Tinjauan Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) Pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana tertuang dalam pasal 8 Undang-undang nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan Rupiah maka Bank Indonesia juga diberikan wewenang untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Tugas ini menjadi sangat penting mengingat efisiensi transaksi-transaksi dalam suatu perekonomian yang modern akan sangat dipengaruhi oleh efisiensi dari suatu sistem pembayaran.
Dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya sistem pembayaran tersedia melalui berbagai pelayanan yang diberikan oleh bank-bank komersial serta melalui infrastruktur yang ada pada suatu sistem perbankan yang terdiri dari Bank Sentral dan bank-bank komersial. Oleh karena itu, tersedianya suatu infrastruktur yang handal yang memungkinkan terciptanya mekanisme transfer dana antar bank dalam jumlah besar secara real time menjadi suatu keharusan dalam rangka terciptanya sistem pembayaran yang cepat, efisien dan aman.
Selain itu dengan semakin meningkatnya transaksi keuangan di Indonesia telah mendorong kebutuhan adanya suatu sistem transfer dana antar Bank yang lebih cepat, aman, dan efisien. Sistem transfer dana antar Bank di Indonesia saat ini memiliki resiko yang cukup tinggi terutama bagi Bank Indonesia yang tercermin dari semakin meningkatnya beban pembayaran yang dipikul oleh Bank Indonesia sebagai penyedia jasa penyelesaian akhir (final settlement). Tingginya
(2)
resiko pembayaran yang dihadapi oleh Bank Indonesia antara lain sebagai akibat dari masih terdapatnya kelemahan dari proses kliring dimana penyelesaian transaksi pembayaran yang bernilai besar maupun kecil dilakukan bersama-sama melalui sistem kliring antar Bank serta belum tersedianya sistem penyelesaian pembayaran antar Bank yang dapat menyelesaikan transaksi pembayaran dengan seketika (real time). Hal ini mengakibatkan penyelesaian transaksi pembayaran mengalami penundaan sehingga menciptakan tingginya float, yaitu dana yang belum efektif diterima, dalam sistem pembayaran nasional. Dengan tidak adanya pemisahan antara transaksi pembayaran bernilai besar dengan yang bernilai kecil melalui kliring berarti penyelesaian transaksi yang bernilai besar dengan tingkat resiko lebih tinggi tidak memiliki prioritas dibandingkan dengan transaksi yang bernilai kecil. Sebagai akibatnya, sistem pembayaran menjadi kurang efisien dan resiko yang harus ditanggung Bank Indonesia juga akan menjadi lebih besar bila terjadi kegagalan dalam penyelesaian transaksi pembayaran.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang sudah semakin globalized, needs dari perbankan dan masyarakat akan sistem pembayaran yang lebih cepat, efisien dan aman dalam sistem pembayaran di Indonesia juga semakin meningkat. Selain itu, guna mengakomodasi kepentingan Bank Indonesia untuk menurunkan risiko dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia telah mengembangkan suatu sistem settlement berbasis gross dengan koneksi elektronis on-line antara bank-bank dengan Bank Indonesia. Sistem settlement ini dikenal dengan sistem Bank Indonesia - Real-Time Gross Settlement (BI RTGS). Dalam prespektif makro ekonomi, tersedianya sistem RTGS yang juga merupakan
(3)
automated large-value interbank payment system akan menciptakan short-term money market yang dapat mencerminkan kondisi moneter pada suatu saat tertentu. Sedangkan apabila ditinjau dari segi mikro ekonomi, tersedianya automated large-value interbank payment system akan dapat meningkatkan likuiditas baik likuiditas interbank money market maupun likuiditas individu bank. Selain itu, tersedianya suatu sistem pembayaran yang cepat, murah dan aman diharapkan akan dapat memberikan insentif agar pasar dapat berkembang dengan baik. Pada gilirannya, pasar yang lebih likuid diharapkan akan dapat mengurangi ketergantungan perbankan kepada bantuan likuiditas dari bank sentral serta mendorong bank untuk dapat menjalankan manajemen likuiditas yang lebih berorientasi pada pasar. Dapat ditambahkan pula bahwa interbank money market yang likuid akan membuat monetary operation yang dilakukan oleh bank sentral menjadi lebih flexibel. Pengembangan sistem BI-RTGS ini tidak lepas pula dari kebijakan pemilahan sistem pembayaran di Indonesia menjadi sistem pembayaran bernilai besar dan/atau bersifat urgent (Large-Value Payments System/LVPS) dan sistem pembayaran retail (Retail Payments System), di mana untuk jenis transaksi pembayaran LVPS akan diselesaikan (settled) melalui sistem BI-RTGS.
Sistem BI-RTGS adalah proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time (electronically processed), dimana rekening bank peserta dapat didebit/dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
(4)
Mekanisme transaksi BI-RTGS, peserta pengirim pesan transaksi pembayaran ke pusat pengelolaan sistem BI-RTGS di BI untuk proses settlement. Bila proses settlement ini berjalan sukses, maka informasi pembayaran tadi akan diteruskan secara otomatis dan elektronis ke peserta penerima. Berhasil tidaknya proses settlement ada syaratnya yaitu bank peserta harus memiliki kecukupan saldo di BI karena sistem BI-RTGS mensyaratkan peserta hanya diperkenankan mengkredit peserta lain. Jika demikian aturan mainnya, maka bank peserta RTGS mestilah menyadari akan kecukupan saldo yang tersimpan di BI. Bila mengabaikan hal ini, maka jika ada proses settlement bank peserta RTGS yang likuiditasnya kurang mencukupi akan masuk dalam daftar tunggu (queue). Sampai bank peserta RTGS kembali memiliki kecukupan saldo untuk melakukan transaksi. Jadi bank peserta RTGS disyaratkan mesti memiliki kecukupan likuiditas.
Ada beberapa sasaran yang ingin dicapai melalui aplikasi sistem BI-RTGS, antara lain dengan BI-RTGS transfer dana antar peserta lebih cepat, efisien, andal dan aman. Selain itu setidaknya ada kepastian settlement dengan lebih segera. Sistem BI RTGS ini akan memperlihatkan informasi rekening peserta secara real time dan menyeluruh. Bagi peserta RTGS juga dituntut untuk disiplin dan profesional dalam mengelola likuiditas mereka. Dan diharapkan melalui sistem RTGS ini akan mengurangi berbagai risiko settlement.
Dengan sistem BI-RTGS, originating bank (initiating bank) melalui terminal RTGS di tempatnya mentransmisikan transaksi pembayaran ke pusat
(5)
pengolahan sistem RTGS (RTGS Central Computer /RCC) di Bank Indonesia untuk proses settlement dan jika proses settlement berhasil transaksi pembayaran akan diteruskan secara otomatis dan elektronis kepada counterparty bank. Keberhasilan proses settlement tergantung dari kecukupan saldo bank pengirim transaksi pembayaran karena dalam BI-RTGS bank hanya diperbolehkan untuk mengkredit bank lain. Dengan kata lain, bank peserta BI-RTGS harus meyakinkan bahwa saldo rekeningnya di Bank Indonesia cukup sebelum bank tersebut melaksanakan transfer ke bank perserta BI-RTGS lainnya.
Saat ini aplikasi sistem BI-RTGS sudah berjalan di semua Kantor Bank Indonesia (KBI) di seluruh Indonesia. Sudah ada 148 peserta BI-RTGS yang terdiri atas 125 bank konvensional, 21 bank syariah/UUS dan dua peserta non-bank. Indonesia adalah negara kedelapan di Asia yang mengaplikasikan sistem RTGS. Sistem BI-RTGS ini dikembangkan dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Namun peranannya yang cukup tinggi atas kegiatan operasional perbankan mengharuskan sistem BI-RTGS untuk dapat diatur, dikontrol, dan dikelola secara ketat. Guna mencegah terjadinya kerugian yang diakibatkan penyalahgunaan oleh pihak yang tidak berwenang. kerugian atas kehilangan dan kerusakan data, kerugian atas kesalahan pemrosesan data atau gangguan dari luar. karena suatu sistem berbasis teknologi betapapun canggih dan majunya, tetap memiliki resiko dan kendala. Realisasinya dalam pengoprasian sistem RTGS ini diperlukan pengawasan dalam pengelolaan yang profesional dan handal.
(6)
Permasalahan lainnya penggunaan sistem BI-RTGS ini belum digunakan secara maksimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan membahas mengenai Sistem Real Time Gross Settlement pada Bank Indonesia. Maka dari itu penulis mengambil judul mengenai " Tinjauan Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung”.
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Maksud dari Penulis mengadakan penelitian ini adalah untuk memperoleh dan mengumpulkan data dan keterangan serta informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas oleh Penulis, yaitu untuk mengetahui informasi yang relevan tentang Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) dalam rangka terciptanya sistem pembayaran yang cepat, efisien dan aman.
Berdasarkan masalah yang ada, maka tujuan yang akan dicapai oleh Penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran umum Sistem Real Time Gross Setlement (RTGS) pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung.
2. Untuk mengetahui prosedur pengajuan kepesertaan Sistem Real Time Gross Setlement (RTGS) pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung.
3. Untuk mengetahui ketentuan Sistem Real Time Gross Setlement (RTGS) pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung.
(7)
4. Untuk mengetahui pelaksanaan relisasi Sistem Real Time Gross Setlement (RTGS) pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung.
5. Untuk mengetahui prosedur administrasi Sistem Real Time Gross Setlement (RTGS) pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung.
6. Untuk mengetahui monitoring Sistem Real Time Gross Setlement (RTGS) pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung
7. Untuk mengetahui dokumentasi Sistem Real Time Gross Setlement (RTGS) pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung.
1.3 Kegunaan Hasil Kerja Praktek
Informasi – informasi yang berhasil dikumpulkan selama penelitian ini baik yang diperoleh dari perusahaan yang diteliti maupun literatur, diharapkan akan memberikan manfaat bagi Penulis, bagi perusahaan, serta masyarakat secara umum.
