Analisis kinerja dan penyerapan tenaga kerja industri kecil mochi di kota Sukabumi

(1)

ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI

OLEH

CENITA MELIANI H14103045

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(2)

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama Mahasiswa : Cenita Meliani

NRP : H14103045

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS NIP. 131 284 623

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S NIP. 131 846 872 Tanggal Lulus :


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi tanggal 31 Mei 1985 dan merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan H. Kusna Kurhana, M.Si dan Hj. Titim Partini, Spd. Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN IPK. Nyomplong Kota Sukabumi, Jawa barat. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ke SLTP Islam Al-Azhar 7 Kota Sukabumi hingga tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan sekolah di SMUN 1 Kota Sukabumi dan lulus tahun 2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan tercatat sebagai Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Bogor, Agustus 2007


(4)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohiim,

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan syarat kelulusan program sarjana. Selanjutnya hasil penelitian itu dituliskan dalam skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada Bapak Dr. Ir. Manuntun P Hutagaol M.S yang telah memberikan bimbingan yang baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ibu Sahara, SE, M.Si, yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini tentu belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang perlu mandapat perbaikan.

Akhirnya penulis mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bpk. Kusna Kurhana S.Ip M.Si dan ibundaku (alm) Titim Partini S.pd serta Ibu Ira, saudara-saudara penulis. Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini memberikan sumbangan yang berarti dan bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan anugerah yang telah mengiringi langkah penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Keluarga besar tercinta, Ayahanda Kusna dan Ibunda Titim (alm) tersayang,


(5)

semua do’a, kerja keras, kesabaran, dorongan semangat dan bantuan dalam meraih cita-cita penulis.

2. Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS sebagai dosen pembimbing skripsi terbaik yang dengan kesabarannya telah membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Sahara SE, M.Si selaku penguji dan sarannya dan Fifi Diana Thamrin SP, M.Si atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini

4. Teman-teman yang selalu mendukung, Abang, Ani, Onye, Beby, Madu, Henry, Upe, Weni, Halida dan semua angkatan 40 IE yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan kebersamaannya selama ini.

Bogor, Agustus 2007


(6)

RINGKASAN

CENITA MELIANI. Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja

Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi (dibimbing oleh MANUNTUN

PARULIAN HUTAGAOL)

Sejak krisis ekonomi yang menyebabkan sektor industri besar dan sedang mengalami kemunduran disebabkan mahalnya harga bahan baku produksi. Industri yang ada mem-PHK sebagian besar karyawannya menyebabkan pengangguran meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ekonomi dari industri besar ke industri yang berorientasi usaha atau industri kecil. Industri kecil merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi karena tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.

Mochi adalah salah satu alternatif industri kecil yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi peluang usaha dan salah satu alternatif mengatasi masalah tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang rendah. Hal ini diharapkan dapat memberikan lapangan kerja baik sektor produksi maupun distribusinya. Timbulnya industri kecil mochi di Kota Sukabumi karena adanya kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya lokal dan sebagai usaha melestarikan makanan khas masyarakat Kota Sukabumi.

Untuk mengetahui seberapa besar kinerja industri kecil mochi di Kota Sukabumi, dilakukan analisis kinerja usaha mochi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum perkembangan usaha mochi serta berapa besar keuntungan yang diperoleh dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Alat analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan data primer. Selain itu juga digunakan analisis kinerja industri kecil dengan indicator ROI, dan Rasio R/C

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya volume penjualan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keuntungan pengusaha industri kecil mochi di Kota Sukabumi, setiap kenaikan harga mochi sebesar satu rupiah akan meningkatkan keuntungan sebesar 3.53 rupiah (cateris paribus). Modal dan upah tidak berpengaruh signifikan terhadap keuntungan usaha mochi di Kota Sukabumi, yaitu peningkatan harga mochi sebesar satu rupiah akan menurunkan keuntungan pengusaha sebesar 8.32 rupiah dan 4.58 rupiah

Hasil kinerja industri kecil mochi, masing-masing perusahaan mochi mempunyai pengembalian atas investasi yang bernilai lebih dari satu, hal tersebut menggambarkan bahwa usaha mochi disukai oleh investor untuk dikembangkan, dan menguntungkan untuk dijalankan.

Industri kecil mochi lebih banyak menyerap tenaga kerja dari luar keluarga dan besarnya pendapatan yang diterima pekerja didasarkan atas upah sistem waktu seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Besarnya upah didasarkan atas lamanya bekerja tidak dikaitkan dengan prestasi kerja. Curahan kerja pekerja akan meningkat apabila terjadi peningkatan jumlah permintaan mochi. Hal ini akan meningkatkan jumlah volume penjualan usaha mochi.


(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Agustus 2007

Cenita Meliani


(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... IV DAFTAR GAMBAR... V DAFTAR LAMPIRAN ... VI I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Kriteria Industri ... 7

2.2. Kinerja Ekonomi Industri... 9

2.2.1Pendapatan Industri Kecil ... 11

2.2.2.Return of Investment (ROI)... 13

2.2.3.Struktur Penerimaan dan Biaya Usaha Industri Kecil... 15

2.3. Tenaga Kerja... 17

2.4. Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual ... 20

3.2. Hipotesis... 23

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 24

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 24

4.3. Metode Pengambilan Data ... 25

4.4. Analisis Pendapatan Usaha ... 25

4.4.1. Return of Investment (ROI)... 26

4.4.2. Rasio R/C ... 27

4.5. Penyerapan tenaga kerja... 28

4.6. Peubah dan pengukurannya ... 28

4.6.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 30

4.6.2. Pengujian untuk Masing-masing Parameter Regresi ... 31


(9)

4.6.4. Heteroskedastisitas... 33

4.6.5. Multikolinearitas ... 34

V. GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI 5.1. Laju Pertumbuhan Penduduk ... 36

5.2. Angkatan Kerja dan Pengangguran... 37

5.3. Keadaan Umum Industri Kecil Mochi di Sukabumi... 38

VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI 6.1. Kepemilikan Modal... 40

6.2. Pendidikan... 41

6.3. Usia ... 41

6.4. Pengalaman Kerja ... 42

6.5. Jenis Kelamin ... 43

6.6. Sumber Pasokan ... 43

VII. ANALISIS KINERJA DAN KEUNTUNGAN USAHA MOCHI 7.1. Analisis Kinerja Industri Kecil Mochi Kota Sukabumi ... 44

7.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Mochi ... 49

7.3.1.Uji Validasi Model... 49

7.3.1.1.Uji Statistik ... 50

7.3.1.2.Uji Ekonometrik... 50

7.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Mochi ... 52

VIII. ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN INDUSTRI KECIL MOCHI 8.1. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi... 55

8.2. Pendapatan Pekerja Usaha Mochi... 57

IX. KESIMPULAN 9.1. Kesimpulan ... 61

9.2. Saran ... 62


(10)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1998 menyebabkan sektor industri mengalami kebangkrutan, khususnya industri besar dan menengah yang menggunakan bahan baku impor. Industri terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap sebagian karyawannya mengakibatkan angka pengangguran meningkat. Pada tahun1998 sekitar 5.5 juta orang kehilangan kesempatan kerja sementara setiap tahunnya angkatan kerja bertambah 2.5 juta orang, angka tersebut menunjukkan jumlah pengangguran di Indonesia sangat memprihatinkan (Kompas, 2007).

Di sisi lain, jatuhnya sebagian usaha industri besar dan menegah serta adanya keterbatasan yang dimiliki tenaga kerja menjadi momentum bagi perubahan struktur ekonomi yang berorientasi pada usaha kecil. Sektor industri kecil merupakan sektor yang masih bertahan ditengah-tengah krisis ekonomi dan perlu untuk dikembangkan, karena sektor industri kecil merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.

Perkembangan kinerja industri kecil nasional secara umum dilihat dari jumlah industri kecil meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 11.1% per tahun sampai tahun 2001. Kedua jumlah tenaga kerja pada industri kecil yang meningkat tiap tahunnya sekitar 7.592,51 ribu orang, ketiga kinerja sumbangan nilai tambah, dimana kontribusi terbesar dari industri kecil berasal dari industri


(11)

ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI

OLEH

CENITA MELIANI H14103045

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(12)

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama Mahasiswa : Cenita Meliani

NRP : H14103045

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS NIP. 131 284 623

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S NIP. 131 846 872 Tanggal Lulus :


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi tanggal 31 Mei 1985 dan merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan H. Kusna Kurhana, M.Si dan Hj. Titim Partini, Spd. Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN IPK. Nyomplong Kota Sukabumi, Jawa barat. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ke SLTP Islam Al-Azhar 7 Kota Sukabumi hingga tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan sekolah di SMUN 1 Kota Sukabumi dan lulus tahun 2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan tercatat sebagai Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Bogor, Agustus 2007


(14)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohiim,

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan syarat kelulusan program sarjana. Selanjutnya hasil penelitian itu dituliskan dalam skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada Bapak Dr. Ir. Manuntun P Hutagaol M.S yang telah memberikan bimbingan yang baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ibu Sahara, SE, M.Si, yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini tentu belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang perlu mandapat perbaikan.

Akhirnya penulis mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bpk. Kusna Kurhana S.Ip M.Si dan ibundaku (alm) Titim Partini S.pd serta Ibu Ira, saudara-saudara penulis. Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini memberikan sumbangan yang berarti dan bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan anugerah yang telah mengiringi langkah penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Keluarga besar tercinta, Ayahanda Kusna dan Ibunda Titim (alm) tersayang,


(15)

semua do’a, kerja keras, kesabaran, dorongan semangat dan bantuan dalam meraih cita-cita penulis.

2. Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS sebagai dosen pembimbing skripsi terbaik yang dengan kesabarannya telah membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Sahara SE, M.Si selaku penguji dan sarannya dan Fifi Diana Thamrin SP, M.Si atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini

4. Teman-teman yang selalu mendukung, Abang, Ani, Onye, Beby, Madu, Henry, Upe, Weni, Halida dan semua angkatan 40 IE yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan kebersamaannya selama ini.

Bogor, Agustus 2007


(16)

RINGKASAN

CENITA MELIANI. Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja

Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi (dibimbing oleh MANUNTUN

PARULIAN HUTAGAOL)

Sejak krisis ekonomi yang menyebabkan sektor industri besar dan sedang mengalami kemunduran disebabkan mahalnya harga bahan baku produksi. Industri yang ada mem-PHK sebagian besar karyawannya menyebabkan pengangguran meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ekonomi dari industri besar ke industri yang berorientasi usaha atau industri kecil. Industri kecil merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi karena tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.

Mochi adalah salah satu alternatif industri kecil yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi peluang usaha dan salah satu alternatif mengatasi masalah tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang rendah. Hal ini diharapkan dapat memberikan lapangan kerja baik sektor produksi maupun distribusinya. Timbulnya industri kecil mochi di Kota Sukabumi karena adanya kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya lokal dan sebagai usaha melestarikan makanan khas masyarakat Kota Sukabumi.

Untuk mengetahui seberapa besar kinerja industri kecil mochi di Kota Sukabumi, dilakukan analisis kinerja usaha mochi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum perkembangan usaha mochi serta berapa besar keuntungan yang diperoleh dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Alat analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan data primer. Selain itu juga digunakan analisis kinerja industri kecil dengan indicator ROI, dan Rasio R/C

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya volume penjualan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keuntungan pengusaha industri kecil mochi di Kota Sukabumi, setiap kenaikan harga mochi sebesar satu rupiah akan meningkatkan keuntungan sebesar 3.53 rupiah (cateris paribus). Modal dan upah tidak berpengaruh signifikan terhadap keuntungan usaha mochi di Kota Sukabumi, yaitu peningkatan harga mochi sebesar satu rupiah akan menurunkan keuntungan pengusaha sebesar 8.32 rupiah dan 4.58 rupiah

Hasil kinerja industri kecil mochi, masing-masing perusahaan mochi mempunyai pengembalian atas investasi yang bernilai lebih dari satu, hal tersebut menggambarkan bahwa usaha mochi disukai oleh investor untuk dikembangkan, dan menguntungkan untuk dijalankan.

Industri kecil mochi lebih banyak menyerap tenaga kerja dari luar keluarga dan besarnya pendapatan yang diterima pekerja didasarkan atas upah sistem waktu seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Besarnya upah didasarkan atas lamanya bekerja tidak dikaitkan dengan prestasi kerja. Curahan kerja pekerja akan meningkat apabila terjadi peningkatan jumlah permintaan mochi. Hal ini akan meningkatkan jumlah volume penjualan usaha mochi.


(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Agustus 2007

Cenita Meliani


(18)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... IV DAFTAR GAMBAR... V DAFTAR LAMPIRAN ... VI I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Kriteria Industri ... 7

2.2. Kinerja Ekonomi Industri... 9

2.2.1Pendapatan Industri Kecil ... 11

2.2.2.Return of Investment (ROI)... 13

2.2.3.Struktur Penerimaan dan Biaya Usaha Industri Kecil... 15

2.3. Tenaga Kerja... 17

2.4. Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual ... 20

3.2. Hipotesis... 23

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 24

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 24

4.3. Metode Pengambilan Data ... 25

4.4. Analisis Pendapatan Usaha ... 25

4.4.1. Return of Investment (ROI)... 26

4.4.2. Rasio R/C ... 27

4.5. Penyerapan tenaga kerja... 28

4.6. Peubah dan pengukurannya ... 28

4.6.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 30

4.6.2. Pengujian untuk Masing-masing Parameter Regresi ... 31


(19)

4.6.4. Heteroskedastisitas... 33

4.6.5. Multikolinearitas ... 34

V. GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI 5.1. Laju Pertumbuhan Penduduk ... 36

5.2. Angkatan Kerja dan Pengangguran... 37

5.3. Keadaan Umum Industri Kecil Mochi di Sukabumi... 38

VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI 6.1. Kepemilikan Modal... 40

6.2. Pendidikan... 41

6.3. Usia ... 41

6.4. Pengalaman Kerja ... 42

6.5. Jenis Kelamin ... 43

6.6. Sumber Pasokan ... 43

VII. ANALISIS KINERJA DAN KEUNTUNGAN USAHA MOCHI 7.1. Analisis Kinerja Industri Kecil Mochi Kota Sukabumi ... 44

7.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Mochi ... 49

7.3.1.Uji Validasi Model... 49

7.3.1.1.Uji Statistik ... 50

7.3.1.2.Uji Ekonometrik... 50

7.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Mochi ... 52

VIII. ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN INDUSTRI KECIL MOCHI 8.1. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi... 55

8.2. Pendapatan Pekerja Usaha Mochi... 57

IX. KESIMPULAN 9.1. Kesimpulan ... 61

9.2. Saran ... 62


(20)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1998 menyebabkan sektor industri mengalami kebangkrutan, khususnya industri besar dan menengah yang menggunakan bahan baku impor. Industri terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap sebagian karyawannya mengakibatkan angka pengangguran meningkat. Pada tahun1998 sekitar 5.5 juta orang kehilangan kesempatan kerja sementara setiap tahunnya angkatan kerja bertambah 2.5 juta orang, angka tersebut menunjukkan jumlah pengangguran di Indonesia sangat memprihatinkan (Kompas, 2007).

Di sisi lain, jatuhnya sebagian usaha industri besar dan menegah serta adanya keterbatasan yang dimiliki tenaga kerja menjadi momentum bagi perubahan struktur ekonomi yang berorientasi pada usaha kecil. Sektor industri kecil merupakan sektor yang masih bertahan ditengah-tengah krisis ekonomi dan perlu untuk dikembangkan, karena sektor industri kecil merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.

Perkembangan kinerja industri kecil nasional secara umum dilihat dari jumlah industri kecil meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 11.1% per tahun sampai tahun 2001. Kedua jumlah tenaga kerja pada industri kecil yang meningkat tiap tahunnya sekitar 7.592,51 ribu orang, ketiga kinerja sumbangan nilai tambah, dimana kontribusi terbesar dari industri kecil berasal dari industri


(21)

makanan, minuman dan tembakau dengan total output Rp. 31.310.440 juta dan nilai tambah sekitar Rp. 9.155.728 juta dan keempat dari tingginya produktivitas tenaga kerja dan penyediaan modal (Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI, 2002)

Dalam konstelasi inilah, perhatian untuk menumbuh kembangkan kinerja ekonomi industri kecil perlu ditingkatkan. Karena perkembangan pada industri kecil dan rumah tangga menyerap banyak tenaga kerja, umumnya menjadikan usaha industri kecil lebih intensif menggunakan sumber daya lokal, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan dan pembangunan ekonomi didaerahnya. Dari sisi kebijakan pemerintah, industri kecil perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian angkatan kerja namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan, memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) ditengah krisis ekonomi.

Perkembangan industri kecil menggunakan sumber daya lokal akan membantu penciptaan kesempatan kerja (job creation), khususnya bagi angkatan kerja yang berpendidikan rendah dan kurang mempunyai keahlian dan keterampilan. Industri kecil yang bergerak di industri pangan banyak terdapat di Indonesia, tetapi kemampuan dalam penyerapan teknologi, pengelolaan dan strategi usaha masih kurang. Kemajuan teknologi pengolahan pangan yang didukung dengan ketersediaan peralatan modern, pergeseran pola makan dan gaya


(22)

hidup modern serba praktis serta keterbatasan waktu telah mendorong berkembangnya industri makanan jadi. Salah satu industri makanan jadi yang perkembangannya cukup pesat adalah industri Mochi. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah unit usaha mochi tiap tahunnya.

Sukabumi adalah sentra produksi mochi yang dapat memberi peluang usaha bagi masyarakat Sukabumi dalam membuka usaha sendiri dan keberadaannya mampu memberikan peningkatan nilai tambah dari produk mochi yang dihasilkan. karena dalam penyediaan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar, bahan baku (Input) mudah didapat dengan cara pengolahan yang sederhana. Selain itu industri tersebut akan memberikan peningkatan kesempatan kerja baik dalam penyediaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran dan peningkatan nilai tambah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan keluarga, masyarakat dan pemerintah.

