Analisis Butir Soal Alat Evaluasi

32

b. Analisis Butir Soal

Berangkat dari fungsi tes sebagai alat ukur, maka sebuah tes baru dapat dianggap berhasil menjalankan fungsinya jika ia mampu memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dari objek yang diukur. Tes yang tidak mampu memberikan informasi yang diinginkan tidak lebih dari sampah. Oleh karena itu, sebelum digunakan tes hasil belajar harus dianalisis terlebih dahulu sehingga dapat memberikan hasil yang memuaskan. Menurut Ngalim Purwanto 2010:118-120 Analisis soal tes ialah mencari soal tes mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan mengapa soal itu dikatakan baik atau tidak baik. Dengan mengetahui soal-soal yang tidak baik itu selanjutnya kita dapat mencari kemungkinan sebab-sebab mengapa soal itu tidak baik. Dengan membuat analisis soal, sedikitknya kita dapat mengetahui tiga hal penting yang dapat di peroleh dari tiap soal, yaitu : a Sampai di mana tingkat atau taraf kesukaran soal itu defficulty level of an item b Apakah soal itu mempunyai daya beda discriminating power sehingga dapat membedakan kelompok peserta didik yang pandai dengan kelompok peserta didik yang bodoh c Apakah semua alternatif jawaban options menarik jawaban- jawaban, ataukah ada yang demikian tidak menarik sehingga tidak perlu dimasukkan ke dalam soal. Menurut Ngalim Purwanto 2010:119 untuk menghitung taraf kesukaran dan daya pembeda tiap soal dari suatu tes, kita perlu 33 terlebih dahulu mengelompokkan hasil tes tersebut menjadi tiga kelompok berdasarkan peringkat dari keseluruhan skir yang kita peroleh. Ketiga kelompok yang di maksud ialah : a kelompok pandai atau upper group 25 dari peringkat bagian atas b kelompok kurang atau lower group 25 dari peringkat bagian bawah c kelompok sedang atau middle group 50 dari peringkat bagian tengah. Yang diperlukan dalam analisis soal selanjutnya ialah kelompok pandai upper group dan kelompok kurang lower group , sedangkat kelompok sedang middle group di biarkan a Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Untuk menghitung taraf kesukaran soal dari suatu tes dipergunakan rumus : T L U TK   Sumber : Ngalim Purwanto 2010 : 119-120 34 Keterangan : TK : indeks TK atau tingkattaraf kesukaran yang dicari. U : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok pandai upper group yang menjawab benar untuk tiap soal L : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok kurang lower group yang menjawab benar untuk tiap soal T : Jumlah peserta didik dari kelompok pandai dan kelompok kurang jumlah upper group dan lower group. Untuk pilihan ganda dengan option 5, jika tingkat kesukarannya sama atau lebih kecil dari 0,27 , dikategorikan soal yang sukar, sedangkan jika tingkat kesukarannya sama atau lebih besar dari 0,73 , dikategorikan soal yang mudah. Alternatif lain untuk melihat indeks kesukaran adalah besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu mudah 0,00 0,1 sukar mudah Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P p besar, singkatan dari kata “proporsi”. Dengan demikian maka soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika dibandingkan dengan P = 0,20 Rumus mencari P adalah JS B P  35 Sumber : Suharsimi Arikunto 2013 : 222-225 Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklarifikasikan sebagai berikut : P : Indeks kesukaran Dilihat dari dua sumber di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Suharsimi Arikunto 2013 : 222-225 dapat menjadi acuan yang dipakai oleh penulis. b Daya beda discriminating power suatu soal Daya beda soal tes ialah bagaimana kemampuan soal itu untuk membedakan peserta didik -peserta didik yang termasuk kelompok pandai upper group dengan peserta didik -peserta didik yang termasuk kelompok kurang lower group. Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut : Sumber : Ngalim Purwanto 2010 : 120-124 Keterangan : DP : indeks DP atau daya pembeda yang dicari U : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok pandai upper group yang menjawab benar untuk tiap soal 1. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar 2. Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang 3. Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah 36 L : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok kurang lower group yang menjawab benar untuk tiap soal T : Jumlah peserta didik dari kelompok pandai dan kelompok kurang jumlah upper group dan lower group Jika daya pembeda soal itu adalah 0 nol atau negatif minus maka soal itu perlu direvisidiperbaiki. Teknik lain untuk menentukan nilai daya beda adalah dengan menggunakan teknik korelasi phi. Anas Sudijono 2013: 391 menuliskan rumus tentang teknik korelasi phi sebagai berikut :  adalah angka indeks diskriminasi phi yang dianggap sebagai angka indeks diskriminasi butir. P H adalah proporsi orang yang menjawab benar kelompok atas. P L adalah proporsi orang yang menjawab benar kelompok bawah. p adalah proporsi seluruh peserta tes yang menjawab betul dan q adalah 1 dikurangi p. Alternatif lain untuk melihat indeks daya beda adalah dibedakan antara kelompok kecil kurang dari 100 dan kelompok besar 100 orang ke atas. 1 Untuk Kelompok kecil Seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50 kelompok atas dan 50 kelompok bawah. 