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan perbandingan yang dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta menjadi informasi yang memadai tentang Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) dalam memberikan pelayanan transfer rekening antar bank.
2. Bagi Perusahaan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran atau informasi serta masukan positif dalam pelaksanaan Sistem Real Time Gross
(8)
Setlement (RTGS) bagi manajemen Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung.
3. Bagi Pihak Lainnya
Dapat menjadi tambahan referensi dan tambahan informasi perbankan mengenai Sistem Real Time Gross Setlement (RTGS).
1.4 Metode Kerja Praktek
Dalam penyusunan laporan ini, penulis berusaha memperoleh data yang sesuai dengan judul yang dipilih atau data harus terkumpul secara lengkap. Maka dari itu penulis pada saat melakukan Kerja Praktek menggunakan metode semi block release. Metode semi block release yaitu pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan tidak dalam waktu satu periode penuh.
Agar dapat tersusunnya laporan kerja praktek ini tentunya memerlukan teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan dan mengumpulkan data adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Kepustakaan (library research)
Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu merupakan suau kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai macam bahan bacaan yang ada di perpustakaan, baik buku-buku, diktat dan bahan-bahan lain yang ditulis dan disusun oleh beberapa Penulis yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas. Juga catatan-catatan pribadi yang pernah didapat selama mengikuti perkuliahan.
(9)
Riset Lapangan (Field Research) yaitu merupakan penelitian yang dilakukan Penulis dengan cara terjun langsung pada objek penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan metode pengambilan data yang tersedia dilapangan yaitu: a. Pengamatan (Observation)
Penulis melakukan pengamatan secara langsung, mempelajari, dan melakukan pencatatan secara sistematis terhadap kegiatan – kegiatan mengenai masalah yang akan Penulis bahas.
b. Wawancara (Interview)
Penulis melakukan kegiatan pengumpulan data dengan cara tanya – jawab sepihak dengan para pegawai atau petugas yang bertanggungjawab dengan perusahaan tersebut dan dikerjakan dengan sistematik dengan berlandaskan kepada tujuan penelitian.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Dalam penyusunan Kuliah Kerja Praktek ini, Penulis melakukan penelitian di Bank Indonesia Kantor Cabang Bandung yang berlokasi di Jl. Braga No.108 Bandung 40111, Telepon (022) 21130-31, Fax (022) 211591. Sedangkan waktu kerja praktek dilaksanakan dari tanggal 06 Juli 2010 sampai dengan 26 Juli 2010. Kegiatan kerja praktek dilaksanakan sesuai dengan keputusan dari Bank Indonesia, dan waktunya pun disesuaikan dengan Bank Indonesia.
(10)
Tabel 1.1
Jadwal Aktivitas Kerja Praktek
No Hari Waktu Keterangan
1 Senin 07.30-16.30 Masuk Kerja Praktek 2 Selasa 07.30-16.30 Masuk Kerja Praktek 3 Rabu 07.30-16.30 Masuk Kerja Praktek 4 Kamis 07.30-16.30 Masuk Kerja Praktek 5 Jum'at 07.30-16.30 Masuk Kerja Praktek
6 Sabtu - Libur
7 Minggu - Libur
Tabel 1.2
Jadwal Aktivitas Kantor
No Hari Waktu Keterangan
1 Senin 07.15-17.00 Masuk Kerja
2 Selasa 07.15-17.00 Masuk Kerja
3 Rabu 07.15-17.00 Masuk Kerja
4 Kamis 07.15-17.00 Masuk Kerja
5 Jum'at 07.15-17.00 Masuk Kerja
6 Sabtu - Libur
(11)
Tabel 1.3 Estimasi Kegiatan
No.
Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember
Kegiatan / minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Memperoleh surat ijin Kerja Praktek dari
kampus
2 mencari tempat untuk melaksanakan Kerja Praktek
3 Mengajukan surat permohonan Kerja Praktek ke perusahaan
4 Menentukan tempat Kerja Praktek
5 Meminta surat pengantar kepada perusahaan 6 Melaksanakan Kerja Paktek di perusahaan 7 Pengambilan dan pengumpulan data dari
perusahaan
8 Menyiapkan laporan Kerja Praktek 9 Bimbingan di perusahaan
10 Penyusunan laporan Kerja Praktek 11 Bimbingan di kampus
(12)
(13)
2.1 Sejarah Singkat Bank Indonesia (BI)
Adanya kesulitan keuangan di Hindia Belanda memerlukan penertiban dan pengaturan sistem pembayaran di Hindia Belanda. Hal itu di Kerajaan Belanda menimbulkan munculnya gagasan pendirian bank sirkulasi untuk Hindia Belanda. Tepatnya menjelang keberangkatan Komisaris Jenderal Hindia Belanda Mr. C. T. Elout ke Hindia Belanda, pada saat upacara penyerahan kembali Hindia Belanda dari Inggris pada 1816. Demikian halnya di Batavia, Hindia Belanda, muncul desakan kuat dari kalangan pengusaha agar segera didirikan lembaga bank guna memenuhi kepentingan bisnis mereka. Terutama untuk fasilitas pendanaan dan perdagangan luar negeri. Sebagai tindak lanjut dari gagasan 1816, pada 29 Desember 1826 Raja Willem I mengirimkan Surat Kuasa No. 85 kepada Komisaris Jenderal Hindia Belanda untuk segera merundingkan dengan Pemerintah Hindia Belanda tentang pembentukan suatu bank di Jawa berdasarkan Oktroi, yaitu pemberian wewenang dan hak tunggal dari Pemerintah dengan jangka waktu. Surat kuasa Raja Willem tersebut berdasarkan laporan rahasia Menteri Kelautan dan Tanah Jajahan yang diberi tugas olehnya untuk mengajukan konsep suatu Oktroi dan ketentuan-ketentuan bagi suatu bank yang akan didirikan di Jawa. Maka dalam surat kuasa tersebut Raja Willem menguasakan kepada Menteri Kelautan dan Tanah Jajahan untuk menyampaikan Surat Kuasa tersebut kepada Komisaris Jenderal serta mengikut-sertakan Nederlandsche
(14)
Handelmaatschappij (NHM) dalam pendirian De Javasche Bank (DJB). Maka pada tahun 1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang.
Dalam Undang-Undang (UU) No. 11 tahun 1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya.
Pada tanggal 31 Desember 1968, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang (UU) No. 13 tahun 1968 yang mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Melalui Undang-Undang (UU) No. 23/1999 tanggal 17 Mei 1999, Bank Indonesia (BI) memperoleh status sebagai bank sentral yang independen. Dengan demikian, BI merupakan lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang. Ini merupakan babak baru dalam
(15)
sejarah Bank Indonesia yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Pada tahun 2004 Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan focus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance.
Pada tahun 2008 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PerPPU) No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.
Status Bank Indonesia dan kedudukan Bank Indonesia Status dan kedudukan Bank Indonesia,diantaranya yaitu : 1. Sebagai Lembaga Negara yang Independen
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dan bebas dari campur tangan Pemerintah ataupun pihak lainnya. Sebagai suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang
(16)
tersebut.Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Sebagai Lembaga negara yang independen kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar dengan Lembaga Tinggi Negara. Disamping itu, kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan Departemen, karena kedudukan Bank Indonesia berada diluar Pemerintah. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.
2. Sebagai Badan Hukum
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hokum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.
2.2 Struktur Organisasi Bank Indonesia (BI)
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan
(17)
dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi.
Struktur organisasi dalam perusahaan merupakan sebuah sumber informasi yang mana terdapat alokasi kegiatan menurut posisi – posisi tertentu yang digambarkan dengan jelas dan memperlihatkan fungsi – fungsi, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan kerja masing – masing posisi dalam perusahaan.
Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang didalamnya menggambarkan tugas dan wewenang yang harus dijalankan sesuai dengan posisisnya dalam suatu organisasi tersebut. Dari struktur organisasi yang ada dapat diketahui kewajiban dan tanggungjawab setiap pegawai sehingga memperjelas mereka dalam melakukan kewajibannya tersebut. Struktur organisasi yang baik akan mempermudah pula kontrol intern bagi perusahaan dan perusahaan akan mampu mengejar saran serta tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien melalui koordinasi kegiatan serta perpaduan – perpaduan sumber daya alam dan potensi individual yang tergabung dalam suatu entitas.
Organisasi Bank Indonesia dikelompokkan dalam tiga bidang utama yang menggambarkan tugas-tugas pokoknya, yaitu Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran. Disamping itu, terdapat pula fungsi manajemen intern sebagai unit pendukung strategis (strategic support) untuk menjamin agar pelaksanaan tugas ketiga bidang utama dapat berjalan lancar, efektif, dan efisien. Dalam pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia memiliki jaringan kantor di seluruh wilayah Indonesia yang disebut dengan Kantor Bank Indonesia (KBI) dan beberapa perwakilan di luar negeri yang disebut dengan Kantor Perwakilan (KPw).
(18)
Struktur organisasi Bank Indonesia tersebut terus mengalami penyempurnaan agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam dinamika perekonomian nasional dan internasional. Ke depan arsitektur organisasi Bank Indonesia diarahkan pada dua fokus tugas utama, yaitu Stabilitas Moneter dan Stabilitas Sistem Keuangan.
Dalam melaksanakan tugasnya Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur yang terdiri dari Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur dengan Gubernur sebagai pemimpin Dewan Gubernur dan membawahi:
1. Deputi Pemimpin Ekonomi Moneter yang membawahi Kepala Bidang Ekonomi Moneter dan membawahi Kelompok Kajian Ekonomi, Kelompok Statistik dan Survey, Tim Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM yang membawahi para Staff-nya.
2. Deputi Pemimpin Manajemen Intern dan Sistem Pembayaran yang membawahi :
a. Kepala Bidang Sistem Pembayaran yang membawahi Kepala Seksi Distribusi Uang dan Layanan Kas, Kepala Seksi Pengolahan Uang, Kepala Seksi Layanan Nasabah, dan Kepala Seksi Penyelenggaraan Kliring yang membawahi para Staff-nya.
b. Kepala Bidang Manajemen Informasi yang membawahi Kepala Seksi Sumber Daya Manusia, Kepala Seksi Logistik, Kepala Seksi Sekretaris, Pengamanan dan Protokol yang membawahi para Staff-nya.
