IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA BAGI PENYANDANG DISABILITAS TAHUN 2016 (Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)

(1)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN KERJA TERHADAP

PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA BAGI PENYANDANG

DISABILITAS TAHUN 2016

(Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendangsari,

Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)

Disusun Oleh :

Denis Rangga Feminasary

20130520257

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN KERJA TERHADAP

PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA BAGI PENYANDANG

DISABILITAS TAHUN 2016

(Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendangsari,

Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperolah Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

Denis Rangga Feminasary

20130520257

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Dengan Judul :

IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA BAGI PENYANDANG DISABILITAS TAHUN 2016 (STUDI KASUS PADA PANTI ASUHAN BINA SIWI DESA SENDANGSARI,

KECAMATAN PAJANGAN, KABUPATEN BANTUL) Oleh :

DENIS RANGGA FEMINASARY 20130520257

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada :

Hari/Tanggal : Sabtu / 10 Desember 2016 Tempat : Ruang IGOV Lama

Jam : 13.30 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI

KETUA

Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si

PENGUJI I PENGUJI II

Ane Permatasari, S.IP.,MA Awang Darumurti, S.IP.,M.Si

Mengetahui

KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupalan hasil karya

saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya orang lin yang perna di tulis

dan di terbitkan oleh pihak lain. Kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan di

sebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila di kemudian hari terbukti duplikasi dan ada

pihak lain yang merasa di rugikan dan menuntut maka saya akan bertanggung jawab dan

menerima segala konsekuensi yang menyertainya.

Yogyakarta, 19 Desember 2016

Yang membuat pernyataan

Denis Rangga Feminasary 20130520257


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillahirobbil’alamin..

Sujud syukurku kusembahkan kepada Allah SWT yang Maha Agung, Maha Adil dan lagi Maha Penyayang. Atas takdir-Mu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan

bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langka awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Kupersembahkan karya kecil ini untuk kedua malaikatku, Ayahanda (Hasan) dan Ibundaku (Muhaiminah) tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberi ku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ku

hadapi.

Baru kado kecil ini yang bisa cici lakukan untuk membalas semua pengorbanan kalian demi cici. Maafkan cici yang masih menyusahkan ayah bunda..

Persembahan karya kecil ini juga untuk ketiga adik-adik ku yaitu Kelvin Aprilia Mustika, Marcelia Cahya Ariesta Putri dan Gebril Putra Catur Perkasa. Terima kasih sudah menjadi motivasi, semangat dan atas doa-doanya selama ini. Maaf jika cici belum bisa menjadi cici yang baik untuk kalian. Teruslah menjadi

adik-adik cici yang baik, pintar dan membanggakan ayah bunda.

Terimakasih kuucapkan kepada para dosen dan akademisi UMY dan teman-teman sejawat dan saudara seperjuangan :

Spesial untuk Keluarga Besar Ilmu Pemerintahan 2013, terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini, see you on top guys..

Spesial juga untuk keluarga besar Racana Pramuka UMY, yang sudah menjadi saudara seperjuangan selama kita merantau, terimakasih atas suka dukanya selama berada diracana.

Dan terakhir spesial buat seseorang yang InsyAllah kelak akan menjadi suami ku, terimakasih atas bantuan, dukungan dan motivasiku selama ini.

Hanya sebuah karya kecil ini yang dapat ku persembahkan kepada kalian semua..

Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku selama ini. Semoga kita semua akan menjadi orang yang bermanfaat dan sukses dunia akhirat, amin, amin, amin ya


(6)

v

MOTO HIDUP

“Shalat itu adalah tiang agama, shalat itu adalah kunci segala kebaikan”

(HR. Tablani)

“Sebesar kesibukan mu karena Allah

maka sebesar itu pula kesibukan orang lain untuk mu” (Al Mughiran Bin Syub’bah)

“Barang siapa yang keluar dalam menuntut ilmu

maka ia adalah seperti berperang di jalan Allah hingga pulang” (HR. Tirmidzi)

“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu Adab tanpa ilmu seperti ruh tanpa jasad”

(Zakariya Al-Anbari)

“Berjuang itu menyakitkan tetapi hasilnya akan selalu membahagiakan” “Menyerah bukan suatu alasan

melainkan strategi perjuangan untuk membahagiakan keberhasilan”

“Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia menyelesaikannya dengan baik”

(HR. Thabrani)

Inna ma’al ‘usri yusroo

Sesungguhnya bersama kesulitas itu ada kemudahan”

“Teruslah bersedekah walau hanya segelas air saja yang bisa kamu berikan

Jangan meremehkan kebaikan walau hanya berupa sebuah senyuman”


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warohmatulohi Wabarokatu

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat, taufik dan hidayah-Nya yang telah

diberiakan oleh Allah Subhanahuwata’ala Maha mendengar dan Maha melihat, sehingga Penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar serta dapat selesai sesuai waktu yang telah direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman, amin.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana (S-1) Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi

ini berjudul “Implementasi Program Pelatihan Kerja Terhadap Peningkatan Kesempatan Kerja

Bagi Penyandang Disabilitas Tahun 2016 (Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendang Sari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)”.

Kelancaran proses penulisan skripsi ini berkat bimbingan, arahan, petunjuk dan motivasi dari berbagai pihak. Baik pada tahap persiapan, penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis dalam kesempatan kali ini ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua orang tua penulis. Untuk bunda dan ayah yang telah menjadi orang tua terhebat sejagad raya, yang telah berkerja keras untuk memenuhi mimpi penulis, yang selalu memberikan bimbingan, nasehat, cinta, perhatian dan kasih sayang serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas. Kalian adalah penyemangat yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan Untuk ketiga adik penulis yaitu Kelvin Aprilia Mustika, Marcelia Cahya Ariesta Putri dan Gaebril Putra Catur Perkasa, terima kasih atas segala perhatian, kasih sayang, motivasi, doa dan sekaligus penyemangat bagi penulis.

2. Untuk Rektor terima kasih banyak, semoga UMY tetap menjadi PTS favorite seYogyakarta 3. Untuk Dekan Fakultas terimakasih banyak, kinerja kalian sungguh luar biasa baik, teruslah


(8)

vii

4. Untuk dosen pembimbing dan penguji skripsi bu Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si. dan bu Ane Permatasari S.IP.,MA. serta pak Awang Darumurti, S.IP.,M.Si. terima kasih banyak atas bimbingan dan dukungannya untuk penulis selama mengerjakan skripsi hingga menjadi sarjana.

5. Untuk dosen-dosen IP tercinta terima kasih banyak atas ilmu yang selama ini di berikan kepada penulis dan teman-teman yang lain. Jasa kalian akan selalu kami ingat, semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat untuk kami kelak.

6. Untuk seluruh Staf UMY terima kasih banyak atas bantuannya selama penulis kuliah 7. Untuk keluarga besar IP angkatan 2013, terima kasih banyak sudah menjadi teman

8. Untuk keluarga besar Racana Pramuka UMY terima kasih banyak atas suka duka yang pernah kita alami bersama, terima kasih sudah memberi warna dalam hidup penulis, terima kasih atas perhatian, nasehat, saran dan semangat untuk penulis

9. Untuk teman-teman kost pak Suradi terima kasih banyak sudah memberi perhatian lebih kepada penulis selama tinggal seatap

10. Untuk ibu dan bapak kost Suradi, terima kasih banyak karena sudah bersedia menjadi orang tua pengganti selama penulis kuliah di UMY

11. Untuk teman terdekat yang Insyallah akan menjadi calon suami penulis kelak, terima kasih atas motivasi, nasehat dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Yogyakarta, 19 Desember 2016 Penyusun

Denis Rangga Feminasary 20130520257


(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Kerangka Dasar Teoritis ... 11

1.5.1. Kebijakan Publik ... 11

1.5.2. Implementasi ... 13

1.5.3. Program ... 15

1.5.4. Pelatihan Kerja ... 20

1.5.5. Kesempatan Kerja ... 27

1.5.6. Penyandang Disabilitas ... 29

1.5.7. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Memenuhi Kuota 1% ... 31

1.6. Definisi Konseptual ... 32

1.6.1. Implementasi ... 32

1.6.2. Program ... 32

1.6.3. Pelatihan Kerja ... 33

1.6.4. Kesempatan Kerja ... 33

1.6.5. Penyandang Disabilitas ... 34

1.7. Definisi Operasional ... 34

1.7.1. Implementasi Program ... 34

1.7.2. Pelatihan Kerja ... 35

1.7.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Memenuhi Kuota 1% ... 35

1.8. Metode Penelitian ... 36

1.8.1. Jenis Penelitian ... 37


(10)

ix

1.8.3. Unit Analisis ... 38

1.8.4. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1.8.5. Sumber Data ... 42

1.8.6. Teknik Analisis Data ... 42

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Profil Kabupaten Bantul ... 46

