REKAMAN PROSES DISKUSI KELOMPOK HASIL DISKUSI KELOMPOK
LAMPIRAN 5: REKAMAN PROSES DISKUSI KELOMPOK HASIL DISKUSI KELOMPOK
Sesi diskusi kelompok dilaksanakan setelah makan siang. Pembagian kelompok dilakukan dengan cara masing‐masing peserta menuliskan namanya pada kertas yang yang telah ditempel di dinding sesuai dengan minat aspek yang ingin dibahas. Dalam tiap kelompok akan didampingi oleh narasumber/fasiltator yang lebih berperan sebagai dinamisator diskusi. Setiap kelompok akan mendiskusikan tiga hal yaitu :
. )dentifikasi inisiatif‐inisiatif yang telah atau sedang berlangsung di Kaltim sesuai dengan aspek yang dibahas. . )dentifikasi hal‐hal yang perlu dikembangkan di tahun
untuk masing‐masing aspe agar program REDD+ bisa berjalan dengan baik.
3. )dentifikasi input‐input untuk penyempurnaan kriteria dan indikator.
Hasil Diskusi Kelompok 1: Aspek Governance
Anggota kelompok berjumlah sebelas orang, yaitu Bakriansyah BL( Prov. Kaltim , Dul Azis BL( PPU , Febtri Bappeda Bontang , Sucipto BL( Kab. Pasir , Lita (andini BL( Kab. Berau , Uun AP() , Taman Alex Poliagro , Sukma, Yulita konsorsium L(/TB) , Farida Wahyuni Dishut Prov. Kaltim , Fernando Bappeda Kab. PPU
Identifikasi inisiatif yang
1. Kaltim telah memiliki visi dan misi pembangunan berkelanjutan. telah atau sedang
2. Konsep Pembangunan Lestari. berlangsung di Kaltim sesuai 3. Rencana pembangunan dan RPJMD/RPJPD.
dengan aspek yang dibahas
4. Deklarasi Balikpapan‐ desember 2009 tentang antisipasi pemanasan global dan mitigasi perubahan iklim
Identifikasi hal‐hal yang
5. Deklarasi Balikpapan‐ juni 2010 tentang peran pemegang IUPHHK perlu dikembangkan si tahun
dalam mendukung implementasi REDD+di Kaltim. 2010/2011 untuk masing‐
6. Terbentuknya Pokja REDD Prov. Kaltim dan Kabupaten Berau. masing aspek agar program
7. Adanya Pengelolaan Hutan Lindung.
REDD+ bisa berjalan dengan
8. Pengembangan hutan Kota/ desa. baik 9. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
10. Pengelolaan hutan mangrove.
11. Pembuatan KPHL model (Tarakan).
12. Pembuatan KPHP (Berau dan Kutim.)
13. Program Kali bersih
14. Pengembangan HKM.
15. Pengembangan Demonstration Activities REDD (Berau, Malinau, Kubar).
16. HKM, Hutan rakyat.
17. Pengelolaan hutan lestari, (IUPHHK)pada Hutan alam.
18. Pengembangan SILIN.
19. Pembentukan forum masyarakat pesisir mangrove.
20. Pengembangan RIL pada areal IUPHHK HA.
21. Pendampingan/sosialisasi REDD oleh LSM lokal/nasional.
22. Program CSR perusahaan/swasta (migas).
23. Kebijakan pengurangan jatah tebangan.
24. Proses awal penyusunan tata ruang belum sepenuhnya transparan.
25. Perda sebaiknya disusun dengan melalui proses konsultasi publik.
26. Dilaksanakan sosialisasi dan kosultasi ke pusat.
27. Dikembangkan sistem komunikasi dan koordinasi horizontal antar SKPD melalui rakor.
28. Monev dan wasdal/ penindakan pelanggaran hukum.
29. Pengembangan sistem pelayanan satu atap.
30. Telah disusun kriteria indikator kinerja (KIK) dalam RPJMD.
31. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
32. Laporan Kerja Pertanggungjawaban Daerah (LKPJD) oleh pimpinan daerah.
33. GERHAN.
34. One man one tree.
35. Gerakan satu milyard pohon (kebun bibit rakyat).
36. Pembentukan FDAS.
37. Kerjasama dengan kampus dalam pengembangan pariwisata perbatasan.
38. Pembentukan REDD di daerah.
39. Kerjasama dengan DNPI dalam rangka penyusunan program pembangunan ekonomi rendah karbon.
40. Program karbon hutan berau.
41. Konservasi orang utan di Berau dan kutim.
42. konservasi kawasan kars di Berau dan kutim.
