PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP AUDIT FEE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia Tahun 2014-2015)
KEPEMILIKAN TERHADAP AUDIT FEE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan Bursa Efek Malaysia Tahun 2014-2015)
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE STRUCTURE AND
OWNERSHIP STRUCTURE OF THE AUDIT FEE
(Empirical Study On Manufacturing Company Listed on the Indonesia Stock
Exchange and Malaysia Stock Exchange 2014-2015)
Oleh
ABDURRAHMAN MAULANA YUSUF 20130420147
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
(2)
i
Indonesia dan Bursa Efek Malaysia Tahun 2014-2015)
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE STRUCTURE AND
OWNERSHIP STRUCTURE OF THE AUDIT FEE
(Empirical Study On Manufacturing Company Listed on the Indonesia Stock
Exchange and Malaysia Stock Exchange 2014-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
ABDURRAHMAN MAULANA YUSUF 20130420147
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
(3)
(4)
i
mereka sendiri...” (Q.S. Ar-Ra’d : 11)
Olan persembahkan sebuah karya ini buat : Allah SWT
Junjunganku Nabi Muhammad SAW Bapak Ibu terhebat
&
(5)
i
Dengan selesainya jenjang S1 ini, Olan mengucapkan terima kasih banyak kepada : Allah SWT
Keluargaku tercinta bapak, ibu, ahmad, iffah Sahabat dimanapun berada
Bapak Ibu dosen yang pernah ngajar saya maupun yang belum pernah kelasnya saya ambil, makasih ilmu-ilmunya selama ini bapak ibu dosenku.
Keluarga Himpunan Mahasiswa Akuntansi a.k.a para demis angkatan 2013 ku tecinta yang tak ada henti-hentinya memberikan support untuk menyelesaikan skripsi ini dengan cepat si Dimas, Vina, Adit, Faqih, Dika, Annisa Yuni, Arum, Desy, Ditya, Haikal, Hendrik, Meliza, Ridwan, Ditya, Surya Dan masiiih banyak lagi ga bisa disebutin satu satu.
Himpunan Mahasiswa dan Pelajar Kutai Timur Yogyakarta yang berjuang bersama memajukan organisasi kita ini
Economic English Society yang bikin ane makin semangat belajar bahasa inggris ada si isti, linda, yasyfi, mas jov, alif, almira, adit, mba nilam yang akhirnya wisuda jugaa, mba fanny, gita, ikhwan, mba lyn, nina cabe, dan wahyu
TIM bimbingan Pak Rudy yang ga habis-habisnya memberikan semangat ada si latif , mas vani, mas donny, intan choro, isti, kartika, laras, lasmi kece, sari, mas robi, wahyu putro, hasna dan om bernard dll. Yang belum selesai skripsi segeralah selesaikaan, om skripsi ooom.
Bu Erni yang baik banget membimbing skripsi saya ini yang sebelumnya amburadul jadi bisa dapat A ! makasih buu.
Pak Hafiez sang dosen pembimbing KKN yang luar biasa, mba kiki juga yang bantu skripsi olan, mba fitri dosen praktikum statistika, pak bams dan bu evi yang udah ngajarin matkul metopen sehingga membantu sekali dalam pembuatan skripsi
Anak-anak bimbingan bu Evi alias pejuang compare ! si tyo, mba hana, haikal, atika, dzaky dll makasih yaa udah kasih pencerahan
Kawan-kawan Akuntansi 2013 (Spartan ’13) termasuk panitia promnite kece yang bikin ane terasa terkejar-kejar karena semangat wisuda februari kalian yang luar biasaa. Tim Pusat Pengembangan Akuntansi Bapak Rudy dan Lasmi yang alhamdulillah program program akuntansi kita selalu dilancarkan Allah walaupun nyambil skripsian di kantor :D. Mba kiki dan mba nova juga yang ngebimbing kita walau sudah resign dari PPA
Pusat Pengembangan lainnyaa ada si Ellen dari PPA, mba Fau dari PPE dan Rohmaida anak jenius dari PPEI, kalian staff yang roaar biasa.
Kos Putra Alfarizi ada si iqbal, imam, mas chan, aziz, ade, sondry, rezha, dll
Geng gila Anti Blunders si Zimzama, Chrisna, Ardhi dan Mamat selalu ga ada habis habisnya bahas yang aneh aneh, partner jalan-jalan kemana-mana, partner ngerjakan tugas kuliah, pokoknya the best dah kaliaaan.
(6)
i
FBI 14 dimanapun kalian berada, terutama FBI Yogyakarta yang bikin jogja makin rameee karena ada kalian, berasa ada banyak keluarga di kota budaya ini, walau sudah gak satu atap asrama lagi masih tetap kumpul !
IKASADA (Ikatan Alumni SMAN 10 Samarinda) dari angkatan 1 sampai 19 yang mustahil saya sebutin satu persatu makasih banyak pengalamannya yang luar biasa, semoga selalu menciptakan bibit-bibit unggul Kalimtan Timur yang berkarakter dan cerdas. Cluster 09 yang ngasih pengalaman KKN sebulan di Dlingo, makasih bu eni dan pak bravo yang nerima kami bertigabelas ini walaupun bandelnya gak karuan. Makasih kawan kawan semoga pada cepat lulus yaa
DEPSOSNI HIMA FE UMY 2014-2015 dan 2015-2016 yang saya banggakan sekali ada si dila, latif, mba desy, mba wulan, ummi, abi kece, aang, dandy, eka, ikhsan, nuyuy, refki, tsani, rahma, dika, mba anit, mas kemas, semoga amal ibadah kalian diterima Allah SWT Exchange student Malaysia USIM yang luar biasa, makasih seminggu yang luar biasa di negeri tetangga
Fatihin yang magang 4 bulan di Indonesia yang akhirnya udah wisuda juga di USIM, kereen
Mba rahma mahasiswa s2 UKM yang sangat membantu kelancaran skripsi dan ga henti hentinta untuk ngedorong hamba selesaikan skripsi dengan cepat sampai pakai ancam ancaman segala hahaha.
Komunitas Jago Akuntansi Indonesia (KJAI) yang saya banggakan, semoga semakin memajukan profesi kita sebagai akuntan handal dan kredibel.
Peserta brevet pajak angkatan 53 yang heboh bikin rusuh dikelas, makasih yang percaya ke Olan buat join ke kelas ini bahkan sampai menolak peserta, proud of you guys ! Pokoknya buat semua rekan-rekan di pelosok dunia manapun, terima kasih sebesar-besarnya.
(7)
i DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PERSEMBAHAN... ... vi
INTISARI... ... viii
ABSTRACT... ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah………. 8
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11
A. Landasan Teori ... 11
(8)
i
5. Struktur Kepemilikan ... 20
6. Audit Fee……… ... 21
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis... ... 23
C. Model Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Obyek Penelitian ... 34
B. Jenis Dan Sumber Data ... 34
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ... 35
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35
F. Uji Kualitas Data ... 38
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data... ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 45
B. Deskripsi Data Penelitian ... 46
C. Uji Statistik Deskriptif ... 47
D. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 51
E. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 57
F. Pembahasan ... 66
(9)
i
B. Keterbatasan Penelitian ... 75 C. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA
(10)
i
Tabel 4.2 Proses Pengambilan Sampel Perusahaan Malaysia ... 48
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Indonesia... 49
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Malaysia ... 49
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Indonesia... 53
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Malaysia ... 53
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas Indonesia ... 54
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas Malaysia ... 55
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Indonesia ... 55
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi Malaysia... 56
Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas Indonesia ... 56
Tabel 4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas Malaysia ... 57
Tabel 4.13 Hasil Uji Nilai F Indonesia……… 58
Tabel 4.14 Hasil Uji Nilai F Malaysia………. 58
Tabel 4.15 Hasil Uji Determinasi Indonesia ……….……….. 59
Tabel 4.16 Hasil Uji Determinasi Malaysia ……… 60
Tabel 4.17 Hasil Uji Nilai t Indonesia……….. 61
Tabel 4.18 Hasil Uji Nilai t Malaysia……….. 63
Tabel 4.19 Hasil Uji Group………. . 66
Tabel 4.20 Hasil Uji Levene’s………. . 66
(11)
i
Gambar 2.1 Model Penelitian ... 35
(12)
(13)
(14)
viii
proporsi rapat komisaris, jumlah komite audit dan keahlian komite audit) dan struktur kepemilikan (kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial).
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia pada tahun 2014 dan 2015. Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu perusahaan yang menerbitkan annual report. Berdasarkan metode purposive sampling, jumlah sampel yang didapat adalah 42 sampel untuk Indonesia dan 49 sampel untuk Malaysia. Analisis dari penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan program SPSS 23.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap audit fee sedangkan keahlian komite audit dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap audit fee di Indonesia. Sedangkan di Malaysia tidak ada variabel yang berpengaruh signifikan terhadap audit fee.
