Dana Pensiun dan Penggajian
7.1 Dana Pensiun dan Penggajian
Dalam masa pemerintahan Khalifah Umar, di antara alokasi belanja dari harta Baitul Mal tersebut, dana pensiun merupakan pengeluaran negara yang paling penting. Prioritas berikutnya adalah anggaran pertahanan negara dan dana pembangunan. Khalifah Umar menempatkan dana pensiun di tempat pertama dalam bentuk rangsum bulanan (arzaq) pada tahun 18 H (640 M), dan selanjutnya pada tahun 20 H (642 H) diubah menjadi rangsum tahunan (atya). Dana pensiun diberikan kepada mereka yang pernah dan akan bergabung dalam kemiliteran. Dengan makna lain, dalam dana pensiun ini tercakup gaji reguler angkatan bersenjata, pasukan cadangan dan penghargaan bagi orang yang telah berjasa. Mereka yang telah berjasa diberi pensiun kehormatan (sharaf) seperti yang diberikan kepada istri-istri Rasulullah, para janda dan anak-anak para pejuang yang telah wafat. Penduduk non-muslim yang bersedia ikut
dalam kemiliteran juga mendapat penghargaan yang serupa. 74
Alokasi belanja ini juga meliputi gaji untuk para pegawai sipil. Sejumlah penerima dana pensiun juga ditugaskan untuk melaksanakan kewajiban sipil. Khalifah umar sendiri sebagai mantan pejuang Badar juga mendapatkan dana pensiun sebesar 5.000 dirham pertahun. Dan dengan pendapatan tersebut ia tidak mendapatkan gaji lagi dari Baitul
Mal. 75 Dengan demikian dalam konsep dana pensiun dan penggajian Khalifah Umar
72 Terdapat dalam al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra (10: 227), dan al-Muttaqi al-Hindi, Kanzu al-Ummal (5: 807) sebagaimana dikutip DR. Jaribah, 2006. Op., Cit., hal. 215.
73 DR. Jaribah, 2006. Ibid.
74 Sabzwari, 1985. dalam Karim, 2006. Ibid, hal. 75.
75 Awal konsep penggajian yang jelas untuk Khalifah dimulai masa Abu Bakar. Dimana ketika itu setelah dianggkat menjadi Khalifah, Abu Bakar tidak bisa lagi
berdagang sehingga kebutuhan keluarga beliau diurus dengan menggunakan harta Baitul Mal. Menurut beberapa riwayat Khalifah diperbolehkan mengambil dua setengah berdagang sehingga kebutuhan keluarga beliau diurus dengan menggunakan harta Baitul Mal. Menurut beberapa riwayat Khalifah diperbolehkan mengambil dua setengah
pemerintahan yang tertata rapi. 76
Menurut Khalifah Umar, upah pekerja di lembaga negara adalah tidak kurang dari kadar kecukupannya. Hal ini dilakukan diantaranya ketika penentuan “gaji” untuk dirinya maka beliau bermusyawarah dengan para sahabat terkemuka dalam penentuan tersebut. Selain itu Khalifah Umar juga pernah menulis surat kepada Mu’adz bin Jabal dan Abu Ubaidah ketika mengutus keduanya di Syam, agar memperhatikan orang- orang yang shaleh dan menginstruksikan untuk memperkerjakan mereka pada peradilan dengan gaji yang mencukupi dari harta Baitul Mal. Kebijakan Umar untuk memberikan gaji kepada pegawai negara tidak kurang dari batas kecukupan disebabkan dan dapat dilihat dalam beberapa faktor. Pertama, melindungi pegawai negara dari suap atau khianat dengan melanggar dan memanfaatkan kekuasaannya dengan merugikan harta negara dan harta kaum masyarakat. Kedua, Umar melarangpara gubernurnya berdagang pada masa tugas mereka, sehingga mengharuskan perealisasian kecukupan kebutuhan mereka dari harta baitul mal. Ketiga, Khalifah Umar pernah memberikan gaji kepada Salamah bin Rabiah al-Bahali pada tuga peradilan dan mendapatkan gaji sebanyak 500 dirham perbulan (setara dengan Rp. 15 juta), dimana jumlah tersebut adalah mencukupi baginya dan bagi keluarganya. Keempat, penetuan gaji bagi pegawai pemerintah tidak tunduk kepada hukum permintaan dan penawaran tenaga kerja (supply dan demand), karena bila seseorang mendapat tugas dari Ulil Amri maka wajib baginya untuk menjadalankan tugas negara tersebut. Meski demikian penggajian ini juga mempertimbangkan kondisi masyarakat, dimana misalnya ketika masyarakat tertimpa kelaparan pada tahun Ramadah, Khalifah dan para Gubernurnya juga
mengalami penurunan gaji dan merasakan penderitaan tersebut. 77
Sistem administrasi dana pensiun dan rangsum pada masa Khalifah Umar juga dikelola dengan baik. Dalam satu tahun dana pensiun dibayarkan dua kali, sedangkan
atau tiga perempat dirham setiap harinya dari Baitul Mal dengan tambahan bahan makanan berupa dagin domba dan pakaian biasa. Setelah berjalan beberapa waktu ternyata tunjangan tidak mencukupi, sehingga tunjangan ditambah menjadi 2.000 atau 2.500 dirham dan menurut riwayat lain 6.000 dirham. Beberapa waktu menjelang wafatnya, Khalifah Abu Bakar berapa banyak gaji yang telah diterimanya, dan ketika diberitahukan bahwa jumlah tunjangannya sebesar 8.000 dirham, beliau langsung memerintahkan untuk menjual sebagain besar tanah yang dimilikinya dan hasilnya diserahkan kepada Negara. Beliau juga menginstruksikan untuk mengalihkan semua fasilitas yang selama ini diberikan Negara seperti: seorang budak untuk memelihara anak-anak beliau dan membersihkan peralatan perang kaum muslimin; seekor unta pembawa air dan sehelai pakaian biasa. Mengetahui hal ini, Khalifah Umar ketika diangkat menggantikan beliau menyatakan “Wahai Abu Bakar, engkau telah membuat penggantimu ini menjadi sangat sulit”. Lihat Sabzwari, 1985. dalam Karim, 2006. Ibid, hal. 56.
76 Sabzwari, 1985. dalam. Karim, 2006. Ibid, hal. 75-76.
77 Lihat DR. Jaribah, 2006. Op., Cit., hal. 238-240.
pemberian rangsum dilakukan secara bulanan. Administari dana pensiun terdiri dari dua bagian, bagian pertama catatan penerima dan jumlah hak mereka dan yang kedua berisi laporan pendapatan. Dana tersebut didistribusikan melalui kepala kelompok yang dianggap paling bijaksana dan mereka bertangungjawab untuk distribusi kepada
sepuluh penerima dana. 78 Selain juga melalui departemen-departemen yang telah dibentuk.
Secara umum pengeluaran negara yang dapat diidentifikasi secara jelas adalah tunjangan Khalifah, dana pensiun dan tunjangan untuk golongan-golongan penduduk sesuai hasil sensus yang dibuat komite sensus atau oleh Diwan. Secara umum tunjangan yang diberikan dapat digambarkan dengan nilai setara Rupiah sekarang dalam tabel 3 berikut.
Tabel 3 Beberapa Tunjangan Tahunan Masa Umar bin Khathab
Penerima
Jumlah
Kurs Rp.
Nilai Total (Rp)
1. Khalifah Umar
2. Aisyah dan Abas bin Abdul Muthalib
12.000 Dirham
3. Istri Nabi selain Aisyah
10.000 Dirham
4. Ali, Hasan, Husein dan Ahlu-Badar
5.000 Dirham
5. Pejuang Uhud dan Peserta Hijrah
4.000 Dirham
Abysinia
6. Muhajirin sebelum Fathu Makah
3.000 Dirham
7. Putra Pejuang Badar, Muslim sebelum
2.000 Dirham
Fathu Makah, Putra Muhajirin dan Anshar, Pejuang Qadhisiyah, Ubala dan yang hadir pada Perjanjian Uhud
8. Penduduk Makah non-Muhajirin
800 Dirham
9. Penduduk Madinah
25 Dinar
10. Penduduk Yaman, Syiria dan Irak
300 Dirham
11. Anak Baru Lahir
100 Dirham
12. Anak yang sudah besar
200 Dirham
13. Anak Pungut (semula terlantar)
100 Dirham
14. Pengasuh Anak Pungut
1.200 Dirham
Selain itu penduduk juga memperoleh tunjangan berupa gandum, minyak, madu, dan cuka dalam jumlah yang tetap, dengan kualitas dan jenis barang berbeda-beda di setiap wilayah.
