Peranan Rusia Terhadap Organisasi Konfrensi Islam (OKI) Dalam Membangun Aliansi Peradaban Dengaan Dunia Islam
Russia's Role on the Organization of Islamic Conference (OIC) In Developing
Alliance of Civilizations With Islamic World.
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Program Studi
Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia
Oleh:
ADANG SUTRISNA
44302011
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
BANDUNG
2010
(2)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Program Studi
Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia
Oleh:
ADANG SUTRISNA
44302011
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
BANDUNG
2010
(3)
(4)
iii
kehadirat Allah SWT Yang Mahakuasa karena atas berkat, anugerah, rahmat dan karunia-Nya yang tiada henti, sehingga penulis dapat senantiasa memperoleh semangat, kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul, “Peranan Rusia Terhadap OKI Dalam Membangun Aliansi Dengan Dunia Islam”.
Penulis menyadari dengan sepenuhnya, bahwa, dalam skripsi ini banyak terdapat banyak kekurangan, baik dalam segi penulisan dan pembahasan. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis menerima segala saran dan kritik yang sifatnya membangun.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam segi spiritual, moral dan material. Oleh karena itu, penulis dengan segenap hati dan dengan segala hormat mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. DR. J.M. Papasi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
2. Ibu Dr. Hj. Aelina Surya, Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan. Sekaligus Pembimbing Utama. Terima kasih atas segala kesabaran dan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, arahan, dan juga bahan-bahan bagi penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
(5)
iv
bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
4. Dosen-dosen Tetap Jurusan Hubungan Internasional, UNIKOM, Ibu Yesi Marince, S.IP, M.Si, selaku dosen wali angkatan 2002, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas arahan, bimbingan dan bantuannya selama masa kuliah dan penulisan skripsi ini. Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP,M.Si, meskipun bukan Dosen Pembimbing penulis tapi cukup memberikan dukungan moril yang sangat luar biasa bagi penulis. Bapak Budi Mulyana, S.IP, terima kasih atas saran dan bimbinganya, Ibu Sylvia, S.IP, terima kasih atas bantuan dan dukungan moril nya. Serta seluruh Dosen Luar Biasa Jurusan Hubungan Internasional, UNIKOM. Terima kasih atas segala bimbingan, pengetahuan, dan ilmu-ilmu pada penulis selama masa kuliah.
5. Dwi Endah Susanti, S.E (Teh Uwi), selaku Sekretariat Jurusan Hubungan Internasional, UNIKOM. Terima kasih atas kerjasama dan berbagai bantuan dalam hal administrasi pada penulis.
6. Supandi Umar dan Anih Parsih, selaku Orang Tua penulis. Terima kasih beh, terima kasih mih atas arahan, nasehat, dan juga bimbingannya, serta kasih sayang, perhatian dan doanya. Skripsi ini merupakan persembahan penulis sebelum orang tua penulis pergi ke tanah suci tahun ini.
(6)
v
kakak perempuan penulis, dan seluruh keluarga penulis, yang telah memberikan dukungan doa, nasehat, semangat, perhatian, dan bantuan-bantuan pada penulis.
8. Bapak dan Ibu Hayat sekeluarga, terima kasih banyak telah menjadi orang tua kedua bagi penulis dan sebagai rumah kedua juga bagi penulis.
9. Seluruh keluarga besar barudak WARTEL Sumedang, Panji, Inong, Oyoung, Bebei, Andika, Tunil, Ocoz, Imel, serta semuanya. Terima kasih atas semua dukungannya brother.
10. Members, Sound Enginer, dan seluruh Crew LET DOWN, Firman, Fitra, Dody, Badu, Ucox, Godeg, Firman Punx, Denie Babon, Big Boss Lucky, terima kasih atas pengertiannya, maaf penulis absen di tiga panggung karena skripsi ini. Rock never be the last !.
11. Para Penyiar, Producer dan Music Director Womans Radio Jakarta, Leeny Diandra, Inge Lestari, Wiwie Hoedy, dan Acha Salim, serta Sharie Sharifin, Thanxs for all support. Sudah mau mengantar dan menemani hari-hari penulis selama pengumpulan data di Jakarta.
12. Seluruh keluarga besar Agung Guitar Course (AGC), Agung BURGERKILL, Abo GLOBAL, Gangan FORGOTTEN, Akuma OVERLOUD, A Andy, Bow, Dado, Uwie, Neko dan semuanya, terima
(7)
vi
dan yang tidak terus melanjutkan kuliahnya. Rosan Tarsan, Alif Buta, Edwin Benguk, Dony Bondon, Deni Sly, Ila, Ugi, Rany, Mia, Togar Teman Tarsan, Bendot, Deni Datoek, Mba Yuli, Heri Cap Kaki Tiga, Topan, Royke, dan teman-teman lainnya yang tidak disebutkan. Terima kasih atas semua yang telah kalian berikan selama kuliah. Kalian semua adalah teman-teman yang sangat baik dan berharga bagi penulis.
14. Semua teman-teman musisi dalam Scene Indie Bandung, Alda THE CHANGCUTERS, Ichad & Akew BESIDE, Andre HOMICIDE, Robby & Dimas TAKE A STAND, Popo Uziew DEMONS DAMN, Mby JERUJI, PISCES Crew, dan All Crew UJUNG BRONX Rebels, serta semua teman-teman yang lainya. Thanks for support.
15. Seluruh keluarga besar FIRE HOUSE, Mark Peterson (Mgr), Mas Tommy (Promo Tour), seluruh Personil, Crew, dan Staff. Terima kasih buat free vip tiketnya, hiburan gratis disaat pusing skripsi.
16. Semua teman-teman HI angkatan bawah 2003, 2004, 2005, 2006, Rio, Salman, Wahyu, Ubay, Widya, Arlinda, Fahmi, Andre, Ncip, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, serta seluruh teman-teman HI angkatan bawah lainya. Terima kasih juga atas semua yang telah kalian berikan pada penulis. Banyak hal yang penulis dapatkan selama masa-masa bersama kalian.
(8)
vii
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
18. Semua teman-teman kosan Tubagus Ismail 31, Bontot, Yoga, Ncus, Jnonk, Howa, Nci, Om Ded, Mas Jay, A Roni, A Ndang, dan semuanya yang selalu menemani hari-hari penulis selama tinggal di kosan tersebut.
19. Seluruh keluarga besar P.T Citra Asri Buana Suzuki, Pak Popon, Pak Zainy, Pak Jimmy, selaku atasan penulis, maaf penulis resign kerja dulu pak. Firman, Alvin, Citra, Mas Zein, selaku rekan-rekan kerja penulis di kantor tersebut, terima kasih semuanya.
20. Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Tuhan Yang Mahakuasa membalas semuanya dengan lebih baik dan sempurna. Semoga skripsi ini dapat menjadi sesuatu yang memiliki manfaat dan kegunaan bagi seluruh pihak yang membutuhkan dan memerlukannya.
Bandung, Agustus 2010 Penulis,
(9)
viii
ABSTRACT……….. ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI……… viii
DAFTAR TABEL...……… xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1
1.2 Identifikasi Masalah…….……… 7
1.3 Pembatasan Masalah……….………... 8
1.4 Perumusan Masalah………..……… 8
1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian……….……… 9
1.5.1 Tujuan Penelitian………..………….. 9
1.5.2 Kegunaan Penelitian………..…………. 9
1.5.2.1 Kegunaan Teoritis………... 9
1.5.2.2 Kegunaan Praktis……… 10
1.6 Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan Definisi Operasional……….. 10
1.6.1 Kerangka Pemikiran………... 10
1.6.2 Hipotesis……… 23
1.6.3 Definisi Operasional……….. 24
1.7 Metode dan Teknik Penelitian……… 25
1.7.1 Metode Penelitian……….. 25
1.7.2 Teknik Penelitian……….... 26
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 26
1.8.1 Lokasi Penelitian……….... 26
1.8.2 Waktu Penelitian………... 27
(10)
ix
2.4 Konsep Peranan Negara………. 39
2.5 Organisasi Internasional……… 41
2.5.1 Definisi dan Klasifikasi Organisasi Internasional……… 41
2.5.2 Fungsi - fungsi Organisasi Internasional……….. 45
2.5.3 Teori Peranan dalam Organisasi Internasional………. 48
2.5.4 Peranan Organisasi Internasional………. 49
2.6 Teori Aliansi.………. 50
2.7 Konsep Peradaban... 51
2.8 Konsep Peradaban dan Konsep Kebudayaan... 53
2.9 Peradaban Islam... 56
2.10 Benturan Peradaban (Tesis Samuel Hutington “Clash Of Civilizations“)... 58
BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Rusia...………. 62
3.1.1 Sejarah Rusia………...………….. 63
3.1.2 Sejarah Peranan Umat Islam di Rusia……….…………. 64
3.1.3 Geografi...……….…. 68
3.1.4 Ekonomi……….…... 69
3.1.5 Demografi...……….. 69
3.1.6 Pendidikan...………. 71
3.1.7 Pembagian Wilayah Administratif...………. 71
3.1.8 Pertahanan dan keamanan....………. 72
3.1.6 Politik dan Pemerintahan..………. 73
3.2 Organisasi Konferensi Islam (OKI)...……… 75
3.2.1 Sejarah Terbentuknya OKI..……….. 75
(11)
x
3.2.4.2 Komite Khusus...………... 81
3.2.4.3 Badan-Badan Subsider... 83
3.2.4.1 Organ-Organ Khusus... 84
3.2.4 Peranan OKI..……….. 85
3.2.5 Negara Anggota..………. 86
3.2.5.1 Palestina...………... 87
3.2.5.2 Iran...………... 89
3.2.5.3 Indonesia...………... 91
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Peranana Rusia Dalam Membangun Aliansi Peradaban Dengan Dunia Islam... 89
4.1.1 Hubungan Rusia Dengan OKI... 89
4.1.2 Peranan Rusia Dalam OKI... 94
4.1.3 Sikap dan Langkah Rusia di Negara-negara Muslim Anggota OKI... 96
4.1.3.1 Sikap dan Langkah Rusia di Palestina... 96
4.1.3.2 Sikap dan Langkah Rusia di Iran... 106
4.1.3.3 Sikap dan Langkah Rusia di Indonesia... 111
4.2 Konsep Dan Usulan Rusia Dalam Menata Suatu Aliansi Peradaban Dengan Dunia Islam... 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 116
5.2 Saran... 120
DAFTAR PUSTAKA... 122 LAMPIRAN
(12)
xi
(13)
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
(14)
xiii
Lampiran Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 1 Bendera Negara
Lampiran 2 Lambang Negara Rusia
Lampiran 3 Peta Rusia
(15)
1 1.1. Latar Belakang
Dalam melanjutkan kehidupannya, manusia dituntut untuk dapat selalu memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat fisik ataupun non-fisik. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia tidak dapat melakukannya secara sendiri. Mau tidak mau, manusia harus melakukan hubungan dengan manusia lain. Hubungan tersebut pada akhirnya menimbulkan interaksi antar manusia. Pada perkembangannya, hubungan antar manusia meningkat ke hubungan antar kelompok hingga ke hubungan antar negara pada tingkat tertingginya. Hubungan-hubungan tersebut kemudian menyebabkan adanya saling ketergantungan satu sama lain, yang akhirnya melahirkan Hubungan Internasional.