Kata kunci: komisaris independen, jumlah dewan komisaris, proporsi rapat komisaris, jumlah komite audit, keahlian komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, audit fee
(15)
ix ABSTRACT
This research aims to examine the factors that influence of audit fee. The independent variable in this research is charasteristics of corporate governance structure (independent commissioner, the size of board commissioner, the meeting proportion of board commissioner, size of audit committee and expertise of audit committee) and ownership structure (managerial ownership and institutional ownership).
The population of this research is manufacturing companies that listed in Indonesia Stock Exchange and Malaysia Stock Exchange. The selection of the sample of this research using purposive sampling method, that is the company who published the annual report. Based on purposive sampling method, the number of samples obtained are 42 sample Indonesian firms and 49 sample Malaysian firms. The analysis of this study uses multiple regression analysis using SPSS 23.0.
The results of this study indicate that the size of board commissioner has positive influence on audit fee and both of expertise of audit committee and institutional ownership has negative influence on audit fee in Indonesia. There are no influences on audit fee in Malaysia.
Keywords: independent commissioner, the size of board commissioner, the meeting proportion of board commissioner, size of audit committee, expertise of audit committee, institutional ownership, managerial ownership, audit fee
(16)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media informasi yang dibuat oleh perusahaan berupa laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh para investor dan pengguna eksternal lainnya (Gati, 2015). Namun laporan keuangan masih akan menghasilkan risiko salah saji yang akan menyesatkan pembaca. Risiko informasi tersebut muncul karena gap informasi yang disampaikan oleh penyedia informasi serta transaksi yang sering dilakukan menyebabkan transaksi terkadang menjadi error. Cara mengurangi risiko informasi tersebut yaitu dengan dilakukannya proses audit.
Laporan keuangan yang mencerminkan kondisi dari entitas secara sistematis harus melakukan audit terhadap laporan keuangannya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2009) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1, menjelaskan bahwa laporan keuangan yang ditampilkan oleh perusahaan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi supaya laporan keuangan yang disajikan memiliki hasil yang relevant dan reliable agar laporan keuangan dapat meyakinkan para pengguna laporan keuangan dan tidak terdapat salah saji material dalam penyusunannya.
Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar jasa yang dilakukan auditor eksternal disebut dengan audit fee. Audit fee sendiri ditentukan
(17)
melalui proses negosiasi antara pihak stakeholders dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menaungi auditor tersebut dengan memperhatikan beberapa faktor (Immanuel & Yuyetta, 2014). SK No. KEP.024/IAPI/VII/2008 yang keluarkan olah IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia) pada tanggal 2 Juli 2008 mengenai Kebijakan Penentuan Audit fee pada lampiran 1 menjelaskan bahwa panduan yang dikeluarkan untuk seluruh anggota IAPI sebagai pedoman dalam menjalankan praktik sebagai akuntan publik ketika menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa audit yang diberikan. Peraturan tersebut juga menjelaskan bahwa dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai dengan profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang sesuai untuk dapat memberikan jasa dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku.
Permasalahan yang terjadi adalah auditor eksternal mendapat fee dari perusahaan (client) yang telah diaudit dimana di satu sisi auditor harus mengedepankan independensinya dalam memberikan opini tetapi di sisi lain auditor memperoleh imbalannya dari perusahaan atas pekerjaan yang dilakukan. Selanjutnya, terdapat banyak perselisihan antara pihak yang menolak regulasi tentang audit fee
dengan pihak yang mendukung regulasi mengenai audit fee.
Menurut Suryanto (2013), pendekatan audit berbasis risiko dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu: persetujuan penugasan, pengumpulan informasi, pemahaman bisnis (termasuk sistem akuntansi dan penentuan unit yang akan diaudit), melaksanakan audit, membentuk opini, dan membuat laporan audit. Pendekatan
(18)
tersebut mencerminkan proses pengerjaan audit yang berdampak pada adanya audit yang berkualitas dan menghasilkan informasi yang dapat diandalkan.
Struktur dari corporate governance terdiri dari dewan komisaris dan komite audit. Pelaksanaan corporate governance dapat mempengaruhi besarnya audit fee. Menurut Boediono (2005), dewan komisaris melalui pengawasnya akan mempengaruhi manajemen dalam pelaporan keuangan, hal ini akan berpengaruh terhadap kandungan informasi laba didalamnya. Menurut Boo dan Sharman (2008) komisaris independen adalah pihak pengawas yang efektif karena tidak memiliki kepentingan finansial dalam perusahaan dan tidak memiliki hubungan psikologis dengan pihak manajemen, sehingga diharapkan dapat mengurangi perilaku oportunistik manajemen. Hal tersebut memicu komisaris independen meningkatkan permintaan terhadap audit eksternal sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada
shareholders serta perlindungan terhadap reputasi pribadi, sehingga berdampak pada penentuan audit fee.
Meskipun corporate governance dilaksanakan oleh direksi dan para dewan komisaris, komite audit juga melaksanakan tugasnya sebagai pengawas independen atas pelaksanaan corporate governance. Begitu pula dalam hal manajemen risiko dan kontrol, komite audit bertugas untuk pengawasan pengelolaan risiko dan kontrol tersebut (Rizqiasih, 2010).
Struktur kepemilikan dapat dibagi menjadi 2 yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional (Esmaeili et al, 2014). Pemilik institusional mempunyai sebagian besar saham perusahaan. Peran para pemilik ini akan mengendalikan dan
(19)
memantau perusahaan menjadi lebih menonjol dalam pengelolaannya. Kecenderungan kepemilikan institusional akan meningkatkan biaya audit karena dihubungkan kualitas audit. Investor lebih memilih perusahaan yang memiliki jasa audit yang berkualitas tinggi dan menyebabkan tingginya biaya audit.
Kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan terjadinya kecenderungan untuk meminta cakupan audit yang tinggi sehingga memberikan nilai positif terhadap laporan keuangan. Perusahaan juga akan semakin termotivasi untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih baik jika menggunakan jasa audit yang mempunyai biaya jasa lebih tinggi. Oleh karena itu, audit fee yang dikeluarkan pihak perusahaan akan semakin tinggi kepada auditor eksternal (Oktorina dan Wedari, 2015).
Pemilihan negara Indonesia dan Malaysia sebagai negara pembanding dikarenakan adanya kesamaan diantara kedua negara tersebut. Kondisi perekonomian hampir sama dan penduduk yang sama-sama mayoritas beragama islam serta kesepakatan negara ASEAN untuk membuat asosiasi bernama AEC (ASEAN Economic Community) telah membuat kedua negara ini mempunyai integrasi yang cukup kuat dalam hal perekonomian maupun politik (Chintya, 2015). Perubahan ini tentu akan menimbulkan dampak yang besar dimana salah satunya adalah kesempatan investasi akan semakin terbuka lebar dan semakin dibutuhkannya standarisasi audit yang sama antar kawasan negara ASEAN.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Hazmi dan Sudarno (2013) yang menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris dan internal audit berpengaruh signifikan positif terhadap audit fee. Namun penelitian ini menyatakan bahwa
(20)
komisaris independen, ukuran komite audit, independensi komite audit dan keahlian komite audit tidak berpengaruh terhadap audit fee.
Kemudian pada penelitian ini peneliti menambahkan variabel tipe kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Penelitian Esmaili et al (2014) dan Oktorina dan Wedari (2015) menunjukkan hasil positif signifikan antara kepemilikan manajerial dan audit fees. Khotimah (2015) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap
audit fee. Namun penelitian ini bertentangan dengan Oktorina dan Wedari (2015) yang tidak menemukan hubungan signifikan antara kepemilikan institusional dan
audit fees.
Penelitian mengenai komparatif Indonesia dan Malaysia mengenai audit fee
pernah dilakukan oleh Chintya (2015). Penelitian ini akan mengadopsi metodologi penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian terdahulu dengan melakukan modifikasi sesuai dengan desain penelitian yang ingin dilakukan oleh peneliti.
Berpijak penelitian sebelumnya, dan mengembangkan model penelitian Hazmi dan Sudarno (2013), Oktorina dan Wedari (2015), Chintya (2015), Esmaeli et al (2014) dan Khotimah (2014), maka penelitian ini mencoba untuk mengkombinasikan permasalahan lalu membandingkan pengaruh dari variabel terkait dengan 2 negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia dan Malaysia dengan judul Dari latar belakang tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan mengambil judul
“Pengaruh Struktur Corporate Governance Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Audit Fee. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang listing di
(21)
Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malyasia Tahun 2014-2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah membandingkan kedua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pada struktur corporate governance menggunakan variabel komisaris independen, ukuran dewan komisaris, rata-rata proporsi rapat dewan komisaris, ukuran komite audit dan keahlian komite audit. Sedangkan struktur kepemilikan menggunakan variabel kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang tersebut maka didapat permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah keberadaan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap audit fee
di Indonesia dan Malaysia ?