(19)
3. Deputi Pemimpin Pengawasan Bank yang membawahi Kepala Bagian Informasi dan Administrasi Perbankan yang membawahi Kepala Seksi Perizinan dan Investigasi, Kepala Seksi data dan Administrasi Bank yang membawahi para Staff-nya.
Struktur organisasi tersebut dapat bekerja secara efisien serta memungkinkan adanya pemisahan tugas, tanggungjawab, dan wewenang yang jelas pada setiap bagian yang ada. Dengan demikian kesinambungan antara pimpinan dan staff dibawahnya dapat tercapai dengan baik.
2.3 Uraian Tugas Bank Indonesia (BI)
Suatu organisasi untuk mencapai tujuannya, maka diperlukan uraian tugas yang jelas dan teratur. Uraian tugas adalah yang menjelaskan jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh setiap pegawai/setiap pemegang posisi untuk mencapai tujuan organiasasi, berikut adalah uraian tugas beserta fungsi dan peran masing – masing unit pada Bank Indonesia (BI):
1. Dewan Gubernur
Sebagai pimpinan Bank Indonesia Dewan Gubernur berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan pegawai Bank Indonesia serta menetapkan peraturan kepegawaian, sistem penggajian, penghargaan, pensiun, dan tunjangan hari tua serta penghasilan lainnya bagi pegawai Bank Indonesia. 2. Deputi Pemimpin Ekonomi Moneter
Tugas dan wewenang Deputi Pemimpin Ekonomi Moneter adalah Merencanakan, mengorganisasikan, melakukan, mendelegasikan dan
(20)
mengontrol semua aktivitas dibidang ekonomi moneter dalam tercapainya target bidang layanan ekonomi moneter yang efektif dan efisien. Serta Menciptakan suasana kerja yang ramah, bersahabat, dapat dipercaya, disiplin, dan dinamis.
3. Kepala Bidang Ekonomi Moneter
Tugas dan wewenang Kepala Bidang Ekonomi Moneter adalah menjamin semua kegiatan berjalan sesuai dengan prosedur dan aturan yang ada demi tercapainya pengawasan yang memadai.
4. Kelompok Kajian Ekonomi
Tugas dan wewenang Kelompok Kajian Ekonomi adalah mengelola Biro Kebijakan Moneter, Biro Riset Ekonomi, serta Bagian Perpustakaan Riset dan Administrasi.
5. Kelompok Statistik dan Survey
Tugas dan wewenang Kelompok Statistik dan Survey adalah mengelola Biro Neraca Pembayaran, mengadakan Tim Statistik Sektor Riil, Moneter, Keuangan dan Fiskal, Serta melakukan pengelolaan dan Pengembangan Data dan Informasi.
6. Tim Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM
Tugas dan wewenang Tim Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM adalah mengelola Biro Pengembangan dan Pengaturan Pengelolaan Moneter pada Sektor Riil dan UMKM.
(21)
Tugas dan wewenang Deputi Pemimpin Manajemen Intern dan Sistem Pembayaran adalah merencanakan, mengorganisasikan, melakukan, mendelegasikan dan mengontrol semua aktivitas dibidang Manajemen Intern dan Sistem Pembayaran dalam tercapainya target bidang layanan Manajemen Intern dan Sistem Pembayaran yang efektif dan efisien. Serta menciptakan suasana kerja yang ramah, bersahabat, dapat dipercaya, disiplin, dan dinamis. 8. Kepala Bidang Sistem Pembayaran
Tugas dan wewenang Kepala Bidang Sistem Pembayaran adalah menjamin semua kegiatan Sistem Pembayaran berjalan sesuai dengan prosedur dan aturan yang ada demi tercapainya pengawasan yang memadai.
9. Kepala Seksi Distribusi Uang dan Layanan Kas
Tugas dan wewenang Kepala Seksi Distribusi Uang dan Layanan Kas adalah melaksanakan Pengedaran Uang, melakukan penelitian dan pengembangan pasar uang, mengelola uang masuk dan uang keluar.
10.Kepala Seksi Pengolahan Uang
Tugas dan wewenang Kepala Seksi Pengolahan Uang adalah melaksanakan pengadaan uang dan melakukan distribusi uang.
11.Kepala Seksi Layanan Nasabah
Tugas dan wewenang Kepala Seksi Layanan Nasabah adalah melakukan pengembangan sistem pembayaran nasional dan mengawasi kinerja sistem pembayaran .
(22)
Tugas dan wewenang Kepala Seksi Penyelenggaraan Kliring adalah mengelola operasional kliring dan menyelesaikan transaksi rupiah.
13.Kepala Bidang Manajemen Intern
Tugas dan wewenang Kepala Bidang Manajemen Intern adalah menjamin semua kegiatan Manajemen Intern berjalan sesuai dengan prosedur dan aturan yang ada demi tercapainya pengawasan yang memadai.
14.Kepala Seksi Sumber Daya Manusia
Tugas dan wewenang Kepala Seksi Sumber Daya Manusia adalah mengontrol dan melaksanakan kebijakan organisasi dan sumber daya manusia serta melakukan konsultansi mengenai sumber daya manusia.
15.Kepala Seksi Logistik
Tugas dan wewenang Kepala Seksi Sumber Daya Manusia adalah melaksanakan pengamanan, perencanaan logistik dan administrasi logistik. 16.Kepala Seksi Sekretaris, Pengamanan dan Protokol
Tugas dan wewenang Kepala Seksi Sekretaris, Pengamanan dan Protokol adalah mengawasi dalam penyusunan dan pengamanan arsip-arsip administrasi yang diperlukan, meninjau administrasi hukum, serta melaksanakan operasional dan administrasi teknologi informasi.
17.Deputi Pemimpin Pengawasan Bank
Tugas dan wewenang Deputi Pemimpin Pengawasan Bank adalah Menjamin produktivitas dan kapabilitas pegawai bidang Pengawasan Bank, serta mengawasi informasi, dokumentasi dan administrasi pengawasan Bank dilaksanakan dengan baik.
(23)
18.Kepala Bagian Informasi dan Administrasi Perbankan
Tugas dan wewenang Kepala Bagian Informasi dan Administrasi Perbankan adalah melaksanakan stabilitas sistem keuangan, melaksanakan penelitian dan pengaturan perbankan, serta mengyetujui hasil informasi dan dokumentasi penelitian dan pengaturan perbankan.
19. Kepala Seksi Perizinan dan Investigasi
Tugas dan wewenang Kepala Seksi Perizinan dan Investigasi adalah memastikan bahwa data telah dibuat sesuai dengan prosedur, melakukan investigasi perbankan, serta memastikan efisiensi dan efektivitas perbankan. 20.Kepala Seksi data dan Administrasi Bank
Tugas dan wewenang Kepala Seksi data dan Administrasi Bank adalah memastikan bahwa semua pendataan administrasi dilakukan dengan benar, memastikan bahwa semua prosedurnya dilaksanakan dengan baik.
2.4 Aspek Kegiatan Bank Indonesia (BI)
Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini yaitu : menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, usaha atau kegiatan yang dilakukan Bank Indonesia saat ini yaitu:
(24)
1. menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank,
2. melaksanakan pengawasan atas bank, dan
3. mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan dan mencabut izin usaha bank, Bank Indonesia juga dapat memberikan :
1. izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank,
2. memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, serta 3. memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha
tertentu.
Di bidang pengawasan, Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun sewaktu-waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui penelitian, analisis dan evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh bank.
(25)
3.1 Bidang Pelaksanaa Kerja Praktek
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung. Penulis ditempatkan pada unit Layanan Nasabah/Akunting untuk analis Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS), dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek tersebut penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan instansi.
3.1.1 Pengertian Sistem
Suatu himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur dan memiliki pola kerja yang tetap yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan memiliki sistem yang jelas, maka perusahaan tersebut akan dengan mudah mencapai target usahanya.
Menurut Jogiyanto (2005: 34), ”Sistem yaitu sarana yang menekankan pada prosedur dan yang menekankan pada komponen atau suatu elemen” dan menurut L. James Cavery (2002:24), “Sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan”.
(26)
Sedangkan pengertian sistem menurut Edgar F Juse dan James L. Bowdict (2001:74), mengatakan bahwa “Sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga
interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
3.1.2 Pengertian Real Time Gross Settlement (RTGS)
Menurut Brammer (2000: 31), ”Real time gross settlement (RTGS) adalah transfer dana di mana transfer uang atau surat berharga berlangsung dari satu bank ke bank lain pada "real time" dan kotor "dasar"”. dan menurut Gibson dan Michel(1995:12), “Real time gross settlement (RTGS) adalah sebuah sistem yang streamlines bahwa penurunan nilai transaksi antara bank dan lembaga keuangan”.
Sedangkan menurut Henry Mintzberg ( 2001 : 22), “Real time gross settlement (RTGS) adalah transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17 November 2000, RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp.100 juta keatas dan bersifat segera (urgent)”. Dari kedua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan Real time gross
(27)
settlement (RTGS) merupakan suatu transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukakan secara seketika pertransaksi secara individual.