2.1.1 Sejarah Kabupaten Bantul ... 46

2.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Bantul ... 48

2.1.3 Geografis Kabupaten Bantul ... 52

2.1.4 Kepadatan Penduduk ... 54

2.1.5 Bentuk Dan Isi Lambang Daerah ... 58

2.2 Profil Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul ... 62

2.2.1 Visi dan Misi ... 62

2.2.2 Dasar Pembentukan ... 63

2.2.3 Kedudukan ... 63

2.2.4 Tugas Pokok ... 63

2.2.5 Fungsi ... 64

2.2.6 Tujuan ... 64

2.2.7 Sasaran ... 65

2.2.8 Kebijakan ... 65

2.2.9 Organisasi ... 67

2.3 Profil Panti Asuhan Bina Siwi ... 69

2.3.1 Gambaran Umum ... 69

2.3.2 Permasalahan Sosial Panti Asuhan Bina Siwi ... 70

2.3.3 Visi dan Misi Panti Asuhan Bina Siwi ... 71

2.3.4 Alasan Pendirian Panti ... 72

2.3.5 Tujuan Pendirian Panti ... 72

2.3.6 Manfaat Panti Bina Siwi ... 73

2.3.7 Spesifikasi Klien Yang Ditangani ... 73

2.3.8 Jumlah Dan Data Penyandang Disabilitas Panti Asuhan Bina Siwi ... 74


(11)

x

BAB III IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI ASUHAN BINA SIWI BANTUL TAHUN 2016

3.1 Pendahuluan ... 78

3.2 Rekuitmen Tenaga Kerja Bagi Penyandang Disabilitas ... 86

3.3 Indikator Implementasi Program ... 93

3.3.1 Program ... 93

3.3.2 Pelaksanaan Program ... 97

3.3.3 Kelompok Sasaran Program ... 106

3.4 Indikator Pelatihan Kerja ... 108

3.4.1 Jenis Pelatihan ... 108

3.4.2 Tujuan Pelatihan ... 111

3.4.3 Materi ... 112

3.4.4 Metode Yang Digunakan ... 113

3.4.5 Kualifikasi Peserta ... 113

3.4.6 Kualifikasi Pelatih ... 114

3.4.7 Waktu (Banyaknya Sesi) ... 115

3.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Memenuhi Kuota 1% ... 115

3.6 Pemetaan Data Penyandang Disabilitas Tahun 2015 ... 116

3.6.1 Data PD Usia 18-35 Berdasarkan Jenis Disabilitas ... 118

3.6.2 Data PD Usia 36-60 Berdasarkan Jenis Disabilitas ... 120

3.6.3 Data PD Usia 18-35 Berdasarkan Pendidikan ... 121

3.6.4 Data PD Usia 36-60 Berdasarkan Pendidikan ... 122

3.6.5 Data PD Usia 18-35 Berdasarkan Status Pekerjaan ... 123

3.6.6 Data PD Usia 36-60 Berdasarkan Status Pekerjaan ... 124

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ... 127

4.2. Saran ... 130

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Kesesuaian Implementasi Program ... 17

Gambar 1.2 Komponen Analisis Data Model Interaktif ... 44

Gambar 3.1 Batik ... 108

Gambar 3.2 Kipas ... 109

Gambar 3.3 Bunga Akrilik ... 109

Gambar 3.4 Sendal Jepit ... 110

Gambar 3.5 Sendal Hotel ... 110

Gambar 3.6 Bross Dan Gantungan Kunci ... 110

Gambar 3.7 Boneka Wisuda ... 111

Gambar 3.8 Boneka Adat ... 111

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jumlah Penyandang Disabilitas Dari 5 Kabupaten/Kota Di DIY ... 5

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Geografis ... 55

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur ... 56

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Ijazah Tertinggi Di Kabupaten Bantul ... 58

Tabel 2.5 Jumlah Data PD Panti Asuhan Bina Siwi Tahun 2016 ... 74

Tabel 2.6 Jumlah Data Pengasuh Panti Asuhan Bina Siwi ... 77

Tabel 3.1 Jumlah Data Perusahaan TK PD Tahun 2016 ... 81

Tabel 3.2 Program Rencana Kegiatan Panti Asuhan Bina Siwi Tahun 2016 ... 103

Tabel 3.3 Jumlah PD Berdasarkan Jenis Kelamin ... 106

Tabel 3.4 Jumlah PD Berdasarkan Jenis Kecacatan ... 107

Tabel 3.5 Jumlah PD Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 107

Tabel 3.6 Jumlah PD Berdasarkan Yatim, Piatu dan Memiliki Orangtua ... 107

Tabel 3.7 Jumlah PD Berdasarkan Tahun Kelahiran ... 108

DAFTAR DIAGRAM Diagram 1.1 Jumlah Penduduk PD Kabupaten Bantul Tahun 2016 ... 6

Diagram 3.1 Jumlah PD Berdasarkan Usia Tahun 2015 ... 117

Diagram 3.2 Jumlah PD Berdasarkan Usia 18-35 Tahun 2015 ... 119

Diagram 3.3 Jumlah PD Berdasarkan Usia 36-60 Tahun 2015 ... 120

Diagram 3.4 Jumlah PD Usia 18-35 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 121

Diagram 3.5 Jumlah PD Usia 36-60 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 122

Diagram 3.6 Jumlah PD Usia 18-35 Berdasarkan Status Pekerjaan ... 123


(13)

xii

Implementasi Program Pelatihan Kerja Terhadap Peningkatan Kesempatan Kerja Bagi Penyandang Disabilitas Tahun 2016

(Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)

Oleh : Denis Rangga Feminasary Fisipol UMY

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyandang disabilitas dapat memenuhi kuota satu persen yang diberikan oleh pemerintah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas dan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas melalui program pelatihan kerja terhadap peningkatan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, penelitian deskriptif adalah studi untuk menemuka fakta dengan implementasi yang tepat, melukiskan atau menggambarkan informasi apa adanya sesuai dengan data-data yang diteliti dengan keadaan terkini. Penelitian deskriptif bermaksud menggambarkan tentang keadaan-keadaan dan situasi-situasi yang ada tanpa harus menggunakan ataupun menguji hipotesa. Dengan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi serta pemanfaatan data primer dan sekunder.

Setelah penulis melakukan penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pelatihan kerja di panti asuhan Bina Siwi sudah berjalan dengan baik, dengan adanya pelatihan kerja tersebut penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi sudah memiliki kompetensi, sehingga panti asuhan Bina Siwi membuka lapangan pekerjaan di panti tersebut, hal itu dikarenakan penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi tidak bisa mendapatkan kesempatakan dalam mengambil bagian dari kuota 1% yang diberikan pemerintah dikarenakan dari 38 penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi, 37 nya adalah penyandang disabilitas tunagrahita (keterbelakangan Mental), hal tersebut akan sulit dalam menyatuhkan antara penyandang disabilitas, perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu, kuota 1% yang diberikan oleh pemerintahan belum maksimal. Perusahaan-perusahaan di Bantul belum memiliki pengetahuan khusus dalam merekrut dan memperkerjakan penyandang disabilitas, begitu juga sebaliknya penyandang disabilitas tidak cocok dengan pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan. Dari hasil penelitian, hanya ada 17 orang penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul yang dipekerjakan oleh 11 perusahaan yang terdapat di Kabupaten Bantul.


(14)

(15)

i

Implementasi Program Pelatihan Kerja Terhadap Peningkatan Kesempatan Kerja Bagi Penyandang Disabilitas Tahun 2016

(Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)

Oleh : Denis Rangga Feminasary Fisipol UMY

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyandang disabilitas dapat memenuhi kuota satu persen yang diberikan oleh pemerintah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas dan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas melalui program pelatihan kerja terhadap peningkatan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, penelitian deskriptif adalah studi untuk menemuka fakta dengan implementasi yang tepat, melukiskan atau menggambarkan informasi apa adanya sesuai dengan data-data yang diteliti dengan keadaan terkini. Penelitian deskriptif bermaksud menggambarkan tentang keadaan-keadaan dan situasi-situasi yang ada tanpa harus menggunakan ataupun menguji hipotesa. Dengan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi serta pemanfaatan data primer dan sekunder.

Setelah penulis melakukan penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pelatihan kerja di panti asuhan Bina Siwi sudah berjalan dengan baik, dengan adanya pelatihan kerja tersebut penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi sudah memiliki kompetensi, sehingga panti asuhan Bina Siwi membuka lapangan pekerjaan di panti tersebut, hal itu dikarenakan penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi tidak bisa mendapatkan kesempatakan dalam mengambil bagian dari kuota 1% yang diberikan pemerintah dikarenakan dari 38 penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi, 37 nya adalah penyandang disabilitas tunagrahita (keterbelakangan Mental), hal tersebut akan sulit dalam menyatuhkan antara penyandang disabilitas, perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu, kuota 1% yang diberikan oleh pemerintahan belum maksimal. Perusahaan-perusahaan di Bantul belum memiliki pengetahuan khusus dalam merekrut dan memperkerjakan penyandang disabilitas, begitu juga sebaliknya penyandang disabilitas tidak cocok dengan pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan. Dari hasil penelitian, hanya ada 17 orang penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul yang dipekerjakan oleh 11 perusahaan yang terdapat di Kabupaten Bantul.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia diciptakan Allah SWT berbeda-beda dengan berbagai bentuk dan

berbeda dari individu satu dengan yang lain. Namun manusia memiliki kelebihan dan

kekurangannya masing-masing, karena tidak ada manusia yang diciptakan sempurna

sebab dibalik kekurangan pasti memiliki kelebihan dan sebaliknya disetiap kelebihan

pasti memiliki kekurangan dan manusia memiliki kedudukan yang sama di pandangan

Allah SWT dan disemua Negara.

Hal tersebut tercantum dalam firman Allah SWT dalam Alqur’an Surah Al -Hujurat Ayat ke-13 yang memiliki arti sebagai berikut : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan

kamu bangsa-bangsa dan suku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang

paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal” (QS. Al-Hujurat (49) : 13).

Dari ayat di atas jelas mengatakan bahwa yang membedakan manusia dihadapan

Allah hanyalah taqwa. Kedudukan manusia yang sama di semua negara khususnya di

negara Indonesia yang memiliki kedudukan yang sama meliputi hak, kewajiban dan

peran terlebih bagi penyandang disabilitas yang sama dengan manusia lainnya.

Penyandang cacat adalah kata sapaan yang sering kita dengar di tengah

masyarakat Indonesia, namun karena kata sapaan tersebut dipandang terlalu diskrimintif

oleh sebab itu kata penyandang cacat diberi istilah sebagai ”Disabilitas”. Istilah


(17)

disability yang berarti cacat atau ketidakmampuan. World Health Organization (WHO) memberikan definisi disabilitas sebagai keadaan terbatasnya kemampuan untuk

melakukan aktifitas dalam batas-batas yang dianggap normal (Ari Pratiwi 2011:14).

Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi

Hak-hak Penyandang Disabilitas, penyandang cacat diganti menjadi penyandang

disabilitas yaitu mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau

sensorik dalam waktu lama yang memiliki keterbatasan dalam berinteraksi dengan

lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk

berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak. Adapun yang termasuk

kaum disabiltas adalah seseorang cacat sejak lahir, bencana alam, akibat perang, sakit

dan lain sebagainya yang menyebabkan kondisi fisik atau mentalnya mengalami

kecacatam. Beberapa jenis yang tergolong menjadi kaum disabilitas yaitu Tuna Netra,

Tuna Rungu, Tuna Wicara, Tuna Daksa, Tuna Grahita dan Tuna Ganda. (Nopi

Juliawati, 2016:2).

Penyandang disabilitas dapat diartikan manusia yang mempunyai keterbatasan

fisik, mental atau intelektual. Jadi, penyandang disabilitas adalah manusia yang

memiliki keterbatasan fisik seperti cacat tubuh bawaan lahir, mengidap penyakit polio

dan amputasi. Memiliki kekurangan fisik bukan berarti penyandang disabilitas tidak

bisa mengerjakan sesuatu, dengan adanya kekurangan tersebut, diharapkan agar

penyandang disabilitas tidak tersisihkan dari pergaulan dan peranannya dalam

masyarakat.

Kepedulian pemerintah terhadap penyandang disabilitas tersebut terlihat dengan


(18)

keempat mengenai Pekerjaan, Kewirausahaan, dan Koperasi. Pada pasal 53 yang

berbunyi :

1. Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha

Milik Daerah wajib mempekerjakan paling sedikit 2% (dua persen) Penyandang

Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.

2. Perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1% (satu persen)

Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.

Menurut International Labour Organization (konvensi PBB mengenai hak-hak

Disabilitas) atau disingkat dengan UNCRPD Tahun 2011, yaitu sebuah organisasi

internasional yang berperan aktif lebih dari lima puluh tahun dalam memperjuangkan

hak-hak disabilitas, menurut mereka fakta yang terjadi saat ini adalah :

1. Sekitar 15 persen dari jumlah penduduk di dunia adalah penyandang disabilitas,

lebih dari satu miliar orang. Mereka terbilang kelompok minoritas terbesar di

dunia.

2. Sekitar 82 persen dari penyandang disabilitas berada di negara-negara

berkembang dan hidup di bawah garis kemiskinan dan kerap kali menghadapi

keterbatasan akses atas kesehatan, pendidikan, pelatihan dan pekerjaan yang

layak.

3. Penyandang disabilitas tergolong lebih rentan terhadap kemiskinan di setiap

negara, baik diukur dengan indikator ekonomi tradisional seperti PDB atau, secara

lebih luas, dalam aspek keuangan non-moneter seperti standar hidup, misalnya


(19)

4. Penyandang disabilitas perempuan memiliki risiko lebih besar di bandingkan

penyandang disabilitas laki-laki. Kemiskinan mereka terkait dengan sangat

terbatasnya peluang mereka atas pendidikan dan pengembangan keterampilan.

5. Hampir sebanyak 785 juta perempuan dan laki-laki dengan disabilitas berada pada

usia kerja, namun mayoritas dari mereka tidak bekerja. Mereka yang bekerja

umumnya memiliki pendapatan yang lebih kecil dibandingkan para pekerja yang

non-disabilitas diperekonomian informal dengan perlindungan sosial yang minim

atau tidak sama sekali.

6. Para penyandang disabilitas kerap kali terkucilkan dari pendidikan, pelatihan

kejuruan dan peluang kerja.

7. Lebih dari 90 persen anak-anak dengan disabilitas di negara-negara berkembang

tidak bersekolah (UNESCO) sementara hanya 1% perempuan disabilitas bisa

membaca (UNDP).

Dari data di atas menunjukan betapa besar angka mengenai disabilitas dan

permasalahan sosialnya, berbanding terbalik di Indonesia selama dasawarsa terakhir,

Indonesia mengalami kemajuan yang stabil dalam meningkatkan pendapatan perkapita

dan kemajuan besar dalam penghapusan kemiskinan. Namun, negara ini menghadapi

tantangan dalam mencapai pembangunan yang merata. (Khairul Anwar, 2014:2-3).

Sementara berdasarkan data Dinas Sosial (Dinsos) DIY yang didapatkan dari

Tribun Jogja, saat ini di DIY ada 25.050 penyandang disabilitas. Jumlah tersebut

dengan rincian laki-laki 13.589 orang, dan perempuan 11.461 orang. Rincian jumlah

dari lima daerah Kabupaten/Kota di DIY dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1.1

Jumlah Penyandang Disabilitas Di Lima Kabupaten/Kota DIY

No. Kabupaten/Kota di DIY Jumlah

1. Kulonprogo 4.399 Jiwa


(20)

3. Gunung Kidul 7.860 Jiwa

4. Sleman 5.535 Jiwa

5. Kota Yogyakarta 1.819 Jiwa

Sumber : Jogja Tribun News

Jumlah tersebut kemungkinan akan lebih banyak lagi. Terlebih menurut Kasubag

Program dan Informasi Dinsos DIY, data tersebut adalah data penyandang disabilitas

yang termasuk kategori miskin dan membutuhkan bantuan. Sementara tidak ada data

yang menyebutkan secara pasti berapa jumlah penyandang disabilitas yang bekerja.

(Dikutip dari (

http://jogja.tribunnews.com/2016/03/18/dinsos-catat-ada-25-ribu-lebih-penyandang-disabilitas-di-diy. Diakses pada Tanggal 7 Oktober 2016, pukul 19:21

WIB)

Berdasarkan data yang dikutip dari website Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul tahun 2015 berjumlah 7.030 orang dari jumlah total penduduk 937.797 orang, atau sekitar 0,74% dari jumlah penduduk, seperti yang terlihat dari tabel berikut :

Diagram 1.2

Jumlah Penyandang Disabilitas Kabupaten Bantul Tahun 2015

Sumber : Data Disnakertrans Kab. Bantul Tahun 2015


(21)

B.Kecamatan Sedayu K. Kecamatan Srandakan

C.Kecamatan Sanden L. Kecamatan Pundong

D.Kecamatan Imogiri M. Kecamatan Sewon

E. Kecamatan Pleret N. Kecamatan Jetis F. Kecamatan Piyungan O. Kecamatan Pandak G.Kecamatan Kasihan P. Kecamatan Kretek

H.Kecamatan Dlingo Q. Kecamatan Bantul

I. Kecamatan Banguntapan

Sedangkan data penyandang disabilitas usia kerja berdasarkan jenis disabilitas di Kabupaten Bantul yaitu penyandang disabilitas usia kerja ( 18 - 60 tahun ) berjumlah 4.921. Dari jumlah tersebut, penyandang disabilitas usia 18-35 tahun,

yang dimungkinkan masih bisa masuk ke lapangan kerja formal berjumlah 1.796 orang

atau 25% dari total jumlah penyandang disabilitas dan usia kerja 36-60 tahun berjumlah

3.125 orang atau 45% dari total jumlah penyandang disabilitas.

(

http://disnakertrans.bantulkab.go.id/hal/info-data-penyandang-disabilitas-usia-produktif. Diakses pada 02 November 2016 pukul 13:53 WIB).

