jerawat. Labu kuning semakin kaya manfaat, yaitu selain kaya akan serat berdasarkan penelitian labu kuning juga dapat menurunkan potensi penyakit
jantung Primandini, 2010.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah buah labu kuning Cucurbita moschata Durch dapat
diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe emulsi ma. 2.
Apakah buah labu kuning Cucurbita moschata Durch dalam bentuk sediaan krim mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau
melembabkan kulit.
1.3 Hipotesis
1. Buah labu kuning Cucurbita moschata Durch dapat diformulasikan ke
dalam sediaan krim dengan tipe emulsi ma.
2. Buah labu kuning Cucurbita moschata Durch mampu mengurangi
penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan
krim.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah buah labu kuning Cucurbita moschata Durch
dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi ma. 2.
Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan krim buah labu kuning Cucurbita moschata Durch mengurangi penguapan air dari kulit atau
melembabkan kulit.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari buah labu kuning Cucurbita moschata Durch.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Buah Labu Kuning
Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima, Cucurbita ficifolia, Cucurbita mixta, Cucurbita moschata, dan Cucurbita pipo L
Anonim, 2010. Buah labu kuning umumnya berbentuk bulat dan berukuran besar. Warna
kulit luarnya kuning kecoklatan, sementara daging buahnya berwarna kuning tua dan tebal. Rasanya manis Wirakusumah, 2010. Mempunyai kulit yang sangat
tebal dan keras, sehingga dapat bertindak sebagai penghalang laju respirasi keluarnya air melalui proses penguapan, maupun masuknya udara penyebab
proses oksidasi. Hal tersebutlah yang menyebabkan labu kuning relatif awet dibanding buah-buahan lainnya. Daya awet dapat mencapai enam bulan atau
lebih, tergantung pada cara penyimpanannya Anonim, 2010.
2.1.1 Manfaat Dan Kandungan Buah Labu Kuning
Labu kuning atau waluh merupakan bahan pangan yang kaya vitamin A, C dan E, mineral, serta karbohidrat. Daging buahnya pun mengandung antioksidan
sebagai penangkal berbagai jenis kanker. Buah labu dapat digunakan untuk berbagai jenis makanan dan cita rasanya enak. Daunnya berfungsi sebagai sayur
dan bijinya dapat dijadikan kuwaci. Air buahnya berguna sebagai penawar racun binatang berbisa, sementara bijinya menjadi obat cacing pita Anonim, 2009.
Labu juga kaya akan asam lemak baik protein yang di butuhkan kulit dan juga mengandung vitamin E, zinc, dan magnesium yang berfungsi untuk membuat
Universitas Sumatera Utara
kulit lebih bersinar. Makan labu juga bisa mendorong regenerasi sel kulit dan melawan bakteri penyebab jerawat. Vitamin E merupakan antioksidan kuat yang
membantu proses perbaikan kulit. Zinc yang terkandung dalam labu juga bisa sebagai obat bagi mereka yang jerawat Anonim, 2009. Adapun kandungan gizi
pada labu dapat dilihat dalam tabel berikut: Komponen gizi
Jumlah Komponen gizi
Jumlah karbohidrat
65 g protein
1,0 g Gula
136 g Vitamin A
361 mg Serat
0,5 g betakaroten
310 mcg Lemak total
0,1 g Vitamin B1
0,05 mg Vitamin B2
0,11 mg Vitamin B3
0,11 mg Vitamin B5
0,298 mg Vitamin B6
0,061 mg Folat
16 mcg Vitamin E
1,06 mg Kalsium
21 mg Zat besi
0,8 mg Magnesium
12 mg Fosfor
44 mg Kalium
340 mg Natrium
1,0 mg Seng
0,3 mg Wirakusumah, 2010.
2.1.2 Taksonomi Tanaman Buah Labu Kuning
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
Spesies : Cucurbita moschata Durch Hutapea, J.R, et al., 1994.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
dari luar Tranggono, 2007. Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya.
