Komunikasi Dalam Kelompok Indigo Di Kota Jakarta (Studi Etnografi Komunikasi Tentang Komunikasi Dalam Kelompok Indigo)

(1)

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Oleh : RIFAN RIZALDI

NIM. 41807828

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

KOMUNIKASI DALAM KELOMPOK INDIGO JAKARTA (Studi Etnografi Komunikasi Tentang Komunikasi Dalam Kelompok Indigo)

Oleh Rifan Rizaldi Nim.41807828

Skripsi ini dibawah bimbingan Kiki Zakiah. Dra, M.si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi dalam kelompok indigo Jakarta. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dimunculkan pertanyaan tentang bagaimana situasi komunikasi dalam kelompok Indigo, bagaimana Peristiwa komunikasi dalam kelompok Indigo, dan bagaimana tindak komunikasi dalam kelompok Indigo.

Tipe penelitian ini adalah kualitatif. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah studi etnografi komunikasi. Sebagian besar data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi serta didukung oleh studi literature. Informan yang didapatkan sebanyak 4 orang yang berstatuskan sebagai bagian dari anggota kelompok indigo jakarta. Setelah dilakukan wawancara, peneliti melakukan kategorisasi dari pertanyaan yang diajukan dan hasil tersebut di analisis menurut observasi serta wawancara kecil untuk memastikan bahwa informan mengetahui komunikasi yang terjadi di kelompok indigo jakarta.

Hasil penelitian yang diperoleh bermanfaat mengetahui komunikasi dalam kelompok indigo jakarta dalam penyampaian tujuan dan maksud tertentu didalam kelompok tersebut dalam arti memaknai cara berkomunikasi sesama anggota kelompok tersebut. Kesimpulan dalam cara komunikasi kelompok indigo tersebut dapat dikatakan kelompok indigo menciptakan sudut pandang yang berbeda di setiap pembahasan dan tidak ada perdebatan, menyampaikan dengan bahasa verbal dan non verbal untuk saling memahami anggota kelompok indigo.

Saran yang dapat peneliti berikan adalah dengan mulai jelasnya keberadaan kelompok ini membuat kita membuka mata bahwa indigo tidak selalu berkaitan dengan mistis.


(5)

(Ethnographic Studies Communication About Communication In Indigo Group) by

Rifan Rizaldi Nim.41807828

This thesis under the guidance of Kiki Zakiah. Dra, M.si

This study aims to determine the indigo group communication Jakarta. To achieve that goal then raised the question of how the situation in the Indigo communication, how communication events in the Indigo, and how the act of communication within the group Indigo.

This type of research is qualitative. While the methods used in this research is an ethnographic study of communication. Most of the data collected through interviews and observations, and supported by literature study. Informants were obtained by 4 people berstatuskan as part of the group members indigo jakarta. After the interviews, the researchers conducted categorization of the questions asked and the results were analyzed according to a small observation and interviews to ensure that the informant knew the communications that occur in jakarta indigo.

Beneficial results obtained in a group of indigo know jakarta communication in the delivery destination and purpose within the group in terms of how to interpret the communication among members of the group. Conclusions in a group communication indigo indigo group can be said to create a different perspective in any discussion and no debate, delivered with verbal and non-verbal language to understand each other group members indigo. Suggestions that researchers can give is to start he explained the existence of this group makes us open the eyes that indigo is not always associated with the mystical.


(6)

i

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KOMUNIKASI DALAM KOMUNITAS ANAK INDIGO DI KOTA JAKARTA (STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI TENTANG KOMUNIKASI DALAM KOMUNITAS INDIGO) ”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis berusaha menyusun penelitian skripsi dengan sebaik mungkin melalui proses bimbingan, motivasi serta bantuan-bantuan dari semua pihak yang terlibat. Implementasi dari mata kuliah Jurnalistik yang ada di Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia ini sangat membantu penulis dalam dalam melaksanakan penelitian sehingga dapat tersusunnya skripsi ini berkat doa dan cintanya Orang tua penulis Bapak Syahrizal dan Ibu Neng Rida yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang, memperhatikan dan mendukung baik dalam moril maupun materil.


(7)

ii

selain itu, penulispun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak terkait sampai selesainya penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1. Yth. Bapak Prof. DR. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah mengeluarkan surat permohonan penelitian untuk perusahaan.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan pengesahan dan member izin mengikuti seminar ususlan penelitian kepada penulis.

3. Yth. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi juga sebagai dosen yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

4. Yth. Ibu Kiki Zakiah, Dra.,M.Si., selaku dosen pemimbing yang telah meluangkan waktu dan tempat untuk memberikan arahan, kritik, dan saran kepada penulis. penulis banyak-banyak terimakasih atas perhatian, kritik dan sarannya kepada penulis selama ini.

5. Yth. Kepada Bapak/ Ibu dosen lingkungan Prodi Ilmu Komunikasi dan Public Relation, Khususnya Kepada Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos,, M.Si., Bapak Sangra Juliano P., S.I.Kom., Bapak Inggar Prayoga,


(8)

iii

S.I.Kom., Bapak Adiyana Slamet., S.IP., M.Si., Bapak Ari Prasetyo, S.Sos., M.Si., Bapak Yadi Supriadi, S.Sos., M.phil., dan seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang telah mengajarkan penulis selama ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

6. Yth. Mba Astri Ikawati, A.Md, dan Mba Rr. Sri Intan Fajarini selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan dengan kerja praktek yang penulis laksanakan.

7. Yth. Seluruh Staf Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan bekal dan dasar ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Keluarga Besar Bapak dan Mama terimakasih atas doa serta

dukungannya kepada penulis.

9. Kepada Kakak dan Adik tercinta Riska Fajrianty dan Syafira. 10.Arnis Rizky., Serta Keluarganya, terimakasih banyak karena

selama ini telah memberikan perhatian, dukungan, semangat, motivasi dan tempat bertukar pikiran bagi penulis.

11.Teman-teman seperjuangan, teman-teman satu bimbingan, terimakasih atas kerjasamanya dan semangatnya. Khususnya, untuk Gilang, Sarah, Dela, Dewi, Agung, Reza ,Yudi Iskandar, Tommy ,


(9)

iv

dan teman-teman yang lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu penulis ucapkan banyak-banyak teimakasih.

12.Rekan-rekan Ik-5, Rekan-rekan Ik-Jurnalistik 2008 dan seluruh angkatan 2008 Ilmu Komunikasi tetap semangat dan berjuang terus agar tahun depan kita dapat lulus bersama-sama.

13.Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain kata terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.

Bandung, Juli 2012 Penulis

Rifan Rizaldi NIM.41807828


(10)

DAFTAR ISI HAL

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 5

1.4Kegunaan penelitian ... 6

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 6

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 8

2.1.1 Definisi Komunikasi ... 8

2.1.2 Proses Komunikasi ... 9

2.1.3 Tujuan Komunikasi ... 10

2.1.4 Fungsi Komunikasi ... 10

2.1.5 Prinsip-Prinsip Komunikasi ... 11

2.1.6 Hambatan-Hambatan Komunikasi ... 17


(11)

2.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 19

2.2.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 21

2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 23

2.2.4 Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal ... 24

2.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok ... 31

2.3.1 Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya ... 32

2.3.2 Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi ... 35

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan Kelompok ... 36

2.4 Komunikasi Anak Indigo ... 37

2.5 Tinjauan Tentang Anak Indigo ... 38

2.6 Tinjauan Tentang Studi Etnografi Komunikasi ... 39

2.6.1 Definisi Studi Etnografi Komunikasi... 39

2.6.2 Sejarah Latar Belakang Etnografi Komunikasi ... 41

2.6.3 Model Komunikasi Etnografi Komunikasi ... 42

2.7Kerangka pemikiran ... 46

2.7.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 48

2.7.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 48

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tinjauan Indigo ... 50

3.1.1 PengertianIndigo ... 50


(12)

