PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 GAYAU SAKTI TP 2012/2013

(1)

(2)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 GAYAU SAKTI

TP 2012/2013

Oleh

ARLINA JAYATI

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas IV SDN 3 Gayau Sakti, diketahui aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah khususnya pada pelajaran PKn. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 3 Gayau Sakti melalui penerapan model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan menggunakan media grafis.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang memiliki tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus dilakukan dalam dua pertemuan. Data yang diperlukan diperoleh melalui observasi menggunakan panduan observasi dan tes menggunakan soal-soal tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran PKn dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan menggunakan media grafis, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 59 (cukup aktif), siklus II sebesar 71,55 (cukup aktif), dan pada siklus III sebesar 81,38 (aktif). Rata-rata hasil belajar siklus 1 sebesar 62,50, siklus II sebesar 74,75, dan siklus III sebesar 85,75. Sementara ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 56,25%, siklus II sebesar 75%, dan siklus III sebesar 100%, artinya ada peningkatan secara signifikan di setiap siklusnya

Kata kunci : model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD), media grafis, aktivitas, hasil belajar.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 8

1. Pengertian PKn ... 8

2. Tujuan PKn ... 9

3. Ruang Lingkup PKn ... 11

B.Belajar ... 12

1. Pengertian Belajar ... 12

2. Pengertian Aktivitas Belajar... 14

3. Hasil Belajar ... 15

C.Model Pembelajaran PKn... 16

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 16

2. Model Pembelajaran PKn di SD ... 17

3. Model Cooperative Learning ... 19

4. Karakteristik Cooperative Learning ... 20

5. Tujuan Cooperative Learning ... 22

6. Jenis-jenis Cooperative Learning ... 23

7. Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ... 24

a. PengertianSTAD ... 24

b. Keunggulan dan Kelemahan STAD ... 25

c. Langkah-langkah STAD ... 26

d. Komponen STAD ... 30

D.Media ... 32

1. Pengertian media ... 32


(7)

3. Media grafis... 35

E. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Setting Penelitian ... 39

C. Teknik Pengumpulan Data ... 39

D. Alat Pengumpulan Data ... 39

E. Teknik Analisis Data ... 40

F. Indikator Keberhasilan ... 42

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah 1. Letak Geografis dan prasarana SDN 3 Gayau Sakti ... 54

2. Keadaan Penyelenggara Sekolah (guru) ... 54

3. Keadaan Siswa ... 55

B. Prosedur Penelitian ... 1. Deskripsi Awal ... a. Refleksi Awal ... 56

b. Perencanaan Pembelajaran ... 56

C. Hasil Penelitian ... 57

1. Siklus I ... 57

a. Perencanaan pembelajaran siklus I ... 57

b. Pelaksanaan pembelajaran siklus I ... 58

c. Hasil Observasi Siklus I ... 63

d. Refleksi Siklus I ... 71

2. Siklus II ... 75

a. Perencanaan pembelajaran siklus II ... 75

b. Pelaksanaan pembelajaran siklus II ... 76

c. Hasil Observasi Siklus II ... 81

d. Refleksi Siklus II ... 88

3. Siklus III ... 93

a. Perencanaan pembelajaran siklus III ... 93

b. Pelaksanaan pembelajaran siklus III ... 94

c. Hasil Observasi Siklus II ... 99

d. Refleksi Siklus II ... 106

D. Pembahasan ... 109

1. Kinerja Guru ... 109

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 111

3. Hasil Belajar Siswa ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... .... 22

2. Bagan Siklus PTK ... 38

3. Diagram Kenaikan Rata-rata Kinerja Guru ... 110

4. Diagram Kenaikan Rata-rata Aktivitas Siswa ... 112


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat ... 125

2. Pemetaan, Silabus, RPP, dan LKS... 131

3. Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG)... 192

4. Analisis aktivitas siswa... 204

5. Hasil Belajar Siswa... 223

6. Lembar Rangkuman Nilai Tim... 227


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang –undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan pasal 3 menegaskan bahwa, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, maka mutu pendidikan harus ditingkatkan secara berkesinambungan. Proses pendidikan yang merupakan proses mewujudkan eksistensi manusia yang bermasyarakat agar peserta didik dapat berperan dalam kehidupanya dimasa yang akan datang. Oleh karena itu setiap pengelola lembaga pendidikan dalam proses pelaksanaan pendidikan harus mengerti dan memahami hakikat serta tujuan pendidikan, memiliki keterampilan dan pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian


(11)

2

mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab bagi kemajuan bangsanya.

Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bagian pendahuluan dinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan yang didasarkan pada tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa. Pada dasarnya tujuan pendidikan diberbagai jenjang dan arena pendidikan adalah tercapainya kematangan fungsi dan struktur, baik fisik maupun psikis peserta didik sehingga menjadi dewasa. Hakikatnya, pendidikan merupakan upaya memanusiakan manusia secara manusiawi. Artinya bahwa manusia perlu dididik sebagai makhluk yang memiliki budaya dengan berfikir secara realistik untuk selalu meningkatkan pemenuhan kebutuhannya.

Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006: 49), adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NKRI 1945. Dalam proses pembelajaran PKn yang memfokuskan pembentukan karakter warga negara Indonesia yang cerdas, terampil sesuai dengan pancasila dan UUD 1945 tersebut hendaknya semua pihak berusaha mewujudkan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dan merangsang keterampilan berfikir dan keterampilan sosialnya. Dengan demikian aktivitas siswa meningkat dan akan meningkatkan pula hasil belajarnya.