3.1.3 Tujuan Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) Tujuan Sistem RTGS adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi risiko Penyelesaian Akhir (settlement risk) dalam sistem pembayaran nasional;
2. Menyediakan tambahan pilihan sarana transfer yang efisien, cepat, aman dan handal;
3. Meningkatkan kepastian Penyelesaian Akhir;
4. Meningkatkan efektivitas pengelolaan dana (management fund) bagi Bank melalui sentralisasi Rekening Giro;
5. Memberikan informasi yang mendukung kebijakan moneter dan early warning system bagi pengawasan Bank.
3.1.4 Komponen Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) Sistem RTGS terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu: 1. RTGS Central Computer (RCC)
Merupakan sistem komputer yang berada di lokasi Penyelenggara, yang digunakan untuk memproses Penyelesaian Akhir semua transaksi yang dikirim oleh Peserta. RCC terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
(28)
IFTS adalah sistem yang berfungsi untuk menerima dan memproses data transaksi, menghasilkan data-data di database RCC yang dapat di-enquiry oleh Peserta, laporan-laporan Settlement dan laporan-laporan lainnya bagi semua Peserta.
b. Settlement Account (SA)
SA adalah sistem yang mencatat saldo Rekening Giro seluruh Peserta secara real time. RCC terdiri dari RCC Utama dan RCC Back-up. 2. RTGS Terminal (RT)
RT merupakan sistem komputer yang berada di lokasi Peserta yang terhubung dengan RCC secara online yang berfungsi untuk melakukan berbagai transaksi. RT terdiri dari RT Server Utama, RT Server Back-up dan RT Workstation.
3. Jaringan komunikasi
Jaringan komunikasi merupakan sistem yang menghubungkan antara RT Peserta dengan RCC.
3.1.5 Cakupan Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) Cakupan Sistem RTGS diantaranya :
1. Menyediakan fasilitas transfer dana secara elektronik baik antar Peserta, antar nasabah Peserta dan antara Peserta dengan Bank Indonesia secara online real time.
2. Menyediakan fasilitas jasa penyelesaian transaksi (settlement) secara terpadu.
(29)
3.1.6 Jenis Transaksi Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) Jenis transaksi yang dapat diproses melalui Sistem RTGS meliputi : 1. Untuk Peserta Langsung
a. Transaksi antar Bank.
b. Transaksi antar Bank untuk kepentingan Nasabah.
c. Transaksi Bank dengan rekening-rekening pemerintah yang dipelihara di Bank Indonesia.
d. Transaksi Bank dengan rekening-rekening Bank Indonesia. 2. Untuk Peserta Tidak Langsung
a. Transaksi antar Bank.
b. Transaksi Bank dengan rekening-rekening pemerintah yang dipelihara di Bank Indonesia.
c. Transaksi Bank dengan rekening-rekening Bank Indonesia.
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Adapun Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek, yaitu sebagai berikut:
1. Mendapatkan penjelasan umum mengenai kepegawaian dan struktur organisasi Bank Indonesia (BI) Cabang dan Kantor Cabang. Informasi dan penjelasan singkat mengenai sejarah perusahaan, budaya, dan nilai – nilai dasar perusahaan. Informasi dan penjelasan tersebut diperoleh dari unit Sumber Daya Manusia (SDM).
(30)
2. Perkenalan dengan para staff dan karyawan Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung.
3. Mendapatkan penjelasan mengenai sistem pembayaran Bank Indonesia (BI). 4. Membantu karyawan di unit Akunting untuk memilah dokumen – dokumen
yang berkaitan dengan Sistem Pembayaran .
5. Mencetak (Print) bukti transaksi RTGS untuk kemudian diberikan kepada Peserta (Bank Umum).
6. Menerima telepon dari Bank Umum.
7. Mengarsip, menyimpan, dan menyusun dokumen – dokumen RTGS. Proses pengarsipan dokumen tersebut dilakukan dengan cara menyusun dokumen – dokumen sesuai dengan nomor urut.
3.2.1 Gambaran Umum Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS)
Kehadiran sistem RTGS di Indonesia dinilai sangat penting mengingat transaksi pembayaran bernilai besar (High Value Payment System – HVPS) yaitu >Rp.50.000.000 yang memiliki potensi terjadinya risiko sistemik sebelum adanya sistem RTGS, menempati bagian mayoritas (hampir 2/3) dari seluruh transaksi pembayaran.
Bank Indonesia merupakan penyelenggara sistem RTGS yang mempunyai kewajiban untuk menyediakan RCC, menjamin RCC, menyediakan saluran komunikasi, menyediakan aplikasi RT, melakukan pemantauan terhadap keberhasilan akses komunikasi, menyediakan help-desk, dan memberikan pelayanan yang berkaitan dengan kepesertaan dalam sistem RTGS.
(31)
Dalam penerapan sistem RTGS Bank Indonesia juga menerapkan persyaratan umum yang harus di penuhi calon Peserta ,diantaranya yaitu:
1. Peserta Langsung
a. Memiliki Rekening Giro di Bank Indonesia.
b. Menyediakan perangkat Sistem BI-RTGS, yang meliputi: 1) 1 (satu) buah RT Server Utama.
2) minimal 1 (satu) buah RT Server Back-up. 3) minimal 2 (dua) buah RT Workstation. 4) minimal 1 (satu) buah printer.
5)Simple Network Architecture (SNA) card untuk saluran komunikasi leased line dan SNA Server Software.
6) modem untuk saluran komunikasi dial up.
7) 2 (dua) nomor telepon untuk keperluan komunikasi Data Over Voice (DOV) dan dial up.
8) software sistem operasi untuk RT Server Utama, RT Server Back-up dan RT Workstation.
2. Peserta Tidak Langsung
Calon Peserta harus memiliki Rekening Giro di Bank Indonesia.
3. Khusus bagi calon Peserta yang merupakan Pihak Selain Bank, selain harus memenuhi persyaratan keikutsertaannya sebagai Peserta juga didasarkan atas hasil kajian Bank Indonesia yang menyatakan bahwa keikutsertaan Pihak Selain Bank tersebut dalam Sistem RTGS dapat memperlancar sistem pembayaran nasional.
(32)
3.2.2 Prosedur Pengajuan Kepesertaan Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung
Setiap Bank wajib menjadi Peserta Sistem RTGS. Pihak Selain Bank dapat menjadi Peserta Sistem RTGS dengan persetujuan Bank Indonesia sepanjang kepesertaan pihak tersebut untuk memperlancar sistem pembayaran nasional. Adapun prosedur pengajuan Peserta RTGS, yaitu :
1. Tata cara menjadi Peserta Langsung adalah sebagai berikut:
a. Permohonan diajukan kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP Khusus bagi calon Peserta Langsung yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI), permohonan tersebut diajukan melalui Kantor Bank Indonesia (KBI) yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta. Permohonan tersebut diajukan paling lambat 10 (sepuluh) hari kalender setelah Bank mendapatkan izin usaha, atau izin menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan. Dalam hal calon Peserta belum memiliki Rekening Giro di Bank Indonesia, pengajuan permohonan untuk menjadi Peserta Langsung disampaikan bersamaan dengan permohonan pembukaan Rekening Giro yang tata cara dan persyaratannya diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan pihak ekstern.
(33)
b. Apabila calon Peserta Langsung telah memenuhi persyaratan persetujuan menjadi Peserta Langsung akan disampaikan melalui surat yang memuat antara lain hal-hal sebagai berikut:
1) Persetujuan menjadi Peserta Langsung.
2) Nama dan nomor Rekening Giro serta member code.
3) Informasi pelatihan, pemasangan jaringan komunikasi data dan instalasi aplikasi RT.
4) Permintaan pembuatan Authenticator Text (AT) 1, AT 2dan AT 3 dari RT Peserta untuk dipertukarkan dengan AT 4 dan AT 5 dari Penyelenggara; 5) Permintaan kelengkapan administrasi berupa:
a) Data kepesertaan sebagaimana tercantum dalam b) Surat kuasa khusus, dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Surat kuasa khusus dibuat dengan 1 (satu) kali hak substitusi dari Direksi kepada pejabat atau petugas di kantor pusat dan atau kantor cabang Peserta, yang berlaku untuk 1 (satu) kantor wilayah kerja Bank Indonesia, untuk melakukan:
(a) Penandatanganan Cek BI dan Bilyet Giro Bank Indonesia (BGBI).
(b) Penandatanganan surat menyurat dan atau dokumen yang terkait dengan hubungan Rekening Giro Peserta dengan Bank Indonesia serta terkait dengan kepesertaan dan operasional dalam Sistem RTGS.
(34)
(2) Jumlah pejabat atau petugas yang diberi kuasa ditetapkan maksimum sebagai berikut:
(a) Jumlah pejabat penerima kuasa dan atau kuasa substitusi dari Direksi untuk melakukan kegiatan.
i. Di KPBI: 10 (sepuluh) orang.
ii. Di masing-masing KBI: 5 (lima) orang.
(b) Petugas penerima kuasa dari pejabat atau Direksi untuk melakukan pengambilan fisik uang:
i. Di KPBI: sesuai ketentuan mengenai sistem antrian penarikan uang tunai (Queue Management System) di Direktorat Pengedaran Uang.
ii. Di masing-masing KBI: 10 (sepuluh) orang.
(c) Jumlah petugas pengambilan fisik uang termasuk petugas pihak ketiga yang ditunjuk untuk melakukan pengambilan fisik uang. (d) Petugas penerima kuasa dari pejabat atau Direksi untuk
melakukan kegiatan sesuai keperluan Peserta.
(3) Dalam hal terjadi perubahan penetapan jumlah maksimum pejabat atau petugas penerima kuasa, akan diinformasikan kepada calon Peserta melalui surat.
(4) Hal-hal yang dikuasakan dalam surat kuasa dapat dituangkan dalam satu atau lebih surat kuasa sesuai dengan kebutuhan Peserta.
c) Surat pemberitahuan wewenang Direksi dan apabila diperlukan menyertakan surat pemberitahuan perubahan Direksi.
(35)
d) Surat permohonan dari Direksi atau kuasanya untuk membuat spesimen tanda tangan bagi:
(1) pejabat atau petugas yang diberi kuasa untuk melakukan kegiatan. (2) petugas yang diberi kuasa untuk melakukan pengambilan fisik uang,
khusus bagi calon Peserta yang berada di wilayah kerja KBI.
