menterjemahkan informasi tersebut menjadi komponen luminance komponen cahaya dan dua komponen chromatic komponen perubahan warna dari hijau ke
merah dan dari biru ke kuning. Untuk kompresinya format file citra ini menggunakan kompresi JPEG Prihatini, 2011. Salah satu contoh citra .jpeg dapat
dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5: Contoh Citra JPEG
2.6 Metode
Logarithmic Image Processing LIP
Logarithmic Image Processing LIP adalah satu pendekatan baru secara matematis yang menyediakan kerangka garis besar representasi dan pemrosesan, antara lain
logaritmatik citra dengan gray level dalam 1 jangkauan terbatas. Dimana konsisten dengan non linier logaritmik pada system pengalihan manusia human visual system
modifikasi citra tersebut diolah dengan menggunakan fungsi log yaitu memfungsikan batas-batas pixel yang mencolok dari gray scale agar bisa melihat pengaruh dari fungsi
range Murinto Handayaningsih, 2008. Formula atau rumus LIP itu sendiri yaitu :
…….1
] 1
, log
1 ,
[log 1
, log
, +
− +
+ =
j i
Ma j
i f
j i
Ma j
i f
β α
Universitas Sumatra Utara
Dimana : ,
j i
f : Citra hasil color constancy
Ma : Nilai tengah bilangan yang telah disortir
α : Mewakilkan kontras gambar
β : Mewakilkan ketajaman gambar
α1 : Efek terang pada citra α1 : Efek gelap pada citra
α0 : Efek negative pada citra β 1 : Efek tajam pada citra
β 1 : Efek kabur pada citra
Di bawah ini merupakan contoh perhitungan metode LIP pada file beruku- ran 3x3 pixel.
Keterangan : Alpha = 1.5 Beta = 0.5
N = 1 , maka kernel = 3 x 3 Matriks citra 3x3 pixel :
5 4 3
0,3494 0,903 0,2385
7 9 2
1,2868 1,4681 0,8406
10 4 6
0,5206 1,0483 0,3890
Universitas Sumatra Utara
Contoh proses perhitungan menggunakan metode LIP : Ma i,j = 0, 0, 0, 0, 5, 4, 0, 7, 9
Ma 0,0 = 0, 0, 0, 0, 0, 4, 5, 7, 9
Ma 0,0 = 0 f 0,0 = 5
f 1,1 = 1,5 log 0+1 + 0,5 [log 5+1 – log 0+1] = 1,5 log 1 + 0,5 [log 6 – log 1]
= 1,5 0 + 0,5 0,6989 = 0 + 0,3494
= 0,3494
2.7 Color Constancy
Color constancy atau ketetapan warna adalah salah satu keistimewaan dari sistem penglihatan manusia, yang mengusahakan agar warna yang diterima dari suatu benda
terlihat sama meskipun berada pada kondisi pencahayaan yang berbeda-beda. Salah satu faktor luar yang diakibatkan oleh pencahayaan akan menyebabkan
sebuah benda mempunyai warna yang berbeda dari warna aslinya. Hal ini sering juga disebut dengan color constancy. Misalnya apel akan terlihat berwarna hijau pada saat
siang hari dengan pencahayaan yang utama adalah putih matahari. Apel tersebut juga akan terlihat berwarna hijau pada saat matahari terbenam atau dengan pencahayaan
berwarna merah. Hal ini yang membantu kita untuk mengidentifikasi suatu benda. Karena kelebihan dari color constancy itu, maka dikembangkan algoritma yang dapat
mengakomodasikan color constancy sehingga dapat dimanfaatkan untuk sistem penglihatan pada robot ataupun computer vision. Algoritma ini dikenal dengan nama
algoritma retinex Adiprinata Ballangan, 2006. Metode Retinex ini dikemukakan oleh Edwin Land pada tahun 1971. Melalui
eksperimen yang dilakukan olehnya, terlihat bahwa bahwa sistem penglihatan manusia mampu secara praktis mengenal dan mencocokkan warna-warna di bawah sebuah range
illumination berbeda yang luas, hal ini dikenal dengan Color Constancy Phenomenon. Teori Retinex berhubungan dengan kompensasi untuk efek illumination pencahayaan
pada citra. Tujuan utama dalam metode Retinex adalah untuk memisahkan image S ke
Universitas Sumatra Utara
dalam dua buah image yang berbeda, yaitu reflectance image R dan illumination image L Murinto Wibowo, 2009.
Di bawah ini merupakan contoh citra sebelum diberi color constancy pada gambar
2.6 dan citra setelah diberi color constancy pada gambar 2.7.