(12)

Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa tidak terlepas dari peran guru sebagai tenaga pengajar. Oleh karena itu, guru sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar dalam kelas. Keberhasilan proses pembelajaran dalam kelas dapat ditunjang dengan berbagai variabel, seperti pemilihan model, pendekatan, metode, teknik, alat dan lain-lain. Salah satu cara menciptakan kondisi pembelajaran yang baik adalah pemilihan model dan media pembelajaran yang cocok dalam pembelajaran, yaitu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi dan menanamkan karakter dan keterampilan sosial disamping penanaman konsep mata pelajaran itu sendiri. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah model Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Divisions (STAD), yaitu model pembelajaran yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan pembelajaran kelompok dan penanaman kerjasama antar anggota kelompok, (Slavin, 2010: 143). Penggunaan model ini juga sangat efektif bila dikombinasikan dengan media yang menunjang dalam pembelajaran. Media yang cocok diterapkan adalah media grafis, karena media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis, gambar, tulisan, atau simbol visual lain dengan maksud untuk mengikhtisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data atau kejadian. (Santyasa, file. Upi.edu: 2007).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada hari Senin, tanggal 12 November 2012 di kelas IV SD Negeri 3 Gayau Sakti, diketahui hal-hal sebagai berikut:


(13)

4

(1) guru aktif (teacher center) dan siswa pasif (passive student ); (2) metode yang digunakan lebih banyak menggunakan metode ceramah, dan belum menggunakan model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD); (3) penggunaan alat peraga maupun media pembelajaran kurang maksimal; (4) guru kurang berupaya melibatkan siswa dalam pembelajaran, baik ketika dalam penanaman konsep, latihan, dan penugasan; (5) latihan dan penugasan cenderung menggunakan sumber buku pegangan siswa tanpa menggunakan LKS maupun LTS; (6) pada saat asesmen, guru kurang mengondisikan siswa. Selain itu, hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn rendah, rata-rata hasil belajar siswa berada dikisaran 60 belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SD Negeri 3 Gayau Sakti yaitu 65. Dari 16 siswa yang ada di kelas IV, sebanyak 7 (43,75 %) siswa tuntas dan 9 ( 56,25 %) siswa belum tuntas. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar belum mencapai 50 % dari jumlah siswa seluruhnya.

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan, perlu adanya penerapan variasi berbagai model pembelajaran yang mampu membuat atau melibatkan siswa aktif, tertantang, menarik, inovasi dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang sesuai diterapkan di SD Negeri 3 Gayau Sakti adalah pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan menggunakan media grafis, karena pada dasarnya pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman serta kecerdasan komunikasi siswa tidak berlangsung secara otomatis namun harus dipelajari dan dibangun sendiri


(14)

oleh siswa. Oleh karena itu guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan melibatkan siswa secara aktif didalamnya. Penggunaan model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini telah banyak diterapkan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Nara deniza di SD Negeri 2 Metro Timur TP 2009/2010, yang terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Oleh karena itu, sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut, maka pada penelitian ini penulis akan melakukan perbaikan pembelajaran dengan judul: “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Dengan Menggunakan Media Grafis Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Gayau Sakti TP 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perlu diidentifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut:

1. Guru belum menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD, sehingga siswa kurang memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep.

2. Guru SD Negeri 3 Gayau Sakti belum mengoptimalkan penggunaan media grafis pada proses pembelajaran.

3. Rendahnya aktivitas siswa, akibat siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran PKn.


(15)

6

4. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV pada mata pembelajaran PKn, terbukti pada hasil belajar PKn jumlah siswa yang telah tuntas belajar belum mencapai 50% dari jumlah siswa keseluruhan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut

1. Bagaimanakah penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis untuk meningkatkan aktivitas belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Gayau Sakti TP 2012/2013? 2. Apakah penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dengan

menggunakan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Gayau Sakti TP 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan aktivitas belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Gayau Sakti melalui penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis TP 2012/2013.

2. Meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Gayau Sakti melalui penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis TP 2012/2013.


(16)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu: 1. Bagi siswa

Siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar PKn dan meningkatkan pemahaman konsep-konsep dan kemampuan komunikasi antar siswa dalam pembelajaran PKn sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Guru

Sebagai bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, serta menambah dan mengembangkan kemampuan guru dalam penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis secara tepat. Dengan bertambahnya kemampuan dan wawasan tersebut maka guru akan lebih profesional.

3. Sekolah

Meningkatnya kualitas pembelajaran maka dapat menghasilkan siswa yang berkualitas pula. Dengan menggunakan pengalaman belajar yang baru melalui penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis sebagai salah satu inovasi bagi sekolah dalam pembelajaran PKn.

4. Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman tentang penelitian tindakan kelas, sehingga kelak menjadi guru yang profesional.


(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian PKn

Pendidikan Kewarganegaraan PKn terdiri dari dua kata yaitu Pendidikan dan Kewarganegaraan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003).

Kewarganegaraan dalam bahasa latinnya disebut “civis” selanjutnya dari

kata “civis” dalam bahasa Inggris timbul kata “civic” yang artinya warga

negara atau kewarganegaraan. Akhirnya dari kata “civic” lahir kata

civics” yang artinya ilmu kewarganegaraan atau civics education, (Kansil dalam http://dodisupandiblog.blogspot.com).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan dalam kurikulum 2004 disebut sebagai mata pelajaran kewarganegaraan (citizenship). Pengertian PKn (n) tidak


(18)

sama dengan PKN (N). PKn adalah Pendidikan Kewarganegaraan, sedangkan PKN adalah Pendidikan Kewargaan negara, (Fajar 2009: 141). Sedangkan menurut Winataputra (dalam Ruminiati, 2007 :1.25) perbedaan PKN (N) dan PKn (n), PKN (N) merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau , dan mampu berbuat baik. Sedangkan PKn (n) adalah pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang awalnya diatur dalam undang-undang No. 20 tahun 1949.

2. Tujuan PKn

Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran, yaitu untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik.

Sejalan dengan itu, tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, adalah untuk menjadikan siswa; (1) mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif; (2) mau berpartisipasi secara aktif dalam segala bidang kegiatan dan bertanggung jawab; (3) dapat berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (4) mampu berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain baik secara langsung atau tidak langsung dengan


(19)

10

memanfaatkan teknologi dan informasi, Mulyasa (dalam Ruminiati, 2007: 1.26).

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dan tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Sedangkan tujuan PKn di SD menurut Atha (dalam: http://athaanakcerdas.blogspot.com 2011) adalah: (a) Memberikan pengertian dan pengetahuan serta pemahaman tentang Pancasila yang benar dan sah, (b) Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila dan ciri khas serta watak ke-Indonesiaan, (c) Menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam diri anak didik, (d) Menggugah kesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai moral Pancasila tanpa menutup kemungkinan bagi diakomodasikannya nilai-nilai lain dari luar yang sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral Pancasila terutama dalam menghadapi arus globalisasi dan dalam rangka kompetisi dalam pasar bebas dunia, (e) Memberikan motivasi agar dalam setiap tingkah laku dalam bertindak dan berprilaku sesuai dengan nilai, moral, dan norma


(20)

Pancasila, (f) . Mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara dan warga masyarakat Indonesia yang baik dan bertanggung jawab serta mencintai bangsa dan negaranya.