2. Apakah ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap audit fee di Indonesia dan Malaysia ?
3. Apakah proporsi rapat dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap penentuan
audit fee di Indonesia dan Malaysia ?
4. Apakah ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap penentuan audit fee di Indonesia dan Malaysia ?
(22)
5. Apakah keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap penentuan audit fee
di Indonesia dan Malaysia ?
6. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap penentuan audit fee di Indonesia dan Malaysia ?
7. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap penentuan audit fee
di Indonesia dan Malaysia ?
8. Apakah terdapat perbedaan nilai penentuan audit fee Indonesia dan Malaysia ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris, yaitu:
1. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh keberadaan komisaris independen terhadap audit fee di Indonesia dan Malaysia.
2. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap audit fee di Indonesia dan Malaysia.
3. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh proporsi rapat dewan komisaris terhadap audit fee di Indonesia dan Malaysia.
4. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh ukuran komite audit terhadap audit fee di Indonesia dan Malaysia.
5. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh keahlian komite audit terhadap penentuan audit fee di Indonesia dan Malaysia.
(23)
6. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh kepemilikan institutional terhadap penentuan audit fee di Indonesia dan Malaysia.
7. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh kepemilikan manajerial terhadap penentuan audit fee di Indonesia dan Malaysia.
8. Untuk mengetahui dan menguji perbedaan penentuan nilai audit fee Indonesia dan Malaysia.
E. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat dibidang teoritis.
Diharapkan hasil penelitian dapat menyajikan pemahaman dan referensi tambahan untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit fee di negara Indonesia dan Malaysia.
2. Manfaat dibidang praktis a. Bagi Pemerintah
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan untuk pemerintah sebagai salah satu regulator yang memiliki wewenang dalam penentuan kebijakan audit fee, khususnya bagi negara Indonesia dan Malaysia. b. Bagi Investor
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan untuk investor dalam mengambil keputusan.
(24)
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan bahan referensi untuk peneliti-peneliti selanjutnya dan membahas lebih dalam lagi mengenai
(25)
10
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Pertama kali teori agensi dibuat oleh Jensen dan Meckling di tahun 1976. Teori agensi menjelaskan adanya hubungan kontrak kerja atau keagenan pada dua pihak yang berbeda. Kontrak kerja terhubung antara pihak principal dengan pihak agent. Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemilik dan manajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan (Conflict of Interest). Potensi masalah yang muncul dalam teori agensi yaitu adanya asimetri informasi.
Menurut Rizqiasih (2010), teori keagenan ditekankan untuk mengatasi masalah yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan yang timbul saat keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen berlawanan, serta cukup sulit bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agen. Masalah tersebut dapat memicu adanya asimetri informasi antara pemilik dan manajer, serta konflik kepentingan. Pihak dari luar perusahaan yang independen yaitu auditor eksternal dibutuhkan sebagai pemantau dan pemeriksanya.
(26)
Menurut Kayu (2012), aktivitas pemilik dan manajemen dinilai melalui kinerja keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Dalam teori keagenan, pemilik modal membutuhkan auditor untuk memverifikasi informasi yang diberikan manajemen kepada pihak perusahaan. Sebaliknya, manajemen memerlukan auditor untuk memberikan legitimasi atas kinerja mereka dalam bentuk laporan keuangan, sehingga mereka layak mendapatkan insentif atas kinerja tersebut. Disisi lain, kreditor membutuhkan auditor untuk memastikan bahwa uang yang mereka kucurkan untuk membiayai kegiatan perusahaan benar-benar digunakan sesuai dengan persetujuan.
Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh auditor sebagai pihak independen tersebut memerlukan biaya dalam bentuk biaya audit, sehingga akan memengaruhi penentuan audit fee yang keluarkan oleh perusahaan. Dalam rangka untuk meningkatkan assurance pada laporan keuangan, maka sangat dibutuhkan pengujian laporan keuangan oleh auditor eksternal yang independen atas kedua belah pihak. Dapat dikatakan bahwa auditor merupakan pihak perantara yang mengurangi kesenjangan informasi antara principal dan agen.
2. Definisi Corporate Governance
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), corporate governance merupakan “seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
(27)
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”.
Center for European Policy Studies (CEPS) mendefinisikan corporate governance sebagai “seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak, proses, serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan. Hak merupakan hak seluruh stakeholders untuk memengaruhi manajemen. Proses, merupakan mekanisme dari hak-hak stakeholders. Pengendalian merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholders menerima informasi yang diperlukan seputar kegiatan perusahaan” (Rizqiasih, 2010).
Dari pengertian di atas, hal-hal penting dari corporate governance meliputi (Rizqiasih, 2010):
a. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ perusahaan yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), komisaris dan direksi, yang berkaitan dengan struktur kelembagaan dan mekanisme operasionalnya.
b. Adanya pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam masyarakat kepada seluruh stakeholder terkait dengan pengaturan hubungan perusahaan dengan stakeholders.
c. Adanya hak-hak pemegang saham untuk mendapat informasi perusahaan yang tepat dan benar pada waktu yang diperlukan, hak berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perkembangan strategis dan perubahan
(28)
mendasar atas perusahaan, serta ikut menikmati keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam pertumbuhannya.
d. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, khususnya pada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dalam bentuk terbukanya informasi yang material dan relevan, serta melarang penyampaian informasi untuk pihak sendiri yang bisa menguntungkan orang dalam.
3. Prinsip-Prinsip Corporate Governance
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), terdapat empat prinsip dalam corporate governance, yaitu:
a. Fairness (keadilan) sebagai penjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham dan penjamin terlaksananya komitmen dengan para investor, sehingga terdapat pengelolaan secara baik dan hati-hati terhadap seluruh aset perusahaan, yang nantinya diharapkan dapat mewujudkan adanya perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham secara jujur dan adil. Penegakan prinsip fairness mensyaratkan adanya peraturan perundang-undangan yang jelas, tegas, konsisten dan dapat ditegakkan.
b. Transparency (transparansi) yang mewajibkan adanya penyampaian informasi yang terbuka, tepat waktu, jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan, sehingga diharapkan dapat membantu stakeholders dalam menilai risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan, serta
(29)
meminimalisasi adanya benturan kepentingan berbagai pihak dalam manajemen.
c. Accountability (akuntabilitas) yang menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, yang diawasi oleh dewan komisaris. Salah satu bentuk implementasi dari prinsip iniadalah adanya praktek audit internal yang efektif serta kejelasan fungsi, hak, dan kewajiban, wewenang, serta tanggung jawab dalam anggaran dasar perusahaan dan target pencapaian perusahaan di masa depan. Penerapan prinsip ini diharapkan dapat menjadikan adanya kejelasan fungsi, hak kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris, dan direksi.
d. Responsibility (pertanggungjawaban) yang digunakan untuk memastikan dipatuhinya peraturan dan ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial, sehingga diharapkan perusahaan dapat menyadari dalam kegiatan operasional seringkali menghasilkan dampak luar yang negatif terhadap masyarakat akibat kegiatan perusahaan.
4. Struktur Corporate Governance
Menurut Syakhroza (2003) struktur governance adalah “suatu kerangka dalam organisasi mengenai bagaimana prinsip governance bisa dibagi, dijalankan, serta dikendalikan. Struktur governance diharapkan dapat mendukung berjalannya
(30)
aktivitas organisasi secara bertanggungjawab dan terkendali, yaitu dengan tercapainya tata kelola perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip corporate governance”.
Struktur corporate governance dalam penelitian ini mencakup keterlibatan komisaris independen, komite audit, dan pemegang saham mayoritas di dalam perusahaan.
a. Komisaris Independen
Bursa Efek Jakarta melalui peraturan Bursa Efek Indonesia pada tahun 2000 telah mengatur keberadaan komisaris independen, dimana perusahaan yang terdaftar di bursa harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas, dengan jumlah minimal 30% dari seluruh anggota dewan komisaris (Putri dan Utama, 2014).
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi, serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good corporate governance.
Bursa Efek Jakarta (2000) menyatakan beberapa kriteria komisaris independen, yaitu :
1) Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali di dalam perusahaan.
(31)
2) Komisaris independen tidak memiliki hubungan dengan direktur dan/atau komisaris lainnya di dalam perusahaan.