Ket.: Kurs ini merujuk pada kurs dinar (Rp. 850 ribu) dan dirham (Rp. 30 ribu), awal Maret 2007. Sumber: Diadaptasi dari Sabzwari, 1985 dalam Karim, 2006 dan Haikal, 2003, Ra’ana, 1997.
Ketentuan yang diberlakukan oleh Khalifah Umar dan dijadian sebagai dasar pendistribusian tunjangan itu tampak jelas dari komitmennya kepada orang-orang yang berhak atas harta baitul mal. Menurut at-Tabaqat Ibnu Sa’ad mengutip sumber dari Salim bin Abdullah dengan menyatakan: “Umar bin Khathab menyalurkan pembagian
78 Sabzwari, 1985. dalam Karim, 2006. Ibid, hal. 75.
harta baitul mal tersebut kepada semua orang. Tidak seorang pun yang tidak kebagian. Sampai sisa terakhir, semua keluarga dan kabilah mendapat bagian antara dua ratus
lima puluh sampai dengan tiga ratus dirham”. 79
Dalam kebijakan Khalifah Umar, pemberian rutin itu wajib diberikan kepada setiap penduduk, tetapi dalam kebijakan ini diikuti dengan melakukan penentuan kelompok
yang berhak mendapatkan pemberian dalam empat kelompok: 80 (1) orang-orang yang terdahulu dalam Islam, dengan sebab kepioniran mereka kemudian diberikan tunjangan; (2) orang-orang yang mendatangkan kemanfaatan bagi negara, seperti pejabat negara dan ulama; (3) orang yang mendapatkan tugas dari negara, seperti orang yang berjihad, kalangan tentara reguler, intelejen dll; (4) orang-orang yang membutuhkan.
Terlihat dari sistem distribusi harta baitul mal diatas tersebut bahwa Khalifah Umar menerapkan prinsip ‘keutamaan’ dalam mendistribusikan harta Baitul Mal. Menurut pendapatnya, kesulitan yang dihadapai oleh penduduk Muslim masa perjuangan awal Islam harus diperhitungkan dalam menetapkan bagian seseorang dari harta negara. Sehingga yang disebut ‘keadilan’ dalam distribusi tersebut menghendaki jerih payah dan pengorbanan yang telah dicurahkan dalam memperjuangkan Islam harus dibalas
dengan sebaik-baiknya. 81 Kebijakan distribusi dengan prinsip ‘keutamaan’ ini sesungguhnya baru diterapkan pada tahun 20 H ketika data sensus selesai, sebelumnya dari tahun 13-20 H kebijakan yang diambil adalah menggunakan ‘politik persamaan’. 82
Jumlah tunjangan-tunjangan tersebut memang cukup besar terlebih bila kita bandingkan dengan sekala aktivitas dan kebutuhan ekonomi masyarakat masa itu. Hal ini diantaranya yang menjadi bukti sejarah kemakmuran ekonomi masa Khalifah Umar. Dan peran negara yang sedemikian bertangung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan makanan dan pakaian bagi setiap warganya merupakan hal yang bertama dalam sejarah
peradaban dunia. 83
79 Sebagaimana dikutip oleh Haikal, 2003. Op., Cit., hal. 678-679.
80 Merujuk penjelasan Ibnu Taymiyyah, Majmu’ al-Fatawa (28: 267) dan as-Siyasah as-Syar’iyyah , hal. 73-75. Lihat DR. Jaribah, 2006. Op., Cit., hal. 238-240.
81 Kebijakan ini berbeda dengan kebijakan yang telah diterapkan pada masa Khalifah Abu Bakar yang menetapkan prinsip kesamarataan dalam memberikan
tunjangan kepada para sahabat Rasulullah SAW, baik dahulu masuk Islam atau yang akhir, hamba atau merdeka, dan antara pria dan wanita. Kebijakan Khalifah Umar tersebut berikutnya juga diperbaharui oleh Khalifah Ali, dimana dana Baitul Mal dibagi secara merata untuk setiap orang. Lihat Sabzwari, 1985. dan As-Sadr, 1989. dalam Karim, 2006. Op., Cit., hal. 57 dan 149.; Afzalurrahman, 1995. Op., Cit., Jilid 1., hal. 164. Untuk kontroversi kebijakan Khalifah Umar ini dibahas panajang lebar dalam DR. Jaribah, 2006. Op., Cit ., hal. 259-275.
82 Lihat DR. Jaribah, 2006. Op., Cit., hal. 260.
83 Sabzwari, 1985. dalam Karim, 2006. Ibid., hal. 64.