Memilih vulkanologi Pak Syamsul, demikian rekan-rekannya

Memilih vulkanologi Pak Syamsul, demikian rekan-rekannya

memanggil beliau, lulus Akademi Geologi dan Pertambangan (AGP) tahun 1978. Setelah lulus, pengalaman pertama beliau adalah bekerja di bidang geothermal (panasbumi).

”Saat itu pekerjaan swasta sedang mengalami booming. Yang paling menonjol adalah perusahaan itu (sengaja tidak disebutkan namanya-red) karena pengembangan geothermal di Indonesia baru dimulai. Saya beruntung, karena dari lulusan AGP tahun itu, saya termasuk salah satu dari dua orang yang diterima di perusahaan tersebut. Begitu diterima, saya ditempatkan di divisi geothermal. Disanalah saya berkenalan dengan geothermal”. Demikian Pak Syamsul menuturkan awal pengalaman kerjanya.

Di perusahaan swasta itu Pak Syamsul hanya bertahan dua tahun. Diantara pengalaman beliau selama di perusahaan swasta tersebut adalah bertugas menjadi junior geologist lapangan panasbumi Darajat dan di Dieng selama dua tahun. Pada akhir tahun 1979 Pak Syamsul sudah mengundurkan diri dari tempat bekerja pertamanya. ”Saya berpikir, kalau terus- terusan bekerja di swasta tentu saya tidak dapat melanjutkan pendidikan dan 'nggak bakalan pensiun. Maka meskipun mendapat penghasilan yang cukup lumayan, saya mengundurkan diri”, demikian Pak Syamsul menjelaskan alasannya keluar dari perusahaan swasta tempat karir awalnya itu.

Menjadi PNS Setelah keluar dari perusahaan swasta itu, Pak

Salah satu foto Gunung api hasil karya Pak Syamsul

Profil

60 W a r t a G e o l o g i . S e p t e m b e r 2 0 0 7

Profil 61

Syamsul kemudian masuk ke Direktorat Vulkanologi (DV, sekarang: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Bumi atau PVMBG), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM), pada awal tahun 1980. Artinya, Pak Syamsul mulai meniti karir pegawai negeri sipil (PNS) di DV. Ketika ditanya mengapa beliau memilih DV, beliau menjawab sebagai berikut: ”Ini suratan hidup saya. Saya masuk ke Vulkanologi (DV-red) sebenarnya karena di sana ada subdit geothermal dan saya berharap bekerja disana. Tapi begitu diterima, atasan malah menempatkan saya di (Subdit-red) Pengamatan Gunung api, Seksi Wilayah Sulawesi dan Maluku. Saya terima tugas ini dengan lapang dada. 'Sekalian nambah ilmu baru', kata atasan saya yang lain”.

Mendapatkan status PNS resmi pada Tahun 1981, sang ”pengamat gunung api” intelek ini lima tahun kemudian sudah ditugaskan melanjutkan studinya di International Institute of Technology and Earthquake Engineering, Tsukuba-Jepang. Bidang yang beliau selami disana adalah seismologi vulkanik. Dengan mengambil kasus di Pulau Izu Oshima, Jepang yang diperbandingkan dengan data dari G. Gamalama dan G. Lokon di Indonesia, Pak Syamsul menyelesaikan studi S2-nya. Tujuh tahun kemudian, tepatnya Tahun 1993, beliau diangkat menjadi Kepala Seksi Wilayah Sulawesi dan Maluku, Subdit Pengamatan Gunung api Wilayah, DV, DESDM.

Menjadi Kepala BPPTK Pada Tahun 1999, Pak Syamsul dilantik menjadi Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Kegunung apian (BPPTK), Yogyakarta, satu unit kerja dibawah DV. Seputar peristiwa tersebut, Pak Syamsul mengenangnya sebagai berikut: ”Pada suatu hari di Tahun 1999, Direktur Vulkanologi memanggil saya ke ruangannya. 'Anda ditugaskan di Merapi', katanya. Jabatan yang saya emban adalah Kepala BPPTK. Maka pada tahun 1999 saya pindah ke Yogyakarta”.

Di BPPTK, pekerjaan para vulkanolog, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, banyak bergelut dengan gunung api Merapi yang terkenal itu. Namun, G. Merapi, sebagaimana dituturkannya, bagi beliau bukanlah sosok yang

”Di BPPTK banyak orang- orang pintar sehingga saya bersyukur karena didukung oleh SDM yang berkualitas. Ketika G. Merapi meletus pada tahun 2001, BPPTK ini diacungi jempol karena keberhasilan dalam penanganannya, yaitu sukses memprediksi dan menetapkan status G. Merapi. Kebanggaan saya bertambah karena secara pribadi Sri Sultan menelepon saya dan mengucapkan: 'Selamat, Anda telah melaksanakan tugas!', katanya”

G. Merapi, salah satu gunung api paling aktif di dunia

Salah satu foto aktivitas G. Merapi

asing. Karena beliau sebelumnya pernah bertugas menjadi anggota tim penanggulangan erupsi G. Merapi pada tahun 1994 dan 1997. Hal yang membedakannya adalah bahwa dengan jabatannya sebagai Kepala BPPTK beliau harus bertanggungjawab langsung terhadap gunung api yang termasuk salah satu gunung api paling aktif di dunia itu.