Dimana lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga
mengandung air sebagai pelembab alami, meskipun sedikit hanya 10 tetapi sangat penting karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang
dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak
mendalam. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah tersebut sehingga menimbulkan
berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi sumber infeksi Tranggono, 2007.
2.2.1 Anatomi Kulit
Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan subkutis subkutan.
1. Lapisan Epidermis
Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas: •
Stratum corneum lapisan tanduk Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin,
Universitas Sumatera Utara
yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit
untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. •
Stratum lucidum lapisan jernih Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis,
jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
• Stratum granulosum lapisan berbutir-butir
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.
• Stratum spinosum lapisan malphigi
Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.
• Stratum germinativum lapisan basal
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin Tranggono,
2007. 2.
Dermis Lapisan dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan
elastin, yang berada didalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida Tranggono, 2007.
Universitas Sumatera Utara
3. Subkutis Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
yang berisi sel-sel lemak. Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan saluran getah bening Wasitaatmadja, 1997.
2.2.2 Fungsi Kulit
Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi Wirakusumah, 1994, diantaranya sebagai berikut:
a. Kulit sebagai filter dan pelindung tubuh
Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-bahan yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya.
Selain itu kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari, api, dan angin.
Fungsi proteksi Dwikarya, 2003, terjadi karena beberapa hal: 1.
Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air, sehingga manusia tidak menggelembung ketika berenang.
2. Keasaman pH kulit akibat keringat dan lemak kulit sebum menahan
dan menekan bakteri dan jamur yang berkeliaran di sekitar kulit. 3.
jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ tubuh dari benturan.
b. Kulit sebagai pengatur suhu tubuh
Kulit dapat menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan keringat apabila suhu tubuh panas. Yang mana keringat tersebut akan
menguap dan tubuh merasa dingin. Demikian pula sebaliknya bila
Universitas Sumatera Utara
mengalami kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga panas yang ada di dalam tubuh tidak keluar tetap tertahan.
c. Kulit sebagai sistem saraf yang sensitif
Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu kulit akan
selalu memberikan reaksi setelah ada peringatan awaldari sistem syaraf tersebut.
d. Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam
jaringan tubuh lapisan kulit bersifat pejal padat dan kencang terutama bagian lapisan tanduknya. Kulit mempunyai genggaman terhadap air yang
kuat, namun apabila kulit terluka atau retak maka daya genggamnya terhadap air akan berkurang.
2.2.3 Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut perawatan Wasitaatmadja, 1997, kulit terdiri atas 3 jenis: 1.
Kulit Normal Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar
dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup. 2.
Kulit Berminyak Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam. Biasanya pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit Kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan
Universitas Sumatera Utara
kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat kerutan.
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit
Masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam tubuh sendiri maupun dari luar Wirakusumah, 1994, Adapun beberapa
faktornya adalah sebagi berikut: a.
Keturunan bawaan keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya.
Misalnya warna kulit ada yang hitam, putih, atau sawo matang. Demikian pula dengan kulit halus, kasar atau berminyak.
b. Hormon
Kadar hormon estrogen pada wanita dan progesteron pada pria dalam tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat
pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen. Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.
c. Alergi
Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi terhadap benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan, kosmetik
maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya warna kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai
ada yang terluka. d.
Iklim Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada
kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu
Universitas Sumatera Utara
perlindungan ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir
surya. e.
Stres Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2.3 Krim
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi setengah kental mengandung tidak kurang dari 60 air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe
krim ada 2 yaitu: krim tipe air minyak am dan krim minyak air ma. untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan anionik,
kationik, dan nonionik Anief, 2000. Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi WO seperti cold cream.
b. Emulsi minyak dalam air atau OW seperti vanishing cream .
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini
Lachman,1994. Untuk penstabilan krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet.
Zat pengawet yang sering digunakan adalah nipagin 0,12-0,18 dan nipasol 0,02- 0,05 Anief, 2000.
2.3.1 Krim Tangan dan Badan
Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, tidak
Universitas Sumatera Utara
bersisik, dan tidak mudah pecah. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindungi.