Sesuai dengan UUD NKRI 1945 dalam pasal 27 yang berbunyi : Setiap warga

negara berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Pasal tersebut menegaskan bahwa dalam menjalankan pemerintah di negara Indonesia,

pemerintah wajib memberikan dan menyediakan pekerjaan yang layak bagi setiap

warga negaranya tanpa diskriminatif. Dengan itu salah satu upaya dalam meningkatkan

kesejahteran penyandang disabilitas di bidang ketenaga kerjaan adalah dengan

pendidikan atau pelatihan kerja bagi penyandang disabilitas. Dengan adanya

pendidikan dan pelatihan kerja ini merupakan kunci utama agar mampu menyetarakan

diri dengan individu yang lainnya. Disini perlu diberikan rehabilitas sosial bagi

penyandang disabilitas sehingga mereka mempunyai kepercayaan diri dan mempunyai


(22)

Lahirnya suatu lembaga seperti Panti Asuhan Bina Siwi di Kabupaten Bantul bagi

penyandang disabilitas dimaksudkan untuk membantu para orang tua dan masyarakat

dalam membina dan melayani penyandang disabilitas tersebut sehingga mereka dapat

mengembangkan potensi dan bakat dengan keahlian dan pengetahuan yang mereka

miliki. Karena para penyandang disabilitas ini merupakan bagian dari tunas bangsa

yang memerlukan perhatian khusus dalam pembinaan tingkah laku dan pemikiran

intelektualnya. Di dalam panti sosial Bina Siwi tersebut terdapat beberapa program

pengembangan diri, yang salah satunya adalah pelatihan kerja. Adapun pelatihan kerja

yang diberikan kepada penyandang disabilitas khususnya mereka yang telah memasuki

umur produktif, diharapkan dapat mengisi kuota satu persen yang telah diberikan oleh

pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan sesuai dengan Undang-undang No. 8 Tahun

2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Namun apakah dengan adanya kebijakan pelatihan kerja tersebut, para

penyandang disabilitas mampu memenuhi kuota satu persen yang telah diberikan oleh

pemerintah, mengingat sampai saat ini kuota tersebut masih belum terpenuhi dengan

maksimal. Dengan ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengkaji lebih

dalam mengenai kondisi tersebut, maka penulis memutuskan penelitian ini berjudul

Implementasi Program Pelatihan Kerja Terhadap Peningkatan Kesempatan Kerja Bagi Penyandang Disabilitas Di Panti Asuhan Bina Siwi Kabupaten Bantul Tahun 2016”.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan


(23)

1. Bagaimana Implementasi program pelatihan kerja terhadap peningkatan

kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas di Panti Asuhan Bina Siwi ?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam memenuhi kuota satu persen ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1.3.1. Untuk mengetahui implementasi program pelatihan kerja terhadap peningkatan

kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas di Panti Asuhan Bina Siwi.

1.3.2. Untuk mengetahui penyandang disabilitas di Panti Asuhan Bina Siwi tersebut

dapat memenuhi kuota satu persen yang telah diberikan oleh pemerintah.

1.3.3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam memenuhi kuota

satu persen.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

apakah implementasi program pelatihan kerja terhadap peningkatan kesempatan

kerja bagi penyandang disabilitas dapat memenuhi kuota dalam bidang

ketenagakerjaan. Dan penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi karya

ilmiah dan sebagai bahan kajian yang menyangkut pelatihan kerja bagi

penyandang disabilitas.

1.4.2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat mencari strategi pemikiran


(24)

maupun instansi terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian dan

produktivitas penyandang disabilitas dalam bidang ketenagakerjaan.

1.5. KERANGKA DASAR TEORITIS 1.5.1 Kebijakan Publik

Definisi kebijakan publik menurut Chandler dan Plano kebijakan publik

adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya - sumber daya yang

ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintahan. Kebijakan

publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus

oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam

masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam

pembangunan secara luas. Kebijakan publik menurutnya dapat diklasifikasikan

kebijakan sebagai intervensi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah

mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk mengatasi persoalan

publik.

Menurut Easton kebijakan pubik diartikan sebagai pengalokasian nilai-nilai

kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal

ini hanya pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakt

dan tindakan terseut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh

pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepad


(25)

Definisi publik menurut Easton ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu

proses management, yang merupakan fase dari serangkaian kerja pajabat publik.

Dalam hal ini hanya pemerintah yang mempunyai andil untuk melakukan

tindakan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah publik, sehingga

definisi ini juga dapat diklasifikasikan dalam bentuk intervensi pemerintah.

Sedangkan menurut Anderson kebijakan publik adalah sebagai

kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah,

dimana implikasi dari kebijakan tersebut adalah :

1. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai

tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

3. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh

pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk

dilakukan.

4. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan

tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat

negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan

sesuatu.

5. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan

pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Definisi kebijakan publik menurut Anderson dapat diklasifikasikan sebagai

proses management, dimana didalamnya terdapat fase serangkaian kerja pejabat

publik ketika pemerintah benar-benar bertindak untuk menyelesaikan persoalan


(26)

ketika kebijakan publik yang di ambil bisa berifat positif (tindakan pemerintah

mengenai segala sesuatu masalah) atau negatif (keputusan Pemerintah untuk

tidak melakukan sesuatu). (Tangkilisan, 2003: 1-2) .

1.5.2 Implementasi

Menurut Cleaves implementasi itu mencakup proses bergerak menuju

tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan politik. Keberhasilan

atau kegagalan sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuanya

secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasikam program-program yang

telah dirancang sebelumnya. (Wahab 2008 : 187).

Sama halnya seperti pendapat dari Daniel A. Mazmanian dan Paul A.

Sebastiar menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa

memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan

berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan,

yakni kejadian - kejadian dan kegiatan- kegiatan yang timbul sesudah

disahkannya pedoman- pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik

usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan

akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian. (Nopi Juliawati,

2016: 9).

Sedangkan definisi implementasi kebijakan menurut Patton dan Sawicki

mengatakan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang

diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif

mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan

kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisasir, seorang


(27)

dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program, serta melakukan

interpretasi terhadap perencanaan yang telah dibuat dan petunjuk yang dapat

diikuti dengan mudah bagi realisasi program yang dilaksanakan. (Tangkilisan.

2003: 9)

Jadi tahapan implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan dengan

apa yang terjadi setelah suatu perundang-undangan ditetapkan dengan

memberikan otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk output yang jelas

dan dapat di ukur. Dengan demikian tugas implementasi kebijakan sebagai

suatu penghubung yang memungkinkan tujuan-tujuan kebijakan mencapai hasil

melalui aktivitas atau kebijakan dan program pemerintah.

Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood mengatakan bahwa

hal-hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan

dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkan ke dalam

keputusan-keputusan yang bersifat khusus. Sedang menurut Pressman dan

Wildavasky mengatakan bahwa implementasi di artikan sebagai interaksi antara

penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan

tersebut, atau kemampuan untuk menghu bungkan dalam kausal antara yang

diingikan dengan cara untuk mencapainya.

Menurut Tangkilisan ada tiga kegiatan utama yang paling penting dalam

implementasi adalah :

1. Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program

kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

2. Organisasi yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program


(28)

3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan,

upah, dan lain-lainnya.

1.5.3 Program

Program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan

sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan.

Jones menyebutkan program merupakan salah satu komponen dalam suatu

kebijakan. Program merupakan upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.

Menurut Charles O. Jones ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan

program yaitu:

1. Pengorganisasian

Struktur oganisasi yang jelas diperlukan dalam mengoperasikan program

sehingga tenaga pelaksana dapat terbentuk dari sumber daya manusia yang

kompeten dan berkualitas.

2. Interpretasi

Para pelaksana harus mampu menjalankan program sesuai dengan petunjuk

teknis dan petunjuk pelaksana agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

3. Penerapan atau Aplikasi

Perlu adanya pembuatan prosedur kerja yang jelas agar program kerja dapat

berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan sehingga tidak berbenturan dengan

program lainnya.

Salah satu model implementasi program yakni model yang diungkapkan


(29)

lebih dikenal dengan model kesesuaian implementasi program. Model

kesesuaian Korten digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1.

Model Kesesuaian Implementasi Program

Sumber: Haedar Akib dan Antonius Tarigan (dalam Dodi Ardi Kurniadi, 2012: 13)

Korten menggambarkan model ini berintikan tiga elemen yang ada dalam

pelaksanaan program yaitu program itu sendiri, pelaksanaan program, dan

kelompok sasaran program. Korten menyatakan bahwa suatu program akan

berhasil dilaksanakan jika terdapat kesesuaian dari tiga unsur implementasi

program yaitu :


(30)

Yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan apa

yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran (pemanfaat).

2. Kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana

Yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program dengan

kemampuan organisasi pelaksana.

3. Kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana

Yaitu kesesuaian antara syarat yang diputuskan organisasi untuk dapat

memperoleh output program dengan apa yang dapat dilakukan oleh

kelompok sasaran program.

Berdasarkan pola yang dikembangkan Korten, dapat dipahami bahwa

kinerja program tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan kalau

tidak terdapat kesesuaian antara tiga unsur implementasi kebijakan. Hal ini

disebabkan apabila output program tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok

sasaran, jelas output tidak dapat dimanfaatkan. Jika organisasi pelaksana

program tidak memiliki kemampuan melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh

program, maka organisasinya tidak dapat menyampaikan output program

dengan tepat. Atau, jika syarat yang ditetapkan organisasi pelaksana program

tidak dapat dipenuhi oleh kelompok sasaran, maka kelompok sasaran tidak

mendapatkan output program. Oleh karena itu, kesesuaian antara tiga unsur

implementasi kebijakan mutlak diperlukan agar program berjalan sesuai dengan

rencana yang telah dibuat.

