24
e. Akseptor Langsung : Para Istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus. f.
Akseptor dropout adalah: Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan BKKBN, 2007.
C. Pengertian Pasangan Usia Subur
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan
seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga memberi efek
langsung penurunan fertilisasi Suratun, 2008. Pasangan usia subur yaitu pasangan yang istrinya berumur 15-49 tahun atau
pasangan suami-istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid datang bulan BKKBN, 2009.
D. Kontrasepsi 1. Pengertian
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindarimencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
Universitas Sumatera Utara
25
adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang
aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan Suratun, 2008.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi
merupakan variabel yang mempengaruhi fertilitas Prawirohardjo, 2005 B Kontrasepsi atau antikonsepsi conception control adalah cara untuk
mencegah terjadinya konsepsi, alat atau obat-obatan Mochtar, 1998.
2. Akseptor KB menurut sasarannya
Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu a. Fase menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena umur dibawah 20 tahun
adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan
pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai
Universitas Sumatera Utara
26
anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR dan cara sederhana.
b. Fase mengaturmenjarangkan kehamilan Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2–4 tahun. Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia antara
20-30 tahun. Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu : efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi,
dapat dipakai 3–4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan, serta tidak menghambat produksi air susu ibu ASI. Kontrasepsi yang cocok dan
disarankan menurut kondisi ibu yaitu : AKDR, suntik KB, Pil KB atau Implan c. Fase mengakhiri kesuburantidak hamil lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu
dan anak. Disamping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode
kontap, AKDR, Implan, Suntik KB dan Pil KB Suratun, 2008.
Universitas Sumatera Utara
27
3. Syarat-Syarat Kontrasepsi
Hendaknya Kontrasepsi memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a.
Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya b.
Efek samping yang merugikan tidak ada c.
Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan d.
Tidak mengganggu hubungan persetubuhan e.
Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya
f. Cara penggunaannya sederhana
g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas
h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri Mochtar, 1998.
4. Cara-cara kontrasepsi
Cara-cara kontrasepsi dapat dibagi menjadi beberapa metode : a. Pembagian menurut jenis kelamin pemakai
1 Cara atau alat yang dipakai oleh suami pria
2 Cara atau alat yang dipakai oleh istri wanita
b. Menurut pelayanannya 1
Cara medis dan non-medis 2
Cara klinis dan non-klinis c. Pembagian menurut efek kerjanya
1 Tidak mempengaruhi fertilitas
Universitas Sumatera Utara
28
2 Menyebabkan infertilitas temporer sementara
3 Kontrasepsi permanen dengan infertilitas menetap
d. Pembagian menurut cara kerja alatcara kontrasepsi 1
Menurut keadaan biologis: senggama terputus, metode kalender, suhu badan dll
2 Memakai alat mekanis : kondom, diafragma,
3 Memakai obat kimiawi : spermisida
4 Kontrasepsi intrauterina : IUD
5 Hormonal : pil KB, suntikan KB, dan alat kontrasepsi bawah kulit
AKBK 6
Operatif : tubektomi dan vasektomi f. Pembagian umum dan banyak dipakai adalah
1 Metode merakyat : senggama terputus, pembilasan pasca senggama,
perpanjangan masa laktasi 2
Metode tradisional : pantang berkala, kondom, diafragma dan spermisida
3 Metode modren
a Kontrasepsi hormonal : pil KB, suntik KB, alat kontrasepsi
bawah kulit. b
Kontrasepsi intrauterina : IUD 4
Metode permanen operasi : tubektomi pada wanita dan vasektomi pada pria Mochtar, 1998.
Universitas Sumatera Utara
29
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PUS Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi
Beberapa hal yang merupakan faktor sehingga pasangan usia subur tidak menggunakan alat kontrasepsi antara lain:
1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2007 Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan adalah Hasil tau dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan “what”, misalnya, apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya Notoatmodjo, 2005.
Menurut Soekidjo Notoadmodjo, pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu :
a. Tahu know Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu know ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
Universitas Sumatera Utara
30
b. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang
telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis analysis
Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
seperti menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
31
e. Sintesis synthesis Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan
sebagainya Notoatmodjo, 2003. 2. Efek Samping
Efek samping adalah perubahan fisik atau psikis yang timbul akibat dari penggunaan alatobat kontrasepsi, tetapi tidak berpengaruh serius terhadap
kesehatan klien BKKBN, 2002
Universitas Sumatera Utara
32
Menurut Hartanto 2004, dengan belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar100 sempurna, maka ada 3 tiga hal yang sangat penting
untuk diketahui oleh calon akseptor KB yakni: efektivitas, keamanan dan efek samping. Reaksi efek samping yang sering terjadi sebagai akibat penggunaan
alat kontrasepsi adalah: a.
Gangguan Haid Amenorhoe: tidak datangnya haid setiap bulan pada akseptor KB yang menggunakan suntik KB 3 tiga bulan berturut-turut.
b. Perubahan Berat Badan: biasanya kenaikan berat badan lebih sering
disebabkan karena pemakaian alat kontrasepsi pil dibanding suntik KB. c.
Pusing dan Sakit Kepala: timbul rasa sakit pada kepala namun ini hanya bersipat sementara Hartanto,2004.
3. Pendapatan Keluarga Pendapatan adalah jumlah penghasilan seluruh anggota keluarga.
Pendapatan berhubungan langsung dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga, penghasilan yang tinggi dan teratur membawa damfak positif bagi keluarga
karena keseluruhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan transportasi serta kesehatan dapat terpenuhi. Namun tidak demikian dengan keluarga yang
pendapatannya rendah akan mengakibatkan keluarga mengalami kerawanan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya yang salah satunya adalah
pemeliharaan kesehatan Keraf, 2001.
Universitas Sumatera Utara
33
4. Agama Agama adalah Merupakan keyakinan yang dianut seseorang yang
dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau
juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Para pemuka agama menyadari bahwa dalam membangun bangsa, pengaturan masalah kependudukan merupakan masalah utama yang perlu
ditangani dengan cermat. Mereka memahami bahwa KB tidak bertentangan dengan agama dan merupakan salah satu upaya untuk memerangi kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan dan ketidak pedulian masyarakat.
Agama-agama di Indonesia umumnya mendukung KB. Agama Hindu memandang bahwa setiap kelahiran harus membawa manfaat. Untuk itu
kelahiran harus diatur jaraknya dengan berKB. Agama Buddha, yang memandang setiap manusia pada dasarnya baik, tidak melarang umatnya
berKB demi kesejahteraan keluarga. Agama Kristen Protestan tidak melarang umatnya berKB. Namun sedikit berbeda dengan agama Katolik yang
memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pemahaman sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mengatur kelahiran anak,
suami-istri harus tetap menghormati dan menaati moral Katolik dan umat
Universitas Sumatera Utara
34
Katolik dibolehkan berKB dengan metode alami yang memanfaatkan masa tidak subur. Jadi jelas bahwa Islam membolehkan KB karena penting untuk
menjaga kesehatan ibu dan anak, menunjang program pembangunan kependudukan lainnya dan menjadi bagian dari hak asazi manusia. Program
KB di Indonesia, seperti halnya negara Islam lain, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup penduduknya dan agama bukan penghambat
untuk mencapai cita-cita ini. Mengingat peran penting tokoh agama dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN di semua tingkat hendaknya
memperkuat kemitraannya dengan mereka. Tokoh-tokoh agama yang muda melalui lembaga masing-masing atau bersama-sama agar diberdayakan dan
diajak serta dalam mendukung program KB Nasional Samekto, 2008.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep