BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Analisis wajah dimulai dengan memeriksa faktor personal yang dapat secara signifikan memberi efek pada intervensi pembedahan nantinya. Ada 5
komponen personal yang mempengaruhi analisis wajah, yaitu umur, jenis kelamin, ras etnis, bentuk tubuh dan personaliti Nassif, 2005; Patrocinio,
2006.. Petunjuk untuk dasar anatomi harus dipahami dalam melakukan analisis
karakteristik wajah. Pada penampakan frontal wajah , trichion
Tr ditandai
sebagai batas atas dahi, yang berlokasi pada garis rambut frontal. Nasion N
adalah depresi dari pangkal hidung sejalan dengan suture nasofrontal. Radix R
adalah pangkal hidung , bagian lanjutan sisi superior dari alis mata ke dinding nasal lateral.
Subnasal Sn adalah pertemuan antara columella dan bibir atas
pada dasar hidung. Pertemuan mukokutaneus dari bibir atas dan bawah disebut sebagai
vermilion superior dan inferior Vs dan Vi .
Stomion St adalah
pertemuan dari kedua bibir itu. Menton atau Gnathion Gn
adalah batas bawah dari jaringan lunak dagu Stevens, 1997; Wall, 1998; Reddy, 2003; Horioglu,
2005. Pada penampakan lateral,
Glabella G adalah bagian paling menonjol
pada penampang midsagital dari dahi. Rhinion Rh
adalah pertemuan antara tulang dan tulang rawan dorsum nasi yang merupakan bagian paling menonjol
pada dorsum nasi. Puncak hidung Tp adalah proyeksi paling anterior dari
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
puncak hidung dan pertemuan dari kedua kubah kartilago lateral bawah. Titik
kolumela Cm adalah bagian paling anterior dari jaringan lunak kolumela nasi.
Pada bagian lateral, lekukan alar Al
, adalah bagian paling posterior hidung. Pada dagu,
mentolabial sulcus Ms adalah bagian menurun dari bibir bawah dan
dagu. Dan pogonion Pg
adalah bagian paling menonjol pada proyeksi anterior dari dagu.
Tragion Tg adalah titik supratragal pada telinga Stevens, 1997;
Wall, 1998; Reddy, 2003; Horioglu, 2005.
Gambar 2.1. Titik-titik antropometri pada wajah Wall, 1998 Banyak bidang dan sudut yang digunakan untuk mendefinisikan
hubungan inter-fasial. Sudut nasofrontal NFA
diukur dari gablella ke nasion dan dorsum nasi G-N-Tp.
Sudut nasofasial NfcA dibentuk dari antara
Glabella ke Pogonion dan garis tangensial dorsum nasi. Sudut nasolabial NLA
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
dibentuk oleh columella nasi dan bibir atas Cm-Sn-Vs. Sudut mentoservikal
MCA mengukur sudut Pg-Gn-M pada Gnathion Stevens, 1997; Wall, 1998;
Becker, 2003.
Gambar 2.2. Bidang dan sudut wajah Trenite, 1994
Frankfort horizontal merupakan garis yang digunakan pada analisis
sefalometri. Garis ini ditarik dari batas superior kanalis auditorius eksternus ke batas inferior rima infraorbitalis pada foto lateral Larrabee, 1987; Trenite, 1994;
Swasonoprijo, 2002.
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
Gambar 2.3. Garis Frankfort horizontal Nassif, 2005
Bentuk wajah yang ideal adalah oval. Bentuk-bentuk wajah yang lain adalah bulat, segiempat atau segitiga. Secara umum, perbandingan lebar dan
panjang wajah sebaiknya lebih kurang 3:4. Pada penampakan frontal , simetri wajah dinilai pada garis tengah dengan membagi wajah menjadi dua secara
vertikal. Penilaian simetri dan proporsi wajah selanjutnya dilakukan dengan membagi wajah menjadi 5 secara vertikal, dengan setiap bagian kira-kira selebar
1 mata Tardy, 1995; Wall, 1998; Farkas, 2000; Orten, 2002; Arslan, 2008.