Pada dasarnya, Hubungan Internasional mencakup semua hubungan yang dilakukan antara satu negara dengan negara lain, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, dan sebagainya. Hubungan antara satu negara dengan negara lain ini dapat berlangsung secara kelompok ataupun secara perseorangan, yang melakukan interaksi baik secara resmi atau tidak resmi (Rudi, 1993:3).
Tujuan utama ilmu Hubungan Internasional adalah mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku para aktor (negara maupun non-negara) di dalam arena transaksi internasional (Mas’oed, 1994:28). Perilaku tersebut dapat berwujud berupa perang, konflik, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam
(16)
organisasi internasional, dan sebagainya. Walaupun pada kenyataannya negara menjadi aktor yang dominan, namun, seiring dengan perkembangannya, aktor-aktor non-negara telah meletakkan suatu peranan yang tidak kalah penting dibanding negara. Aktor-aktor non-negara tersebut misalnya, organisasi internasional, kelompok teroris, organisasi lingkungan hidup, dan sebagainya.
Seiring dengan meluasnya agenda politik internasional pada abad sekarang ini, isu-isu internasional pun turut mengalami perkembangan. Dengan keanekaragaman isu-isu tersebut, serta bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional, tiap-tiap aktor internasional dituntut untuk melakukan kerjasama.
Dalam literatur Hubungan Internasional perspektif Barat, dikatakan politik luar negeri pastilah ditujukan mencapai kepentingan suatu negara. Karena itu, tujuan nasional sebuah negara adalah perkara yang sangat penting. Politik luar negeri pada dasarnya merupakan semua sikap dan aktivitas ketika sebuah negara mencoba untuk menanggulangi masalah serta memetik keuntungan dari lingkungan internasionalnya. Dengan demikian, politik luar negeri sesungguhnya merupakan hasil dari interaksi lingkungan domestik dan lingkungan ekternalnya. Menurut Hosti, salah satu bentuk tujuan negara itu adalah nilai dari kepentingan inti yang melibatkan setiap eksistensi (keberadaan) pemerintah dan bangsa yang harus dilindungi dan diperluas (Hosti, 1992:137).
Lebih jauh Hosti menjelaskan, tujuan kepentingan dan nilai inti ini dapat digambarkan sebagai jenis kepentingan yang untuk mencapainya kebanyakan orang bersedia melakukan pengorbanan yang sebesar-besarnya. Nilai dan
(17)
kepentingan inti ini biasanya dikemukakan dalam bentuk asas-asas pokok kebijakan luar negeri dan menjadi keyakinan yang diterima masyarakat.
Peristiwa ledakan bom di gedung WTC, 11 September 2001 yang lalu cukup memberikan pengaruh pada situasi politik internasional belakangan ini. Amerika Serikat sebagai Negara Adidaya langsung menuduh kelompok Al-Qaeda sebagai dalang terjadinya serangan tersebut. Amerika Serikat meyebut Al-Qaeda, Talibat, Saddam Husen dan kelompok – kelompok Islam lainya yang anti Amerika Serikat sebagai kelompok – kelompok teroris. Ditandai dengan serangan besar-besaran oleh Amerika Serikat terhadap Afghanistan yang dianggap sebagai basis kekuatan Al-Qaeda dan pemerintahan Saddam Husen di Iraq yang pada akhirnya Amerika Serikat berhasil menumbangkan Rezim Taliban dan Sadam Husen.(http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=877) Masalah pemberantasan terorisme ini kemudian menjadi masalah bersama dunia, hampir seluruh pemimpin seluruh dunia tunduk kepada tuntutan Amerika Serikat, termasuk penguasa di negeri-negeri Islam. Perang melawan terorisme ini telah menjadi kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat.
Negara-negara Islam pada saat ini mengalami kemunduran yang luar biasa dalam peran politik luar negerinya. Para penguasa Muslim tidak dapat memainkan peran politik internasionalnya di tengah-tengah negara-negera lain. Bahkan, mereka tidak dapat membela dirinya sendiri dari propaganda-propaganda menyesatkan negara-negara besar. Padahal, setiap negara di dunia ini pastilah memiliki politik luar negeri tersendiri. (http://www.nu.or.id/page.php?lang=id& menu=news_view&news_id=8777)
(18)
Politik luar negeri sebuah negara tentunya sangat memengaruhi keberadaan (eksistensi) negara tersebut dan juga mempengaruhi politik dalam negeri negara tersebut. terutama bagi sebuah negara ideologis, politik luar negeri berperan penting dalam penyebarluasan ideologinya dan membuat ideologinya unggul. Sekaligus hal tersebut akan memengaruhi keberadaan negara tersebut. Karena itu, negara-negara yang ideologis akan sungguh-sungguh memperhatikan politik luar negerinya.
Seiring dengan perubahan iklim politik dunia internasional, yang mengandung gejala pertentangan antara Barat melawan Islam sebagaimana dikemukakan Samuel Huttington (1996), apresiasi Rusia dan Negara-negara bekas Uni Soviet terhadap Islam mulai meningkat. Setelah 70 tahun masa pemerintahan komunis Uni Soviet menjadikan Islam sebagai sasaran penindasan, kini Islam kembali menjadi subjek yang ikut menentukan perkembangan keadaan. Konflik diplomatik Rusia-Inggris, yang akan memicu bibit-bibit “Perang Dingin” babak kedua, akan membuat Rusia berpaling ke Negara-negara Islam yang merasa sakit hati oleh Inggris, Amerika Serikat dan Israel.
Rusia sebagai Negara terluas di Eropa, memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam hubungan internasional terutama dalam pembentukan alaiansi-aliansi baru, dalam kata lain Rusia tidak ingin ketingalan dalam menanamkan pengaruhnya. Dengan modal memiliki populasi penduduk muslim yang cukup signifikan dan keterkaitan sejarah masa lalu dengan Islam, Rusia merasa layak dan perlu menanamkan pengaruhnya di negara Islam dan di Negara-negara berpenduduk Muslim.
(19)
Islam di Rusia memiliki peran yang penting. Di Rusia, pertumbuhan penduduk menunjukan grafik negatif, namun di tengah kaum muslimin, pertumbuhan penduduk malah meningkat. Agama Islam juga mempersatukan 40 etnis di Rusia, dimana etnis terbesar adalah kaum Tartar dengan 5 juta penduduk. Etnis-etnis lain seperti Bashkir, Dagestan, Chechen, Ingush, Kabardian, dan lain-lain adalah etnis Rusia yang beragama Islam. Selain-lain itu, kaum muslimin Rusia dalam sepanjang sejarah selalu menjalin hubungan damai dengan saudara sebangsa mereka penganut Kristen Ortodoks. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bangsa Rusia secara umum memiliki pandangan yang positif terhadap kaum muslimin. Meskipun tentu saja, sebagian media massa yang terkait dengan Zionisme selalu berusaha untuk memburukan citra Islam di negara itu.
Sejak Uni Soviet runtuh secara formal dan digantikan dengan Rusia pada 1991, Amerika Serikat mulai menunjukan arogansinya dengan menghancurkan kekuatan – kekuatan lain yang dianggap tidak berpihak pada Amerika.Serikat Penghancuran Pemerintahan Saddam Husen dan Pemerintahan Taliban adalah contoh kongkrit dari arogansinya dan pamer kekuatan militer Amerika Serikat.
Kondisi inilah yang sebenarnya merupakan alasan memicu kekahawatiran Rusia akan perkembangan global kontemporer yang semakin tidak kondusif, untuk menciptakan pergaulan kolektif dan keamanan domestik karena adanya adidaya tunggal, maka Rusia berusaha membangun kekuatan/aliansi baru yang dianggap bisa menandingi kekuatan Amerika Serikat.
Dunia Islam saat ini dianggap sebagai aset untuk membangun kekuatan dalam mempengaruhi konstelasi politik internasional. Berangkat dari kenyataan
(20)
ini setiap negara di dunia memandang penting menciptakan hubungan dekat dengan dunia Islam. Di sini Rusia sebagai satu dari negara di dunia yang berusaha keras membangun hubungan dekat dengan dunia Islam tentu saja harus mulai menyiapkan Stretegi Politik Luar Negeri yang mengarah ke tatanan Dunia Islam. Melihat keterkaitan dari sisi sejarah tentang peradaban Rusia dengan peradaban Islam, maka Rusia mencoba “merangkul” Dunia Islam melalui konsep Peradaban. Rusia yang melihat Dunia Islam sebagai kekuatan signifikan beranggapan bahwa Islam dapat dijadikan mitra bagi perwujudan tatanan dunia baru yang damai, adil dan beradab. (http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news _ id=8777).
Berdasarkan uraian di atas, dengan demikian maka penulis tertarik untuk mengkaji, mencermati dan mempelajari fenomena tersebut sebagai bahan penelitian dengan mendeskripsikan kepada judul skripsi :
“PERANAN RUSIA TERHADAP ORGANISASI KONFERENSI ISLAM (OKI) DALAM MEMBANGUN ALIANSI PERADABAN DENGAN DUNIA ISLAM ”
Penelitian ini juga didukung oleh beberapa mata kuliah pokok yang dipelajari di Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, yaitu:
1. Teori Hubungan Internasional. Mata kuliah ini digunakan untuk mencermati teori-teori yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis dalam penelitian ini yang berangkat dari studi Hubungan Internasional.
(21)
2. Organisasi dan Administrasi Internasional. Memberi kajian mengenai struktur dan fungsi suatu organisasi internasional, latar belakang dan perkembangan organisasi internasional, serta jenis-jenisnya.
3. Politik Internasional. Mata kuliah digunakan untuk menjelaskan mengenai interaksi yang terjadi antara organisasi internasional dan negara.
