bertambah. Pertambahan permintaan akan barang mendorong pertambahan produksi, dan selanjutnya menambah permintaaan akan tenaga kerja.
c. Pengusaha dapat memilih menaikkan upah karyawan sehubungan dengan
peningkatan produktivitas kerja. Meningkatnya pendapatan karyawan akan menambah daya beli mereka, sehingga permintaan mereka akan konsumsi
hasil produksi bertambah juga. Selanjutnya pertambahan permintaan akan hasil produksi tersebut menaikkan permintaan akan tenaga kerja.
2.1.8.3 Hubungan Modal dengan Penyerapan Tenaga Kerja
Modal merupakan subtitusi dari tenaga kerja. Hal ini berdasarkan fungsi produksi yaitu Q= f K,L,R,T dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah
jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawan, R adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang
digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk
memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya. Untuk satu tingkat produksi tertentu, dapat digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda.
Sukirno, 2009. Modal dapat digunakan untuk memperbesar perusahaan atau mendirikan
usaha baru. Usaha baru tersebut bisa merupakan perluasan dari usaha yang lama. Komarudin, 1981. Penambahan modal terhadap setiap industri akan dapat
meningkatkan bahan baku atau dapat mengembangkan usaha menambah jumlah usaha. Dengan semakin banyak usaha yang berkembang atau berdiri maka akan
dapat menyerap tenaga kerja yang banyak pula Zamrowi, 2007.
Menurut Benefit, 1995 dalam Zamrowi, 2007, modal juga dapat digunakan untuk membeli mesin-mesin atau peralatan untuk melakukan
peningkatan proses produksi. Dengan penambahan mesin-mesin atau peralatan produksi akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, hal ini dikarenakan
mesin-mesin atau peralatan produksi dapat menggantikan tenaga kerja. Jadi semakin banyak modal yang digunakan untuk membeli mesin-mesin atau
peraralatan maka menurunkan penyerapan tenaga kerja. Menurut Haryani 2002, dalam prakteknya faktor-faktor produksi baik
sumberdaya manusia maupun yang non sumberdaya manusia seperti modal tidak dapat dipisahkan dalam menghasilkan barang atau jasa. Pada suatu industri,
dengan asumsi faktor- faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga kerja.
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No PENGARANG
DAN TAHUN JUDUL
ALAT ANALISIS HASIL
1 M.Taufik
Zamrowi, 2007 Analisis
Penyerapan Tenaga
Kerja Pada
Industri Kecil Studi di Industri Kecil Mebel di
Kota Semarang Analisis
Regresi Berganda,
dengan Model Analisis:
LnY = Ln
β
+
β
1
LnX
1
+
β
2
LnX
2
+
β
3
LnX
3
+
β
4
LnX
4
+
ε Dimana:
Y = Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam sebulan
X
1
= Tingkat upah pekerja X
2
= Produktivitas tenaga kerja X
3
= Modal kerja X
4
= Pengeluaran tenaga kerja non upah
β
o
= intersep β
1
, β
2
, β
3
, β
4
= koefisien regresi parsial
ε = faktor pengganggu a. Variabel upahgaji, produktivitas dan
non upah sentra berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan
tenaga kerja. Sedangkan variabel modal berpengaruh positif dan signifikan
terhadap permintaan tenaga kerja. b. Secara simultan atau bersama-sama
variabel non upah, modal, tingkat upah atau gaji dan produktivitas mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan. c. Variabel yang paling dominan dalam
mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mebel di Kota
Semarang adalah variabel modal
2 Heru
Setiyadi, 2008
Penyerapan Tenaga Kerja Pada
Industri Kecil
Konveksi Studi Kasus Desa
Sendang Kec.
Kalinyamatan Kab. Jepara Regresi
Berganda yang
ditransformasikan ke
bentuk logaritma .
Ln TK = β + β
1
LnW + β
2
LnBB + β
3
Ln NP + μ
Variabel upah dan variabel biaya bahan baku berpengaruh negatif sedangkan
variabel nilai produksi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga
kerja di industri kecil konveksi .