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
Gambar 2.4. Pembagian wajah secara vertikal dan horizontal Trenite, 1994
Tinggi horizontal dievaluasi dengan membagi wajah menjadi tiga, dengan sepertiga atas dimulai dari trichion hingga glabella, sepertiga tengah dari glabella
hingga subnasal, dan sepertiga bawah dari subnasal ke menton. Tinggi nasal vertikal sebaiknya 43 dari tinggi wajah total dari nasion ke menton sedangkan
wajah bagian bawah 57 dari total tinggi wajah Tardy, 1995; Wall, 1998; Leach, 2005.
Dalam menganalisis wajah, kita dapat membagi dalam beberapa proporsi, yaitu dahi, mata, hidung, bibir dan dagu, serta telinga.
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
Dahi
Dahi membentuk sepertiga atas wajah yang berawal dari trichion sampai dengan glabella dan bagian superior dari alis mata pada lateralnya. Bentuk dahi
ini dapat rata, melandai atau menonjol, yang akan turut berperan dalam bentuk wajah secara keseluruhan. Bagian yang paling penting dari dahi pada segi
bedah adalah sudut nasofrontal yang biasanya membentuk sudut 115-130 Stevens, 1997; Wall, 1998; Nassif, 2005.
Gambar 2.5. Sudut nasofrontal Nassif, 2005
Mata
Bersama-sama dengan hidung, mata merupakan bagian sentral dari wajah. Mata berguna untuk menunjukkan ekspresi dan lebih banyak
penjabarannya diliteratur dibandingkan dengan bagian wajah lainnya. Lebar
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
mata antara kantus medial dan lateral biasanya seperlima dari keseluruhan lebar wajah. Jarak antara kedua sisi kantus medial adalah sama dengan lebar mata.
Bentuk dan ukuran fisura palpebra bervariasi sesuai dengan umur dan etnik. Kelopak mata atas biasanya menutupi sebagian kecil iris, namun bukan pupil
mata. Kelopak mata bawah juga menutupi sebagian kecil iris, kira-kira 2 mm dari pupil pada kondisi normal Stevens, 1997; Wall, 1998.
Idealnya, jarak interkantus sama dengan setengah jarak interpupil. Jarak interkantus juga sebaiknya sama dengan lebar ala-ala pada dasar hidung pasien
Kaukasia. Rata-rata jarak interkantus adalah 30-35 mm, dan rata-rata jarak interpupil adalah 60-70 mm Wall, 1998.
Bentuk dan posisi alis bervariasi sesuai dengan jenis kelamin. Pada wanita umumnya, alis terletak pada supraorbital rim, dengan bentuk yang lebih
melengkung. Pada pria umumnya, alis terletak tepat di atas atau sedikit superior dari supraorbital rim, dengan bentuk sedikit melengkung. Lateral dan medial alis
mata terletak sejajar pada satu garis horisontal. Medial alis mata terletak pada garis vertikal yang melalui lateral ala dan medial kantus. Lokasi dari titik tertinggi
dari kelengkungan alis pada garis vertikal yang melewati batas lateral limbus iris, yaitu pada 23 medial atau 13 lateral alis Stevens, 1997; Wall, 1998.
Hidung
Hidung merupakan bagian estetika yang paling menonjol dari profil wajah, karena hidung terproyeksi paling anterior secara tampak lateral. Pada
penampakan frontal, posisi hidung terletak di garis tengah, maka bila terdapat
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
asimetri hidung akan teridentifikasi dengan mudah. Hidung merupakan bagian estetika tersering yang diubah oleh para ahli bedah plastik dan rekonstruksi, oleh
karena itu hidung banyak dipelajari untuk menentukan proporsional estetika dan hubungannya dengan bagian wajah lainnya Wall, 1998; Becker, 2003; Finn,
2005. Analisis hidung sebelum operasi sangat penting. Sebaiknya kita dapat
melihat melalui kutis dan subkutis serta dapat membayangkan bentuk kerangka tulang dan tulang rawan. Terminologi yang digunakan untuk mendeskripsikan
hubungan anatomi struktur hidung adalah unik. Wall, 1998; Chang, 2003. Pada tampak frontal, karakteristik hidung mencakup lebar hidung, simetri
dan tampilan lengkung dorsum nasi. Lebar hidung dari lekukan ala nasi ke lekukan ala nasi sisi sebelahnya adalah 70 panjang hidung dari nasion ke
puncak hidung. Pelebaran jarak interalar ini ditemukan pada ras oriental dan afrika Milgrim, 1996; Wall, 1998.
