6 dengan mortir dan stamper kurang homogen. Sedangkan ketidaksesuaian pada dispersi padat
dapat disebabkan oleh adanya pemisahan fase pada saat pengeringan sehingga proses homogenisasi kurang optimal.
Pengujian kelarutan campuran fisik dan sistem dispersi padat
Uji kelarutan bertujuan untuk membandingkan kelarutan antara sistem dispersi padat dan campuran fisik dalam jumlah berlebih tanpa adanya surfaktan SLS. Tabel II,
menunjukan hasil uji kelarutan campuran fisik dan dispersi padat pada tiap drug load, data yang diperoleh dari ketiga kelompok tersebut diuji statistik. Peningkatan kelarutan terjadi
secara signifikan pada drug load 10, 20 dan 30 yaitu masing-masing sebesar 3,6 ; 2,89 dan 3,8 kali campuran fisik p0,05. Menurut persamaan Noyes-Whitney, adanya
peningkatan kelarutan sistem dispersi padat berpengaruh terhadap peningkatan disolusi. Semakin besar kelarutannya dalam air maka semakin besar pula kecepatan disolusinya
Nikghalb et al, 2012.
Tabel II. Hasil Uji Kelarutan Campuran Fisik CF dan Dispersi Padat DP
Sampel n=3
CF 10 µgmL
DP 10 µgmL
CF 20 µgmL
DP 20 µgmL
CF 30 µgmL
DP 30 µgmL
0,065 0,226
0,088 0,279
0,126 0,501
0,050 0,203
0,088 0,264
0,134 0,478
0,065 0,218
0,103 0,264
0,126 0,493
x±SD 0,060±0,01
0,216±0,01 0,093±0,01
0,269±0,01 0,129±0,01
0,491±0,01
Verifikasi metode analisis
Penelitian ini mengacu pada metode analisis kurkumin menggunakan spektrofotometri UV-Visibel yang dikembangkan dan divalidasi oleh Sharma et al, 2012.
1. Penentuan parameter linearitas
Linearitas metode dinyatakan dalam nilai koefisien korelasi r yang menunjukan korelasi hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi Gambar 1,
Gandjar and Rohman, 2012. Dari hasil pengujian didapatkan panjang gelombang kurkumin dalam medium disolusi sebesar 431 nm dan 425 dalam pelarut metanol.
Hasil pengukuran panjang gelombang menunjukan adanya pergeseran hipokromik yaitu pergeseran serapan maksimum ke panjang gelombang yang lebih pendek. Hal
ini disebabkan oleh adanya perubahan pelarut Sharma, 2015. Kemudian, dibuat 14 seri konsentrasi baku dengan rentang konsentrasi sebesar 0,011-6,458 µ gmL. Hasil
pengukuran menunjukan linearitas r sebesar 0,998 untuk kurkumin dalam medium
7
y = 0.1307x + 0.0015 R² = 0.9963
0.2 0.4
0.6 0.8
1
2 4
6 8
A bsorbansi
Konsentrasi µgmL Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi
disolusi maupun dalam etanol, hal ini memenuhi persyaratan AOAC 2012 dengan nilai r yang baik yaitu 0,99.
Gambar 1. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi
n=3 2.
Penentuan parameter akurasi dan presisi
Penentuan parameter akurasi dilihat berdasarkan kedekatan antara nilai terukur dengan nilai sebenarnya Rohman, 2009. Akurasi dihitung sebagai
banyaknya analit yang diperoleh kembali pada suatu pengukuran dalam 9 kali penetapan kadar dengan 3 tingkat konsentrasi ICH, 1996 yaitu 0,538; 3,229;
dan 5,382 µgmL.