3.1.3 Ciri-ciriAnakIndigo ... 55

3.1.4 Jenis-Jenis Indigo ... 63

3.1.5 Masalah Yang Biasanya Dialami Indigo ... 64

3.2 Metode Penelitian ... 67

3.2.1 Desain Penelitian ... 69

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 72

3.2.2.1Studi Pustaka ... 72

3.2.2.2Studi lapangan ... 73

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 76

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 77

3.2.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.5.1Lokasi Penelitian ... 79

3.2.5.2Waktu Penelitian ... 80

BAB IV PEMBAHASAN 4.1Proses Pendekatan ... 81

4.2Deskripsi Identitas Informan ... 82

4.3Pembahasan ... 88

4.3.1 Situasi Komunikasi Dalam Kelompok Indigo ... 89

4.3.2 Peristiwa Komunikasi Dalam Kelompok Indigo... 93

4.3.3 Tindak Komunikasi Dalam Kelompok Indigo ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.2Kesimpulan ... 114


(13)

5.2.1 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya... 116 5.2.2 Saran Bagi Kelompok Indigo ... 116 5.2.3 Saran Bagi Masyarakat ... 117 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN- LAMPIRAN


(14)

DAFTAR GAMBAR HAL Bab II

Gambar 2.6.3 ... 43 Gambar 2.7.1 ... 48


(15)

DAFTAR TABEL Hal Gambar Tabel 3.2.2 ... 84 Gambar tabel 3.2.5.2 ... 88


(16)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah segala sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk mempertahankan hidupnya. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari kegiatan komunikasi, karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk mempertahankan hidupnya. Komunikasi antar manusia tercipta melalui komunikasi, baik itu komunikasi verbal (bahasa) maupun nonverbal (simbol, gambar, atau media komunikasi lainnya). Selain untuk mempertahankan hidupnya, komunikasi juga mempunyai fungsi untuk memelihara hubungan dan memperoeh kebahagiaan.

Kata komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna mengenai suatu hal.(Effendy, 2002: 3). Komunikasi mempunyai banyak makna namun dari sekian banyak definisi dapat disimpulkan secara lengkap dengan maknanya yang hakiki yaitu komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. ( Effendy, 2002 : 5 ) Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjalin atau berlangsung antara dua orang atau sekelompok kecil orang.


(17)

Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan suatu tindakan yang memungkinkan kita mampu menerima dan memberikan informasi atau pesan sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Secara teoritis, kita mengenal beragam tindakan komunikasi berdasarkan pada konteks dimana komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Jika di lihat dari beberapa konteks komunikasi di atas, konteks komunikasi yang berhubungan atau sesuai dengan penelitian ini adalah komunikasi kelompok. Menurut Deddy mulyana kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Berdasarkan literatur yang peneliti pelajari bahwa di dalam sebuah kelompok saling terjadi pertukaran pesan, dan pertukaran pesan tersebut dilakukan melalui peristiwa komunikasi yang terjadi dalam kelompok anak indigo Jakarta.

Kelompok indigo jakarta pada awalnya memiliki keprihatinan pada pemahaman tentang indigo yang kurang di masyarakat sehingga muncul pernyataan-pernyataan dari orang-orang tertentu yang sebenarnya tidak tepat dengan apa yang ada. Banyak anggapan bahwa indigo itu penyakit, kelainan jiwa, gangguan jin, kesalahan/dosa leluhur, dsb. Sehingga banyak orang tua mengkhwatirkan putra-putrinya yang indigo. Mereka kebingungan dan banyak mencari solusi di tempat-tempat yang tidak tepat. Banyak mereka yang datang ke orang pintar atau paranormal, peruqyah, dsb. Namun mereka tidak kunjung


(18)

menemui "kesembuhan" anaknya. Anak-anak indigo pun banyak yang menjadi korban statement-statement keliru sehingga banyak diantara mereka yang depresi dan bunuh diri.

Adanya pendidikan yang kurang di masyarakat menyebabkan hal-hal negatif tersebut dapat terjadi. Karena itu kelompok Indigo Jakarta dibangun untuk memberikan edukasi dan pemahan ke masyarakat tentang seluk beluk indigo. Indigo tetap manusia biasa yang sehat. Anak-anak indigo justru banyak memiliki bakat-bakat jenius yang harus disyukuri dan didukung orang tua. Mereka bisa sukses di bidang yang mereka sukai dengan dukungan penuh dari orang tua. Sebaliknya, jika orang tua banyak menganggap mereka negatif, mereka akan sangat negatif, jiwanya kosong dan lemah. Anak-anak yang berbakat itu sepatutnya dianggap sebagai aset berharga bagi negara seperti di negara-negara maju. Sayang di Indonesia bakat-bakat jenius masih kurang diperhatikan apalagi dianggap sebagai aset.

Indigo bukan selalu berkaitan dengan mistis. Namun ini adalah bentuk kuasa Tuhan. Indigo tidak akan hilang dengan cara-cara yang memakai pemikiran tradisional seperti ke paranormal dsb. Malah lebih baik para orang tua banyak konsultasi ke psikiater tentang bagaimana sebaiknya menghadapi dan mendidik anak-anak mereka yang indigo. Indigo terjadi bukan karena hal mistis. Namun karena aktifnya kemampuan otak manusia hingga energi indigo bangkit.

Manusia saat ini hanya menggunakan sepersepuluh kemampuan otak yang sesungguhnya diberikan Tuhan. Jadi ketika kemampuan otak mereka aktif melebihi tingkat orang-orang biasa menjadi wajar jika mereka memiliki


(19)

kejeniusan dan berbagai kemampuan yang mungkin masih dianggap aneh oleh orang awam. Sedang orang-orang awam masih banyak percaya pada pembenaran yang mereka yakini. Padahal jika kita mau berpikir ayat-ayat Tuhan itu bukan hanya yang ada dalam kitab suci, namun tersebar juga di jagad raya. Kedua sumber itu harus ditelaah secara seimbang baru akan menemukan kebenaran. Jadi diharapkan banyak orang yang bisa terbuka pola pikirnya dengan adanya Komuitas Indigo.

Kelompok indigo tidak berat pada agama, golongan, suku, budaya, bangsa tertentu. Kelompok indigo membawa pluralisme. Siapapun boleh bergabung dan boleh menuangkan masalah-masalah. Kelompok indigo adalah sarana edukasi mengenai indigo dan wadah saling berbagi bagi para indigo yang memiliki masalah di lingkungannya maupun para orang-orang dekat indigo, seperti orang tua, guru, sahabat, dsb. Kelompok indigo memberikan rasa berbagi dan ciptakan rasa kebersamaan di Kelompok Indigo. Jangan enggan untuk berbagi bersama kelompok indigo. Kelompok indigo ini memberikan kesempatan untuk menuangkan inspirasi setiap anggotanya, namun diharapkan tetap bijak dalam bertutur kata. Saling menghormati dan mengayomi seperti dalam lingkungan keluarga sendiri. Kelompok indigo jakarta menjaga sekali anggotanya untuk merasa nyaman di ruang lingkup kelompok indigo sehingga tidak ada perbedaan diantara sesama anggota.

Maka berdasarakan latar belakang yang di jelaskan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Komunikasi Dalam Kelompok Anak Indigo Di Kota Jakarta (Studi Etnografi komunikasi dalam kelompok Anak Indigo)


(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, penulis mengangkat sebuah rumusan masalah yaitu :

Pertanyaan makro : “Bagaimana komunikasi dalam kelompok anak indigo?”