37 2 Untuk Kelompok besar Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27 skor keatas sebagai kelompok atas Ja dan 27 skor terbawah sebagai kelompok bawah Jb. Ja = Jumlah kelompok atas Jb = Jumlah kelompok bawah Sumber : Suharsimi Arikunto 2013 : 227-232 Keterangan : J = Jumlah peserta tes Ja = Banyaknya peserta kelompok atas Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah Ba= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar Bb= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar Pa = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ingat, P sebagai indeks kesukaran Pb = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. Suharsimi Arikunto 2013 : 232 memberikan patokan untuk menentukan daya beda yang dapat diterima sebagai berikut : Besarnya angka Indeks daya beda Klasifikasi Interpretasi Kurang dari 0,2 0,21 – 0,4 0,41 – 0,7 0,71 – 1 Poor Satisfactory Good Excellent Jelek Cukup Baik Baik sekali 38 Indeks daya beda D : Negatif, semua nya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyao nilai D negatif sebaiknya di buang saja. Dilihat dari dua sumber di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Ngalim Purwanto 2013 : 227-232 dijadikan acuan yang dipakai oleh penulis c Validitas Tes hasil belajar yang baik selain reliabel juga harus valid. Sebuah tes dikatakan valid jika ia memang mengukur apa yang seharusnya diukur. Suharsimi Arikunto 2013: 80 dalam bahasa yang hampir sama menyatakan bahwa validitas adalah ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya. Validitas, jika dikaitkan dengan bidang psikologi, dapat dijumpai dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian, validitas soal dan validitas alat ukur. Validitas penelitian merupakan derajat kesesuaian hasil penelitian dengan keadaan sebenarnya. Validitas soal berkaitan dengan kesesuaian antara suatu soal dengan soal lain. Sedangkan validitas alat ukur merujuk pada kecermatan ukurnya suatu tes Sumadi Suryabrata, 2004: 40. Penelitian ini membahas tentang karakteristik butir, oleh karena itu jenis validitas yang menjadi pembahasan utama adalah validitas tes. menurut Suharsimi Arikunto 2013: 82-84 validitas tes 39 dapat dibagi kedalam empat kelompok utama yaitu: a. validitas isi content validity, b. validitas konstruk construct validity, c. validitas kriteria criterion related validity, dan d.validitas prediksi predictive validity. Validitas isi menunjuk pada sejauh mana isi perangkat soal tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Suharsimi Arikunto 2013: 82, dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, validasi isi suatu tes harus menjawab pertanyaan “sejauh mana item test itu mencakup keseluruhan situasi yangingin diukur oleh tes tersebut.”. Validitas konstruk merujuk pada sejauhmana suatu tes mengukur suatu konstruk teoretik atau trait yang hendak diukurnya Ngalim Purwanto, 2010: 138 konstruk dalam pengertian ini adalah berkaitan dengan aspek-aspek psikologi seseorang khususnya aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Validitas kriteria merupakan validitas yang disusun berdasarkan kriteria yang telah ada sebelumnya. Kesahihan alat ukur, dalam validitas kriteria, dilihat dari sejauhmana hasil pengukuran tersebut sama dengan hasil pengukuran alat lain yang dijadikan kriteria. 40

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

ANALISIS BUTIR SOAL TES UTS (ULANGAN TENGAH SEMESTER) MATA PELAJARAN BAHASA ARAB SISWA

7 55 171

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN IPS KELAS III SD NEGERI GUGUS PANGERAN DIPONEGORO KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

1 20 171

Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal IPA Kelas IX SMP di Kabupaten Grobogan

0 11 142

ANALISIS KUALITAS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS NEGERI NGLIPAR GUNUNGKIDUL

0 3 124

PEMETAAN BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL KAITANNYA DENGAN KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN Pemetaan Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Kaitannya Dengan Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII B SMP Negeri

0 2 15

PEMETAAN BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL KAITANNYA DENGAN KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN Pemetaan Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Kaitannya Dengan Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII B SMP Negeri

0 1 17

Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal IPA Kelas IX SMP di Kabupaten Grobogan.

0 25 284

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMP NEGERI 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

1 4 160

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN KELAS VII SEMESTER GENAP SMP N 2 WONOSARI TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 133

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN KOMPUTER AKUNTANSI.

0 0 15