Dalam hal pejabat atau petugas penerima kuasa telah memiliki spesimen tanda tangan yang telah ditatausahakan di Bank Indonesia, maka calon Peserta harus membuat surat pernyataan dari Direksi atau kuasanya yang menyatakan bahwa spesimen tanda tangan dari pejabat atau petugas penerima kuasa tersebut yang telah ditatausahakan di Bank Indonesia masih berlaku.
e) Surat pemberitahuan mengenai nama dan jabatan Direksi atau pejabat yang akan melakukan penandatanganan perjanjian penggunaan Sistem RTGS.
f) Surat pemberitahuan persetujuan menjadi Peserta Sistem RTGS disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan dan dokumen pendukung secara lengkap diterima oleh Penyelenggara.
c. Dalam hal permohonan tidak disetujui, penolakan keikutsertaan dalam Sistem RTGS akan disampaikan melalui surat kepada calon Peserta dengan menyebutkan alasan penolakan paling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan dan dokumen pendukung secara lengkap diterima oleh Penyelenggara.
d. Berdasarkan surat persetujuan, calon Peserta Langsung menyampaikan kelengkapan administrasi sebagai berikut:
(36)
1) Surat pemberitahuan AT 1, AT 2 dan AT 3 di dalam amplop tertutup dan bersegel dengan format.
2) Surat penyampaian kelengkapan administrasi.
3) Surat penyampaian tembusan berita acara pemasangan jaringan komunikasi data dan pelaksanaan instalasi aplikasi RT.
e. Penyampaian kelengkapan administrasi dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
1) Bagi calon Peserta Langsung yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI (wilayah DKI Jakarta, Depok, Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Karawang, dan Bekasi) surat disampaikan langsung kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) – Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP. Surat kuasa pengambilan fisik uang disampaikan langsung kepada Bagian Pengelolaan Uang Keluar (BPUK) – Direktorat Pengedaran Uang (DPU).
2) Bagi calon Peserta Langsung yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI:
a) Surat permohonan menjadi Peserta Langsung, data kepesertaan dan surat kuasa perjanjian serta surat pemberitahuan kewenangan Direksi ditujukan kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta.
b) Surat yang berkaitan dengan kegiatan operasional Peserta di KBI yaitu: (1) Surat kuasa khusus dengan satu kali hak substitusi dari Direksi
(37)
(2) Surat kuasa pejabat penerima kuasa substitusi, apabila diperlukan. (3) Surat kuasa pengambilan fisik uang.
(4) Surat kuasa pengambilan laporan.
(5) Surat permohonan pembuatan spesimen tanda tangan atau surat pernyataan spesimen tanda tangan, disampaikan kepada KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta.
f. Penyelenggara menyampaikan AT 4 dan AT 5 kepada calon Peserta Langsung dalam amplop tertutup untuk diinput dalam RT.
g. Keikutsertaan Peserta yang bersangkutan dalam Sistem BIRTGS diberitahukan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC.
h. Bagi Peserta Langsung selain Bank, persyaratan kelengkapan administrasi yang harus dilengkapi sekurang-kurangnya meliputi dokumen dan dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan kepentingan Peserta.
2. Peserta Tidak Langsung
Tatacara menjadi Peserta Tidak Langsung adalah sebagai berikut:
a. Permohonan diajukan kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP), Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110. Permohonan tersebut diajukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kalender setelah Bank mendapatkan izin usaha atau izin menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan. Dalam hal calon Peserta
(38)
belum memiliki Rekening Giro di Bank Indonesia, pengajuan permohonan untuk menjadi Peserta Tidak Langsung disampaikan bersamaan dengan permohonan pembukaan Rekening Giro yang tata cara dan persyaratannya diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern.
b. Apabila calon Peserta telah memenuhi persyaratan persetujuan keikutsertaan dalam Sistem BI-RTGS akan disampaikan melalui surat kepada calon Peserta yang memuat antara lain hal-hal sebagai berikut: 1) Persetujuan menjadi Peserta Tidak Langsung.
2) Nama dan nomor Rekening Giro serta member code. 3) Permintaan kelengkapan administrasi berupa:
a) Data kepesertaan
b) Surat kuasa khusus, dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Surat kuasa dibuat dengan satu kali hak substitusi dari Direksi kepada pejabat atau petugas di kantor pusat dan atau kantor cabang Peserta, yang berlaku untuk 1 (satu) kantor wilayah kerja Bank Indonesia, untuk melakukan:
(a) Penandatanganan Cek BI dan BG BI.
(b) Penandatanganan surat menyurat dan atau dokumen yang terkait dengan hubungan Rekening Giro Peserta dengan Bank Indonesia serta terkait dengan kepesertaan dan operasional dalam Sistem BI-RTGS.
(39)
i. Pengambilan fisik uang yang terlebih dahulu telah dilakukan pendebetan Rekening Giro Peserta melalui Sistem BI-RTGS oleh Bank Indonesia dan menandatangani surat menyurat dan atau dokumen yang berkaitan dengan hal tersebut. ii. Pengambilan laporan dan atau advisadvis yang terkait
dengan Rekening Giro Peserta serta terkait dengan kepesertaan dan operasional dalam Sistem BI-RTGS.
iii. Pengambilan buku Cek BI dan BG BI.
iv. Penyerahan dan pengambilan surat dan berbagai dokumen yang terkait dengan Rekening Giro Peserta serta terkait dengan kepesertaan dan operasional dalam Sistem BI-RTGS.
(2) Jumlah pejabat atau petugas yang diberi kuasa ditetapkan maksimum sebagai berikut:
(a) Jumlah pejabat penerima kuasa dan atau kuasa substitusi dari Direksi untuk melakukan kegiatan.
i. Di KPBI: 10 (sepuluh) orang.
ii. Di masing-masing KBI: 5 (lima) orang.
(b) Petugas penerima kuasa dari pejabat atau Direksi untuk melakukan pengambilan fisik uang.
i. Di KPBI: sesuai sistem antrian penarikan uang tunai (Queue Management System) di Direktorat Pengedaran Uang.
(40)
(c) Jumlah petugas pengambilan fisik uang termasuk petugas pihak ketiga yang ditunjuk untuk melakukan pengambilan fisik uang. (d)Petugas penerima kuasa dari pejabat atau Direksi untuk
melakukan kegiatan dalam surat kuasa di atas sesuai kepentingan Peserta.
(3) Dalam hal terjadi perubahan penetapan jumlah maksimum pejabat atau petugas penerima kuasa, akan diinformasikan kepada calon Peserta melalui surat.
(4) Hal-hal yang dikuasakan dalam surat kuasa sesuai dengan kepentingan Peserta
c) Surat pemberitahuan perubahan Direksi apabila diperlukan.
d) Surat permohonan dari Direksi atau kuasanya untuk membuat spesimen tanda tangan bagi:
(1) pejabat atau petugas yang diberi kuasa untuk melakukan kegiatan. (2) petugas yang diberi kuasa untuk melakukan pengambilan fisik
uang, khusus bagi calon Peserta yang berada di wilayah kerja KBI. e) Surat pemberitahuan mengenai nama dan jabatan
Direksi atau pejabat yang akan melakukan penandatanganan perjanjian penggunaan Sistem BIRTGS.
f) Surat pemberitahuan persetujuan menjadi Peserta Sistem BI-RTGS disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan dan dokumen pendukung secara lengkap diterima oleh Penyelenggara.
(41)
c. Dalam hal permohonan tidak disetujui, penolakan keikutsertaan dalam Sistem BI-RTGS akan disampaikan melalui surat kepada calon Peserta dengan menyebutkan alasan penolakan paling lambat 1 (satu) bulan sejak dokumen diterima lengkap oleh Penyelenggara.
d. Berdasarkan surat persetujuan calon Peserta menyampaikan kelengkapan administrasi
e. Penyampaian kelengkapan administrasi dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
1) Bagi calon Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI (wilayah DKI Jakarta, Depok, Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Karawang, dan Bekasi), surat disampaikan langsung kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) – Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP). Surat kuasa pengambilan fisik uang disampaikan langsung kepada Bagian Pengelolaan Uang Keluar (BPUK) – Direktorat Pengedaran Uang (DPU).
2) Bagi calon Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI: a) Surat permohonan menjadi Peserta, data kepesertaan dan surat kuasa
perjanjian serta surat pemberitahuan kewenangan Direksi ditujukan kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta.
b) Surat yang berkaitan dengan kegiatan operasional Peserta di KBI yaitu: (1) Surat kuasa khusus dengan 1 (satu) kali hak substitusi dari Direksi
(42)
(2) Surat kuasa pejabat penerima kuasa substitusi apabila diperlukan. (3) Surat kuasa pengambilan fisik uang.
(4) Surat kuasa pengambilan laporan.
(5) Surat permohonan pembuatan spesimen tanda tangan atau surat penyataan spesimen tanda tangan, disampaikan kepada KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta.
f. Penyelenggara akan mendaftarkan Peserta Tidak Langsung sebagai subsidiary member dari kantor Bank Indonesia yang mewilayahi kantor pusat Peserta.
g. Keikutsertaan Peserta yang bersangkutan dalam Sistem RTGS diberitahukan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC.
3.2.3 Ketentuan Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung
Penyelenggaraan sistem RTGS oleh Bank Indonesia, baik sebagai penyelenggara maupun sebagai peserta dilakukan dengan memperhatikan ketentuan dan landasan hukum, antara lain sebagai berikut :
1) Peraturan BI mengenai sistem Real Time Gross Sattelment (PBI sistem RTGS) yang merupakan landasan hukum penyelenggaraan sistem RTGS yang pada prinsipnya bertujuan untuk menjamin keamanan dan efisiensi penyelenggaraan sistem RTGS.
(43)
2) Peraturan BI mengenai hubungan rekening giro antara BI dengan pihak ekstern (PBI hubungan rek.giro) yang mengatur mengenai pihak-pihak yang dapat memiliki rekening giro di BI mengingat salah satu persyaratan untuk menjadi peserta dalam sistem RTGS adalah memiliki rekening giro di BI sebagai sarana untuk penyelesaian akhir transaksi sistem RTGS,maka kewajiban peserta sistem RTGS dalam pembukaan rekening giro di BI dilakukan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan dalam PBI hubungan rekening giro dimaksud.