1.2. Permasalahan.

Sebagaimana diketahui Kota Sukabumi merupakan sentra produksi komoditi unggulan dan khas yaitu mochi. Dimana selama proses produksi mochi tersebut menghasilkan nilai tambah sehingga dapat dikembangkan menjadi usaha yang menggunakan bahan baku lokal dan banyak melibatkan banyak orang. Secara umum aktivitas industri mochi dilaksanakan pada skala kecil dan merupakan wadah kegiatan ekonomi yang digeluti banyak orang dan secara tradisional merupakan potensi rakyat yang memiliki dampak positif seperti sumbangan terhadap peningkatan pendapatan keluarga, penyerapan tenaga kerja


(23)

baik dari keluarga maupun bukan keluarga dan memberikan kontribusi dalam mendorong ekonomi lokal. Keberadaan industri mochi dalam perkembangannya saat ini, mengalami peningkatan tiap tahunnya pada akhir tahun 2006 jumlah industri kecil mochi berjumlah sembilan unit, dimana dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Perkembangan Industri Mochi Di Kota Sukabumi Tahun 2001 – 2006

Tahun Jumlah Unit Usaha/ Persentase (%) Jumlah tenaga kerja (orang) Persentase (%)

2001 5 12.8 40 13.2

2002 5 12.8 43 14.2

2003 6 15.4 45 14.9

2004 7 17.9 50 16.5

2005 7 17.9 57 18.8

2006 9 23.1 68 22.4

Sumber : Dinas Perindustrian Kota Sukabumi, 2006

Perkembangan industri mochi ini mengarahkan pada kinerja usaha yang memperhitungkan aspek pengeluaran dan penerimaan dalam rangka menciptakan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh akan menjadi imbalan bagi setiap faktor produksi yang digunakan dalam industri kecil mochi tersebut. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh sangat ditentukan oleh nilai jual hasil produksi dan biaya yang dikeluarkan. Artinya, keuntungan optimal hanya bisa dicapai apabila pengusaha mampu meningkatkan produktivitas produksinya atau menekan biaya produksi seminimal mungkin.

Terkait dengan pencapaian kinerja usaha terdapat berbagai kegagalan dalam perkembangan industri kecil diduga kuat kurangnya pemahaman yang memadai terutama tentang karakteristik dan permasalahan serta faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan kinerja usaha, maka pengusaha harus memahami


(24)

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha industri kecil mochi baik faktor eksternal (lingkungan usaha) dan faktor internal pada industri kecil mochi. Dalam konteks inilah penelitian ini penting dilakukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja industri kecil mochi di Kota Sukabumi?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keuntungan industri kecil mochi di Kota Sukabumi?

3. Bagaimana penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mochi di Kota Sukabumi?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis kinerja usaha dari industri kecil mochi di Kota Sukabumi 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan industri kecil

mochi di Kota Sukabumi

3. Menganalisis besarnya penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mochi di Kota Sukabumi

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang keadaan kesempatan kerja di industri kecil mochi. Penelitian ini diharapkan bermanfaat


(25)

sebagai bahan rujukan bagi pengambilan kebijakan di sektor usaha kecil, khususnya industri kecil mochi di Kota Sukabumi. Acuan pengambilan kebijakan pemerintah menangani pemberdayaan usaha kecil dan menengah

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Fokus perhatian penelitian ini adalah menganalisis kinerja industri kecil mochi. Metode analisis ini merupakan salah satu alat ukur untuk dapat mengukur produktivitas suatu usaha serta melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keuntungan industri kecil mochi di Kota Sukabumi.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Kriteria Industri Kecil

Industri adalah unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administratif tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi atau setengah jadi, atau mengubah barang dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir, termasuk dalam kegiatan industri dan pekerjaan perakitan (BPS, 1998). Pengelompokan perusahaan atau usaha industri pengolahan dibagi dalam empat kategori yaitu industri kerajinan, industri kecil, sedang, dan industri besar. Dengan demikian industri kecil merupakan suatu kegiatan usaha yang menghasilkan barang-barang melalaui proses pengolahan dengan menggunakan keterampilan atau teknologi sederhana, atau modern dalam skala kecil.

Kriteria mengenai industri kecil berbeda antara instansi satu dengan yang lainnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Industri kecil didefinisikan sebagai unit usaha yang memperkerjakan antara 5-19 orang tenaga kerja, jika jumlahnya kurang dari lima orang atau antara 1-4 orang maka termasuk dalam kategori industri rumah tangga.

Industri kecil adalah badan usaha yang menjalankan proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala kecil. Apabila dilihat dari sifat dan


(27)

bentuknya, maka industri kecil mempunyai karakteristik yaitu : (1) Berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian; (2) Dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu mengembangkan sumberdaya manusia; (3) Menerapkan teknologi lokal sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal dan (4) Tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif.

Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan Republik Indonesia Nomor. 256/MPP/Kep/7/97, industri kecil dibedakan atas tiga yaitu : (1) Semua jenis industri dalam kelompok industri kecil dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya dibawah Rp. 5.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib memperoleh tanda daftar industri kecil jika dikehendaki oleh perusahaan yang bersangkutan; (2) Semua jenis industri dalam kelompok industri kecil dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sebesar Rp.5.000.000,00 sampai dengan Rp. 20.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan wajib memperoleh tanda daftar industri; (3) Semua jenis industri dalam kelompok industri kecil dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya diatas Rp. 200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan wajib memperoleh izin usaha industri. Kriteria pertama adalah industri kecil non formal, sedangkan kriteria kedua dan ketiga adalah industri kecil formal yang bermodal kecil dan menengah dimana menurut Departemen Tenaga Kerja berdasarkan undang-undang No.3 Tahun 1992 pada ketentuan umum pasal 2 bahwa industri kecil adalah unit sosial dan usaha-usaha yang tidak berbentuk


(28)

perusahaan diperlakukan sama dengan perusahaan, apabila mempunyai pengurus atau badan usaha yang tidak berbadan hukum

2.2. Kinerja Ekonomi Industri

Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek, namun para ekonom biasanya memusatkan hanya pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi(Hasibuan, 1993).

Pengertian efisiensi usaha adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara kuantitas fisik maupun nilai ekonomis. Atau secara singkat tidak ada sumber daya yang tidak digunakan dan terbuang, serta berusaha menggunakan input seminimum mungkin. efisiensi dikategorikan menjadi dua golongan. Pertama, efisiensi internal dapat diperoleh melalui pengelolaan yang baik dalam perusahaan. Para pengusaha melakukan berbagai macam cara untuk memacu para pekerja, menekan biaya produksi dan mengawasi segala kegiatan produksi. Kedua adalah alokasi efisien yang menentukan kondisi ekuilibrium, menunjukkan hubungan antara biaya dan output. Artinya sumber daya yang dialokasikan sedemikian rupa sehingga baik jumlah dan jenis barang yang diproduksi tepat dan selaras dengan keinginan konsumen.

Berkaitan dengan kemajuan teknologi, melalui penemuan dan pembaharuan teknologi orang dapat membuat suatu produk yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu barang yang telah ada. Jika hal ini bekerja dengan baik maka produksi-produksi baru ditawarkan, biaya-biaya menurun, dan


(29)

harga-harga yang akan turun akan memperbesar keuntungan (Jaya, 2001). Namun penggunaan teknologi ini tergantung dari penggunaan suatu industri.

Pengertian dari keseimbangan dalam distribusi adalah keadilan (equity). Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan kerja. Kesejahteraan berpola sangat erat dan dapat diukur dalam nilai, pendapatan diukur dari besarnya pendapatan yang diterima pengusaha dan keluarga (industri kecil) serta pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja industri. Sedangkan kesempatan kerja diukur dengan peluang yang dimiliki setiap orang untuk dapat bekerja dalan suatu industri (Jaya, 2001). Keseimbangan dalam distribusi pendapatan dapat dilihat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan untuk memenuhi harapan yang nyata dan bernilai.

Elemen-elemen yang terdapat didalam kinerja menurut Legowo (1996) yaitu :

1. Efisiensi dalam produksi yaitu kemampuan berproduksi dengan efisien 2. Efisiensi dalam penyaluran yaitu kemampuan mendistribusikan hasil

produksi dengan biaya rendah

3. Dapat mengalokasikan sumber daya sehingga harga yang dikenakan kepada konsumen rendah sesuai dengan biaya produksi termasuk keuntungan yang normal bagi produsen.

4. Kinerja berupa mutu, harga, dan jumlah (variasi produk) yang sesuai dan bisa memuaskan konsumen.

Kinerja pada suatu industri dapat diukur dengan indikator Return of Investment (ROI), Rasio R/C. Industri yang memiliki kinerja yang baik akan


(30)

mampu meningkatkan volume penjualan yang ditandai dengan semakin rendahnya biaya yang dicapai industri dalam proses produksi. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh industri semakin besar.

2.2.1. Pendapatan Industri Kecil

Pendapatan dapat didefinisikan dari dua pendekatan yaitu : pendapatan menurut ilmu ekonomi didefinisikan sebagai nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam satu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula, definisi tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan merupakan jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya dikonsumsi. Secara garis besar pendapatan diartikan sebagai jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan nilai yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.

Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan (Tjakrawiralaksana, 1987). Besarnya pendapatan yang diterima merupakan balas jasa atas tenaga kerja, modal keluarga yang dipakai dan pengelolaan yang dilakukan anggota keluarga. Analisis kinerja industri umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usaha dalam satu tahun.

Soekartiwi (1986), mengemukakan beberapa definisi yang berkaitan dengan pendapatan dan keuntungan, yaitu :


(31)

b. Pengeluaran tunai, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi industri.

c. Pendapatan tunai, yaitu selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai

d. Penerimaan kotor, yaitu produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

e. Pengeluaran total usaha, yaitu nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan.

f. Pendapatan bersih usaha, yaitu selisih antara penerimaan kotor usaha dan pengeluaran total usaha.

Menurut Sucipto (2003), pendapatan merupakan tujuan utama dari setiap kegiatan usaha baik usaha dagang, industri dan jasa. Sehingga mereka bersaing untuk meningkatkan pendapatan karena dengan meningkatnya pendapatan maka laba (keuntungan) yang diperoleh juga akan meningkat. Pendapatan disebabkan oleh kegiatan industri dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan pertumbuhan ekonomi. Pendapatan diperoleh dari hasil penjualan barang atau jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama industri. Tujuan dari analisa kinerja yaitu untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan, dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan yang akan dilakukan.


