Wilayah IPAL Tegal Gundil Umum

 Dokumen Laporan Akhir Kegiatan: Pengujian Kualitas Air Sungai, Situ, dan Sumur, oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Bogor, Tahun 2010.  Dokumen Laporan Akhir Pengujian Kualitas Limbah Cair Kegiatan UsahaIndustri Kota Bogor, oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Bogor, Tahun 2010.  Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup DPLH, Kegiatan Pengoperasian Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL Tegal Gundil, di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, November.  Dokumen Laporan Rencana Pengelolaan Lingkungan Jangka Menengah dan Panjang, Western Java Environmental Management Project WJEMP, Kota Bogor Local Environmental Strategy, Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup KPLH Kota Bogor, September 2004 Penjelasan tentang aspek Kelembagaan yang ada saat ini dapat dilihat di Bab 7 pada dokumen ini. Penjelasan tentang aspek Ekonomi dan Keuangan pada bentuk Kelembagaan yang ada saat ini dapat dilihat di Bab 8 pada dokumen ini.

1.1.1.8 Wilayah IPAL Tegal Gundil

Tempat pengumpulan limbah tidak sepenuhnya tersambung. Sekitar 300 SR dari yang direncanakan yaitu 600 SR yang baru terpasang. Oleh karena itu IPAL Tegal Gundil belum sepenuhnya digunakan, ditambah lagi dengan tidak difungsikan dengan benar karena buruknya pengoperasian dan pemeliharaannya. Penilaian teknis secara rinci ditampilkan pada Lampiran C.6

1.1.1.9 Umum

Banyak area permukiman yang belum terlayani dengan pengolahan akhir limbah cair rumah tangga yang layak yang umumnya merupakan area permukiman kumuh yang berada pada bantaran sungai dimana pembuangan akhir limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke sungai seperti : 1 kawasan kumuh di RT 03 RW 04 Kelurahan Cimahpar Kecamatan Bogor Utara yang berada pada bantaran sungai cimaridin dimana terdapat 9 unit rumah yang dihuni oleh 14 KK yang belum memiliki fasilitas jamban, 2 kawasan kumuh RT 01 RW 02 Kelurahan Cibuluh Kecamatan Bogor Utara dimana 97 rumah belum memiliki jamban keluarga, 3 kawasan kumuh RT 01 RW 07 Kelurahan Batu Tulis Kecamatan Bogor Selatan; RT 02 RW 07 Kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat; RT 02 RW 08 Kelurahan Menteng Kecamatan Bogor Barat; RT 03 RW 04 Kelurahan Pabaton Kecamatan Bogor Tengah; RT 02 RW 03 Kelurahan Sukasari Kecamatan Bogor Timur; dan RT 02 RW 07 kelurahan Kencana kecamatan Tanah Sareal. Lokasi-lokasi tersebut merupakan kawasan kumuh, padat penduduk serta belum memiliki fasilitas sanitasi yang layak dan sehat. Hasil survey sosek yang telah dilakukan terhadap 800 KK, menunjukan bahwa jumlah laki-laki yang menjadi responden adalah sebanyak 9 dan perempuan sebanyak 91. Sebanyak 16 dari jumlah responden perempuan adalah merupakan kepala keluargao, sebanyak 81 aalah para istri dan sebanyak 277184BA01MMIMMI12A 29 March 2011 P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc 8 1.2 Temuan-temuan di Lapangan 1.2.1 Aspek Kelembagaan 1.2.2 Ekonomi dan Keuangan1.2.3 Aspek Teknis 1.2.4 Aspek Sosial not found 3 adalah perempuan. Tingkat pendidikan responden bervariasi dari tidak tamat SDtidak sekolah 12, tamat SD 29, tamat SMP 20, tamat SMA 33, dan tamat perguruan tinggi 7. Dari hasil survey: kebiasaan membuang air besar BAB responden sebagian besar membuang ditoilet pribadi 85, dilanjutkan dengan BAB disungai 9, toilet umum 3 dan kolam ikan 3. Untuk mengetahui akhir buangan dari toilet, sebanyak 187 responden yang memiliki toilet sendiri mengatakan buangan akhir tinja adalah tangki septic kemungkinan adalah cubluk 67, langsung ke sungaisaluran air 26, ke cubluk 1, dan lainnya 6. Buangan akhir dari limbah toilet dianalisa berdasarkan gender, tingkat pendapatan dan pendidikan tersebar merata, artinya walaupun tingkat pendapatan responden rendah 12 Rp. 1 juta mereka juga berada diantara responden yang akhir buangan toilet ke septic tank, sama seperti responden yang tingkat pendapatannya tinggi 9 Rp. 7 – 9 million yang juga memiliki akhir buangan toilet ke septic tank. Akhir buangan toilet ke sungai juga dilakukan oleh responden dengan tingkat pendapatan antara Rp. 1 - 3 juta 47. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, maka responden dengan setingkat tamat SMA sebanyak 35 juga membuang ke sungai. Total responden N=200 yang pernah memanfaatkan sedot tinja hanya 12 umumnya 3-5 tahun terakhir. Namun bila dilihat dari responden yang akhir buangan toilet ke septic tank N=125, pernah memanfaatkan pelayanan sedot tinja sebesar 18 dan yang tidak pernah sama sakali memanfaatkan layanan tersebut sebanyak 82. Dari 49 responden yang membuang limbah toilet ke saluransungai, sebanyak 4 memanfaatkan layanan sedot tinja dan selebihnya tidak pernah 96 . Hal ini berkaitan dengan mereka yang memiliki tangki septic perantara sebelum limbah toilet dibuang ke sungaisewerage. Sisanya adalah 36 responden termasuk mereka yang membuang limbah toilet ke cubluk dan yang tidak menjawab pertanyaan tentang pembuangan limbah toilet. Dari total responden N=200 pernah dijelaskan tentang sistem off-site dan on-site dengan menggunakan alat peraga. Mereka yang menginginkan pelayanan sambungan baik dengan system off-site maupun on- site willing to connect WTC dengan kesediaan membayar willing to pay WTP sebanyak 87, akan tetapi untuk 125 responden yang membuang limbah toilet ke tangki septik, hanya 104 responden yang menjawab ingin menyambung ke jasa pelayanan perpipaan. Dari hasil Survey Sosec menunjukkan bahwa pengetahuan responden dari berbagai status sosial ekonomi baik laki-laki atau perempuan tentang pengelolaan air limbah rumah tangga masih kurang, hal ini dikarenakan perilaku BAB, bangunan bawahakhir buangan toilet belum memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan, serta masih sedikit responden yang pernah memanfaatkan jasa layanan sedot tinja. Namun bila dilihat dari akhir buangan toilet, responden yang sudah memiliki septic tank, mereka bersedia sambung dan juga membayar ke jasa pelayanan off-site danatau on-site. Gender. Tingkat pengeluaran rata-rata responden dalam sebulan Rp. 2,085,220, pengeluran yang terkait dengan pangan sebesar 47 kisaran Rp. 975,640, diikuti dengan pengeluaran untuk transportasi sebesar 18 Rp. 366,955, dan biaya pendidikan dan cicilan alat rumah tangga yang masing-masing 9 atau setara dengan Rp. 178,020. Proporsi pengeluaran untuk kebersihan dan keamanan hanya 0.4 atau sebesar Rp 9,080. Bila dilihat lebih jauh, bahwa responden yang tidak pernah membayar jasa kebersihan dan keamanan sebanyak 60, sedang sisanya 41 membayar jasa kebersihan yang pembayarannya dilakukan oleh sebagian besar perempuan, baik dari tingkat pendapatan keluarga rendah 1 juta sd tinggi 11 juta. Dilihat dari pola pengambilan keputusan untuk belanja sehari-hari, bulanan dan tahunan, menunjukkan bahwa perempuan memiliki kewenangan, dengan kisaran antara 74 – 89 untuk mengelola keuangan keluarga yang diperoleh dari suami danatau dari perempuan itu sendiri untuk keperluan dan 277184BA01MMIMMI12A 29 March 2011 P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc 9 not found konsumsi keluarga, dibandingkan dengan keputusan oleh laki-laki dan berdua oleh laki-laki dan perempuan. Tingkat pengambilan keputusan di rumah tangga terkait dengan kesehatan lingkungan dimana perempuan lebih dominan dalam menentukan kesehatan lingkungan, dibandingkan laki-laki dan bersama- sama suami dan istri. Salah satu dari hasil diskusi kelompok FGD, para peserta menyampaikan bahwa perempuan memiliki peran kunci dalam memperkenalkan tentang kesehatan, temasuk sanitasi dan masalah air limbah dan melibatkan para suami untuk mengambil keputusan. Dengan kata lain, para perempuan perlu diinformasikan