43. pemahaman REDD belum maksimal (perlu sosialisasi sampai ke masyarakat rumput.
44. renstra REDD didaerah belum tersusun.
45. Belum dimasukkannya REDD ke dalam RKJM.
46. kuantitas dan kualitas SDM masih rendah/kurang, perlu dukungan infrastruktur.
47. pengelolaan hutan belum semuanya memperoleh sertifikasi PHL/SFM.
48. Pengelolaan pasca tambang/reklamasi dan rehabilitasi belum sepenuhnya dilakukan sesuai aturan.
49. Belum secara konsisten pemegang ijin melaksanakan aturan yang harus di acu.
50. monev kurang.
51. Status kawasan belum terjamin jangka panjang.
52. Tumpang tindih pemanfaatan lahan bagi kegiatan pembangunan berbasis SDM/tambang, kebun, hutan.
53. Dalam pembangunan Pokja REDD keterwakilan para pihak cukup baik, dukungan sektor non kehutanan masih perlu ditingkatkan.
Hasil Diskusi kelompok 2 : Aspek Biofisik
Anggota kelompok berjumlah enam orang, yaitu Johar Arief BL( Kutim , Ade Fadli BEBS)C , Agusdin BP (LSW , Ali Suhardiman PP)DS Unmul , Ali Akbar BL( Bontang , Kiswanto Fahutan Unmul .
Identifikasi inisiatif yang
1. Analisis landskap kawasan bernilai bernilai konservasi tinggi (desk telah atau sedang
studi). berlangsung di Kaltim sesuai 2. Ada perda untuk kawasan lindung pulau‐pulau kecil. dengan asperk yang dibahas 3. Green Clean Healty Kota Balikpapan (RTRW Kota Balikpapan 52% Ruang Hijau).
4. Bontang Hijau (Rehabilitasi mangrove, rehabilitasi lahan).
5. Recovery terumbu karang.
6. Ekowisata di kawasan lindung.
7. Kajian DAS Prioritas di Kaltim.
8. Kajian Integrated watershed management.
9. Kajian kawasan strategis (teluk balikpapan, Delta Mahakam, Danau).
10. Perda Pengelolaan Kebakaran hutan dan lahan.
11. Kawasan konservasi pesut (danau mahakam).
12. Pengkaijan kawasan karst sangkulirang oleh KPC .
13. Penyelenggaraan IHMB (hutan produksi).
14. Pengelolaan Kawasan teluk dan pesisir Balikpapan.
Identifikasi hal‐hal yang
1. Percepatan pengesahan RTRWP Kaltim. perlu dikembangkan si tahun 2. Pengembangan database keanekaragaman hayati.
2010/2011 untuk masing‐
3. Pengembangan infrastruktur data spatial kawasan Kaltim. masing aspek aga program
4. Kajian kawasan kerusakan ekosistem mangrove, Hutan dan Terumbu REDD+ bisa berjalan dengan
karang pendekatan GIS .
baik
Hasil Diskusi kelompok 3 : Aspek sosial dan ekonomi
Anggota kelompok berjumlah sepuluh orang, yaitu Rohim BOSF , Jufriansyah Stabil , Zulfikar Dishut Prov. Kaltim , Polina NL Surya (utani Jaya , Ayu UP‐(LSW , Emma R AP() , Juni BL( Bontang , Achmadan Dishut Kutim , Bernaulus Saragih C S Unmul , Obed Daniel BL( Bulungan .
Identifikasi inisiatif yang
1. HPH restorasi yang akan dilakukan di Kaltim (wahau) bisa telah atau sedang
menyerap tenaga kerja masyarakat setempat. berlangsung di Kaltim sesuai 2. Keterlibatan pihak swasta pemegang hak agar dapat diakomodir
dengan asperk yang dibahas
dalam kriteria dan indikator.