3. Ruang Lingkup PKn

Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD merupakan sarana pembentukan sikap dan ahlak mulia sebagai warga negara sebagai salah satu tujuan PKn. Terdapat banyak materi yang harus diberikan guna tercapainya tujuan dari mata pelajaran tersebut, oleh karena itu ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan secara umum meliputi aspek: (1) persatuan dan kesatuan; (2) norma hukum dan peraturan; (3) hak asasi manusia; (4) kebutuhan warga negara; (5) konstitusi negara; (6) kekuasaan politik; (7) kedudukan pancasila, dan; (8) globalisasi. Mulyasa (dalam Ruminiati, 2007: 1.26)

Berdasarkan tujuan dan ruang lingkup di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu wahana yang berfungsi melestarikan nilai luhur Pancasila, mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya, serta membina pengalaman dan kesadaran warga negara untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang mampu diandalkan oleh bangsa dan negara.


(21)

12

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dalam proses pendewasaan diri dalam rangka manusia menjalani hidup.Terdapat beberapa teori belajar, diantaranya yaitu teori belajar behavioristik , teori belajar kognitif, dan teori belajar kontruktivis. Dari ketiga teori belajar diatas, teori kontruktivis adalah teori belajar yang sesuai dan banyak diterapkan, karena belajar menurut kontruktivis adalah membangun pengetahuan, lebih menekankan proses daripada hasil. ( Udin S. Winataputra, 2008: 6:3).

Salah satu teori yang melandasi pembelajaran kooperative adalah teori konstruktivisme. Menurut Winataputra, dkk (2007:6.7) perspektif konstruktivisme di kelas dilihat sebagai proses “konstruksi” pengetahuan oleh siswa. Perspektif ini mengharuskan siswa bersikap aktif. Dalam proses ini siswa mengembangkan konsep baru berdasarkan skemata yang telah dimilikinya.

Sebagai sebuah proses, belajar adalah kegiatan membangun pengetahuan, seperti dijelaskan pada pandangan konstruktivistik Budiningsih (2005: 58), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses konstruksi pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh orang yang belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.


(22)

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Perubahan dari hasil belajar dapat diketahui dari berbagai bentuk, seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan serta kemampuan, (Sa’ud, dkk 2006: 3).

Sagala (2010: 37), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Belajar akan membawa kepada perubahan tingkah laku, kecakapan baru dan merupakan hasil dari usaha yang disengaja.

Robbins (dalam Trianto 2009: 15), mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, disini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses membangun pengetahuan atau konstruksi pengetahuan yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Belajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan untuk mengubah sikap dan prilaku, menambah pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kemampuan.


(23)

14

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan bentuk ungkapan kegiatan manusia dalam hidupnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23), aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Menurut Kunandar (2010: 277), aktivitas adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Aktivitas belajar adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam belajar di sekolah untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam belajar. Aktivitas siswa bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial. Proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Aktivitas yang dinilai dalam penelitian ini meliputi kesadaran dan perhatian, memberikan tanggapan, penentuan sikap dan organisasi dalam kelompok, pembentukan pola hidup, kemampuan mengenal objek motorik, kemampuan menyiapkan diri untuk kegiatan pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD, dan kemampuan melakukan gerakan berdasarkan contoh. Dimyati & Mudjiono (2006: 236) menjelaskan bahwa aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu yang merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman lain.

Berdasarkan teori di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa


(24)

menyangkut kesadaran dan perhatian, pemberian tanggapan, sikap dan organisasi kelompok, pembentukan pola dan kemampuan mengenal objek dan mempersiapkan diri ketika pembelajaran dilaksanakan oleh guru dikelas, serta kemampuan melakukan gerakan sesuai perintah atau contoh, sehingga dengan adanya aktivitas belajar, maka akan tercapai suasana aktif dalam pembelajaran, sehingga tujuan yang diharapkan oleh guru dapat tercapai.

3. Hasil Belajar

Proses belajar mengajar memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar. Perilaku dalam belajar sudah ditentukan terlebih dahulu, sedangkan hasil belajar ditentukan berdasarkan kemampuan siswa, Keller (dalam Nashar, 2004 : 77 ). Sejalan dengan Sudjana (2011: 3), yang mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor.

Woordworth (dalam Junaidi, blogspot.com: 2010), mengemukakan hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan diketahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.

Bloom (dalam Sudjana, 2011: 22) merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi domain (ranah) kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif


(25)

16

berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap dan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Perubahan dapat diartikan dari tidak tahu menjadi tahu, tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan proses belajar yang mencakup ranah kognitif meliputi pengetahuan dan pemahaman, afektif meliputi sikap dan minat, dan psikomotor atau perbuatan. Dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar yang menyangkut ranah kognitif.

C. Model Pembelajaran PKn 1. Pengertian Model Pembelajaran

Kegiatan yang dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran adalah kegiatan merancang pelaksanaan pembelajaran, dan dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut pada dasarnya guru telah menggunakan sebuah model atau metode pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2010: 57).

Ismail (dalam Widyantini 2008: 4), mendefinisikan bahwa model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Suatu model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu rasional teoritik yang logis, tujuan pembelajaran


(26)

yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan, serta lingkungan belajar. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan model pembelajaran adalah serangkaian konsep atau strategi pembelajaran yang diterapkan secara sistematis oleh guru di kelas. 2. Model Pembelajaran PKn di SD

Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) (2007: 2), Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; d. kelompok mata pelajaran estetika;

e. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Berdasarkan hal tersebut, PKn termasuk dalam kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang memiliki cakupan sebagai berikut:

Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa


(27)

18

dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Penanaman sikap dan ahlak mulia sangat ditekankan dalam semua jenis mata pelajaran, terutama PKn. Sesuai dengan cakupan mata pelajaran PKn di atas. Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 64 ayat (3), Untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi lulusan, penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui: (a) pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afektif dan kepribadian peserta didik; dan (b) ujian, ulangan, dan atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.