dengan akses informasi yang mudah berkaitan dengan kesehatan dan permasalahan pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah. Sekali saja mereka mendapatkan informasi, mereka bisa menjadi fasilitatorkader dan menginformasikan ke para suami tentang keuntungan-keuntungan yang bisa didapat dari program ini. Mereka mempunyai kelompok yang beranggotakan permpuan yang berperan pada banyak hal diantaranya memberi perhatian kepada bidang kesehatan, pendidikan, dsb . Ditambah mereka bekerja bersama kelompok laki-laki untuk menyelesaikan masalah masyarakat setempat, misalnya dalam mendapatkan lahan secara gratis dari pemimpin masyarakat daerah setempat yang kaya guna mendukung program kesehatan Posyandu. Hal ini terjadi di Kelurahan Kedung Jaya, kelompok perempuan melakukan pendekatan dan menjelaskan program dan keuntungannya kepada anggota kelompok yang mengatakan ingin menyediakan lahan secara gratis. Kelompok laki-laki menyelesaikan proses hukum untuk mendapatkan tanah dengan administrasi formal. Studi lingkungan sampai pada tahap penyusunan draft master plan dilakukan melalui studi dan review terhadap dokumen-dokumen terkait dengan laporan-laporan dan studi lingkungan yang sudah tersedia available pada saat penyusunan draft master plan. Serangkaian kunjungan lapangan juga telah dilakukan terkait dengan ketersedian lahan untuk lokasi IPAL, baik di lokasi eksisting IPAL di Tegal Gundil, Ciluwer Stasiun Pengalihan Antara untuk sampah, dan Kayumanis calon lokasi TPPAST. Kunjungan lapangan juga dilakukan terhadap beberapa kegiatan usahabisnisindustry yang menghasilkan limbah cair dan padat, serta kepada masyarakat yang selama ini menggunakan air S. Ciliwung untuk keperluan MCK mandi cuci kakus di Kelurahan Katulampa. Untuk penjelasan yang lebih rinci tentang penilaian lingkungan dari situasi saat ini dapat dilihat di Lampiran C.5 Laporan SLHD Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Bogor tahun 2009, menggambarkan keadaan lingkungan hidup Kota Bogor, serta tekanan yang terjadi terhadap lingkungan hidup dan permasalahan yang timbul, sehingga pemerintah dapat menentukan kebijakan yang akan diambil dalam menanggulangi permasalahan tersebut. Dalam skala kota, Kota Bogor menghadapi masalah pencemaran lingkungan udara dan air, penurunan kualitas lingkungan, serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Tingkat pencemaran air oleh penduduk limbah domestik di Kota Bogor saat ini sudah mencapai 60 - 70 dari total beban BOD perhari, yang menjadi beban terjadinya pencemaran terhadap air terutama pada air permukaan. Kecamatan yang tertinggi menghadapi beban pencemaran air adalah Kecamatan Bogor Barat, Tanah Sareal, dan Bogor Utara. Sedangkan sumber pencemaran air lainnya yang harus diperhatikan adalah pencemaran air yang disebabkan oleh limbah industry, hal ini dapat dilihat kualitas air 277184BA01MMIMMI12A 29 March 2011 P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc 10 1.2.5 Kajian Lingkungan not found Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane; yang menunjukkan rendahnya ratio BOD terhadap COD yang ada memberikan indikasi keberadaan bahan-bahan pencemar air itu sulit didegradasi secara alami. Hasil pemantauan limbah cair oleh Kantor LH Kota Bogor pada 41 kegiatan usahaindustri dari sekian banyak industri yang ada di Bogor, menunjukkan 35 sampel industri tidak memenuhi syarat baku mutu lingkungan oleh karena itu upaya pengawasan terhadap kegiatan industry yang mengeluarkan limbah cair perlu ditingkatkan. Kunjungan lapangan yang dilakukan selama bulan Desember 2010 juga menemukan bahwa 70 dari komersialkegiatan industry tidak mengolah air limbah dengan baik 9berdasarkan analisis kualitas limbah cair. Mengenai air sumur rumah tangga, dari enam sumur yang tersebar di beberapa wilayah di Kota Bogor hampir seluruh sumur yang diambil airnya