(32)

Analisa return of investment dalam analisa keuangan merupakan salah satu teknik analisa yang bersifat menyeluruh. Analisa ROI sudah merupakan teknik analisa lazim yang digunakan oleh perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROI sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi suatu industri dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.

Nilai ROI akan ditentukan oleh dua faktor yaitu marjin laba bersih (net profit margin) dan tingkat perputaran aktiva total (total assest turnover). Perubahan dari marjin laba bersih dan tingkat perputaran aktiva. Baik masing-masing atau keduanya akan menentukan nilai ROI

Analisis ROI memiliki beberapa kelebihan antara lain :

1. Sebagai salah satu kelebihannya yang prinsipil yaitu sifatnya yang

menyeluruh. Industri yang sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka manajemen dengan menggunakan analsisi ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan.

2. Bila industri memiliki data rasio maka dengan analisis ROI dapat

diperbandingkan efisiensi penggunaan modal pada industrinya dengan industri yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah industri berada di bawah, sama atau sama diatas rata-rata industri.


(33)

Langkah-langkah yang diperlukan untuk menghitung ROI adalah : 1. Menghitung net provit marjin (marjin laba bersih) Industri

Marjin laba bersih merupakan rasio antara laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai dalam periode yang sama. Marjin laba bersih merupakan hasil pembagian antara laba bersih dengan tingkat penjualan industri. Rasio ini menggambarkan laba bersih yang diperoleh industri untuk setiap rupiah penjualan.

2. Menghitung total asset turnover (tingkat perputaran aktiva total) Industri Tingkat perputaran aktiva total merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi terhadap penjualan yang dicapai industri dalam periode yang sama. Tingkat perputaran aktiva total merupakan hasil pembagian antara penjualan dengan total aktiva industri. Rasio ini mengukur seberapa sering aktiva dipergunakan dalam kegitan industri.

3. Menghitung ROI

Imbalan terhadap investasi digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian yang akan diperoleh atas penghasilan yang didapat dari total aktiva. Dalam penghitungan ROI diperhitungkan imbalan tenaga kerja pada suatu industri kecil yaitu imbalan tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja bukan keluarga.

2.2.3. Struktur Penerimaan dan Biaya Usaha Industri Kecil

Penerimaan usaha adalah nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu baik dijual maupun dikonsumsi sendiri (Soekartiwi et,al. 1986). Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan tingkat harga


(34)

yang sedang berlaku. Produk yang diperhitungkan bukan hanya produk yang dijual tetapi juga produk yang dikonsumsi sendiri dengan mengalikannya terhadap harga yang berlaku dipasar. Penerimaan usaha tidak mencakup pinjaman untuk keperluan usaha. Bila produk yang dihasilkan lebih dari satu komoditi, maka ;

TR = P x Q Dimana :

TR = Penerimaan total P = Harga

Q = Jumlah produk dijual maupun dikonsumsi sendiri

Biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi yang semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah. Biaya adalah pengorbanan yang diduga sebelumnya dan dapat dihitung secara kuantitatif, secara ekonomis tidak dapat dihindarkan dan berhubungan dengan proses produksi tertentu. Biaya usaha dapat dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan perilakunya terhadap volume produksi, yaitu biaya yang berperilaku tetap dan berperilaku variabel.

Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi, pengusaha harus tetap membayarnya berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan usahanya. Biaya yang tetap adalah lahan, mesin, pajak, gaji pekerja dan pemeliharaan peralatan serta pajak. Tiap tambahan investasi hanya dapat dibenarkan apabila pengusaha mampu membelinya dan dalam jangka panjang dapat memberikan arus keuntungan. Keuntungan ini terjadi karena berkurangnya biaya tidak tetap (Variabel Cost) atau meningkatnya produksi pada saat waktu yang bersamaan, atau berkurangnya biaya tetap untuk setiap satuan komoditi yang dihasilkan


(35)

Biaya tidak tetap (Variabel Cost) adalah biaya yang berubah apabila skala usaha berubah. Biaya ini ada apabila ada komoditas yang diproduksi. Biaya yang tidak tetap adalah biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain yang mendukung produksi seperti listrik dan biaya air.

Penentuan apakah suatu biaya tergolong biaya tetap atau variabel tergantung sebagian kepada sifat dan waktu pengambilan keputusan itu dipertimbangkan dalam jangka panjang sebagian besar biaya adalah biaya variabel.

2.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang unik. Tenaga kerja berbeda dengan faktor produksi lainnya seperti modal. Perbedaan yang utama adalah sumberdaya tenaga kerja tidak dapat dipisahkan secara fisik dari tenaga kerja itu sendiri. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Simanjuntak, 1998).

Besarnya penawaran (supply) tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara tenaga kerja ini sebagian sudah aktif dalam kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa yang dinamakan dengan golongan yang bekerja (Employed person). Sebagian lainnya tergolong yang siap bekerja atau sedang berusaha mencari pekerjaan yang dinamakan pencari kerja atau pengangguran. Sedangkan menurut Simanjuntak (1998) penyediaan tenaga kerja merupakan sejumah usaha atau jasa yang tersedia


(36)

dalam masyarakat untuk menghasilkan barang atau jasa. Jumlah satuan kerja tergantung pada : (1) Besarnya jumlah penduduk, (2) Persentase penduduk yang memilih berada dalam angkatan kerja, (3) Jam kerja yang ditawarkan oleh anggota angkatan kerja. Ketiga komponen ini dipengaruhi oleh upah pasar. Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan (demand) dalam masyarakat. Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang industri emping melinjo yang dilakukan Chodijah (1997). Penelitian ini mengkaji keragaan ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan pada industri kecil emping melinjo di Kabupaten Cirebon. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari keragaan ekonomi industri kecil emping melinjo aspek pengadaan bahan baku, permodalan dan pemasaran masih merupakan kendala utama. Tingkat pengembalian (R/C) industri pada saat bahan baku melimpah sebesar 1,20 dan pada saat bahan baku jarang tingkat pengembalian pendapatannya sebesar 1,30 dan 1,08

Dalam hal kesempatan kerja industri ini mampu menyerap tenaga kerja dari dalam keluarga per unit satu orang. Jika dilihat dari curahan waktu tenaga kerjanya maka kecenderungan industri ini telah menggunakan jam kerja normal menurut kriteria BPS. Tingkat pendapatan masing-masing pemilik faktor produksi terbesar diperoleh oleh pemilik bahan baku biji melinjo, yaitu petani melinjo. Sedangkan distribusi pendapatan diantara pengusaha dan pemilik modal dan pihak


(37)

pekerja belum tercapai pembagian yang merata. Secara keseluruhan industri ini mampu dijadikan alternatif dalam pemecahan masalah kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keuntungan yang diperoleh dari kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja.

Penelitian lain tentang industri mochi pernah dilakukan oleh Erliasna (2006), yang melakukan penelitian mengenai rencana pengembangan binis peningkatan kapasitas mochi pada PD. Mochi lampion. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa aspek-aspek penting dari manjemen industri mochi adalah penyediaan sarana produksi, proses produksi dan pemasaran. Penyediaan kebutuhan dapat dipenuhi secara lokal, begitu pula dengan tenaga kerja yang digunakan pada umumnya tenaga kerja keluarga.

Dari analisis SWOT (Streng Weaknes Opportunity Threats) diperoleh kekuatan industri mochi terdapat sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan teknis yang tinggi, harga yang murah, beraneka rasa dan produksi yang berkualitas, sehingga mempunyai daya saing dari industri lainnya yang sejenis. Adapun kelemahannya adalah belum mampu memenuhi permintaan konsumen dan memanfaatkan peluang eksternal yaitu tersedianya tenaga kerja yang membantu direkrut untuk membantu kegiatan produksi.


(38)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Konseptual

Alur pemikiran konseptual dalam penelitian ini berawal sejak krisis ekonomi yang menyebabkan sektor industri besar dan sedang mengalami kemunduran disebabkan mahalnya harga bahan baku produksi. Industri yang ada mem-PHK sebagian besar karyawannya menyebabkan pengangguran meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ekonomi dari industri besar ke industri yang berorientasi usaha atau industri kecil. Industri kecil merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi karena tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.

Mochi adalah salah satu alternatif industri kecil yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi peluang usaha dan salah satu alternatif mengatasi masalah tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang rendah. Hal ini diharapkan dapat memberikan lapangan kerja baik sektor produksi maupun distribusinya. Timbulnya industri kecil mochi di Kota Sukabumi karena adanya kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya lokal dan sebagai usaha melestarikan makanan khas masyarakat Kota Sukabumi.

Kinerja industri kecil mochi masih menghadapi keterbatasan dalam perkembangan usahanya yang ditentukan oleh faktor eksternal (lingkungan usaha) dan faktor internal (dalam usaha). Faktor eksternal adalah faktor yang berada


(39)

diluar kendali seorang pengusaha seperti kebijakan dan peraturan pemerintah, birokrasi dan politik keamanan. Sedangkan faktor internal adaah faktor yang berada dalam kendali pengusaha baik faktor kewirausahaan, segi permodalan, bahan baku, pemasaran dan pengendalian manajemen usaha.

Keterbatasan pada industri kecil mochi mendorong para pengusaha mochi di Kota Sukabumi untuk dapat memahami pelaksanaan usaha kecil secara lebih baik. Pemahaman tersebut meliputi kinerja industri mochi dilihat dari pendapatan dan keuntungan, kondisi sosial ekonomi usaha mochi, dan peranannya dalam penyerapan tenaga kerja sehingga akan sangat membantu bagi upaya pengembangan industri kecil yang bersifat kerakyatan.