4. Hubungan Internasional Kawasan. Mata kuliah ini memberikan kajian mengenai hubungan yang terjadi antar kawasan
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah serta sedikit uraian di atas, maka penulis akan mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana usulan dan konsep Rusia dalam menata suatu aliansi peradaban dengan dunia Islam ?
2. Langkah - langkah apa saja yang sudah dilakukan Rusia di negara – negara muslim anggota OKI dalam menata suatu aliansi peradaban dengan dunia Islam ?
3. Bagaimana hubungan yang terjalin antara Rusia dengan negara-negara muslim anggota OKI dalam rangka membangun aliansi peradaban dengan dunia Islam ?
4. Sejauhmana peranan Rusia dalam membangun Aliansi Peradaban dengan dunia Islam ?
(22)
1.3. Pembatasan Masalah
Membahas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini bukanlah suatu pekerjaan mudah dan singkat. Untuk menghindari pembahasan yang meluas serta tidak signifikan, maka penulis akan membatasi fokus pembahasan penelitian pada upaya Rusia di negara-negara muslim anggota OKI dalam menata suatu aliansi peradaban dengan Dunia Islam (setelah terbentuknya Alliance of civilizations tahun 2006 sampai sekarang) untuk mewujudkan tatanan dunia baru yang damai, adil, dan beradab.
Negara-negara muslim anggota OKI disini penulis mengambil contoh Palestina, Iran dan Indonesia sebagai objek penelitian, dan hal itu dimaksudkan untuk menghindari pembahasan yang meluas dan tidak signifikan. Karena penulis rasa ketiga negara tersebut cukup mewakili Organisasi tersebut. Disamping ketiga negara tersebut merupakan negara-negara yang cukup berpengaruh dalam keanggotaan OKI, dan juga merupakan negara-negara muslim yang selalu menjadi topik pembicaraan dalam dunia Internasional, serta merupakan negara-negara yang cukup memiliki hubungan dekat dengan Rusia.
1.4. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan penganalisaan terhadap objek penelitian, maka penulis mengajukan perumusan masalah berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Maka dari itu, Penulis mencoba untuk menarik permasalahan dari objek yang dirumuskan sebagai berikut :
(23)
“Sejauh mana Rusia mengorientasikan suatu konsep Aliansi Peradaban dengan Dunia Islam ?“
1.5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana usulan dan konsep Rusia dalam menata suatu aliansi peradaban dengan dunia Islam.
2. Untuk mengetahui Langkah - langkah apa saja yang sudah dilakukan Rusia di negara – negara muslim anggota OKI dalam menata suatu aliansi peradaban dengan dunia Islam ?
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan yang terjalin antara Rusia dengan negara-negara muslim anggota OKI dalam rangka membangun aliansi peradaban dengan dunia Islam ?
4. Sejauhmana peranan Rusia dalam membangun Aliansi Peradaban dengan dunia Islam ?
1.5.2. Kegunaan Penelitian 1.5.2.1 Kegunaan Teoritis
1. Sebagai bahan untuk menambah serta meningkatkan khasanah pengetahuan dalam hubungan internasional terutama yang berkaitan dengan upaya Rusia dalam menata suatu Aliansi Peradaban dengan Dunia Islam demi untuk mewujudkan tatanan dunia baru yang damai, adil, dan beradab.
(24)
1.5.2.2 Kegunaan Praktis
1. Sebagai tugas akhir penulis untuk menyeleseikan program strata satu pada Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia.
2. Hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan untuk melengkapi studi literatur dalam bidang ilmu Hubungan Internasional di perpustakaan UNIKOM.
1.6. Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan Definisi Operasional 1.6.1 Kerangka Pemikiran
Sebagai pedoman bagi Penulis untuk mempermudah melakukan kegiatan penelitian dan analisis data yang ada serta mencegah terjadinya distorsi pembahasan terhadap objek penelitian dan meluasnya pembahasan ke arah yang tidak signifikan, maka Penulis mencoba mengajukan kerangka berpikir sebagai acuan dalam penelitian tentang peranan Rusia dalam membangun aliansi peradaban dengan dunia Islam. Kerangka pemikiran merupakan teori dan pendapat para ahli yang tentunya berkorelasi dengan objek yang diteliti serta dapat memberikan dasar pemikiran yang kuat dalam suatu penelitian hingga diakui kebenarannya dalam mendukung suatu hipotesis. Teori-teori tersebut akan diterapkan melalui pola piker silogisme, yakni pola pikir yang disusun berdasarkan pernyataan premis mayor dan premis minor serta sebuah kesimpulan. Dinamikan hubungan internasional
(25)
dalam konteks kekinian menggambarkan tentang suatu realitas lebih baik bagi masing-masing anggota. Setiap Negara-bangsa tidak bisa melepaskan diri dari hubungan antar Negara yang melintasi batas Negara dimana setiap Negara memiliki masalah yang begitu kompleks dengan Negara lain. Hubungan ini memerlukan koordinasi ang tidak sederhana oleh karena tiap-tiap Negara memiliki kedaulatan/ sovereignity. Hubungan yang terjalin antar Negara tersebut mempunyai tiga pola, yakni kerjasama (cooperation), persaingan (competition), dan konflik (conflict) antar Negara dengan Negara lainnya. Dalam memhami dinamika interaksi internasional, maka tidak terlepas dari studi hubungan internasional. Ruang lingkup hubungan internasional menurut penjelasan K.J Holsti dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Wawan Juanda berjudul Politik Internasional : Suatu Kerangka Analisis, bahwa :
“Istilah hubungan internasional akan berkaitan erat dengan segala bentuk interaksi di antara masyarakat Negara-negara, baik yang dilakukan oleh pemerintah atau warga-warga. Pengkajian hubungan internasional, termasuk di dalamnya pengkajian tentang politik luar negeri atau politik internasional dan meliputi segala segi hubungan di antara berbagai Negara di dunia meliputi kajian terhadap lembaga perdagangan internasional, palang merah internasional, pariwisata, perdagangan internasional, transportasi, komunikasi, dan perkembangan-perkembangan nilai-nilai dan etika internasional”.(K.J Holsti,1992:26).
Ilmu hubungan internasional sendiri muncul setelah perang dunia I (1914 – 1918) yang bertujuan untuk mencegah agar tidak terulang kembali perang dunia yang mengakibatkan kehancuran umat manusia dan
(26)
kebudayaannya, serta ingin menciptakan suatu negara yang aman, damai, berdaulat, dan saling menghormati satu sama lain.
Dalam manifestasi hubungan internasional, setiap Negara memiliki politik luar negerinya masing-masing. Politik luar negeri tersebut berlandaskan pada kepentingan nasional (national interest). Penjelasan ini dapat dilihat dan dipertegas dalam buku Politik Luar Negeri dan Pelaksanaan dewasa Ini yang ditulis oleh Mochtar Kusumaatmadja, yakni :
“Politik luar negeri pada hakekatnya adalah alat suatu Negara untuk mencapai kepentingan nasional, kebijakan luar negeri merupakan aspek cita-cita suatu bangsa dan oleh karenanya, politik luar negeri merupakan aspek pula dari strategi nasional beserta sasaran jangka pendek dan jangka panjang.
Analisa politik”.(Kusumaatmadja,1983:52).
Analisa politik luar negeri diarahkan untuk mengoptimalkan
pencapaian kepentingan nasional dengan dipusatkan pada penelitian kepentingan nasional dan tujuan bangsa, alternative kebijakan yang diambil pemerintah dan juga bangsa biasanya bersifat tetao. Kepentingan nasional Rusia misalnya, dengan merangkul Negara-negara muslim dan membangun aliansi peradaban Islam di dalamnya, Rusia dan dunia Islam bisa menjadi kekuatan dahsyat yang dapat menyeimbangi kekuatan dunia yang saat ini masih didominasi oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
Mengenai kepentingan nasional, dijelaskan oleh Dahlan Nasution dalam bukunya Konsep Politik Internasional, bahwa :
“Kepentingan nasional memberikan konstelasi yang diperlukan dalam kebijaksanaan nasional suatu Negara yang sadar memperhatikan kepentingan nasionalnya dalam situasi yang berubah cepat, akan lebih cenderung untuk mempertahankan keseimbangan dan melanjutkan kea
(27)
rah usaha tujuannya daripada mengubah kepentingannya dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru”.(Nasution,1983:43).
Oman Heryaman menyatakan bahwa “kepentingan nasional yang dirumuskan suatu Negara sebagai identifikasi dan adaptasi kepentingan terhadap system lingkungan internasional (domestic environment)”.(Heryaman,2002:83).
Kepentingan nasional diupayakan dengan jalan kebijakan luar negeri yang merupakan instrument dalam mengupayakan segala kepentingan nasional yang berorientasi diluar dari batas Negara-negaranya. Jack C. Plano dalam Kamus Hubungan Internasional menjelaskan pengertian kebijakan luar negeri sebagai berikut :
“Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu Negara dalam menghadapi Negara lain/ politik internasional lainnya dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminology kepentingan nasional. Politik luar negeri yang spesifik dilaksanakan oleh sebuah Negara sebagai sebuah inisiatif/ sebagai reaksi terhadap inisiatif oleh Negara lain”.(Plano,1999:5).
Teori pembuatan kebijakan luar negeri yang diungkapkan oleh William D. Coplin bahwa kebijakan luar negeri dipengaruhi beberapa factor determinan, antara lain :
1) Situasi politik domestik, termasuk faktor budaya sebagai dasar tingkah laku politik;
2) Situasi ekonomi dan militer domestic, termasuk factor geografis yang selalu mendasari pertimbangan pertahanan dan keamanan;
(28)
3) Konteks internasional, yaitu pengaruh Negara-negara lain atau konsentrasi politik internasional.
Keputusan luar negeri juga bisa dipengaruhi oleh kondisi dalam negeri (politik, ekonomi, dan militer) dan konteks internasional. Konteks internasional diartikan sebagai produk berbagai keputusan dan tindakan politik luar negeri pada masa lampau, sekarang, dan akan datang yang dapat diantisipasi (Jatmika, 2002:151).
Tabel dibawah ini menjelaskan sebuah keputusan luar negeri bisa dipengaruhi oleh berbagai kondisi dalam negeri (politik, ekonomi dan militer) dan konteks internasional.
Gambar 1.1
Teori proses pembuatan Kebijakan Luar Negeri William D. Coplin (Jatmika, 2002:151).