3) Komisaris independen tidak berkedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.
4) Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
5) Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
b. Komite Audit
Toha (2004) dalam Rizqiasih (2010) menjelaskan bahwa komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan untuk membantu melakukan pemeriksaan yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan, mengelola perusahaan, serta melaksanakan fungsi penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen dan auditor independen.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan
(32)
oleh manajemen. Selain itu, komite audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada dewan komisaris.
Tujuan dibentuknya komite audit, antara lain :
1) Dalam laporan keuangan, komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses penyusunan laporan keuangan dan pelaksanaan audit eksternal, meskipun direksi dan dewan komisaris bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan dan auditor eksternal bertanggung jawab atas audit eksternal laporan keuangan,.
2) Dalam manajemen risiko dan kontrol, komite audit tetap bertugas memberikan pengawasan independen atas proses pengelolaan risiko dan kontrol, meskipun direksi dan dewan komisaris terutama bertanggungjawab atas manajemen risiko dan kontrol
3) Dalam corporate governance, komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan corporate governance, meskipun direksi dan dewan komisaris bertanggung jawab atas pelaksanaan corporate governance. Komite audit mempunyai tujuan untuk mengawasi pelaksanaan audit laporan keuangan dan menilai mutu pekerjaan auditor dan kewajaran audit fee yang diberikan oleh auditor eksternal, hal ini memengaruhi penentuan audit fee.
(33)
5. Struktur Kepemilikan
Tipe kepemilikan terbagi menjadi 2 yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilkan institusional, Kepemilikan institusional merupakan saham kepemilikan yang dimiliki institusi atau lembaga yang menginvestasikan dananya ke perusahaan. Sedangkan kepemilikan manajerial adalah jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider). Manajer dalam hal ini memegang peranan penting karena manajer melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan serta pengambil keputusan Para pemilik institusional harus memaksa manajer untuk berfokus untuk kinerja ekonomi dan menghindari berperilaku mementingkan diri sendiri. Pemilik manajerial harus memastikan bahwa kesejahteraan para pemegang saham tetap maksimal.
Menurut Sukirni (2012), kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti bank, asuransi dan perusahaan investasi maupun institusi lainnya. Pemisahan kepemilikan dari manajemen dalam perusahaan, peran penting pemilik ini dalam mengendalikan dan memantau pngelolaan perusahaan menjadi lebih menonjol. Audit fee adalah masalah penting baik bagi manajer dan auditor, sehingga penelitian bertujuan untuk mempelajari hubungan antara kepemilikan institusional dengan audit fee.
(34)
6. Audit fee
Menurut Agoes (2012), Audit fee adalah imbalan jasa yang bergantung kepada penugasan, kompleksitas jasa audi, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan professional lainnya. Indikator yang digunakan dalam pengukuran audit fee adalah risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, struktur cost dari kantor akuntan publik serta seberapa besar ukuran kantor audit yang memberikan jasa audit
Halim (2005) menyatakan audit fee merupakan pendapatan yang diperoleh auditor dengan besar bervariasi tergantung pada beberapa faktor dalam penugasan audit, seperti: ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien, serta nama KAP yang melakukan jasa audit.
Simunic (2006) menyatakan bahwa audit fee ditentukan oleh besar-kecilnya perusahaan yang diaudit (client size), risiko audit (atas dasar current ratio, quick ratio, D/E, litigation risk) dan kompleksitas audit (subsidiaries, foreign listed). Penentuan audit fee telah diatur berdasarkan surat keputusan ketua umum Institut Akuntan Publik Indonesia pada tanggal 2 Juli 2008 Nomor KEP/24/IAPI/VII/2008, sebagai pedoman bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia dalam menentukan imbalan yang wajar atas jasa profesional sebagai akuntan publik.
(35)
Penetapkan imbalan atas jasa audit harus wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik, serta dalam jumlah yang pantas sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan oleh auditor atau akuntan pendahulu atau dianjurkan oleh auditor atau akuntan lain, dapat menimbulkan keraguan atas kemampuan dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar yang berlaku (Rizqiasih, 2010).
Penetapan audit fee yang tinggi sering dikaitkan dengan kualitas auditor yang tinggi. Ketepatan informasi yang dihasilkan oleh auditor atas laporan keuangan tergantung pada kualitas auditor. Hal ini dapat diasumsikan bahwa auditor yang berkualitas lebih tinggi akan mengenakan audit fee yang lebih tinggi. Pada panjualan saham perdana, auditor yang berkualitas diharapkan dapat memberikan estimasi yang lebih tepat kepada calon investor mengenai aliran kas perusahaan di masa mendatang. Dalam kondisi ekuilibrium, pemilik memiliki insentif untuk memilih auditor yang berkualitas, dengan harapan informasi yang dihasilkan dapat meyakinkan para investor, sehingga harga saham menjadi tinggi.
Berlakunya ISA yang sepenuhnya mengadopsi pendekatan Audit Berbasis Resiko dalam proses pengerjaan auditing, berdampak pada adanya audit yang berkualitas dan menghasilkan informasi yang dapat diandalkan (Suryanto, 2013). Hal tersebut membuat metode dan proses audit KAP mengalami perubahan yang signifikan, sehingga berdampak pada besaran fee audit atas kinerja auditor.
(36)
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis 1. Keberadaan Komisaris Independen dan Audit fee
Carcello et al (2000) menyatakan bahwa menghindari perilaku oportunistik manajemen, dewan komisaris independen harus memastikan realibilitas laporan keuangan dan diharapkan agar dewan komisaris independen akan meningkatkan audit eksternal yang akan meningkatkan audit fee.
Namun berbeda dengan penelitian lainnya. Menurut Beasley (1996), Dewan komisaris yang independen akan melakukan pengawasan yang lebih unggul sehingga reliabilitas dan validitas pelaporan keuangan yang lebih baik dapat dicapai. Hal ini akan mengurangi penaksiran risiko yang dilakukan oleh auditor yang mengarah kepada audit fee yang lebih rendah.
Hazmi (2013) menemukan hubungan negatif antara keberadaan komisaris independen terhadap audit fee. Dewan komisaris memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan. Mereka juga harus menilai kualitas tata kelola organisasi dan memastikan bahwa organisasi memiliki, sebagai contoh, praktik akuntansi yang efektif , pengendalian internal dan manajemen risiko, dan fungsi audit (Yatim et al, 2006).
(37)
Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin dewan komisaris itu independen, maka audit fee semakin rendah. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
H1a : Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap audit fee di Indonesia.
H1b : Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap audit fee di Malaysia.
2. Ukuran Dewan Komisaris dan Audit fee
Beasley (1996) menyatakan bahwa total dewan komisaris akan memengaruhi kemungkinan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan secara signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Jensen dalam Hazmi dan Sudarno (2013) yang berpendapat bahwa mengorganisasi dan mengkoordinasi dewan komisaris yang berjumlah banyak akan mengalami kesulitan.
Hazmi dan Sudarno (2013) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki dewan komisaris yang besar akan berdampak pada adanya tuntutan akan pengendalian internal yang tinggi dan dituntut untuk mempunyai kualitas audit yang tinggi dari auditor eksternal, sehingga menyebabkan fee yang besar pula.
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan besarnya ukuran dewan komisaris maka perusahaan akan membayar fee yang lebih tinggi karena auditor akan dituntut untuk memiliki kualitas audit yang baik
(38)
dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
H2a: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap audit fee di Indonesia.
H2b : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap audit fee di Malaysia.
3. Proporsi Rapat Dewan Komisaris
Conger et al. dalam Yatim et al. (2006) menyatakan bahwa peningkatan efektivitas dewan komisaris dapat diukur dengan jumlah rapat yang dilakukan selama tahun keuangan. Lipton et al. dalam Yatim et al. (2006) berpendapat bahwa pemegang saham akan mendapatkan manfaat apabila intensitas rapat dewan komisaris dilaksanakan dengan frekuensi yang tinggi.
Hazmi dan Sudarno (2013) tidak menemukan hubungan yang signifikan antara intensitas rapat dewan komisaris dan audit fee karena jumlah rapat yang dilakukan dewan komisaris cenderung rendah hanya sekitar 5 kali dalam setahun dan tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit sehingga tidak memengaruhi audit fee.
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan tingginya intensitas rapat yang dilakukan dewan komisaris, maka audit fee yang dibayarkan akan menjadi rendah. Hal ini karena proporsi rapat yang tinggi
(39)
akan meningkatkan ketekunan dewan komisaris, efektivitas dewan komisaris dan manfaat dengan para pemegang saham sehingga meningkatkan pengawasan laporan keuangan yang akan mengurangi tanggung jawab auditor.
