SAR (Search and Rescue) dan Kepecintaalaman. Selain itu proses pembentukan mental sebagai seorang Mapala juga dibentuk dalam proses Pra dan Orientasi tersebut. Pembentukan mental seperti bagaimana bertahan ketika tersesat di gunung (survival), baik mengenai teori maupun praktek langsung di lapangan, bagaimana solidaritas antar anggota yang merupakan sebagai satu keluarga dan pemahaman mengenai peranan Mapala dalam terhadap lingkungan hidup, akan diberikan melalui proses Pra dan Orientasi tersebut.

Menurut Fitts (dalam Burns, 1993) Identitas diri dapat diartikan bagaimana individu mempersepsikan identitas dirinya berdasarkan pengalaman yang dialami dan penilai orang lain terhadap dirinya. Identitas diri merupakan aspek yang paling dasar dari konsep diri, contohnya siapa saya, merupakan label


(45)

dan simbol yang dikenakan pada diri untuk menjelaskan dan membentuk dirinya. Pemahaman mengenai identitas diri sebagai anggota Mapasadha tentu berbeda-beda antara anggota yang satu dengan yang lainnya. Bagi beberapa anggota, pemahaman sebagai anggota mapasadha adalah orang yang suka naik gunung dan berkegiatan di alam bebas dan bagi anggota lainnya menjadi seorang Mapala adalah orang yang mencintai lingkungan dan terjun langsung dalam kegiatan yang berhubungan dengan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Identitas diri berkaitan erat dengan umpan balik yang diberikan orang lain terhadap diri individu. Sikap penerimaan yang diberikan oleh anggota lain akan membentuk perasaan positif pada diri individu sehingga mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sebaliknya penolakan oleh anggota lain akan membentuk perasaan negatif pada individu.

Konsep diri terdiri dari beberapa dimensi yang saling berhubungan satu sama lainnya. Menurut Fitts (dalam Burns, 1993) Selain identitas diri, dimensi-dimensi konsep diri meliputi : diri pribadi, diri fisik, diri keluarga, diri sosial, tingkah laku dan kepuasan. Dimensi-dimensi tersebut berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi.

Diri pribadi adalah bagaimana seseorang menggambarkan identitas dirinya, menilai kemampuan dirinya dan hubungannya dengan orang lain. Dalam penggambaran identitas diri ini, Anggota Mapasadha mengemban nama sebagai seorang pecinta alam. Sebagai seorang pecinta alam, apakah mereka orang-orang yang benar-benar mencintai alam atau hanyalah orang-orang yang suka


(46)

berkegiatan di alam bebas seperti pendakian gunung, penelusuran gua maupun panjat tebing, karena asumsi masyarakat yang berkembang saat ini adalah kebanyakan Mapala itu adalah orang-orang yang suka naik gunung

(www.astacala.org). Namun, dalam diri pribadi anggota Mapasadha itu sendiri, sebagian orang ada yang benar-benar peduli dengan lingkungan dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kelestarian lingkungan. Kegiatan-kegiatan seperti pengadaan workshop tentang pengolahan sampah, penanaman bibit pohon, pemutaran film yang berhubungan dengan pemanasan global dan lingkungan hidup untuk civitas kampus, merupakan bukti nyata bahwa di Mapasadha itu sendiri, ada orang-orang yang peduli dengan lingkungan hidup yang sekarang ini semakin merosot.

Berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di alam bebas seperti pendakian gunung, menghabiskan waktu yang cukup lama di gunung, bisa berkisar antara tiga hari sampai satu minggu, maka diri fisik pun akan terkena imbas dengan kegiatan tersebut.

Diri fisik dapat diartikan bagaimana individu melihat dirinya dari segi fisik, memandang kesehatan, penampilan, daya tahan tubuh, citra tubuhnya. Gambaran umum mengenai penampilan Mapala adalah orang-orang yang berpakaian lusuh, dekil, berambut gondrong, dan anti kemapanan, namun tidak semua pecinta alam berpenampilan demikian (www.astacala.org). Pada perkembangannya, hingga tahun dua ribu, di Mapasadha masih banyak anggota-anggotanya yang berambut gondrong dan terkesan kumuh, namun seiring dengan


(47)

perkembangan zaman dan adanya regenerasi yang terus menuerus berganti penampilan seperti itu sudah mulai ditinggalkan.