Tabel III. Perhitungan Parameter Akurasi dan Presisi
n= 3
Keterangan Konsentrasi
teoritis µgmL
Konsentrasi perhitungan
µgmL Perolehan
kembali CV
Rendah
Rep I 0,538
0,532 98,84
0,83 Rep II
0,538 0,539
100,26 Rep II
0,538 0,532
98,84
Sedang
Rep I 3,229
3,294 102,01
1,83 Rep II
3,229 3,347
103,67 Rep II
3,229 3,416
105,80
Tinggi
Rep I 5,382
5,581 103,71
2,42 Rep II
5,382 5,819
108,11 Rep II
5,382 5,826
108,26
Keterangan: Rep = Replikasi
CV = Coefficient Variation
r = 0,998
8 Nilai perolehan kembali berkisar antara 98,84-108,26 Tabel III, hasil ini masih
memenuhi rentang persyaratan yang ditetapkan oleh Association of Official Analytical Chemist AOAC untuk sampel dengan konsentrasi 1 µgml yaitu sebesar 80-110 sehingga
dapat dikatakan bahwa metode ini akurat AOAC, 2016. Presisi merupakan ukuran kedekatan antar serangkaian hasil analisis pada 9 kali penetapan kadar dengan 3 konsentrasi
yang berbeda ICH, 1996. Konsep presisi diukur sebagai koefisien variasi. Dari pengukuran didapatkan hasil CV sebesar 0,83-2,42 , hasil ini masih memenuhi rentang pesyaratan yang
ditetapkan yaitu sebesar 11 AOAC, 2016. Dari hasil linearitas, akurasi dan presisi menunjukan bahwa metode ini valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.
Pengujian Disolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat
Metode yang digunakan untuk uji disolusi menggunakan metode dayung, volume media sebanyak 500 mL dengan suhu 37±0,5
o
C. Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat pelepasan campuran fisik dan dispersi padat secara in vitro. Untuk obat yang tidak larut
dalam air atau sedikit larut maka direkomendasikan penambahan SLS US FDA, 1997. Wang et al, 1997 melakukan penelitian stabilitas kurkumin pada pH 3-10 dan menunjukan
hasil bahwa kurkumin paling stabil dalam pH 6,0, oleh sebab itu dalam pengujian ini digunakan dapar fosfat pH 6,0.
Proses terjadinya disolusi dispersi padat mulai terjadi pada menit ke 3, yang secara simultan terus menerus terdisolusi hingga 120 menit. Profil disolusi Gambar 2
menunjukan bahwa sediaan dispersi padat mengalami peningkatan disolusi dibandingkan campuran fisik, hal ini terjadi pada semua drug load. Kemudian dilakukan uji statistik untuk
melihat signifikansi perbedaan tiap drug load menggunakan data disolusi efisiensi DE 120 menit. DE merupakan perbandingan luas dibawah kurva disolusi dengan luas segi empat
seratus persen zat aktif larut dalam medium pada saat tertentu Fudholi, 2013. Hasil uji statistik menunjukan perbedaan peningkatan disolusi yang signifikan pada drug load 10, 20,
dan 30 masing-masing sebesar 1,93; 2,95 ; 2,38 kali campuran fisik p value 0,05. Presentase disolusi paling besar terjadi pada drug load 30.
9
Gambar 2. Grafik hubungan ekstrak kunyit-manitol yang terdisolusi dalam waktu n=3
Keterangan :
CF = Campuran Fisik ekstrak kunyit-manitol
DP = Dispersi Padat ekstrak kunyit-manitol
Perbedaan profil disolusi ini terjadi karena perbedaan proses awal pembuatan keduanya. Pada pembentukan dispersi padat, dilakukan pelarutan terlebih dahulu sehingga
terjadi pengecilan ukuran partikel. Pencampuran antara ekstrak kunyit dan manitol, membuat ekstrak kunyit terabsorpsi sebagai fine particle pada permukaan pembawa.
Semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaan spesifiknya akan semakin besar, sehingga luas kontak dengan medium akan semakin besar dan meningkatkan kemampuan
keterbasahan serta dispersibilitas ekstrak kunyit, sehingga akan mempercepat disolusinya Yadav et al, 2011. Sedangkan campuran fisik pembuatannya hanya di lakukan
pencampuran ekstrak dan manitol dengan pengadukan ringan, campuran fisik tersebut memiliki kelarutan yang lebih rendah karena ukuran partikelnya masih besar. Selain itu,
pembawa manitol memiliki kelarutan yang sangat tinggi dalam air 1 : 5,5 Rowe et al, 2009 , ketika terpapar oleh medium disolusi maka dengan akan mudah membentuk kanal
air dan terdisolusi. Wan et al, 2011. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sistem dispersi padat dengan pembawa manitol mampu meningkatkan disolusi kurkumin.
Pengaruh proporsi kadar ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin
Pengaruh proporsi kadar ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin dapat dilihat dengan membandingkan nilai disolusi efisiensi DE sediaan dispersi padat dengan waktu
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00 45.00
20 40
60 80
100 120
T e
rd is
o lu
si
Waktu menit
Kurva Rata-rata terdisolusi VS waktu menit
CF 10 CF 20
CF 30 DP 10
DP 20 DP 30
10 yang sama Tabel IV, pada penelitian ini diamati pada menit ke-120 kemudian dilakukan
uji statistik.
Tabel IV. Hasil Perhitungan Disolusi Efisiensi menit ke 120
Sampel n=3 Drug Load 10
Drug Load 20 Drug Load 30
18.41 33.06
34.56 16.91
29.56 36.47
20.14 30.99
36.82
x± SD 18.49±1.62
31.20 ± 1.76 35.95±1.22
Berdasarkan uji ANOVA terdapat perbedaan nilai disolusi efisiensi DE menit 120 pada tiap drug load. Semakin besar drug load ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat,
semakin besar pula nilai disolusi efisiensi DE p value 0,05. Hal ini menunjukan adanya
pengaruh drug load ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Srinarong et al 2010 adanya peningkatan drug load obat BCS kelas II terhadap pembawa hidrofilik dapat menyebabkan penurunan
kecepatan disolusi. Namun pada penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda, bahwa dengan peningkatan drug load ekstrak kunyit menunjukan peningkatan disolusi kurkumin. Peristiwa
ini terjadi karena kurkumin dalam sistem dispersi padat manitol tidak mengalami kristalisasi dan tidak menunjukan pembentukan aglomerasi partikel menjadi ukuran yang lebih besar.
Semakin besar drug load maka jumlah kurkumin semakin banyak, sehingga jumlah kurkumin yang terdisolusi juga semakin banyak dibanding drug load yang lebih kecil.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol dapat meningkatkan disolusi kurkumin
secara signifikan dibandingkan dengan campuran fisik pada drug load yang sama p value 0,05 dan hasil menunjukan bahwa dispersi padat dengan kandungan ekstrak kunyit 30
memiliki nilai disolusi efisiensi DE yang paling besar dibandingkan dengan formula lainnya yaitu sebesar
35,95±1,22 . SARAN
Dalam penelitian lebih lanjut diperlukan adanya penyeragaman ukuran partikel antara ekstrak kunyit dan manitol untuk mengoptimalkan proses homogenisasi terkait uji
drug load. Salah satu cara menyeragamkan ukuran partikel adalah dengan cara pengayakan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi, Y., and Andriani,Y., 2009.Khasiat Berbagai Tanaman untuk Pengobatan. Jakarta: Eska Medika, 256-259.
AOAC, 2016. AOAC - Guidelines for Standard Method Performance Requirement. Journal of AOAC International and Official Method of Analysis, 9.
Balasaheb,P., Teli, B., and Birajdar, A., 2014. Solid Dispersion: An Overview on Solubility of Poorly Water Soluble Drug. Int J Pharm Bio Sci, 53, 7-25.