Pertanyaan Mikro :

1. Bagaimana situasi komunikasi dalam kelompok anak indigo? 2. Bagaimana peristiwa komunikasi dalam kelompok anak indigo? 3. Bagaimana tindak komunikasi dalam kelompok anak indigo?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji mengenai komunikasi yang dilihat dari etnografi komunikasi oleh anggota kelompok anak indigo dalam berkomunikasi.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal maka terlebih dahulu perlu tujuan yang terarah dari penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(21)

1 Untuk mengetahui situasi komunikasi sesama anggota kelompok anak indigo 2 Untuk mengetahui peristiwa komunikasi sesama anggota kelompok anak

indigo

3 Untuk mengetahui tindak komunikasi sesama anggota kelompok anak indigo

1.4 Kegunaan Penelitian

Secara teoritis Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat mengembangkan kajian studi ilmu komunikasi secara umum dan etnografi komunikasi dalam kelompok anak indigo. Selain itu pula dapat menjadi acuan dan dapat memperdalam pengetahuan dan teori mengenai informasi yang berhubungan dengan studi ilmu komunikasi .

1.4.2 Kegunaan Praktis

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah wawasan serta sebagai salah satu rujukan untuk meneliti lebih lanjut dari sisi dan masalah penelitian yang sama dalam konteks Ilmu komunikasi.


(22)

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Unviersitas

Untuk pihak universitas khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik dan Kosentrasi humas berguna sebagai literatur bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian yang sama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk seluruh mahasiswa untuk meningkatan pengetahuan mahasiswa memberikan pengetahuan tentang percakapan yang dilakukan oleh anggota kelompok anak indigo.

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi mengenai kehidupan anak indigo dan untuk bisa mendeksripsikan aktifitas-aktifitas yang muncul dalam anggota kelompok anak indigo. Sehingga dari hasil aktifitas-aktifitas tersebut mampu dijadikan pelajaran dan mampu menjadi pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang kelompok anak indigo.


(23)

8 2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1. Definisi Komunikasi

Kata komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara bersama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “kita berbagi pikiran”, “kita mendiskusikan makna” dan “kita mengirimkan pesan”.(Mulyana, 2005: 41)

Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah kelompok (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan kelompok merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak aka nada kelompok. Komunikasi bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, kelompok juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa dan masing-masing bentuk tersebut


(24)

mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah kelompok tersebut.

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar ataupun salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya “komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik” atau terlalu luas, misalnya “komunikasi adalah interaksi antara dua mahluk hidup atau lebih”, sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman dan bahkan jin.

2.1.2. Proses Komunikasi

Seperti telah dijelaskan definisi dari komunikasi diatas, bahwa pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Agar lebih jelas peneliti akan membahas proses komunikasi agak mendalam, meskipun tidak terlalu teoritis. Proses komunikasi ini akan dikategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif, yaitu sebagai berikut:

1. Proses komunikasi dalam perspektif psikologis

Proses komunikasi dalam perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses.


(25)

2. Proses komunikasi dalam perspektif makanistis

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau “melemparkan” dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator oleh komunikan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, atau indera-indera lainnya. Untuk lebih jelasnya proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat klasifikasikan menjadi proses komunikasi secara primer dan secara sekunder.(Effendy, 2003: 31-32)

2.1.3. Tujuan Komunikasi

Dalam menyampaikan informasi dan mencari informasi kepada mereka, agar apa yang kita sampaikan dapat dimengerti sehingga komunikasi yang kita laksanakan dapat tercapai. Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan antara lain :

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasive bukan memaksakan kehendak. b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan

harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.

c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam


(26)

mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.(Effendy, 1993 : 18) Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Setiap hari kita bermaksud mengadakan komunikasi maka kita perlu meneliti apa tujuan kita tersebut :

1. Apakah kita ingin orang mengerjakan sesuatu atau supaya mereka mau bertindak.

2. Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang lain. 3. Apakah kita ingin orang lain menerima dan mendukung

gagasan kita.

2.1.4. Fungsi Komunikasi

Berikut adalah empat fungsi komunikasi berdasarkan kerangka yang dikemukakan William I. Gorden sebagai berikut :


(27)

a. Fungsi pertama : komunikasi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi social setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

b. Fungsi kedua : komunikasi ekspresif

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.

c. Fungsi ketiga : komunikasi ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunikasi sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara


(28)

kelahiran, sunatan, ualng tahun, upacara kematian dan sebagainya.

d. Fungsi keempat : komunikasi instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, sperti menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan dan juga menghibur.(Mulyana, 2005: 55)

2.1.5. Prinsip-Prinsip Komunikasi

Seperti fungsi dan definisi komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi juga diuraikan dengan berbagai cara oleh para pakar komunikasi. Prinsip-prinsip komunikasi tersebut pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi sebagai berikut :

1. Komunikasi adalah suatu proses komunikasi simbolik

Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan Susanne K. Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambing. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Ernst Cassier mengatakan


(29)

bahwa keunggulan manusia atas mahluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.

2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi

Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-alih, komunikasi terjadi bila seseorang member makna pada perilaku orang lain atau perilakunya 3. Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan

Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi ini menunjukan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. 4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat

kesengajaan

Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika sedang melamun, sementara orang lain sedang memperhatikan), hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan disadari (ketika menyampaikan suatu pidato).


(30)

5. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan

Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika sedang melamun, sementara orang lain sedang memperhatikan), hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan disadari (ketika menyampaikan suatu pidato). 6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi

Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan tatakrama. Artinya, orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.

7. Komunikasi itu bersifat sistematik

Setiap individu adalah suatu system yang hidup ( a living system). Organ-organ dalam tubuh kita saling berhubungan. Kerusakan pada mata misalnya dapat membuat kepala kita pusing.


(31)

8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakain efektiflah komunikasi

Kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat pendidikan, atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif. Kesamaan bahasa khususnya akan membuat orang-orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berbicara atau memahami bahasa yang sama.

9. Komunikasi bersifat nonsekuensial

Meskipun terdapat banyak model komunikasi linier atau satu-arah, sebenarnya komunikasi mansia dalam bentuk dasarnya (komunikasi tatap-muka) bersifat dua-arah.

10.Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional Seperti juga waktu dan eksistensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung (continuous).

11.Komunikasi bersifat irreversible

Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Prinsip ini seyoginya menyadarkan kita, bahwa kita harus hati-hati untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain, sebab efeknya


(32)

tidak bias ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya.

12.Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah

Banyak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi itu sendiri bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural. (Mulyana, 2005: 83-115)

2.1.6. Hambatan-Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bias merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.

1. Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan dua gangguan sebagai berikut:


(33)

a. Gangguan mekanik (mechanical, channel noise)

Yang dimaksud dengan gangguan mekanik ialah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.

b. Gangguan semantic (semantic noise)

Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak.

2. Kepentingan

Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

3. Motivasi terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya.

Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda dengan orang lain, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasi.


(34)

4. Prasangka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan barat bagi suatu kegiatan komunikasi, oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. (Effendy, 2003: 45-49)

2.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal

2.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal (antarpribadi) didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “Komunikasi Antar Manusia”, bahwa:

The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback. (Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika).” (Devito, 1997:60).

Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua, seperti terapis dengan anak autis dalam mengarahkan Metoda Lovaas yang diberikan, atau antara terapis dengan orang tua anak dalam menerangkan Metoda tersebut dari mulai kegunaannya, kemudahannya, dan lainnya. Proses komunikasi antarpribadi memungkinkan komunkasi yang berlangsung secara dialogis. Dimana terdapat interaksi antara komunikator dan komunikan yang sama-sama aktif.