Diri keluarga dapat diartikan bagaimana individu mempersepsikan dirinya dengan mengacu pada orang-orang yang dekat atau akrab dengannya. Artinya bagaimana perasaan dan penilaian seseorang sebagai anggota keluarga serta harga dirinya sebagai anggota keluarga. Bagi para anggotanya, Mapasadha adalah sebuah keluarga besar. Di dalam keluarga ini terdapat para alumni-alumni, Anggota penuh, anggota muda dan para simpatisan.

Sebagai satu keluarga besar, dinamika kehidupan di Mapasadha hampir sama dengan interaksi kehidupan sehari-hari pada umumnya, di dalamnya terdapat interaksi-interaksi berupa keakraban, solidaritas, pemenuhan kebutuhan, perbedaan pendapat, perselisihan, problem solving dan ditekankan pula bagaimana bisa bertahan atau survive di pondok. Survive di sini dimaksudkan sebagai eksistensi anggota mapasadha itu sendiri, bagaimana anggota itu bertahan di pondok, tidak sekedar bertahan namun ikut berproses dalam kegiatan organisasi dan menyumbangkan ide-ide bagi perkembangan dan kelangsungan Mapasadha. Pondok adalah nama lain dari sekretariat Mapasadha, pondok inilah rumah bagi para anggota Mapasadha. Pondok ini terletak di gedung UC (university center) Sanata Dharma lantai II. Di pondok inilah tempat di mana terjadinya interaksi tersebut, mulai dari rapat anggota, perencanaan dan pengadaan kegiatan, evaluasi setelah kegiatan, pendaftaran dan penerimaaan anggota baru dan tempat berkumpulnya anggota-anggota mapasadha itu sendiri.


(48)

Kunjungan/silaturahmi dan kegiatan-kegiatan bersama yang diadakan angkatan-angkatan tua atau alumni Mapasadha terhadap anggota-angota muda di pondok adalah salah satu bukti dari adanya keakraban dan solidaritas antar anggota Mapasadha.

Dari diri keluarga, beranjak ke diri sosial. Diri sosial dapat diartikan bagaimana individu mempersepsikan dan memposisikan dirinya di dalam hubungan sosialnya. Selain berhubungan dengan lingkungan internal Mapasadha sendiri, para anggota juga berhubungan dengan lingkungan ekternal. Lingkungan eksternal ini adalah mereka-mereka yang ada di luar anggota Mapasadha itu sendiri seperti mahasiswa, UKM lainnya, pihak kampus dan masyarakat sekitar.

Kampus, sebagai tempat Mapasadha itu berorganisasi dan berkegiatan memiliki pandangan dan evaluasi tersendiri terhadap Mapasadha, begitu juga dengan masyarakat sekitar. Evaluasi yang diberikan orang lain memiliki peranan penting dalam pembentukan konsep diri. Clooney (dalam Burns, 1993) menguraikan sebuah teori looking glass self yang intinya individu mempersepsikan dirinya sesuai dengan apa yang dipersepsikan orang lain terhadap dirinya.

Hasil penilaian orang lain terhadap individu memiliki pengaruh baik secara positif maupun negatif bagi terbentuknya konsep diri, misalnya penilaian positif yang diberikan oleh mahasiswa lain, pihak kampus dan masyarakat pada kegiatan-kegiatan Mapasadha seperti pengadaan workshop bagaimana pengolahan sampah, penenaman bibit pohon dan operasi SAR dalam pencarian


(49)

korban yang hilang baik di gunung maupun daerah pantai akan memperkuat konsep diri anggota Mapasadha dan perlu meningkatkan kegiatan-kegiatan yang berguna bagi masyarakat. Sedangkan penilaian negatif yang diberikan oleh mahasiswa lain, pihak kampus, masyarakat bahwa anggota Mapasadha adalah orang-orang yang sibuk naik gunung, berpakaian lusuh, gondrong, suka mabuk-mabukan dan kuliah lama (walaupun tidak semua anggota demikian) dapat mengurangi dan menurunkan konsep diri anggota-anggotanya. Konsep diri yang positif akan mampu mencerna dan mengolah pandangan dan evaluasi dari masyarakat baik itu penilaian positif maupun negatif sehingga lebih mampu meningkatkan konsep diri yang dimilikinya sehingga lebih mampu berorganisasi dengan baik dan berkarya bagi kelestarian lingkungan hidup dan kepedulian sosial terhadap masyarakat.