Kajian mengenai teori proses pembuatan keputusan luar negeri (the decision making process) menjelaskan bahwa politik luar negeri dipandang
Domestic Policy
Decision Maker (Making Decisions)
Economic-Military Compability
Foreign Policy Action
International context a product of
foreign policy action by all other states, past, present,
(29)
sebagai hasil berbagai pertimbangan rasional yang berusaha menetapkan pilihan atas berbagai akternatif yang ada, dengan keuntungan yang sebesar-besarnya ataupun kerugian yang sekecil-kecilnya (optimalisasi hasil). Para pembuat keputusan juga diasumsikan bisa melakukan penelusuran tuntas terhadap semua alternative kebijakan yang mungkin dilakukan dan semua sumber yang bisa dipakai untuk mencapai tujuan yang mereka tetapkan (Mas’oed,1990:276).
Perpanjangan dari politik luar negeri suatu Negara adalah politik internasional Dahlan Nasution menjelaskan tentang politik internasional sebagai berikut :
“Politik internasional selalu mudah meluas, karena motivasi pelakunya sangat ditentukan oleh dalam negerinya dan tidak ada pembatasan universal pada tindakannya. Nilai-nilai yang masuk kedalam politik luar negeri akan dipertahankan dengan segala kekuatan secara tak terbatas. Karena itu dalam banyak segi politik internasional adalah manifestasi dari proses politik dalam bentuknya yang paling sederhana”.(Nasution,1983:42)
Dari politik internasional inilah yang menjadikan suatu Negara dapat berdiplomasi dengan Negara lain. Diplomasi merupakan bagian atau instrument dari politik luar negeri. Diplomasi hanya dapat dijalankan oleh orang-oramh atau kelompok yang mempunyai otoritas Negara.
Di dalam pembicaraan sehari-hari, diplomasi mempunyai arti yang berbeda-beda. Praktik diplomasi mensyaratkan adanya batasan dari kebijakan luar negeri. Kebijakan semacam itu dibuat dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti, geografi, kebutuhan ekonomi
(30)
dan sumber daya, strategi dan keperluan pertahanan, adanya persekutuan dengan Negara lain, dan lain sebagainya (Suryokusumo,2004:7).
Tentang definisi diplomasi dijelaskan oleh Hans J. Morgenthau dalam bukunya Politik Antar Bangsa, bahwa :
“Diplomasi ialah bentuk-bentuk dan cara-cara untuk mencapai tujuan serta memperoleh hasil yang diharapkan dalam hubungan internasional dengan menggunakan kecerdasan dan kelincahan berkenaan dengan pelaksanaan hubungan resmi pemerintah dari Negara-negara berdaulat”. (Morgenthau,1991:153)
Suatu diplomasi diwujudkan dalam bentuk kerjasama, baik yang bersifat bilateral, Maupun multilateral. Teuku May Rudy dalam bukunya yang berjudul Organisasi dan Administrasi Internasional menjelaskan tentang pegertian kerjasama internasional, yakni:
“Kerjasama internasional adalah suatu bentuk kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas-batas Negara baik antar pemerintah ataupun non pemerintah untuk mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama. Jika kerjasama internasional itu dalam bentuk organisasi internasional maka harus ada struktur yang jelas dan lengkap yang melaksanakan fungsi organisasi yang jelas dan lengkap
yang melaksanakan fungsi organisasi secara
berkesinambungan”.(Rudy,1993:3).
Kerjasama internasional merupakan suatu perwujudan kondisi masyarakat internasional yang saling tergantung satu sama lain serta suatu usaha dari masing-masing masyarakat internasional untuk menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang sama. Dalam melakukan kerjasama tersebut diperlukan suatu wadah yang dapat memperlancar kegiatan kerjasama tersebut. Tujuan dari kerjasama tersebut ditentukan oleh persamaan
(31)
kepentingan dari masing-masing pihak yang terlibat. Wadah yang dimaksudkan adalah organisasi internasional.
“Organisasi internasional diartikan sebagai ikatan formal yang melampaui batas-batas wilayah nasional yang ditetapkan untuk membentuk suatu mesin kelembagaan agar dapat memudahkan kerjasama di antara pihak yang terkait dalam berbagai bidang. Organisasi internasional sebagai aktor internasional dianggap memberikan keuntungan terhadap negara, di mana ia berperan aktif di dalamnya. Fungsi utama dari organisasi internasional adalah untuk memberikan makna dari kerjasama yang dilakukan antara negara-negara dalam satu area, di mana kerjasama tersebut memberikan keuntungan untuk negara-negara yang terlibat di dalamnya“ (Bennet, 1995:3).
Pada awal tahun 2006 Rusia merealisasikan untuk membentuk aliansi strategis dengan dunia Islam. Aliansi strategis ini merupakan prakarsa dari Pemerintah Federasi Rusia. Dunia Islam, dalam pandangan Rusia, merupakan kekuatan signifikan yang dapat menjadi mitra dalam
mewujudkan tatanan dunia baru yang damai, adil dan beradab. Pernyataan ini sempat mengundang kecurigaan AS dan Negara Barat lainnya, karena Rusia dan dunia Islam memiliki pengaruh yang besar di kawasan Eropa, Timur Tengah dan Asia.
Jack C. Plano, Robert E. Ringgs, dan Helena S. Robin dalam Kamus Analisa Politik menjelaskan definisi pengaruh sebagai :
“Pengaruh adalah kemampuan pelaku politik untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain dalam cara yang dikehendaki oleh pelaku pengaruh yang berhasil dapat menyebabkan perubahan-perubahan (atau perubahan yang tidak diinginkan) pada kecenderungan, pendapat, sikap, dan keyakinan atau pada tingkah laku lain yang dapat terlihat”.(Plano dan Robin,1985:112).
Pengaruh bergabungnya Rusia dan Negara-negara Islam semakin memperkuat posisi Negara-negara di kawasan Eropa, Timur Tengah dan
(32)
Asia untuk mengatasi berbagai ancaman keamanan yang mungkin terjadi. Apalagi kawasan-kawasan ini memiliki potensi besar yang berpeluang menjadi arena perebutan kekuasaan diantara Negara-negara yang berkepentingan khususnya AS. Teuku My Rudy dalam bukunya yang berjudul Study Kawasan Diplomasi dan Perkembangan Politik di Asia, menjelaskan pengertian kawasan sebagai :
“Kawasan dapat diartikan suatu wilayah didunia, dimana terdapat kedekatan Negara secara geografis, aktifitas anggota kawasan (baik kerjasama ataupun pertentangan) menjadi suatu hal yang menentukan kebijakan luar negeri masing-masing kawasan tertentu mungkin mempunyai kemampuan ekstra regional. Prioritas utama keterlibatan dalam hubungan luar neeri adalah dengan kawasan, yang ditempatinya. Dalam kondisi normal mereka tidak dapat mencapai keberhasilan dimanapun tempat mereka meraih dan mempertahankan posisi permanen di wilayah mereka sendiri”. (Rudy,1997:1)
Istilah kawasan sangat erat kaitannya dengan regionalism. Jack C. Plano dalam bukunya Kamus Hubungan Internasional menjelaskan tentang pengertian regionalism sebagai :
“Konsep mengenai bangsa yang terdapat di kawasan geografi tertentu atau bangsa yang memiliki hirauan bersama, dapat bekerjasama melalui organisasi dengan keanggotaan yang terbatas untuk mengatur masalah fungsional, regional, militer, dan politik, regionalism memberikan hampiran menengah untuk mengatasi permasalahan yang berada di unilateralisme”. (Plano,1985:9).
Upaya yang dilakukan Rusia dalam menggalang kekuatan bersama dengan dunia Islam salah satunya yaitu dengan ikut berperan dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam). Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar mengatakan bahwa:
(33)
Konsep peranan yang mengacu pada pengertian yang dipakai dalam sosiologi, peran (role) diartikan sebagai aspek dinamis dari kedudukan atau status. (Soekanto,1990:268).
Peranan Rusia dalam organisasi intrernasional OKI yang beranggotakan, Afganistan, Tunisia, Turki, Bahrain, Oman, Qatar, Suriah, Uni Emirat Arab, Sierra Leone, Bangladesh, Gabon, Gambia, Guinea-Bissau, Uganda, Burkina Faso, Kamerun, Komoro, Irak, Maladewa, Djibouti, Benin, Brunei, Nigeria, Albania, Azerbaijan, Kirgiztan, Tajikistan, Turkmenistan, Mozambik, Kazakhstan, Uzbekistan, Suriname, Togo, Guyana, Pantai Gading, adalah bentuk nyata bahwasannya Rusia dan Negara-negara anggota OKI tersebut ingin membentuk suatu aliansi (www.sinarharapan.co. id/berita/0402/10lua03.html). B.N. Marbun dalam bukunya yang berjudul Kamus Politik, menjelaskan makna aliansi sebagai :
“Kerjasama antara bangsa-bangsa yang terbentuk dalam organisasi atau komitmen sejenis Negara untuk melakukan tindakan kooperatif, jika salah satu yang terlibat dalam perjanjian itu diserang oleh Negara lain”.(Marbun,2003:16).
Aliansi juga dimaksudkan sebagai upaya untuk mengejar kepentingan nasional sepanjang aliansi Negara meliputi : aliansi umum yang merupakan kepentingan biasa dan umumnya untuk waktu yang singkat, Negara akan terlibat dalam suatu aliansi untuk memenuhi kepentingan primer dan sekunder sapanjang bermandaat untuk proposisi yang baik bagi kekuatan Negara, Negara-negara yang lemah dan tergantung bergabung
(34)
menjalin persetujuan itu merupakan identitas kepentingannya, saling mengenal kepentingan amat diperlukan sebagai dasar persamaan aliansi. Aliansi dapat bersifat bilateral atau multilateral, rahasia atau terbuka, sederhana atau terorganisasikan, jangka pendek atau jangka panjang, dan dapat digunakan untuk mencegah atau memenangkan perang. Walaupun aliansi dapat membantu menciptakan perasaan aman dan menangkal agresi, aliansi dapat juga menjadi sumber ketegangan internasional. Hal ini disebabkan upaya pembentukan aliansi tandingan cenderung mengakibatkan terjadinya perlombaan senjata, timbul krisis atau perang.
Aliansi merupakan suatu yang sifatnya sangat strategis. Dengan terbentuknya aliansi, suatu kawasan dapat lebih terjaga stabilitas, baik secara politik, ekonomi, dan keamanan. Pengertian stabilitas menurut Jack C. Plano dalam buku Kamus Analisa Politik, yakni :
“Suatu kondisi dari sebuah sistem yang komponennya cenderung tetap didalam atau kembali kepada suatu hubungan yang sudah mantap. Stabilitas sama dengan tiadanya perubahan yang mendasar atau kacau didalam suatu system politik atau perubahan yang terjadi pada batas-batas yang telah disepakati/ ditentukan”.(Plano,1985:49).