( BNSP, 2007:10)

Model pembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam rangka mencapai standar kelulusan dan penanaman sikap dan ahlak mulia. Model pembelajaran yang cocok digunakan untuk tercapainya hal tersebut adalah model pembelajaran yang memiliki keunggulan dalam pembentukan sikap dan ahlak mulia seperti yang dikemukakan Isjoni (2009: 7), untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, dibutuhkan model pembelajaran yang secara harafiah merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan


(28)

motivasi belajar, sikap siswa, ketrampilan sosial dan pencapaian hasil belajar yang lebih optimal, yaitu model pembelajaran kelompok. Terdapat beberapa model pembelajaran kelompok, diantaranya Inquiri, Problem Solving, Contekstual Teaching Learning, Unit Teaching, dan Cooperative Learning. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan salah satu tipe dari model Cooperative Learning.

3. Model Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif)

Model Cooperative Learning adalah suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk kerja kelompok yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Model Cooperative Learning merupakan strategi pembelajaran yang dilakukan dengan membentuk sekelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar Depdiknas (dalam Komalasari, 2010: 62). Cooperative Learning adalah strategi yang digunakan untuk proses belajar dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan dengan siswa lainnya tentang problem yang dihadapi (Baharuddin & Nur, 2008 : 128).

Model Cooperative Learning menurut Suprijono (2009: 61), model ini dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Sedangkan Anita Lie (dalam Isjoni, 2009: 23), menjelaskan pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem


(29)

20

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme. Merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda, dimana dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap anggota kelompok bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi. (Isjoni, 2009:15).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa, pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada kerjasama siswa dalam kelompok dalam membangun pengetahuan dengan bimbingan guru untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

4. Karakteristik model Cooperative Learning

Ada beberapa karakteristik model pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Abdulhak (dalam Isjoni 2009: 28), menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui berbagai proses antara peserta belajar sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri. Pada hakikatnya model pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh karena itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam model pembelajaran kooperatif karena mereka menganggap telah biasa digunakan, (Isjoni, 2009: 59).


(30)

Walaupun model pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan model pembelajaran kooperatif. Bennet (dalam Isjoni 2009: 60), menyatakan ada 5 unsur dasar yang dapat membedakan model pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:

a. Positive Interdepedence, hubungan timbal balik didasari kepentingan yang sama atau perasaan anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain dan sebaliknya.

b. Interaction face to face, interaksi antar siswa tanpa ada perantara. c. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam

anggota kelompok.

d. Membutuhkan keluwesan.

e. Meningkatkan keterampilan kerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).

Model pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Menurut Lundren (dalam Isjoni 2009: 65), keterampilan-keterampilan dalam kooperatif antara lain, keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah, dan tingkat mahir. Tingkat awal adalah kemampuan kelompok untuk mengerjakan tugas, tingkat menengah adalah kemampuan kelompok berinteraksi dan bekerja sama, tingkat mahir adalah kemampuan kelompok bekerja dan berinteraksi dengan kelompok lain atau membentuk kelompok-kelompok baru.

Berdasarkan pendapat di atas, karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan memfokuskan


(31)

22

pada kerja kelompok dan kerja sama kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

5. Tujuan model Cooperative Learning

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu tujuan pertama, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting. Tujuan kedua adalah toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya. Tujuan ketiga model pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan kerja sama dan berkolaborasi kepada siswa (Martati, 2010: 15).

Tujuan model Cooperative Learning digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Gambar Tujuan model Pembelajaran Kooperatif

Berdasarkan gambar di atas tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademis siswa, dapat menumbuhkan sikap toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, serta dapat mengembangkan ketrampilan sosial.

Cooperative Prestasi

Pengembangan ket. sosial

Toleransi Dan Penerimaan Keanekaragaman


(32)

6. Jenis-jenis Cooperative Learning

Model pembelajaran kooperatif juga memiliki berbagai jenis, yang dibedakan berdasarkan cara kerja pembelajaran secara berkelompok. Beberapa variasi model dalam pembelajaran kooperatif, yaitu : Student Teams Achievement Divisions (STAD), Jigsaw, Team Game Tournament (TGT), Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan Group Resume. Dari berbagai model tersebut, yang banyak dikembangkan adalah model Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw. (Isjoni, 2009: 73).

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini cocok untuk diterapkan bagi sekolah-sekolah yang masih menggunakan model pembelajaran secara langsung karena sangat mudah diterapkan dan paling sederhana dalam penerapannya. Siswa akan lebih mudah dalam menemukan dan menangani konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Siswa yang berkemampuan rendah mendapat kesempatan untuk dibimbing oleh temannya yang memiliki wawasan yang lebih tinggi, sedangkan siswa yang lebih tinggi kemampuannya mempunyai kesempatan untuk menjadi tutor sehingga pemahamannya menjadi lebih baik lagi, (Asma, 2006 : 51). Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis memilih model Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Divisions (STAD).


(33)

24

7. Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

a. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe STAD

Model Cooperative Learning Tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok, Hasan (dalam Solihatin & Raharjo, 2008: 4). Cooperative mengandung pengertian bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Johnson & Hamid Hasan (dalam Solihatin & Raharjo, 2008: 4). Kegiatan cooperative, siswa secara individu mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.

Menurut Slavin (2010: 143), STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.


(34)

Slavin (2010: 144), menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.

Berdasarkan berbagai penapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model Cooperative Learning tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang sederhana dan cocok digunakan sebagai pembelajaran bagi guru yang baru menggunakan model pembelajaran kooperatif.

b. Keunggulan dan Kelemahan Model Cooperatif Learning Tipe Student Team Acievement Division (STAD)

Model Cooperative Learning tipe STAD juga mempunyai berbagai kelebihan dan kelemahan, Rudy (dalam http//:Rudy-unesa.blogspot.com) mengemukakan bahwa kelebihan dan kelemahan model Cooperative Learning tipe STAD adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan model Cooperative Learning tipe STAD yaitu: (1) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, (2) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (3) dapat meningkatkan kreativitas siswa, (4) dapat mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain, (5) dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan, (6) dapat mengidentifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain, (7) dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.

b. Kelemahan model Cooperative Learning tipe STAD yaitu: (1) setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada teman-temannya, (2) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD ini harus lengkap, (3) memerlukan banyak waktu.