Mulyana dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” mendefinisikan komunikasi antarpribadi, yaitu “Komunikasi antara orang


(35)

-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal (Mulyana, 2000: 73).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa ciri khas komunikasi antarpribadi yang membedakannya dengan komunikasi massa dan komunikasi kelompok. Menurut Barnlund yang kemudian dikutip oleh Liliweri menyatakan beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi antarpribadi selalu:

1. Terjadi secara spontan

2. Tidak mempunyai stuktur yang teratur atau diatur 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu 5. Dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaan yang kadang

-kadang kurang jelas

6. Bisa terjadi sambil lalu. (Liliweri, 1997: 13).

Komunikator senantiasa menunjukkan ada hubungan antara dua pihak yang melakukan komunikasi secara bersama-sama, artinya seluruh proses komunikasi yang disertai dengan tindakan persuasi senantiasa diarahkan untuk mengubah cara berpikir, pandangan, wawasan, perasaan, sikap dan tindakan komunikan.

2.2.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Tujuan komunikasi interaksional dalam konteknya sebagai komunikasi interpersonal facebooker dalam kelompok virtual, tentunya dimaksudkan untuk


(36)

beragam tujuan. Adapun tujuan komunikasi antarpribadi diungkapkan oleh Devito, yaitu:

1. Penemuan diri sendiri (Personal Discovery)

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain, kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupunorang lainKomunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.

2. Mengenal dunia diluar dirinya (Discovery of the External World)Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal ini seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.

3. Mengadakan hubungan yang berarti (Establishing Meaningful Relationships) Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari


(37)

waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

4. Perubahan sikap dan tingkah laku (Changing Attitudes and Behaviors) Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya berpikir dalam cara tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu terlibat dalam posisi interpersonal.

5. Untuk bermain dan kesenangan Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

6. Untuk membantu Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya. (Devito, 1997: 165).


(38)

2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Evert M Rogers mengemukakan pendapatnya mengenai ciri-ciri komunikasi antar persona yang kemudian dikutip oleh Lilliweri, yaitu:

1. Komunikasi antar persona, spontan

2. Komunikasi antar persona tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu

3. Komunikasi antar persona terjadi secara kebetulan pada peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas.

4. Komunikasi antar persona mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja

5. Komunikasi antar persona seringkali berlangsung berbalas-balasan

6. Komunikasi antar persona menghendaki paling sedikit melibatkan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan

7. Komunikasi antar persona tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil

8. Komunikasi antar persona menggunakan lambang-lambang yang bermakna. (Lilliweri, 1997: 14)

Melalui ciri-ciri komunikasi antar persona dapat diketahui pula adanya faktor-faktor yang turut berperan pada waktu kegiatan komunikasi berlangsung. Faktor-faktor tersebut berupa kejelasan pesan yang


(39)

disampaikan, daya tarik komunikator dan keakraban komunikator dalam menghadapi komunikan.

2.2.4 Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal

Terdapat tujuh sifat yang menunjukan bahwa komunikasi yang terjadi antara dua orang merupakan komunikasi antarpersona yang mendukung konteks interaksional di dalamnya. Hal ini terangkum dalam pendapat Reardon (1987), Effendy (1986) serta Porter dan Samovar (1982), yang kemudian dikutip oleh Lilliweri. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi Interpersonal, Perilaku Verbal dan Nonverbal

Yang dimaksud dengan proksemik atau bahasa jarak/ruang/waktu yaitu tanda-tanda nonverbal yang mewakili pesan tentang bagaimana komunikator dan komunikan menempatkan jarak fisik atau memelihara ruang gerak dalam komunikasi antar persona. Menurut Cassagrande, lambang-lambang nonverbal bisa berbentuk kinesik atau pesan nonverbal melalui gerakan tubuh atau anggota tubuh tertentu. Terakhir gerakan tubuh yang disebut adaptor, yang menunjukan gerakan-gerakan dari orang yang sudah anda kenal. Selain pesan nonverbal melalui proksemik dan kinesik maka ada pula pesan nonverbal melalui paralinguistik yang berfungsi menunjukan suatu suasana kebathinan melalui suara dan waktu anda melukiskan peristiwa kejahatan, tangisan pedagang asongan, dan lain-lain.


(40)

b. Komunikasi Interpersonal, Perilaku Spontan, Scripted, dan Contrived

a) Bentuk Perilaku Spontan

Bentuk pertama adalah perilaku yang bersifat spontan. Dalam komunikasi antarpribadi perilaku ini dilakukan secara tiba-tiba, serta merta untuk menjawab suatu rangsangan dari luar. Perilaku spontan biasa dilakukan tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Contoh orang batak langsung meneriaki kawannya “Horas”. Atau orang Ambon bertemu dengan serang kawan lama, Si Tutuarima menyapanya kawannya dengan kata-kata yang “maki” yang berkonotasi porno dan malah “jorok”.

b) Bentuk Perilaku Scripted

Bentuk perilaku berikut adalah perilaku yang bersifat scripted. Kadang-kadang kita kurang menyadari bahwa sebagian reaksi emosi manusia terhadap pesan tertentu dilakukan melalui proses belajar sehingga perilaku itu menjadi rutin, kita menyebutnya perilaku karena kebiasaan. Bagaimana perilaku scripted yang verbal?. Seorang pengarang cerita kriminal terkenal Agatha Cristie dapat memilih kata dan menyusun kalimat yang tepat untuk melukiskan suasana terjadinya kejahatan. Dia mampu membuat bulu roma anda berdiri. Kemahiran Agatha Cristie yang biasa merajut cerita kriminal


(41)

itu didorong oleh pengetahuan dia yang cukup tentang jenis-jenis perilaku scripted. Ituah perilaku scripted yang verbal. c) Bentuk Perilaku Contrived

Bentuk terakhir perilaku manusia dalam komunikasi antarpribadi yaitu perilaku contrived. Perilaku contrived merupakan perilaku yang sebagian besar dilakukan atas pertimbangan kognitif. Jadi perilaku itu timbul karena manusia yakin dan percaya atas apa yang dia lakukan tersebut benar-benar masuk akal. Semua perilaku, ucapan kata-kata verbal dan gerakan-gerakan dan keyakinan si pelaku. Kesimpulannya yaitu, suatu perilaku spontan ditimbulkan karena menusia dikuasai oleh emosi yang bebas, bebas dari campur tangan kognisi. Manusia memilih perilaku verbal-nonverbal karena ia mendapat tekanan emosi sehingga kadang-kadang perilaku tersebut dirasa tidak masuk akal. Perilaku scripted yang verbal dan nonverbal merupakan hasil suatu proses belajar terus-menerus, sedangkan perilaku contrived timbul karena manusia melakukan sesuatu berdasarkan keputusan yang rasional. c. Komunikasi Interpersonal, Proses Dinamis

Ciri ketiga komuikasi antarpribadi adalah komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses yang berkembang. Konsep tersebut menunjukan bahwa komunikasi antarpribadi tidak statis melainkan dinamis, demikian kata Miller dan Steinberg. Mereka menerangkan


(42)

bahwa apabila ada dua orang yang baru pertama kali bertemu, maka kedua orang itu hanya mempunyai gambaran yang umum atau informasi dasar tentang diri mereka masing-masing.

d. Komunikasi Interpersonal – Umpan Balik, Interaksi dan Koherensi

a) Hasil Umpan Balik

Komunkasi antarpribadi dikatakan sukses apabila komunikator dan komunikan berpartisipasi melalui pengiriman pesan verbal maupun nonverbal. Setiap tindakan komunikasi termasuk komunikasi antar pribadi selalu ditandai umpan balik. Jika kita berbicara dengan orang lain, kita mengharapkan agar jawaban orang itu menggambarkan bahwa ia bisa mengetahui pikiran, perasaan dan bisa melaksanakan apa yang kita maksudkan. Kalau harapan-harapan itu terpenuhi, maka komuikasi antarpribadi telah berhasil karena umpan balik yang ditampilkan orang itu telah membuat kita saling mengerti. Umpan balik antarpribadi selalu mengacu pada respon verbal maupun nonverbal.

b) Hasil Interaksi

Hasil komunikasi yang diukur melalui umpan balik saja tidak cukup. Komunikasi antarpribadi juga melibatkan beberapa tingkat interaksi antarpribadi. Umpan balik tidak mungkin ada jika tidak ada interaksi atau kegiatan dan tindakan yang