Pendapatan yang diperoleh pengusaha industri kecil mengalami perubahan seiring dengan semakin banyaknya jumlah unit usaha mochi yang berkembang dan dengan adanya biaya operasional yang terdiri dari biaya retribusi, biaya tenaga kerja bukan keluarga, biaya pengadaan bahan baku, pajak dan lainnya di Kota Sukabumi, dalam penelitian ini hal-hal yang dianalisis adalah kinerja ekonomi pada industri kecil mochi dari sisi pendapatan dengan indikator variabel Return of Investment (ROI), Rasio R/C, besarnya imbalan pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja industri mochi yang terdiri dari tenaga kerja harian serta berapa besar penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mochi.

Keterkaitan dari analisis tersebut terwujud dalam penentuan jumlah total pendapatan yang diperoleh pemilik industri kecil mochi. Pada akhirnya diharapkan industri kecil mochi dapat meningkatkan kesejahteraan bagi


(40)

masyarakat lokal, sehingga dalam perkembangannya industri mochi dapat menggerakkan roda perekonomian Kota Sukabumi.

Po te nsi Ind ustri Ke c il Mo c hi: Krisis Eko no m i :

• Me nc ip ta ka n La p a ng a n Ke rja b a ru

• Ind ustri b e sa r d a n se d a ng m e ng a la m i sta g na si

• Pe ng g una a n te kno lo g i se d e rha na

• Pe ng a ng g ura n m e ning ka t

• Me ng g una ka n sum b e r d a ya lo ka l

• Te na g a Ke rja no n

Pe nting nya Kine rja Ind ustri Ke c il Mo c hi : Re turn o f

Fa kto r-fa kto r ya ng m e m p e ng a ruhi

ke untung a n ind ustri m o c hi te rd iri d a ri :

Pe nye ra p a n d a n p e nd a p a ta n

Gambar 2. Kerangka Analisis Pemikiran.

3.2. Hipotesis

Dari uraian latar belakang dan permasalahan diatas maka penulis mencoba untuk mengemukakan hipotesis-hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga bahwa modal memiliki pengaruh positif terhadap keuntungan industri kecil mochi di Kota Sukabumi.


(41)

2. Volume penjualan diduga berpengaruh positif terhadap keuntungan industri kecil mochi di Kota Sukabumi.

3. Upah pekerja diduga memiliki pengaruh negatif terhadap keuntungan industri kecil mochi di Kota Sukabumi.


(42)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Daerah yang menjadi sasaran penelitian adalah Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Kota Sukabumi merupakan sentra penghasil mochi di Indonesia.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Febuari hingga Agustus 2007 meliputi kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, hingga penulisan laporan dalam bentuk skripsi

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berkaitan dengan data yang dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan penelitian yang dilakukan dan diperoleh dengan wawancara langsung serta melakukan pengisian kuisioner oleh para pengusaha dan pekerja di industri kegiatan produksi mochi. Data primer diperlukan untuk mengetahui besarnya pendapatan pengusaha dan pekerja serta penggunaan tenaga kerja dalam industri kecil serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder merupakan data pelengkap diperoleh dengan cara pencatatan (penggunaan data sekunder terlebih dahulu sebelum menentukan pengumpulan data primer), pengumpulan data-data dari literatur atau bahan bacaan yang ada dan dari instansi-instansi seperti Badan Pusat Statistika, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Tenaga Kerja dan sebagainya.


(43)

4.3. Metode Pengambilan Data

Metode penelitian adalah metode sensus. Dimana penetapan lokasi penelitian dipilih dilaksanakan pada semua lokasi industri kecil mochi dimana terdapat sembilan produsen mochi yang tersebar di berbagai wilayah di Kota Sukabumi. Data yang diperoleh berasal dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi.

Penentuan responden dalam penelitian ini adalah pengusaha dan pekerja industri kecil mochi. Pekerja merupakan responden untuk menghitung besarnya penyerapan tenaga kerja yang terserap pada industri kecil mochi. Total responden pekerja mochi berdasarkan Dinas Perindustrian Sukabumi berjumlah 68 orang, responden yang akan dijadikan sample dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 orang. Responden adalah pekerja yang masih aktif pada saat penelitian dilakukan serta bersedia diwawancarai

4.4. Analisis Pendapatan Usaha

Pendapatan yang diukur adalah pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari penerimaan total dikurangi dengan biaya tunai ditambah dengan yang benar-benar dikeluarkan baik biaya variabel maupun biaya tetap dan merupakan ukuran kemampuan usaha untuk menghasilkan uang tunai. Termasuk biaya tunai adalah tenaga kerja keluarga maupun upahan, biaya bahan baku dan fasilitas / peralatan.


(44)

Sedangkan biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang diperhitungkan.

Pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan biaya tunai termasuk biaya-biaya yang diperhitungkan adalah penggunaan tenaga kerja keluarga, biaya imbangan atas sewa lahan milik sendiri. Ukuran pendapatan mencakup nilai transaksi barang dan perubahan nilai inventaris atau kekayaan usaha (Soekartiwi, 1988).

Penerimaan usaha adalah nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu baik dijual maupun dikonsumsi sendiri (Soekartiwi et,al. 1986). Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan tingkat harga yang sedang berlaku. Produk yang diperhitungkan bukan hanya produk yang dijual tetapi juga produk yang dikonsumsi sendiri dengan mengalikannya terhadap harga yang berlaku dipasar. Penerimaan usaha tidak mencakup pinjaman untuk keperluan usaha. Bila produk yang dihasilkan lebih dari satu komoditi

4.4.1. Return of Investment (ROI)

Pengembalian atas investasi (ROI) adalah perbandingan antara pemasukan (income) per tahun terhadap dana investasi yang memberikan indikasi probabilitas suatu investasi. Semakin besar nilai ROI, maka akan semakin disukai industri tersebut oleh investor. Digunakan rumus :

% 100 /TAx NB ROI =

... ( 4.1)


(45)

ROI = Tingkat pengembalian atas investasi/total aktiva (%) NB = Pendapatan bersih setelah pajak (Rp/thn)

TA = total aktiva /aktiva lancar dan aktiva tetap (Rp/thn)

4.4.2. Rasio R/C

Analisis Return Cost Ratio atau R/C adalah perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Return Cost Ratio digunakan untuk mengukur efisiensi usaha terhadap setiap penggunaan setiap input. Analisis imbangan penerimaan dan biaya digunakan untuk mengetahui relatif kinerja usaha berdasarkan perhitungan finansial.

TC TR C R/ = /

... ( 4.2)

Dimana :

TR = Total Penerimaan TC = Total pengeluaran Kriteria :

R/C > 1, usaha menguntungkan

R/C = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi R/C < 1, usaha tidak menguntungkan atau rugi

Apabila R/C bernilai lebih dari satu, berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk menerima penerimaan tersebut. Apabila nilai R/C tersebut kurang dari satu maka tiap unit biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh.


(46)

4.5. Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam dan luar keluarga yang digunakan secara produktif dalam usaha industri kecil mochi. Penggunaan tenaga kerja dihitung dalam satuan hari orang kerja (HOK), dimana sekitar delapan jam kerja yaitu jumlah pendapatan yang diperoleh dibagi dengan jumlah hari kerja.

Untuk mengetahui persentase tenaga kerja yang terserap pada usaha mochi terhadap jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga, perlu diketahui potensi kerja. Potensi kerja dihitung dengan menghitung jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam rumah tangga dikonversikan hari orang kerja (HOK) dan dikalikan 300 atau jumlah hari kerja dalam setahun. Dengan demikian akan diperoleh angka ketersediaan tenaga kerja pertahun dalam rumah tangga. Curahan jam kerja untuk kegiatan mochi berdasarkan alokasi jam tenaga kerja bukan keluarga dalam sehari untuk kegiatan usaha mochi.

4.6 Peubah dan pengukurannya

Metode kuadrat terkecil biasa dikemukakan oleh Carl Friedrich Gauss, seorang ahli matematika bangsa jerman. Dengan asumsi-asumsi tertentu, metode Ordinary Least Square (OLS) mempunyai sifat statistik yang sangat menarik yang membuatnya menjadi satu analisis regresi yang paling populer.

Analisis yang berkenaan dengan tingkat keuntungan industi kecil mochi menggunakan analisis regresi linier. Model regresi linier merupakan model yang


(47)

paling sederhana dan yang paling sering digunakan. Lebih jelasnya analisis ini dapat ditunjukkan pada persamaan berikut :

Y = i α +β1X1 +β2X +2 β3X3

+ei.,...………...……(4.3) Dimana : Y = Keuntungan usaha (Rp/bln)

α = Konstanta

β1... βn = Koefisien variabel X = Modal (Rp/thn) 1

X = Volume penjualan (Rp/bln) 2 X = Upah tenaga kerja (Rp/bln) 3

Model diatas digunakan untuk mengetahui nilai dari masing-masing faktor dapat digunakan analisis regresi linier sederhana dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Menurut Gauss dalam Gujarati (1995) OLS dapat menjadi suatu metode analisis regresi yang kuat dengan menggunakan beberapa asumsi yaitu :

1. Nilai rata-rata hitung dari bias yang berhubungan dengan setiap variabel independen harus sama dengan nol

2. Tidak ada kolinearitas ganda (multikolineritas) antar setiap variabel dalam model.

3. Tidak ada korelasi antara koefisien error dengan variabel independen 4. Tidak ada Heteroskerdatisitas

Menurut Teorema Gauss-Markov, dengan melihat asumsi model regresi linier klasik, penaksir kuadrat terkecil, dalam kelas penaksir linear tak bias mempunyai varians minimum yaitu, penaksir bersifat BLUE (Best Linear Unbiased estimator).