(35)

26

Menurut Sudjarwo (dalam Kidung, 2011), keuntungan model Cooperative Learning tipe STAD yaitu, (1) tercapainya tujuan instruksional untuk aspek kognitif tingkat tinggi, (2) keterampilan berpikir dengan penuh kreatif, (3) meningkatkan keterampilan komunikasi, (4) keterampilan antar personal, (5) meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri bagi setiap anggota kelompok.

Selain memiliki beberapa keuntungan, model Cooperative Learning tipe STAD, juga memiliki kelemahan. Kelemahan yang paling menonjol adalah kesulitan dalam mengorganisasikannya dan masalah yang timbul karena sikap para anggotanya.

Berdasarkan teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa

model Cooperative Learning tipe STAD tidak hanya memiliki banyak kelebihan, tetapi juga terdapat beberapa kelemahan. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman dan pendalaman untuk penerapan model Cooperative Learning tipe STAD agar dapat terlaksana dengan baik.

c. Langkah-Langkah Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)

Model Cooperative Learning tipe STAD memiliki langkah-langkah yang terstruktur dan sederhana sehingga dapat dengan mudah diterapkan dalam pembelajaran. Langkah-langkah Cooperative Learning tipe STAD ini didasarkan pada


(36)

langkah-langkah Cooperative Learning yang terdiri atas enam langkah atau fase. Fase-fasenya adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Fase-fase model Cooperative Learning tipe STAD.

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase 2 Menyajikan /menyampaikan informasi. Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase 5 Evaluasi

Fase 6

Memberikanpenghargaan

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber: Ibrahim (dalam Trianto, 2009:71)

Disamping langkah-langkah yang dikemukakan oleh Ibrahim (dalam Trianto, 2009: 71) di atas, terdapat pula komponen-komponen Cooperative Learning tipe STAD melalui lima tahapan yang dikembangkan oleh Slavin (2010: 147) meliputi:

1. Tahap penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dengan tujuan


(37)

28

mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Mengenai teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun melalui audiovisual, lama presentasi dan berapa kali harus dipresentasikan bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas.

2. Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari dalam keja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

3. Tahap tes individual, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas.

4. Tahap perhitungan skor individu, dihitung berdasarkan skor awal, dalam penelitian didasarkan pada nilai evaluasi hasil belajar semester I. berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Penghitungan perkembangan skor individu


(38)

dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

Adapun penghitungan skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin (2010: 159), seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Cara perhitungan skor perkembangan individu

Skor Tes Skor

Perkembangan Individu a. Lebih dari 10 poin dibawah skor

awal

b. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal

c. Skor awal sampai 10 poin diatasnya

d. Lebih dari 10 poin diatas skor awal

e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)

5 10 20 30 30 Sumber : Slavin (210: 159)

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.

5. Tahap pemberian penghargaan kelompok, diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok yang baik, kelompok yang hebat dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok menurut Slavin (2010: 160) adalah sebagai berikut:


(39)

30

a. Kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik. b. Kelompok dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat c. Kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam langkah-langkah dan komponen Cooperative Learning tipe STAD terdapat beberapa fase serta tahapan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sehingga mampu memberikan suasana yang berbeda kepada siswa dan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

d. Komponen - Komponen Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Terdapat beberapa komponen dalam STAD. Menurut Slavin (2010: 143), STAD terdiri atas lima komponen utama, diataranya sebagai berikut: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

Dengan demikian tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses pembelajaran melalui model Cooperative Learning tipe STAD menurut Slavin (2010: 143) yaitu: (1). Presentasi kelas, materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas, lamanya presentasi bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas; (2) Tim, fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik, pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator


(40)

kegiatan tiap kelompok; (3) Kuis, tujuan dari kuis ini untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis; (4) Skor Kemajuan Individual, adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya; (5) Rekognisi Tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau dalam bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kreteria tertentu (poin peningkatan kelompok).

Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok:

a. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya;

b. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa, yang kita sebut dengan nilai kuis terkini; dan

c. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini,Widyantini ( 2008: 8). Peningkatan skor kelompok digunakan rumus Slavin (dalam Panduan Sertifikasi Guru dalam Jabatan, 2011: 77)

Jumlah Poin Peningkatan Setiap Kelompok Nk =

Banyaknya Anggota Kelompok Nk = nilai kelompok


(41)

32

Tabel 4. Kriteria penghargaan kelompok Kreteria Predikat Nk < 15

15 < Nk < 25 Nk > 25

Cukup Baik Sangat baik

Penghargaan pada kelompok terdiri atas 3 tingkat, sesuai dengan nilai perkembangan yang diperoleh kelompok, yaitu: (1) sumper team, diberikan bagi kelopmpok yang memperoleh skor rata-rata >25; (2) great team, diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 15< Nk <25; (3) good team, diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 15.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa komponen yang harus diperhatikan dalam penerapan Model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Keseluruhan komponen tersebut akan menunjang keberhasilan pembelajaran yang dilakukan.

D. Media

1. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal, Arsyad (2009: 3). Sejalan dengan pendapat tersebut, Gagne (dalam


(42)

Angkowo dan Kosasih 2007: 10) menjelaskan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 2006: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, Djamarah dan Zain (2006: 120). Dari berbagai batasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan. Bagi siswa media berfungsi sebagai alat bantu dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan, merangsang fikiran dan pengetahuan.

2. Fungsi dan Manfaat Media

Djamarah dan Zain (2006: 120), berpendapat bahwa kerumitan materi yang akan disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan materi dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dilihat dari wewenang dan interaksinya dalam pembelajaran, guru adalah orang yang paling menguasai materi, mengetahui tujuan apa yang mesti dibuat dan mengenali betul kebutuhan siswanya. Dengan demikian, sebaiknya media juga dibuat oleh guru, karena guru mengetahui secara pasti kebutuhan untuk pembelajarannya, termasuk


(43)

34

permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa pada materi yang diajarkannya.

Sedangkan menurut Hernawan, dkk. (2007: 13), Guru dapat lebih mengefektifkan pencapaian kompetensi/tujuan pembelajaran melalui penggunaan media secara optimal, sebab media ini memiliki nilai dan manfaat yang sangat menguntungkan, diantaranya: (1) Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak, (2) Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, (3) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil, dan (4) Memperlihatkan gerakan-gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

Dick dan Carey (dalam Sadiman 2006: 86) menyebutkan empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, pertama adalah ketersediaan sumber setempat. Artinya, bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua adalah apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya. Ketiga adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama.Artinya media bisa digunakan di mana pun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapan pun serta mudah dijinjing dan dipindahkan.Dan yang keempat adalah efektivitas biaya dalam jangka waktu yang panjang.