3) Surat edaran Bank Indonesia (SEBI) mengenai prinsip-prinsip penyelenggaraan dan pengawasan sistem RTGS
SEBI ini adalah peraturan pelaksanaan dari PBI sistem RTGS yang mengatur pokok-pokok peraturan penyelenggaraan sistem RTGS yang harus menjadi pedoman bagi penyelenggaraan dalam mengatur dan melaksanakan penyelenggaraan sistem RTGS.
4) Surat edaran BI mengenai penyelenggaraan sistem RTGS yang mengatur pelaksanaan penyelenggaraan sistem RTGS disisi penyelenggara dan peserta.
Adapun ketentuan-ketentuan lain diantaranya :
A. Ketentuan Struktur RT di Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) a. Central department
Central department merupakan departemen yang mengelola RT Server yang langsung terhubung dengan RCC serta terdaftar sebagai Peserta dengan member code sendiri.
(44)
b. Subsidiary Department
Subsidiary department merupakan departemen yang hanya memiliki RT Workstation untuk melaksanakan berbagai fungsi RT dan memonitor kegiatan transaksi milik departemen yang bersangkutan.
B. Ketentuan pengoperasian fungsi RT pada setiap departemen
Fungsi RT yang dapat dioperasikan untuk setiap departemen tergantung pada kebijakan masing-masing Peserta.
C. Ketentuan wewenang pengoperasian pada RT
Kewenangan pengoperasian RT Server pada masing-masing Peserta ditunjukkan oleh tingkatan user yang terdiri dari level administrator, supervisor dan operator.
D. Ketentuan Pengamanan Sistem RTGS Pengamanan Sistem RTGS terdiri dari: a. Pengamanan fisik dan lingkungan
Seluruh peralatan Sistem RTGS wajib ditempatkan dalam ruangan khusus yang aman.
b. Pengamanan perangkat keras
1) Seluruh peralatan Sistem RTGS harus dilindungi dari penyalahgunaan, modifikasi dan pengrusakan.
2) Seluruh perangkat keras harus diperiksa dan dipelihara. c. Pengamanan perangkat lunak
1) Seluruh perangkat lunak harus diperiksa dan dipelihara sesuai dengan aplikasi RT terkini.
(45)
2) Peserta tidak diperbolehkan mengubah, menggandakan, memindahtangankan, menghilangkan dan atau merusak perangkat lunak baik yang ada pada RT Server Utama, RT Server Back-up, RT Workstation maupun softcopy aplikasi RT.
3) Peserta wajib melaporkan pengembangan aplikasi internal yang terkait Sistem RTGS.
4) Sistem harus terlindungi dari virus (secara periodik di-up date anti virus).
5) Penggunaan aplikasi RT harus sesuai petunjuk yang diberikan Bank Indonesia.
d. Pengamanan jaringan komunikasi
1) Jaringan komunikasi beserta perangkatnya harus diperiksa dan dipelihara.
2) Jaringan komunikasi Sistem RTGS internal Peserta harus terpisah dari jaringan lainnya.
e. Pengamanan data dan komunikasi
1) Data yang tersimpan dalam media elektronik harus mendapat pengamanan yang memadai serta kerahasiaannya harus dijaga dengan baik.
2) Peserta diharuskan menyimpan back-up data ke dalam media elektronik.
3) Back-up data harus disimpan di dalam ruang khusus yang dapat menjamin data tidak rusak.
(46)
4) Hasil Olahan Komputer (HOK) Sistem RTGS disimpan sesuai dengan aturan pengarsipan intern Peserta dan masa retensi sesuai Undang-undang tentang Dokumen Perusahaan.
5) Seluruh media back up aplikasi (CD, disket dan media lainnya), ketentuan, sistem dan prosedur yang diberikan oleh Penyelenggara harus didokumentasikan dengan baik dan disimpan di ruang khusus yang aman.
f. Pengamanan Sumber Daya Manusia
1) Jumlah petugas yang menangani Sistem RTGS harus
disesuaikan dengan span of control untuk meminimalisasi human error dan fraud.
2) Peserta harus mengadakan pelatihan secara reguler.
3) Petugas yang menangani Sistem RTGS harus memahami sistem dan prosedur yang telah ditetapkan baik oleh Bank Indonesia maupun internal Peserta.
g. Pengamanan operasional
1) Pengamanan kewenangan user
a) Pengguna dan administrator harus memiliki dan memahami pengamanan sistem.
b) Aplikasi wajib dilengkapi pengamanan yang memadai. 2) Pengamanan prosedur
Peserta wajib menyusun Kebijakan dan Prosedur Tertulis sesuai dengan PBI tentang Sistem RTGS.
(47)
3.2.4 Pelaksanaan Realisasi Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) Pelaksanaan Realisasi Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) melalui pelaksanaan operasional diantaranya sebagai berikut :
1. Jam Operasional
Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS dilaksanakan setiap hari kerja kecuali ditetapkan lain oleh Bank Indonesia. Kegiatan selama Jam Operasional adalah sebagai berikut :
a. Waktu RCC open sampai dengan cut off warning
Transaksi-transaksi melalui Sistem BI-RTGS yang dapat dilakukan dalam periode ini meliputi transaksi Pelaksanaan pengiriman transfer dana melebihi waktu yang telah ditetapkan secara otomatis akan ditolak oleh sistem.
b. Waktu antara cut off warning sampai dengan pre cut off Dalam periode ini terdapat beberapa kegiatan sebagai berikut:
1) RCC secara otomatis melakukan special gridlock resolution, yaitu menyelesaikan seluruh antrian Pesertaberdasarkan kecukupan dana masing-masing transaksi.
2) Pada saat cut off warning: a) Peserta menerima :
(1) “cut off warning report”, yang memuat informasi waktu
(48)
(2) “Pre Cover Position report”, yang memuat informasi posisi saldo Rekening Giro Peserta.
b) Transaksi yang masuk ke dalam Sistem Antrian akan ditolak secara otomatis oleh sistem sedangkan transaksi yang masih dalam Sistem Antrian akan dibatalkan secara otomatis oleh sistem. Atas transaksi yang dibatalkan, Peserta pengirim akan menerima reject advice.
3) Peserta diberikan kesempatan untuk melakukan transfer antar Peserta dalam rangka menutupi kekurangan likuiditas (Interbank Cover Position).
c. Waktu antara pre cut off sampai dengan waktu cut off (BI Cover Position)
1) Dalam periode ini dilakukan pengkreditan Rekening Giro Peserta atas permohonan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) yang disetujui oleh Penyelenggara atau pengalihan dari FLI yang tidak lunas menjadi FPJP.
2) Pada saat pre cut off, Peserta menerima pre cut off notification report dan member recontiliation report.
d. Waktu RCC cut off
Pada waktu RCC cut off, seluruh transaksi yang dikirimkan melalui RT akan ditolak secara otomatis oleh sistem.
(49)
a. Perubahan Jam Operasional atas dasar kebijakan Penyelenggara dapat berupa perpanjangan atau pengurangan Jam Operasional.
1) Perpanjangan Jam Operasional dilakukan dalam hal terjadi: a) Gangguan atau kerusakan pada RCC.
b) Keterlambatan waktu Penyelesaian Akhir hasil kliring.
c) Adanya kebijakan yang menyebabkan Penyelenggara harus memperpanjang Jam Operasional, antara lain adanya permintaan pemerintah dalam rangka pembayaran pajak atau untuk kepentingan Bank Indonesia dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
2) Pengurangan Jam Operasional dilakukan dalam hal tidak terdapat lagi transaksi yang masih harus diselesaikan.
b. Perubahan Jam Operasional atas dasar permintaan Peserta hanya dapat berupa perpanjangan Jam Operasional. Permintaan perpanjangan oleh Peserta dilakukan sebagai berikut:
1) Peserta mengajukan permintaan perpanjangan Jam Operasional melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RT Server Peserta yang telah didahului dengan konfirmasi melalui telepon.
2) Dalam hal Peserta mengajukan permohonan perpanjangan jam transaksi tertentu maka Peserta mengajukan paling lambat 30 (tiga puluh) menit sebelum berakhirnya window time transaksi dimaksud. c. Pembatalan perpanjangan Jam Operasional
(50)
Setiap permintaan perpanjangan Jam Operasional oleh Peserta yang telah disetujui oleh Penyelenggara tidak dapat dibatalkan oleh Peserta. Adapun realisasi dari fungsi-fungsi operasional sistem RTGS di dalam RT adalah sebagai berikut :
a. System
Dalam pengoperasian sistem setiap hari dilakukan kegiatan yang meliputi: 1) System start-up dan department start-up
System start-up merupakan kegiatan menghidupkan RT Server pada masing-masing Peserta. System start-up dilakukan oleh user setingkat administrator pada central department. Selanjutnya subsidiary department dapat melakukan department start-up yang dilakukan oleh user setingkat administrator pada subsidiary department atau oleh user setingkat administrator pada central department.
2) System shutdown dan departemen shut-down
Department shut-down merupakan kegiatan untuk menonaktifkan departemen. Central department shut-down dilakukan oleh user setingkat administrator pada central department.
3) Penutupan sistem pada saat pertengahan hari/selama Jam Operasional (mid-day shutdown)
Peserta dapat melakukan penutupan sistem pada pertengahan hari kerja (bersifat sementara dan optional), dan setelah itu dapat dibuka (system start up) kembali oleh user setingkat administrator pada central department untuk melanjutkan kegiatan operasional.
(51)
b. Interbank Fund Transfer System (IFTS)
IFTS adalah fasilitas dalam Sistem RTGS yang digunakan untuk melakukan transaksi dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Construct (input data)/amend (ubah) transfer keluar Construct (input data) transfer keluar merupakan kegiatan input data transaksi berdasarkan perintah transfer dalam bentuk warkat atau data elektronik yang ditentukan oleh masing-masing Peserta.