Dari pembawaan diri sebagai diri sosial, diri keluarga, diri pribadi, diri fisik, dan dari identitas diri masing-masing anggotanya, dapat dilihat tingkah lakunya. Tingkah laku dapat diartikan bagaimana individu mempersepsikan tingkah lakunya (Burns, 1993). Konsep diri memiliki peran pada pembentukan perilaku. Konsep diri mengorganisasikan persepsi di dalam suatu sistem kerja otak kemudian diaplikasikan dalam bentuk perilaku, artinya perilaku individu dipengaruhi oleh persepsi dari konsep diri yang dimilikinya. Clooney (dalam Burns, 1993) dengan teori looking glass self menyatakan konsep diri mempengaruhi perilaku yang merupakan hasil dari penilaian atau evaluasi terhadap diri sendiri dan pendapat orang lain. Konsep diri terbentuk dari


(50)

pengalaman pada masa lalu yang akan mempengaruhi pengalaman baru sesuai dengan pola yang telah terbentuk, sehingga memunculkan tingkah laku sebagai bentuk dari konsep diri yang dimiliki.

Sebagai seorang pecinta alam, dari pengalaman yang diperoleh sebagai seorang mapala dan adanya pembelajaran mengenai degradasi lingkungan yang semakin parah belakangan ini, tingkah laku yang terbentuk bagi beberapa anggota seperti adanya kepedulian yang lebih terhadap lingkungan hidup, tingkah laku ini dimulai dari hal-hal kecil yang dimulai dari diri sendiri dengan menanamkan sikap 3R (Reduce, Reuse, Recycle). 3R adalah mengurangi, menggunakan kembali dan daur ulang kembali, contoh nyatanya adalah ketika para anggota berkegiatan di alam bebas seperti pendakian gunung dan penelusuran gua, sampah-sampah seperti sampah plastik, puntung rokok, kaleng bekas, botol, batu baterai dan sampah-sampah yang tidak bisa diuraikan oleh alam tidak ditinggal begitu saja atau dibuang sembarangan melainkan dibawa kembali pulang dan di buang di tempat sampah (walaupun tidak semua anggota bersikap demikian), karena gunung bukanlah tempat sampah. Dalam beberapa kasus tertentu, tingkah laku seperti ini menjadi kebiasaan bagi sebagian anggota dan diterapkan dalam kehidupan di kota, seperti ketika merokok atau makan permen, puntung dan bungkus permen tidak dibuang disembarang tempat melainkan sampah tersebut dikantongi terlebih dahulu sebelum menemukan tempat sampah lalu dibuang.

Dari tingkah laku di atas dan dimensi-dimensi lainnya seperti diri sosial, diri keluarga, diri pribadi, diri fisik, dan dari identitas dirinya, dapat pula dilihat


(51)

kepuasan masing-masing anggota. Menurut Fitts (dalam Burns, 1993) Kepuasan dapat diartikan bagaimana individu merasakan tentang diri yang dipersepsikan. Bagaimana perasaan anggota-anggota tersebut dengan adanya identitas diri sebagai seorang pecinta alam, bagaimana diri pribadi sebagai seorang pecinta alam, diri fisik, diri keluarga dan diri sosial serta tingkah laku sebagai seorang pecinta alam.

Dapat disimpulkan bahwa konsep diri memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku pada anggota Mapasadha. Konsep diri selalu mengorganisasikan persepsi di dalam suatu sistem kerja otak kemudian diaplikasikan dalam bentuk perilaku, artinya perilaku anggota Mapasadha dipengaruhi oleh persepsi dari konsep diri yang dimilikinya. Persepsi mempengaruhi konsep diri yang berperan penting terhadap terbentuknya perilaku individu dalam membentuk suatu pengertian terhadap sesuatu yang dihadapi. Dengan menggunakan logika, anggota Mapasadha mempertahankan integritasnya sebagai seorang pecinta alam, sehingga perilaku yang muncul adalah hasil dari konsep diri yang dimilikinya.