Jenis media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.

b. Media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat, model penampang, model susun, model kerja, dan diorama.


(44)

c. Media proyeksi seperti slide, film strips, film, dan OHP. d. Lingkungan sebagai media pembelajaran

Berdasarkan uraian di atas, media yang akan penulis gunakan adalah media grafis, karena media grafis memiliki cakupan yang lebih luas dan jenis yang lebih berfariasi.

3. Media Grafis

Media grafis adalah salah satu dari berbagai macam jenis media pembelajaran. Menurut Sadiman (2006:28), media grafis termasuk media visual. Media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indra penglihatan. Sedangkan menurut Santyasa (file.upi.edu: 2007), media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk mengihktisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data, atau kejadian.

Unsur-unsur media grafis sering disebut sebagai unsur-unsur visual, terdiri dari: titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna, dan tekstur. Jenis-jenis media grafis meliputi: (1) sketsa yaitu gambar sederhana; (2) gambar yaitu bahasa bentuk/rupa yang umum; (3) grafik yaitu pemakaian lambang visual untuk menjelaskan suatu perkembangan suatu keadaan; (4) bagan yaitu penyajian ide-ide atau konsep-konsep secara visual yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan; (5) poster yaitu perpaduan antara gambar dan tulisan untuk menyampaikan informasi, saran, seruan, peringatan, atau


(45)

36

ide-ide lain; (6) kartoon dan karikatur yaitu gambaran tentang seseorang, suatu buah pikiran atau keadaan dapat dituangkan dalam bentuk lukisan yang lucu; (7) peta datar yaitu penyajian visual yang merupakan gambaran datar dari permukaan bumi; (8) papan flanel yaitu untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu, (9) papan buletin yaitu untuk menerangkan sesuatu, (10) diagram yaitu suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol (Sadiman, 2006: 28-49).

Menurut Arsyad (2002: 81), salah satu ciri media pembelajaran yang baik adalah media yang mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respon siswa sehingga media itu sering disebut media interaktif.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, disimpulkan bahwa media grafis adalah suatu alat penyajian secara visual yang menggunakan titik, garis, simbol, gambar, tulisan, atau simbol tulisan yang lain dengan maksud menggambarkan dan merangkum suatu ide, data, atau kejadian. Media grafis adalah media yang cakupanya luas, meliputi titik, simbol, sampai pada gambar-gambar atau tulisan yang menjelaskan suatu topik.


(46)

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran PKn

menggunakan model Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan menggunakan media grafis serta memperhatikan langkah-langkah pembelajaran secara tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Gayau Sakti TP 2012/2013”


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research Wardhani, dkk.( 2007: 1.3). Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berikut ini tahapan daur siklus dalam penelitian tindakan kelas.

Gambar 2. Bagan Siklus PTK (Sumber: Suharsimi Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara).

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan dst.


(48)

B. Setting Penelitian a. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipasi antara peneliti dengan guru PKn kelas IV SD Negeri 3 Gayau Sakti. Adapun subjek penelitian adalah seorang guru dan siswa kelas IV SD Negeri 3 Gayau Sakti, dengan jumlah siswa 16 orang yang terdiri dari 4 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan.

b. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Gayau Sakti, kecamatan Seputih Agung, kabupaten Lampung Tengah.

c. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non tes dan tes. a. Teknik non tes dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi yang

akan digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru. b. Teknik tes akan digunakan untuk mengetahui data hasil belajar siswa. D. Alat Pengumpulan Data

a. Lembar panduan observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran dilaksanakan, hal ini dilaksanakan oleh pengamat (observer).


(49)

40

b. Soal-soal tes. Soal digunakan untuk mengetahui ketercapaian indikator. Soal tes tersebut dibuat berdasarkan hasil belajar siswa pada pra-tindakan, siklus I, II dan siklus III. Dari hasil analisis tes tersebut dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Teknik tes ini dilakukan pada saat siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru pada akhir setiap pertemuan, sementara penilaian hasil kerja setelah proses pembelajaran.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara mengumpulkan data untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas belajar siswa. Sedangkan analisis kuantitatif untuk mendapatkan gambaran hasil belajar siswa dan pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan.

a. Analisis Kualitatif

Digunakan untuk menganalisis menganalisis kinerja guru serta aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Nilai kinerja guru diperoleh dari:

Jumlah skor yang diperoleh Nilai =

Jumlah aspek yang dinilai

Klasifikasi kinerja guru

No Nilai Tingkat Aktivitas Belajar Siswa

1 ≥ 75 Sangat baik

2 50 - <75 Baik

3 < 50 Cukup baik


(50)

Nilai aktivitas setiap siswa diperoleh dengan rumus: Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap

Klasifikasi Aktivitas Siswa

No Persentase Tingkat Aktivitas Belajar Siswa

1 ≥ 75 Aktif

2 50 - <75 Cukup Aktif

3 < 50 Kurang Aktif

Diadopsi dari Purwanto (2009: 102).

b. Analisis Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III. Data kuantitatif penelitian ini diperoleh menggunakan rubrik penilaian dengan rumus sebagai berikut:

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara individual digunakan rumus:

Skor akhir =

Selanjutnya, nilai rata-rata hasil belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus rata-rata hitung sebagai berikut.

X = n

x

Keterangan:


(51)

42

X = Nilai rata-rata yang dicari

x = jumlah nilai

n = Jumlah aspek yang dinilai Diadopsi dari Muncarno (2009: 15)

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya, sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran (Aqib,dkk 2009: 41).

F. Indikator Keberhasilan Tindakan

Penerapan Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan menggunakan media grafis pada mata pelajaran PKn dikatakan berhasil jika:

a) Terdapat peningkatan aktivitas belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Gayau Sakti pada setiap siklusnya.

b) Adanya peningkatan ketuntasan belajar > 75%. G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian yang dilakukan adalah bentuk proses pengkajian berdaur siklus, empat langkah utama dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi (Kusumah, dkk. 2009: 26). Penelitian dilaksanakan di kelas IV semester genap, berkolaborasi dengan guru wali kelas IV. Berikut ini siklus perencanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan.