mengandung detergen, walaupun hanya satu sumur yang angka detergennya melebihi baku mutu serta nilai bakteri E. Coli yang relative tinggi PerMenKes No. 416 tahun 1990. Terdeteksinya detergen pada air sumur patut diwaspadai sebagai indikasi terjadinya infiltrasi dari air buangan domestik. Selain itu hampir semua air sumur yang dijadikan sampel cenderung asam dengan kisaran pH yang fluktuatif dan hampir seluruhnya dibawah 6. Hal lain yang terjadi meskipun belum dirasakan sebagai suatu masalah lingkungan, di beberapa lingkungan padat hunian, terdapatnya bakteri coli pada air sumur menunjukkan indikasi terjadinya pencemaran air limbah domestik dan hal ini juga memperlihatkan adanya korelasi yang signifikan terhadap tingginya penyakit diare yang diderita penduduk kota. Pada tahun 2010, UPTD IPAL Tegal Gundil dan Kantor Lingkungan Hidup Kota Bogor melakukan pengujian kualitas air limbah IPAL Tegal Gundil, yang dapat disimpulkan bahwa hampir secara keseluruhan sampel yang diuji belum memenuhi parameter kualitas air limbah, terutama untuk parameter pH dan BOD hasil analisa parameter kualitas air limbah yang belum memenuhi baku mutu selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran. Badan air penerima air limbah hasil olahan IPAL Tegal Gundil yang terdekat adalah S. Ciluar bagian tengah Kelurahan Tanah Baru, dimana dari data pada laporan akhir hasil analisis pengujian kualitas air Sungai Ciluar tahun 2010, diketahui bahwa kualitas air di lokasi bagian tengah S. Ciluar kurang memenuhi persyaratan untuk pemanfaatan air kelas dua berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, untuk klasifikasi peruntukan air Kelas II, dimana mengandung kadar BOD, serta jumlah bakteri total koliform yang melebihi persyaratan baku mutu, untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5. Rencana induk air limbah mengikuti tujuan strategis utama dari SSK Kota Bogor tahun 2010 CSS, mengenai :  Penggunaan penilaian resiko sanitasi tinggi, yang didasarkan pada ruang lingkup fasilitas sanitasi air limbah, sampah, drainase dan air bersih yang diperoleh dari survey EHRA. Untuk mengidentifikasi daerah yang diprioritaskan guna perbaikan sistem limbah dan juga untuk mempertimbangkan waktu intervensi.  Mengembangkan perencanaan pengelolaan air limbah terpadu di setiap area layanan melalui sistem terpusat dengan kebijakan “subsidi silang”.  Meningkatkan akses terhadap pembuangan limbah terpusat untuk masyarakat umum dan sistem komunal untuk masyarakat miskin dengan tepat.  Meningkatkan dan mengoptimalkan fasilitas pengolahan limbah domestik agar dapat memenuhi standard lingkungan. 277184BA01MMIMMI12A 29 March 2011 P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc 11 1.3 Observasi Dokumen Strategi Sanitasi Kota Bogor not found  Semua stakeholders bertanggung jawab atas pengelolaan air limbah domestic termasuk fasilitas air limbah untuk kawasan perumahan teratur yaitu terbentuk dari pengembang, biaya akan dibebankan kepada para pengembang dan akan termasuk di dalam harga rumah untuk para pembeli.  Pembangunan sustem air limbah akan dilakukan dalam secara bertahap dengan memprioritaskan area dengan kondisi sanitasi paling buruk dan berpenduduk paling padat. Rencana Induk Air Limbah tidak mengikuti SSK Kota Bogor, mengenai:  Dalam rencananya, pemerintah lokal Kota Bogor hanya mempertimbangkan untuk memasang tangki septik saja, dimana pada saat ini system yang digunakan sebanyak 93 adalah jamban cubluk. Cubluk dianggap lebih murah dan mempunyai manfaat lingkungan yang sama dengan tangki septik. Selain itu, cubluk juga mudah untuk dipasang didaerah miskin padat penduduk. Penggunaan cubluk di banyak wilayah lebih tepat sasaran untuk sistem on-site.  