Stabilitas diartikan sebagai kemungkinan bahwa system yang berlaku tetap memiliki semua cirri-ciri pokok, tidak ada satupun bangsa yang menjadi dominan. Adapun yang menjadi syarat terwujudnya stabilitas, dijelaskan oleh Mohammad Ayoob dalam bukunya Regional Security in the Third World: Case Studies From Southeast Asia and The Middle East :
“Terwujudnya stabilitas diasumsikan tiga syarat, yaitu : 1. Negara-negara dikawasan yang mempunyai kepentingan dalam kawasan bisa dihambat/ dicegah secara efektif karena adanya solidaritas dan kohesi ataupun organisasi; 2. Negara-negara di regional/ kawasan berhasil
(35)
mengelola/ menghapuskan masalah-masalah yang dapat menimbulkan friksi anatagonis di kawasan; 3. Ketegangan antar Negara-negara dikawasan berada pada tingkat rendah bahkan tidak ada sama sekali dan mekanisme-mekanisme institusional dalam bentuk organisasi dapat dipergunakan untuk memperoleh solusi tentang berbagai masalah kawasan”.(Ayoob,1986:3).
Stabilitas yang mantap akan menghasilkan suatu tingkat keamanan yang terkendali. Keamanan juga dapat diartikan sebagai suatu syarat bagi stabilitas. Definisi keamanan dijelaskan oleh Didi Kresna dalam bukunya yang berjudul Kamus Politik Internasional, bahwa :
“Keamanan adalah merupakan kewajian suatu Negara untuk menjamin terciptanya suatu kondisi yang aman serta mengatur ketertiban sehingga mensyaratkan dapat menjalankan aktivitasnya dengan tentram dan melindugi Negara tersebut. Dalam hubungan internasional kesemua itu ditujukan untuk mencapai kemakmuran, keadilan, serta kesejahteraan seluruh rakyatnya sebagai fundamental”.(kresna,1993:245).
Namun dewasa ini pendekatan tentang masalah keamanan lebih diperluas kepada isu-isu yang bersifat multimensional terutama dimensi non militer, seperti degradasi lingkungan, masalah kemiskinan, perdagangan obat-obatan terlarang, perdagangan perempuan dan anak, pekerja illegal, terorisme, dan penyebaran penyakit menular. Perluasan pemikiran ini muncul sejalan dengan perubahan kondisi keamanan.
Berkaitan dengan keamanaan, Rusia membangun aliansi dengan Negara-negara muslim bukan hanya untuk mengambil suatu keuntungan tertentu seperti berlindung di bawah Negara-negara islam untuk keamanan negaranya dari Negara-negara besar lainnya karena dunia mengakui bahwa
Negara-negara Islam memiliki kekuatan yang cukup besar dalam ketahanan negaranya atau membuat aliansi ini hanya untuk kepentingan Politik dan
(36)
ekonominya saja. Rusia tidak memandang dari sisi-sisi tersebut tapi bagaimana menciptakan kebaikan dan manfaat bagi umat manusia bahkan Rusia peduli akan peradaban di dunia Islam.
Mengenai peradaban, dijelaskan oleh Syeikh Hamza Yusuf yang merupakan seorang ulama Islam dan beliau mengajar di Institute Zaytuna di California, Amerika Serikat. tentang definisi Peradaban dalam seminar di Ritz Carlton Doha sebagai berikut :
“Peradaban diartikan sebagai segala sesuatu yang dimiliki oleh suatu bangsa, masyarakat, atau umat, berupa warisan-warisan pengetahuan/ nilai, karakter-karakter khas, dan inovasi-inovasi yang membedakan dengan komunitas-komunitas lain”. (www.permiqa.multiply.com/ journal/item/2)
Rusia memberikan perhatian besar terhadap pengembangan dialog diantara orang yang berbeda kepercayaan dan budaya. Berkaitan dengan hal ini Grup Pandangan Strategi “Rusia – Dunia Islam” mulai didirikan. Pertemuan pertama grup tersebut telah diselenggarakan di Moskow pada bulan Maret tahun 2006. Beberapa politisi terkemuka, pemimpin-pemimpin Muslim dan pelajar-pelajar dari macam-macam Negara akan ikut ambil bagian. Diantaranya, terdapat Keua Muhammadiyah Dien Syamsuddin dan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohamad.
Islam Rusia seperti agama-agama utama lainnya di Negara ini, sedang mengalami kebangkitan dan seperti telah dikatakan oleh Presiden Vladimir Putin :
“Muslim Rusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dan aktif, berpendidikan serta berpengalaman dalam susunan bangsa Rusia yang
(37)
multi-etnik dan multi denominasional”. (www.permiqa.multiply.com/ journal/item/2)
Dengan mempertahankan masalah dan berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat diasumsikan sebagai berikut :
1. Rusia saat ini menggunakan Islam untuk politik luar negerinya bagi berbagai tujuan, salah satunya dengan berupaya membangun peradaban Islam di dalamnya.
2. Kerjasama Rusia dengan Negara-negara muslim anggota OKI (Palestina, Iran dan Indonesia) dalam membangun peradaban Islam merupakan langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah Rusia.
1.6.2 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang ada dan kerangka konseptual di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
“Dengan adanya peran Rusia dalam membangun aliansi peradaban dengan dunia Islam, maka tercipta suatu hubungan Aliansi dengan Negara-negara Muslim anggota OKI (Palestina, Iran dan Indonesia)”
(38)
1.6.3 Definisi Operasional
Mengacu pada pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, yang akan dijabarkan di sini adalah variabel independen yang dalam hal ini adalah Rusia dan variabel dependen, yaitu Dunia Islam.
Variabel independen, yaitu peranan Rusia, sebagai salah satu Negara yang memiliki kekuatan baik secara ekonomi ataupun militer dan merupakan Negara berpenduduk muslim terbesar di Eropa dalam upaya membangun suatu hubungan aliansi dengan dunia Islam. Membangun suatu hubungan aliansi dengan dunia Islam dinilai oleh Rusia merupakan suatu langkah strategis yang harus dilakukan dalam menyaingi hegemoni As/Barat, serta untuk menciptakan suatu tatanan dunia baru yang damai, adil dan beradab. Oleh karena itu, Rusia merasa perlu untuk membangun suatu hubungan Aliansi Peradaban dengan berperan aktif dalam berbagai permasalahan dunia Islam serta berperan aktif dalam permasalahan yang terjadi di Negara-negara yang berpenduduk muslim.
Variabel dependen, Aliansi Peradaban Dunia Islam. Dunia Islam disini penulis lebih memfokuskan kepada tiga OKI (Organisasi Konferensi Islam), dan negara-negara muslim anggota OKI pun penulis mengambil tiga negara sebagai studi kasus yaitu Palestina, Iran dan Indonesia, karena penulis rasa cukup mewakili Dunia Islam. Keterlibatan Rusia dalam OKI merupakan realisasi dari langkah Rusia untuk membangun aliansi dengan dunia Islam. Aliansi ini diprakarsai Pemerintah Federasi Rusia pada 27-28 Maret 2006, Alliance of Civilization (Aliansi Peradaban) antara Rusia dan
(39)
Dunia Islam. Di sini Rusia sebagai salah satu dari negara di dunia yang berusaha keras membangun hubungan dekat dengan dunia Islam tentu saja harus mulai menyiapkan Stretegi Politik Luar Negeri yang mengarah ke tatanan Dunia Islam. Melihat keterkaitan dari sisi sejarah tentang peradaban Rusia dengan peradaban Islam, maka Rusia mencoba “merangkul” Dunia Islam melalui konsep Peradaban ini. Rusia yang melihat Dunia Islam sebagai kekuatan signifikan beranggapan bahwa Islam dapat dijadikan mitra bagi perwujudan tatanan dunia baru yang damai, adil dan beradab.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian 1.7.1 Metode Penelitian
Metode penelitian dapat bermakna sempit atau luas. Dalam arti sempit, metode penelitian berhubungan dengan rancangan penelitian atau prosedur-prosedur pengumpulan data dan analisis data. Sebaliknya dalam arti luas, metode penelitian merupakan cara teratur untuk menyelidiki masalah tertentu untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diselidiki yang dibutuhkan sebagai solusi atas masalah tersebut (Silalahi, 1999: 6-7).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif-Analitis. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai fakta yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Deskripsif adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memberikan gambaran yang akurat dan terperinci mengenai fakta tentang suatu fenomena yang ada.
(40)
Sementara metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti dalam situasi tertentu (Silalahi, 1999: 6-7).
Metode ini dipakai untuk menggambarkan pengaruh kerjasama Rusia dan negara-negara muslim anggota OKI dalam membangun aliansi peradaban dengan dunia Islam untuk menandingi hegemoni AS.
1.7.2 Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan (library research), yaitu melalui teknik pengumpulan dan berdasarkan penelaah/penelusuran literatur. Dengan mengadakan survey terhadap data yang telah ada, menggali teori-teori yang telah berkembang dalam bidang ilmu yang berkepentingan serta memperoleh orientasi yang lebih luas dalam permasalahan yang dipilih (Nazir,1998:63).
Pada penelitian ini, penulis mengambil data-data yang berseumber dari buku-buku, arsip-arsip, catatan-catatan, surat kabar, jurnal, bulletin, artikel, wawancara, serta web site di internet yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.8.1 Lokasi Penelitian
(41)
1. Perpustakaan Centre For Strategic and International Studies (CSIS), Jln. Tanah Abang III No. 23-27, Jakarta Pusat.
2. Kedutaan Besar Federasi Rusia, Jln. HR. Rasuma Said Kav. X-7 No. 1-2 Kuningan, Jakarta
3. Perpustakaan Departemen Luar Negeri RI, Jln. Pejambon No. 6, Jakarta Pusat.
4. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung.
5. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjajaran, Jatinangor.
6. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pasundan, Bandung.
7. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Parahyangan, Bandung.
1.8.2 Waktu Penelitian
Dari proses awal pengumpulan data-data yang diperlukan, pengajuan judul, serta berbagai proses administrasi yang harus juga di benahi oleh penulis, maka penelitian ini dapat dikatakan berlangsung sejak bulan September 2009 sampai dengan Agustus 2010, dan untuk lebih terinci dapat dilihat dalam tabel berikut:
(42)
Tabel 1.1
Tabel Kegiatan Penelitian September 2009 – Agustus 2010
No Kegiatan
Waktu Penelitian
2009 2010
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Juli Agu
1.