Chattopadhyay, I., Biswas, K., Bandyopadhyay, U., and Banerjee, R.K., 2004. Tumeric and Curcumin: Biological Actions and Medical Applications. Current Science, 871, 44-
53. Chiou, W. and Riegelman S., 1971. Pharmaceutical Application of Solid Dispersion System.
Journal of Pharmaceutical Sciences, 609, 1-22. Dokumetzidis, A. and Panos, M., 2006. A century of dissolution research: From Noyes and
Whitney to the Biopharmaceutics Classification System. International Journal of Pharmaceutic 321:1-11.
Faizal, M., 2012. Spektrofotometri,http:53453920Referensi-Spektrofotomer-Terlengkap, diakses pada tanggal 12 April 2016.
Fudholi, A., 2013. Disolusi Pelepasan Obat In Vitro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 4- 5,31,41-81,137-143.
Gandjar, I.G. and Rohman, A., 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,465-476.
Q2 R1; ICH, 1996. ICH Q2 R1 - Validation of Analytical Procedures. International Conference on Harmonisation.
Jantarat, C., 2012. Bioavailability Enhancement Techniques of Herbal Medicine: A Case Example of Curcumin. Int J Pharm Sci., 5 1, 493-500.
J.Chirag., Satyanand, T., Dadarwal, P., Mangukia, D., Pravin,Y., Sojitra, I, et al., 2013. A Recent
Approach for
Solubility and
Bioavailability Enhancement:Solid
Dispersion.Journal of Drug Discovery and Therapeutics., 14, 34-39. Kaur, H and Gurpreet K., 2014. A Critical Appraisal of Solubility Enhancement Tehniques
of Polyphenols. Journal of Pharmaceutics., 1-15. Lawrence J.,Moore E.,Port L.,Danchin M.,2009. Paracetamol As A Risk Factor for Allergic
Disorders. The lancet., 119-119.
12
Madgulkar, A., Bandivekar, M., Shid, T., and Rao, S., 2015. Sugar as Solid Dispersion Carrier to Improve Solubility and Dissolution of the BCS Class II drug: Clotrimazol.
Drug Dev Ind Pharm, Early Online., 1:11. Nikghalb, L.A., Gurinder, S., Gaurav, S and Kimia F.K, 2012. Solid Dispersion: Methods
and Polymers to Increase the Solubility of Poorly Soluble Drugs.Journal of Applied Pharmaceutical Science., 2 10, 170-175.
Rasenack N., Hante R. N., Hartenhauer, H., and Müller B., 2003. Microcrystals for Dissolution Rate Enhancement of Poorly Water-Soluble Drugs. Int J Pharm. 254, 137-
45. Ravindran, K.Nirmal, and K.Sivaraman,2007. Tumeric the Genus of Curcuma. CRC Press
Taylor Francais Group, 23,321-323. Rohman, A., 2011. Mini Review Analysis of Curcuminoids in Food and Pharmaceutical
Products. International Food Research Jounal., 191, 19-27. Sharma, K.., S.S. Agrawal., and Monica, G., 2012. Development and Validation of UV
Spectrophotometric method for the estimation of Curcumin in Bulk Drug and Pharmaceutical Dosage Form. International Journal of Drug Development and
Research., 4 2, 375-380. Srinarong, P., Kouwen, S., Visser, M.R., Hinrichs, W.L.J., and Frijlink, H.W., 2010. Effect
of Drug-carrier Interaction on the Dissolution Behaviour of Solid Dispersion Tablets. Pharmaceutical Development and Technology., 15 5, 460-468.
Sridhar,I., Abha D., Bhagyasri,J., Vandana, W., and Jesal D, 2013. Solid Dispersion: an Approach to Enhance Solubility of Poor Water Soluble Drug. Journal of Scientific and
Innovative Research, 23, 685-694. Sumiati, A., 2004. Khasiat Kunyit, http:www.annehira.com, diakses tanggal 2 April 2016.