H3a: Proporsi rapat dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap audit fee di Indonesia
H3b : Proporsi rapat dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap audit fee di Malaysia
4. Jumlah Komite Audit dan Audit fee
Bursa Malaysia mengamanatkan bahwa jumlah komite audit suatu perusahaan setidaknya terdiri dari 3 orang dan minumal ada 1 orang anggota komite audit yang harus merupakan anggota dari Malaysian Institution of Accountants (MIA) Yatim et al. (2006).
The Blue Ribbon Company (1999) menemukan hubungan negatif antara jumlah komite audit dengan audit fee. Jumlah komite audit yang lebih besar akan meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan. Dengan kualitas pelaporan keuangan yang baik diharapkan mampu mengurangi beban pekerjaan yang harus dilakukan oleh auditor eksternal dan berakibat pada rendahnya audit fee.
Namun berbeda dengan Hay et al (2008) yang menemukan bahwa sejak komite audit menjadi persyaratan bagi perusahaan-perusahaan yang
(40)
terdaftar di New Zealand Stock Exchange, variabel penelitian komite audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit fee.
Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah komite audit, maka audit fee semakin rendah. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
H4a : Ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap audit fee di Indonesia
H4b : Ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap audit fee di Malaysia
5. Keahlian Komite Audit dan Audit fee
Peningkatan efektivitas dari komite audit akan signifikan apabila anggota komite audit memiliki keahlian akuntansi dan keuangan. Rekomenasi ketiga dari Blue Ribbon Company (1999) berpendapat bahwa komite audit minimal terdiri dari tiga anggota, dimana setiap anggota paham akan masalah keuangan dan setidaknya satu dari anggota tersebut ahli dalam bidang manajemen keuangan dan akuntansi. Keahlian dari komite audit akan mengurangi pengujian substantif oleh auditor eksternal sehingga diharapkan dapat memperkecil audit fee.
Bukti empiris dan praktik tata kelola terbaik membuktikan bahwa keahlian komite audit dapat mengurangi resiko yang akan terjadi terkait
(41)
dengan proses pembuatan laporan keuangan dan mengakibatkan rendahnya audit fee yang dikeluarkan oleh perusahaan (Yatim et al. 2006).
Namun penelitian Hazmi dan Sudarno (2013) membuktikan bahwa di Indonesia tidak mempunyai pengaruh yang signifikan antara ukuran komite audit dan audit fee. Hal ini dikarenakan pada praktiknya permasalahan yang di hadapi oleh komite audit tidak selalu sesuai dengan teori yang mereka dapatkan selama menempuh pendidikan sehingga keahlian yang dimiliki tidak bisa dipakai dalam pengawasan terhadap validitas laporan keuangan.
Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap audit fee. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
H5a : Keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap audit fee di Indonesia
H5b : Keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap audit fee di Malaysia
6. Kepemilikan Institusional dan Audit fee
Kepemilikan institusional didapat dari jumlah total saham dibagi dengan total jumlah saham perusahaan yang beredar. Pemisahan para pemilik saham ini dari manajemen perusahaan menyebabkan peran penting dari pemilik ini untuk mengendalikan dan memantau pengelolaan perusahaan menjadi lebih menonjol.
(42)
Semakin tinggi kepemilikan saham shareholders terhadap perusahaan tersebut, maka shareholders akan cenderung untuk lebih memperhatikan aktivitas perusahaan. Hal ini memotivasi perusahaan untuk menghasilkan kualitas audit yang tinggi sehingga menyebabkan tingginya biaya audit yang dikeluarkan perusahaan (Kane dan Velury, 2004)
Oktarina dan Wedari (2015) tidak menemukan hubungan signifikan antara kepemilikan institusional dengan audit fee. Namun bertentangan dengan penelitian Khotimah (2013) yang menjelaskan bahwa kualitas audit yang sesuai dengan audit fee yang meningkat membuat para investor cenderung untuk berinvestasi diperusahaan yang memiliki auditor yang berkualitas tinggi. Maka semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka akan semakin tinggi audit fee yang dibayarkan (Khotimah, 2013)
Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa tipe kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap audit fee. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
H6a: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap audit fee di Indonesia
H6b: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap audit fee di Malaysia
(43)
7. Kepemilikan Manajerial dan Audit Fee
Kepemilikan manajerial merupakan faktor yang sangat penting untuk mengurangi konflik keagenan (Jensen and Meckling, 1976). Menurut Gul et al (2002), kepemilikan saham yang tinggi oleh manajer dapat mengurangi kecenderungan manajer untuk melakukan manajemen laba. Tindakan oportunisik akan berkurang ketika kepemilikan manajerial meningkat sehingga mengurangi salah saji material dari laporan keuangan dan mengurangi audit fee yang dibayarkan kepada auditor independen.
Namun dari sisi lain, Oktorina & Wedari (2015) menemukan pengaruh positif signifikan antara kepemilikan manajerial dengan audit fee dimana semakin tinggi kepemilikan manajerial perusahaan maka akan semakin tinggi audit fee yang dibayarkan untuk perusahaan yang mempunyai kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer cenderung untuk meminta cakupan audit yang luas serta berkualitas tinggi dan memberikan sinyal positif pada tuntutan membuat laporan keuangan yang lebih valid. Hal ini menyebabkan biaya yang dibayarkan kepada auditor independen semakin tinggi.
Oleh karena itu berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa tipe kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap audit fee. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut : H7a: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap audit fee di Indonesia
(44)
H7b: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap audit fee di Malaysia.
8. Audit Fee di Indonesia dan Malaysia
Studi komparatif antar negara mengenai audit fee telah dilakukan oleh beberapa peneliti Younas et al (2014) dan Chintya (2015). Younas et al (2014) meneliti analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit fee di Pakistan dan Cina ditemukan bahwa terdapat perbedaan faktor-faktor dalam penentuan fee. Kompleksitas bisnis dan risiko perusahaan sangat menentukan besarnya audit fee di Pakistan sedangkan jenis KAP sangat menentukan audit fee di Cina.
Chintya (2015) meneliti audit fee di Indonesia dan Malaysia selama pengadopsian IFRS. Indonesia dan Malaysia memiliki nilai audit fee yang berbeda karena data yang disclose di Indonesia berupa professional fee sudah tercampur dengan biaya-biaya konsultasi yang lain sedangkan di Malaysia berupa audit remuneration yang mencerminkan nilai audit yang sebenarnya. Tingkat pengungkapan audit fee yang sebenarnya di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan Malaysia
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
(45)
H8a : Terdapat perbedaan penentuan nilai audit fee selama pengadopsian (International Standard on Auditing (ISA) di Indonesia dan Malaysia.
C. Model Penelitian
Penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi keberadaan komisaris independen, jumlah dewan komisaris, intensitas rapat komisaris, jumlah komite audit, keahlian komite audit, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Variabel dependen yang digunakan adalah audit fee. Model penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
(46)
Gambar 2.1. Model Penelitian
Perbedaan penentuan Audit Fee di Indonesia dan Malaysia Variabel Independen :
H1a(-) H1b(-)
Keberadaan Komisaris Independen
Ukuran Dewan Komisaris H2a(+)
H2b(+)
Proporsi Rapat Komisaris
Variabel Dependen: H3a(-)
H3b(-)
Audit fee Ukuran Komite Audit
H4a(-) H4b(-)
Keahlian Komite Audit H5a(-)
H5b(-)
Kepemilikan Institusional H6a(+)
H6b(+)
Kepemilikan Manajerial H7a(+)
H7b(+)
Penentuan nilai Audit Fee di Malaysia
Penentuan nilai Audit Fee di Indonesia
H8
Gambar 2.2 Model Peneltian
(47)
32
METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
Obyek penelitian atau populasi penelitian ini menggunakan data Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Efek Malaysia (BEM) pada tahun 2014-2015. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Jenis penelitian ini adalah studi komparatif, dimana penelitian akan difokuskan pada analisis dalam rangka membandingkan suatu objek penelitian antar subjek dan model pengukuran yang berbeda namun pada tahun yang sama. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur.
B. Jenis dan Sumber Data
Data adalah bagian karakteristik dan jumlah yang dimiliki oleh populasi. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa annual report yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia tahun 2014 dan 2015.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini secara non probability sampling dan melalu metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian
(48)
ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia pada tahun 2014 dan 2015.