Terkait landasan dan mutu implementasi, menurut Islamy: Analisis Kritis


(31)

berjalan dengan baik ada kriteria yang perlu diperhatikan, beberapa diantaranya

yakni :

1. Apakah unit pelaksana teknis telah disiapkan ?

2. Apakah pelaksana kebijakan telah mengerti akan rencana, tujuan dan

sasaran kebijakan ?

3. Apakah aktor-aktor utama telah ditetapkan dan siap menerima tanggung

jawab pelaksanaan kebijakan tersebut ?

4. Apakah koordinasi pelaksanaan telah dilakukan dengan baik ?

5. Apakah hak dan kewajiban, kekuasaan dan tanggung jawab telah diberikan

dan dipahami serta dilaksanakan dengan baik oleh pelaksana kebijakan ?

6. Apakah kriteria penilaian keberhasilan pelaksanaan kebijakan telah ada,

jelas, dan diterapkan dengan baik?

Berbagai pertanyaan di atas dapat menjadi bahan dan pedoman dalam

proses pencarian data di panti sosial dalam upaya untuk mendeskripsikan

pelaksanaan program pelatihan kerja di panti sosial Bina Siwi. Kesimpulannya

program merupakan interpretasi dari sebuah kebijakan pemerintah yang berisi

kumpulan instruksi, yang dibuat untuk memperbaiki permasalahan yang sedang

berkembang. Program harus ada dalam mengimplementasikan suatu kebijakan.

(Dodi Ardi Kuarniadi, 2012:12-15).

1.5.4 Pelatihan Kerja

a. Pengertian Pelatihan Kerja

Menurut Hasibuan pelatihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki


(32)

dan rutin. Pelatihan menyiapkan para karyawan untuk melakukan

pekerjaan-pekerjaan sekarang. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan

kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan

kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan

meningkatkan keahlian teoritis, konseptual dan moral karyawan. Pelatihan

bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan teknis pelaksanaan pekerjaan

karyawan. (Safitri Indriyani, 2015:23)

Menurut Mathis, Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang

mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.

Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, dan

pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan

menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat

diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini.

Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan,

dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta

memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna

baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang. (Marto Tambunan,

2015:7).

Dalam Peraturan Daerah DIY Nomor 4 Tahun 2012 Tentang perlindungan

dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas menyebutkan bahwa pelatihan

kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan

serta mengembangkan kompetensi kerja, produktifitas, disiplin, sikap dan etos

kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan

kualifikasi jabatan dan pekerjaan. Pemerintah Daerah dan Pemerintah


(33)

tenaga kerja Penyandang Disabilitas dalam setiap penerimaan Pegawai Negeri

Sipil.

Sedangkan pada Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang

disabiltas pada pasal 12 menyebutkan hak pekerjaan, kewirausahaan, dan

koperasi untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak:

1. Memperoleh pekerjaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, atau swasta tanpa Diskriminasi;

2. Memperoleh upah yang sama dengan tenaga kerja yang bukan Penyandang

Disabilitas dalam jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang sama;

3. Memperoleh Akomodasi yang Layak dalam pekerjaan;

4. Tidak diberhentikan karena alasan disabilitas;

5. Mendapatkan program kembali bekerja;

6. Penempatan kerja yang adil, proporsional, dan bermartabat;

7. Memperoleh kesempatan dalam mengembangkan jenjang karier serta segala

hak normatif yang melekat di dalamnya;

8. Memajukan usaha, memiliki pekerjaan sendiri, wiraswasta, pengembangan

koperasi, dan memulai usaha sendiri.

Pada pasal 45 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin proses

rekrutmen, penerimaan, pelatihan kerja, penempatan kerja, keberlanjutan kerja,

dan pengembangan karier yang adil dan tanpa Diskriminasi kepada Penyandang

Disabilitas. Penyelenggaraan pelatihan kerja dilakukan secara berjenjang

meliputi:

1. tingkat dasar;


(34)

3. mahir.

Pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 diselenggarakan oleh:

1. Pemerintah Daerah;

2. Pemerintah Kabupaten/Kota;

3. Penyelenggara rehabilitasi sosial;

4. Lembaga masyarakat yang bergerak dalam bidang pelatihan kerja dengan

izin dari Pemerintah Daerah;

5. Perusahaan pengguna tenaga kerja Penyandang Disabilitas dengan izin

Pemerintah Daerah.

Menurut Mathis dan Jackson pelatihan dapat dirancang untuk memenuhi

tujuan berbeda dan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai cara, yang

meliputi:

1. Pelatihan yang dibutuhkan dan rutin

Dilakukan untuk memenuhi berbagai syarat hukum yang diharuskan dan

berlaku sebagai pelatihan untuk semua karyawan (orientasi karyawan baru).

2. Pelatihan pekerjaan/teknis

Memungkinkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan, tugas dan

tanggung jawab mereka dengan baik.

3. Pelatihan antar pribadi dan pemecahan masalah

Dimaksudkan untuk mengatasi masalah operasional dan antarpribadi serta

meningkatkan hubungan dalam pekerjaan organisasional.


(35)

Menyediakan fokus jangka panjang untuk meningkatkan kapabilitas

individual dan organisasional untuk masa depan (Marto Tambunan,

2015:19).

b. Indikator Pelatihan

Indikator - indikator pelatihan menurut Anwar Prabu Mangkunegara dalam

Marto Tambunan (2015:24), diantaranya:

1) Jenis Pelatihan

Berdasarkan analisis kebutuhan program pelatihan yang telah dilakukan,

maka perlu dilakukan pelatihan peningkatkan kinerja pegawai dan etika

kerja bagi tingkat bawah dan menengah.

2) Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan harus konkrit dan dapat diukur, oleh karena itu pelatihan

yang akan diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

kerja agar peserta mampu mencapai kinerja secara maksimal dan

meningkatkanpemahaman peserta terhadap etika kerja yang harus

diterapkan.

3) Materi

Materi pelatihan dapat berupa: pengelolaan (manajemen), tata

naskah,psikologis kerja, komunikasi kerja, disiplin dan etika kerja,

kepemimpinankerja dan pelaporan kerja.

4) Metode Yang Digunakan

Metode pelatihan yang digunakan adalah metode pelatihan dengan


(36)

peran (demonstrasi) dan games, latihan dalam kelas, test, kerja tim dan

study visit(studi banding).

5) Kualifikasi Peserta

Peserta pelatihan adalah pegawai perusahaan yang memenuhi kualifikasi

persyaratan seperti karyawan tetap dan staf yang mendapat rekomendasi

pimpinan.

6) Kualifikasi Pelatih

Palatih/instruktur yang akan memberikan materi pelatihan harus memenuhi

kualifikasi persyaratan antara lain: mempunyai keahlian yang berhubungan

dengan materi pelatihan, mampu membangkitkan motivasi dan mampu

menggunakan metode partisipatif.

7) Waktu (Banyaknya Sesi).

Banyaknya sesi materi pelatihan terdiri dari 67 sesi materi dan 3 sesi

pembukaan dan penutupan pelatihan kerja. Dengan demikian jumlah sesi

pelatihan ada 70 sesi atau setara dengan 52,2 jam. Makin sering petugas

mendapat pelatihan, maka cenderung kemampuan dan keterampilan

pegawai semakin meningkat.

8) Faktor Pendukung dan Penghambat

Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses mencapai suatu

tujuan. Dalam mencapai suatu tujuan akan adanya faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi laju dan lambatnya suatu proses berjalan.


(37)

Menurut Cut Zurnali, the goal of training is for employees to master

knowledge, skills, and behaviors emphasized in training programs and to apply them to their day to day activities. Hal ini berarti bahwa tujuan pelatihan adalah agar para pegawai dapat menguasai pengetahuan, keahlian dan perilaku yang

ditekankan dalam program - program pelatihan dan untuk diterapkan dalam

aktivitas sehari - hari para karyawan. Pelatihan juga mempunyai pengaruh yang

besar bagi pengembangan perusahaan.

Cut Zurnali memaparkan beberapa manfaat pelatihan yang diselenggarakan

oleh perusahaan yang dikemukakan oleh Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright

yaitu:

1. Meningkatkan pengetahuan para karyawan atas budaya dan para pesaing

luar.

2. Membantu para karyawan yang mempunyai keahlian untuk bekerja dengan

teknologi baru.

3. Membantu para karyawan untuk memahami bagaimana bekerja secara

efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa dan produk yang berkualitas.

4. Memastikan bahwa budaya perusahaan menekankan pada inovasi,

kreativitas dan pembelajaran.

5. Menjamin keselamatan dengan memberikan cara - cara baru bagi para

karyawan untuk memberikan kontribusi bagi perusahaan pada saat

pekerjaan dan kepentingan mereka berubah atau pada saat keahlian mereka

menjadi absolut.

6. Mempersiapkan para karyawan untuk dapat menerima dan bekerja secara

lebih efektif satu sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas dan para


(38)

1.5.5 Kesempatan Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses produksi selain tanah,

modal dan lain-lain karena manusia merupakan penggerak bagi seluruh

faktor-faktor produksi tersebut. Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian

lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari

suatu kegiatan ekonomi (produksi).

Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan

perkerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong.

Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut (yang mengandung arti

adanya kesempatan), kemudian timbul kebutuhan akan tenaga kerja. Kebutuhan

tenaga kerja nyata-nyata diperlukan oleh perusahaan/lembaga menerima tenaga

kerja pada tingkat upah, posisi, dan syarat kerja tertentu.

Data kesempatan kerja secara nyata sulit diperoleh, maka untuk keperluan

praktis digunakan pendekatan bahwa jumlah kesempatan kerja didekati melalui

banyaknya lapangan kerja yang telah terisi oleh tenaga kerja. Menurut

Tambunan, kesempatan kerja adalah banyaknya orang dapat terserap untuk

bekerja pada suatu perusahaan atau suatu instansi, kesempatan kerja ini akan

menampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang

tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang

tersedia.

Sedangkan menurut Disnakertrans tahun 2000, kesempatan kerja adalah

banyaknya orang yang dapat terserap untuk bekerja pada suatu perusahaan atau

instansi. Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang


(39)

secara aktif dalam kegiatan perekonomian. Kebutuhan tenaga kerja didasarkan

pada pemikiran bahwa tenaga kerja dalam masyarakat merupakan salah satu

faktor yang potensial untuk pembangunan ekonomi secara keseluruhan, dengan

demikian jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dapat menentukan

percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja yang tersedia dan

kualitas tenaga kerja yang digunakan akan menentukan proses pembangunan

ekonomi untuk menjalankan proses produksi dan juga sebagai pasar barang dan

jasa. ( Frisca Dewi, 2016:20)

1.5.6 Penyandang Disabilitas

a. Definisi Disabilitas

Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 Tentang Penyandang

Disabilitas, Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami

keterbatasan fisik, intelektual, mental dan/atau sensorik dalam jangka waktu

lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan

dan ksulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara

lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam International

Classification of Functioning, Disability and Healt ICF (2001) merinci definisi kecacatan dalam tiga terminologi. Pertama adalah impairtment yang diartikan

sebagai suatu kehilangan atau ketidak normalan baik fsikologis, fisiologis,

maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis. Kedua adalah disability yang


(40)

kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal yang disebabkan oleh

kondisi impairment tersebut. Ketiga adalah handicap yang didefinisikan sebagai

kesulitan atau kesukaran dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat,

baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun psikologi yang dialami oleh

seseorang yang disebabkan ketidaknormalan tersebut. (Nopi Yuliawati, 2016:

15)

b. Hak-hak Disabilitas

Menurut Peraturan Daerah DIY Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Penyandang

Disabilitas, hak-hak penyandang disabilitas meliputi :

1. Bidang pendidikan

2. Bidang ketenagakerjaan

3. Bidang kesehatan

4. Bidang sosial

5. Bidang seni dan budaya

6. Bidang olahraga

7. Bidang politik

8. Bidang hukum

9. Bidang penanggulangan bencana

10. Bidang tempat tinggal

11. Bidang aksesibilitas

Dari beberapa hak-hak penyandang disabilitas ini, peneliti memfokuskan

pada satu bidang yang sesuai dengan apa yang diteliti yaitu pada bidang


(41)

kebijakan pelatihan kerja yang dikhususkan untuk mencapai kuota satu persen

bagi penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi.

Dalam bidang ketenagakerjaan ini semua penyadang disabilitas mempunyai

hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan yang layak

meliputi:

a. Tenaga kerja disabilitas mempunyai hak untuk mendapatka pelatihan kerja

guna pembekalan dan peningkatan kompetensi.

b. Tenaga kerja disabilitas mempunyai hak dan kesempatan untuk memilih,

mendapatkan dan pindah pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki.

c. Fasilitasi pemenuhan kuota kerja bagi disabilitas pada perusahaan negara,

perusahaan daerah dan/atau perusahaan swasta sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

d. Pemberian perlindungan, perlakuan, dan kesempatan yang setara dalam

lingkungan kerja serta pemberian upah bagi disabilitas sesuai dengan

persyaratan pengupahan.

e. Fasilitas kerja yang aksisebel, fasilitas kesehatan, keselamatan kerja dan

jaminan sosial tenaga kerja.

1.5.7 Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pemenuhan Kuota 1%

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung adalah suatu hal yang dapat mempercepat jalannya

dalam mencapai suatu tujuan. Pendukung cenderung bersikap positif dan

memberikan keuntungan-keuntungan yang dapat mempermuda dalam


(42)

2. Faktor Penghambat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 385), hambatan adalah

halangan atau rintangan. Suatu tujuan tidak akan terlaksana apabila ada

suatu hambatan yang mengganggu. Hambatan cenderung bersifat negatif,

yaitu memperlambat suatu hal dalam proses mencapai tujuan. Jadi faktor

penghambat adalah proses dalam memperlambat dalam mencapai suatu

tujuan.

1.6. DEFINISI KONSEPTUAL 1.6.1 Implementasi

Pengertian dari implementasi kebijakan publik dapat diartikan merupakan

aktifitas dan cara pemerintah dalam merealisasikan tujuan-tujuan publik

menjadi hasil-hasil yang bisa dilihat dengan menggunakan sarana-sarana yang

telah disediakan serta implementasi kebijakan ini menganalisis melalui

sebab-sebab keberhasilan dan kegagalan suatukebujakan melalui faktor-faktor yang

mempengaruhi implementasi kebijakan tersebut.

1.6.2 Program

Program adalah berbagai cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan

tersebut dimana melalui bentuk rencana yang telah terorganisir dan yang akan

dioperasionalkan demi tercapainya kegiatan pelaksanaan, karenadalam program

tersebut telah dimuat berbagai aspek yang harus dijalankan atau dilaksanakan


(43)

1.6.3 Pelatihan Kerja

Pelatihan kerja adalah proses belajar yang bertujuan untuk meningkatkan

mutu sumber daya manusia serta mengembangkan kompetensi kerja,

produktifitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan

keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan

khususnya penyandang disabilitas untuk bekal dan agar dapat menyetarakan diri

dalam dunia kerja.

1.6.4 Kesempatan Kerja

kesempatan kerja adalah lapangan perkerjaan yang masih ada atau lowong.

Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut adanya kesempatan untuk

bekerja sesuai dengan instansi yang memberikan kesempatan kerja dengan

mempertimbangkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Kesempatan kerja

secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan jumlah dari

total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut secara aktif dalam kegiatan

perekonomian.

1.6.5 Penyandang Disabilitas

Disabilitas adalah dimana seseorang yang mengalami kekurangan baik fisik

maupun mental, yang mengakibatkan seorang disabilitas terbatas dalam

melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh orang pada umumnya.

Penyandang disabilitas ini meliputi cacat sejak lahir atau yang terjdi karena


(44)

kaum disabilitas yaitu Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Wicara, Tuna Daksa,

Tuna Grahita dan Tuna Ganda. Dari perbedaan itulah mereka membutuhkan

pelayanan khusus dari masyarakat, pemerintah maupun dunia, terutama dalam

pelayanan pelatihan kerja agar mereka memiliki bekal untuk melanjutkan hidup

didunia kerja.

1.7. DEFINISI OPERASIONAL 1.7.1 Implementasi Program

Indikator-indikator dalam model kesesuaian implementasi program adalah

sebagai berikut :

1. Program

Kesesuaian antara program dengan pemanfaat

2. Pelaksanaan Program

Kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana

3. Kelompok Sasaran Program

Kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana

1.7.2 Pelatihan Kerja

Indikator - indikator pelatihan kerja adalah sebagai berikut:

1. Jenis Pelatihan

2. Tujuan Pelatihan

3. Materi

4. Metode Yang Digunakan

5. Kualifikasi Peserta


(45)

7. Waktu (Banyaknya Sesi)

1.7.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Memenuhi Kuota 1%

Dalam implementasi pemenuhan kuota satu persen yang ada di dalam UU No. 8

Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, akan adanya faktor pendukung

dan penghambat, faktor-faktor inilah yang akan menentukan proses berjalannya

dalam pemenuhan kuota satu persen.

1.8. METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dalam memecahkan suatu permasalahan yang

ada pada setiap penelitian dengan berbagai macam metode digunakan. Sebagaimana

yang telah diutarakan oleh Moh.Nazir bahwa metode penelitian merupakan cara utama

yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah

yang di ajukan. (Moh. Nazir, 1988:51). Menurut Parsudi Suparlan bahwa penelitian

kualitatif merupakan paradigma yang mengandung cara-cara berpikir, logika dan

kuantifikasi. Paradigma kualitatif akan memuat sejumlah pikiran, catatan dan

angka-angka yang sangat kuantitatif-statistis (Agus Salim, 2006:7)

Dengan menggunakan suatu metode, permasalahan dalam penelitian tidak akan

terlalu sulit untuk dipecahkan. Menurut Joko Subagyo, metode penelitian merupakan

suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala


(46)

menerapkan salah satu metode yang relevan terhadap permasalahan tertentu, mengingat

bahwa tidak setiap permasalahan yang dikaitkan dengan kemampuan si peneliti, biaya

dan lokasi dapat diselesaikan dengan sembarang metode penelitian. (Joko Subagyo,

2006 : 2).

Pendapat lain dari Mardalis, “Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau

teknis yang dilakukan dalam proses penelitian itu sendiri di artikan sebagai upaya

dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan

prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan keenaran” (Mardalis 2004: 24).