2) Approval (persetujuan transaksi)/Reject (menolak)/Cancel (membatalkan) transaksi dan queue handling Approval, reject, cancel dan queue handling suatu transaksi merupakan kegiatan untuk melakukan persetujuan, penolakan, dan pembatalan atas data transaksi yang diinput oleh operator serta membatalkan antrian transaksi dengan tingkat kepentingan normal.
c. Audit Trail
Audit trail adalah fungsi yang mencatat seluruh kegiatan yang dilakukan oleh RT Server. Melalui fungsi ini user dapat melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) Melihat/mencetak status transaksi
Fungsi ini memungkinkan Peserta melihat dan mencetak status transaksi saat ini atau transaksi periode sebelumnya.
2) Melihat/mencetak riwayat transaksi
Fungsi ini memungkinkan Peserta untuk melihat dan mencetak riwayat status selengkapnya untuk transaksi saat ini atau yang telah berlalu, misalnya transaksi yang dikirim ulang karena adanya kegagalan transmisi.
(52)
3) Melihat/mencetak transaksi yang tidak terselesaikan Fungsi ini digunakan untuk melihat transaksi-transaksi yang tidak terselesaikan seperti transaksi yang diubah dan ditolak oleh supervisor dan yang ditunda karena dana tidak cukup.
4) Menampilkan/mencetak ulang transaksi
Fungsi ini digunakan untuk menayangkan atau mencetak detail dari transaksi-transaksi tertentu yang sedang berjalan maupun yang telah berlalu. 5) Mencetak laporan ringkasan.
Fungsi ini digunakan untuk melihat atau mencetak ringkasan seluruh transaksi baik IFTS maupun administrative yang dikirim dan diterima pada saat berjalan atau yang telah berlalu.
d. Supervisory (Fungsi-fungsi pimpinan)
Fungsi-fungsi yang terdapat dalam menu supervisory adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka monitoring transaksi.
Kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam fungsi ini adalah: 1) Log-on/log-off dari RCC
Log-on adalah kegiatan untuk menghubungkan antara RT Server dengan RCC. Log on harus dilakukan setelah system start up dan RCC open.
2) Fungsi melihat bagi Bank Indonesia
Fungsi ini disediakan bagi Bank Indonesia untuk melihat dan mencetak posisi saldo Peserta. Jenis-jenis fungsi yang dapat dilakukan adalah:
a) Melihat Jumlah Semua Peserta; b) Melihat Satu Peserta; dan
(53)
c) Melihat Saldo Simulasi Setelmen Satu Peserta. 3) Fungsi melihat bagi Peserta
Fungsi ini disediakan bagi seluruh Peserta untuk melihat dan mencetak data transaksi.
4) Mengambil transaksi dari RCC
Merupakan fungsi untuk melihat dan mencetak transaksitransaksi yang dikirim dan diterima ke dan dari RCC dengan memasukkan Input Sequence Number (ISN)/Output Secuence Number (OSN) dari transaksi yang diinginkan sampai dengan 9 (sembilan) hari kerja.
e. Melihat Transaksi
Fungsi ini dapat digunakan untuk melihat status suatu transaksi, yang diperlukan untuk menjaga kelancaran penyelesaian transaksi.
Fungsi melihat terdiri dari:
1) Melihat transaksi IFTS yang Belum Selesai
Fungsi ini memungkinkan Peserta untuk melihat rincian
transaksi IFTS yang berstatus belum selesai. Transaksi–transaksi ini adalah: a) Transaksi yang telah di-construct namun belum mendapatkan persetujuan
atau belum ditolak oleh supervisor;
b) Transaksi yang telah ditolak oleh supervisor atau oleh RCC tetapi belum diubah atau dibatalkan oleh supervisor.
c) Transaksi yang telah mendapat persetujuan awal (pre approval) namun masih memerlukan persetujuan lebih lanjut (final approval);
(54)
e) Transaksi-transaksi yang masih dalam Sistem Antrian (masih menunggu Penyelesaian Akhir).
2) Melihat Transaksi IFTS yang Telah Selesai
Fungsi ini memungkinkan untuk melihat rincian transaksi IFTS yang telah diselesaikan. Transaksi–transaksi ini adalah:
a) Transaksi-transaksi yang telah dibatalkan oleh supervisor atau oleh RCC; b) Transaksi-transaksi yang telah disettle.
f. Batch
Batch merupakan proses akhir hari untuk persiapan awal hari kerja berikutnya. Proses batch terdiri dari kegiatan:
1) Cetak laporan
Laporan-laporan akhir hari yang akan dicetak terdiri dari:
a) Listing Akhir Hari (end of day listing) – Message Masuk dan pesan-pesan administratif yang diterima dari RCC.
b) Listing Akhir Hari (end of day listing) – Message Keluar Merupakan laporan mengenai seluruh transaksi IFTS dan pesan-pesan administratif yang dikirim ke RCC.
c) Laporan Total Harian (daily total report)
Merupakan laporan yang memuat rangkuman jumlah dan nilai dari semua transaksi IFTS dan pesan-pesan administratif yang dikirim dan diterima. d) System Audit Trail
Merupakan rincian laporan yang memperlihatkan aktivitas- aktivitas pengguna Sistem BI-RTGS.
(55)
2) Reset system file
Fungsi ini digunakan untuk membersihkan file kegiatan transaksi hari yang bersangkutan sebagai persiapan untuk operasional hari berikutnya.
3.2.5 Prosedur Administrasi Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) Prosedur pelaksanaan kegiatan administrasi RTGS, diantaranya :
a. Melakukan pendaftaran petugas pelaksana pada Central Department dan Subsidiary Department.
1) Central Department melakukan pendaftaran petugas pelaksana BI-RTGS level manager, Supervisor, dan Operator Central Department dan level manager Subsidiary Department.
2) Pendaftaran dan persetujuan user level manager Central Department dilakukan oleh user RT administrator (RT Adm). User yang melakukan pendaftaran harus berbeda dengan user yang melakukan persetujuan.
3) Pendaftaran dan persetujuan user level manager Subsidiary Department dilakukan oleh manager Central Department. User yang melakukan pendaftaran harus berbeda dengan user yang melakukan persetujuan.
4) Pendaftaran dan persetujuan user level supervisor dan operator Central Department dan Subsidiary Department dilakukan oleh masing-masing manager. User yang melakukan pendaftaran harus berbeda dengan user yang melakukan persetujuan.
(56)
5) Untuk pendaftaran petugas level supervisor, approval, limit harus di isi dengan 999.999.999.999.999,99.
6) Pelaksanaan pendaftaran petugas pelaksana dapat dilakukan selama Jam Operasional.
7) Dalam hal user yang didaftarkan tidak melakukan sign on selama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak didaftarkan, maka secara otomatis user ID akan menjadi tidak aktif atau berstatus disable. Pengaktifan kembali user ID dilakukan melalui menu “Database” pada fungsi “User parameter File”.
b. Perubahan User ID
1) Perubahan terjadi dalam hal terdapat penyesuaian fungsi untuk user tertentu.
2) Pelaksanaan perubahan fungsi dapat dilakukan manager selama jam operasional.
3) Khusus untuk perubahan manager Subsidiary Department, pelaksanaan perubahan dilakukan oleh manager Central Department. c. Penghapusan user ID
1) Penghapusan user ID dilaksanakan setelah proses akhir hari dan batch processing dalam status batch done.
2) Penghapusan user ID manager Central Department dilakukan oleh RT Adm.
3) Penghapusan user ID supervisor dan operator dilakukan oleh manager masing-masing department.
(57)
4) User yang melakukan pendaftaran penghapusan harus berbeda dengan user yang melakukan persetujuan penghapusan.
d. Melakukan pendaftaran Account Identifier (AID)
1) Untuk mempermudah atau mempercepat perekaman data transaksi, maka untuk rekening-rekening yang sering digunakan dapat dibuatkan kode tersendiri yang datanya di-input dalam database RT melalui
menu “Database” pada fungsi “AID file”.
2) Kegiatan pendaftaran ini dilakukan oleh sekurang-kurangnya user level supervisor dan disetujui oleh user level supervisor yang berbeda dengan petugas pendaftaran.
3.2.6 Monitoring Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS)
Monitoring oleh BI terhadap penyelenggaraan sistem RTGS, yang pada prinsipnya dimaksudkan untuk menjaga efisiensi, kecepatan, keamanan dan kehandalan fungsi dari sistem RTGS, yang dilakukan secara independen, profesional dan obyektif.
Pelaksana monitoring sistem RTGS adalah DASP Bagian PwSP & satuan kerja terkait. Monitoring dapat dilakukan:
1) Secara Sendiri
2) Secara bersama-sama dengan satker terkait 3) Berkoordinasi dengan satker terkait
Adapun pelaksanaannya sebagai berikut : 1) Monitoring Tidak Langsung
(58)
a. Merupakan fokus pengawasan
b. Penelitian, analisis dan evaluasi atas informasi yang diperoleh 2) Monitoring Langsung
a. Dilakukan apabila diperlukan b. Dalam bentuk pemeriksaan
Metode monitoringnya sebagai berikut : 1)Persiapan
a. Pengumpulan Informasi b. Kertas Kerja
c. Surat Introduksi d. Ketetentuan terkait 2) Pelaksanaan
Aspek-aspek yang diperiksa meliputi: a. Aspek Hukum
b. Organisasi
c. Kebijakan & Prosedur Tertulis d. Sarana & Prasarana
e. Operasional Transaksi & Dokumentasi f. Pemeriksaan Oleh Auditor Independen 3) Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
a. Kesimpulan
b. Temuan Hasil Pemeriksaan 4) Tindak Lanjut Pemeriksaan
(59)
a. Penyampaian Surat Pembinaan b. Pemantauan tindak lanjut perbaikan
3.2.7 Dokumentasi Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS)
Dalam pengoprasian RTGS akan dihasilkan berbagai laporan/dokumentasi yang digunakan baik untuk audit trail maupun sebagai bukti adanya suatu transaksi. Laporan-laporan sistem RTGS tersebut dicetak melalui printer RT pada masing peserta. Dengan dilakukannya pencetakan laporan pada masing-masing RT, maka peserta tidak akan menerima laporan dari Bank Indonesia. Adapun jadwal dari penyimpanan dari laporan-laporan tersebut adalah sesuai dengan kebijakan masing-masing peserta.