(48)

Pengolahan model dalam penelitian ini merupakan salah satu pengolahan data dari ekonometrika, dimana terdapat dua variabel yaitu variabel eksogen (bebas) X dan variabel endogen (terikat) Y. Variabel eksogen akan mempengaruhi variabel endogennya. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari wawancara dan pengamatan langsung. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan, meliputi : identitas pengusaha, karakteristik usaha mochi, penggunaan faktor produksi, harga atau biaya pengadaan faktor produksi tetap maupun variabel, dan kapasitas produksi (output) yang dihasilkan, dan lain-lain. Pengamatan secara langsung dilakukan untuk memperoleh jumlah input produksi yang digunakan dan produksi mochi per keranjang per hari.

4.6.1. Koefisien Determinasi (R2).

Besaran ini yang paling lazim digunakan untuk mengukur kenaikan-suai (goodness of fit) garis regresi. Dengan kata lain untuk mengukur proporsi (bagian) atau persentase total varians dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi. Meskipun R2 dapat dihitung secara lebih cepat dari rumus berikut :

(

)

0 2 1

^

2 =

− ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =

r batas JKG JKT Y Yj Y Yj R dimana :

JKT = Jumlah Kuadrat Total JKG = Jumlah Kuadrat Galat Y = Y rata-rata


(49)

Dalam melihat kebaikan suatu model digunakan kebaikan sesuai (goodnes of fit =R2) yang memperlihatkan persentase variasi total dari peubah terikat yang dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas atau peubah bebas. Jika R2 tinggi maka model yang digunakan cukup baik. Namun demikian, nilai R2 yang kecil bukan berarti bahwa suatu persamaan tidak layak.

4.6.2. Pengujian untuk Masing-masing Parameter Regresi

Pengujian koefisien regresi antara individual dilakukan untuk mengetahui apakah peubah-peubah yang digunakan per variabel berpengaruh nyata terhadap besarnya peubah terikat atau tak bebas :

Pengujian hipotesa adalah sebagai berikut : Ho : βi = 0 i = 1,2,3...,6

H : 1 βi ≠ 0

Uji yang di gunakan adalah uji t, yaitu : thitung = bi – 0

Sbi

Dimana : bi = salah satu variabel bebas (Modal, volume penjualan/bln, upah tenaga kerja/bln).

Kriteria pengujiannya adalah :

thitung < ttabel ( α/2 ; n-k) Ho diterima thitung > ttabel ( α/2 ; n-k) Ho ditolak dimana : n = jumlah populasi produsen mochi


(50)

Jika Ho ditolak berarti bahwa peubah yang digunakan berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas dan sebaliknya apabila Ho diterima berarti peubah yang digunakan tidak berpengaruh nyata. Sedangkan bila bi lebih besar dari nol (bi>0) maka peningkatan dari peubah i akan mengakibatkan meningkatnya peubah terikat. Sebaliknya jika bi lebih kecil dari nol maka peningkatan dari peubah i akan mengakibatkan menurunnya tingkat peubah terikat.

4.6.3. Pengujian terhadap Model Penduga

Dalam menghitung apakah peubah bebas yang digunakan pada model mempunyai pengaruh atau tidak terhadap peubah yang dijelaskan, maka dilakukan uji hipotesa bagi koefisien regresi secara serentak. Dalam hal ini uni statistik yang dipakai adalah uji F, yaitu :

Fhitung = Jumlah Kuadrat Tengah Regresi / (k-1) Jumlah Kuadrat sisa /(n-k)

Dimana : n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel bebas

Prosedur pengujian kesesuaian model digunakan analisis ragam bagi model regresi dengan hipotesa :

0

^ 3 ^

2 ^

1 =β =β =

β

= Ho

=

1

H minimal ada satu variabel eksogen yang berpengaruh terhadap variabel dependennya


(51)

Gujarati (1995) bahwa suatu model regresi linier harus memiliki varians yang sama. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka akan terdapat masalah heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS, tetapi penaksir yang dihasilkan tidak lagi mempunyai varians yang minimum (efisien).

Konsekuensi bila terjadi heteroskedastisitas, maka akan berakibat :

o Estimasi dengan menggunakan OLS tidak akan memiliki varians yang

minimum atau estimator tidak efisien

o Prediksi (nilai Y untuk X ) dengan estimator dari data yang sebenarnya akan

mempunyai varians yang tinggi, sehingga prediksi menjadi tidak efisien.

o Tidak dapat diterapkannya uji nyata tidaknya koefisien atau selang

kepercayaan dengan menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai varians.

Untuk memeriksa keberadaan heteroskedastisitas ditunjukkan dengan menggunakan uji Hal White yang tidak perlu asumsi normalitas dan relatif mudah. Kriteria uji yang digunakan :

o Apabila nilai probability obs*R-Square-nya > taraf nyata

( )

α yang

digunakan, maka tidak terdapat heteroskedastisitas

o Apabila nilai probability obs*R-Square-nya < taraf nyata

( )

α yang

digunakan, maka terdapat heteroskedastisitas.

Solusi dari masalah heteroskedastisitas adalah mencari transformasi model asal sehingga model yang baru akan memiliki error-term dengan varians yang konstan.


(52)

4.6.5. Multikolineritas.

Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linear antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Menurut Gujarati (1995) tanda-tanda penyebabnya adalah :

o Tanda tidak sesuai dengan yang diharapkan

o R2-nya tinggi tetapi uji individu tidak banyak yang nyata atau bahkan tidak

ada yang nyata

o Korelasi sederhana antar variabel individu tinggi (rij tinggi) o R2-nya < rij2 menunjukan adanya multikolinearitas

Untuk melihat adanya muoltikol dapat dilihat dengan menghitung koefisien parsial. Disamping itu untuk melihat variabel eksogen mana yang saling berkorelasi dilakukan dengan meregresi tiap variabel eksogen dengan sisa variabel eksogen yang lain dan menghitung nilai R2 yang cocok. Dalam model regresi :

m X X

X + + n n +

+ =

Υ α0 α1 1 α2 2 ...α

yang lain kemudian menghitung R2

dilakukan regresi setiap Xi dari setiap

hasil regresi dan dinyatakan dengan simbol R2Ni. Fornula untuk masing-masing hasil regresi tersebut dan dinyatakan sebagai berikut :

) 1 /( ) 1 ( ) 2 ( ... .. 1 2 1 2

1 − − +

− = k n n n R k n n R F k k n

dimana: n = jumlah obesrvasi k = jumlah variabel bebas

Jika Fni lebih besar dari F tabel pada status level of significance tertentu, maka dapat diartikan bahwa variable bebas (ni) tertentu mempunyai korelasi dengan variabel bebas yang lain. Jika Fni lebih kecil dari F tabel pada status level


(53)

of significance tertentu, maka dapat diartikan bahwa variable bebas (ni) tertentu tidak mempunyai korelasi dengan variabel bebas yang lain

Menurut Gujarati (1995), tindakan yang dapat dilakukan untuk perbaikan dari masalah ini adalah:

o Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya

o Mengkombinasikan data cross-sectional dan data deretan waktu o Meningkatkan variabel yang sangat berkorelasi

o Mentransformasikan data, dan o Mendapatkan tambahan data baru.


(54)

V. GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI

5.1. Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan ekonomi biasanya diukur melalui indikator pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan, karena dengan dasar ini kita dapat melihat perkembangan ekonomi secara nyata (rill) tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga. Pada tabel 5 terlihat bahwa, pada tahun 2005 pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kelompok sektor sekunder yaitu sekitar 9,84 % diikuti oleh kelompok sektor tersier yaitu sebesar 6,40 %. Kondisi ini berbeda dengan sektor primer yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu sebesar 8,84 %.

Tabel 5.1. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Sukabumi Menurut Kelompok Sektor Tahun 2003-2005 (Persen)

KELOMPOK SEKTOR 2003* 2004** 2005***

Atas Dasar Harga Berlaku

1.Sektor Primer 6,18 14,81 13,56

2.Sektor Sekunder 25,60 10,40 23,31

3.sektor Tersier 14,78 13,81 29,42

PDRB KOTA SUKABUMI 15,41 13,47 27,81

Atas Dasar Harga Konstan 2000

1.Sektor Primer 1,01 8,70 8,84

2.Sektor Sekunder 9,41 3,97 9,84

3.sektor Tersier 5,30 5,83 6,40

PDRB KOTA SUKABUMI 5,39 5,77 5,93

Sumber : BPS Kota Sukabumi, 2003 Catatan : * Angka Sementara

**Angka Sangat sementara

*** Angka sangat-sangat sementara

Gambaran pertumbuhan kelompok sektor tersebut, memperlihatkan adanya kekuatan kelompok sektor sekunder. Kelompok ini disamping memiliki kontribusi terbesar kedua terhadap PDRB Kota Sukabumi juga mampu tumbuh cukup signifikan. Kondisi inilah yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi Kota


(55)

Sukabumi sebesar 5,93%. Apalagi kalau kita perhatikan adanya pertumbuhan negatif yang cukup besar dikelompok sektor primer

Data kependudukan yang disajikan dari Registrasi penduduk, Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Estimasi Penduduk. Berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2005 jumlah penduduk Kota Sukabumi tercatat sebanyak 263.369 jiwa yang terdiri dari 130.939 penduduk laki-laki (49,72%) dan 132.430 penduduk perempuan (50,28%). Berdasarkan data tersebut maka sex ratio (perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan) Kota Sukabumi sebesar 98,87%. sedangkan penduduk WNA di Kota Sukabumi tercatat sebanyak 300 jiwa, terdiri dari 105 laki-laki dan 195 perempuan.