3. Ada Kegiatan rehabilitasi lahan kritis yang sudah dilakukan di lakukan Samboja Kab. Kutai Kartanegara.
4. Pengembangan HKM bentuk kolaborasi Pemda‐may (HLSW).
5. Pengembangan hutan desa/kampung madu du Kab. Kutai Timur.
6. Daerah Perlindungan Mangrove dan Laut di kec. teritip laut Kota Balikpapan dengan melibatkan masyarakat sekitar.
7. Pelaksanaan aturan‐aturan disektor kehutanan bila dijalankan dengan benar maka otomatis mitigasi gas karbon terwujud (ini telah berlangsung di Kaltim untuk pemegang IUPHHK)
8. Ketergantungan masyarakat akan sumberdaya hutan sangat tinggi. Sehingga penguasaan lahan sangat marak.
Identifikasi hal‐hal yang
1. Perlu dikembangkan program hutan berbasis ekonomi masyarakat perlu dikembangkan si tahun
yang berkelanjutan.
2010/2011 untuk masing‐
2. Hutan Tanaman Rakyat, sehingga masyarakat sekitar area hutan masing aspek aga program
punya rasa memiliki dan tanggungjawab terhadap hutan, karena REDD+ bisa berjalan dengan
berkaitan dengan ekonimi masyarakat sekitar. baik 3. Mendorong pengelolaan kawasan konservasi bersama di muara tempadung, teluk Balikpapan dengan Kab. PPUyang merupakan kawasan konflik.
4. Upaya sosialisasi program terkait secara intens kepada masyarakat.
5. Fasilitasi untuk masyarakat guna mencapai tujuan
6. Perlu ada roadmap REDD Kaltim
7. Perlu menghijaukan lahan kritis dengan kearifan tanaman lokal dan
memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat.
8. Pembentukan organisasi pelaksana REDD pada tingkat kabupaten
Identifikasi input untuk
1. Pengembangan kebijakan dan program pemberdayaan masyarakat. penyempurnaan kriteria dan 2. Pengembangan skema‐skema pelibatan masyarakat dalam REDD indikator 3. Keberadaan program lintas sektor untuk pelestarian hutan (silvofishery dll)
4. Penegasan status kawasan
5. Melibatkan masyarakat setempat dalam program penanaman yang dicanangkan pemerintah dan memberi imbalan baik pada proses penanaman sampai pemeliharaan serta ada sebagai garansi tanaman yang ditanam.
6. Perlu keterlibatan masyarakat sekitar kawasan secara full dalam pengelolaan kawasan hutan untuk mendukung REDD.
7. Kesiapan kelompok tani hutan penyelenggara RHL
Hasil Kelompok 4 : Aspek Data dan MRV
Anggota kelompok berjumlah sembilan orang, yaitu Fahri BL( Balikpapan , Rudianto UP‐ (LSW dan DAS Manggar , Asef Kurniyawan B PD , Padjar Phambudi CSF unmul , )wied
sekretariat pokja REDD Kab Berau , Alfonso Pokja AP() , Arie M Dishutbun Nunukan , Duma Bappeda Prov.Kaltim , Alfan Subekti TNC
Identifikasi inisiatif yang telah 1. Data potensi karbon (± 30%) sudah tersedia, namun perlu atau sedang berlangsung di
kesepakatan penggunaan metodologi standar (salah satu sumbernya Kaltim sesuai dengan asperk
berasal dari dari data IUPHHK).
yang dibahas
2. Telah ada kerjasama multipihak dalam bentuk bentik Pokja Kab (beberapa) dan Provinsi kerjasama dengan luar negeri ataupun kolborasi pemerintah dan masyarakat/LSM/Universitas.