Pengajuan
judul
2.
Pembuatan
usulan
penelitian
3.
Seminar
usulan
penelitian
4.
Bimbingan
skripsi
5.
Pengumpulan
data
6.
Rencana
(43)
1.9 Sistematika Penulisan
Laporan penelitian ini akan disusun dalam bentuk skripsi dengan urutan sebagai berikut:
BAB I: Bab ini merupakan bab pendahuluan yang akan memaparkan latar belakang penelitian yaitu mengenai gagasan Rusia untuk membentuk Alliance Of Civilizations, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah. Selanjutnya akan dipaparkan kerangka pemikiran dan hipotesis yang akan diuji, metodologi penelitian dan teknik penelitian serta lokasi dan waktu penelitian.
BAB II: Bab ini memaparkan tinjauan kepustakaan dari literatur-literatur yang dipilih untuk menjelaskan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang diteliti yaitu mengenai peranan Rusia dalam membangun Aliansi Peradaban.
BAB III: Bab ini akan dipaparkan mengenai variabel-variabel yang akan dideskripsikan, yaitu, mengenai Profile Rusia serta hal-hal lain yang berkaitan dengan Rusia. Dan gambaran umum tentang OKI (Organisasi Konferensi Islam) serta gambaran keadaan negara Palestina, Iran dan Indonesia.
BAB IV: Bab ini akan memaparkan hasil penelitian dari hubungan antar variabel, yaitu mengenai peranan Rusia dalam OKI, meliputi kebijakan-kebijakan dan keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam kaitannya dengan membangun Aliansi Peradaban dengan dunia Islam
(44)
di negara Palestina, Iran dan Indonesia. Sebagai pengorientasian dari Aliansi Peradaban yang di usung oleh Rusia.
BAB V: Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan penelitian yang dilakukan, meliputi penolakan atau penerimaan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, dan dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa ada peranan Rusia dalam membangun aliansi peradaban dengan dunia Islam. serta saran-saran bagi peneliti selanjutnya yang berminat mengamati objek penelitian yang serupa.
(45)
31 2.1 Hubungan Internasional
Hubungan internasional berawal dari kontak dan interaksi di antara negara-negara di dunia, terutama dalam masalah politik. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, isu-isu internasional mengalami perkembangan. Negara ataupun aktor non-negara mulai menunjukkan ketertarikannya akan isu-isu internasional di luar isu politik, seperti isu ekonomi, lingkungan hidup, sosial dan kebudayaan.
Istilah hubungan internasional memiliki keterkaitan erat dengan semua bentuk interaksi di antara masyarakat dari setiap negara, baik oleh pemerintah atau rakyat dari negara yang bersangkutan. Dalam mengkaji ilmu hubungan internasional, yang juga meliputi kajian ilmu politik luar negeri atau politik internasional, serta semua segi hubungan di antara negara-negara di dunia, juga meliputi kajian terhadap lembaga perdagangan internasional, pariwisata, perdagangan internasional, transportasi, komunikasi dan perkembangan nilai-nilai dan etika internasional.
Hubungan internasional dapat dilihat dari berkurangnya peranan negara sebagai aktor dalam politik dunia dan meningkatnya peranan aktor-aktor non-negara. Batas-batas yang memisahkan bangsa-bangsa semakin kabur dan tidak relevan. Bagi beberapa aktor non-negara bahkan batas-batas wilayah secara geografis tidak dihiraukan. (Perwita & Yani, 2005: 3).
(46)
Hubungan internasional bersifat sangat kompleks, karena di dalamnya terdapat bermacam-macam bangsa yang memiliki kedaulatan masing-masing, sehingga memerlukan mekanisme yang lebih menyeluruh dan rumit daripada hubungan antar kelompok manusia di dalam suatu negara. Namun, pada dasarnya, tujuan utama studi hubungan internasional adalah mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku para aktor negara dan non-negara. Perilaku tersebut bisa berwujud perang, konflik, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi internasional, dan sebagainya.
Studi tentang hubungan internasional banyak diartikan sebagai suatu studi tentang interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara. Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar (Perwita & Yani, 2005: 3-4).
Dalam perkembangannya, hubungan internasional pada awalnya hanya mempelajari tentang interaksi antar negara-negara berdaulat saja. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, ilmu hubungan internasional menjadi semakin luas cakupannya. Pada masa Perang Dunia II dan pembentukan Persatuan Bangsa-Bangsa, Ilmu hubungan internasional mendapatkan suatu dorongan baru. Kemudian pada tahun 1960-an dan 1970-an perkembangan studi hubungan internasional makin kompleks dengan masuknya actor IGO (Intergovermental Organizations) dan INGO (InterNongovermental Organizations). Pada dekade 1980-an pola hubungan internasional adalah studi tentang interaksi antara
(47)
negara-negara yang berdaulat di dunia, juga merupakan studi tentang aktor buka negara-negara yang perilakunya mempunyai pengaruh terhadap kehidupan negara-bangsa (Perwita & Yani, 2005: 3).
Berakhirnya Perang Dingin telah mengakhiri sistem bipolar dan berubah pada multipolar atau secara khusus telah mengalihkan persaingan yang bernuansa militer ke arah persaingan atau konflik kepentingan ekonomi di antara negara-negara di dunia. Paska Perang Dingin, isu-isu hubungan internasional yang sebelumnya lebih terfokus pada isu-isu high politics (isu politik dan keamanan) meluas ke isu-isu low politics (isu-isu HAM, ekonomi, lingkungan hidup, terorisme). Dengan berakhirnya Perang Dingin dunia berada dalam masa transisi. Hal itu berdampak pada studi hubungan internasional yang mengalami perkembangan yang pesat. Hubungan internasional kontemporer tidak hanya memperhatikan politik antar negara saja, tetapi juga subjek lain meliputi terorisme, ekonomi, lingkungan hidup, dan lain sebagainya. Selain itu, hubungan internasional juga semakin kompleks. Interaksi tidak hanya dilakukan negara saja, melainkan juga aktor-aktor lain, yaitu, aktor non-negara juga memiliki peranan yang penting dalam hubungan internasional (Perwita & Yani, 2005: 7-8).
2.2 Politik Internasional
Politik internasional merupakan salah satu kajian pokok dalam hubungan internasional. Politik internasional memiliki perbedaan dengan hubungan internasional dalam ruang lingkupnya. Hubungan internasional meliputi seluruh bentuk interaksi antar negara, termasuk organisasi non-negara. Sedangkan politik
(48)
internasional terbatas hanya pada hal-hal yang berfokus pada kekuasaan yang melibatkan negara-negara berdaulat.
Menurut Holsti, politik internasional merupakan studi terhadap pola tindakan negara terhadap lingkungan eksternal sebagai reaksi atas respon negara lain. Selain mencakup unsur power, kepentingan dan tindakan, politik internasional juga mencakup perhatian terhadap sistem internasional dan perilaku para pembuat keputusan dalam situasi politik. Jadi politik internasional menggambarkan hubungan dua arah, menggambarkan reaksi dan respon bukan aksi (Holsti dalam perwita & Yani, 2005: 40).
Secara umum, objek dalam politik internasional juga merupakan objek dari politik luar negeri. Suatu analisis mengenai tindakan terhadap lingkungan eksternal serta berbagai kondisi domestik yang menopang formulasi tindakan merupakan kajian politik luar negeri,dan akan menjadi kajian politik internasional apabila tindakan tersebut dipandang sebagai salah satu pola tindakan suatu negara serta reaksi atau respon oleh negara lain. Dalam interaksi antarnegara terdapat hubungan pengaruh dan respons. Pengaruh dapat langsung ditujukan pada sasaran tetapi dapat juga merupakan limpahan dari suatu tindakan tertentu. Kemudian, dalam interaksi antarnegara, interaksi dilakukan didasarkan pada kepentingan nasional masing-masing negara. Kepentingan nasional adalah tujuan utama dan merupakan awal sekaligus akhir perjuangan suatu bangsa (Perwita & Yani, 2005:41).
Dalam politik internasional proses interaksi berlangsung dalam suatu wadah atau lingkungan, atau suatu proses interaksi, interrelasi serta interplay (saling
(49)
mempengaruhi) antara aktor dengan lingkungannya atau sebaliknya. Istilah politik internasional pada dasarnya merupakan istilah tradisional yang sangat menekankan interaksi para aktor negara. Namun, pola-pola interaksi interaksi politik dalam hubungan internasional kini sudah melibatkan interaksi antar aktor negara dengan aktor non-negara. (Perwita & Yani, 2005:41).
2.3 Kerjasama Internasional
Sejak semula, fokus dari teori hubungan internasional adalah mempelajari tentang penyebab-penyebab konflik dan kondisi-kondisi yang menciptakan kerjasama. Kerjasama dapat tercipta sebagai akibat dari penyesuaian-penyesuaian perilaku aktor-aktor dalam merespon atau mengantisipasi pilihan-pilihan yang diambil oleh aktor-aktor lainnya. Kerjasama dapat dijalankan dalam suatu proses perundingan yang diadakan secara nyata atau karena masing-masing pihak saling tahu sehingga tidak lagi diperlukan suatu perundingan (Dougherty & Pfaltzgraff, 1997: 418).
Saat ini, sebagian besar transaksi dan interaksi antarnegara dalam system internasional sekarang bersifat rutin dan hampir bebas dari konflik. Berbagai jenis masalah nasional, regional, ataupun global yang bermunculan memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Dalam kebanyakan kasus yang terjadi, pemerintah saling berhubungan dengan mangajukan alternatif pemecahan, perundingan atau pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi, mengemukakan berbagai bukti teknis untuk menopang pemecahan masalah tertentu, dan mengakhiri perundingan dengan membentuk suatu perjanjian atau saling pengertian yang memuaskan bagi
(50)
semua pihak. Proses seperti ini biasa disebut kerjasama atau kooperasi (Holsti, 1992: 650).
Kerjasama dapat didefinisikan sebagai serangkaian hubungan-hubungan yang tidak didasarkan pada kekerasan atau paksaan dan disahkan secara hukum, seperti dalam sebuah organisasi internasional seperti PBB atau Uni Afrika. Kerjasama dimaksudkan suatu usaha bersama antara orang-perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai atau beberapa tujuan bersama. Kerjasama dapat tumbuh dari suatu komitmen individu terhadap kesejahteraan bersama atau sebagau usaha pemenuhan kepentingan pribadi. Kunci dari perilaku kerjasama ada pada sejauh mana setiap pribadi percaya bahwa yang lainnya akan bekerja sama. Sehingga isu utama dari teori kerjasama didasarkan pada pemenuhan kepentingan pribadi, dimana hasil yang menguntungkan kedua belah pihak dapat diperoleh dengan bekerja sama daripada dengan usaha sendiri atau dengan persaingan (Dougherty & Pfaltzgraff, 1997: 419).
