1
BAB I PENDAHULUAN
Sekitar 75 wanita dengan kanker ovarium terdiagnosis pada stadium lanjut dan menyebabkan kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi,
dimana
five years survival rate
hanya 30 . Presentasi penderita kanker ovarium yang meninggal
sangat tinggi tanpa menunjukkan gejala yang signifikan sehingga kanker ovarium dijuluki
silent killer
. Setiap tahunnya, sekitar 225.000 lebih wanita di dunia didiagnosa kanker ovarium dengan insiden terbanyak di Amerika Serikat.
Menurut Jemal dkk, pada
tahun 2010 di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 21.880 kasus baru, dimana sebanyak 13.850 dari kasus tersebut
, penderitanya
meninggal dalam perjalanan penyakitnya.
1,2
Sebagai akibat hasil tersebut diatas, metode skrining untuk deteksi awal kanker ovarium sangat diperlukan. Di
Indonesia tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara,
dengan
five years survival rate
dalam 50 tahun terakhir tidak banyak mengalami kemajuan, yakni berkisar antara 20
– 37.
3
Tumor ovarium terlihat sebagai massa di adneksa yang bisa dibedakan menjadi jinak dan ganas setelah operasi dan dilakukan pemeriksaan Patologi
Anatomi sebagai
gold standard
. Prosedur diagnosis preoperatif yang dapat memprediksi antara tumor ovarium yang ganas dan jinak, diharapkan dapat
bermanfaat untuk merencanakan secara optimal penanganan yang diperlukan. Diagnosis preoperatif sangat penting, karena bisa mencegah pembedahan yang
2 tidak perlu.
14
Sedangkan penderita dengan kecurigaan ganas preoperatif tidak saja memerlukan tindakan pembedahan yang optimal tetapi juga memerlukan
penanganan predan postoperatif yang tepat. Kecurigaan keganasan preoperatif menentukan apakah penderita memerlukan rujukan ke spesialis onkologi untuk
mendapatkan penanganan yangoptimal, sehingga memberikan hasil prognostik penyakit menjadi lebih baik. Ketepatan dan kecepatan mereferal penderita ke
onkologi ginekologi dapat meningkatkan harapan hidup penderita kanker ovarium.
4
Karakteristik dari ovarium normal dan abnormal telah diteliti secara ekstensif sejak adanya ultrasonografi. Umumnya ultrasonografi digunakan untuk evaluasi
bila secara klinis dicurigai adanya massa di kavum pelvis. Beberapa penelitian telah menyelidiki peranan ultrasonografi sebagai bagian dari protokol skrining
untuk deteksi dini kanker ovarium.
5,6,7,8
Setelah diperkenalkan, sonografi transvaginal telah meningkatkan memperbaiki visualisasi dari ovarium normal dan abnormal. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk mendeskripsikan dan menstandarisasi deskripsi dari karakteristik tumor ovarium.
10,11,12,13
Penggunaan analisis Doppler sonografi untuk mengetahui pemetaan aliran darah dan
waveform characteristics
telah diterapkan untuk mengevaluasi neovaskularisasi pada tumor ovarium, dan tak jarang
dikombinasikan dengan petanda ultrasonografi lainnya.
10,15,16,17,18,19
Tujuan penting yang ingin dicapai dari evaluasi ovarium menggunakan ultrasonografi adalah untuk menentukan perbedaan antara kanker ovarium dengan
3 kondisi non kanker seperti pada proses fisiologis, inflamasi, dan proses neoplasi
jinak. Adapula variasi metode identifikasi preoperatif telah dikembangkan dan
digunakan untuk mengetahui kemungkinan adanya keganasan dari tumor ovarium. Modalitas diagnostik terkini yang telah dikembangkan dari grup
International Ovarian Tumor Analysis
IOTA mengklasifikasi tumor ovarium menjadi empat subgup, berdasarkan karakteristik ultrasound: unilokular, multilokular, massa
adneksa dengan komponen solid tanpa proyeksi papil, massa adneksa dengan satu atau lebih proyeksi papil.
20
Begitu banyak modalitas diagnostik preoperatif yang digunakan, masalahnya adalah memilih prosedur yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi, efektif,
tidak invasif, murah dan efisien.
10, 21
Penulisan sari pustaka ini bermaksud untuk membahas adanya pendekatan baru sistem skoring subgroup dari IOTA yang dapat dipakai untuk memprediksi
keganasan tumor adneksa.
4
BAB II GAMBARAN ULTRASONOGRAFI TUMOR OVARIUM