Beranjak dari hal tersebut di atas, pemaparan tentang kehidupan berorganisasi khususnya Mapasadha, kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik di alam bebas, kegiatan organisasi maupun kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi kelestarian lingkungan hidup, dan segala bentuk permasalahan di dalamnya, peneliti ingin mengetahui bagaimana konsep diri yang dimiliki oleh anggota Mapasadha.


(52)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang dan menyajikan apa adanya. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu (Azwar, 2001).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel saja. Variabel utama dalam penelitian ini adalah konsep diri.

C. Definisi Operasional

Konsep diri adalah gambaran atau pandangan secara menyeluruh mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan, dari konsep diri ini akan menentukan bagaimana individu tersebut berperilaku, merasakan dan merespon lingkungannya. Dimensi-dimensi konsep diri meliputi :

1. Identitas diri : bagaimana individu menggambarkan identitas dirinya. Identitas diri sebagai anggota Mapasadha. Sebagai siapa saya ini.


(53)

2. Kepuasan : bagaimana individu menggambarkan perasaan yang dimilikinya.

3. Tingkah laku : bagaimana individu menggambarkan tingkah lakunya, tingkah laku berdasarkan identitas dirinya.

4. Diri fisik : bagaimana individu memandang dirinya sendiri dari segi fisik, penampilan dan kesehatannya.

5. Diri pribadi : bagaimana individu menggambarkan diri pribadinya, gambaran diri ini berdasarkan pengalaman individu sendiri dan pandangan orang lain.

6. Diri keluarga : bagaimana perasaan, penilaian dan harga diri sebagai anggota keluarga Mapasadha.

7. Diri sosial : bagaimana individu memposisikan diri sebagai anggota masyarakat, bagaimana perannya dan kemampuannya berinteraksi dalam masyarakat.

D. Subjek Penelitian

Teknik penggambilan subjek dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sample dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 1999). Pertimbangan-pertimbangannya yaitu subjek penelitian yang diambil meliputi anggota Mapasadha. Kriteria anggota Mapasadha sesuai dengan Pedoman Umum Mapasadha adalah :


(54)

1. Anggota penuh :

Anggota penuh adalah anggota muda yang sudah mengikuti suatu proses dengan ketentuan tertentu selama kurun waktu tertentu yang telah diatur oleh tim khusus. Anggota muda tersebut adalah calon anggota yang telah mengikuti dan lulus seleksi dalam pra dan orientasi yang kemudian diangkat dan dilantik. Setelah dilantik menjadi anggota muda, kemudian anggota tersebut mengikuti pendidikan lanjut Mapasadha sehingga pada tahun berikutnya anggota tersebut sudah menjadi anggota penuh. Yang terkait dengan keanggotaan dua jenis : a. Anggota biasa :

Keanggotaan terbuka yang bias diperoleh oleh seluruh mahasiswa Sanata Dharma.

b. Anggota istimewa :

Anggota istimewa adalah anggota yang diangkat oleh Pengurus Harian Mapasadha dalam suatu sidang berdasarkan pertimbangan anggota. Syarat menjadi anggota istimewa adalah pertama, karena jasa diberikan demi kemajuan dan pengembangan serta perkembangan Mapasadha, kedua karena potensi tertentu yang dimilikinya dan dibutuhkan oleh Mapasadha. Keanggotaan ini dapat diisi oleh mahasiswa, dosen, dan karyawan USD maupun luar USD.


(55)

2. Alumni Mapasadha :

Alumni Mapasadha adalah anggota penuh Mapasadha yang telah lulus dari Universitas Sanata Dharma dan masih menjadi anggota Mapasadha karena keanggotaan dalam Mapasadha bersifat seumur hidup.

3. Subjek berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang berusia antara 20–30 tahun.

4. Subjek berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan skala kepada responden secara langsung yaitu pada anggota Mapasadha. Skala konsep diri ini dibuat dengan skala Likert untuk pengumpulan data dengan metode rating yang dijumlahkan (Summated Ratings Method). Respon yang digunakan dalam skala ini terdiri dari empat kategori pilihan jawaban yaitu : SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju).