US FDA, 1997. Guidance for Industry. Dissolution Testing of Immediate Release Solid Oral Dosage Form. Departement of Health and Human Service Food and Drug
Administration. Wan, S., Yinqian, S., Xiuxiang, Q., and Fengping, T., 2012. Improved Bioavailability of
Poorly Water Soluble Drug Curcumin in Cellulose Acetat Solid Dispersion. AAPS PharmSciTech., 131, 159-166.
Yadav, P. S., Vikas, K., Udaya, P.S., Hans R.B., and B. Mazumber., 2011. Physicocemical Characterizationm and in vitro Dissolution Studies of Solid Dispersions of Ketoprofen
with PVP K30 and D-mannitol. Saudi Pharmaceutical Journal., 21, 77-84.
13
LAMPIRAN Lampiran 1. Certificate of Analysis CoA Curcuma domestica
14
LAMPIRAN DATA Lampiran 2. Perhitungan rendemen dispersi padat dan pengujian drug load
Rumus perhitungan rendemen =
B k
����� ���� ���
x 100 Contoh cara perhitungan =
, ���
x 100
= 88, 14
Tabel I. Contoh perhitungan rendemen dispersi padat
Berat total g Berat akhir g
Rendemen DP 10
EK 5
4,407 88, 14
M DP 20
EK 5
3,506 70,12
M DP 30
EK 5
3,344 66,88
M Keterangan :
- DP
= Dispersi Padat -
EK = Ekstrak Kunyit
- M
= Manitol
Tabel II . Hasil pengujian drug load n=3 Sampel
Rata-rata SD
CF 10 10,67
0,15 CF 20
15,98 0,75
CF 30 25,73
0,46 DP 10
11,70 0,05
DP 20 20,32
1,19 DP 30
24,29 0,22
Keterangan: -
CF = Campuran Fisik -
DP = Dispersi Padat
15
Lampiran 3. Data pengujian kelarutan campuran fisik dan dispersi padat. Tabel I. Data kelarutan campuran fisik dan dispersi padat n=3
Sampel Rata-rata µgmL
SD µgmL
CF 10 0,060
0,01 DP 10
0,216 0,01
CF 20 0,093
0,01 DP 20
0,269 0,01
CF 30 0,129
0,01 DP 30
0,491 0,01
Keterangan: -
CF = Campuran Fisik -
DP = Dispersi Padat
Lampiran 4. Uji statistik kelarutan campuran fisik dan dispersi padat
Gambar 1. Contoh uji statistik Shapiro Wilk uji kelarutan dispersi padat dan campuran fisik
16 Gambar 2. Contoh uji statistik variansi uji kelarutan dispersi padat dan campuran fisik
Gambar 3. Contoh uji statistik unpaired T-test uji kelarutan dispersi padat dan campuran fisik
17
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Linearitas, Akurasi dan Presisi 1.
Data perhitungan parameter linearitas n=3
Gambar 1. Kurva baku kurkumin dalam medium disolusi Keterangan :
a 0,0015
b 0,1307
R 0,998
Gambar 2. Hasil pengolahan data linearitas kurva baku kurkumin dalam medium disolusi y = 0.1307x + 0.0015
R² = 0.9963 0.2
0.4 0.6
0.8 1
2 4
6 8
A bsorbansi
Konsentrasi µgmL Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi
18 Gambar 3. Grafik hubungan konsentrasi VS absorbansi baku kurkumin dalam methanol
n=3 Keterangan:
A 0,006
B 0,1591
R 0,998
Gambar 4. Hasil pengolahan data linearitas kurva baku kurkumin dalam metanol n=3 y = 0.1591x - 0.006
R² = 0.9973 0.2
0.4 0.6
0.8 1
2 4
6
A bsorbansi
Konsentrasi µgmL
Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol
19
2. Data perhitungan parameter akurasi