Bukti pembukuan yang harus ditatausahakan oleh Peserta adalah warkat-warkat yang digunakan sebagai dasar pembukuan dan Hasil Olahan Komputer (HOK) serta completion advice atau confirmation advice yang tercetak pada printer Peserta. Bukti pendukung pembukuan pada Sistem RTGS adalah laporan-laporan Sistem RTGS dan advice-advice yang tercetak sehubungan dengan pelaksanaan setiap kegiatan melalui RT Peserta.
Jenis-jenis laporan yang dicetak otomatis pada RT adalah sebagai berikut: 1) Laporan-laporan pembuatan IFTS
a. Single credit (Construct Copy) b. Multiple credit (Construct Copy) c. Credit notification (Construct Copy) d. Single debit (Construct Copy)
(60)
e. Debit Notification (Construct Copy)
2) Laporan perubahan IFTS Single credit (Amend copy) 3) Advis Konfirmasi IFTS (Bank Penerima)
a. Single credit (Confirmation Advice) b. Multiple credit (Confirmation Advice) c. Credit Notification (Confirmation Advice) d. Single Debit (Confirmation Advice) e. Debit Notification (Confirmation Advice) 4) Net Posting
a. Summary of Pre-Posting Transaction Report
b. Summary of Net Posting Constructed Transaction Report c. Summary of Net Posting Rejected Transaction Report
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.3.1 Analisis Gambaran Umum Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS)
Selama melakukan kerja praktek analisa penulis tentang sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) di Bank Indonesia Kantor Cabang Bandung, yaitu dalam proses pengawasan/monitoring transfer dana sistem RTGS kepada peserta sudah cukup efektif, efisien dan terkontrol. Di karenakan pengawasan sistem RTGS dilakukan sejak awal peserta melakukan pengajuan sistem RTGS, hingga proses berhasilnya transaksi sistem RTGS yang dilakukan oleh semua pihak bank yang bersangkutan.
(61)
3.3.2 Analisis Prosedur Pengajuan Kepesertaan Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS)
Analisis prosedur pengajuan kepesertaan sistem RTGS pada Bank Indonesia kantor cabang Bandung dilaksanakan oleh pegawai professional yang sudah ahli pada bidangnya, karena para pegawai yang di tempatkan pada bagian analisis, bagian PwSP & satuan kerja terkait sistem RTGS telah diberikan pelatihan- pelatihan sehingga memiliki keahlian dalam proses menganalisa dan memberikan keputusan kelayakan menjadi peserta sistem RTGS kepada Bank Umum calon peserta. Namun realisasinya jangka waktu kelengkapan berkas prosedur pengajuan kepesertaan sistem RTGS kurang efektif dan efisien, karena mengenai kelengkapan berkasnya maksimal 15 hari.
3.3.3 Analisis Ketentuan Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS)
Analisis ketentuan sistem RTGS oleh Bank Indonesia kantor cabang Bandung sudah dilakukan dengan efektif dan efisien. dengan memperhatikan ketentuan dan landasan hukum sesuai peraturan Bank Indonesia mengenai sistem RTGS. Namun terjadinya risiko sistem RTGS dapat terjadi karena kurang adanya rasa tanggung jawab para pegawai terhadap ketentuan dan landasan hukum mengenai sistem RTGS.
(62)
3.3.4 Analisis Pelaksanaan Realisasi Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS)
Analisis pelaksanaan realisasi sistem RTGS adalah tindak lanjut dari pelaksanaan persetujuan mengenai kepesertaan sistem RTGS.
Dalam proses pelaksanaan realisasi sistem RTGS menggunakan perangkat analisis sistem RTGS yang merupakan komponen sistem RTGS. Namun permasalahan Bank Indonesia sebagai lembaga penyelenggara sistem RTGS yang memberikan pelayanan dan mengharuskan penerapan pengawasan sistem RTGS dalam rangka terciptanya sistem pembayaran yang cepat, efisien dan aman karena seringkali mendapatkan kendala apabila terjadi kesalahan teknis listrik yang mengakibatkan komponen sistem RTGS tidak berjalan maka keterlambatan waktu atas tertundanya proses pencetakan dokumen-dokumen sistem RTGS dapat terjadi mengingat sistem RTGS ini merupakan transfer dana secara elektronik.
3.3.5 Analisis Prosedur Administrasi Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS)
Analisis prosedur administrasi sistem RTGS merupakan prosedur yang mengatur tata cara pengadministrasian sistem RTGS. Dalam pelaksanaannya penyelesaian administrasi sistem RTGS ini berjalan lancar. Hal ini dipengaruhi oleh ketepatan dan kedisiplinan dalam pengelolaan administrasi RTGS sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
(63)
3.3.6 Analisis Monitoring Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) Proses monitoring/pengawasan sistem RTGS sangat dibutuhkan agar dapat mengurangi risiko sistem RTGS yang mungkin muncul. Monitoring yang dilakukan oleh bagian PwSP & satuan kerja terkait selama ini berjalan dengan lancar, hal ini tunjukan dari perkembangan RTGS di Bank Indonesia berjalan searah dengan kelancaran transfer dana oleh para peserta. Namun pada pelaksanaannya para pegawai/ bagian PwSP & satuan kerja terkait di tuntut untuk terus mengawasi sampai akhir kegiatan transaksi sistem RTGS selesai, guna tidak terjadi kegagalan transfer dana selama proses sistem RTGS berlangsung.
3.3.7 Analisis Dokumentasi Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) Untuk menunjang monitoring sistem RTGS, kiranya dokumentasi sistem RTGS sangat diperlukan.
Dokumentasi sistem RTGS dicetak melalui printer RT pada masing-masing peserta. Namun pada pelaksanaannya para peserta datang ke Bank Indonesia Kantor Cabang Bandung untuk membawa bukti dokumentasi sistem RTGS, karena printer yang digunakan untuk sistem RTGS pada unit Akunting hanya 2 (dua) dan peserta sistem RTGS jumlahnya tidak sedikit maka proses pencetakan atas dokumentasi sistem RTGS menjadi lama disebabkan adanya antrian panjang atas transaksi-transaksi para peserta sistem RTGS.
(1)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Legi Yani Hastuti
Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi, 06 Agustus 1989
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Raya Gudang No.27 Sagaranten-Sukabumi 43181
DATA PENDIDIKAN
Tahun 1994/1995 Lulus TK Tunas Harapan - Sukabumi
Tahun 2000/2001 Lulus SD N Sagaranten II - Sukabumi
Tahun 2003/2004 Lulus SLTP N I Sagaranten - Sukabumi
Tahun 2006/2007 Lulus SMA N I Sagaranten - Sukabumi
Tahun 2007 sampai sekarang masih tercatat sebagai Mahasiswi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)
(2)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. beserta seluruh keluarganya, sahabatnya, dan akhirnya kepada kita semua selaku keturunannya hingga akhir zaman nanti.
Atas rahmat dan ridha – Nya, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Praktek. Laporan Kuliah Kerja Praktek ini Penulis susun berdasarkan hasil Kuliah Kerja Praktek yang dilakukan pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung. Laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dimana judul yang diambil, yaitu: “Tinjauan Sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) pada Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Bandung”. Untuk itu Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar – besarnya kepada Papa dan Mama yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada hentinya, mendorong dan selalu memberi semangat Penulis untuk menyelesaikan laporan kerja praktek ini. Dalam kesempatan ini pula Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu : 1. Dr. Edi Soeryanto Soegoto, M. Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
(3)
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra. SE., M. Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Rektor Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M. Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan dosen wali kelas Akuntansi 2.
4. Surtikanti, SE., M. Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya Laporan Kuliah Kerja Praktek ini.
5. Staff kesekretariatan Program Studi Akuntansi (Ibu Dona dan Ibu Senny) serta A Gugun, makasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.
6. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali Penulis dengan pengetahuan.
7. Yang Ahmad Rizal, selaku Kepala Cabang Bank Indonesia Kantor Cabang Bandung yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis untuk melakukan Kerja Praktek.
8. Achmad Mufit, selaku Kepala Bidang Manajemen Informasi Bank Indonesia Kantor Cabang Bandung yang telah memberikan pengarahan dan kesempatan bagi Penulis untuk melakukan Kerja Praktek.
9. Darwin Nahwan, selaku Kepala Seksi Unit Layanan Nasabah Bank Indonesia Kantor Cabang Bandung dan sebagai pembimbing perusahaan yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, serta perhatian selama Penulis melakukan Penelitian.
(4)
10.Seluruh Staff Bank Indonesia Kantor Cabang Bandung Pak Parta, Pak Edi, Pak Nandang, Pak Rofik, Pak Jay, Bu Daharu, Bu yanti, Bu Citra, dan yang lainnya yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, terimakasih telah memberikan waktu, tenaga, dan bantuanya kepada Penulis dalam melaksanakan Kerja Praktek.
11.Kakakku tersayang (Meli dan Sarwono) serta adikku tersayang (Dede dan Bebliv) yang telah memberikan doa dan semangatnya untuk meyelesaikan laporan kerja praktek ini.
12.Untuk Gian, terimakasih untuk kasih sayang, doa, dan support – nya.
13.Untuk sahabat – sahabatku Hilda, Tesan, Diane, Nurhayati dan Dita atas dukungan dan bantuannya.
14.Semua teman – teman kelas Akuntansi 2 terimakasih atas dukungan dan bantuannya.
15.Seluruh pihak yang membantu penyelesaian laporan ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu Penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati Penulis bersedia menerima segala kritik dan saran dari semua pihak untuk peningkatan mutu laporan kerja praktek ini.
(5)
Akhir kata Penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat dan menjadi pendorong untuk lebih maju serta semangat berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain.
Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Desember 2010
(6)