2. Perusahaan yang mempunyai data lengkap terkait dengan variabel yang diteliti. 3. Laporan tahunan dipublikasikan secara lengkap oleh perusahaan
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan mengumpulkan sumber-sumber data dokumentasi diperoleh dari database annual report dan summary of financial statement perusahaan yang menjadi sampel penelitian yang bisa diperoleh di pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan situs resmi Indonesia Stock Exchange (IDX) yaitu www.idx.co.id dan situs resmi Bursa Efek Malaysia www.bursamalaysia.com.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen : Audit fee
Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan audit fee. Halim (2005) menyatakan fee audit merupakan pendapatan yang diperoleh auditor dengan besar bervariasi tergantung pada beberapa faktor dalam penugasan audit, seperti: ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien, serta nama KAP yang melakukan jasa audit. Hazmi dan Sudarno (2013) menggunakan logaritma natural
(49)
professional fee untuk pengukuran audit fee.. Variabel ini disimbolkan dengan LNFEE.
2. Variabel Independen
a. Keberadaan Komisaris Independen
Variabel ini menunjukkan berapa prosentasi keberadaan komisaris independen pada perusahaan. Keberadaan komisaris independen (BoardInd) dapat dilihat pada laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan dengan rumus sebagai berikut :
= 100%
b. Ukuran Dewan Komsaris
Variabel Ukuran Dewan Komisaris diproksikan dengan total jumlah dewan komisaris yang berada pada suatu perusahaan. Mengacu pada penelitian yang digunakan oleh Hazmi dan Sudarno (2013), maka ukuran dewan komisaris diukur menggunakan jumlah total dewan komisaris dalam perusahaan atau BoardSize. Rumus yang digunakan adalah :
(50)
c. Proporsi Rapat Dewan Komisaris
Variabel ini menunjukkan seberapa sering rapat dewan komisaris digunakan. Proksi yang digunakan proporsi rapat dewan komisaris adalah total rapat yang dilakukan dewan komisaris selama periode akuntansi atau BoardMeet. Adapun rumus BoardMeet sebagai berikut :
=
d. Ukuran Komite Audit
Ukuran komite audit perusahaan menunjukkan berapa jumlah anggota komite audit yang terdapat pada perusahaan. Ada pun lambang yang digunakan ACSize dengan rumus sebagai berikut :
=
e. Keahlian Komite Audit
Keahlian komite audit menggunakan prosentasi jumlah anggota komite audit yang ahli dalam bidang akuntansi dan keuangan terhadap total anggota komite audit. Proksi ini menggunakan rumus ACExpert sebagai berikut :
(51)
f. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional menunjukkan total kepemilikan saham yang dimiliki perusahaan dengan rumus sebagai berikut :
= ℎ ℎ ℎ
g. Kepemilikan Manajerial
Variabel Manajerial menggunakan total kepemilikan manajer terhadap seluruh saham beredar dengan rumus MO sebagai berikut :
= ℎ ℎ
F. Uji Kualitas Data
1. Uji Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan informasi karakteristik variabel penelitian. Analisis ini disajikan dengan menggunakan tabel statistic descriptive yang memaparkan nilai minimun, nilai maksimun, nilai rata-rata (mean), dan standard deviation. Pada umumnya analisis statistik deskriptif menggambarkan profil data sampel sebelum dilakukan pengujian kualitas data lainnya dan pengujian hipotesis.
(52)
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu (residual) memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006). Alat uji yang digunakan adalah dengan analisis grafik histogram dan grafik normal probability plot dan uji statistic dengan Kolmogorov-Smirnov Z. Keputusan dengan Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S) adalah (Ghozali, 2006) : 1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak.
Hal ini berarti data residual terdistribusi tidak normal.
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini berarti data residual terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel independen saling berhubungan (berkorelasi) secara linier. Model regresi yang baik seharusnnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multikolinearitas adalah dengan memperhatikan VIF ( Variance Inflation Factor), dengan pedoman pengambilan keputusan :
(53)
1. Jika VIF > 10, maka variabel tersebut memiliki masalah multikolinearitas
2. Jika VIF < 10, maka variabel tersebut tidak memiliki masalah multikolinearitas.
3. Jika nilai Tolerance > 0,1, maka variabel tersebut memiliki masalah multikolinearitas.
4. Jika nilai Tolerance < 0,1, maka variabel tersebut tidak memiliki masalah multikolinearitas
c. Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah suatu model antara variabel pengganggu masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi. Untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi dapat digunakan pendekatan DW (Durbin Watson.
Menurut Santoso (2010) kriteria autokorelasi secara umum tedapat 3 patokan, yaitu sebagai berikut:
a.
Nilai DW dibawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.b.
Nilai DW diantara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak adaautokorelasi.
(54)
d. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas digunakan Uji Glejser. Jika variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat maka tidak terjadi heteroskesdastisitas, yaitu apabila nilai signifikansinya diatas 0,05. Namun apabila nilai signifikasinya dibawah 0,05, maka variabel tersebut mengandung heteroskesdastisitas.
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data a. Uji Hipotesis
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian lebih dari satu maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis Regresi Berganda (Multiple Regression). Analisis ini digunakan untuk menentukan hubungan antara audit fee dengan variabel-variabel independen mulai dari hipotesis 1a hingga hipotesis 7b. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
(55)
= + + +
+ + + +
Keterangan Persamaan Regresi Berganda: α = Konstanta
LNFEE = Logaritma natural dari professional fees α1BoardInd = Presentase total komisaris independen
terhadap total dewan komisaris dalam perusahaan
α2BoardSize = Total Dewan Komisaris dalam Perusahaan
α3BoardMeet = Proporsi rapat yang dilakukan dewan komisaris selama periode akuntansi α4ACSize = Total anggota komite audit dalam
perusahaan
α5ACExpert = Total anggota komite audit yang memiliki keahlian akuntansi dan keuangan terhadap total anggota komite audit
α6IO = Kepemilikan Institusional α7MO = Kepemilikan Manajerial e = Error
b. Uji Koefisien Determinasi (AdjustedR2)
Uji koefisien determinasi yaitu untuk melihat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai Adjusted R2,
dimana untuk menginterpretasikan besarnya nilai koefisien determinasi harus diubah dalam bentuk persentase. Kemudian sisanya
(56)
(100% persentase koefisien determinasi) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model atau tidak diteliti.
c. Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji t)
Uji signifikasi parameter individual atau Uji t digunakan untuk mengetahui kemampuan masing-masing variabel independen secara individu (partial) dalam menjelaskan perilaku variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%). Selain itu juga dilihat bahwa koefisien regresi searah dengan hipotesis yang diajukan.
d. Uji Nilai f
Uji Statistik F dilakukan untuk menguji kemampuan seluruh variabel independen secara bersama-sama dalam menjelaskan perilaku variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi tingkat 0,05 (alpha = 5%).
e. Independent Sample t test
Pengujian independent sample t test dilakukan untuk menguji hipotesis 8 dimana untuk mengetahui perbedaan fee audit di Indonesia dan Malaysia. Sebelum melakukan uji t, sebelumnya dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levene Test). Jika sig
(57)
Levene menunjukkan angka diatas alpha (0,05), maka uji t menggunakan sig 2 tailed pada kolom Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama). Jika sig Levene menunjukkan angka dibawah alpha (0,05), maka menggunakan sig 2 tailed pada kolom Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda). Hipotesis diterima jika H8> 0,05 dan jika H8< 0,05 maka hipotesis ditolak.
(58)
43 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Malaysia dan Bursa Efek Malaysia
pada tahun 2014 dan 2015. Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh 42
perusahaan manufaktur di Indonesia dan 49 perusahaan manufaktur di Malaysia yang memenuhi kriteria. Berikut perincian proses pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1
Proses Pengambilan Sampel Perusahaan Indonesia
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek
Indonesia selama 2014-2015
282
2 Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria (199)
3 Perusahaan sebelum ada outlier 83
4 Data Outlier (41)
(59)
Tabel 4.2
Proses Pengambilan Sampel Perusahaan Malaysia
No Keterangan Jumlah
1. Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014-2015 300
2. Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria 221
3. Perusahaan sebelum ada outlier 79
4. Data Outlier (30)
5. Jumlah seluruh sampel 49
B. Deskripsi Data Penelitian
Data penelitian yang dapat digunakan untuk penelitian ini adalah 42 sampel untuk perusahaan Indonesia dan 49 sampel untuk Malaysia. Data tersebut dilakukan
dengan tahap perhitungan outlier. Outlier adalah kasus atau data yang memiliki
simpangan yang cukup jauh dari rata-rata seluruh data (Nazaruddin, 2015). Penelitian ini menggunakan outlier metode casewise list. Casewise list ini menghasilkan data yang tidak fit dengan model atau yang menyimpang terlalu jauh dari data lainnya. Data ini kurang baik digunakan sehingga harus dihapus dari model penelitian. Data yang terkena outlier sejumlah 41 sampel untuk Indonesia dan 30 sampel untuk Malaysia. Hal ini menyebabkan data yang tersisa untuk perusahaan manufaktur Indonesia adalah 42 sampel dan 49 sampel untuk perusahaan manufaktur Malaysia.