(52)

Siklus I

Perencanaan (planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus pertama, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran PKn dengan model Cooperative Learning tipe Team Achievement Divisions (STAD) dengan menggunakan media grafis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. b. Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang

kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis.

c. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP), bahan ajar, LKS, dan media pembelajaran yaitu media grafis.

d. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.

Pelaksanaan (actuating)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe Team Achievement Divisions (STAD) dengan menggunakan media grafis pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut.


(53)

44

A. Kegiatan awal

1. Melaksanakan rancangan kegiatan belajar mengajar dengan:

a) Mengkondisikan ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif dan Menertibkan siswa;

b) Membagikan topi bernomor yang dibuat berdasarkan absen untuk memudahkan dalam mengamati aktivitas siswa; dan

c) Membentuk kelompok dan mengorganisasikan kelompok.

2. Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

3. Guru menyampaikan apesepsi berupa suatu cerita yang berkaitan dengan globalisasi.

4. Memberikan motivasi. B. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi

a. Melibatkan siswa mencari informasi mengenai ”Globalisasi dan pengaruhnya”

b. Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

c. Memfasilitasi siswa melakukan kajian materi dengan media grafis yang disediakan.


(54)

2. Elaborasi

a. Siswa diminta untuk membaca buku pelajaran dan mencatat hal-hal penting atas penjelasan materi yang dijelaskan.

b. Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas berupa LKS.

c. Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir, menganalisis, dan menyelesaikan LKS yang diberikan.

d. Memfasilitasi siswa menyajikan hasil kerja kelompok e. Guru memberikan kuis.

3. Konfirmasi

a. Memberikan penghargaan kelompok berupa kartu kemenangan terhadap keberhasilan siswa bersama kelompoknya.

b. Melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

c. Guru memberikan tes formatif. C. Kegiatan Penutup

1. Guru bersama-sama siswa merefleksi pembelajaran.

2. Bersama siswa membuat simpulan pelajaran yang telah dilakukan 3. Memberikan pesan moral terkait materi pembelajaran.

4. Salam penutup

Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Observasi (observasing)

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa serta kinerja guru


(55)

46

selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan cara memberi nilai pada lembar observasi.

Refleksi (reflecting)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus kedua.

SIKLUS II

Siklus kedua ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran PKn dengan model Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan menggunakan media grafis. Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Siklus II ini juga melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus I yaitu sebagai berikut: Perencanaan (Planning)

Langkah tindakan ini merupakan persiapan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam perencanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan model Cooperative Learning


(56)

tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan menggunakan media grafis pada siklus II sebagai berikut:

a. Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

b. Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis.

c. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP), bahan ajar, LKS, dan media pembelajaran yaitu media grafis.

d. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal beserta penilaiannya, instrumen nontes berupa lembar observasi. Pelaksanaan (acting)

A. Kegiatan awal

1. Melaksanakan rancangan kegiatan belajar mengajar dengan:

a. Mengondisikan ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif dan menertibkan siswa berdasarkan kelompok yang telah di bentuk pada siklus sebelumnya.

b. Membagikan topi bernomor yang dibuat berdasarkan absen untuk memudahkan dalam mengamati aktivitas siswa; dan

c. Mengecek kesiapan setiap kelompok;

2. Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.


(57)

48

Menceritakan tentang kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan globalisasi.

4. Memberikan motivasi B. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi

a. Melibatkan siswa mencari informasi mengenai ”kebudayaan Indonesia dalam misi internasional”

b. Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

c. Memfasilitasi siswa melakukan pengkajian materi dengan media grafis yang disediakan.

2. Elaborasi

a. Siswa diminta untuk membaca buku pelajaran dan mencatat hal-hal penting atas penjelasan materi yang dijelaskan.

b. Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas berupa LKS.

c. Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir, menganalisis, dan menyelesaikan LKS yang diberikan.

d. Memfasilitasi siswa menyajikan hasil kerja kelompok e. Guru memberikan kuis.

3. Konfirmasi

a. Memberikan penghargaan kelompok berupa kartu kemenangan terhadap keberhasilan siswa bersama kelompoknya


(58)

b. Melakuakan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

c. Guru memberikan tes formatif. C. Kegiatan Penutup

1. Guru bersama-sama siswa merefleksi pembelajaran.

2. Bersama siswa membuat simpulan pelajaran yang telah dilakukan 3. Memberikan pesan moral terkait materi pembelajaran.

4. Salam penutup

Menyampaikan rencana pelaksanaan pembelajaran pertemuan selanjutnya.

Observasi (observasing)

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa serta kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan cara memberi nilai pada lembar observasi.

Refleksi (reflecting)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis. Analisis hasil belajar siswa


(59)

50

dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus ketiga.

SIKLUS III

Siklus ketiga ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran PKn dengan model Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan menggunakan media grafis. Hasil pembelajaran pada siklus III ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus II. Siklus III ini juga melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus II yaitu sebagai berikut: Perencanaan (Planning)

Langkah tindakan ini merupakan persiapan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam persiapan pembelajaran PKn dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan menggunakan media grafispada siklus III sebagai berikut:

a. Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. b. Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis.

c. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP), bahan ajar, LKS, dan media pembelajaran yaitu media grafis.


(60)

d. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal beserta penilaiannya, instrumen nontes berupa lembar observasi.

Pelaksanaan (acting) A. Kegiatan awal

1. Melaksanakan rancangan kegiatan belajar mengajar dengan:

a. Mengkondisikan ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif dan menertibkan siswa berdasarkan kelompok yang telah dibentuk pada siklus sebelumnya.

b. Membagikan topi bernomor berdasarkan absen, untuk memudahkan dalam mengamati aktivitas siswa dan

c. Mengecek kesiapan setiap kelompok

2. Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

3. Guru menyampaikan apersepsi berupa :

Menceritakan tentang kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan globalisasi.

4. Memberikan motivasi B. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi

a. Melibatkan siswa mencari informasi mengenai ”dampak globalisasi”


(61)

52

b. Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

c. Memfasilitasi siswa melakukan pengkajian materi dengan media grafis yang disediakan.