Pembagian bentuk hidung menurut antropologi menjadi 3 golongan besar, yaitu golongan Kaukasia lepthorrhine, Asia mesorrhine dan Afrika
platyrrhine. Perbedaan utama antara hidung Kaukasia dan non Kaukasia meliputi ketebalan kulit dan jaringan lunak, kekuatan dan ketebalan kartilago,
tinggi dan panjang os nasal, serta bentuk dan orientasi lubang hidung. Secara umum, orang Afrika memiliki perbedaan paling nyata dibandingkan orang
Kaukasia, sedangkan orang Asia memiliki karakteristik fisik di antara keduanya Matory, 1986; Milgrim, 1996; Stevens, 1997; Hodgkinson, 2007.
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
Kekhasan hidung Asia adalah dorsum yang lebar dan rendah, defisiensi proyeksi tip, lobul lebar, kulit lobul tebal, jaringan lemak subkutis dan retraksi
kolumela. Hidung bangsa non Kaukasia mempunyai variasi anatomi tersendiri. Pasien non Kaukasia ini terdiri dari berbagai latar belakang etnik dan morfologi
Matory, 1986.
Profil Hidung
Parameter yang dianggap menentukan bentuk hidung adalah profil hidung, proyeksi dan rotasi puncak hidung dan panjang hidung. Bila terdapat
kelebihan lekukan rhinion pada penampakan wajah anterior, maka akan memperlihatkan profil hidung berpunuk nasal hump. Bentuk ideal profil dorsum
nasi adalah lurus, walaupun sedikit lekukan pada rhinion masih dapat diterima Wall, 1998.
Proyeksi Tip Sampai saat ini pengukuran proyeksi puncak hidung masih diperdebatkan,
oleh karena itu sudut nasofasial sering digunakan untuk mengevaluasi secara tidak langsung derajat proyeksi puncak hidung. Sudut nasofasial ini berkisar
36 . Perbandingan antara nasion-subnasal dan garis perpendikular yang melewati puncak hidung adalah 2,8:1, untuk menjaga pengukuran estetika dari
sudut nasofasial 36 . Metode paling mudah untuk mengukur proyeksi tip adalah metode Simmons, yang menghubungkan proyeksi yang diukur dari tip defining
point ke subnasal, dengan panjang bibir atas, yang diukur dari subnasal ke batas
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
vermillion Wall, 1998; Becker, 2003; Reddy, 2003; Devan, 2003.
Gambar 2.6. Sudut nasofasial Nassif, Kokoska, 2005
Dasar Hidung Hidung berbentuk seperti segitiga sama kaki pada penampakan dari dasar
hidung, dengan kolumela yang membagi dua segitiga yang sama sisi. Rasio perbandingan lobul dengan kolumela adalah 2:1 dan lebar kedua sisi lobul
adalah 75 dari lebar dasar hidung. Lubang hidung biasanya sedikit menyerupai bentuk buah pir, dengan bagian paling lebar pada dasar. Pada penampakan
lateral dari dasar hidung, rasio ala-lobul adalah 1:1,4. Umumnya bangsa non- Kaukasia mempunyai dasar hidung yang lebih lebar daripada jarak interkantus
Matory, 1986; Milgrim, 1996; Wall, 1998. Terdapat perbedaan nyata antar etnik pada konfigurasi ala nasi. Hidung
Afrika lebih lebar dan proyeksi rendah serta memiliki lubang hidung yang horisontal. Hidung Asia berada di tengah antara hidung Kaukasia dan Afrika.
Pada tampak frontal, lebar ala nasi kurang lebih sama dengan jarak antara
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
kantus medius Wall, 1998.
Bibir dan Dagu
Dagu membentuk sepertiga bawah dari wajah. Metoda untuk menilai posisi dagu dengan menarik garis vertikal tangensial dari titik Li dengan garis
horisontal Frankfort. Sulkus mentolabial terletak sekitar 4 mm di belakang garis ini Stevens R, 1997; Nassif, 2005.
Gambar 2.7. Posisi horizontal bibir dengan sulkus mentolabial Nassif, 2005
Bibir merupakan suatu yang dinamik dan kompleks ekspresi. Bibir atas dan hidung saling berhubungan dan merupakan unit penting pada estetika. Bibir
umumnya penuh dengan definisi yang baik pada usia muda dan menipis dengan karakter yang menghilang pada proses penuaan. Bibir bawah dan dagu
membentuk duapertiga pada sepertiga bawah wajah. Bibir atas merupakan sepertiga atas pada sepertiga bawah wajah. Bibir atas biasanya berukuran lebih
panjang sekitar 2-3 mm dari bibir bawah, namun ini semua tergantung dari stuktur gigi Wall, 1998.