(60)
C. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada penelitian ini menyajikan jumlah data, nilai
minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviation. Berikut merupakan
statistik deskriptif yang disajikan dalam Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Indonesia Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
BoardInd 42 .33 .66 .3981 .08486
BoardSize 42 2.00 6.00 3.6190 1.20876
BoardMeet 42 .70 1.00 .9540 .07708
ACSize 42 2.00 3.00 2.9762 .15430
ACExpert 42 .66 1.00 .8543 .17030
IO 42 .4360 .9059 .677679 .1252549
MO 42 .0013 .2888 .086131 .0841743
LN_FEE 42 119900000 12352000000 2752919259.31 3128119185.07 Valid N (listwise) 42
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Malaysia Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
BoardInd 49 .33 .60 .4406 .07785
BoardSize 49 5.00 8.00 6.6939 .91752
BoardMeet 49 .86 1.00 .9551 .04016
ACSize 49 3.00 4.00 3.1224 .33120
ACExpert 49 .33 1.00 .6253 .24919
IO 49 .4085 .7893 .606314 .1079345
MO 49 .0087 .1183 .048231 .0294977
LN_FEE 49 2019090000 853860000 487795375.796 172272033.099 Valid N (listwise) 49
(61)
Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 memberikan gambaran statistik deskriptif pada setiap variabel penelitian. Jumlah pengamatan dalam penelitian ini masing-masing adalah 42 dan 49 sampel.
1. Variabel Audit Fee (LNFEE)
Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukkan nilai audit fee yang telah di
logaritma natural sebelum diolah. Audit fee di Indonesia mempunyai nilai minimal
sebesar Rp199.900.000,00 oleh PT. Betonjaya Manunggal Tbk, nilai maksimal sebesar Rp12.352.000.000,00 oleh PT. Gajahtunggal Tbk, rata-rata sebesar Rp2.752.919.259,00 dengan nilai standar deviasi 3.128.119.185,07. Sedangkan Malaysia mempunyai nilai minimal sebesar Rp201.909.000,00 oleh Muda Holdings Berhad, nilai maksimal Rp853.860.000,00 oleh SKP Recources Berhad, rata-rata sebesar Rp487.795.376,00 dengan nilai standar deviasi 172.272.033,099. Rata-rata nilai audit fee Indonesia lebih tinggi dibandingkan nilai audit fee di Malaysia.
2. Variabel Proporsi Komisaris Independen (BoardInd)
Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa proporsi komisaris
independen di Indonesia mempunyai nilai minimal sebesar 33%, maksimal 66%, rata-rata sebesar 39,8% dengan nilai standar deviasi 0,08486. Sedangkan Malaysia mempunyai nilai minimal sebesar 33%, maksimal 60%, rata-rata sebesar 44,06% dengan nilai standar deviasi 0,07785. Rata-rata proporsi komisaris independen Indonesia lebih rendah dibandingkan proporsi komisaris independen di Malaysia.
(62)
3. Variabel Jumlah Dewan Komisaris (BoardSize)
Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah dewan komisaris di Indonesia mempunyai nilai minimal sebesar 2 dewan, maksimal 6 dewan, rata-rata sebesar 4 dewan dengan nilai standar deviasi 1,20876. Sedangkan Malaysia mempunyai nilai minimal sebesar 5 dewan, maksimal 8 dewan, rata-rata sebesar 7 dewan dengan nilai standar deviasi 0,91752. Rata-rata jumlah dewan komisaris Indonesia lebih rendah dibandingkan jumlah dewan komisaris di Malaysia.
4. Variabel Proporsi Rapat Komisaris (BoardMeet)
Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa proporsi rapat komisaris di Indonesia mempunyai nilai minimal sebesar 70%, maksimal 100%, rata-rata sebesar 95,4% dengan nilai standar deviasi 0,07708. Nilai rata-rata menunjukkan angka mendekati nilai maksimum. Sedangkan Malaysia mempunyai nilai minimal sebesar 86%, maksimal 100%, rata-rata sebesar 95,51% dengan nilai standar deviasi 0,04016. Rata-rata proporsi rapat komisaris Indonesia lebih rendah dibandingkan proporsi rapat komisaris di Malaysia.
5. Variabel Jumlah Komite Audit (ACSize)
Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah komite audit di Indonesia mempunyai nilai minimal sebesar 2 orang, maksimal 3 orang, rata-rata sebesar 3 orang dengan nilai standar deviasi 0,15430. Sedangkan Malaysia mempunyai nilai minimal sebesar 3 orang, maksimal 4 orang, rata-rata sebesar 3
(63)
orang dengan nilai standar deviasi 0,33120. Rata-rata jumlah komite audit Indonesia lebih rendah dibandingkan jumlah komite audit di Malaysia.
6. Variabel Keahlian Komite Audit (ACExperts)
Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa keahlian komite audit
di Indonesia mempunyai nilai minimal 66%, maksimal 100%, rata-rata sebesar 85,43% dengan nilai standar deviasi 0,17030. Sedangkan Malaysia mempunyai nilai minimal sebesar 33%, maksimal 100%, rata-rata sebesar 62,53% dengan nilai standar deviasi 0,24919. Rata-rata keahlian komite audit Indonesia lebih tinggi dibandingkan keahlian komite audit di Malaysia.
7. Variabel Kepemilikan Institusional (IO)
Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional di Indonesia mempunyai nilai minimal 43,60%, maksimal 90,59%, rata-rata sebesar 67,76% dengan nilai standar deviasi 0,1252549. Sedangkan Malaysia mempunyai nilai minimal sebesar 40,85%, maksimal 78,93%, rata-rata sebesar 60,63% dengan nilai standar deviasi 0,1079345. Rata-rata kepemilikan institusional Indonesia lebih tinggi dibandingkan kepemilikan institusional di Malaysia.
8. Variabel Kepemilikan Manajerial (MO)
Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional di Indonesia mempunyai nilai minimal 0,13%, maksimal 28,88%, rata-rata sebesar 8,61% dengan nilai standar deviasi 0,0841743. Sedangkan Malaysia mempunyai nilai minimal sebesar 0,87%, maksimal 11,83%, rata-rata
(64)
sebesar 4,82% dengan nilai standar deviasi 0,0294977. Rata-rata kepemilikan manajerial Indonesia lebih tinggi dibandingkan kepemilikan manajerial di Malaysia.
D. Uji Kualitas Instrumen dan Data
1. Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas disajikan pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Indonesia One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 42
Normal Parametersa,b Mean .0474283 Std. Deviation .85908777 Most Extreme Differences Absolute .107
Positive .066
Negative -.107
Test Statistic .107
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
(65)
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Malaysia One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 49
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .34218792 Most Extreme Differences Absolute .106
Positive .089
Negative -.106
Test Statistic .106
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Output SPSS
Nilai Asymp Sig (2-tailed) yang diperoleh melalui uji one-sample
Kolmogorov-smirnov (KS) sebesar 0,200 untuk perusahaan Indonesia dan 0,200 untuk perusahaan Malaysia yang menunjukkan nilai lebih besar dari alpha (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data telah berdistribusi secara normal.
2. Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas menggunakan metode variance inflation factors
(66)
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinearitas Indonesia Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 20.670 4.257 4.856 .000
BoardInd .539 1.888 .034 .285 .777 .831 1.203
BoardSize .743 .157 .672 4.728 .000 .592 1.690
BoardMeet 4.254 2.284 .245 1.862 .071 .688 1.453
ACSize -.554 1.008 -.064 -.550 .586 .883 1.133
ACExpert -2.728 .878 -.347 -3.107 .004 .955 1.048
IO -3.519 1.362 -.330 -2.583 .014 .733 1.364
MO -2.928 2.015 -.184 -1.453 .155 .742 1.348
a. Dependent Variable: LN_FEE
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas Malaysia Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 18.686 1.`859 10.053 .000
BoardInd -.050 .757 -.011 -.066 .948 .822 1.216
BoardSize .014 .064 .035 .217 .829 .839 1.191
BoardMeet 1.669 1.494 .187 1.117 .271 .793 1.261
ACSize -.238 .179 -.221 -1.329 .191 .810 1.234
ACExpert .174 .252 .122 .692 .493 .723 1.383
IO .201 .632 .061 .318 .752 .613 1.632
MO 2.202 2.223 .182 .990 .328 .664 1.506
a. Dependent Variable: LN_FEE
(67)
Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 nilai tolerance menunjukkan seluruh variabel independen dalam penelitian ini lebih besar dari 0,10 atau 10% dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) untuk semua variabel kurang dari 10. Jadi disimpulkan bahwa penelitian ini tidak mengandung multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Tabel 4.9 Model Summaryb Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .771a .594 .511 .9353945 1.556
a. Predictors: (Constant), MO, ACExpert, BoardInd, BoardMeet, ACSize, IO, BoardSize b. Dependent Variable: LN_FEE
Tabel 4.10 Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .290a .084 -.073 .3702485 1.797
a. Predictors: (Constant), MO, ACSize, BoardSize, BoardInd, BoardMeet, ACExpert, IO b. Dependent Variable: LN_FEE
Sumber: Output SPSS
Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 nilai Durbin-Watson menunjukkan bahwa tidak
penelitian ini tidak mengandung autokorelasi karena nilai Durbin-Watson di
(68)
4. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser disajikan pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12.