Menurut Hadi (2004) modifikasi terhadap skala Likert perlu dilakukan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat, yaitu adanya arti ganda pada kategori jawaban yang terletak di tengah, dapat diartikan ragu-ragu atau netral. Menurut Hadi (2004), subjek memiliki kecenderungan untuk memilih jawaban yang ada di tengah atau disebut juga central tendering effect. Untuk menghindari kecenderungan tersebut, maka


(56)

peneliti tidak memberikan jawaban tengah dan hanya memberi empat pilihan jawaban, yaitu : SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju).

Penskoran jawaban dalam penelitian ini tergantung dari dua jenis pernyataan yaitu favorable dan unfavorable seperti yang tertulis dalam tabel 1 berikut ini :

Tabel 1

Nilai / Skor Berdasarkan Kategori Jawaban Skor Jawaban

Favorabel Unfavorabel

Sangat setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak setuju 2 3

Sangat tidak setuju 1 4

Banyaknya item dalam penelitian ini adalah berjumlah 56 butir item dan setiap aspek memiliki 8 buah pernyataan, diantaranya 4 buah pernyataan favorable dan 4 buah pernyataan unfavourable.Berikut ini (tabel 2) akan ditunjukkan secara jelas tabulasi tabel mengenai aspek-aspek yang digunakan dengan pertimbangan keseimbangan jumlah item pada setiap aspek konsep diri, sebagai berikut :


(57)

Tabel 2

Blue Print Skala Konsep Diri ITEM No. ASPEK

Favourable Unfavourable

TOTAL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Identitas Diri Kepuasan Tingkah laku Diri fisik Diri pribadi Diri keluarga Diri sosial

1, 41, 54, 56 11, 26, 33, 50 7, 17, 29, 52 2, 13, 35, 47 4, 21, 24, 31 6, 19, 43, 45 9, 15, 37, 49

12, 20, 34, 44 8, 22, 40, 53 3, 25, 32, 48 16, 23, 42, 55 10, 27, 38, 51 14, 28, 30, 39 5, 18, 36, 46

8 8 8 8 8 8 8

TOTAL 28 28 56

F. Uji Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2000). Menurut Hadi (1995), suatu alat ukur dianggap baik dalam mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai dengan tujuan penelitian jika alat tes tersebut memiliki validitas yang tinggi.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi skala dengan analisis rasional / profesional judgement, yaitu penilaian


(58)

validitas terhadap suatu alat ukur yang diberikan oleh orang-orang yang dianggap ahli dan profesional di bidangnya, dalam hal ini adalah dosen pembimbing (Azwar, 2003).

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan dengan cara melihat koefisien korelasi tiap item yaitu dengan mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor total keseluruhan item. Besarnya koefisien korelasi item total atau corrected item total correlation (rix) bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin mendekati angka 1 yang bertanda positif maka daya diskriminasi itemnya semakin baik. Pemilihan item terbaik dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi sebesar 0,3. Dengan demikian, item-item yang memiliki corrected item total correlation ≥ 0,3 dinyatakan sebagai item yang lolos seleksi dan dapat digunakan sebagai alat penelitian sedangkan item-item yang memiliki corrected item total correlation 0,3 disisihkan (Azwar, 3003). Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for windows 16.

Setelah mengujicobakan skala atau try out pada anggota Mapasadha yaitu pada tanggal 17 sampai 23 Mei 2009, dari 40 kuesioner yang disebarkan oleh peneliti, tidak semua kuesioner yang bisa dianalisa karena ada 7 skala yang tidak dikembalikan, sehingga data yang bisa dianalisa hanya berjumlah 33 skala. Dari hasil analisa tersebut terdapat 36 item yang dinyatakan lolos seleksi dan 20 item yang tidak lolos seleksi, sehingga


(59)

item-item yang tidak lolos seleksi tersebut perlu direvisi kembali dan diganti (Setyaningsih, 2009). Item-item yang tidak lolos seleksi tersebut merupakan item yang memiliki corrected item total correlation ≤ 0,3. Setelah merevisi beberapa item, akhirnya ditambahkan 6 item lagi dan pada setiap aspek dibagi rata menjadi 6 buah item, 3 item untuk item favourable dan 3 item untuk item unfavourable.

Jadi item-item yang lolos langsung digunalan untuk penelitan dan ditambahkan item-item yang sudah direvisi. Berikut adalah distribusi item skala konsep diri setelah uji coba dan revisi item :

Tabel 3

Blue Print Skala Konsep Diri Setelah Try-Out ITEM

No ASPEK

Favourable Unfavourable

TOTAL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Identitas Diri Kepuasan Tingkah laku Diri fisik Diri pribadi Diri keluarga Diri sosial

1 (1), 41 (30), 56 (36) 11 (10), 26 (21),

42 7 (7), 17 (14),

52 (32) 2 (2), 13 (12),

35 (27) 4 (4), 21 (18),

31 (25) 6 (6) , 19 (16), 34

9 (8), 15 (13), 38

20 (17), 34 (26), 44 (31) 22 (19), 40 (33), 39

3 (3), 37, 41

55 (35), 11, 40 10 (9), 27 (22),

38 (29) 28 (23), 30 (24), 20

5 (5), 18 (15), 36 (28) 6 6 6 6 6 6 6


(60)

TOTAL 21 21 42

Keterangan :

Nomor yang diberi tanda dalam kurung ( ) : nomor item setelah uji coba Nomor yang tidak diberi tanda dalam kurung ( ) : nomor item sebelum uji coba

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu keajegan, konsistensi atau kestabilan suatu alat ukur, di mana alat ukur tersebut dapat digunakan dengan hasil yang konsisten pada waktu yang berbeda untuk tujuan penelitian yang sama. Reliabilitas dikaitkan dengan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2000). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx³) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, semakin rendah koefisien reliabilitas mendekati angka 0, berarti semakin rendah reliabilitasnya.

Reliabilitas penelitian ini akan menggunakan formula koefisien Alpha dari Cronbach, dengan alasan koefisien alpha dapat mengatasi kelemahan teknik belah dua dan mengestimasi rata-rata korelasi belah dua dari semua pembagi tes yang mungkin dilakukan (Azwar, 2002). Pengolahan data akan dilakukan dengan program komputer SPSS for windows 16.


(61)

Hasil yang diperoleh dari teknik Alpha dari Cronbach adalah 0, 891. Dapat disimpulkan bahwa tingkat reliabilitas termasuk dalam kategori tinggi.

G. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode statistik yaitu statistik deskriptif, sehingga peneliti menggunakan analisis yang meliputi penyajian data melalui tabel, penghitungan nilai maksimum dan minimum, mean teoritis, mean empiris, standar deviasi dan penghitungan prosentase. Kategori yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan antara mean empirik dengan mean teoritik. Dalam tabel 4 dapat dilihat norma kategori :

Tabel 4

Norma kategori jenjang

Norma kategori

Mean Empirik > Mean teoritik Konsep Diri Positif Mean Empirik < Mean teoritik Konsep Diri negatif

Penentuan kategori konsep diri dilakukan dengan kategorisasi jenjang berdasarkan standar deviasi dan mean teoritik (Azwar, 2002) sebagai berikut :


(62)

X minimum teoritik : Skor paling rendah yang mungkin didapat subjek pada skala, yaitu 1.

: 42 x 1 = 42

X maximum teoritik : Skor paling tinggi yang mungkin didapat subjek pada skala, yaitu 4.

: 42 x 4 = 168

Range : Luas jarak sebaran antara nilai maksimum dan nilai minimum.

: 168 – 42 = 126

Standar deviasi ( σ ) : Luas jarak sebaran yang dibagi kedalam enam satuan deviasi standar.

: 126 / 6 = 21

Mean ( μ
) : Mean teoritis, yaitu rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum.

: 2

42 168+

: 2 210


(63)

Dalam tabel 5 dapat dilihat norma kategori berdasarkan perhitungan di atas :

Tabel 5 Kategori Skala

Norma kategori

Mean Empirik > 105 Konsep Diri Positif Mean Empirik < 105 Konsep Diri negatif


(64)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah

Penelitian tentang konsep diri dilaksanakan di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mapasadha (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma) Yogyakarta. Jumlah responden yang digunakan adalah sebanyak 54 orang yang bertempat tinggal di Yogyakarta. Subjek terdiri dari 38 orang pria dan 16 orang perempuan. Subjek yang digunakan adalah anggota Mapasadha. Berikut adalah deskripsi keanggotaan subjek penelitian:

Tabel 6

Deskripsi Keanggotaan Subjek

Keanggotaan Rentang usia Jumlah

Anggota Penuh 20 – 25 Tahun 32

Anggota Istimewa 25 – 28 Tahun 13

Alumni Mapasadha 28 – 30 Tahun 9

Jumlah 54

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tentang konsep diri pada anggota Mapasadha dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2009 – 6 Juni 2009. Penelitian dilaksanakan dengan cara menyebarkan skala sebanyak 60 eksemplar, dalam penyebaran skala ada


(65)

berbagai cara yang digunakan yaitu dengan pendekatan langsung kepada anggota secara personal di UKM Mapasadha, mendatangi rumah ataupun rumah kos masing-masing anggota. Setelah penyebaran data, skala yang dikembalikan kepada peneliti adalah sebanyak 54 eksemplar dan 6 eksemplar lainnya dinyatakan gugur karena tidak diisi dan tidak dikembalikan.

C. Hasil Penelitian

1. Uji Normalitas

Uji normalitas terhadap data dilakukan sebelum data diuji dengan uji statistik deskriptif. Tujuan dari dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari frekuensi harapan distribusi normal teoritiknya. Normalitas berarti bentuk distribusi variabel dalam populasi berbentuk distribusi normal atau kurve normal (Hadi,2001). Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari sebuah distribusi normal, dengan mengetahui apakah sebaran skor memenuhi asumsi distribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus one sample Kolmogorov – Smirnov Test, dengan menggunakan SPSS for windows versi 16. Berikut adalah hasil dari uji normalitas :


(66)

Tabel 7 Uji Normalitas

Total

N 54

Kolmogorov-Smirnov Z 0.954

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.323

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Uji normalitas menyatakan bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka sebarannya normal, tetapi bila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka sebaran skornya tidak normal.

Hasil analisis data dalam penelitian dengan menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov pada SPSS versi 16, diperoleh signifikansi sebesar 0.323. Angka ini menunjukkan bahwa distribusi data subjek adalah normal, dengan nilai p yang dihasilkan lebih besar dari 0,05.

2. Deskriptif Data Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sehingga perlu penyajian data melalui tabel, penghitungan nilai maksimum dan minimum, mean teoritis, mean empiris dan standar deviasi. Berikut tabel yang berisi

data penilaian berdasarkan penghitungan komputerisasi dengan


(67)

Tabel 8

Deskripsi Data Penelitian

N 54

Skor Minimum Teoritik 42

Skor Minimum Empirik 112

Skor Maksimum Teoritik 168

Skor Maksimum Empirik 162

Mean Teoritik 105

Mean Empirik 131.092

Median 128.5

Modus 123

Standar Deviasi Teoritik 21

Standar Deviasi Empirik 12.35

Varians 152.614

Standar Deviasi (SD) teoritik yang diperoleh dari penghitungan rentang antara nilai maksimum teoritik dan nilai minimal teoritik dibagi 6, menunjukkan nilai Standar Deviasi (SD) empirik (12.35) lebih kecil daripada SD teoritik (21), yang artinya bahwa tingkat variasi jawaban pada kelompok data lebih rendah daripada tingkat variasi jawaban teoritik. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata subjek penelitian kelompok data lebih rendah dari nilai rata-rata teoritik, yang berarti bahwa subjek penelitian secara umum adalah kelompok yang homogen yaitu kelompok anggota Mapasadha.


(68)

3. Kategorisasi Konsep Diri Pada Anggota Mapasadha

Berdasarkan pada norma kategorisasi skala (Tabel 5) pada bab 3, maka dapat dikategorisasikan skor total subyek berdasarkan tinggi-rendahnya. Berikut ini deskripsi skor total yang telah dikategorisasikan:

Tabel 9

Kategori Skor Total Subjek

Norma Kategori

Mean Empirik > Mean Teoritik Konsep Diri Positif

131.092 > 105 Konsep Diri Positif

Hasil pengkategorisasian di atas dapat memperlihatkan bahwa mean empirik dalam penelitian ini adalah 131.092 lebih besar dibandingkan dengan mean teoritiknya, yaitu 105. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat konsep diri yang positif pada anggota Mapasadha.