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
Telinga
Ukuran telinga biasanya sesuai dengan jarak antara alis mata dengan ala nasi. Lebar telinga biasanya 55 panjang telinga. Axis panjang telinga paralel
dengan axis panjang dorsum nasi. Sudut kelengkungan telinga sekitar 30 Wall, 1998; Nassif, 2005.
Metode Analisis Wajah
Cephalometrics Foto Rontgent dipergunakan untuk mendapatkan landmarks dari jaringan
lunak dan tulang kepala, yang kemudian dapat menetukan jarak antara maksila ke kranium, mandibula ke kranium, maksila ke mandibula, gigi bagian atas ke
maksila, gigi bagian bawah ke mandibula, gigi atas ke gigi bawah. Cara ini merupakan yang paling baik dalam mengevaluasi hubungan antara kraniofasial
dan orthognathic, tetapi kurang tepat dalam menganalisa jaringan lunak Wall, 1998; Nomura, 1999; Bass, 2003; Riveiro, 2003; Ferrario, 2004; Umar, 2006;
Behbehani, 2006; Shlomi, 2007; Honn, 2007.
Photometrics Dikarenakan lebih menekankan pada proporsi jaringan lunak dibanding
dengan menggunakan foto rontgent, menjadikan cara ini lebih disukai ahli bedah plastik. Dan merupakan cara yang lebih baik dalam menentukan perbandingan
pre operatif dan hasil post operatif Ahmed, 1991; Wall, 1998; Terris, 2002; Jain,
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
2004.
Tabel 2.1. Nilai normal analisis wajah Wall, 1998 Tinggi vertikal wajah
Tinggi rasio hidung 47 Tinggi rasio wajah bawah 53
Sudut kelengkungan wajah G-Sn-Pg = 8-16 12
Segitiga estetika Sudut nasofrontal G-N-Tp 115-130
Sudut nasofasial G-Pg,N-Tp 30-40 36 Sudut nasomental N-Prn-Pg, 120-132
Sudut mentoservikal G-Pg,M-C 80-95
Proporsional wajah Sudut hidung N-Tr-Prn 20-27
Sudut maksila Tp-Tr-Vs12-17 Sudut mandibula Vs-Tr-Pg14-20
Proyeksi hidung Sn-PrnN-Sn 2,8:1 Sudut nasolabial Cm-Sn-Vs 90-120
Rasio ala-lobular , 1:1 Lebar hidung = jarak interokular = ½ jarak interpupil, 30-35mm
Rasio 13 wajah bawah Sn-StSt-M, 0,5:1 Proyeksi horisontal bibir atas 3,5 mm
Proyeksi horisontal bibir bawah 2,2 mm Interlabial gap, 0-3 mm
Rasio Wajah bawah-leher, 1,2:1 N,nasion; Sn,subnasal; Gn,gnathiom; G,gablella; Pg,pogonion; Tp,titk
tipnasi; M,menton; C,titik leher; Tg,tragion; Vs,batas vermilion superior; A,ala nasi; Cm,kolimela; St,stomion
Dokumentasi
Fotografi berkualitas baik yang konsisten dengan standar penampakan diperlukan untuk membandingan sebelum dan sesudah hasil operasi. Hal ini
penting untuk keperluan mengajar, dokumentasi medikolegal, dan sebagai fasilitas komunikasi terhadap pasien. Pada pasien-pasien rinoplasti tampilan
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
yang diperlukan adalah frontal, kedua sisi lateral, kedua sisi oblik dan tampak basal Trenite, 1994; Tardy, 1995; Riveiro, 2003.