Krim tangan dan badan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1.
Memberikn sumber kelembaban yang siap digunakan oleh kulit 2.
Memberikan lapisan tipis minyak yang bersifat seperti sebum dan tidak mempengaruhi respirasi kulit
3. Memberikan rasa lembut dan halus pada kulit,tidak terlalu berminyak
4. Mudah dikontrol Ditjen POM, 1985.
2.3.2 Krim Pelembab
Umumnya krim pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan, maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk
melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak
kulit semula. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan minyak tersebut moisturizing oil, atau campuran minyak dalam air
moisturizing cream dan dapat ditambah atau di kurangi zat tertentu untuk tujuan khusus Wasitaatmadja, 1997.
Cara mencegah penguapan air dari sel kulit Wasitaatmadja, 1997, adalah: 1.
Menutupi permukaan kulit dengan minyak oklusif 2.
Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat
hidrofilik yang menyerap air
Universitas Sumatera Utara
4. memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh sinar matahari yang
dapat mengeringkan kulit
2.4 Emulsi
Emulsi adalah suatu disperse dimana fase terdispers terdiri dari bulatan- bulatan kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa yang tidak bercampur.
Dalam batasan emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase luar fase kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam
minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi ma. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan
fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi am Ansel, 1989.
Keuntungan dari tipe emulsi ma Voight, 1995, adalah: 1.
Mampu menyebar dengan baik pada kulit 2.
Memberi efek dingin terhadap kulit 3.
Tidak menyumbat pori-pori kulit 4.
Bersifat lembut 5.
Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit
2.4.1 Stabilitas Emulsi
Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika : a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk
agregat dari bulatan-bulatan. b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik kepermukaan atau turun
kedasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.
Universitas Sumatera Utara
c. Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar
emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam. Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi
dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya Ansel, 1989. Umumnya proses kerusakan emulsi terjadi menurut 3 pola, yaitu kriming,
inversi fase dan de-emulsifikasi.
Kriming adalah proses mengembangnya partikel dispersi karena pengaruh
gravitasi, sehingga masing-masing partikel memisah menjadi bentuk emulsi krim dan emulsi yang lebih encer, masing-masing mengandung lemak berkisar 30-35
dan 8-10. Kriming terjadi karena sedimentasi partikel dispersi secara perlahan- lahan.
Inversi fase adalah ketidakstabilan emulsi karena perubahan fase ma menjadi
am atau sebaliknya. Faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya inversi fase antara lain adalah:
1. Konsentrasi volume kedua fase 2. Sifat serta jumlah zat pengemulsi.
De-emulsifikasi adalah proses pemisahan sempurna emulsi menjadi masing-
masing komponen cair. Proses pemisahan tersebut dapat terjadi dalam 2 tahap, yaitu:
1. Mula-mula terjadi flokulasi, partikel dispersi masing-masing berikatan membentuk kelompok yang lebih besar, tetapi apabila di kocok perlahan-lahan
akan terdispersi sempurna.
Universitas Sumatera Utara
2. Selanjutnya terjadi koalesensi, kelompok partikel dispersi membentuk kelompok yang lebih besar, yang sifatnya ireversibel, secara visual terlihat
memisah, tetapi jika dikocok kuat-kuat akan terdispersi sempurna Ditjen POM, 1985
2.5 Silika Gel
Silika gel SiO
2
adalah terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk granul seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering,
sering kali disalut dengan senyawa yang berubah warna jika kapasitas penyerapan air telah habis. Bahan berwarna tersebut dapat di kembalikan dapat menyerap air
kembali dengan memanaskannya pada suhu 110
o
hingga gel berubah warna semula Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Alat-Alat Yang Digunakan
Neraca listrik Mettler Toledo, pH meter Orion EA 940, freezee dryer Modulyo, Edward, serial no:3985, blender National, mikroskop, oven,
lumpang porselen, stamfer, alat-alat gelas, objek gelas, pot plastik, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel, selotip transparan,
kertas tissue.
3.2 Bahan-Bahan Yang Digunakan