(43)

menyertainya. Keberadaan interaksi menunjukan bahwa komunikasi antarpribadi menghasilkan suatu umpan balik pada tingkat keterpengaruhan tertentu. Interaksi dalam komunikasi antarpribadi biasa mempertimbangkan apakah tujuan komunikasi yang dilakukan hanya mengharapkan perubahan pikiran dan pendapat atau minat dan perasaan, atau hanya mengharapkan perubahan pada tindakan tertentu.

c) Hasil Koherensi

Satu umpan balik berupa pesan verbal maupun nonverbal lebih bermakna kalau terjadi koherensi. Yang dimaksud koherensi yaitu terciptanya benang merah atau jalinan antara pesan-pesan verbal maupun nonverbal yang telah dinyatakan, sedang dinyatakan dan akan dinyatakan oleh orang lain. Apabila anda dapat memahami alur dan urutan cara berpikir, perasaan maupun tindakan komunikasi orang lain maka anda mulai memperoleh hasil komunikasi antarpribadi yang bersifat koherensi. Hasil koherensi itu demikian penting bagi anda untuk memahami dan mencegah kesalahpahaman terhadap orang itu.

e. Komunikasi Interpersonal, Tatanan Intrinsik dan Ekstrinsik a) Tatanan Intrinsik

Yang dimaksud dengan tatanan “intrinsik” adalah suatu standarisasi perilaku yang sengaja dikembangkan untuk


(44)

memandu pelaksanaan komunikasi antarpribadi. Tata aturan intrinsik biasa disepakati di antara peserta komunikasi antarpribadi. Ini berarti komunikator dan komunikan bisa memusyawarahkan apakah suatu tema pembicaraan dapat dihentikan atau diteruskan itulah tatanan intrinsik.

b) Tatanan Ekstrinsik

Yang dimaksud dengan tatanan ekstrinsik adalah tata aturan yang timbul akibat pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi antarpribadi harus diperbaiki.

f. Komunkasi Interpersonal, Merujuk pada Tindakan

Komunikasi antarpribadi harus disertai dengan tindakan-tindakan tertentu. Jadi komunikator dengan komunikan harus bersama-sama menciptakan kegiatan tertentu yang mengesankan bahwa mereka selalu berkomunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi tidak hanya memerlukan perhatian pada kedatangan stimulus pesan, namun lebih dari itu, seluruh proses komunikasi antarpribadi harus memperhatikan seluruh proses komunikasi itu. Maka benar, para ahli komunikasi mengajukan pandangan baru tentang hubungan antara komunikator dan komunikan, yaitu prinsip: anda berkomunikasi, berhubungan, berbicara dengan pihak lain “bukan” berkomunikasi, berhubungan, atau berbicara untuk pihak lain.


(45)

g. Komunikasi Interpersonal, Tindakan Persuasi Antarmanusia Sunarjo (1983) mengutip berbagai sumber menyebutkan persuasi merupakan teknik untuk mempengaruhi manusia dengan memanfaatkan atau menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan yang hendak dipengaruhi. Demikian, persuasi bukan sekadar menampilkan bukti bahwa suatu pendapat sudah diterima komunikan, tetapi persuasi harus mampu menyatukan suasana sosiologis, psikologis antara komunikator dengan komunikan. Oleh karena itu peran komunikator dalam komunikasi antarpribadi senantiasa melibatkan usaha yang bersifat persuasif. (Lilliweri, 991: 28).

2.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya


(46)

komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

2.3.1 Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya.

Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.

 Kelompok primer dan sekunder.

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.


(47)

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:

1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.

4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.

5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.

 Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok


(48)

itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.

Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.

 Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses


(49)

pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.

Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

2.3.2 Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi  Konformitas.

Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau


(50)

melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.

 Fasilitasi sosial.

Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.


(51)

 Polarisasi.

Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:

1.Ukuran kelompok. 2.Jaringan komunikasi. 3. Kohesi kelompok.


(52)

2.4 Tinjauan Tentang Anak Indigo

Kata indigo dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah warna biru tua yang diperoleh dari tumbuhan nila atau tarum. Istilah „anak indigo‟ atau indigo children merupakan istilah baru yang dikemukakan oleh konselor terkemuka di AS, Nancy Ann Tappe. Istilah ini pertama kali dipublikasikan oleh Jan Tobel dan Lee Carol dalam buku mereka The Indigo Children: The New Kids Have Arrived. Disebut sebagai indigo karena warna aura yang ada di sekitar anak-anak itu adalah warna indigo atau warna biru tua. Aura adalah warna yang ada di sekitar anak-anak itu yang diyakini sebagai warna kehidupan atau cahaya yang dipancarkan oleh manusia.

Dalam klasifikasi yang baru, Nancy membahas warna indigo yang muncul kuat pada aura anak-anak yang lahir setelah 1980. Sedangkan sumber yang lain menyebutkan bahwa anak atau seseorang yang terlahir seratus tahun yang lalu (era 1900) hingga era sekarang yang memiliki warna aura nila atau indigo juga bisa disebut sebagai anak indigo.

Menurut dr. Tubagus Erwin Kusuma SpKj, psikiater yang menaruh perhatian pada masalah spiritualitas, anak-anak seperti itu semakin muncul di mana-mana di dunia, melewati batas budaya, agama, suku, etnis, kelompok, dan batas apa pun yang dibuat manusia untuk alasan-alasan tertentu.

Secara kasar perbedaan anak-anak indigo dibandingkan dengan anak-anak yang lahir sebelumnya adalah mereka terlahir dengan seperangkat atribut psikologis yang berbeda dan belum pernah terdokumentasikan sebelumnya. Secara fisik anak indigo sama dengan anak-anak lainnya, tapi mereka


(53)

memiliki batin yang tua (old soul). Sehingga mereka seringkali menunjukan suatu sifat orang dewasa dibandingkan dengan sifat yang biasa muncul di dalam anak seusianya pada umumnya. Ditambah mereka juga terkadang memiliki kemampuan intuisi yang sangat mengagumkan. Mereka juga biasanya memiliki IQ yang berada pada tingkat di atas rata-rata, yaitu di atas 120, yang disebut dengan superior atau sangat superior.

Anak-anak ini teridentifikasi melalui adanya karakteristik yang unik. Anak indigo cerdas dan kreatif, namun sulit diatur pada kekuasaan dan sistem secara umum. Mereka sering salah dipersepsikan atau didiagnosis sebagai penderita Attention Deficit Disorder (ADD - gangguan kekurangan perhatian) atau Attention Deficit Hyperaktive Disorder (ADHD - gangguan hiperaktif kekurangan perhatian) yang membutuhkan terapi untuk mengatasi sifatnya.Namun tidak semua anak indigo menderita ADD atau ADHD, begitu pula sebaliknya, setiap penderita ADD atau ADHD belum tentu seorang indigo.

2.5 Komunikasi Anak Indigo

Ada berbagai jenis tipe dan cara komunikasi anak indigo, yaitu kebanyakan anak indigo lebih merasa cocok saat berbicara dengan orang yang lebih tua dibandingkan dengan teman seumuran anak indigo, sehingga kebanyakan anak indigo tidak memiliki teman di sekolah. Anak Indigo sulit bersosialisasi dengan masyarakat yang otoriter dan berdisiplin tinggi. Hal ini dapat menimbulkan konflik dengan orang tua dan keengganan untuk sekolah,


(54)

sehingga anak indigo dianggap anti sosial. Justru orang tua tak mengerti bahwa anaknya indigo, umumnya si anak cenderung memberontak, agresif dan nakal. Tak sedikit yang kemudian bentrok dengan kehendak orang tuanya. Jika orang tua masih otoriter membatasi aktivitas spiritual anak indigo, si anak pasti akan berontak. Kalau kita angap dia biasa saja, justru akan muncul sendiri secara spontan, di konsep ini tidak ada yang tua dan muda dan sebenarnya personaliti juga lebih bebas.