Beliau lancar memikul tugas sebagai “kepala suku penunggu” G, Merapi itu. Bahkan, ketika bertugas di BPPTK itu beliau menuai salah satu penghargaan karena prestasi kerjanya. Hal itu sebagaimana penuturannya berikut ini: ”Di BPPTK banyak orang-orang pintar sehingga saya bersyukur karena didukung oleh SDM yang berkualitas. Ketika G. Merapi meletus pada tahun 2001, BPPTK ini diacungi jempol karena keberhasilan dalam penanganannya, yaitu sukses memprediksi dan menetapkan status G. Merapi. Kebanggaan saya bertambah karena secara pribadi Sri Sultan menelepon saya dan mengucapkan: 'Selamat, Anda telah

melaksanakan tugas!', katanya”. Pengalaman ”Scientific” tentang Melihat

Gunung api Pak Syamsul menuturkan bahwa pengalaman scientific pertama melihat gunung api bagi beliau adalah saat G. Gamalama (P. Ternate, Maluku

Utara-red) meletus tahun 1981. Di sanalah pertama kalinya beliau melihat lava dan debu dimuntahkan dari perut bumi melalui gunung api langsung dari dekat.

Selanjutnya beliau juga adalah saksi dari letusan beberapa gunung api lainnya. Berturut-turut beliu menyaksikan langsung letusan-letusan dari gunung api-gunung api berikut: G. Galunggung (1982), G. Colo (1983), G. Merapi (1984), G. Anak Ranakah (1985), G. Kelud (1990), G. Soputan (1991), G. Karangetan (1993), G. Ibu (1999), G. Egon (2003), dan G. Awu (2004). Inilah yang beliau sebut sebagai pengalaman scientific melihat gunung api: “Saya banyak melihat gunung api meletus. Pengalaman scientific ini tidak mudah diperoleh dan tidak

Pak Syamsul dalam kegiatan sosialisasi bidang geologi di Sulawesi Utara

Profil

Gunung Gede

62 W a r t a G e o l o g i . S e p t e m b e r 2 0 0 7 62 W a r t a G e o l o g i . S e p t e m b e r 2 0 0 7

akhirnya Pemda setempat harus menggunakan diberi kesempatan oleh Tuhan menimba banyak

todongan senjata agar penduduk mau ilmu gunung api, melihat gunung api meletus”.

dipindahkan.

Pengalaman paling Mengesankan: G. Sore itu di pulau (Una-una-red) tersisa kira-kira Colo, 1983

segilintir penduduk, belasan polisi dan tentara, Dari sekian banyak pengalaman ”kontak”

beberapa wartawan, dan 3 orang petugas dari dengan tingkah gunung api, Pak Syamsul

vulkanologi. Hari itu sejak pagi sampai jam 10-an menyampaikan kepada WG bahwa

kami bertiga telah memasang perangkat pengalamannya yang tak akan beliau lupakan

seismograf. Saya mengenakan celana pendek adalah pada tahun 1983 saat beliau menjadi

dan kaki beralaskan sendal jepit, pergi membawa anggota tim penanggulangan erupsi G. Colo di

kamera hendak piket.

Pulau Una-una, Sulawesi Tengah. G. Colo, sebelum letusannya tahun 1983, meletus

Tiba-tiba pukul 5 sore terdengar suara dentuman terakhir kalinya pada tahun 1900. Artinya pada

keras dari arah gunung dan langit sejauh mata tahun 1983 itu G. Colo telah sekitar 84 tahun

memandang berubah warna menjadi gelap. Di beristirahat.

sekitar kami berjatuhan kerikil-kerikil panas. Semua orang panik. Mereka serentak lari

Dari sisi mitigasi bencana atau upaya untuk menyelamatkan diri menuju pelabuhan tempat mengurangi ke tingkat seminimal mungkin

satu-satunya kapal menambat. Nakhoda kapal akibat dari suatu bencana, ada persoalan

pun telah memberi komando pada anak buahnya berkaitan dengan gunung api yang sudah lama

untuk melepas tali tambatan kapal. Saya berlari istirahat. Yaitu, masyarakat di sekitar gunung api

paling belakang. Di depan saya dua orang tersebut adalah masyarakat yang tidak siap

tentara membuang senjatanya dan mulai naik dalam menghadapi kenyataan bahwa gunung

kapal melalui seutas tambang. Dalam suasana api tersebut akan meletus. Mereka, menurut

yang mencekam itu setelah sempat terjatuh, saya beliau, tidak tahu harus melakukan apa karena

bersyukur diberi kekuatan naik kapal melalui memang belum pernah melihat gunung api

tambang.

meletus. Selain itu mereka juga susah diyakinkan bahwa gunung api yang ada dihadapan mereka

Letusan dahsyat Gunung Colo menghancurkan itu akan meletus dan mereka harus mengungsi.