1.8.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Mardalis (2004:26),

penelitian ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa,

melainkan hanya mendiskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan

variabel-variabel yang diteliti. Selain itu, Menurut Sugiyono (2012:13) bahwa metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.

Menurut Mohammad Musa dan Titi Nurfitri bahwa secara harfiah

penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk pencandraan

mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian, sehingga tidak perlu mencari

atau menerangkan hubungan, mengetes hipotesis, membuat ramalan, atau

mendapatkan makna dan implikasi walaupun penelitian yang bertujuan untuk

menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode deskriptif


(47)

Jadi penelitian deskriptif hanya menggambarkan tentang keadaan-keadaan

dan situasi-situasi yang ada tanpa harus menggunakan ataupun menguji

hipotesa.

1.8.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Panti Asuhan Bina Siwi di desa Pajangan

Kabupaten, Bantul, DIY. Alasan memilih lokasi tersebut adalah peneliti tertarik

dan ingin mengetahui apakah dipanti tersebut para disabilitas sudah dapat

merasakan dampak dari berlangsungnya implementasi kebijakan pelatihan kerja

dengan tujuan agar disabilitas tersebut mendapatkan hak aksesibilitas dibidang

ketenaga kerjaan.

1.8.3 Unit Analisis

Karena penelitian ini menganalisis tentang implementasi kebijakan pelatihan

kerja yang mengacu kepada ketenagakerjaan, maka unit analisi dalam penelitian

ini adalah :

a. Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bantul

b. Panti Asuhan Bina Siwi Kabupaten Bantul

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data adalah langkah yang amat

penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya, data yang dikumpulkan

digunakan, kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji hipotesa yang


(48)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data

tersebut diharapkan dapat memberikan data yang optimal agar informasi sesuai

dengan yang diharapkan.

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan

secara langsung tentang suatu objek yang diteliti. Menurut Holt, Rinehart dan

Winston (Moh.Nazir, 1988:212) teknik pengumpulan data melalui observasi

memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara

sistematik;

2. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah

direncanakan;

3. Pengamatan tesebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan

proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagi suatu set yang menarik

perhatian saja;

4. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validasi dan reliabilitasnya.

Observasi yang akan dilakukan berkaitan dengan data yang akan diamatin

adalah proses jalannya implementasi kebijakan pelatihan kerja yang diberikan

oleh Panti Sosial Bina Siwi kepada penyandang Disabilitas agar dapat

memenuhi kuota satu persen yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat.


(49)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu. (Lexy J. Moleong, 1993:135).

Sedangkan menurut Nazir yang dimaksud wawancara adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penyawab atau

responden dengan menggunakan alat yang dinakan interview guide (panduan

Wawancara). Beberapa hal yang membedakan wawancara dengan percakapan

sehari-hari adalah :

1. Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal

sebelumnya.

2. Responden selalu menjawab pertanyaan.

3. Pewawancara selalu bertanya.

4. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepadasuatu jawaban, tetapi

harus selalu bersifat netral.

5. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat

sebelumnya. Pertanyaan panduan itu disebut interview guide.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada :

1. Ibu Mugiyanti selaku kepala Panti Asuhan Bina Siwi pada Senin tanggal 7

November 2016 dan ;

2. Ibu Rina Dwi Kumaladewi, SH selaku Kepala Seksi Informasi dan

Penempatan Kerja di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada


(50)

c. Dokumentasi

Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang

tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. (Lexy J.

Moleong, 1993:161). Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui

catatan-catatan, laporan-laporan peninggalan tertulis seperti arsip, buku-buku

ilmiah, jurnal atau dokumen lain yang diperoleh selama masa penelitian.

1.8.5 Sumber Data

a. Data Primer

Menurut Winarno Surachmad, data primer adalah data lengkap dan segera

diperoleh dari sumber data penyelidik. (Khairul Anwar, 2014:36). Dalam data

primer ini peneliti akan mendapatkan informasi secara langsung yang diperoleh

dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul dan Panti

Asuhan Bina Siwi dengan melakukan interview di instansi tersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh menggunakan studi kepustakaan

yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet dan dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh kelengkapan

data.

1.8.6 Teknis Analisis Data

Teknis analisis data menurut Patton, adalah proses mengatur urrutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, aktegori, dan satuan uraian dasar.

Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai


(51)

merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha

untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. (Lexy J. Moleong,

1993:103).

Menurut Nazir, analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam

metode ilmiah, karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan

makna yang berguna dalam memecahkan masalah peneliti. Sedangkan menurut

S. Nasution analisi data merupakan proses penyusunan data agar dapat

ditafsirkan, melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja

keras, daya kreatif, serta intelektual yang tinggi. (Khairul Anwar, 2014 : 39).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Deskriptif Kualitatif.

Teknik ini mendeskripsikan suatu kejadian, gejala atau peristiwa yang

berhubungan dengan unit analisis data. Menurut Khairul metode kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif, yaitu

menggambarkan/ menguraikan suatu hal menurut apa adanya, yang bisa berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang serta pelaku yang diamati. Teknik

analisisnya menggunakan analisa kualitatif, dimana data yang diperoleh

diklasifikasikan, digambar dengan kalimat dan dipisah menurut kategori

sehingga dapat memperoleh kesimpulan dengan mudah. Kesemua data ini dapat

diperoleh dari naskah, wawancara, catatan laporan, dokumen yang sifatnya

pribadi, maupun dokumen resmi lainnya yang mendukung keabsahan dalam

memperoleh data penelitian. Adapun proses analisis data menggunakan

komponen analisis data model interaktif sebagai berikut :

Gambar 1.2.


(1)

12

ini dilihat dari kemampuan motorik dan kognitif anak dalam menjalankan proses pelatihan kerja dengan berbagai tutor atau pemateri yang di undang serta pengasuh yang dapat membuat penyandang disabilitas di panti tersebut mampu dalam menjalankan berbagai pelatihan yang diberikan.

3. Kelompok Sasaran Program

Kelompok sasaran program adalah kepada anak-anak penyandang disabilitas tunagrahita (daya pikir kurang), tunanetra (buta), tunadaksa (keterbatasan gerak motorik) dan tunarunguwicara (tidak bisa mendengar dan berbicara) dengan total keseluruhan 38 anak penyandang disabilitas. Dengan adanya tingkat keberhasilan dari meningkatnya kompetensi dan kemampuan penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi membuktikan bahwa penyandang disabilitas di panti tersebut mengerti dan memahami dari setiap pelatihan-pelatihan yang di berikan oleh tutor maupun pengasuh.

D. Faktor Pendukung Dan Penghambat dalam Memenuhi Kuota 1% Faktor Pendukung :

1. Adanya aturan yang jelas yang tercantum dalam UU No. 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, Perda DIY No. 4 Tahun 2012 Tentang Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas dan Perda Kabupaten Bantul No. 11 Tahun 2015 Tentang Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas.

2. Adanya kesempatan atau lowongan kerja bagi penyandang disabilitas.

3. Adanya kecocokan atau minat bagi penyandang disabilitas dengan pekerjaan yang ditawarkan.

4. Adanya kompetensi, kualitas dan kemampuan yang di miliki penyandang disabilitas.

Faktor Penghambat :

1. Tempat kerja yang tidak sesuai dengan penyandang disabilitas. 2. Penyandang Disabilitas yang tidak memiliki minat dan bakat.

3. SDM dari perusahaan yang belum memiliki teori khusus dalam merekrut dan berkomunikasi dengan penyandang disabilitas.

4. Adanya kriteria minimal usia dan minimal pendidikan dalam sebuah perusahaan. Padahal banyak penyandang disabilitas yang meskipun umur sudah lanjut tetapi memiliki etos kerja yang bagus dan juga kebanyakan penyandang disabilitas tidak memiliki pendidikan yang tinggi dan bahkan tidak berpendidikan.

5. Pihak perusahaan terkadang tidak mencantumkan di pengumuman bahwa lowongan tersebut terbuka juga bagi penyandang disabilitas walaupun sebenarnya mereka membuka lowongan juga bagi penyandang disabilitas. Jika terus dibiarkan seperti ini maka masih adanya diskriminasi bagi penyandang disabilitas.


(2)

13 PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian tentang implementasi pelatihan kerja terhadap peningkatan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas, studi kasus pada panti asuhan Bina Siwi yang terletak di Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul tahun 2016 yaitu :

1. Bahwa implementasi pelatihan kerja di panti asuhan Bina Siwi sudah berjalan dengan baik bagi penyandang disabilitas yang 99% adalah penyandang tunagrahita. Dengan adanya berbagai pelatihan kerja yang diberikan oleh pihak panti, penyandang disabilitas tersebut telah memiliki kompetensi kemampuan. Hal itu terbukti dengan dibukanya lapangan pekerjaan yang terletak di panti asuhan Bina Siwi, lapangan pekerjan tersebut telah mampu memberikan penghasilan bagi penyandang disabilitas itu sendiri. Tetapi implementasi pelatihan kerja di panti asuhan Bina Siwi ini belum dapat memenuhi kuota 1% yang terdapat dalam UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, dikarenakan penyandang disabilitas yang ada di panti asuhan Bina Siwi tersebut mayoritas adalah penyandang tunagrahita, jika penyandang tunagrahita berkerja bersama dengan orang yang normal maka hal itu akan menyulitkan kedua belah pihak terutama dalam sikap dan komunikasi, maka hal tesebut akan sulit dalam menyatukan antar pihak perusahaan, karyawan dan penyandang disabilitas tunagrahita itu sendiri, apa lagi di perusahaan adanya sistem target. Penyandang tunagrahita akan sangat kesulitan dan tidak dapat bekerja dengan sistem target karena hanya memperburuk psikisnya. Maka dari itu pengasuh panti asuhan Bina Siwi membuka lowongan pekerjaan yang sesuai dengan pelatihan kerja yang diberikan. Dengan terbukanya lapangan pekerjaan tersebut telah mampu menaikkan taraf hidup bagi penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi karena telah mampu mendapatkan penghasilan sendiri untuk masa depan mereka.