2.6 Tinjauan Tentang Studi Etnografi Komunikasi 2.6.1 Definisi Studi Etnografi Komunikasi

Studi etnografi komunikasi adalah pengembangan dari antropologi linguistic yang dipahami dalam konteks komunikasi. Studi ini diperkenalkan pertama kali oleh Dell Hymes pada tahun 1962, sebagai kritik terhadap ilmu linguistic yang terlalu memfokuskan diri pada fisik bahasa saja. Definisi etnografi komunikasi itu sendiri adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.

Etnografi komunikasi (ethnography communication) juga dikenal sebagai salah satu cabang ilmu dari Antropologi, khususnya turunan dari Etnografi Berbahasa (ethnography of speaking). Disebut etnografi komunikasi karena Hymes beranggapan bahwa yang menjadi kerangka acuan untuk memberikan tempat bahasa dalam suatu kebudayaan haruslah difokuskan pada komunikasi bukan pada bahasa. Bahasa hidup dalam


(55)

komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika tidak dikomunikasikan.

Pada hakikatnya, etnografi komunikasi adalah salah satu cabang dari antropologi, khususnya antropologi budaya. Definisi etnografi itu sendiri adalah uraian terperinci mengenai pola-pola kelakuan suatu suku bangsa dalam etnologi (ilmu tentang bangsa-bangsa). Etnografi komunikasi ini lahir karena baik antropologi maupun linguistic sering mengabaikan sebagian besar bidang komunikasi manusia, dan hanya menjadikannya sebagai sarana untuk mencapai topic tertentu saja. Jadi komunikasi sering dipandang sebagai hal yang subsider.

Hymes menyebutkan bahwa linguistic yang memandang bahasa sebagai system yang abstrak, telah mengabstraksikan bidang kajiannya dari isi pertuturan. Sedangkan antropologi mengabstraksikan dirinya dari bnetuk tuturan. Jadi sebenarnya, kedua cabang ilmu tersebut telah mengabstraksikan bahasa dari pola penggunaannya. Hal inilah yang tidak disadari oleh keduanya, dan kemudian dipelajari lebih lanjut oleh etnografi komunikasi, sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri. Etnografi komunikasilah yang menjembatani keduanya, sekaligus membahas pola penggunaan bahasa, hal yang sebenarnya menjadi tujuan kajian linguistic dan antropologi.

Oleh karena itu, membahas etnografi komunikasi tidak dapat dipisahkan dari antropologi, sebagai ilmu induk yang membantu dalam proses kelahirannya. Namun demikian, ia juga membutuhkan analisis linguistic, interaksi (sosiologi), dan komunikasi untuk menjelaslan fenomena-fenomena


(56)

komunikasi yang ditemuinya. Etnografi komunikasi telah menjelma menjadi disiplin ilmu baru yang mencoba untuk merestrukturisasi perilaku komunikasi dan kaidah-kaidah di dalamnya, dalam kehidupan social yang sebenarnya.

2.6.2 Sejarah Latar Belakang Etnografi Komunikasi

Etnografi komunikasi banyak mengambil latar belakang dari etnografi, pertama kali dikembangkan oleh Malinowski. Nama-nama seperti A.R. Radcliffe Brown, Bronislaw Malinowski, Boas dan John Wesley Powell (The Bureau of American Ethnogy / BAE), telah memimpin ilmuwan social, khususnya antropologi, kepada deskripsi perilaku manusia dilingkungan aslinya. Adalah John Wesley Powell dengan BAE-nya (+ 1880) yang pertama kali memfokuskan bidang kajiannya pada bahasa (antropologi linguistic). Ia meneliti bahasa asli masyarakat Amerika dan membandingkannya dengan bahasa di benua Amerika Utara. Hasilnya pada saat itu adalah deskripsi mengenai system fonologi bahasa, struktur gramatika, dan daftar vocabulary (kosa kata). Dalam laporan yang berjudul Introduction to The study of Indian Language (1889), Powell dengan tegas menyatakan bahwa ada hubungan antara bahasa dengan beberapa aspek kebudayaan, dimana bahasa itu hidup dan dipertukarkan.

Deskripsi-deskripsi para etnografer dan sosiolinguistik mengenai bahasa itulah yang kemudian menuntun pada lahirnya etnografi komunikasi. Semua deskripsi itu telah menuntun pada kesadaran


(57)

bagaimana kosa kata dan sketsa budaya dalam bahasa, dibatasi oleh suatu kebudayaan tertentu. Selain itu, bahasa juga ternyata merefleksikan organisasi social, kaidah-kaidah interaksi, kamus etnologi, konsep tanaman dan binatang, penciptaan mitos, dan cerita rakyat dalam suatu kebudayaan.

2.6.3 Model Komunikasi Etnografi Komunikasi

Etnografi komunikasi sangat percaya bahwa setiap individu di belahan dunia manapun ketika berkomunikasi akan dipengaruhi dan diatur oleh kaidah-kaidah sosiokultural dari mana ia berasal dan dimana ia berkomunikasi. Sehingga dalam penjelasannya, etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari interaksi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai mahluk social. Ketiga keterampilan ini terdiri dari keterampilan linguistic, keterampilan interaksi, dan keterampilan budaya. Ketiga keterampilan ini pada dasarnya menggambarkan ruang lingkup etnografi komunikasi, atau bidang apa saja yang menjadi objek kajian etnografi komunikasi. Selanjutnya etnografi komunikasi menyebut ketiga keterampilan ini sebagai kompetensi berkomunikasi. Sehingga melalui penjelasan tersebut dapat digambarkan model komunikasi etografi komunikasi, sebagai sebuah model untuk melihat perilaku komunikais dalam sebuah peristiwa komunikasi.

Penggambaran model komunikasi darisudut pandang etnografi komunikasi menjadi penting karena:


(58)

1. Untuk membedakan bagaimana etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi dan peristiwa komunikasi dari ilmu yang lain.

2. Untuk mempermudah pemahaman bagaimana etnografi komunikasi dalam memandang perilaku dan peristiwa komunikasi.

3. Sebagai panduan dalam melakukan penelitian etnografi komunikasi.

gambar 2.6.3 Model Etnografi Komunikasi Aspek linguistic Tindak ujaran

Tindak ujaran Pemolaan komunikasi

Tindak ujaran

Aspek kebudayaan Aspek interaksi sosial

Sumber : Kuswarno, 2008.Keterangan gambar:

1. Tindak ujaran adalah tindakan yang berfungsi interaksi tunggal, seperti pernyataan, permohonan, perintah, atau bahasa non verbal.

2. Menggambarkan aspek-aspek yang mempengaruhi sebuah peristiwa komunikasi.

Penelitian terhadap Peristiwa Komunikasi


(59)

3. Peristiwa komunikasi adalah keseluruhan perangkat komponen komunikasi yang utuh. Dimulai dengan dengan tujuan utama komunikasi, topic umum yang sama, dan leibatkan partisipan yang sama, yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama, mempertahankan tone yang sama dan kaidah-kaidah yang sama untuk berinteraksi, dan dalam setting yang sama. Sebuah peristiwa berakhir bila ada perubahan dalam batasan-batasannya, misalnya ketika terdapat keheningan, atau perubahan posisi tubuh partisipan komunikasi (komunikan). Sehingga yang menjadi komponen komunikasi (unit komunikasi) dalam etnografi komunikasi menurut Hymes adalah : tipe peristiwa, topic, tujuan atau fungsi, setting, partisipan, bentuk pesan, isi pesan, urutan tindakan, kaidah interaksi dan norma interpretasi.