5.2. Angkatan Kerja dan Pengangguran

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan masyarakat, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Oleh karenanya, setiap upaya pembangunan diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan lapangan usaha, dengan harapan penduduk memperoleh manfaat langsung dari pembangunan.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kantor Sosial dan Tenaga Kerja Kota Sukabumi, tercatat pencari kerja yang terdaftar mencapai 3.310 orang, yang terdiri dari 1.806 pencari kerja laki-laki dan 1.504 perempuan. Sedangkan pencari kerja yang berhasil ditempatkan sebanyak 459 orang.

Sementara itu, berdasarkan Susenas Tahun 2004 diketahui bahwa penduduk berumur 10 tahun keatas yang bekerja tercatat sekitar 35,52%,


(56)

sedangkan yang mencari kerja sekitar 11,56% dengan Tingkat Partispasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 49,08% dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 11,56%.

Persentase penduduk yang berumur 10 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha tercatat bahwa penduduk yang bekerja disektor perdagangan, hotel dan restoran menempati urutan pertama yaitu sekitar 39,64%, disusul kemudian yang bekerja disektor jasa-jasa yaitu sekitar 19,51% dan pengangkutan/komunikasi sebesar 12,60 %.

Dari jumlah penduduk yang bekerja dilihat dari status pekerjaan utamanya, sebesar 46,51% diantaranya berstatus berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, 41,46% sebagai buruh/karyawan, 4,88% berusaha dengan buruh tetap, 4,01 % sebagai pekerja keluarga dan 3,14% berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga/buruh tidak tetap.

5.4. Keadaan Umum Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi

Kota Sukabumi merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang merupakan tempat wisata sekaligus sentra produsen mochi di Sukabumi. Industri Mochi tersebar di beberapa kecamatan diantaranya kecamatan Cikole dan Citamiang yang merupakan sentra produsen mochi.

Kegiatan usaha industri mochi yaitu mengolah campuran bahan baku tepung ketan, gula, kacang tanah, tepung tapioka dan bahan penolong menjadi mochi. Mochi adalah makanan ringan yang bentuknya bulat kecil. Pembuatan mochi melalui proses sederhana dan secara keseluruhan dikerjakan oleh tenaga


(57)

kerja manusia. Kegiatan ini telah berlangsung cukup lama dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta dapat menyerap tenaga kerja. Mochi merupakan makanan khas industri kecil di Kota Sukabumi.

Industri mochi yang ada di Kota Sukabumi secara umum tergolong ke dalam skala rumah tangga, dan kecil. Industri mochi yang berada di Sukabumi pada umumnya masih sangat sederhana baik dari segi teknologi maupun manajemennya. Dalam perkembangannya industri mochi tidak diikuti oleh perkembangan teknologi yang cukup berarti. Sedangkan dari segi manajemen dalam industri mochi masih menggunakan manajemen tradisional, dimana pengusaha tidak melakukan pencatatan dalam proses produksinya.


(58)

VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI INDUSTRI KECIL MOCHI

Penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada 9 orang pengusaha industri kecil mochi menghasilkan data mengenai karateristik pengusaha industri kecil mochi. Berikut disajikan kinerja industri kecil mochi mengenai kepemilikan modal, pengalaman kerja, jenis kelamin, lokasi berdagang, dan sumber pasokan.

6.1. Kepemilikan Modal

Modal adalah jumlah dana yang dipakai untuk menjalankan usaha berdagang. Modal yang digunakan bervariasi, ada yang besar dan ada juga yang kecil tergantung pada kemampuan pedagang itu sendiri. Biasanya modal yang digunakan dalam industri ini berasal dari modal sendiri dan keluarga.

Tabel 6.1. Kepemilikan Modal

Kepemilikan Modal (Rp) Frekuensi Persentase

Rp. 3000.000,- - Rp. 5.000.000,- - -

>Rp. 6000.000,- - Rp. 8.000.000,- 4 44.40

>Rp. 8.000.000,- 5 55.50

Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 6.1, kepemilikan modal untuk memulai usaha industri mochi dibedakan menjadi tiga kategori. Penggunaan modal terbesar berkisar antara Rp. 6000.000,- - Rp. 8.000.000,- yaitu sebanyak 4 orang (44.40 persen) dan terbesar sebanyak lima orang (55.50 persen).


(59)

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam menunjang suatu pekerjaan. Akan tetapi pendidikan formal tidak begitu diutamakan untuk bekerja sebagai pengusaha industri kecil mochi. Berdasarkan data survei, tidak terdapat perbedaan berarti bagi mereka yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU/SMK). Dalam Tabel 6.2 dapat kita lihat frekuensi pengusaha industri kecil mochi berdasarkan latar belakang pendidikan.

Tabel 6.2. Frekuensi Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Pendidikan Lamanya sekolah (tahun) Persentase

SD - -

SMP 3 33,30

SMU 6 66,60 Sumber : Data Primer

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 33.30 persen pengusaha industri kecil mochi duduk di bangku SMP, 66.60 persen berpendidikan SMU

6.3. Usia

Untuk menjadi seorang pengusaha industri kecil mochi, usia bukanlah suatu penghalang. Hasil survei, menunjukkan usia mereka berkisar antara 20 tahun sampai 70 tahun yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dapat dilihat pada Tabel 6.3 dimana frekuensi terbesar berada pada usia >45 tahun – 70 tahun Tabel 6.3. Frekuensi Responden Berdasarkan Latar Belakang Usia

Usia (tahun) Frekuensi Persentase


(60)

>45 - 70 6 66.60 Sumber : Data Primer

6.4. Pengalaman Kerja

Seorang pengusaha industri mochi dalam memasarkan dagangannya dibutuhkan keterampilan tertentu agar dapat banyak mendatangkan pembeli. Para pengusaha umumnya telah menekuni usaha ini berkisar antara 1 tahun sampai 30 tahun. Berdasarkan Tabel 6.4, pengusaha yang telah bekerja lebih dari 20 tahun adalah 2 orang (22.20 persen), >10 – 20 tahun sebanyak (33.30 persen), dan yang telah bekerja 1-10 tahun sebanyak 4 orang (44.40 persen).

Tabel 6.4. Frekuensi Responden Berdasarkan Latar Belakang Pengalaman Kerja

Pengalaman Kerja (tahun) Frekuensi Persentase

1 – 10 4 44.40

>10 – 20 3 33.30

>20 - 30 2 22.20

Sumber : Data Primer

6.5. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil survei, ditemukan bahwa laki-laki mendominasi usaha industri mochi. Dapat dilihat dalam Tabel 6.5, dimana jumlah laki-laki yang bekerja sebesar 6 (66.60persen) sedangkan pengusaha wanita hanya sebesar 44.40 persen


(61)

Tabel 6.5. Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 6 66.70

Perempuan 3 33.30

Sumber : Data Primer 6.6. Sumber Pasokan

Berdasarkan hasil survei, didapatkan bahwa pasokan barang seluruh pengusaha mendapat dari satu kota, yaitu Kota Sukabumi. Hal ini dikarenakan karena jarak antara toko produsen dengan pasar yang tidak terlalu jauh, sehingga terjangkau oleh pengusaha. Semakin besar biaya transportasi maka harga suatu barang yang diperjualbelikan akan semakin tinggi.


(62)

VII. ANALISIS KINERJA DAN KEUNTUNGAN USAHA MOCHI

7.1. Analisis Kinerja Usaha Industri Mochi Kota Sukabumi

Kinerja usaha yang diteliti dalam penelitian ini adalah kinerja industri kecil mochi di Kota Sukabumi. Analisis kinerja industri mochi ini dapat dilihat dari indikator yaitu Return of Investment (ROI), Rasio imbangan penerimaan R/C dan tingkat keuntungan. Hasil analisis secara keseluruhan dapat dilihat dalam Tabel 7.1.

Tabel 7.1. Kinerja Industri Kecil Mochi Tahun 2007

Keuntungan (Rp/thn)

Π

Perusahaan Mochi ROI(%) Rasio R/C

1. Bahagia 22.67 1.33 409.149.600

2. Arjuna 15.16 1.70 711.575.200

3. Berkah 17.45 1.32 559.427.200

4. Bakat 6.50 1.57 226.944.000

5. Hapiness 16.80 1.40 865.044.000

6. Mandiri 15.33 1.81 493.089.600

7. Cecep 17.07 1.38 425.300.800

8. Kaswari 31.20 1.38 1.025.887.200

9. Rezeki 5.00 1.00 1.240.000

Sumber : Data Primer (olah)


(63)

Pengembalian atas investasi (ROI) memberikan indikasi probabilitas suatu investasi. Dengan analisis ini akan dapat diketahui industri mochi yang dilakukan disukai atau tidak oleh investor, dan berapa besar tingkat pengembalian modal industri kecil mochi di Kota Sukabumi.

Hasil penelitian pada Tabel 7.1 terlihat nilai tingkat pengembalian modal berkisar antara 5,00 persen sampai 31,20 persen. Hal ini membuktikan bahwa pemilik modal mochi lebih memilih memperoleh modalnya sendiri karena tingkat pengembalian modal yang tinggi daripada meminjam kepada pihak bank atau rentenir, karena pemilik modal enggan mengikuti prosedur yang berbelit-belit, serta penentuan bunga bank berkisar 15 persen perbulan. Selain itu dapat dilihat rata-rata industri kecil mochi pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2. Rata-rata Kinerja Industri Kecil Mochi Berdasarkan ROI Tahun2007 Kriteria/uraian Nilai Rata-rata ROI/thn

(persen/thn)

Standar Deviasi

ROI ( %/thn) 16,35 7,38

Sumber : (olah data)

Rata-rata ROI industri mochi sebesar 16,35 persen mengindikasikan rata-rata tingkat pengembalian modal sebesar 16,35 persen per tahun. Misalnya ada suatu industri mochi yang mempunyai modal dalam satu bulan sebesar Rp. 6.000.000,- dalam satu tahun modal tersebut sebesar Rp. 72.000.000,-. Maka tingkat pegembalian modal per tahun sebesar kurang lebih sebesar Rp.12.000.000,- Serta nilai standar deviasi yaitu 7,38 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian modal industri kecil mochi di Kota Sukabumi cukup beragam.