2. Hanya saja, dalam pemenuhan kuota 1% bagi tenaga kerja penyandang disabilitas dapat dikatakan belum berhasil dengan maksimal, meskipun sudah ada sebelas (11) perusahaan yang menerapkan kebijakan tersebut, tetapi masih jauh dari harapan. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, diantaranya yaitu perusahaan yang tidak memiliki teori dasar dalam memperlakukan penyandang disabilitas, pihak perusahaan atau karyawan lain kesulitan dalam berkomunikasi dengan penyandang disabilitas, perusahaan tidak mencantumkan secara terbuka lowongan bagi penyndang disabilitas, penyandang disabilitas yang tidak memiliki kompetensi, penyandang disablitas tidak minat dan cocok dengan pekerjaan yang ada dan tempat kerja yang belum sesuai dengan


(3)

14

penyandang disabilitas. Itulah beberapa faktor yang menyebabkan pemenuhan kuota 1% masih dianggap belum berhasil.

3. Faktor Pendukung Dan Penghambat dalam Memenuhi Kuota 1% Faktor Pendukung :

1. Adanya aturan yang jelas yang tercantum dalam UU No. 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, Perda DIY No. 4 Tahun 2012 Tentang Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas dan Perda Kabupaten Bantul No. 11 Tahun 2015 Tentang Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas.

2. Adanya kesempatan atau lowongan kerja bagi penyandang disabilitas.

3. Adanya kecocokan atau minat bagi penyandang disabilitas dengan pekerjaan yang ditawarkan.

4. Adanya kompetensi, kualitas dan kemampuan yang di miliki penyandang disabilitas.

Faktor Penghambat :

1. Tempat kerja yang tidak sesuai dengan penyandang disabilitas. 2. Penyandang Disabilitas yang tidak memiliki minat dan bakat.

3. SDM dari perusahaan yang belum memiliki teori khusus dalam merekrut dan berkomunikasi dengan penyandang disabilitas.

4. Adanya kriteria minimal usia dan minimal pendidikan dalam sebuah perusahaan. Padahal banyak penyandang disabilitas yang meskipun umur sudah lanjut tetapi memiliki etos kerja yang bagus dan juga kebanyakan penyandang disabilitas tidak memiliki pendidikan yang tinggi dan bahkan tidak berpendidikan.

5. Pihak perusahaan terkadang tidak mencantumkan dipengumuman bahwa lowongan tersebut terbuka juga bagi penyandang disabilitas walaupun sebenarnya mereka membuka lowongan juga bagi penyandang disabilitas. Jika terus dibiarkan seperti ini maka masih adanya diskriminasi bagi penyandang disabilitas.

B. Saran

Dari hasil kesimpulan tersebut, peneliti memberikan beberapa saran terkait dengan hasil penelitian yang di dapat diantaranya yaitu :

1. Perlunya sosialisasi lebih lanjut kepada pihak perusahaan mengenai pencantumkan secara terbuka bahwa lowongan kerja tersebut juga diperuntukan untuk penyandang disabilitas agar mengurangi diskriminasi pada penyandang disabilitas serta sosialisasi mengenai ketentuan syarat calon tenaga kerja penyandang disabilitas yang dianggap perlu dikesampingkan seperti adanya syarat minimal usia dan minimal pendidikan, yang perlu di fokuskan adalah kompetensi, bakat dan minat bagi penyandang disabilitas tersebut.


(4)

15

2. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi aktif dalam memberikan pelatihan kerja bagi penyandang disabilitas yang tidak memiliki kompetensi atau bakat minimal sekali dalam satu tahun.

3. Perusahaan-perusahaan yang menerima tenaga kerja penyandang disabilitas perlu diadakan pelatihan khusus mengenai teori dasar dalam memperlakukan penyandang disabilitas seperti cara perekrutan penyandang disabilitas serta cara berkomunikasi dengan penyandang disabilitas.

4. Meningkatkan kerjasama kepada perusahaan-perusahaan agar lebih mudah dalam menyalurkan tenaga kerja penyandang disabilitas.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Al-Qur’an Surah Al-Hujurat 49: 13

Abdul Wahab, Solichin (2008).”Pengantar Analisis Kebijakan Publik”.Malang: Universitas Malang Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2002). “Edisi Ketiga Bahasa Depdiknas”. Jakarta: Balai Pustaka

Maleong, Lexy J. (1998). “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Mardalis (2004).”Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal”. Jakarta: Bumi Aksara.

Musa, Mohammad dan Titi Nurfitri (1988). “Metodelogi Penelitian”. Jakarta: Fajar Agung.

Nazir, Moh (1988).”Metode penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Subagyo, Joko P (2006).”Metode Penelitian (dalam Teori dan Praktek)”.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sugiyono (2008).”Metode Penelitian Kuantitatif, Kualittif dan R&D”. Bandung:

Alfabeta.

Salim, Agus (2006). “Teori dan Paradigma Penelitian Sosial”. Yogyakarta:


(5)

16

Tangkilisan, Hesel Nogi S (2003) “Teori dan Konsep Kebijakan Pubik dalam Kebijakan Publik Yang Membumi, Konsep, Strategi dan Kasus”.

Yogyakarta: Lukman Offset dan YPAPI.

SKRIPSI

Anwar, Khairul (2014). “Implementasi Perda DIY Nomor 4 Tahun 2012

tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas di Kota Yogyakarta (Studi kasus di Panti Asuhan Bina Siwi Desa

Sendang Sari, Kecamatan Pajangan, Bantul)”. Skripsi Ilmu Pemerintaha Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dewi, Frisca (2016). “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesempatan

Kerja Di Provinsi Lampung”. Dalam http://digilib.unila.ac.id/23686/19/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMB

AHASAN.pdf. Didownload pada tanggal 02 November 2016 pukul 19:02

WIB

Fauzia, Faza (2016). “Dampak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Pohgading Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Jawa Tengah Tahun 2007-2014”. Dalam http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t120118.pdf Didownload pada tanggal 02 November 2016 pukul 17:59 WIB

Indriyani, Safitri (2015). “Pengaruh Pelatihan Kerja dan Disiplin Kerja

Terhadap Produktifitas Kerja Karyawan Pada PT. Pardise Island

Furniture”. Dalam

http://eprints.uny.ac.id/29859/1/SafitriIndriyani_10408144039.pdf.

Didownload pada tanggal 12 Oktober 2016 Pukul 20:21 WIB.

Juliawati, Nopi (2016). ”Implementasi Perda DIY Nomor 4 Tahun 2012

tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas

di Kota Yogyakarta”. Skripsi Ilmu Pemerintaha Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kurniadi, Dodi Ardi (2012). “ Pelaksanaan Program Evaluasi Diri Sekolah

(EDS) Di SMP Negeri 2 Tempel”. Dalam

http://eprints.uny.ac.id/9705/2/BAB%202-08110241019.pdf . Didownload

pada tangga 12 Oktober 2016 Pukul 21:02 WIB.

Pratiwi, Ari (2011). ”Peran Balai Rehabilitas Sosial Distrarastra Pemalang II

Dalam Mengembangkan Kemandirian Penyandang Tunanetra”. Dalam lib.unnes.ac.id/8137/1/8495. pdf Didownload pada Tanggal 13 September 2016 pukul 10:40 WIB.


(6)

17

Tambunan, Marto (2015). “Pengaruh Pelatihan dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan”. Dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54348/4/Chapter%20II.pd f. Didownload pada tanggal 12 Oktober 2016 Pukul 20:19 WIB.

PERTURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang NKRI Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 11 Tahun 2015 Tentang

Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas

INTERNET

Reza, Khaerur (2016). Dinsos Catat Ada 25 Ribu Lebih Penyandang Disabilitas di DIY. Yogyakarta: Tribunjogja.com (Diakses pada Tanggal 7

Oktober 2016, pukul 19:21 WIB). Dalam

http://jogja.tribunnews.com/2016/03/18/dinsos-catat-ada-25-ribu-lebih-penyandang-disabilitas-di-diy .

WEBSITE

http://disnakertrans.bantulkab.go.id/hal/profil. Diakses pada 27 Oktober 2016

pukul 20:36 WIB

http://disnakertrans.bantulkab.go.id/hal/info-data-penyandang-disabilitas-usia-produktif. Diakses pada 02 November 2016 pukul 13:53 WIB

Pedoman ILO tentang pengelolaan penyandang disabilitas di tempat / International Labour Office – Jakarta: ILO, 2013 dalam