4. Aspek linguistic mencakup elemen-elemen verbal, non verbal, pola elemen-elemen dalam peristiwa tutur tertentu, rentang varian yang mungkin (dalam semua elemen danpengorganisasian elemen-elemen itu), dan makna varian-varian dalam situasi tertentu.

5. Aspek interaksi social mencakup persepsi ciri-ciri penting dalam situasi komunikatif, seleksi dan interpretasi bentuk-bentuk yang tepat untuk situasi, peran, dan hubungan tertentu


(60)

(kaidah untuk penggunaan ujaran), norma-norma interaksi dan interpretasi, dan strategi untuk mencapai tujuan.

6. Aspek kebudayaan mencakup struktur social, nilai dan sikap, peta/skema kognitif, proses enkulturasi (transmisi pengetahuan dan keterampilan).

7. Pola komunikasi adalah hubungan-hubungan khas dan berulang antar komponen komunikasi

Kesimpulannya, focus penelitian atnografi adalah keseluruhan perilaku dalam tema kebudayaan tertentu. Pada etnografi komunikasi, yang menjadi focus perhatian adalah perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan tertentu, jadi bukan keseluruhan perilaku seperti dalam etnografi. Adapun perilaku yang dimaksud dengan perilaku komunikasi menurut ilmu komunikasi adalah tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok, atau khalayak, ketika terlibat dalam proses komunikasi.

Tetapi karena etnografi komunikasi banyak berangkat dari antropologi, maka perilaku komunikasinya pun berbeda dengan perilaku komunikasi menurut ilmu komunikasi. Perilaku komunikasi dalam etnografi komunikasi adalah perilaku dalam konteks social cultural.


(61)

2.7 Kerangka pemikiran

2.7.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka teoritis adalah suatu kumpulan teori dan model dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu (Silalahi, 2006:84). Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengulas percakapan di sebuah kelompok anak indigo sebagai fokus penelitian. Untuk mengkaji / meneliti / melakukan penelitian, diperlukan landasan secara teoritis sebagai acuan dalam mencapai penyelesaian tujuan penelitian tersebut, sebagai panduan dan sebagai arah dalam menyelesaikan suatu penelitian.Penelitian yang peneliti lakukan merupakan salah satu penelitian dalam ruang lingkup konteks komunikasi seperti komunikasi dalam kelompok anak indigo. Pada dasarnya penelitian ini menggunakan metode etnografi komunikasi yang di terapkan untuk melihat pola-pola komunikasi kelompok sosial.

Etnografi komunikasi menurut Spradley yang dikutip oleh Kuswarno(2008: 36) adalah perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan tertentu, jadi bukan keseluruhan perilaku seperti etnografi. Menurut Deddy Mulyana etnografi komunikasi lebih terfokus pada sosiolinguistik dan budaya dari suatu peristiwa komunikasi berbeda dengan etnografi sebagai sebuah metode yang meliputi materi pembahasan yang lebih luas.

Model komunikasi dari sudut pandang etnografi komunikasi menjadi penting karena :


(62)

1. Untuk membedakan bagaimana etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi dan peristiwa komunikasi dari ilmu yang lain.

2. Untuk mempermudah pemahaman bagaimana etnografi komuniikasi dalam memandang perilaku komunikasi dan peristiwa komunikasi.

3. Sebagai panduan dalam melakukan penelitian etnografi komunikasi.

Ada empat asumsi etnografi komunikasi sebagai berikut :

1. Para anggota budaya menciptakan makna yang digunakan bersama. Mereka menggunakan kode-kode yang memiliki derajat pemahaman yang sama.

2. Para komunikator dalam sebuah kelompok budaya harus mengordinasikan tindakan-tindakannya. Oleh karena itu, di dalam kelompok itu akan terdapat aturan atau sistem dalam berkomunikas.

3. Makna tindakan bersifat spessifik dalam sbuah kelompok, sehingga antara kelompok yang satu dan lainnya akan memiliki perbedaan dalam hal makna dan tindakan tersebut. 4. Selain memiliki kekhususan dalam hal maknadan tindakan,

setiap kelompok juga memiliki kekhususan dalam hal cara memahami kode-kode makna dan tindakan.


(63)

Gambar 2.7.1 Aspek linguistic Tindak ujaran

Tindak ujaran Pemolaan komunikasi

Tindak ujaran

Aspek kebudayaan Aspek interaksi sosial

Sumber : Kuswarno, 2008.

Kerangka konseptual adalah suatu orientasi kausal terhadap studi yang direnungkan. Sebagai itu, kerangka konseptual itu merumuskan suatu model terperinci dari masalah kebijakan yang diberikan dan pemecahannya yang diusulkan (Silalahi, 2006 : 84).

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana komunikasi dalam kelompok anak indigo dalam berkomunikasi sesama anggotanya.

Berdasarkan pemaparan pengertian diatas, yang menjadi sub fokusnya adalah situasi, peristiwa, tindak.

2.7.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu orientasi kausal terhadap studi yang direnungkan. Sebagai itu, kerangka konseptual itu merumuskan suatu model terperinci dari masalah kebijakan yang diberikan dan pemecahannya yang diusulkan (Silalahi, 2006 : 84).

Penelitian terhadap Peristiwa Komunikasi


(64)

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui komunikasi dalam kelompok anak indigo dalam berkomunikasi sesama anggotanya.

Berdasarkan pemaparan pengertian diatas, yang menjadi sub fokusnya adalah situasi komunikasi, peristiwa komunikasi dan tindak komunikasi.

Situasi komunikasi disini adalah merupakan konteks terjadinya komunikasi, situasi bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah atau bisa berubah dalam lokasi yang sama apabila aktifitas-aktifitas yang berbeda berlangsung di tempat tersebut pada saat berbeda

Peristiwa komunikasi di definisikan seluruh kerangka komponen yang utuh. Komponen tersebut terdapat beberapa poin yaitu setting, participants, ends, act sequence, key, intumentalities, norms of interaction, genre.(Ibrahim dikutip Kiki Zakiah,2008:187)

Tindak komunikasi di sini merupakan bagian dari peristiwa komunikasi. Di dalam peristiwa ada kalimat-kalimat tindak komunikasi dalam bekomunikasi tidak hanya di gunakan untuk mengatakan sesuatu atau untuk memberikan sesuatu, tetapi juga dikmasudkan untuk melakukan sesuatu secara aktif. Secara aktif di sini berupa penyataan pemohonan, atau perintah, dan bisa bersifat verbal atau nonverbal.


(65)

50 3.1 Tinjauan Indigo

3.1.1 PengertianIndigo

Anak indigo merupakan anak yang berbeda dengan anak pada umumnya, Dan perbedaan ini di yakini melambangkan evolusi manusia. Atau dengan kata lain, mereka sudah meningkat dari generasi manusia sebelumnya.Generasi sebelum indigo adalah generasi dengan chakra biru, yang merupakan generasi nalar/kognisi,yaitu jaman pada saat banyak penemu bermunculan, seperti penemu lokomotif, mesin uap danlain-lain. Generasi indigo sendiri berarti memiliki kognisi, artinya dia cerdas,dan ditambah dengan spiritual.

Termindigo diciptakan oleh parapsychologist yang mengembangkan sistem menentukan kepribadian manusia dari warna aura mereka. Pada tahun 1970-an, Nancy Ann Tappe, seorang parap sychologist, guru dan konselor,mulai mengamati dan melakukan penelitian mengenai warna dari aura manusia dan maknanya. Kemudian pada tahun 1980-ania memperhatikan, memberikan nama, berusaha memahami, kemudian pada tahun 1986 ia menerbitkan buku yang bersifat metafisika berjudul “UnderstandingYourLifeThroughColor”(Carroll &Tober,2001).