2. Elaborasi

a. Siswa diminta untuk membaca buku pelajaran dan mencatat hal-hal penting atas penjelasan materi yang dijelaskan.

b. Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas berupa LKS.

c. Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir, menganalisis, dan menyelesaikan LKS yang diberikan.

d. Memfasilitasi siswa menyajikan hasil kerja kelompok. e. Guru memberikan kuis.

3. Konfirmasi

a. Memberikan penghargaan kelompok berupa kartu kemenangan terhadap keberhasilan siswa bersama kelompoknya.

b. Melakuakan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

c. Guru memberikan tes formatif. C. Kegiatan Penutup

1. Guru bersama-sama siswa merefleksi pembelajaran.

2. Bersama siswa membuat simpulan pelajaran yang telah dilakukan. 3. Memberikan pesan moral terkait materi pembelajaran.


(62)

Observasi (observasing)

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa serta kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan cara memberi nilai pada lembar observasi.

Refleksi (reflecting)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa mengikuti pembelajaran dan antusias siswa terhadap kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas.


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan tentang pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan menggunakan media grafis, pada materi Globalisasi sebagai berikut.

1. Penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa SDN 3 Gayau Sakti. Secara berurutan persentase rata-rata tiap siklus adalah pada siklus I sebesar 59 (cukup aktif), siklus II 71,55 (cukup aktif), dan siklus III mencapai 81,38 (aktif).

2. Penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada setiap siklus, pada siklus I rata-rata hasil belajar sebesar 62,50 dengan ketuntasan 56,25%, siklus II rata-rata hasil belajar sebesar 74,75 dengan ketuntasan 75%, dan siklus III rata-rata hasil belajar sebesar 85,75 dengan ketuntasan 100%, terjadi peningkatan rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar (12,25) , sedangkan pada siklus II ke siklus III terdapat peningkatan sebesar (11).


(1)

Dengan demikian Penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN 3 Gayau Sakti tahun pelajaran 2012/2013. B.Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam menerapkan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis, yaitu:

1. Siswa

a. Selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat.

b. Siswa harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok.

2. Guru

a. Guru harus memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.

b. Guru harus lebih kreatif dalam mengkaitkan konsep materi pembelajaran dan pemanfaatan media pembelajaran.

c. Penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis harus didukung dengan kemampuan pelaksananya yang tidak dapat sekaligus dikuasai. Sehingga, Guru harus terus mencoba dan melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran.


(2)

120

3. Sekolah

a. Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran tentang penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media grafis dan media LKS pada materi globalisasi, agar melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran sejenis pada materi pembelajaran lainya.

b. Agar menfasilitasi sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatkan mutu pendidikan sekolah.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2009. Pemantapan kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Angkowo dan, Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Grasindo. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penilitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Dirjen Dikti. Jakarta.

Atha. 2011. Hakekat, Fungsi, dan Tujuan PKn SD. http://athaanakcerdas.blogspot.com//2011/12/hakekat-fungsi-dan-tujuan-pkn-di-sd.html diakses 14-12-2012. Pukul 15.10 WIB.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. YramaWidya. Bandung.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Jakarta.

Baharuddin dan Nur, Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzzmedia. Jakarta.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.Jakarta.

Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 tentang Standar Isi Tujuan Pembelajaran PKn. Jakarta.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful B dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka

Cipta. Jakarta.

Fajar, Arnie. 2009. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.


(4)

122

Hernawan, dkk. 2007. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI Press. Bandung. Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

_____2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok . Alfabeta. Pekan Baru.

_____ 2009. Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Belajar. Pekan Baru.

Junaidi, Wawan. 2010. Cara Meningkatkan Aktivitas Belajar siswa. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/07/aktivitas-belajar-siswa.html.

Diaksespadatanggal 27 November 2012 @05:30 WIB.

Kansil. Pengertian PKn. http:// dodisupandiblog. Blogspot .com /2010 /05/ pengertian pendidikan-kewarganegaraan.html. Diakses tanggal 2 Desember 2012 @ 9.40 WIB.

Kidung, Jamaluddin. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, dengan Pendekatan SAVI. http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html. Diaksespadatanggal 29 November 2012 @09: 56 WIB.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Press. Jakarta.

_________2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Kusumah, Wijaya dkk. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Malta Printindo. Jakarta.

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Strategi Penanaman Nilai. Ganesindo. Bandung.

Muncarno. 2009. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. PGSD. Metro.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta. Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Rosda. Bandung.

Rudi. 2010. Manfaat Pembelajaran Terpadu. http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/01/filosofi-tujuan-dan-manfaat.htm. Diakses 29 November 2012 @14.00 WIB.


(5)

Ruminiati. 2007. Pengembangan PKn SD. Depdiknas . Jakarta.

Rusman. 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Press. Bandung.

Sa’ud, Udin Syaefuddin, dkk.. 2006. Pembelajaran Terpadu. Upi Press. Bandung. Sadiman, Arief S, dkk. 2006. Media Pendidikan. Rajawali Pers. Jakarta.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Santyasa, I Wayan. 2007. Landasan Konseptual Media

Pendidikan.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOL AH/194704171973032MULIATI_PURWASASMITA/MEDIA_PEMBEL AJARAN.pdf. Diakses 28 Desember 2012 @15.00 WIB.

Slavin, Robert, E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2008. Coopeative Learning. Bumi Aksara. Jakarta. Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian

Universitas Lampung. Bandar Lampung

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Surabaya.

Syamsudin, Abin dan Nandang Budiman. 2006. Profesi keguruan 2. Universitas Terbuka. Jakarta.

Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. ___________. 2006. Kurikulum Satuan Pendidikan. Jakarta.

___________. 2011. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam Jabatan Rayon 07 Modul Guru Kelas SD A. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tim Redaksi. 2008. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003.

Sinar Grafika. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Surabaya.


(6)

124

______. 2010. Mendesain model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Surabaya.

Wardani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Widyatini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooferatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Dirjen Dikti Depdiknas. Yogyakarta.

Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN AJARAN 2011/2012

0 5 52

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 TEMPURAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 64

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 GAYAU SAKTI TP 2012/2013

0 11 69

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 KARANG ENDAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 11 61

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO PUSAT

0 7 51

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 40

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 112

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IVA SD NEGERI 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 3 SIMBARWARINGIN

0 6 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD NEGERI 7 METRO BARAT

0 5 79