Kerjasama dapat berlangsung dalam berbagai konteks yang berbeda. Kebanyakan hubungan dan interaksi yang berbentuk kerjasama terjadi langsung diantara dua pemerintah yang memiliki kepentingan atau menghadapi masalah yang sama secara bersamaan. Bentuk kerjasama lainnya dilakukan antara negara yang bernaung dalam organisasi dan kelembagaan internasional.
Ada beberapa alasan mengapa negara melakukan kerjasama dengan negara lainnya:
1. Demi meningkatkan kesejahteraan ekonominya, dimana melalui kerjasama dengan negara lainnya, negara tersebut dapat mengurangi biaya yang harus
(51)
ditanggung dalam memproduksi suatu produk kebutuhan bagi rakyatnya karena keterbatasan yang dimiliki negara tersebut.
2. Untuk meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan biaya. 3. Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama. 4. Dalam rangka mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh
tindakan-tindakan individual negara yang memberi dampak terhadap negara lain (Holsti, 1995: 362-363).
Kerjasama internasional adalah salah satu usaha negara-negara untuk menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang sama dan juga merupakan suatu perwujudan kondisi masyarakat yang saling tergantung satu sama lain. Kerjasama internasional pada umumnya berlangsung pada situasi-situasi yang bersifat desentralisasi yang kekurangan institusi-institusi dan norma-norma yang efektif bagi unit-unit yang berbeda secara kultur dan terpisah secara geografis, sehingga kebutuhan untuk mengatasi masalah yang menyangkut kurang memadainya informasi tentang motivasi-motivasi dan tujuan-tujuan dari berbagai pihak sangatlah penting.
Kerjasama internasional dapat didefinisikan sebagai pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur yang jelas dan lengkap serta diharapkan akan diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda (Rudy, 1993: 3).
(52)
Suatu kerjasama internasional didorong oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Kemajuan dalam bidang teknologi, yang menyebabkan semakin mudahnya hubungan yang dapat dilakukan negara, sehingga meningkatkan ketergantungan satu dengan yang lainnya.
2. Kemajuan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan bangsa dan negara. Kesejahteraan suatu negara dapat mempengaruhi kesejahteraan negara lainnya di dunia.
3. Perubahan sifat peperangan, dimana, terdapat suatu keinginan bersama untuk saling melindungi dan membela diri dalam bentuk kerjasama internasional.
4. Adanya kesadaran dan keinginan untuk berorganisasi. Salah satu metode kerjasama internasional dilandasi atas dasar bahwa dengan berorganisasi akan memudahkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. (Kartasasmita,1997:2).
Meskipun dewasa ini dapat diurutkan berbagai bidang kerjasama internasional, pada hakekatnya dapat dikemukakan empat bentuk kerjasama internasional, yaitu:
1. Kerjasama universal (global)
Kerjasama internasional yang bersifat universal atau global dapat dikembalikan pada hasrat untuk memadukan semua bangsa di dunia dalam suatu wadah yang mampu mempersatukan mereka dalam cita-cita bersama, dan menghindari disintegrasi internasional.
(53)
2. Kerjasama regional
Merupakan kerjasama antarnegara yang berdekatan secara geografis. Yang amat menentukan pada kerjasama regional adalah kedekatan geografis. Namun, pengamatan menunjukkan, bahwa, faktor itu saja belum memadai untuk memajukan suatu kerjasama regional. Kesamaan pandangan politik dan kebudayaan, atau perbedaan struktur produktivitas ekonomi dari negara-negara yang hendak bekerja sama banyak menentukan apakah suatu kerjasama regional dapat diwujudkan.
3. Kerjasama fungsional
Dalam kerangka kerjasama fungsional, negara-negara yang terlibat masing-masing diasumsikan mendukung fungsi tertentu sedemikian rupa sehingga, kerjasama itu akan melengkapi berbagai kekurangan pada masing-masing negara. Fungsi yang didukung masing-masing negara tersebut disesuaikan dengan kekuatan spesifik yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan, dan yang idealnya pada saat yang bersamaa merupakan kelemahan yang spesifik dari negara lainnya. Kerjasama yang fungsional bertolak dari cara berpikir yang pragmatis yang memang mensyaratkan kemampuan tertentu pada masing-masing mitra kerjasama. Artinya, suatu kerjasama yang fungsional tidak mungkin terselenggara jika ada di antara mitra-mitra kerjasama tersebut tidak mampu mendukung suatu fungsi yang spesifik yang sebenarnya diharapkan darinya. (Kusumohamidjojo, 1987: 92-100).
(54)
4. Kerjasama ideologis
Dalam kerangka hubungan internasional, kelompok kepentingan yang paling relevan adalah negara. Namun, bagi perjuangan atau kerjasama ideologi, batas teritorial justru menjadi tidak relevan. Dewasa ini, hal tersebut berlaku bagi berbagai kelompok kepentingan yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan memanfaatkan berbagai kemungkinan yang terbuka dalam forum global. Meskipun demikian, berbagai kelompok kepentingan dan negara yang memiliki orientasi Marxis adalah yang lebih dulu menyadari relevansi dari kerjasama internasional di bidang ideologi, dan juga memanfaatkannya (Kusumohamidjojo, 1987: 92-100).
Kerjasama yang terbentuk pada akhirnya akan mengarah pada terciptanya interdependensi, dimana organisasi internasional sebagai wadah kerjasama memainkan peran penting dengan kapasistasnya sebagai aktor non-negara. Tujuan akhir dari kerjasama yang terjalin ditentukan oleh persamaan kepentingan yang hakiki dari masing-masing pihak yang terlibat. (Kusumohamidjojo, 1987: 92-100).
2.4 Konsep Peranan Negara
Teori peranan menegaskan bahwa prilaku politik adalah prilaku dalam menjalankan peranan politik. Teori ini berasumsi bahwa sebagian besar prilaku politik adalah akibat dari tuntutan atau harapan yang kebetulan dipegang aktor politik. Seseorang yang menduduki posisi tertentu diharapkan atau diduga berprilaku tertentu. Harapan dan dugaan itulah yang membentuk peranan. Peranan
(55)
memiliki dua arti. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.
Peranan yang melekat dalam diri individu harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menempatkan individu pada organisasi masyarakat.
Peranan lebih menunjuk pada fungsi penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat sebagai organisasi.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat dalam organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur social dalam masyarakat (Soekanto,1990:269).
Peranan menurut K.J Holsti yang diterjemahkan Wawan Juanda dalam bukunya “Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis” yaitu:
“Konsep peranan bisa dianggap sebagai definisi yang dikemukakan oleh para pengambil keputusan terhadap bentuk-bentuk umum, keputusan, aturan, dan fungsi Negara dalam suatu atau beberapa masalah internasional. Peranan juga merefleksikan kecenderungan pokok, kekhawatiran, serta sikap terhadap lingkungan eksternal dan variable sistematik geografi dan ekonomi” (1992:159)
Peranan dapat diartikan sebagai orientasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam posisi sosialnya. Dengan peranan tersebut, sang
(56)
pelaku peran baik itu individu maupun organisasi akan berprilaku sesuai dengan harapan orang atau lingkungannya. Dalam hal ini peranan menjalankan konsep melayani untuk menghubungkan harapan-harapan yang terpola dari orang lain atau lingkungan dengan hubungan dengan pola yang menyusun struktur social. Peran sendiri merupakan seperangkat prilaku yang dapat terwujud sebagai perorangan sampai dengan kelompok, baik kecil maupun besar, yang kesemuanya menjalankan berbagai peranan. Baik prilaku yang bersifat individual maupun jamak dapat dinyatakan sebagai struktur (Kantaprawira,1987:32).
2.5 Organisasi Internasional
2.5.1 Definisi dan Klasifikasi Organisasi Internasional
Upaya mendefinisikan organisasi internasional harus melihat pada tujuan yang hendak dicapai, institusi-institusi yang ada, suatu proses perkiraan peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah terhadap hubungan suatu negara dengan aktor-aktor non-negara (Coulombis & Wolfe, 1986:276).
Sehingga, dengan demikian, organisasi internasional dapat didefinisikan sebagai sebuah struktur formal yang berkesinambungan, yang pembentukannya didasarkan pada perjanjian antar anggota-anggotanya dari dua atau lebih negara berdaulat untuk mencapai tujuan bersama dari para anggotannya (Archer, 1983:35).
Definisi lain dari organisasi internasional adalah suatu pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari pada struktur
(57)
organisasi yang jelas, yang diharapkan dapat berfungsi secara berkesinambungan dan melembaga dalam usaha untuk mencapai tujuan-tujuan yang diperlukan serta yang disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antar sesame kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda (Rudy, 1993: 3).
Menurut Clive Archer, organisasi internasional dapat diklasifikasikan berdasarkan keanggotaan, tujuan, aktivitas dan strukturnya. Organisasi internasional bila dilihat dari keanggotaannya dapat dibagi lagi berdasarkan tipe keanggotaan dan jangkauan keanggotaan (extend of membership). Bila menyangkut tipe keanggotaan, organisasi internasional dapat dibedakan menjadi organisasi internasional dengan wakil pemerintahan negara-negara sebagai anggota atau Intergovermental Organizations (IGO), serta organisasi internasional yang anggotanya bukan mewakili pemerintah atau International Non-Govermental Organizations (INGO). Dalam hal jangkauan keanggotaan, organisasi internasional ada yang keanggotaannya terbatas dalam wilayah tertentu saja, dan satu jenis lagi dimana keanggotaannya mencakup seluruh wilayah di dunia. (Archer, 1983:35).
Konsep dan praktek dasar yang melandasi IGO modern melibatkan diplomasi, perjanjian, konferensi, aturan-aturan dan hukum perang, pengaturan penggunaan kekuatan, penyelesaian sengketa secara damai, pembangunan hukum internasional, kerjasama ekonomi internasional, kerjasama sosial internasional, hubungan budaya, perjalanan lintas negara,
(58)
komunikasi global, gerakan perdamaian, pembentukan federasi dan liga, administrasi internasional, keamanan kolektif, dan gerakan pemerintahan dunia (Bennet, 1995: 9).