Petunjuk untuk mengambil fotografi perspektif rinoplasti posisi estetik: Foto wajah tampak frontal diambil secara vertikal, harus mencakup
seluruh wajah dan leher, mulai dari batas atas kepala sampai dengan batas atas klavikula. Foto tampak lateral wajah harus mencakup seluruh wajah, leher
anterior sampai dengan kepala sternum dari klavikula, tengkuk leher, dan sebagian rambut ditarik agar telinga tampak dengan jelas. Pastikan bahwa kita
tidak dapat melihat alis kontralateral. Garis Frankfort horisontal merupakan standart yang digunakan untuk mendapatkan posisi ini. Foto tampak oblik,
puncak hidung harus sejajar dengan batas lateral pipi. Foto tampak basal hidung ini merupakan penampakan yang memberikan banyak informasi pada
perencanaan operasi rinoplasti. Posisi kepala ekstensi, sehingga puncak hidung terletak setinggi alis mata dan dasar kolumela setinggi kantus lateral Trenite,
1994; Bass, 2003.
Suku Batak
3000-1000 SM Sebelum Masehi Suku Batak yang merupakan bagian dari Ras Proto Malayan hidup damai
bermukim di perbatasan BurmaMyanmar dengan India. Beberapa komunitas tersebut yang kemudian menjadi cikal-bakal bangsa adalah kelompok suku
Karen, Toradja, Tayal, Ranau, Bontoc, Meo serta trio Naga, Manipur, Mizoram.
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
Tiga yang terakhir ini sekarang berwarga negara India. Adat istiadat mereka dan aksesoris pakaian yang dimiliki sampai sekarang masih mirip dengan pakaian
suku Batak, misalnya pernak-pernik dan warna ulos Marbun, 2006. Sifat dominan dari suku ini adalah kebiasaan hidup dalam
Splendid Isolation
di lembah lembah sungai dan di puncak-puncak pegunungan. Mereka sangat jarang membuat kontak bersifat permanen dengan pendatang yang
berasal dari komunitas lainnya misalnya komunitas yang berada di tepi pantai, pesisir, yang saat itu banyak dipengaruhi oleh ideologi yang berbeda dengan
mereka, misalnya Hinduisme, Zoroaster, Animisme gaya Yunani dan Romawi dan juga paham-paham baru seperti Buddha, Tao dan Shintoisme. Sifat tersebut
masih membekas dan terus dipertahankan oleh orang-orang Batak hingga abad 19. Sampai saat ini, diperkirakan suku bangsa yang berasal dari ras ini masih
mempertahankan kebiasaan ini, terutama Bangsa Tayal, suku pribumi di Taiwan, Suku Bontoc dan Batak Palawan penghuni pertama daerah Filipina Marbun,
2006.
1000 SM Bangsa Mongol yang dikenal bengis dan mempunyai kemajuan teknologi
yang lebih tinggi berkat hubungan mereka yang konsisten dengan berbagai bangsa mulai bergerak ke arah selatan. Di sana, keturunan mereka menyebut
dirinya Bangsa Syan dan kemudian menciptakan komunitas Burma, Siam Thai dan Kamboja yang kemudian menjadi cikal-bakal negara. Ras Proto Malayan
mulai terdesak. Ketertutupan mereka menjadi bumerang karena teknologi
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
mereka tidak up to date
. Sebagian dari mereka kemudian mulai meninggalkan daerah-daerah tersebut, menempuh perjalanan untuk mencari daerah baru
bahkan ke seberang lautan, di mana mereka akan menikmati hidup dalam splendid isolation
kembali Marbun, 2006. Suku Bontoc bergerak ke daerah Filipina, Suku Toraja ke selatannya,
Sulawesi. Di Filipina, Batak Palawan merupakan sebuah suku yang sampai sekarang menggunakan istilah Batak. Saudara mereka bangsa Tayal membuka
daerah di kepulauan Formosa, yang kemudian, beberapa abad setelah itu, daerah mereka diserobot dan kedamaian hidup mereka terusak oleh orang-orang
Cina nasionalis yang kemudian menamakannya Taiwan. Yang lain, suku Ranau terdampar di Lampung. Suku Karen tidak sempat mempersiapkan diri untuk
migrasi, mereka tertinggal di hutan belantara BurmaMyanmar dan sampai sekarang masih melakukan pemberontakan atas dominasi Suku Burma atau
Myamar yang memerintah Swasonoprijo, 2002; Marbun, 2006. Selebihnya, suku Meo berhasil mempertahankan eksistensinya di
Thailand. Bangsa Naga, Manipur, Mizo, Assamese mendirikan negara-negara bagian di India dan setiap tahun mereka harus berjuang dan berperang untuk
mempertahankan identitas mereka dari supremasi bangsa Arya-Dravidian, yakni Bangsa India, yang mulai menduduki daerah tersebut karena kelebihan populasi
Marbun, 2006.