4. Data pada Setiap Aspek Konsep Diri

Konsep diri Menurut Fitts memiliki tujuh aspek, yaitu identitas diri, Tingkah laku, Kepuasan, Diri fisik, diri pribadi, diri keluarga dan diri sosial. Dari tujuh aspek tersebut perlu dilakukan pengembangan penelitian untuk mengetahui deskripsi tingkat konsep diri pada masing-masing aspek, yaitu dengan membandingkan perolehan nilai mean empirik dan mean teoritis dan juga mencari perbedaan tingkat mean antara ketujuh aspek tersebut. Pengembangan penelitian ini dilakukan agar memperoleh data yang lengkap


(1)

24 1 1.9 1.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Diri Keluarga 54 13.00 24.00 18.4259 2.51488


(2)

Frequencies Diri Sosial

Statistics Total

Statistics

Diri Sosial

Valid 54

N

Missing 0

Mean 18.7593

Std. Error of Mean .31935

Median 18.5000

Mode 17.00a

Std. Deviation 2.34670

Variance 5.507

Range 8.00

Minimum 15.00

Maximum 23.00

Sum 1013.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Total

Sosial

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

15 3 5.6 5.6 5.6

16 8 14.8 14.8 20.4

17 9 16.7 16.7 37.0

18 7 13.0 13.0 50.0

19 6 11.1 11.1 61.1

20 5 9.3 9.3 70.4

21 9 16.7 16.7 87.0

22 3 5.6 5.6 92.6

Valid


(3)

Sosial

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

15 3 5.6 5.6 5.6

16 8 14.8 14.8 20.4

17 9 16.7 16.7 37.0

18 7 13.0 13.0 50.0

19 6 11.1 11.1 61.1

20 5 9.3 9.3 70.4

21 9 16.7 16.7 87.0

22 3 5.6 5.6 92.6

23 4 7.4 7.4 100.0

Total 54 100.0 100.0

Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sosial 54 15.00 23.00 18.7593 2.34670


(4)

LAMPIRAN

UJI NORMALITAS & STATISTIC

DESCIRPITIVE


(5)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

TOTAL

N 54

Mean 1.3109E2

Normal Parametersa

Std. Deviation 1.23537E1

Absolute .130

Positive .130

Most Extreme Differences

Negative -.061

Kolmogorov-Smirnov Z .954

Asymp. Sig. (2-tailed) .323

a. Test distribution is Normal.

Deskripsi Statistik

No Keterangan Identitas

Diri Kepuasan

Tingkah Laku Diri Fisik Diri Pribadi Diri Keluarga Diri Sosial

1 N 54 54 54 54 54 54 54

2 Skor Minimum Teoritik

6 6 6 6 6 6 6

3 Skor Maksimum Empirik

24 24 24 24 24 24 23

4 Skor Maksimum Teoritik

24 24 24 24 24 24 24

5 Skor Minimum Empirik

16 16 12 13 13 13 15

6 Mean Teoritik 15 15 15 15 15 15 15

7 Mean Empirik 19.8 19 18.9 18.09 18.09 18.42 18.7

8 Median 19.5 19 19 18 18 18.5 18.5

9 Modus 19 18 18 17 18 19 17

10 Standard Deviasi 2.32 1.98 2.31 2.37 2.10 2.51 2.34


(6)

Dokumen yang terkait

KOMUNIKASI PADA ORGANISASI PECINTA ALAM DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI ANGGOTA BARU (Studi Pada Pecinta Alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung)

6 33 70

Hubungan antara efikasi diri dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama Universitas Sanata Dharma.

3 18 175

Korelasi antara keterhubungan manusia pada alam dengan self-compassion pada mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma.

0 3 154

Profil anggota MAPASADHA [Mahasiswa Pecinta Alam Sanata Dharma] : studi deskriptif profil anggota Mapasadha berdasarkan model respon sosial menurut Willis.

0 2 86

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

Profil Anggota MAPASADHA (Mahasiswa Pecinta Alam Sanata Dharma) (Studi deskriptif profil anggota Mapasadha berdasarkan Model Respon Sosial menurut Willis) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi P

0 0 84

Profil Anggota MAPASADHA (Mahasiswa Pecinta Alam Sanata Dharma) (Studi deskriptif profil anggota Mapasadha berdasarkan Model Respon Sosial menurut Willis) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi P

0 0 84

Konsep diri pada anggota Mapasadha (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma) - USD Repository

0 0 126

Studi deskriptif konsep diri fisik : studi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 105

Hubungan antara persepsi popularitas dengan terbentuknya konsep diri pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 90