¾ Pulau Una-Una. Tetumbuhan mulai ruput hingga pohon kelapa tidak ada yang tertinggal,

Pengalaman problematik dengan ”gunung api rata dengan tanah. Namun saya mengucapkan yang sudah lama beristirahat kemudian meletus”

Alhamdulillah, yang patut saya syukuri tidak ada inilah yang dihadapi Pak Syamsul pada tahun

seorangpun yang meninggal dunia akibat 1983 di P. Una-una, tempat G. Colo bercokol.

letusan yang berlangsung selama empat bulan Berikut ini ringkasan kisahnya:

tersebut. Kami berhasil meyakinkan penduduk, bahwa Gunung Colo, gunung api yang selama ini

”Gunung Colo tahun 1983 memperlihatkan memberinya kehidupan yang nyaman sedang aktivitasnya berupa gempa-gempa vulkanik. Di

mengancam jiwanya. Tahun 1984, atas Pulau Una-una (tempat G. Colo berada) yang

keberhasilan menangani bencana erupsi Gunung berpenduduk 7000 orang itu belum ada Pos

Colo itu, Direktur Jenderal Geologi dan Pengamatan Gunung api. Atas telegram dari

Sumberdaya Mineral memberikan penghargaan Pemda setempat datanglah tiga orang petugas

kepada seluruh anggota tim” anggota tim penanggulangan erupsi, termasuk

saya di dalamnya. Penduduk telah banyak diungsikan ke kota Ampan dengan

Concern-nya pada Data Dasar Gunung menggunakan kapal selama seminggu. Mereka

api

tidak mau begitu saja mengungsi, terutama Pak Syamsul senang menulis. Beberapa buku karena mereka sedang menunggu panen raya

mengenai gunung api yang sudah beliau tulis

Profil 63

Profil

64 W a r t a G e o l o g i . S e p t e m b e r 2 0 0 7

antara lain adalah ”Awan Panas Merapi”, ”Gunung api Indonesia yang meletus periode 1995-2003”, dan ”Gunung api Indonesia”.

Perhatian Pak Syamsul terhadap buku-buku tentang gunung api Indonesia sangat besar. Ini tampak selain dari tulisan-tulisannya juga aspirasi beliau terhadap buku ”Data Dasar Gunung Api”, perbendaharaan tak ternilai tentang data gunung api Indonesia itu. Beliau berkata:”Buku 'Data Dasar Gunung Api' yang disusun oleh K. Kusumadinata adalah sebuah karya jenius. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada beliau, saat ini saya sedang menyusun tambahan data agar buku itu up to date”.

Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa data yang harus ditambahkan agar buku ”Data Dasar Gunung api Indonesia” lebih up to date adalah data berupa letusan dan kronologinya mulai tahun 1974 hingga 2007. ”Hingga sekarang seluruh data letusan gunung api di Sulawesi dan Maluku untuk periode tahun itu telah selesai

dikerjakan”, beliau menutup pembicaraan tentang topik 'data dasar gunung api' pada saat wawancara dengan WG.

Selain menulis tentang gunung api, beliau juga aktif menulis di media yang baru: internet. Beliau termasuk sedikit dari pejabat instansi Pemerintah yang memanfaatkan internet sebagai sarana menyampaikan informasi atau menulis ilmiah populer. Tentang kegiatan yang satu ini Pak Syamsul bercerita antara lain sebagai berikut: ”Setiap bulan Ramadhan saya menulis ceramah singkat setiap hari di milist (sarana diskusi melalui internet-red) VSI, sejak tahun 2003”. VSI adalah website Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (http://www.vsi.esdm.go.id/).

Hobi Fotografi Hobi Pak Syamsul berkaitan dengan aktivitas pekerjaannya sehari-hari: fotografi, terutama

fotografi gunung api. Hal ini beliau nyatakan sendiri saat diwawancara: ”Saya adalah salah satu fotografer vulkanologi yang memiliki banyak koleksi foto (foto gunung api-red). Sebagian

Pak Syamsul dalam tugasnya di G. Kelud (1990)

Gunung Gede