ISU KEBIJAKAN 193MKpIV2010 Negara JAKSTRANAS

masing unsur kelembagaan secara sendiri-sendiri. Jaringan Iptek yang sudah terbentuk sangat berpotensi untuk dikembangkan untuk mengoptimalkan capaian dalam pemabangunan Iptek.

2.3. ISU KEBIJAKAN

Kunci utama untuk membangun kemandirian bangsa adalah membangun daya saing nasional melalui strategi yang tepat untuk menciptakan keunggulan kompetitif. Untuk membangun keunggulan kompetitif, Iptek berperan melalui penumbuhan aset dan kapabilitas masyarakat agar secara kolektif dapat menjadi sumber keunggulan bangsa resource advantage; memperkuat rantai pertambahan nilai produksi agar citra dan pangsa pasar produk dalam negeri yang ditopang oleh hasil litbang memiliki daya saing di pasar global positional advantage dan meningkatkan pendapatan negara; serta mengatasi berbagai bentuk persaingan yang melemahkan posisi tawar negara, sehingga secara berkelanjutan dapat memperbaharui sumber-sumber keunggulan bangsa regenerating advantage. Peran Iptek dalam aktivitas perekonomian yang digambarkan dengan Total Factor Productivity TFP di Indonesia adalah yang paling rendah di antara negara-negara ASEAN. Hal ini dipertegas oleh nilai ekspor Indonesia tahun 1996 sampai 2009 yang didominasi oleh produk-produk yang kandungan teknologinya rendah. Sementara impor Indonesia didominasi oleh produk industri, tambang, dan produk industri makanan dengan kandungan teknologi yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia belum dapat memperoleh manfaat nilai tambah yang maksimal melalui pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan sumber daya alam. Investasi industri untuk litbang teknologi masih sangat terbatas, sehingga kemampuan industri dalam menghasilkan teknologi masih rendah. Di samping itu, beberapa industri besar dan industri yang merupakan Penanaman Modal Asing PMA mempunyai ketergantungan yang besar pada DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS teknologi yang berasal dari industri induknya atau dari negara asing. Akibatnya ketergantungan semakin besar pada negara asing penghasil teknologi dan kurangnya pemanfaatan teknologi hasil litbang dalam negeri. Ketergantungan industri pada teknologi impor antara lain disebabkan oleh kelemahan lembaga litbang nasional dalam menyediakan teknologi yang siap pakai. Hal ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas litbang yang disebabkan oleh belum efektifnya kelembagaan, sumber daya, dan jaringan Iptek. Kelembagaan Iptek jumlahnya sangat banyak, tapi hanya sedikit yang merupakan pusat keunggulan center of excellence. Selain itu, postur lembaga litbang pemerintah cenderung kurang efisien dan efektif, kompetensi inti lembaga menjadi semakin lemah karena fungsi yang cenderung meluas, kemampuan lembaga dalam membangun jaringan litbang nasional dan internasional sangat terbatas, rendahnya anggaran litbang, dan kurangnya sarana-prasarana yang berkualitas internasional. Permasalahan tersebut memerlukan penyelesaian yang sistematis karena berpengaruh terhadap produktivitas SDM dan lembaga litbang itu sendiri. SDM Iptek merupakan faktor kunci dalam kegiatan litbang. Beberapa faktor penting yang berpengaruh terhadap kinerja SDM Iptek adalah kuantitas, kualitas, produktivitas, dan kesejahteraan SDM. Kuantitas SDM Iptek dipengaruhi oleh kapasitas perguruan tinggi sebagai penghasil SDM Iptek, minat lulusan perguruan tinggi untuk bekerja di bidang Iptek, pola dan kebijakan rekrutmen serta pembinaan SDM baik pada tingkat lembaga maupun secara nasional. Faktor-faktor tersebut dewasa ini belum memberikan dukungan yang optimal bagi terpenuhinya kuantitas SDM Iptek yang ideal. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya jumlah peneliti yang ada pada tahun 2009 yaitu sebanyak 7.649 orang yang tersebar di 36 lembaga. Kualitas SDM berkaitan dengan kapasitas dan kapabilitas SDM Iptek dalam penciptaan Iptek dan siklusnya. Dalam hal ini masalah yang kita hadapi adalah DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS ketidakseimbangan antara bidang ilmu sosial dengan eksakta di tingkat pendidikan tinggi. SDM berpendidikan tinggi yang ada di berbagai lembaga litbang masih timpang, dan komposisi bidang keahlian belum sesuai dengan yang dibutuhkan untuk peningkatan penguasaan Iptek. Produktivitas SDM Iptek dapat dinilai dari besarnya publikasi dan paten yang dihasilkan. Dari kedua hal tersebut dapat dikatakan bahwa produktivitas SDM Iptek Indonesia masih sangat rendah. Ini ditunjukkan oleh data Institute of Management Development IMD tahun 2008 bahwa jumlah publikasi ilmiah Indonesia pada jurnal internasional menduduki peringkat 51 dari 56 negara dengan jumlah publikasi sebanyak 205. Sementara data WIPO tahun 2008 menunjukkan bahwa paten Indonesia yang tercatat di sana menduduki peringkat 6 dari 7 negara Asia dengan jumlah 308. Rendahnya produktivitas SDM ini tidak dapat dilihat sebagai faktor yang berdiri sendiri karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kuantitas dan kualitas SDM, kesejahteraan, ketersediaan anggaran, ketersediaan sarana prasarana, efektivitas kelembagaan, dan menajemen Hak Kekayaan Intelektual HKI. Kesejahteraan SDM Iptek merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam menilai kinerja dan produktivitas SDM. Secara nominal gaji SDM Iptek selalu mengalami peningkatan, namun bila dilihat secara riil peningkatan tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan secara signifikan. Di samping itu, jaminan dan keberlanjutan karir, penghargaan, dan jaminan rasa aman dinilai belum mencukupi kebutuhan manusia secara wajar. Anggaran litbang yang kecil sekitar 0.4 dari APBN dan sekitar 0.08 dari Produk Domestik Bruto dan tersebar di berbagai lembaga litbang, walaupun merupakan alasan klasik tetapi sangat berpengaruh terhadap kemampuan lembaga litbang dalam menghasilkan invensi dan inovasi Iptek. Sebagian besar sumber anggaran litbang masih berasal dari anggaran pemerintah yang jumlahnya terbatas, sementara investasi swasta dalam litbang masih sangat rendah. DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS Sarana prasarana litbang berpengaruh terhadap produktivitas SDM dan efektivitas lembaga dalam menghasilkan invensi yang unggul dan kompetitif. Akan tetapi, kondisi sarana prasarana litbang saat ini banyak yang sudah tidak layak dan out of date. Untuk itu, optimalisasi dan modernisasi sarana prasarana litbang diperlukan dalam mendukung tugas dan fungsi lembaga litbang. Hak Kekayaan Intelektual HKI yang meliputi hak cipta dan hak kekayaan industri merupakan pengakuan tertinggi terhadap hasil karya cipta seseorang, sekelompok orang atau lembaga. Promosi, perlindungan, dan pemanfaatan HKI diyakini akan berpengaruh terhadap produktivitas SDM dan lembaga litbang dalam menghasilkan inovasi teknologi yang unggul dan kompetitif. Jaringan yang efektif antar unsur kelembagaan diharapkan dapat mengalirkan sumber daya Iptek dari lembaga penghasil Iptek ke lembaga pengguna Iptek. Terbentuknya jaringan ini saling dipengaruhi oleh kompetensi lembaga, kualitas SDM, ketersediaan sarana prasarana litbang, dan anggaran. Lemahnya jaringan Iptek menyebabkan lemahnya interaksi antara penghasil dan pengguna Iptek sehingga mengakibatkan lemahnya pemanfaatan Iptek. Selain faktor-faktor tersebut, budaya kreatif inovatif belum berkembang di masyarakat baik di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan peneliti. Secara umum, budaya bangsa masih belum mencerminkan nilai-nilai Iptek yang mempunyai sifat penalaran obyektif, rasional, maju, unggul dan mandiri. Pola pikir masyarakat belum berkembang ke arah yang lebih suka mencipta daripada sekedar memakai, lebih suka membuat daripada sekedar membeli, serta lebih suka belajar dan berkreasi daripada sekedar menggunakan teknologi yang ada. Dari uraian di atas isu kebijakan Iptek yang dihadapi dapat diringkaskan menjadi 3 tiga isu strategis, yaitu: masih rendahnya produktivitas litbang, masih rendahnya pendayagunaan hasil litbang pada sektor produksi, dan belum berkembangnya budaya inovasi dan kreativitas. DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN NASIONAL IPTEK

3.1. Visi