Menyan Makna Simbolik Upacara Ritual dalam Kesenian

Parem adalah sejenis minuman yang dibuat dari asam, kunyit, gula dan garam yang direbus kemudian diambil airnya. Makna simbolisnya adalah supaya lega dan supaya semua pihak termasuk dari yang punya hajat, penari, pengrawit dan penonton merasakan ketenangan hati. Makna wedang parem juga melambangkan agar manusia selalu merasa marem puas dalam menjalani kekurangan dan kelebihan yang ada dalam kehidupan sehingga dapat senantiasa hidup dalam ketenangan hati wawancara dengan Pak Edi Purnomo, 9 Agustus 2014. Gambar 10. Parem Foto: Dwi Surya, 10 Agustus 2014

e. Sego Kokoh

Sego kokoh melambangkan kemakmuran dan untuk keselamatan para anggota paguyuban kesenian Reog dan masyarakat tersebut wawancara dengan Pak Edi Purnomo, 9 Agustus 2014. Jandra 1990:175 menambahkan bahwa nasi putih melambangkan keberuntungan dan penyajian nasi tersebut mengundang permohonan agar semua pihak yang terlibat dalam upacara dapat selamat dan dikabulkan permohonannya. Dengan demikian makna sego kokoh yaitu untuk meminta keselamatan dan kemakmuran. Gambar 11. Sego kokoh Foto: Dwi Surya, 10 Agustus 2014 Sajian sego kokoh yang memiliki komponen lauk yang berupa tempe dan tahu memiliki peran simbolik bahwa setiap manusia hendaknya dapat berbaur dengan siapa saja agar dapat hidup makmur dan tentram, dengan tetap bermanfaat bagi sesama Alkaf, 2013: 20.

f. Rokok Grendho

Rokok grendho ini dikenal dengan sebutan “ Bakune Roso Kang Pokok” yang artinya adalah rasa penjiwaan pada harimau. Jadi diharapkan penari Dhadak Merak ketika menarikan tarian ini dapat menyatu dengan Reog wawancara dengan Pak Edi Purnomo, 9 Agustus 2014. Gambar 12. Rokok Grendho Foto: Dwi Surya, 10 Agustus 2014 g. Kembang Kanthil Kembang kanthil ini memiliki sebutan Seng Ngetutne yang mengikuti jiwa raga. Rokok grendho dan kembang kanthil ini harus jadi satu. Dengan tujuan supaya penari Dhadak Merak bisa satu rasa dengan Dhadak Merak sehingga bertujuan agar seolah-olah topengnya bisa hidup dan menyatu seperti harimau wawancara dengan Pak Edi Purnomo, 9 Agustus 2014.