IGO dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori berdasarkan keanggotaan dan tujuannya, yaitu:
1. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya bersifat umum
Organisasi ini memiliki ruang lingkup global dan melakukan berbagai fungsi, seperti keamanan, sosial-ekonomi, perlindungan hak asasi manusia, pertukaran kebudayaan, dan lain sebagainya. Contohnya adalah PBB.
2. Organisasi yang keanggotaannya umum tetapi tujuannya terbatas
Organisasi ini dikenal juga sebagai organisasi fungsional karena diabdikan untuk satu fungsi spesifik. Contohnya International Labour Organization (ILO), World Health Organization (WHO), United Nations on AIDS (UNAIDS), dan lain sebagainya.
3. Organisasi yang keanggotaannya terbatas tetapi tujuannya umum
Organisasi seperti ini biasanya adalah organisasi yang bersifat regional yang fungsi dan tanggung jawab keamanan, politik dan social-ekonominya berskala luas. Contohnya adalah OKI, Uni Eropa, Organisasi Negara-negara Amerika (OAS), Uni Afrika, dan lain sebagainya.
(59)
Organisasi ini dibagi atas organisasi sosial-ekonomi, contohnya adalah Asosiasi Perdagangan Bebas Amerika Latin (LAFTA), serta organisasi militer/pertahanan, contohnya adalah North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Pakta Warsawa (Columbis & Wolfe, 1999: 281).
INGO, menurut Clive Archer, terdiri atas anggota-anggota yang bukan merupakan perwakilan atau delegasi dari pemerintah suatu negara, namun, kelompok-kelompok, asosiasi-asosiasi, organisasi-organisasi ataupun individu-individu dari suatu negara. Definisi tersebut lebih dikenal dengan aktor-aktor non-negara pada tingkat internasional, dimana aktivitas mereka mengakibatkan meningkatnya interaksi-interaksi internasional (Archer, 1983: 40).
Klasifikasi organisasi internasional menurut tujuan dan aktivitasnya berkisar dari yang bersifat umum hingga yang khusus dan terbagi menurut orientasinya, yaitu, menuju pada hubungan kerjasama para anggotannya, menurunkan tingkat konflik atau menghasilkan konfrontasi antar anggota atau yang bukan anggota.
Klasifikasi yang terakhir adalah berdasarkan struktur organisasi internasional. Dengan memperhatikan strukturnya, maka dapat dilihat bagaimana suatu institusi membedakan antara satu anggota dengan anggota lainnya, sehingga, dengan demikian, dapat dilihat bagaimana suatu organisasi internasional dalam memperlakukan anggotannya. Selain itu, struktur juga dapat melihat tingkat kemandirian institusi dari anggotannya
(1)
131
keberadaanya oleh Israel. Semuanya hanya mengecam, tanpa ada tindakan yang signifikan dari PBB atau dunia internasional untuk meredam aksi ke-aroganan tersebut.
Dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan dalam hal penyajian data yang valid dan akurat. Oleh karena itu, bagi yang hendak melakukan penelitian dengan menggunakan objek penelitian yang sama, diharapkan dapat lebih menyajikan data-data yang lebih valid dan akurat. Metode penelitian dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dan studi kepustakaan. Oleh karena itu, bagi yang hendak melakukan penelitian menggunakan objek penelitian yang sama, diharapkan untuk menggunakan metode penelitian dan teknik pengumpulan data yang berbeda. Selain itu, diharapkan juga bagi yang hendak melakukan penelitian tentang Rusia, di harapkan dapat melakukan kajiannya dari permasalahan dan sudut pandang yang berbeda atau menggunakan variabel penelitian yang berbeda, sehingga, nantinya, akan memperluas khasanah pengetahuan bagi si peneliti dan pembaca. Peneliti juga menyadari, bahwa, dalam pembahasan penelitian ini sumber-sumber dan referensi yang terkait secara langsung dengan objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat kurang. Oleh karena itu, diharapkan bagi yang hendak melakukan penelitian menggunakan objek dan variabel penelitian yang sama agar lebih memperbanyak lagi sumber-sumber dan referensi yang akurat terkait dengan permasalahan yang diangkat.
(2)
132
Archer, Clive. 1983. International Organization. New York: Routledge.
Bennet, Leroy. 1995. International Organization, Principle and Issue. Eaglewood. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Coulombis, Theodore A, & Wolfe, James H. 1986. Introduction to International Relations: Power and Justice. Cambridge: Cambridge University Press. Gellner, E. 1988. Plough, Sword and Book. London: Collins Harvill.
Holsti, K.J. 1992. Politik Internasional: Suatu Kerangka Teoritis. Bandung: Binacipta.
Holsti, K.J. 1998. Politik Internasional: Suatu Kerangka Teoritis. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Kartasasmita, Koesnadi. 1997. Administrasi Internasional. Bandung: Lembaga Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi.
Kusumohamidjojo, Budiono. 1987. Hubungan Internasional: Kerangka Suatu Analisis. Bandung: Binacipta.
Marbun, B.N. 1996. Kamus Politik. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES.
Mas’oed, Mohtar & Colin Mcandrews. 1978. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Perwita, Anak Agung Banyu & Yanyan Mochamad Yanni. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosda.
Plano, J.C., R.E. Riggs, H.S. Robins. 1989. Kamus Analisa Politik. Jakarta: CV Rajawali.
Rudi, Teuku May. 1993. Teori, Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional. Bandung: Angkasa.
(3)
133
Silalahi, Ulbert. 1999. Metode dan Metodologi Penelitian. Bandung: Bina Budaya.
Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Keempat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, Teknik. Bandung: Transito.
Suriasumantri, Jujun S. 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suryokusumo, Sumaryo. 1987. Organisasi Internasional. Jakarta: UI-Press. Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, Teknik.
Bandung: Transito.
Toma, Peter A. Dan Gorman, Robert F. 1991. International Relations: Understanding Global Issues. California: Brooks/Cole Publishing Co. Wiriatmadja, Suwardi. 1967. Pengantar Hubungan Internasional. Bandung: Fisip
Press.
Artikel Dalam Buku
Adnan, Abdul Hadi. 2006. Penyelesaian Masalah Sudan Selatan dan Krisis di Darfur. Paradigma Polistat. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pasundan. Bandung.
Huntington, Samuel P. 1993. Benturan Peradaban?. Foreign Affairs. Amerika dan Dunia: Memperdebatkan Bentuk Baru Politik Internasional. Kedutaan Besar Amerika Serikat, Freedom Institute & Yayasan Obor. Jakarta.
Little, Richard. 1996. International Theory: Positivism and Beyond, Edited By: Steve Smith, Ken Booth & Marysia Zalewski. Cambridge University Press. Heryaman, Oman. 2002. Kebijakan Keamanan, Postur Militer dan Dinamika
Persenjataan. Jurnal Hubungan Internasional 3
Nasution, Dahlan. 1983. Konsep Politik Internasional . Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjajaran. Bandung.
(4)
Website
Meneropong Hubungan Rusia dan Dunia Islam (www.Jurnalnet.com/konten.php ?nama=BeritaUtama&topik=4&id=531). Diakses pada 18 Oktober 2009. Bandung.
Gambaran Hidup Beragama di Rusia Masa Ini (http://www.indonesia.mid.ru/ind. html). Diakses pada 19 Maret 2009. Bandung.
Paham Ortodoks Dan Perpecahan Dalam Islam. (http://media.isnet.org /islam/ gibb/sekte.html). Diakses pada 14 Juli 2009. Bandung.
Rusia Ingatkan AS, Kebijakan Soal Iran Bisa Picu Benturan Peradaban. (http:// www.kapanlagi.com/h/0000164424_print.html). Diakses pada 1 November 2009. Bandung.
Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia. (http://jibis.pnri.go.id /informasi-rujukan/indeks-tinjauan-pustaka/thn/2007/bln/01/tgl/11/id/668). Diakses pada 20 Maret 2009. Bandung.
Rusia Kaya Akan Naskah-naskah Kuno Islam. (http://www.hizbut-tahrir.or.id/ news/index.php). Diakses pada 12 Juni 2009. Bandung.
Oleh-oleh Dari Seminar Peradaban Islam Di Rizt Calton.(http://www.permiqa. multiply.com/jurnal/item/2). Diakses pada 12 Juni 2009. Bandung. Kebijakan Politik Luar Negeri Rusia. (http://www.indonesia.mid.ru/ind.html).
Diakses pada 26 Oktober 2009. Bandung.
Rice Minta Rusia Cooperatif Dalam Soal Nuklir Iran. (http://www.kompas-cetak/0510/15/id/2127585.htm). Diakses pada 14 Agustus 2009. Bandung. Kaum Muslim Kian Berperan Dalam Pembangunan. (http://www.mualaf.com/ islam-is-not-the-enemy/dunia%20islam/131). Diakses pada 23 Agustus 2009.
Bandung.
Rusia Ingin Aktif Dalam OKI. (http://www.sinar harapan.co.id). Diakses pada 23 Agustus 2009. Bandung.
Rusia dan Islam. (http://indonesian.irib.ir). Diakses pada 23 Juni 2010. Bandung. Palestina. (http://www.kispa.org). Diakses pada 23 Juni 2010. Bandung.
(5)
135
Libanon. (http://www.nonblok.com). Diakses pada 23 Juni 2010. Bandung. Militer Rusia. (http://www.muslimdaily.net). Diakses pada 23 Juni 2010.
Bandung.
Rusia-Indonesia. (http://www.idsps.org). Diakses pada 23 Juni 2010. Bandung. Militer Indonesia . (http://www.hidayatullah.com). Diakses pada 23 Juni 2010.
(6)
1. Nama : Adang Sutrisna
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Sumedang, 19 November 1984 3. Nomor Induk Mahasiswa : 44302011
4. Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional 5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Kewarganegaraan : Indonesia
7. Agama : Islam
8. Alamat : Komplek Perumahan ASABRI Blok B.I No.21 Jati Mulya, Sumedang
9. Telepon : 08179233208
10. Status Marital : Belum Menikah 11. Orang Tua
1. Nama Ayah : Supandi Umar Pekerjaan : Purnawirawan ABRI 2. Nama Ibu : Anih Parsih
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
3. Alamat Orang Tua : Komplek Perumahan ASABRI Blok B.I No.21 Jati Mulya, Sumedang
12. Hobi : Music, Traveling, Drifting & Autosport, Farming 13. Pendidikan : SD Negeri Sindangsari 1 (1990 - 1996)
SMP Negeri 17 Bandung (1996 - 1999) SMA Negeri 23 Bandung (1999 - 2002)