The target achievement and stages of achievement as mentioned in the “Delivery of Goals” are not being followed, due to inconsistencies of the numbers in the “target” column and the inappropriate dates in the “planned achievement year” column of the target achievement table.  EHRA assessments of toilet usage, a weighted average has been used for the Kelurahan analysis, based on the population of the Kelurahan, this gives a higher percentage for OD at 4.6, compared with EHRA at 4, see Table 3.1 row 12 and 13. Pemerintah Kota Bogor perlu memperhatikan permasalahan air limbah dan fasilitas pelayanan pengelolaan air limbah saat ini untuk mengatasi pencemaran yang terjadi pada sungai dan air tanah, akibat praktek pembuangan air limbah yang tidak aman. Sumber pencemaran seringkali hanya ditujukan kepada pihak industry, diamana sumber pencemaran yang paling utama adalah limbah domestic rumah tangga, limbah daerah komersial dan praktek pembuangan air limbah yang langsung ke badan sungai. Berdasarkan sumber pencemaran dan pelayanan pengelolaan air limbah, teridentifikasi sebagai berikut:  Tegal Gundil IPAL is not performing, the BOD of the treated effluent is sometimes higher than the BOD of the influent. The IPAL is not operated and maintained properly: it is used to grow vegetables for the people working there sinkon and pisang. Hence, it serves more as a garden than a wastewater treatment plant.  There is little demand for septage emptying services. The current trucks collect on average only one load per day 3 m3. There is no market because the soil is permeable and the water table is low, hence people do not regularly experience problems, they wait till the tank is really full and overflowing. They do not know that it is important to remove the sludge regularly to obtain sufficient hydraulic retention time, as a result the effluent from the septic tank is not adequately treated.  Perumahan teratur oleh para pengembangproperty saat tidak memasarkan konsep perumahan yang ramah lingkungan khususnya pengelolaan air limbah yang sehat dan aman lingkungan. Septic tanks are provided for each property, rather than a communal sewage collection system with proper treatment:  The wastewater management in the commercial areas is not good: 85 of those establishments with treatment plants do not meet the effluent standard required:  more than 50 of all industrial waste is not treated: 277184BA01MMIMMI12A 29 March 2011 P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc 12 1.4 Kajian situasi saat ini 1.4.1 Tinjauan Umum not found  Problems with community wastewater systems, lack of use and maintenance. During one of our field visits we found that the payments being made by the “users” for OM were not being used to repair the damaged water supply.  MCK umum yang dibangun dipinggiran sungai tidak digunakan, penduduk tidak menggunakannya dikarenakan biaya yang dikenakan cukup tinggi, penduduk sekitar tetap membuang limbah BAB ke sungai.  Pengelolaan air limbah pada permukiman tidak teratur sangat buruk: Lampiran C.7 menjelaskan sebab dan akibat hubungan yang describes the cause and effect relationship that leads to having an inadequate wastewater service at STP Tegal Gundil. See Appendix C.8 and C.9 for a summary of the sanitation service assessment for the City. Based on calculations only 8 of the sludge produced in Bogor from the cublukseptic tanks is disposed of to the Tegul Gundil STP. The residual sludge either;  accumulates in the septic tanks and leaching pits; andor  overflows to surface drains of rivers from the overflowing septic tanks or  is collected and dumped illegally on land or to the rivers The area of service was initially for the housing in Indraprasta Area 1, it is located on the eastern side of Tegal Gundil STP, it was planned for about 600 connections 60 of the Indraprasta Housing. Only 300 properties have connected, of these only 240 pay the charges.

1.1.1.10 Sistem Jaringan Perpipaan Sewerage system