21
keputusan mengenai kebijakan yang mendasar, biasanya tertuang dalam suatu undang-undang, namun juga dapat berbentuk instruksi-instruksi eksekutif yang
penting atau keputusan perundangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah proses
yang sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administratif yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program yang langsung atau tidak
langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat.
2.2.7.1. Model-Model Implementasi Kebijakan
Dalam implementasi kebijakan ada beberapa bentuk model implementasi yang dikenal, model ini berguna untuk menyederhanakan sesuatu bentuk dan
memudahkan dalam pelaksanaan kebijakan. Hogwood dan Gunn dalam Wahab 2004 : 71 mengemukakan model
“Top Down Approach”. Menurut Hogwood dan Gunn, untuk dapat mengimplementasikan kebijakan secara sempurna perfect implementation ada
10 sepuluh persyaratan, yaitu : 1.
Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan instansi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan kendala yang serius.
2. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup
memadai. 3.
Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia 4.
Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan kualitas yang andal.
5. Hubungan kualitas bersifat langsung dan hanya sedikit rantai penghubungnya.
22
6. Hubungan saling ketergantungan harus kecil.
7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan
8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.
9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna
10. Pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan
kepatuhan yang sempurna. Variable-variable kebijaksanaan bersangkut paut dengan tujuan-tujuan
yang telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan pelaksana meliputi organisasi formal maupun informal sedangkan
komunikasi antar organisasi terkait beserta kegiatan-kegiatan pelaksananya mencakup antar hubungan didalam lingkungan sistem politik dan dengan
kelompok-kelompok sasaran. Akhirnya pusat perhatian pada sikap para pelaksana mengantarkan kita pada telaah mengenai orientasi dari mereka yang
mengoperasionalkan program di lapangan.
2.2.7.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Menurut Islamy 2004:107, menjelaskan bahwa kebijaksanaan akan menjadi efektif bila dilaksanakan dan mempunyai dampak positif bagi anggota-
anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi anggota masyarakat itu bersesuaian dengan apa yang diinginkan oleh
pemerintah dan Negara. Dengan demikian kalau mereka tidak bertindak berbuat sesuai dengan keinginan pemerintah negara itu, maka kebijaksanaan negara
menjadi efektif.
23
Kebijaksanaan apapun sebenarnya mengandung resiko untuk gagal, Hogwood dan Gunn dalam Wahab 2004:61 telah membagi pengertian kegagalan
kebijaksanaan policy failure dalam 2 dua kategori yaitu : non implementation tidak terimplementasi dan unsuccessful implementation implementasi tidak
berhasil. Tidak terimplementasi mengandung arti bahwa suatu kebijaksanaan tidak
dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak-pihak yang terlibat didalam pelaksanaannya tidak mau bekerjasama, atau mereka telah sepenuhnya
menguasai permasalahan, sehingga implementasi yang efektif sulit tercapai. Implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala suatu
kebijaksanaan tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun mengingat kondisi eksternal ternyata tidak menguntungkan semisal tiba-tiba
terjadi peristiwa pergantian kekuasaan, bencana alam dan sebagainya. Kebijaksanaan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir
yang dikehendaki. Menurut Hood dalam Wahab 2004 : 77, bahwa guna mencapai
implementasi yang sempurna barangkali diperlakukan suatu sistem satuan administrasi tunggal unitary administrative sistem seperti halnya satuan tentara
yang besar yang hanya memiliki satuan tanpa kompartementalisasi atau konflik didalamnya.
24
2.2.7.3. Keberhasilan Implementasi Kebijakan