(1)

Simanjuntak, Payaman. 1998.

Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia

. Jakarta.

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Uniersitas Indonesia.

Sri, Kristiyar Gunawan. 1997.

Keragaan Usaha dan Penggunaan Faktor Produksi

Industri Kecil-Menengah Pengecoran Logam.

Skripsi. Jurusan

Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor

Soekartiwi. 1986.

Ilmu Usahatani dan penelitian untuk pengembangan Petani

Kecil

. UI Pers. Jakarta.

Sucipto. 2003.

Analisis PSAK No.23 Tentang Pendapatan.

Fakultas Ekonomi.

Universitas Sumatera Utara. Medan

Tjakrawiraklaksana, A.1983.

Usaha Tani.

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Jakarta.


(2)

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS KINERJA USAHA DAN PENYERAPANTENAGA USAHA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI

Kuesioner ini digunakan dalam rangka penyusunan bahan penelitian untuk skripsi oleh Cenita Meliani, mahasiswa Program Sarjana Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Mohon Bapak/Ibu berkenan mengisi kuesioner dengan jujur dan objektif sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, karena hal ini sangat membantu keberhasilan penelitian ini. Terimaksih.

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Lengkap : ... 2. Alamat Lengkap : ... ...

II. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Jenis Kelamin : (1) laki-laki (2) perempuan

2. Umur :... 3. Status : (1) Bujangan (2) menikah (3) janda/duda

4. Jumlah anggota keluarga: ... org 5. Pekerjaan utama ...

III. INFORMASI UMUM USAHA

1. Jenis Usaha : ... 2. Lama Berusaha: ... thn 3. Lokasi Usaha : (1) lingkungan masyarakat (2) pasar tradisional (3) kaki lima (4)

keliling dan mengapa anda memilih tempat tersebut?... 4. Wilayah pemasaran usaha : (1) wilayah kota sukabumi (2) wilayah kabupaten

sukabumi (3) wilayah luar kota sukabumi

5. Konsumen produk mochi : (1) rumah tangga (2) pegawai/karyawan

(3)mahasiswa/pelajar (4) pedagang dan jelaskan pilihan mana yang mendominasi? 6. Usaha Mochi merupakan pekerjaan utama atau sambilan?... 7. Bagaimana prospek usaha mochi (1) menguntungkan (2) rugi (3) ... 8. Adakah pesaing (1) dalam wilayah kota sukabumi (2) luar kota sukabumi 9. Bagaimana kondisi pesaing tersebut dari dua aspek yaitu :

Keunggulan ... Kelemahan...


(3)

10. Apa kelebihan produk mochi anda? ... ... 11. Jelaskan kemudahan dan kesulitan dalam mengembangkan usaha mochi anda ... ... ...

IV. PERMODALAN

1. Bagaimana memperoleh modal usaha: (1) sendiri (2) keluarga (3) pinjaman Berapa besar Rp... 2. Berapa modal awal yang dibutuhkan dalam usaha ini Rp... 3. Berapa lama usaha anda mengalami kondisi impas (Break Even Point)

...

V. KETENAGAKERJAAN

1. Darimana pengetahuan anda tentang pengolahan mochi?... 2. Berapa besar jumlah tenaga kerja dalam industri anda berdasarkan jenis pekerjaan 3. Berapa rataan jam per hari? (bedakan antara pria, wanita dewasa, dan anak-anak) 4. Berapa besarnya upah/gaji untuk pria dewasa, wanita dewasa dan anak-anak

5. Bagaimana cara pembayaran upah/gaji? Sebutkan apabila jika lebih dari satu cara dan adakah bonus/premi?

6. Bagaimana cara merekrut tenaga kerja (jelaskan kriteria apa yang mendai pilihan)? 7. Dari mana saja asal pekerja tersebut?

Dari luar kota... orang(L/P atau anak-anak)

Dari dalam kota ... orang(L/P atau anak-anak)

8. Apakah pendidikan/keterampilan khusus tertentu yang diberikan kepada pekerja? Atau adakah keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh pekerja?

9. Apakah ada pekerja yang memiliki pekerjaan lain?

10. Adakah perlindungan tenaga kerja?dan bagaimana bentuknya? 11. Apa masalah ketenagakerjaan yang dihadapi?

VI. PEROLEHAN INPUT

1. Dari mana anda mendapatkan bahan baku mochi (1) pasar tradisional (2) tersedia sendiri (3) luar kota

2. Bagaimana cara anda mengetahui tempat yang menyediakan bahan baku mochi? 3. Berapa jumlah dan harga bahan baku yang dibutuhkan, terperinci di bawah ini ?

No Bahan Baku Satuan Jumlah kebutuhan Harga satuan Total harga (Rp)

1 Tepung ketan Kg


(4)

3 Kacang tanah Kg

4 Tepung gula Kg

5 Tepung tapioka Kg

6 Flavour Botol

7 Besek Kotak 8 Label Lembar

9 Minyak tanah Liter

10 Plastik mika Kg 11 Kertas bekas Kg

12 Tali rapia gulung

Total

4. Bagaimana sarana transportasi yang ada?jelaskan!

VII. PRODUKSI

1. Bahan baku utama atau penunjang? 2. Jumlah produksi pada awal berproduksi? 3. Bagaimana perkembangan jumlah produksi? 4. Rataan kapasitas produksi sekarang?

5. Produksi secara kontinu atau secara pesanan?

6. Produksi tertinggi dan terendah terjadi kapan dan berapa? 7. Jenis produk yang dihasilkan (utama dan sampingan)

8. Berapa jam kerja industri sehari, hari kerja industri dalam satu bulan dan berapa lama dalam satu tahun?

9. Sebutkan tahap-tahap proses produksi dan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam setiap tahap menurut jenis kelamin dan lama setiap tahap produksi?

10. Gambarkan bagan produksi anda?

11. Masalah/hambatan yang dirasakan dalam proses produksi (bahan baku, tenaga kerja, modal dan peralatan)?

12. Pernakah kesukaran dalam mendapatkan bahan baku? Apabila ada sejak kapan dan kenapa?

13. Pernakah mengalami kelebihan bahan baku (kapan dan mengapa)? 14. Peralatan apa saja yang diperlukan dalam proses produksi?

VIII. PEMASARAN OUTPUT

1. Adakah proses promosi dalam kegiatan pemasaran output? 2. Jumlah output yang djual...Kg/hari 3. Harga jual per keranjang Rp...

4. Output dijual kemana? Sebutkan alasannya!

5. Apakah penjualan output hanya kepada orang tertentu/langganan atau berubah-ubah meurut harga?

6. Dimanakah penyerahan barang dilakukan? 7. Adakah biaya bongkar muat dan biaya angkut? 8. Bagaimana fluktuasi harga output?


(5)

Berapa harga tertinggi dan kapan hal ini terjadi? Berapa harga terendah dan kapan hal ini terjadi? Berapa harga rataan?

9. Siapa dan bagaimana yang menentukan harga output? 10. Bagaimana cara pembayaran yang dilakukan oleh pembeli? 11. Jika barang/output disimpan?

Dimana disimpannya? Berapa lama disimpan? Berapa biaya penyimpanan?

12. Adakah permasalahan/kesulitan dalam pemasaran output, jelaskan?

13. Apakah terdapat hubungan antara pengusaha dengan pabrik, atau pedagang parantara (misalnya, ikatan hutang dan kontrak)? Dan bagaimana aturan mainnya

IX. ANALISIS PENDAPATAN USAHA

Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pendapatan Usaha Industri Mochi

1. Penerimaan Rata-rata

Per hari Rp... Per minggu Rp... Per bulan Rp

2. Pengeluaran Usaha

Jenis Pengeluaran Per hari/minggu Per bulan Per tahun

Bahan baku/bahan pelengkap Upah tenaga kerja Listrik, Air, Telepon Biaya Transportsi pembelian bahan

baku Pajak, retribusi

Tabungan Gaji lembur

Biaya pemeliharaan peralatan Biaya lainnya Total Pengeluaran


(6)

Dependent Variable: UNTUNG Method: Least Squares Date: 05/15/07 Time: 00:31 Sample: 1 9

Included observations: 9

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.11E+08 1.98E+08 0.559139 0.6002

MODAL -8.315972 23.52787 -0.353452 0.7382

VOLUME 3.529283 0.848462 4.159625 0.0088

UPAH -4.515049 15.64361 -0.288619 0.7845

R-squared 0.861082 Mean dependent var 5.24E+08 Adjusted R-squared 0.777732 S.D. dependent var 3.14E+08 S.E. of regression 1.48E+08 Akaike info criterion 40.76654 Sum squared resid 1.10E+17 Schwarz criterion 40.85420 Log likelihood -179.4494 F-statistic 10.33084 Durbin-Watson stat 2.448568 Prob(F-statistic) 0.013905

Hasil Estimasi Model dengan menggunakan metode OLS

Uji Multikolinearitas

MODAL UPAH VOLUME

MODAL 1.000000 0.312852 0.602666 UPAH 0.312852 1.000000 0.566767 VOLUME 0.602666 0.566767 1.000000

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 1.181325

Probability

0.525579 Obs*R-squared 7.019355

Probability