Tappe mengklasifikasikan beberapa atribut manusia Dan pola tingkah laku yang tampak berhubungan dengan warna dari gelombang elektromagnetik


(66)

disekitar mahkluk hidup atau yangdisebutsebagaiaura. Melalui Berbagai penelitian, Tappe menciptakan metode warna aura,sebuah dasar pikiran baru untuk pengklasifikasian tingkah laku manusia. Salah satu pengklasifikasian baru yang ia temukan adalah satu warna biru yang lebih dalam, yang pertama kali ia “lihat” atau ditemukan pada anak yang lahir tahun 1970-an dan jumlahnya terus meningkat.Tappe menyebut warna baru ini sebagai “indigo”. Ia menyebut mereka Indigo karena itulah warna yang ia lihat(Carrol&Tober,2000:25). Warna Indigo menunjukkan cakra mata ketiga,pusat aktivitas dari energi psychic,yang terbuka pada anak-anak indigo.

Dalam buku The Indigo Child, Carrol dan Tober (2000) menjelaskan anak indigo sebagai berikut:

“Anak indigo adalah anak yang menunjukkan seperang katat ribut psikologis baru dan luar biasa,serta menunjukkan sebuah pola perilaku yang pada umumnya tidak didokumentasikan sebelumnya. Polaini memiliki faktor-faktor unik yang umum, yang mengisyaratkan agar orang-orang yang berinteraksi dengan mereka (para orang-orang tua khususnya) mengubah perlakuan dan pengasuhan terhadap mereka guna mencapai keseimbangan.Apabila mengabaikan pola baru ini, potensial mencapai ketidak seimbangan dan frustasi.”

Anak yang memiliki aura bewarna indigo (chidren of the indigoray) memiliki kemampuan psychic yang tinggi. Anak indigo juga disebut “Children of the sun” atau “Millennium children” oleh para ahli dari Amerika. Ada pula yang menyebut mereka sebagai “Pemimpin bersorban biru”, “Highly spiritual


(67)

children”,dan“The super psychic children”. Belum ada jumlah pasti mengenai populas indigo karena keberadaan mereka selalu susdah untuk di jumpai, hanya seper sepuluh bagian saja yang tampak di permukaan. Perbandingan jumlah populasi antara pria dan wanita pun masih belum diketahui secar apasti. Selain itu, belum ada bukti ilmiah mengenai adanya faktor keturunan pada anak indigo, namun dalam satu keluarga bisa saja terdapat lebih dari satu anak indigo.

Anak-anak ini teridentifikasi melaluia danya karakteristik yang unik pengidentifikasian anak-anak indigo harus dilakukan oleh para ahli seperti psikiater dan psikolog.Tahapan yang dilakukan biasanya adalah: (1)wawancara dengan psikiater anak, (2)evaluasi psikolog klinik anak dan, (3)foto aura.Terkadang ada ana kyang bisa melihat mahkluk halus tapi IQ-nya rendah,berarti bukan indigo.Ada pula yang ternyata mengalami gangguan jiwa.

3.1.2 Chakra dan Aura

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, termindigo, didapatkan dari chakra, aura atau energi dengan warna indigo yaitu warna biru yang gelap,yang mirip seperti batu lapis atau bahan jeans denim. Dalam penelitiannya, Nancy Ann Tapeter kejut melihat anak-anak yang sudah memiliki aura indigo pada usia 3-5 tahun karena biasanya aura indigo baru akan dimiliki ketika sudah dewasa dan seharusnya ia melewati tahap warna aura sebelumnya terlebih dahulu. Setiap orang memiliki chakra dan aura yang berbeda waktu dewasa, jadi saat kecil diaber ada diwarna merah


(1)

tindak komunikasi, bentuk pesan, norma-norma, dan tipe peristiwa, keseluruhan komponen disatukan sehingga terdapat unsur budaya. Peristiwa komunikasi indigo Jakarta melakukan pertemuan di malam hari yang dimana anggota kelompok indigo Jakarta membahas suatu topik tanpa terencana sebut saja dengan topik dadakan,topik dadakan ini nantinya akan mereka respon sesuai dengan pemikiran masing. Topik ini nantinya akan berkaitan dengan masalah masyarakat lalu kelompok indigo melakukan diskusi untuk pemecahkan masalah apakah masalah ini nanntinya di sebarkan oleh masyarakat atau hanya untuk pembelajaran sendiri.

3. Tindak Komunikasi Kelompok Indigo

Tindak komunikasi merupakan bagian pengembangan dari peristiwa komunikasi. Tindak komunikasi Kelompok indigo berinteraksi lebih cenderung menggunakan bahasa verbal(spontan) pada anggotanya dan juga mereka ada saatnya menggunakan bahasa non verbal tergantung pada saat permasalahaanya. Kemampuan menggunakan saluran komunikasi yang berbeda secara bersama inilah, yang kemudian mendasari prilaku anggota kelompok indigo. Kesempatan berinteraksi dengan anggota indigo, ternyata penggunaan saluran komunikasi menandakan suatu peristiwa komunikasi secara siknifikan.


(2)

5.2 Saran

5.2.1 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya

Berbagai hal yang belum diketahui dari kelompok indigo khususnya bagi penelitian yang sama untuk membahas mengenai kelompok indigo ini, peneliti selanjutnya disarankan untuk :

1. Dapat melakukan pendekatan sebelumnya dengan kelompok ini, agar hasil dari penelitian tersebut dapat kita pahami.

2. Melakukan observasi langsung kelapangan untuk mengetahui apa saja yang kelompok ini lakukan setiap kali berkumpul. 3. Menjaga bagaimana agar kelompok ini tidak tersinggung dengan

maksud atau tujuan dilakukannya penelitian tersebut dan kehadiran peneliti disekitarnya dengan berperilaku sopan.

5.2.2 Saran Bagi Kelompok Indigo

Meskipun masih ada sebagian orang atau masyarakat yang menilai indigo sebagai seorang yang bersifat penyakit kelainan otak, coba lah untuk :

1. Kelompok indigo seharusnya berkumpul di waktu siang hari dan membaur dengan masyarakat sosial demi

2. Kelompok indigo membentuk suatu kegiatan yang berkaitan dengan masalah masyarakat dan kelompok indigo. Seperti contohnya aktif dalam kegiatan yang berbentuk kegamaan


(3)

seperti mengadakan sunatan masal, lomba-lomba, pengajian rutin, dan kegiatan lainnya yang membaur dengan masyarakat. 3. Kelompok indigo sebaiknya menggunakan bahasa yang dapat di

mengerti oleh masyarakat serta kesusuaian menggunakan bahasa untuk memeprmudah interakasi.

5.2.3 Saran Bagi Masyarakat

Keberadaan kelompok Indigo bukanlah suatu hal yang dapat sebagai sebuah kelompok yang hanya sebelah mata. Tapi lihatlah sisi positif yang mereka tunjukkan dari segi ilmu. Biarkan mereka melakukan hal-hal yang sama seperti orang lainnya demi menjaga keseimbangan sosialnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 1988. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rajawali Press. Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja , 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana, 1993. Dinamika komunikasi. Bandung : Remaja rosdakarya.

, 2000. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Irwan, Djamal Zoeraini, 2003, Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekologi

Komunitas danLingkungan, Jakarta: Bumi Aksara

Indri apsari, 2009, konsep diri indigo dewasa, skripsi, psikologi, Universitas Indonesia, Jakarta

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi komunikasi. Bandung: Widya Padjajaran Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Virtue, Doreen. 2001. Indigo Challenge. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer Zakiah, Kiki.2008. Media TorPenelitian Etnografi Komunikasi. Bandung:


(5)

Dari Internet

http://budiprasetyanto.blogspot.com/2010/12/anak-indigo-di-sini-ditelantarkan-dr-tb.html

http://mediaonlinenews.com/lain-lain/fenomena-anak-indigo

http://komunitasindigoindonesia.wordpress.com/category/psikologi/ http://www.marketing.co.id/2012/03/15/anak-indigo-yang-fenomena/ http://komunitasindigoindonesia.wordpress.com


(6)