2.3 Hukum Kekekalan
Dalam  analisis  kita  terhadap  berbagai  gejala  fisika,  kita  telah  menggunakan  hukum kekekalan  energi,  momentum  linear,  dan  momentum  sudut.  Kita  yakin  bahwa
ketiganya  bersifat  mutlak  dan  tidak  terlanggarkan.  Semua  reaksi  dan  peluruhan partikel  elementer  tampaknya  mematuhi  hukum-hukum  kekekalan  dan  aturan-aturan
seleksi tertentu. Termasuk di dalamnya hukum-hukum kekekalan yang lazim bagi: a.
energi massa b.
momentum linear c.
muatan yang berlaku untuk semua interaksi, apakah prosesnya berlangsung di bawah interaksi
kuat, lemah atau gravitasi.
Kekekalan  jumlah  proton  dan  neutron  dapat  ditafsirkan  sebagai  bentuk  lain kekekalan  muatan  elektrik.  Kedua  hukum  kekekalan  bagi  berbagai  proses  inti  ini
bekerja cukup baik, kecuali jika kita menerapkannya pada peluruhan beta. Sebagai contoh, peluruhan
 
e p
n
2.3 tidak  mematuhi  kekekalan  jumlah  proton  maupun  neutron.  Tetapi,  peluruhan  ini
kekekalan jumlah neutron tambah proton, yang dalam proses peluruhan di atas adalah satu  pada  kedua  belah  ruasnya.  Dengan  demikian,  kita  dapat  mengatakan  bahwa
semua peluruhan dan reaksi  inti taat asas terhadap hukum kekekalan  muatan elektrik dan jumlah nukleon.
2.3.1 Kekekalan Lepton
Kehadiran  elektron  setelah  terjadi  peluruhan  beta  juga  menimbulkan  masalah  dari sudut  pandang  hukum  kekekalan.  Beberapa  hukum  kekekalan  atau  aturan  seleksi
lainnya dapat berlaku  juga  bagi  bilangan-bilangan kuantum  lainnya, seperti bilangan lepton.
Elektron  dan  neutrino  memiliki  bilangan  lepton  +1,  sedangkan  positron  dan antineutrino, -1. proton dan neutron memiliki bilangan lepton nol. Dengan demikian,
Universitas Sumatera Utara
proses peluruhan di atas memiliki bilangan lepton nol di ruas kiri dan kanan. Bilangan lepton untuk elektron dan neutrinonya
e
  dan juga bilangan lepton untuk meson-  dan  neutrinonya
 ,  masing-masing  secara  terpisah  adalah  kekal  dalam  semua proses.
Tabel 2.6 Bilangan Lepton
partikel
L
e
L
 +1
 +1
 - 1
 - 1
e +1
e
 +1
e - 1
e
 - 1
 
 
 
 e
e 2.4
:
L
+1     0      0     +1 :
e
L 0    +1    -1      0
2.3.2 Kekekalan Baryon
Bilangan  baryon  didefenisikan  bernilai  +1  untuk  partikel-partikel  baryon,  -1  untuk antipartikel  baryon,  dan  0  untuk  semua  partikel  lain.  Untuk  proses  peluruhan  atau
reaksi apa saja, bilangan baryon ini juga kekal. Contoh hukum kekekalan ini adalah:
e
e p
n
 
2.5
: B
+1    +1   0    0
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Kekekalan Strangeness
Walau  kita  sudah  memasukkan  bilangan  kuantum
L
dan
B
aspek  tertentu  dari kelakuan partikel elementer belum dapat diperhitungkan. Misalnya, kaon dan hyperon
tidak pernah tercipta secara tunggal, tetapi selalu dua atau lebih setiap kali. Hal ini dan pertimbangan lain melahirkan pengertian bilangan keanehan
S
. Kuark yang memiliki bilangan  keanehan  S  hanya  kuark  aneh  s  dengan  nilai  S  =  -1  dan  antikuark  aneh
bilangan keanehannnya S = 1. Selain kuark aneh, kuark yang lain memiliki nilai S = 0.
Didapatkan  bahwa
S
kekal  dalam  semua  proses  yang  berlangsung  melalui interaksi kuat dan elektromagnetik. Kaon dan hyperon yang memiliki
 S
, tercipta dalam  tumbukan  energi  tinggi  yang  berkaitan  dengan  interaksi  kuat,  dan
kemunculannya  yang  banyak  kali  berhubungan  dengan  keperluan  dipenuhinya kekekalan
S
. Suatu contoh seperti itu adalah dalam tumbukan proton-proton.
 
 
 
 
 
 p
K p
p 2.6
S
:        0       0        -1      1       0      0 Di  pihak  lain,
S
dapat  berubah  dalam  kejadian  yang  diatur  oleh  interaksi  lemah. Peluruhan  kaon  dan  hyperon  berlangsung  melalui  interaksi  lemah,  sehingga
berlangsung  dalam  waktu  sangat  lambat.  Namun,  walaupun  interaksi  lemah,  tidak diijinkan perubahan
S
lebih dari
1 
dalam suatu peluruhan. Jadi  hyperon
  tidak meluruh langsung menjadi neutron, karena
 
 
n 2.7
S
:        -2       -1     0 tetapi, melalui dua langkah
 
 
 
 2.8
S
:        -2       -1      0 
 
 n
2.9
S
:        -1       0      0 Salah satu contoh kekekalan strangeness dalam proses kuat adalah
 
 
 
K p
 2.10
S : 0       0      -1     +1
Universitas Sumatera Utara
BAB III
DEKUPLET BARYON YANG PROBLEMATIK
3.1 Asas Larangan Pauli