Tabel 4.11
Hasil Uji Heteroskedastisitas Indonesia Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.005 3.397 .296 .769
BoardInd -.605 1.507 -.067 -.401 .691
BoardSize -.098 .125 -.155 -.783 .439
BoardMeet -.726 1.823 -.073 -.398 .693
ACSize .529 .804 .106 .658 .515
ACExpert .332 .701 .074 .473 .639
IO -1.594 1.087 -.260 -1.466 .152
MO 2.649 1.608 .291 1.647 .109
a. Dependent Variable: ABSRes
Tabel 4.12
Hasil Uji Heteroskedastisitas Malaysia Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .114 .969 .117 .907
BoardInd .087 .395 .037 .221 .826
BoardSize -.005 .033 -.023 -.141 .889
BoardMeet -.356 .779 -.077 -.457 .650
ACSize .120 .093 .216 1.287 .205
ACExpert -.144 .131 -.194 -1.093 .281
IO .303 .330 .177 .919 .363
MO .725 1.159 .116 .625 .535
a. Dependent Variable: ABSRes
(69)
Hasil uji Glejser menunjukkan bahwa Tabel 4.11 dan Tabel 4.12
mempunyai nilai sig.(2-tailed) yang berada diatas nilai alpha 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
E. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)
1. Uji Pengaruh Simultan (Uji Nilai F)
Hasil Uji Pengaruh Simultan (uji nilai f) disajikan pada tabel 4.11 dan tabel 4.12 sebagai berikut :
Tabel 4.13
Hasil Uji Nilai F (Indonesia) ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 43.545 7 6.221 7.110 .000b
Residual 29.749 34 .875
Total 73.293 41
a. Dependent Variable: LN_FEE
b. Predictors: (Constant), MO, ACExpert, BoardInd, BoardMeet, ACSize, IO, BoardSize Tabel 4.14
Hasil Uji Nilai F (Malaysia) ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .515 7 .074 .536 .802b
Residual 5.620 41 .137
Total 6.135 48
a. Dependent Variable: LN_FEE
b. Predictors: (Constant), MO, ACSize, BoardSize, BoardInd, BoardMeet, ACExpert, IO
(70)
Berdasarkan Tabel 4.13 diperoleh nilai signifikansi untuk Indonesia sebesar 0,000 < alpha 0,05 yang berarti terdapat pengaruh secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen, dalam hal ini adalah komisaris independen, jumlah komisaris, proporsi rapat dewan komisaris, jumlah komite audit, keahlian komite audit, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap audit fee.
Berdasarkan Tabel 4.14 diperoleh nilai signifikansi untuk Malaysia sebesar 0,802 > alpha 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, dalam hal ini adalah komisaris independen, jumlah komisaris, intensitas rapat komisaris, jumlah komite audit, keahlian komite audit, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap audit fee.
2. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Tabel 4.15
Hasil Uji Determinasi Indonesia Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .771a .594 .511 .9353945 1.556
a. Predictors: (Constant), MO, ACExpert, BoardInd, BoardMeet, ACSize, IO, BoardSize b. Dependent Variable: LN_FEE
Sumber: Output Spss
Dari hasil Tabel 4.17 tersebut diketahui bahwa nilai Adjusted R2 sebesar
(71)
Indonesia dapat dijelaskan sebesar 51,1 % oleh variabel-variabel independen yaitu komisaris independen, jumlah dewan komisaris, proporsi rapat komisaris, jumlah komite audit, keahlian komite audit, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Sedangkan sisanya sebesar 48,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Tabel 4.16
Hasil Uji Determinasi Malaysia Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .290a .084 -.073 .3702485 1.797
a. Predictors: (Constant), MO, ACSize, BoardSize, BoardInd, BoardMeet, ACExpert, IO b. Dependent Variable: LN_FEE
Sumber: Output Spss
Dari hasil Tabel 4.16 tersebut diketahui bahwa nilai Adjusted R2 sebesar
-0,073 atau -7.3%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dependen audit fee di
Malaysia sama sekali tidak dapat menjelaskan variabel-variabel independen yaitu komisaris independen, jumlah dewan komisaris, proporsi rapat komisaris, jumlah komite audit, keahlian komite audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional.
3. Uji Parsial (Uji Nilai t)
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda diperoleh hasil seperti yang tampak pada Tabel 4.17 dan Tabel 4.18.
(1)
5.
Uji Hesteroskesdastisitas
a.
Uji Hesteroskesdastisitas Indonesia
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.005 3.397 .296 .769
BoardInd -.605 1.507 -.067 -.401 .691
BoardSize -.098 .125 -.155 -.783 .439
BoardMeet -.726 1.823 -.073 -.398 .693
ACSize .529 .804 .106 .658 .515
ACExpert .332 .701 .074 .473 .639
IO -1.594 1.087 -.260 -1.466 .152
MO 2.649 1.608 .291 1.647 .109
a. Dependent Variable: ABSRes
b.
Uji Hesteroskesdastisitas Malaysia
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .114 .969 .117 .907
BoardInd .087 .395 .037 .221 .826
BoardSize -.005 .033 -.023 -.141 .889
BoardMeet -.356 .779 -.077 -.457 .650
ACSize .120 .093 .216 1.287 .205
ACExpert -.144 .131 -.194 -1.093 .281
IO .303 .330 .177 .919 .363
MO .725 1.159 .116 .625 .535
(2)
6.
Uji Nilai F
a.
Uji Nilai F Indonesia
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 43.545 7 6.221 7.110 .000b
Residual 29.749 34 .875
Total 73.293 41
a. Dependent Variable: LN_FEE
b. Predictors: (Constant), MO, ACExpert, BoardInd, BoardMeet, ACSize, IO, BoardSize
b.
Uji Nilai F Malaysia
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .515 7 .074 .536 .802b
Residual 5.620 41 .137
Total 6.135 48
a. Dependent Variable: LN_FEE
(3)
7.
Uji Adjusted R2
a.
Uji Adjusted R2 Indonesia
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .771a .594 .511 .9353945 1.556
a. Predictors: (Constant), MO, ACExpert, BoardInd, BoardMeet, ACSize, IO, BoardSize b. Dependent Variable: LN_FEE
b.
Uji Adjusted R2 Malaysia
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .290a .084 -.073 .3702485 1.797
a. Predictors: (Constant), MO, ACSize, BoardSize, BoardInd, BoardMeet, ACExpert, IO b. Dependent Variable: LN_FEE
(4)
8.
Uji Nilai
t
a.
Uji Nilai
t
Indonesia
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 20.670 4.257 4.856 .000
BoardInd .539 1.888 .034 .285 .777
BoardSize .743 .157 .672 4.728 .000
BoardMeet 4.254 2.284 .245 1.862 .071
ACSize -.554 1.008 -.064 -.550 .586
ACExpert -2.728 .878 -.347 -3.107 .004
IO -3.519 1.362 -.330 -2.583 .014
MO -2.928 2.015 -.184 -1.453 .155
a. Dependent Variable: LN_FEE
b.
Uji Nilai
t
Malaysia
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 18.686 1.859 10.053 .000
BoardInd -.050 .757 -.011 -.066 .948
BoardSize .014 .064 .035 .217 .829
BoardMeet 1.669 1.494 .187 1.117 .271
ACSize -.238 .179 -.221 -1.329 .191
ACExpert .174 .252 .122 .692 .493
IO .201 .632 .061 .318 .752
MO 2.202 2.223 .182 .990 .328
(5)
9.
Uji Beda
Group Statistics
NEGARA N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
LNFEE Indonesia 42 21.014118 1.3370273 .2063078
Malaysia 49 19.943680 .3575119 .0510731
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
LNFE E
Equal variances
assumed 64.760 .000 5.389 89 .000
1.070437
3 .1986511 .6757218 1.4651529 Equal variances
not assumed 5.037 46.032 .000
1.070437
(6)