3. Tata ruang sedah disusun dengan melibatkan banyak pihak, namun TR 2005‐2025 belum di sah kan pusat.
4. Rancang bangun KPH sudah disusun dan masih dalam proses revisi.
Identifikasi hal‐hal yang perlu 1. Diperlukan pembangunan protokol data sharing. dikembangkan si tahun 2010/2011 untuk masing‐ masing aspek aga program REDD+ bisa berjalan dengan baik
Masukan untuk Kriteria dan indikator untuk menetapkan provinsi sebagai lokasi berbagai kegiatan terkait LoI Indonesia‐Norwegia Aspek 1. Governance
Kriteria
1.1. Kompatabilitas program pembangunan ekonomi daerah dengan program REDD Plus Indikator :
1.1.1 rencana pembangunan mencerminkan pembangunan
berkelanjutan
1.1.2. Pemerintah daerah berinisiatif dalam pengembangan REDD Plus
1.1.3. Partisipasi para pihak (dunia usaha, masyarakat, dll) dalam kegiatan terkait REDD Plus
Kriteria
1.2. Tata Kelola kepemerintahan di daerah, yang sejalan dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik Indikator
1.2.1. Transparansi
1.2.2. kejalasan dan keberlakuan hukum dan perundangan
1.2.3. Kepemerintahan berjalan efektif dan efisien
Kriteria
1.3. Kapasitas pemerintah daerah dalam implementasi REDD Plus.
1.3.1. Kerjasama dengan pemerintah pusat
1.3.2. Kapasitas manajemen
1.3.3. Kapasitas teknis
1.3.4. Rekam jejak Pemerintah daerah dalam pengelolaan SDA
Kritieria
1.4. Partisipasi para pihak Indikator:
1.4.1. Partisipasi dan dukungan para pihak dalam program pembangunan terkait REDD
1.4.2. Terdapat potensi kelembagaan dan inisiatif yang serupa di Kaltim banyak. REDD sebagai modal dasar,
Aspek 2. Biofisik
Kriteria
2.1. Kawasan bergambut Indikator:
2.1.1. Kualitas lahan bergambut Luas dan kualitas gambut dengan kedalaman >3m dan berada
2.1.2. di [hulu sungai] dan rawa Memiliki lahan Gambut
2.1.3. Keterwakilan ekosistem lahan basah
Kriteria
2.2. Kualitas hutan Indikator:
2.2.1. Hutan alam dengan tutupan >70% [50%] Data yang tersedia di Kaltim Hutan alam dengan tutupan > 60% tidak lebih dari 70% tutupan (WWF 63%)
2.2.1. Tutupan hutan >30% dari luas lahan
2.3. Ancaman deforestasi dan degradasi Indikator:
Kriteria
2.3.1. Illegal logging
2.4. Nilai konservasi hutan
2.4.1. Hutan memiliki keanekaragaman hayati tinggi
2.4.2. Hutan memeiliki nilai konservasi tinggi secara geofisik
2.4.3. Keterwakilan type ekosistem hutan (variasi landscape)
2.4.4. Indeks biodiversity
Aspek 3. Sosial dan Ekonomi
Kriteria 3.1. Nilai ekonomi SDH
Indikator:
3.1.1. Hutan memiliki kandungan carbon tinggi
3.1.2. potensi investasi di sektor kehutanan dan non kehutanan namun terkait hutan tinggi
3.1.3. Adanya mata rantai ekonomi yang tinggi
3.1.4. sektor kehutanan berkontribusi tinggi pada PDRB
3.1.5. Tersedianya PDRB hijau beberapa Kabupaten
Kriteria
3.2. Ketergantungan masyarakat terhadap hutan Indikator
3.2.1. Sebagian besar masyarakat sekitar hutan memiliki mata pencaharian terkait hutan
3.2.4. Hutan memiliki nilai budaya/adat Pengelolaan suatu kawasan
3.2.2. hutan berbasiskan masyarakat
3.2.3. Hutan memiliki nilai/ manfaat sosial
3.2.2. Keterlibatan parapihak dalam pengelolaan hutan Masyarakat terlibat dalam
3.2.4. pengamanan hutan (HL. Wehea dan TNKM)
3.2.3. Kepedulian pemerintah daerah dan masyarakat Pemberdayaan ekonomi
3.2.5. masyarakat sekitar hutan. Peraturan lokal atau daerah mengenai kawasan hutan adat