Suku Batak sendiri, selain terdampar di Filipina, sebagian terdampat di kepulauan Andaman sekarang merupakan bagian dari India dan Andalas dalam
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
tiga gelombang. Yang pertama mendarat di Nias, Mentawai, Siberut dan sampai ke Pulau Enggano. Gelombang kedua terdampar di muara Sungai Simpang.
Mereka kemudian bergerak memasuki pedalaman Pulau Andalas menyusuri sungai Simpang Kiri dan mulai mendirikan tempat di Kotacane. Komunitas ini
berkembang dan membuat identitas sendiri yang bernama Batak Gayo. Mereka yang menyusuri Sungai Simpang Kanan membentuk Komunitas Batak Alas dan
Pakpak. Batak Gayo dan Alas kemudian dimasukkan Belanda ke peta Aceh Marbun, 2006.
Mainstream d ari Suku bangsa Batak mendarat di Muara Sungai Sorkam.
Mereka kemudian bergerak ke pedalaman, perbukitan. Melewati Pakkat, Dolok Sanggul, dan dataran tinggi Tele mencapai Pantai Barat Danau Toba. Mereka
kemudian mendirikan perkampungan pertama di Pusuk Buhit di Sianjur Sagala Limbong Mulana di seberang kota Pangururan yang sekarang Mitos Pusuk Buhit
pun tercipta. Masih dalam budaya splendid isolation, di sini suku Batak dapat
berkembang dengan damai sesuai dengan kodratnya. Komunitas ini kemudian terbagi dalam dua kubu. Pertama Tatea Bulan yang dianggap secara adat
sebagai kubu tertua dan yang kedua Kubu Isumbaon yang di dalam adat dianggap yang bungsu.
Sementara itu komunitas awal suku Batak, jumlahnya sangat kecil, yang hijrah dan migrasi jauh sebelumnya, mulai menyadari kelemahan budayanya dan
mengolah hasil-hasil hutan dan melakukan kontak dagang dengan Bangsa Arab, Yunani dan Romawi kuno melalui pelabuhan Barus. Di Mesir hasil produksi
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
mereka, kapur Barus, digunakan sebagai bahan dasar pengawetan mumi, Raja- raja Fir’aun yang sudah meninggal. Marbun, 2006.
1000 SM – 1510 M Komunitas suku Batak berkembang dan struktur masyarakat berfungsi.
Persaingan dan kerjasama menciptakan sebuah pemerintahan yang berkuasa mengatur dan menetapkan sistem adat. Dinasti Sori Mangaraja telah berkuasa
dan menciptakan tatanan suku yang maju selama 90 generasi di Sianjur Sagala Limbong Mulana. Dinasti tersebut bersama menteri-menterinya yang sebagian
besar adalah Datu, Magician, mengatur pemerintahan atas seluruh suku Batak, di daerah tersebut, dalam sebuah pemerintahan berbentuk Teokrasi. Dinasti
Sorimangaraja terdiri dari orang-orang bermarga Sagala cabang Tatea Bulan. Mereka sangat disegani oleh suku Batak di bagian selatan yang keturunan dari
Tatea Bulan. Dengan bertambahnya penduduk, maka berkurang pula lahan yang
digunakan untuk pertanian, yang menjadi sumber makanan untuk mempertahankan regenerasi. Maka perpindahan terpaksa dilakukan untuk
mencari lokasi baru. Alasan lain dari perpindahan tersebut adalah karena para tenaga medis kerajaan gagal membasmi penyakit menular yang sudah
menjangkiti penduduk sampai menjadi epidemik yang parah. Perpindahan diarahkan ke segala arah, sebagian membuka pemukiman baru di daerah hutan
belukar di arah selatan yang kemudian bernama Rao, sekarang di Sumatera Barat. Beberapa kelompok di antaranya turun ke arah timur, menetap dan
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
membuka tanah, sekarang dikenal sebagai Tanjung Morawa, daerah di pinggir Kota Medan Marbun, 2006.
Rifi Rio Odias : Analisis Wajah Perempuan Suku Batak, 2008 USU e-Repository © 2009
BAB 3 KERANGKA KONSEP